The History of the Prophet Muhammad SAW moved from Mekah to Madinah. Explaining the Conditions behind the hijrah, Reasons of Hijrah, The difference with the hIjrah to Habasyah. Process of the hijrah, Strategies involved, the trip of hijrah and the smart route of hijrah
The History of the Prophet Muhammad SAW moved from Mekah to Madinah. Explaining the Conditions behind the hijrah, Reasons of Hijrah, The difference with the hIjrah to Habasyah. Process of the hijrah, Strategies involved, the trip of hijrah and the smart route of hijrah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari-harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam. Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benar-benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
1
B. Rumusan
1. Dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi
2. Dakwah Rasulullah secara terang-terangan
3. Perlawanan kafir quraisy
4. Perbandingan metode dakwah masa Rasulullah dengan metode dakwah saat ini
C. Tujuan Penulisan
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis, akibatnya mereka tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi muhammad adalah anggota bani hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku quraisy, karena kabilah ini yang memegang jabatan siqayah (penjaga kunci ka’bah). Muhammad lahir pada hari senin 12 rabiul awal daalam keadaan yatim. karena ayah-NYA meninggal dunia tiga bulan setelah menikah dengan ibu-NYA.
A. DAKWAH SECARA SEMBUNYI
Menjelang usia 40, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat,berkontemplasi kegua Hira, beberapa kilometer di utara mekkah. Disana nabi muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhri-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611M, malaikat djibril muncul dihadapannya, meyanmpaikan wahyu alllah yang pertama yaitu iqra’ sampai lima ayat.
Dengan turunnya perintah itu, mulailah rasul berdakwah. Pertama-pertama, beliau mellakukannya secara diam-diam dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri (Khadijah) kemudian saudara sepupunya (Ali bin Abi Thalib) yang berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkat-Nya. Ummu Aiman, pengasuh nabi
1. ISLAM DI MASA NABI
“Periode Makkah & Madinah”
Oleh: Harkaman & Dina Fadilah al-Haddad
1. Periode Makkah
1.2. Letak Kota Makkah
Kota Mekkah terletak di perut lembah,yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari
sebelah timur membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh dua
bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan
Mekkah. Dan dikenal bagian yang rendah dari lembah tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada
padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh rumah-rumah orang Quraisy, sedangkan bagian yang tinggi
dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan
sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu orang-
orang pedalaman (A’rob) Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu perang, akan
tetapi mereka ini di bawah kaum Quraisy Bathhaa’ (yang tinggal di bathhaa’) dalam kebudayaan,
kekayaan dan martabatnya. (lihat As Siroh An Nabawiyah As Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al
Umary hal: 1/77)
1.2. Watak dan Perilaku Masyarakat Makkah
Makkah adalah lembah yang sangat tandus kondisi geografis seperti inilah berpengaruh besar
dalam membentuk sikap dan watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk makkah
bertempramen buruk dan tidak mampu berpikir secara mendalam.
Ditambah dengan sistem politik di Makkah, yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum qurays
untuk mempertahankan jabatan, kedudukan atau kekuasaan mereka. Sehingga hal itu juga
berpengaruh pada watak dan perilaku mereka yang cenderung lebih agresif, egois, keras kepala
serta tidak mudah bagi mereka untuk dapat menerima pendapat atau keyakinan orang lain.
1.3. Muhammad adalah Nabi
Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya menjelang usianya yang keempat puluh tahun.
Seperti biasanya yang nabi lakukan, nabi terbiasa pada setiap tahun menyisihkan sebagian
waktunya untuk melakukan tahannus di gua hira, yang berjarak beberapa kilometer di utara kota
Makkah dan pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 M ( berdasar pendapat yang paling banyak
digunakan ), seperti biasa nabi melakukan tahannus di gua hira dan pada saat itulah muncul
malaikat jibril dan menyampaikan wahyu Allah yang pertama.
2. Dengan turunnya wahyu pertama itu juga sekaligus menunjukan bahwa Muhammad telah dipilih
atau lebih tepatnya diangkat oleh Allah sebagai nabi, namun dalam wahyu pertama ini ada
perintah untuk mendakwahkan risalah yang didapatnya.
Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak lagi muncul lagi untuk beberapa lama sementara
nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah
turun wahyu yang membawa perintah kepadanya, wahyu itu berbunyi sebagai berikut : “ Hai
orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaknya engkau besarkan Tuhanmu dan
bersihkanlah pakaianmu tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau member (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu
bersabarlah.” (al muddatstsir : 1-7).
Setelah turunnya wahyu itu, itu juga sekaligus menjadi perintah bagi Nabi untuk mulai
berdakwah.
1.4. Perkembangan Islam di Periode Makkah
Sebelum masa masuknya islam kebanyakan kaum arab beribadat dengan cara melakukan
penyembahan berhala dan mereka menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka, hal
tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya nabi Muhammad datang
dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan.
Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak habis-
habisan oleh kaum kafir quraysi, banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan yang
dibawa oleh nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah
sesuatu yang telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang mereka,
sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan mereka, dan para pemahat
serta penjual atau patung merasa datangnya islam akan menghalangi mata pencaharian mereka,
karena tentunya jika islam menyebar maka mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka,
yang mana sangat bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu. Kemudian
kaum Qurasy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad tentang persamaan hak antara
hamba sahaya dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad ingin menghapuskan sistem
perbudakan yang telah lama berjalan kaum qurasy juga menolak ajaran tentang kebangkitan dan
pembalasan hari akhir.
Karena reaksi keras dari kaum quraysi itulah yang tentunya menghambat dakwah nabi
Muhammad karena tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan
nyawa nabi sehingga pada akhirnya nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain.
Dakwah Nabi Muhammad dilakukan dengan dua cara cara pertama yaitu dengan cara
sembunyi-sembunyi dan terbatas.
1.4.1. Periode dakwah dengan cara rahasia dan diam-diam
Awalnya Rasulullah berdakwah secara diam-diam di lingkungan sekitarnya sendiri dan
dikalangan rekan-rekanya sendiri, orang yang pertama kali manerima serta mengikuti
dakwahnya, mula mula istri rasul sayyidatina khadijah kemudian disusul imam Ali yang
3. sekaligus juga menjadi pemeluk agama islam termuda, imam Ali memeluk agama islam pada
usianya yang ke sepuluh tahu. Kemudian disusul Abu Bakar , Zaid, Ummu Aiman dan lain-lain.
Dengan dakwah secara diam-diam ini belasan orang telah menyatakan diri memeluk agama
islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah
agar nabi melakukan dakwah secara terang-terangan.
1.4.2. Periode dakwah dengan terang-terangan dan terbuka
Setelah beberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi turunlah perintah atau firman
untuk melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan:“Dan berilah peringatan kepada
kaum kerabatmu yang terdekat.”(asy syu’araa).
Dengan datang atau turunnya perintah itu nabi mulai berdakwah secara terang-terangan mula-
mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari bani Abdul Muthalib, tapi
mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada masyarakat umum. Maka
Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang makkah, beliau bersabda “bagaimana bila
aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian,
apakah kalian akana mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka menjawab “ ya , kami
percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta” maka Rasulullah bersabda
“ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang
sangat pedih’ lalu rasul mengajak mereka untuk beriman kepada Allah.[1]
Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah nabi mendapatkan perlakuan yang buruk dari
umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin qurays mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah
pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada nabi
ataupun pada para pengikut nabi.
Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Qurays agar Nabi menghentikan
dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai nabi karena perlindungan dari pamanya abi
thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut nabi yang juga
termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum qurays saat itu, dan bagi mereka
yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum qurays saat itu.
Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya
mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum qurays saat itu,
sehingga, kemudian nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain dengan
harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat, alasan lainnya adalah untuk menghindari
serangan dari pemuka-pemuka qurays saat itu.
1.4.3. Nabi berdakwah ke Thaif
Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Qurays di makkah,
Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapa dakwah nabi akan
mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah.
4. Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk
menyebarkan islam di thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di
makkah, di thaif nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya nabi memutuskan kembali ke
makkah, sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke makkah orang Thaif membuntuti nabi
sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Ternyata apa
yang diharapkan dan perkirakan nabi tidak terwujud dan ini semakin menyurutkan semangat
nabi, karena nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan yaitu meninggalnya
dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya Abu Thalib dan juga istrinya sayyidatina
Khadijah.
2. Periode Madinah
Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang kesepakatan kaumnya.
Dia menyuruh Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di sekeliling rumah
rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sanmbil menebarkan debu di atas kepala mereka yang
membuat mereka pingsan.[2]
Peristiwa pengepunan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju
Madinah. Di kala kaumnya sudah benar-benar menentang dan ingin mebunuh Nabi, sebagi bukti
tanda penolakan kan kebenaran yang dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat
Islam dengan harus hijrah.
2.1. Aspek Sosial Kemasyarakatan
Berbeda dengan Makkah, madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang meninggalkan
bemtuk keamsyarakatan absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-
angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem kekerabatan. Madinah juga
memimiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih simpatik terhadap
monotheisme.[3]
Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslim tersebut,
merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang
tidak bisa lagi dipungkuri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang
terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari persaudaraan
yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah perbedaan. Kalaupun
ada masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan
sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.
Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa bahwa
dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan. Hal
ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi kewajiban di setiap
Muslim sebagaimana dalam riwayat nabi seringkali memerintahkannya.
Ada beberapa teradisi yang yang perlu digaris bawahi:
5. Silaturahim yang membudaya
Gotonngroyong sering diadakan demi kepentingan bersama
Kepedulian yang tinggi, mengungjungi orang yang sedang sakit atau yang terkena
musibah.
2.2. Aspek Politik Pemerintahan
Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad juga menjadi pemimpin pemerintahan.
Kalau sekarang beliau selayaknya sebagai presiden. Nabi terkenal dengan kebijaksananannya
dalam menjalankan roda pemerintahan. Kepentingan umum lebih dikedepankan dari
kepentingan-kepentingan yang lain.
Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu sistem musyawarah dan demokrasi dan
yang terpenting adalah perkara diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan yang
berbeda merasa tenang karena tidak ada diskriminasi. Mereka bisa hidup berdampingan tanpa
ada permusushan dengan yang lain. Keberagaman yang yang ada tidak menjadi persoalan, justru
mengokohkan solidaritas di antara mereka.
Meman pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah bagaimana menghapus perinsip
kesukuan dan mempererat persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk
masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz dan Khazraj.
Perlu diketahui ada beberapa strategi yang dilakukan Rasulullah, dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru yang telah terbentuk. Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
2.2.1. Pembangunan mesjid
Masjid di zaman Nabi, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagi tempat
mempersatukan kaum Muslimin, musyawarah, bahkan menjadi pusat pemerintahan.
2.2.2. Ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama Muslim.
Haln ini dilakukan oleh Nabi, agar persaudaraan mereka kuat dan menjadikan gebrakan yang
baru, bahwa persaudaraan itu tidak hanya terjadi karena ada hubungan darah. Akan tetapi antar
agama dapat terjadi juga.
2.2.3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.[4]
Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi mengadakan perjanjian dengan non-Muslim.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa masyarakat Madinah beragam, maka langkah iniloh
yang dilakukan oleh Nabi, diharapkan tidak ada yang merasa diskriminasi. Dari sinilah kemudian
muncul nama Piagam Madinah.
2.3. Kemiliteran
6. Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau turut terjun dalam 26 atau 27
peperangan dalam ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan yang
besar misalnya, perang badar, perang Uhud, Khandaq, perang Hunayn dan dalam penaklukkan
kota Makkah. Adapub peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan diserahkan kepada para
komandang yang ditunujuk oleh Nabi.[5]
Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi moralitas dan kedisiplinan yang
tinggi membuat mereka tertata di bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi
peperangan Nabi kerap kali mengundang para sahabat (Tokoh-tokoh) untuk berdiskusi mengenai
hal tersebut.
Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam makin meningkat. Pada awalnya
pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga pada peran terakhir di Uhud, pasukan
umat Islam sudah mencapai 30.00 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki keahlian yang cukup
baik dan disiplin yang tinggi.
2.4. Dakwah
Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya memiliki perbedaan dengan system yang
telah diterapkan oleh nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit kemudahan
dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk Madinah yang menganut
agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi memasuki Madinah, beliau mendapat penyambutan
yang luar biasa dari masyarakat.
Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu sebagai berikut:
Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar
Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat
mewujudkan nagari “ Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “
Madinatul Munawwarah”.[6]
Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak mendapat penolakan dari
masyarakat Madinah, karena nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada
hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya berbuat adil, saling menolong,
larangan curang dalam berdagang, dan lai-lain.
Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu muliah dan sangat
bijak dalam memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah diselesaikan.
Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan untuk memberikan
jalan keluar.
7. 2.5. Kondisi Perekonomian Madinah
Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan terkonsentarasi di tangan orang-orang Yahudi.
Jadinya orang-orang Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama bertahun-
tahun. Salah satu alasan mengapa mereka begitu miskin adalah dikarenakan harus memabayar
bunga pinjaman mereka yang cukup tinggi kepada orang-orang yahudi.[7]
Kaum Anshar meman berada dalam lembah kemiskinan, akan tetapi Kaum Muhajirin lebih
miskin lagi. Karena mereka hijrah tanpa membawah harta benda, barang berharga ditinggalkan
di Makkah. Semakin hari kehidupan kaum Muhajirin memperihatinkan. Pada perjanjian awal
kaum Muhajirin harus membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak berpengalaman
dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun milik orang Yahudi
dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.
Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan dengan kaum
Anshar. Mereka harus saling membantu dan bekerja sama. Peristiwa ini terjadi selang beberapa
bulan kedatangan Nabi di Madinah. Ada beberapa orang yang dipersaudarakan, di anataranya
sebagai berikut:
Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-yamani (Anshar)
Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid
Utsman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit
Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik
Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr
Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub
Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az
Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin Waqash
Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’
Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik
Sementara itu Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun, namun Ali patut berbangga, karena
Nabi mengatakan engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.[8]
Hingga akhirnya masalah perekonomian yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan.
Berjalannya hari kaum Anshar dan Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan Muhajirin
melebihi kekayaan kaum Anshar. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat
menyedihkan setelah wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin menaruh barisan kaum Anshar berada
dibelakang barisan mereka. Ini karena adanya penyusut dari Bani Umayyah yang menyamar
menjadi kaum Muahajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum Anshar adalah musuh Bani
Umayyah.
2.6. Sumber-sumber Keuangan Negara
Pada masa pra-Islam, masyarakat Arab tidak mengenal otoritas pemerintahan pusat. Mereka juga
belum mengenal system pendapatan dan pembelanjaan pemeritahan. Nabi Muhammad adalah
orang yang pertama kali memperkenalkan system ini di wilayah Arabiyah. Beliau mendirikan
8. lembaga kejayaan masyarkat di Madinah. Terdapat lima sumber utama pendapatan Negara
Islam, yaitu (i) Zakat, (ii) Jizyah (pajak perorangan), (iii) Khraj (pajak tanah), (iv) Ghanimah
(hasil rampasana perang), (v) al-fay’ (hasil tanah negara.[9]
Kewajiban mengeluarkan zakat sudah jelas dalam al-Qur’an. Baik zakat untuk binatang ternak,
buah-buahan, biji-bijian, hasil pertanian, maupun perak dan emas. Adapun masa pengeluaran itu
ketika sampai batas minimal (nishab). Sedang jizyah adalah pajak yang harus dikeluarkan oleh
non-Muslim sebagai biaya pengganti jaminan keaamanan bagi mereka. Dan biaya ini bisa
dikembalikan apabilah jaminan itu tidak terlaksana.
Dan bagi non-Muslim yang mempunyai lahan atau tanah juga dikenakan kewajiban untuk
mengeluarkan pajak. Kebijakan ini sama dengan kebijakan yang ada di Persia dan Romawi.
Nabi memberlakukannya setelah penaklukan Khibar.
Ghanimah yang diperoleh dari hasil peperangan terbagi menjadi atas lima bagian (1/5). ¼ buat
kas negara dan 4/5 dibagikan kepada pasukan muslimin yang ikut berperang. Barang rampasan
itu meliputi senjata, kuda, dan harta bergerak lainnya. Dan sisa dari 1/5 tersebut, didistribusiukan
untuk keperluan keluarga Nabi, fakir miskin, Anak yatim. Dan untuk keperluan Muslimin
lainnya.
Tanah-tanah yang berada di wilayah negeri yang ditaklukkan oleh pasukan Muslim, maka itu
termasuk kekayaan negara. Maka dari itu di zaman Nabi, tanah dan lahan negara cukup luas.
[1] Ahmad al-Usairy. Sejarah Islam. (Jakarta, Akbar Media Eka Sarana : Cet. Ke-6, 2008). Hal.
87
[2]Ahmad al-Usairy. Ibid. Hal. 102
[3]Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : Cet. I, 1999).
Hal.38
[4]Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2005). Hal. 26
[5]K. Ali. Sejarah Islam. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : Cet. Ke-4, 2003).Hal.128
[6]http://penulismudasukses.blogspot.com/search/label/dakwahkampus
[7]Sayed Ali Asgher Razwy. Muhammad Rasulullah Saw. (Jakarta, Pustaka Zahra : Cet. I,
2004). Hal. 163
[8] Sayed Ali Asgher Razwy. Ibid. Hal. 164
[9] K. Ali. Op.Cit. Hal. 126
9. DAFTAR PUSTAKA
Ali Asgher Razwy, Sayed. 2004. Muhammad Rasulullah Saw. Jakarta: Pustaka Zahra
Ali, K. 2003. Sejarah Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Al-Ghazali, Muhammad. 2002. Memahami Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Al-Usairy, Ahmad. 2008. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana
http://penulismudasukses.blogspot.com/search/label/dakwahkampus
Lapidus , Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada
Yatim, Badri. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada