Sanksi ta'zir adalah hukuman untuk pelanggaran yang tidak diatur oleh Al-Quran atau hadis, seperti pelanggaran terhadap kehormatan, harta milik, atau keamanan. Hukuman ta'zir dapat berupa hukuman mati, cambuk, penjara, pengasingan, denda, atau ancaman, dan pelaksanaannya diserahkan kepada hakim untuk menentukan berdasarkan kasusnya. Terdapat 13 jenis sanksi ta'zir
Al-dzari’ah merupakan larangan yang wajib kita tinggalkan karena menyumbat jalan yang menuju kerusakan. Oleh sebab itu, apabila ada perbuatan baik yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan, hendaklah dicegah/disumbat agar tidak terjadi kerusakan.
Kalau perbuatan itu dipastikan kebiasaan yang sangat kecil, maka kebiasaan kecil akan mendatangkan yang lebih besar.
Al-dzari’ah merupakan larangan yang wajib kita tinggalkan karena menyumbat jalan yang menuju kerusakan. Oleh sebab itu, apabila ada perbuatan baik yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan, hendaklah dicegah/disumbat agar tidak terjadi kerusakan.
Kalau perbuatan itu dipastikan kebiasaan yang sangat kecil, maka kebiasaan kecil akan mendatangkan yang lebih besar.
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalamzryahmadZAA
Jenis Kesalahan & Hukuman :
Minum arak
Meminum sebarang bahan yang memabukkan sama ada dinamakan arak atau tidak, banyak atau sedikit
Hukuman : Sebat 40 kali
2. Mencuri
Mengambil harta orang lain secara tersembunyi (tanpa kerelaan) dengan tujuan memilikinya
Hukuman : Potong tangan & pulangkan barang yang dicuri
3. Qazaf
Tuduhan zina atau penafian nasab terhadap orang yang baik akhlaknya
Hukuman : Sebat 80 kali & tidak diterima sebagai saksi
4. Zina
Melakukan persetubuhan yang haram tanpa nikah yang sah antara lelaki dan perempuan
Hukuman :
Penzina Bukan Muhsan (Belum Kahwin) : Sebat 100 kali dan buang daerah selama setahun
Penzina Muhsan (Sudah Kahwin) : Rejam dengan batu sampai mati.
5. Merompak
Melakukan serangan dengan menggunakan kekerasan untuk merampas harta, membunuh atau menakutkan orang awam secara terbuka.
1. Pembunuhan
Serangan yang mengakibatkan kehilangan nyawa.
Hukuman :
Mati
Diyat jika ada pengampunan daripada waris mangsa
2. Perbuatan yang Membawa Kepada Kecederaan
Perbuatan yang mendatangkan kecederaan
Hukuman :
Balasan yang sama
Diyat jika ada pengampunan daripada mangsa atau waris mangsa.
Menegakkan keadilan dalam kalangan manusia agar dapat hidup dengan sejahtera.
Mendidik dan menghukum bagi sebarang kesalahan dan maksiat yang dilakukan supaya mendapat keampunan daripada Allah SWT.
Menjamin keselamatan, kestabilan dan kedamaian bagi masyarakat dan negara.
Merancakkan pertumbuhan ekonomi tanpa bimbang kepada sebarang rampasan dan kecurian.Matlamat Hukum Hudud, Qisas dan Ta’zir
HUKUM HUDUD
(a) untuk melindung masyarakat daripada bahaya jenayah dan mencegah sebelum ia berlaku.
(b) untuk memperbaiki penjenayah dan membetulkan penyelewengan. Ini dapat dilihat daripada kesan yang ditinggalkan oleh hukuman ke atas penjenayah yang memberi pengajaran, memperbaiki dan menghalang seseorang daripada melakukan jenayah.
(c) untuk membersih dosa penjenayah dan menyelamatkannya daripada azab akhirat.
Peranan Undang-Undang Jenayah Islam Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan dalam Masyarakat
(a) Undang-undang jenayah Islam menjatuhkan hukuman secara adil dan saksama. Misalnya orang yang membunuh dihukum bunuh balas. Ini menyebabkan warisnya berpuas hati dan hilang perasaan dendam.
(b) Hukuman jenayah Islam yang kemas dan tegas menyebabkan penjenayah dan orang ramai takut dan gerun untuk mengulangi jenayah. Akhirnya kehidupan masyarakat aman dan sejahtera.
(c) Hukuman jenayah Islam mengandungi unsur-unsur pendidikan kepada penjenayah dan orang ramai. Hukuman yang dikenakan mendorong seseorang penjenayah bertaubat dan menyesali kesalahan yang dilakukannya. Dengan ini jenayah akan berkurangan dalam masyarakat.
Pengertian Hudud;
(a) Dari segi bahasa hudud bererti menahan atau mencegàh.
(b) Dari segi istilah hudud pula bermaksud hukuman yang tidak boleh dipinda yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran dan Sunnah.
JENAYAH DALAM ISLAM
QISAS - HUDUD - TA'ZIR
PENDIDIKAN SYARIAH ISLAMIAH
TINGK
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-JawiAnas Wibowo
Studi mendalam dan objektif terhadap sistem pidana Islam telah menunjukkan berbagai keunggulannya bila dibandingkan dengan sistem pidana sekuler yang tengah diterapkan. Tulisan ini mencoba mengungkap segi-segi keunggulan sistem pidana Islam tersebut, baik keunggulan secara konseptual (teoretis), maupun keunggulan praktikal (empiris).
1. A. Sanksi Ta’zir
a) Pengertian
Adalah suatu jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir, pelaksanaan hukuman ta’zir,
baik yang jenis larangannya ditentukan oleh nas atau tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak
Allah ataupun perorangan, hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.
Ta‘zîr adalah sanksi atas kemaksiatan yang di dalamnya tidak had dan kafarah. Pada
dasarnya, sanksi ta‘zîr ditetapkan berdasarkan pendapat seorang qâdhi dengan
mempertimbangkan kasus, pelaku, politik, dan sebagainya. Dr. Abdurrahman al-Maliki
mengelompokkan kasus ta‘zîr menjadi tujuh: (1) pelanggaran terhadap kehormatan; (2)
penyerangan terhadap nama baik; (3) tindak yang bisa merusak akal; (4) penyerangan terhadap
harta milik orang lain; (5) ganggungan terhadap keamanan atau privacy; (6) mengancam
keamanan Negara; (7) kasus-kasus yang berkenaan dengan agama; (8) kasus-kasus ta‘zîr lainnya.
Secara bahasa ta'zir merupakan mashdar (kata dasar) dari 'azzaro yang berarti menolak
dan mencegah kejahatan, juga berarti menguatkan, memuliakan, membantu. Ta'zir juga berarti
hukuman yang berupa memberi pelajaran. Disebut dengan ta'zir, karena hukuman tersebut
sebenarnya menghalangi si terhukum untuk tidak kembali kepada jarimah atau dengan kata lain
membuatnya jera. Sementara para fuqoha' mengartikan ta'zir dengan hukuman yang tidak
ditentukan oleh al Qur'an dan hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah
dan hak hamba yang berfungsi untuk memberi pelajaran kepada si terhukum dan mencegahnya
untuk tidak mengulangi kejahatan serupa. Ta'zir sering juga disamakan oleh fuqoha' dengan
hukuman terhadap setiap maksiyat yang tidak diancam dengan hukuman had atau kaffarat.
Hukuman ta'zir adalah hukuman yang bersifat pengajaran terhadap berbagai perbuatan
yang tidak dihukum dengan hukuman hudud atau terhadap kejahatan yang sudah pasti ketentuan
hukumnya hanya syaratnya tidak cukup (misalnya saksi tidak cukup dsb). Pelaksanaan hukuman
takzir ini diserahkan kepada penguasa yang akan menjatuhkan hukuman. dan dalam hal ini
hakim atau penguasa memiliki kebebasan untuk menetapkan hukuman ta’zir kepada pelaku
tindak pidana yang hukumannya tidak disebutkan dalam Alquran. Pemberian hak ini adalah
untuk mengatur kehidupan masyarakat secara tertib dan untuk mengantisipasi berbagai hal yang
tidak diinginkan. Tindak pidana yang dikenakan hukuman ta’zir selain tindak pidana yang
dihukum dengan hudud, qisas atau diyat, dan kiffarat. Bentuk hukumannya bisa berupa hukuman
mati, dera, kurungan, pengasingan, salib, ancaman, denda, dsb.
2. 4. Jenis-Jenis Sanksi Ta’zir
Mengenai sanksi-sanksi yang telah digunakan syar’I (sebagai hukuman), mencakup
jenis-jenis berikut
1. Sanksi Hukuman Mati, khalifah boleh menjatuhkan sanksi hukuman mati dalam
ta’zir. Meskipun sanksi pembunuhan termasuk had (hudud), yang ditunjukan bagi
pezina mukshon, liwath, juga terdapat hadist yang melarang had dijatuhkan pada
kasus selain had, akan tetapi sanksi pembunuhan itu sendiri berbeda dengan sanksi
jilid (dera) yang ditetapkan sebagai had. Untuk sanksi jilid masih mungkin untuk
mengurangi hadnya (jumlah jilidnya), sedangkang sanksi hukuman mati adalah had
satu-satunya. Walupun demikian seorang khalifah atau imam bisa memberi sanksi
hukuman mati dalam kasus ta’zir. Hal ini dijelaskan pada hadist Nabi SAW:
... ...
Barangsiapa yang mendatangi kalian dan memerintahkan kalian dengan maksud
memecah beleh persatuan kalian, atau memisahkan dari jama’ah kalian, maka
bunuhlah.
2. Jilid, yaitu memukul dengan cambuk, atau dengan alat sejenis.
3. Penjara, pemenjaraan secara syar’I adalah menghalangi atau melarang
seseorang untuk mengatur dirinya sendiri. Baik itu dilakukan di dalam negeri,
rumah, mesjid, di dalam penjara, atau di tempat-tempat lain.
4. Pengasingan, adalah pembuangan seseorang di tempat yang jauh.
5. Al-hijri, pemboikotan, yaitu seorang penguasa mengistruksikan masyarakat untuk
tidak berbicara dengan seorang dalam batas waktu tertentu.
6. Salib, sanksi ini berlaku dalam satu kondisi, yaitu jika sanksi bagi pelaku
kejahatan adalah hukuman mati. Terhadapnya boleh dijatuhi hukuman salib.
7. Ghuramah, ganti rugi, yaitu hukuman bagi orang yang berdosa dengan cara
membayar harta sebagai sanksi atas tindak kejahatan.
8. Melenyapkan Harta, yaitu menghancurkan harta benda sampai rusak dan habis,
agar tidak bisa dimanfaatkan lagi.
9. Mengubah Bentuk Barang, maksudnya Rasulullah SAW melarang merusak
potongan uang perak dan emas, kecuali dipalsukan. Dan jika kemudian terjadi
pemalsuan, maka secara otomatis, sebagai sanksinya beliau merusaknya, dan
menjatuhkan sanksi kepada pelakunya.
10. Tahdid ash-Shadiq, ancaman yang nyata, yaitu pelaku dosa diancam dengan
sanksi jika ia mengerjakan tindak dosa.
11. Wa’dh, nasihat, yaitu seorang qadhi menasehati pelaku dosa dengan
memperingatkannya dengan azab Allah SWT.
12. Hurman, pencabutan, yaitu menghukum pelaku dosa dengan pencabutan
sebagian hak maliyyahnya.
13. Tawbikh, pencelaan, yaitu mencela pelaku dosa dengan kata-kata.
14. Tasyir, publikasi, yaitu mempublikasikan orang yang dikenai sanksi untuk
mehilangkan kepercayaan masyarakat terhadap orang tersebut.