Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara ilmu bahasa, antropologi, dan ilmu kognitif dalam membentuk konsep dan pengetahuan, serta implikasi pengetahuan nonlinguistik ini bagi pembelajaran keterampilan dan antropologi.
2. KEBUDAYAAN DAN ILMU KOGNITIF (1)
Gambaran ilmu kognitif (biasanya):
psikologi kognitif, filsafat,
neurofilsafat, kecerdasan buatan,
linguistik, antropologi
Antropologi
dianggap mitra bayangan
yang diperhitungkan hanya antropologi kognitif
padahal beberapa teori ilmu kognitif
merupakan pokok perhatian antropologi
dan seharusnya menuntun para antropolog untuk
menguji kembali dasar-dasar pemikiran mereka
3. KEBUDAYAAN DAN ILMU KOGNITIF (2)
Perbedaan kajian antropolog sosial & budaya:
budaya kebutuhan yang harus diketahui untuk
beroperasi secara efektif dalam lingkungan tertentu;
sosial organisasi sosial dan tingkah laku yang
menghubungkan satu orang dengan orang lainnya.
Ketidakmutlakan perbedaan:
antropolog budaya memperoleh kebudayaan melalui
pengamatan terhadap kegiatan komunikatif;
antropolog sosial harus membangun sebuah representasi
kebudayaan masyarakat untuk dapat mengerti kegiatan-
kegiatan mereka.
Beberapa konsep kebudayaaan perlu untuk
semua antropolog budaya dan sosial.
4. KEBUDAYAAN DAN ILMU KOGNITIF (3)
Kebudayaan tidak terpisahkan dari bahasa
karena kebudayaan dipikirkan & diteruskan melalui bahasa;
karena kebudayaan pada akhirnya “sangat menyerupai”
bahasa.
Jika kebudayaan = keseluruhan atau bagian dari apa yang
harus diketahui orang dalam lingkungan sosial tertentu
untuk beroperasi secara efisien, maka:
orang harus telah memperoleh pengetahuan tersebut
melalui pengembangan potensi bawaan, atau
dari sumber-sumber luar, atau
kombinasi kedua hal di atas
pengetahuan yang diperoleh terus menerus disimpan dalam
cara yang membuatnya relatif mudah diakses ketika dibutuhkan
5. PEMBENTUKAN KONSEP (1)
Gagasan lama: anak belajar konsep klasifikasi
sebagai definisi penting dan minimal.
Pemahaman sekarang: konsep dibentuk melalui
referensi kembali pada bentuk dasar (prototipe).
Contoh: konsep rumah
bukan daftar ciri penting, tetapi membandingkan
dengan sekelompok ciri yang mirip.
6. PEMBENTUKAN KONSEP (2)
Bentuk mental konsep klasifikasi melibatkan jaringan pola
teoretis-praktis yang implisit dan longgar atas suatu
pengetahuan berdasarkan pengalaman “contoh terbaik”.
Aspek signifikan dari cara konsep klasifikasi ini adalah apa
yang membuatnya isomorfis dengan naskah & skema.
Naskah & skema : jaringan prosedur atau pemahaman-
pemahaman yang memungkinkan kita untuk berurusan
dengan situasi-situasi berulang dan standar.
Contoh:
menyiapkan sarapan
diciptakan secara budaya
7. PEMBENTUKAN KONSEP (3)
o Tidak ada hubungan keharusan
antara konsep dan kata.
Ini diperjelas dalam contoh
pemikiran konseptual anak-anak
prelinguistik: memiliki konsep
„rumah‟ sebelum mereka dapat
mengatakan kata rumah.
Berbagai kajian menunjukkan
bahwa perolehan semantik leksikal
oleh anak-anak sebagian besar
merupakan masalah mencoba
mencocokkan kata-kata pada
konsep-konsep yang telah
terbentuk.
8. PEMBENTUKAN KONSEP (4)
Usaha pemisahan konsep mental
dan leksikon ditinjau ulang berkat
karya „perolehan semantik‟
(Boweman, 1977).
membuktikan pergerakan bolak-balik
yang terus menerus antara aspek-
aspek klasifikasi yang diperkenalkan
melalui bahasa dan konsep-konsep
mental;
contoh: anak belajar untuk
mengekspresikan konsep melalui kata-
kata.
pergerakan dialektikal
9. PEMBENTUKAN KONSEP (5)
Kesimpulan sementara:
bahwa banyak pengetahuan pada dasarnya merupakan
bentuk nonlinguistik;
bahwa konsep-konsep melibatkan jaringan-jaringan
implisit atas makna-makna yang dibentuk melalui
pengalaman dan praktik dalam dunia eksternal;
bahwa dalam keadaan tertentu, pengetahuan
nonlinguistik dapat diberikan pada bahasa dan
kemudian mengambil bentuk wacana eksplisit, tetapi
terjadi perubahan sifat dalam prosesnya.
10. BEBERAPA IMPLIKASI DARI MEMPELAJARI KETERAMPILAN
& MENGEMBANGKAN KEAHLIAN (1)
Bidang bersama psikologi kognitif-antropologi juga
mengungkapkan pentingnya pengetahuan nonlinguistik
kajian terhadap cara kita mempelajari pekerjaan-pekerjaan praktis
sehari-hari.
Banyak pengetahuan diwariskan secara budaya dalam
cara-cara yang berbeda:
masyarakat berpendidikan tinggi instruksi eksplisit
masyarakat non industri partisipasi & peniruan (bertahap)
11. BEBERAPA IMPLIKASI DARI MEMPELAJARI KETERAMPILAN
& MENGEMBANGKAN KEAHLIAN (2)
Analisis para antropolog: bahasa berperan kecil dalam
pewarisan pengetahuan.
Borofsky kepulauan Polynesian di Pukapuka
Lave Liberian tailors (Afrika Barat)
Pewarisan pengetahuan cenderung terjadi dalam konteks
kegiatan sehari-hari melalui observasi dan praktik langsung
dengan hanya sejumlah kecil instruksi verbal langsung.
Pengajaran asli diterima melalui bahasa, tetapi proses
menjadi ahli melibatkan transformasi proposisi ke
pengetahuan nonlinguistik yang mendasar.
Guru: implisit eksplisit, murid: eksplisit implisit
Keuntungan dalam masyarakat non industri: memotong
transformasi ganda.
12. BEBERAPA IMPLIKASI DARI MEMPELAJARI KETERAMPILAN
& MENGEMBANGKAN KEAHLIAN (3)
pemula ahli
beberapa pengajaran dilakukan cepat, efisien, otomatis
secara verbal siswa masih tidak berpikir tentang yang
sering berpikir dalam kata-kata dilakukan dalam kata-kata
belum banyak latihan, belum banyak praktik, mengingat banyak
mengetahui banyak konfigurasi konfigurasi lebih mudah dan cepat
belum mengenali banyak dapat mengatasi situasi yang
situasi, belum tahu bagaimana dikenal maupun situasi baru
mengatasi situasi baru
13. BEBERAPA IMPLIKASI DARI MEMPELAJARI KETERAMPILAN
& MENGEMBANGKAN KEAHLIAN (4)
Belajar menjadi ahli membangun mekanisme kognitif
mekanisme yang hanya berkaitan dengan bidang tertentu;
mekanisme yang dapat mengatasi suatu informasi yang
berhubungan dengan bidang kegiatan tersebut dengan cepat &
efisien, meskipun kasus yang sudah pernah ditemui sebelumnya
tidak persis sama.
Beberapa karya terakhir menunjukkan bahwa belajar
menjadi ahli dalam bidang-bidang yang dikenal merupakan
pendahuluan yang diperlukan untuk jenis pembelajaran
lainnya dan agar mampu mengatasi hal yang kurang
dikenal dan kurang dapat diprediksi.
14. KONEKSIONISME DAN TANTANGAN
UNTUK MODEL-MODEL LOGIS SENTENSIAL (1)
Teori koneksionisme diperlukan karena model linier
sentensial (model logis-kalimat yang secara umum mirip
bentuk semantik dari bahasa alamiah) tidak dapat
diperhitungkan untuk kecepatan dan efisiensi dalam
pekerjaan sehari-hari.
Koneksionisme merupakan teori alternatif
pemikiran, menunjukkan bahwa kita mengakses
pengetahuan dari memori dan dari persepsi atas dunia
eksternal melalui sejumlah satuan pengolahan yang
bekerja paralel dan serempak memberikan informasi, lalu
informasi yang diterima ini dianalisis secara serempak.
15. KONEKSIONISME DAN TANTANGAN
UNTUK MODEL-MODEL LOGIS SENTENSIAL (2)
Koneksionisme dapat menjelaskan:
betapa banyaknya kebudayaan dalam pikiran
manusia;
mengapa jenis kebudayaan ini tidak dapat menjadi
linguistik atau menyerupai bahasa.
Untuk dapat menjadikan kebudayaan efisien
dibutuhkan konstruksi atas jaringan-jaringan
bidang yang berhubungan secara relevan, yang
dengan sifatnya tidak dapat disimpan atau
diakses melalui bentuk-bentuk logis sentensial.
16. PENGETAHUAN DALAM KATA-KATA
Kebudayaan bukan linguistik dan tidak pula menyerupai
bahasa, tetapi bukan berarti bahasa tidak penting.
Berlawanan dengan apa yang cenderung diasumsikan para
antropolog, kita perlu melihat fenomena lingustik sebagai suatu
bagian kebudayaan yang sebagian besar berupa nonlinguistik.
Alih-alih memanfaatkan bahasa begitu saja, kita perlu melihat
kehadirannya sebagai penjelasan yang dibutuhkan.
Proses memasukkan pengetahuan ke dalam kata-kata
membutuhkan suatu transformasi dalam sifat pengetahuan yang
mana kata-kata kemudian hanya akan memiliki hubungan yang
jauh pada pengetahuan yang dirujuk.
Namun, proses memasukkan pengetahuan ke dalam kata-kata
juga mungkin melibatkan kemajuan dalam bidang-bidang yang
berbeda, pada transformasi konsep-konsep prototipe menjadi
konsep-konsep klasik (dengan suatu checklist atas ciri-ciri yang
cukup dan diperlukan).
17. IMPLIKASI-IMPLIKASI UNTUK ANTROPOLOGI (1)
Diskusi kita tentang bagaimana cara pengetahuan diatur
memiliki implikasi mendasar untuk antropologi:
bahwa kebudayaan mungkin merupakan jenis fenomena yang
berbeda dari apa yang sebelumnya terpikir;
Hingga saat ini, antropologi telah mencoba menganalisis
kebudayaan melalui model-model pemikiran masyarakat yang
berlaku hanya untuk pengetahuan logis sentensial (hanya
sebagian kecil dari seluruh pengetahuan).
implikasi-implikasi metodologis.
Antropolog tidak menghasilkan kembali organisasi
pengetahuan orang yang ia pelajari, tetapi
mentransmutasikannya ke sebuah bentuk logis yang sama
sekali berbeda.
18. IMPLIKASI-IMPLIKASI UNTUK ANTROPOLOGI (2)
Para antropolog memiliki keuntungan melebihi ilmuwan kognitif lainnya
karena mereka telah memiliki teknik yang dianjurkan oleh Malinowski:
pengamatan partisipan.
Pengamatan partisipan membuat kita memahami prosedur mana yang
harus dipelajari orang-orang tersebut dan memungkinkan kita untuk
menguji apakah kita belajar secara benar dengan mengamati peningkatan
kemampuan kita dalam melakukan berbagai pekerjaan secepat informan
kita.
Yang perlu ditekankan ketika menjelaskan tentang bagaimana kita
mengerjakan hal-hal berlawanan dengan yang dijalankan ilmuwan
kognitif atau sosial:
pentingnya kita terikat pada kegiatan harian;
bagaimana kita meyakini bahwa aspek terpenting kebudayaan tertanam
pada dasar-dasar pikiran tindakan.
Para antropolog membutuhkan para ilmuwan kognitif lainnya dan para
ilmuwan kognitif itu juga akan diuntungkan dari kerjasama dengan para
antropolog yang memiliki pengalaman pengamatan partisipan.
19. SUMBER GAMBAR
http://metaproducts.nl
http://nwlink.com
http://purplehousehostel.com
http://123rf.com
http://americanbedu.com
http://kidsfront.com
http://warungbarangantik.blogspot.com
http://cellphonesafety.org
http://recreation.slco.org
http://2013.laschool4education.com
http://lasalle-pibrac.net
http://clipartguide.com
http://illustrationof.com