SlideShare a Scribd company logo
PENGGUNAAN METODA GEOLISTRIK
PADA EKSPLORASI BATUBARA
Eddy Ibrahim*)
*)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya,
Jalan Raya Prabumulih, Ogan Ilir, Indralaya
E-Mail : eddy_ibrahim@yahoo.com
Abstrak
Penggunaan metoda geolistrik dalam eksplorasi batubara masih merupakan suatu
hal yang baru. Dari beberapa pengukuran Geolistrik yang dilakukan pada lokasi seam
batubara yang reguler secara lateral, dipping bed dan seam batubara yang berundulasi
secara lateral dapat jelas dideterminasi geometri seam batubara. Konfigurasi elektroda
Wenner yang digunakan dalam pengukuran dan pemrosesan hasilnya berupa inversi 2-D
ternyata hanya dapat mendeterminasi geometri yaitu ketebalan lapisan batubara tanpa
menghasilkan informasi lokal didalam lapisan batubara.
Kata kunci : Seam batubara, informasi struktur, konfigurasi Wenner, inversi 2D
Abstract
Application of geoelectric method in coal exploration still are a new matter, but
from field experiments performed at coal seams in place which is reguler laterally,
dipping bed and coal seams which is irregular laterally, the geoelectric method can
provide information about coal seams. The thickness of coal seam laterally with Wenner
configuration was imaged clearly but the profile cannot provide locally information in
coal seams.
Keywords: Coal seam, structural information, Wenner configuration, 2D inversion
1. PENDAHULUAN
Penggunaan metoda geolistrik dalam eksplorasi batubara juga tidak terlalu umum
disebabkan karakteristik lapisan yang melingkupi seam batubara juga keterbatasan
informasi yang diperoleh yaitu resolusi sedangkan penetrasinya sendiri sangat tergantung
dari sifat media yang dilaluinya dan bentangan dari kedua elektroda arus. Perangkat
pengukuran geolistrik dapat dilihat pada gambar 1.
Tulisan ini secara singkat memberikan gambaran metoda geolistrik diatas didalam
penentuan ketebalan lapisan batubara hasilnya cukup jelas tetapi hanya menampakkan
informasi geometri seam batubara sedangkan informasi didalam batubara sulit
diinterpretasi seperti kandungan air dan lain-lain.
2. METODA GEOLISTRIK
Prinsip dasar metoda ini adalah sebagai berikut : arus listrik diinjeksikan kedalam
bumi melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial untuk tiap jarak elektroda
diukur dan dicatat melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengumpulan data berupa
arus listrik yang diinjeksikan dan beda potensial yang dihasilkan dari variassi jarak
elektroda arus dan elektroda potensial (faktor geometri) dapat diperoleh variasi harga
tahanan jenis masing- masing lapisan dibawah titik ukur.
Adapun ilustrasi pengukuran geolistrik 2-D dilapangan seperti gambar 2.
Gambar 1. Perangkat pengukuran geolistrik Naniura
(home made)
Sistem akuisisi geolistrik 2-D yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara
Wenner seperti gambar 3.
Gambar 3. Cara Wenner dalam operasi geolistrik
3. HASIL
3.1.1. Lokasi tambang Air Laya
Adapun penyelidikan di ketiga tempat untuk tambang Air Laya terletak pada
satu formasi yaitu Suban seams, dimana peringkat batubaranya adalah Bituminuous.
Untuk jelasnya sketsa lokasi seperti gambar 11. Pelaksanaan pengukuran ditiga tempat
adalah sebagai berikut :
 Singkapan batubara dibawahnya ada lapisan clay (‘interburden’) di lokasi A
Gambar 2. Ilustrasi cara akuisisi dasar dalam operasi
geolistrik 2-D
Adapun objek fisik berupa singkapan tersebut (gambar 12) yaitu ketebalan
lapisan batubaranya adalah 2.5 M sedangkan lapisan dibawahnya ( interburden ) yaitu
lempung tidak diukur ketebalannya dimana posisi kedua antenna pada saat pengukuran
langsung diatas singkapan batubara. Adapun hasil akuisisi dengan menggunakan cara
konfigurasi Wenner yang telah diproses menggunakan software RES2DINV 3.2
tergambarkan di dalam gambar 13.
Pengukuran geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama (‘A’) juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
 Singkapan batubara miring
dibawahnya ada lapisan clay
(‘interburden’) di lokasi B
Untuk lapisan batubara yang
miring (‘dipping bed’) akuisisi juga
dilakukan dengan cara (a ) pada lokasi
yang berdekatan seperti pada gambar 12
Coal
Interburden
Coal
Interburden
dan 13 dimana posisi kedua antenna
diatas singkapan batubara.
Akuisisi geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama juga dilakukan dengan
menggunakan konfigurasi Wenner,
adapun hasil akuisisi dan inversinya
dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
Pengukuran yang dilakukan pada bentuk
geometri lapisan yang terdiri dari lapisan
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung
(‘interbuden’) yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
yang tidak rata dimana ketebalan lapisan
atas (‘overburden’) adalah 2.6 M
Gambar 12. ‘Seam’ batubara miring
Lokasi ukur
Coal
Clay
Coal
Clay
23 0
sedangkan lapisan batubaranya 4.35 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dengan posisi kedua antenna 30
cm diatas singkapan batubara, Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang
lintasan ukur adalah 7.2 M dapat dilihat
pada gambar 15,16 dan 17.
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Gambar 15. Geometri lapisan yang diukur terdiri
‘overburden ( 2.6 M), lapisan batubara
( 4.35 M ) dan ‘interburden’ tidak diukur
Overburden
Coal
Arah Ukur
Coal
Overburden
Pengukuran yang dilakukan pada
lapisan batubara yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
yang berundulasi dimana ketebalan
lapisan atas (‘overburden’) adalah 3.9 M
sedangkan lapisan batubaranya 5.20 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dimana posisi kedua antenna
langsung diatas singkapan. Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang lintasan ukur adalah 10
M dapat dilihat pada gambar 19 dan 20.
Gambar 19 . Lapisan batubara yang berundulasi secara lateral
Tebal ‘overburden’ : 3.9 M; “Coal seam” : 5.20 M
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 21.
Gambar 21 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19
Coal
Overburden
Arah Ukur
Overburden
Coal
Interburden
4. PEMBAHASAN
Dari pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan frekuensi antena
yang berbeda yaitu :
 Pengukuran dalam skala
laboratorium dengan letak sampel
batubara sub-bituminuous 15 cm
dibawah permukaan serta posisi
sampel ditegakkan (didalam
keranjang plastik) menggunakan
frekuensi antena 1 GHz jelas sekali
dapat tercitrakan hampir sempurna
terutama dengan penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
 Untuk singkapan batubara dengan
ketebalan 2.5 meter menggunakan
frekuensi antena 100 MHz dapat
mendeterminasi dengan jelas
ketebalan lapisan batubara dan
terlihatnya kontras vertikal antara
kedua lapisan dimana lapisan
lempung menunjukkan nilai
amplitudo yang rendah ( lihat scale
bar ) terutama pada penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
Sedangkan pada amplitudo ril jelas
terlihat adanya penguatan- penguatan
nilai- nilai amplitudo secara lokal
dimana diduga mencerminkan
adanya variasi kandungan air di
lapisan batubara. Penggunaan
‘ instantaneous phase’ tidak
dilakukan pada singkapan ini karena
secara riil amplitudo masih dapat
dibedakan antara lapisan batubara
dengan lapisan lempung. Untuk hasil
inversi dengan menggunakan metoda
geolistrik resistivitas jelas hanya
dapat mendeterminasi ketebalan
lapisan tanpa dapat memberikan
informasi lokal yang ada dilapisan
batubara.
 Pengukuran ‘dipping bed’ singkapan
dilakukan dengan menggunakan
frekuensi antena 200 MHz dimana
jelas terlihat profil kemiringan seam
batubara terutama pada penggunaan
‘instantaneous phase’, jelas terlihat
‘sequence’ refleksi radar yang
menunjukkan pola- pola perlapisan
baik pada batubara maupun lempung,
dimana lempung jelas
memperlihatkan pola- pola yang
tidak teratur. Inversi geolistrik 2-D
yang dihasilkan hanya dapat
mendeterminasi struktur lapisan.
 Pengukuran yang dilakukan pada
geometri lapisan yaitu lapisan batu
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung dan
pasir (‘interburden’) dengan
menggunakan frekuensi antena 100
MHz, resolusinya kurang tajam
untuk determinasi batas antara
lapisan batubara dengan kedua
lapisan yang melingkupinya
disebabkan karena lapisan lempung
sangat terstruktur (consolidated)
sehingga energi yang dirambatkan ke
lapisan batubara cukup rendah,
sehingga determinasi batas bawah
dengan lapisan ‘interburden’ kurang
dapat didefinisikan. Determinasi
batas kurang dapat dicerminkan baik
riil amplitudo, maupun
‘instantaneous amplitude’ dan
‘intantaneous phase’. Kurang kontras
pada riil amplitudo antara lapisan
penutup (lapisan batu lempung keras
dan kompak serta terstruktur) dan
kurang terdefinisikan lagi antara
lapisan batubara dengan lapisan
antara yaitu interburden (lapisan
lempung keras dan bercampur pasir)
dikarenakan kurangnya perbedaan
permitivitas yaitu lapisan batubara
mempunyai permitivitas yang rendah
(kecepatan tinggi) dimana sangat
resistif sedangkan lapisan penutup
mempunyai permitivitas yang hampir
sama dikarenakan terstruktur dan
lempung yang telah membatu
sehingga menghasilkan kecepatan
tinggi (permitivitas rendah) sehingga
lapisan ini menjadi bersifat resistif
pernyataan ini ditunjang hasil
pengukuran geolistrik 2- D pada
lokasi ini dimana arus listrik tidak
dapat mencapai bidang batas atas
lapisan batubara dengan lapisan
antara dibawahnya karena sangat
resistif lapisan penutup. Kesimpulan
diatas berarti bahwa kecepatan
gelombang radar untuk frekuensi
antena diatas 100 MHz adalah tidak
tergantung pada frekuensi dan hanya
tergantung pada permitivitas listrik
dan permeabilitas magnetik dan ini
ditunjang hasil penelitian P.M.
Reppert et.al., 2000. Seperti pada
gambar 22. Disamping itu antena
yang diposisikan pada ketinggian
tertentu ternyata mempengaruhi
energi yang diradiasikan kebawah
permukaan.
Geolistrik 2-D dimana hasil
inversinya pada lokasi ini hanya
memendeterminasi batas lapisan
batubara dengan lapisan atas
(‘overburden’).
 Pada pengukuran singkapan batubara
dengan seam batubara yang
berundulasi dengan menggunakan
frekuensi antena 50 MHz dimana
secara umum, riil amplitudo masih
dapat mendeterminasi lapisan
‘overburden’ tetapi batas bawah
antara lapisan batubara dengan
‘interburden’ tidak terdefinisi. Pada
lokasi ini jelas lempung tidak
membatu dan tidak terkonsolidasi
(un-consolidated) sehingga jelas
pelemahan energi (ter-absorbsi)
terlihat pada ril amplitudo yang
melewati lapisan ini, tetapi energi
yang ditransmisikan masih cukup
tinggi sehingga masih dapat
menembus bidang batas antara
lapisan batubara dengan lapisan
dibawahnya (interburden). Sehingga
penggunaan ‘intantaneous phase’
masih dapat mendeterminasi dengan
jelas batas antara lapisan batubara
dengan ‘overburden’ maupun
‘interburden’. Hasil inversi geolistrik
2-D pada lokasi ini hanya
memberikan informasi lapisan
batubara secara sebagian
dikarenakan lapisan penutup
(‘overburden’) sangat konduktif
sehingga arus yang didistribusikan
kebawah tidak menghasilkan
informasi yang diinginkan.
5. KESIMPULAN
Dari hasil- hasil pengukuran
yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa GPR adalah metoda efektif
apabila konduktivitas lapisan disekitar
batubara adalah tinggi. Tetapi untuk
pengukuran lapisan batubara tanpa
lapisan penutup, maka GPR akan dapat
memberikan informasi ketebalan
maupun variasi kandungan air secara
baik dikarenakan lapisan batubara
bersifat resistif. Penggunaan akuisisi
GPR dengan posisi kedua antena
langsung diatas permukaan
pengukuran maka akan menghasilkan
response yang lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan posisi kedua
antena pada ketinggian tertentu diatas
permukaan yang akan diukur.
Keuntungan metoda GPR adalah dapat
menggunakan variasi frekuensi antena
untuk pengukuran.
Pengukuran dengan metoda
geolistrik secara umum dapat
mendefinisikan geometri lapisan
batubara terutama pada lapisan batubara
tidak ada lapisan penutup. Tetapi untuk
ada lapisan penutup metoda ini kurang
dapat mendeterminasi ketebalan lapisan
batubara, terutama untuk lapisan penutup
yang sangat tebal dan konduktip.
Metoda ini kurang dapat memberikan
informasi yang terkandung dilapisan
batubara terutama kandungan air, tetapi
informasi struktural dilapisan batubara
agak dapat didefinisikan walaupun tidak
jelas.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kerja yang telah dilakukan ini dibantu
oleh Laboratorium Fisika Bumi ITB dan
PT Tambang Batubara Bukit Asam serta
proyek Due-Like Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada,
Direksi PTBA, DR. Bagus Endar NH,
DR. Surono, Ir. Fajar, Aziz Koswara, ST,
Muslim Nugraha, Ssi, Karlan Ssi,
Yonathan Ssi dan seluruh yang
membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu dalam penyelesaian tulisan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Annan A.P., Waller W.M., Strangway
D.W., Rossiter J.R.,Redman J.P. and
Watts R.D. 1975. The electromagnetic
Response of a low-loss, 2-layer
dielectric earth for horizontal electric
dipole excitation, Geophysics 40, 286-
298.
Annan A.P., 2001. Ground Penetrating
Radar Workshop Notes, Sensors &
Software, Ontario, Canada.
David C.N. 1999. The directional
dependence of the ground penetrating
radar response on the accumulation
zones of temperate Alpine glacier, First
Break 17, 249-259.
Gestel J.V. and Stoffa P.L., 1999. Multi-
configuration ground penetrating radar
data. 69th
SEG meeting, Houston, USA,
Expanded Abstracts, 540-543.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003a. Determination
Study of Coal Seams Thickness by
Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd
IAGI and the 28th HAGI Annual
Convention and Exhibition, Expanded
Abstracts.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003b. Estimation
Study of Total Moisture Variability in
Coal Seams Laterally by Using GPR
Method, JCJ 2003, The 32nd IAGI and
the 28th
HAGI Annual Convention and
Exhibition, Expanded Abstracts.
Jol. H.M., 1995. Ground penetrating
radar antennae frequencies and
transmitter powers compared for
penetration depth, resolution and
reflection continuity, Geophysical
Prospecting 43, 693-709.
Lehman F., Boerner D.E., Holliger K.
and Green A.G. 2000. Multicomponent
georadar data : some important
implications for data acquisition and
processing. Geophysics 65, 1542-1552.
Miwa T., Sato M, and Niitsuma H. 1999.
Subsurface fracture measurement with
polarimetric borehole radar. IEEE
Transaction Geoscience and Remote
Sensing 37, 828-837.
Noon D.A., 1996. Stepped-frequency
radar design and signal processing
enhances ground penetrating radar
performance, Ph.D. diss, University of
Queensland.
Tjia M.O., 1997. Teori Elektrodinamika
Klasik, Departemen Fisika, FMIPA,
Institut Teknologi Bandung.

More Related Content

What's hot

Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2
Sylvester Saragih
 
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
rudyhendrawan
 
Laporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboranLaporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboran
Muntazar cliff
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
UNIVERSITY OF PAPUA
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
KamalFarobi
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
seed3d
 
Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancangPondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang
Intan Denada Putri
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakanUDIN MUHRUDIN
 
Quiz geolistrik
Quiz geolistrikQuiz geolistrik
Quiz geolistrik
Muhammad Faisal Latif
 
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
Marchel monoarfa
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
LeonardoSitorus
 
Over view petroleum engineering
Over view petroleum engineeringOver view petroleum engineering
Over view petroleum engineering
Ayu Nurvita Indrianti
 
Perhitungan ting bor
Perhitungan ting borPerhitungan ting bor
Perhitungan ting bor
Neng Tea
 
Alat Bor Eksplorasi
Alat Bor EksplorasiAlat Bor Eksplorasi
Alat Bor Eksplorasi
permukaan bumi
 
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi TerowonganSeminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
Azka Napsiyana
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
R. Ferro Aviyanto
 

What's hot (20)

Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
 
Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2Pengantar teknologi mineral 2
Pengantar teknologi mineral 2
 
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
 
Laporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboranLaporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboran
 
Geolistrik ppt
Geolistrik pptGeolistrik ppt
Geolistrik ppt
 
Pemboran tambang
Pemboran tambangPemboran tambang
Pemboran tambang
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
 
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
Jbptitbpp gdl-darwinmtam-34186-4-2009ta-3
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
 
Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancangPondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakan
 
Quiz geolistrik
Quiz geolistrikQuiz geolistrik
Quiz geolistrik
 
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
 
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboranProposal kegiatan perencanaan pemboran
Proposal kegiatan perencanaan pemboran
 
Over view petroleum engineering
Over view petroleum engineeringOver view petroleum engineering
Over view petroleum engineering
 
Perhitungan ting bor
Perhitungan ting borPerhitungan ting bor
Perhitungan ting bor
 
Alat Bor Eksplorasi
Alat Bor EksplorasiAlat Bor Eksplorasi
Alat Bor Eksplorasi
 
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi TerowonganSeminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi Terowongan
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 

Viewers also liked

Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...Fajar Perdana
 
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi MatlabTugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
Khoirul Ummah
 
forward & inverse modelling
forward & inverse modellingforward & inverse modelling
forward & inverse modelling
Eh Ujank
 
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingPenyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingFajar Perdana
 
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Fajar Perdana
 
308 571-1-sm
308 571-1-sm308 571-1-sm
308 571-1-sm
Altino Saraya Mangiwa
 
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid Search
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid SearchInversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid Search
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid SearchFajar Perdana
 
Metodegeolistrik 2015
Metodegeolistrik 2015Metodegeolistrik 2015
Metodegeolistrik 2015
Sibghotur Rohman
 
Eliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationEliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationFajar Perdana
 
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
Mario Yuven
 
materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
 materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta... materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
Mario Yuven
 
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
Mario Yuven
 
numericai matmatic matlab uygulamalar ali abdullah
numericai matmatic  matlab  uygulamalar ali abdullahnumericai matmatic  matlab  uygulamalar ali abdullah
numericai matmatic matlab uygulamalar ali abdullah
Ali Abdullah
 
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
Jiannan Tan
 
Finite DIfference Methods Mathematica
Finite DIfference Methods MathematicaFinite DIfference Methods Mathematica
Finite DIfference Methods Mathematica
guest56708a
 

Viewers also liked (16)

Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Permodelan Gravity...
 
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi MatlabTugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
Tugas Pemrograman Komputer dengan Aplikasi Matlab
 
forward & inverse modelling
forward & inverse modellingforward & inverse modelling
forward & inverse modelling
 
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated AnnealingPenyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
Penyelesaian Raytracing dengan Bantuan Inversi Simulated Annealing
 
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
 
308 571-1-sm
308 571-1-sm308 571-1-sm
308 571-1-sm
 
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid Search
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid SearchInversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid Search
Inversi Non-Linier Dengan Pendekatan Global: Systematic And Random Grid Search
 
Metodegeolistrik 2015
Metodegeolistrik 2015Metodegeolistrik 2015
Metodegeolistrik 2015
 
Eliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationEliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential Equation
 
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
Materi Kuliah Komputasi tambang Materi 1 Kuliah Teknik Pertambangan STTNAS Yo...
 
materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
 materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta... materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
materi-kuliah-komputasi-tambang-kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta...
 
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
materi-kuliah-komputasi-tambang kuliah-teknik-pertambangan-sttnas-yogyakarta-...
 
Inversi 2008
Inversi 2008Inversi 2008
Inversi 2008
 
numericai matmatic matlab uygulamalar ali abdullah
numericai matmatic  matlab  uygulamalar ali abdullahnumericai matmatic  matlab  uygulamalar ali abdullah
numericai matmatic matlab uygulamalar ali abdullah
 
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
2D CFD Code Based on MATLAB- As Good As FLUENT!
 
Finite DIfference Methods Mathematica
Finite DIfference Methods MathematicaFinite DIfference Methods Mathematica
Finite DIfference Methods Mathematica
 

Similar to Jurnal rekayasa metode_geolistrik

Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih BesiStudy Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
fridolin bin stefanus
 
Mengolah data schlumberger
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumberger
Heri Adhari
 
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Teguh Budiman
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
MarselinaRihi1
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrik
Azhar Affandi
 
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Ali Ramadhan
 

Similar to Jurnal rekayasa metode_geolistrik (7)

Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih BesiStudy Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
 
Mengolah data schlumberger
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumberger
 
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrik
 
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 

Recently uploaded (10)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 

Jurnal rekayasa metode_geolistrik

  • 1. PENGGUNAAN METODA GEOLISTRIK PADA EKSPLORASI BATUBARA Eddy Ibrahim*) *) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Prabumulih, Ogan Ilir, Indralaya E-Mail : eddy_ibrahim@yahoo.com Abstrak Penggunaan metoda geolistrik dalam eksplorasi batubara masih merupakan suatu hal yang baru. Dari beberapa pengukuran Geolistrik yang dilakukan pada lokasi seam batubara yang reguler secara lateral, dipping bed dan seam batubara yang berundulasi secara lateral dapat jelas dideterminasi geometri seam batubara. Konfigurasi elektroda Wenner yang digunakan dalam pengukuran dan pemrosesan hasilnya berupa inversi 2-D ternyata hanya dapat mendeterminasi geometri yaitu ketebalan lapisan batubara tanpa menghasilkan informasi lokal didalam lapisan batubara. Kata kunci : Seam batubara, informasi struktur, konfigurasi Wenner, inversi 2D Abstract Application of geoelectric method in coal exploration still are a new matter, but from field experiments performed at coal seams in place which is reguler laterally, dipping bed and coal seams which is irregular laterally, the geoelectric method can provide information about coal seams. The thickness of coal seam laterally with Wenner configuration was imaged clearly but the profile cannot provide locally information in coal seams. Keywords: Coal seam, structural information, Wenner configuration, 2D inversion 1. PENDAHULUAN Penggunaan metoda geolistrik dalam eksplorasi batubara juga tidak terlalu umum disebabkan karakteristik lapisan yang melingkupi seam batubara juga keterbatasan informasi yang diperoleh yaitu resolusi sedangkan penetrasinya sendiri sangat tergantung dari sifat media yang dilaluinya dan bentangan dari kedua elektroda arus. Perangkat pengukuran geolistrik dapat dilihat pada gambar 1.
  • 2. Tulisan ini secara singkat memberikan gambaran metoda geolistrik diatas didalam penentuan ketebalan lapisan batubara hasilnya cukup jelas tetapi hanya menampakkan informasi geometri seam batubara sedangkan informasi didalam batubara sulit diinterpretasi seperti kandungan air dan lain-lain. 2. METODA GEOLISTRIK Prinsip dasar metoda ini adalah sebagai berikut : arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial untuk tiap jarak elektroda diukur dan dicatat melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengumpulan data berupa arus listrik yang diinjeksikan dan beda potensial yang dihasilkan dari variassi jarak elektroda arus dan elektroda potensial (faktor geometri) dapat diperoleh variasi harga tahanan jenis masing- masing lapisan dibawah titik ukur. Adapun ilustrasi pengukuran geolistrik 2-D dilapangan seperti gambar 2. Gambar 1. Perangkat pengukuran geolistrik Naniura (home made)
  • 3. Sistem akuisisi geolistrik 2-D yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara Wenner seperti gambar 3. Gambar 3. Cara Wenner dalam operasi geolistrik 3. HASIL 3.1.1. Lokasi tambang Air Laya Adapun penyelidikan di ketiga tempat untuk tambang Air Laya terletak pada satu formasi yaitu Suban seams, dimana peringkat batubaranya adalah Bituminuous. Untuk jelasnya sketsa lokasi seperti gambar 11. Pelaksanaan pengukuran ditiga tempat adalah sebagai berikut :  Singkapan batubara dibawahnya ada lapisan clay (‘interburden’) di lokasi A Gambar 2. Ilustrasi cara akuisisi dasar dalam operasi geolistrik 2-D
  • 4. Adapun objek fisik berupa singkapan tersebut (gambar 12) yaitu ketebalan lapisan batubaranya adalah 2.5 M sedangkan lapisan dibawahnya ( interburden ) yaitu lempung tidak diukur ketebalannya dimana posisi kedua antenna pada saat pengukuran langsung diatas singkapan batubara. Adapun hasil akuisisi dengan menggunakan cara konfigurasi Wenner yang telah diproses menggunakan software RES2DINV 3.2 tergambarkan di dalam gambar 13. Pengukuran geolistrik 2-D pada lokasi yang sama (‘A’) juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12  Singkapan batubara miring dibawahnya ada lapisan clay (‘interburden’) di lokasi B Untuk lapisan batubara yang miring (‘dipping bed’) akuisisi juga dilakukan dengan cara (a ) pada lokasi yang berdekatan seperti pada gambar 12 Coal Interburden Coal Interburden
  • 5. dan 13 dimana posisi kedua antenna diatas singkapan batubara. Akuisisi geolistrik 2-D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12 Pengukuran yang dilakukan pada bentuk geometri lapisan yang terdiri dari lapisan lempung (‘overburden’), lapisan batubara dan lapisan lempung (‘interbuden’) yang secara lateral maupun vertikal menampakkan bentuk yang tidak rata dimana ketebalan lapisan atas (‘overburden’) adalah 2.6 M Gambar 12. ‘Seam’ batubara miring Lokasi ukur Coal Clay Coal Clay 23 0
  • 6. sedangkan lapisan batubaranya 4.35 M juga dilakukan dengan cara pendugaan refleksi dengan posisi kedua antenna 30 cm diatas singkapan batubara, Adapun gambar lokasi pengukuran dan hasilnya dengan panjang lintasan ukur adalah 7.2 M dapat dilihat pada gambar 15,16 dan 17. Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2- D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 18. Gambar 18 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15 Gambar 15. Geometri lapisan yang diukur terdiri ‘overburden ( 2.6 M), lapisan batubara ( 4.35 M ) dan ‘interburden’ tidak diukur Overburden Coal Arah Ukur Coal Overburden
  • 7. Pengukuran yang dilakukan pada lapisan batubara yang secara lateral maupun vertikal menampakkan bentuk yang berundulasi dimana ketebalan lapisan atas (‘overburden’) adalah 3.9 M sedangkan lapisan batubaranya 5.20 M juga dilakukan dengan cara pendugaan refleksi dimana posisi kedua antenna langsung diatas singkapan. Adapun gambar lokasi pengukuran dan hasilnya dengan panjang lintasan ukur adalah 10 M dapat dilihat pada gambar 19 dan 20. Gambar 19 . Lapisan batubara yang berundulasi secara lateral Tebal ‘overburden’ : 3.9 M; “Coal seam” : 5.20 M Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2- D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 21. Gambar 21 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19 Coal Overburden Arah Ukur Overburden Coal Interburden
  • 8. 4. PEMBAHASAN Dari pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi antena yang berbeda yaitu :  Pengukuran dalam skala laboratorium dengan letak sampel batubara sub-bituminuous 15 cm dibawah permukaan serta posisi sampel ditegakkan (didalam keranjang plastik) menggunakan frekuensi antena 1 GHz jelas sekali dapat tercitrakan hampir sempurna terutama dengan penggunaan ‘instantaneous amplitude’.  Untuk singkapan batubara dengan ketebalan 2.5 meter menggunakan frekuensi antena 100 MHz dapat mendeterminasi dengan jelas ketebalan lapisan batubara dan terlihatnya kontras vertikal antara kedua lapisan dimana lapisan lempung menunjukkan nilai amplitudo yang rendah ( lihat scale bar ) terutama pada penggunaan ‘instantaneous amplitude’. Sedangkan pada amplitudo ril jelas terlihat adanya penguatan- penguatan nilai- nilai amplitudo secara lokal dimana diduga mencerminkan adanya variasi kandungan air di lapisan batubara. Penggunaan ‘ instantaneous phase’ tidak dilakukan pada singkapan ini karena secara riil amplitudo masih dapat dibedakan antara lapisan batubara dengan lapisan lempung. Untuk hasil inversi dengan menggunakan metoda geolistrik resistivitas jelas hanya dapat mendeterminasi ketebalan lapisan tanpa dapat memberikan informasi lokal yang ada dilapisan batubara.  Pengukuran ‘dipping bed’ singkapan dilakukan dengan menggunakan frekuensi antena 200 MHz dimana jelas terlihat profil kemiringan seam batubara terutama pada penggunaan ‘instantaneous phase’, jelas terlihat ‘sequence’ refleksi radar yang menunjukkan pola- pola perlapisan baik pada batubara maupun lempung, dimana lempung jelas memperlihatkan pola- pola yang tidak teratur. Inversi geolistrik 2-D yang dihasilkan hanya dapat mendeterminasi struktur lapisan.  Pengukuran yang dilakukan pada geometri lapisan yaitu lapisan batu lempung (‘overburden’), lapisan batubara dan lapisan lempung dan pasir (‘interburden’) dengan menggunakan frekuensi antena 100 MHz, resolusinya kurang tajam untuk determinasi batas antara lapisan batubara dengan kedua lapisan yang melingkupinya disebabkan karena lapisan lempung sangat terstruktur (consolidated) sehingga energi yang dirambatkan ke lapisan batubara cukup rendah, sehingga determinasi batas bawah dengan lapisan ‘interburden’ kurang dapat didefinisikan. Determinasi batas kurang dapat dicerminkan baik riil amplitudo, maupun ‘instantaneous amplitude’ dan ‘intantaneous phase’. Kurang kontras pada riil amplitudo antara lapisan penutup (lapisan batu lempung keras dan kompak serta terstruktur) dan kurang terdefinisikan lagi antara lapisan batubara dengan lapisan antara yaitu interburden (lapisan lempung keras dan bercampur pasir) dikarenakan kurangnya perbedaan permitivitas yaitu lapisan batubara mempunyai permitivitas yang rendah (kecepatan tinggi) dimana sangat resistif sedangkan lapisan penutup mempunyai permitivitas yang hampir sama dikarenakan terstruktur dan
  • 9. lempung yang telah membatu sehingga menghasilkan kecepatan tinggi (permitivitas rendah) sehingga lapisan ini menjadi bersifat resistif pernyataan ini ditunjang hasil pengukuran geolistrik 2- D pada lokasi ini dimana arus listrik tidak dapat mencapai bidang batas atas lapisan batubara dengan lapisan antara dibawahnya karena sangat resistif lapisan penutup. Kesimpulan diatas berarti bahwa kecepatan gelombang radar untuk frekuensi antena diatas 100 MHz adalah tidak tergantung pada frekuensi dan hanya tergantung pada permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik dan ini ditunjang hasil penelitian P.M. Reppert et.al., 2000. Seperti pada gambar 22. Disamping itu antena yang diposisikan pada ketinggian tertentu ternyata mempengaruhi energi yang diradiasikan kebawah permukaan. Geolistrik 2-D dimana hasil inversinya pada lokasi ini hanya memendeterminasi batas lapisan batubara dengan lapisan atas (‘overburden’).  Pada pengukuran singkapan batubara dengan seam batubara yang berundulasi dengan menggunakan frekuensi antena 50 MHz dimana secara umum, riil amplitudo masih dapat mendeterminasi lapisan ‘overburden’ tetapi batas bawah antara lapisan batubara dengan ‘interburden’ tidak terdefinisi. Pada lokasi ini jelas lempung tidak membatu dan tidak terkonsolidasi (un-consolidated) sehingga jelas pelemahan energi (ter-absorbsi) terlihat pada ril amplitudo yang melewati lapisan ini, tetapi energi yang ditransmisikan masih cukup tinggi sehingga masih dapat menembus bidang batas antara lapisan batubara dengan lapisan dibawahnya (interburden). Sehingga penggunaan ‘intantaneous phase’ masih dapat mendeterminasi dengan jelas batas antara lapisan batubara dengan ‘overburden’ maupun ‘interburden’. Hasil inversi geolistrik 2-D pada lokasi ini hanya memberikan informasi lapisan batubara secara sebagian
  • 10. dikarenakan lapisan penutup (‘overburden’) sangat konduktif sehingga arus yang didistribusikan kebawah tidak menghasilkan informasi yang diinginkan. 5. KESIMPULAN Dari hasil- hasil pengukuran yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa GPR adalah metoda efektif apabila konduktivitas lapisan disekitar batubara adalah tinggi. Tetapi untuk pengukuran lapisan batubara tanpa lapisan penutup, maka GPR akan dapat memberikan informasi ketebalan maupun variasi kandungan air secara baik dikarenakan lapisan batubara bersifat resistif. Penggunaan akuisisi GPR dengan posisi kedua antena langsung diatas permukaan pengukuran maka akan menghasilkan response yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan posisi kedua antena pada ketinggian tertentu diatas permukaan yang akan diukur. Keuntungan metoda GPR adalah dapat menggunakan variasi frekuensi antena untuk pengukuran. Pengukuran dengan metoda geolistrik secara umum dapat mendefinisikan geometri lapisan batubara terutama pada lapisan batubara tidak ada lapisan penutup. Tetapi untuk ada lapisan penutup metoda ini kurang dapat mendeterminasi ketebalan lapisan batubara, terutama untuk lapisan penutup yang sangat tebal dan konduktip. Metoda ini kurang dapat memberikan informasi yang terkandung dilapisan batubara terutama kandungan air, tetapi informasi struktural dilapisan batubara agak dapat didefinisikan walaupun tidak jelas. UCAPAN TERIMAKASIH Kerja yang telah dilakukan ini dibantu oleh Laboratorium Fisika Bumi ITB dan PT Tambang Batubara Bukit Asam serta proyek Due-Like Universitas Sriwijaya. Kami mengucapkan terimakasih kepada, Direksi PTBA, DR. Bagus Endar NH, DR. Surono, Ir. Fajar, Aziz Koswara, ST, Muslim Nugraha, Ssi, Karlan Ssi, Yonathan Ssi dan seluruh yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam penyelesaian tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Annan A.P., Waller W.M., Strangway D.W., Rossiter J.R.,Redman J.P. and Watts R.D. 1975. The electromagnetic Response of a low-loss, 2-layer dielectric earth for horizontal electric dipole excitation, Geophysics 40, 286- 298. Annan A.P., 2001. Ground Penetrating Radar Workshop Notes, Sensors & Software, Ontario, Canada. David C.N. 1999. The directional dependence of the ground penetrating radar response on the accumulation zones of temperate Alpine glacier, First Break 17, 249-259. Gestel J.V. and Stoffa P.L., 1999. Multi- configuration ground penetrating radar data. 69th SEG meeting, Houston, USA, Expanded Abstracts, 540-543. Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G, Fauzi U, Islam S., 2003a. Determination Study of Coal Seams Thickness by Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd
  • 11. IAGI and the 28th HAGI Annual Convention and Exhibition, Expanded Abstracts. Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G, Fauzi U, Islam S., 2003b. Estimation Study of Total Moisture Variability in Coal Seams Laterally by Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI Annual Convention and Exhibition, Expanded Abstracts. Jol. H.M., 1995. Ground penetrating radar antennae frequencies and transmitter powers compared for penetration depth, resolution and reflection continuity, Geophysical Prospecting 43, 693-709. Lehman F., Boerner D.E., Holliger K. and Green A.G. 2000. Multicomponent georadar data : some important implications for data acquisition and processing. Geophysics 65, 1542-1552. Miwa T., Sato M, and Niitsuma H. 1999. Subsurface fracture measurement with polarimetric borehole radar. IEEE Transaction Geoscience and Remote Sensing 37, 828-837. Noon D.A., 1996. Stepped-frequency radar design and signal processing enhances ground penetrating radar performance, Ph.D. diss, University of Queensland. Tjia M.O., 1997. Teori Elektrodinamika Klasik, Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung.