Buku besar adalah kumpulan akun yang digunakan untuk meringkas data transaksi dari jurnal. Transaksi dicatat dalam buku besar dengan menggunakan asas berpasangan dan persamaan dasar akuntansi. Jumlah angka dari jurnal dipindahkan ke buku besar dengan mencatat tanggal, jumlah debit atau kredit, serta nomor referensi jurnal dan halaman.
SOP FINANCE & AKUNTING – STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEUANGAN DAN AKUNTING
Adapun Contoh SOP DEPARTEMEN FINANCE yang meliputi:
1. SOP Pengeluaran Uang untuk Kegiatan Operasional Bisnis
2. SOP Pengeluaran Uang untuk Pembelian Bahan Baku
3. SOP Penerimaan Uang Penjualan secara Tunai
4. SOP Penerimaan Uang Penjualan Di Muka secara Transfer
5. SOP Pencatatan dan Penagihan Piutang Pelanggan
6. SOP Pembayaran Gaji Karyawan
7. SOP Pelaporan dan Pembayaran PPN
8. SOP Pelaporan dan Pembayaran PPH
9. SOP Rekonsiliasi Bank
10. SOP Permintaan Kas Kecil
11. SOP Pelaporan Penggunaan Kas Kecil
12. SOP Rapat Bulanan Monitoring Kinerja
13. SOP Rapat Mingguan Monitoring Kinerja
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )rizan kusuma
Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban mendaftar dan melaporkan usaha bagi wajib pajak sebagai pengusaha di Indonesia. Secara garis besar mencakup kewajiban mendaftar untuk memperoleh NPWP, melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP, serta konsekuensi hukum bagi yang tidak melakukannya.
Yayasan merupakan badan hukum yang kekayaannya terdiri dari harta yang dipisahkan untuk mencapai tujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan memiliki organisasi berupa pembina, pengawas, dan pengurus serta harus mendaftarkan diri ke instansi berwenang untuk mendapatkan status hukum. Akuntabilitas yayasan dapat ditingkatkan melalui sistem akuntansi yang mencatat transaksi secara jel
Buku besar adalah kumpulan akun yang digunakan untuk meringkas data transaksi dari jurnal. Transaksi dicatat dalam buku besar dengan menggunakan asas berpasangan dan persamaan dasar akuntansi. Jumlah angka dari jurnal dipindahkan ke buku besar dengan mencatat tanggal, jumlah debit atau kredit, serta nomor referensi jurnal dan halaman.
SOP FINANCE & AKUNTING – STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEUANGAN DAN AKUNTING
Adapun Contoh SOP DEPARTEMEN FINANCE yang meliputi:
1. SOP Pengeluaran Uang untuk Kegiatan Operasional Bisnis
2. SOP Pengeluaran Uang untuk Pembelian Bahan Baku
3. SOP Penerimaan Uang Penjualan secara Tunai
4. SOP Penerimaan Uang Penjualan Di Muka secara Transfer
5. SOP Pencatatan dan Penagihan Piutang Pelanggan
6. SOP Pembayaran Gaji Karyawan
7. SOP Pelaporan dan Pembayaran PPN
8. SOP Pelaporan dan Pembayaran PPH
9. SOP Rekonsiliasi Bank
10. SOP Permintaan Kas Kecil
11. SOP Pelaporan Penggunaan Kas Kecil
12. SOP Rapat Bulanan Monitoring Kinerja
13. SOP Rapat Mingguan Monitoring Kinerja
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )rizan kusuma
Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban mendaftar dan melaporkan usaha bagi wajib pajak sebagai pengusaha di Indonesia. Secara garis besar mencakup kewajiban mendaftar untuk memperoleh NPWP, melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP, serta konsekuensi hukum bagi yang tidak melakukannya.
Yayasan merupakan badan hukum yang kekayaannya terdiri dari harta yang dipisahkan untuk mencapai tujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan memiliki organisasi berupa pembina, pengawas, dan pengurus serta harus mendaftarkan diri ke instansi berwenang untuk mendapatkan status hukum. Akuntabilitas yayasan dapat ditingkatkan melalui sistem akuntansi yang mencatat transaksi secara jel
Auditing merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh pihak independen untuk mengevaluasi bukti-bukti terkait laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditing mencakup pemeriksaan terhadap laporan keuangan, catatan akuntansi, dan bukti pendukung lainnya secara kritis dan sistematis berdasarkan standar profesional.
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2DIANA LESTARI
Dokumen tersebut membahas tentang utang wesel jangka panjang, termasuk definisi wesel, jenis-jenis wesel (tidak berbunga dan berbunga), pengukuran dan pencatatan wesel, serta contoh soal terkait wesel.
Bank merupakan lembaga perantara yang menerbitkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) untuk memperlancar transaksi perdagangan barang di dalam negeri. SKBDN mengikat bank penerbit untuk membayar penerima setelah penyerahan dokumen yang disyaratkan sesuai persyaratan SKBDN. SKBDN mencatat komitmen bank dan melibatkan beberapa bank dalam proses pembayaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang modal kerja dan struktur modal, termasuk definisi modal kerja, siklus modal kerja, faktor yang menentukan kebutuhan modal kerja, dan metode perhitungan kebutuhan modal kerja seperti metode perputaran usaha dan arus kas.
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI : buku besar dan buku pembantuIndah Dwi Lestari
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi utama yang digunakan untuk menyimpan dan mengelompokkan transaksi keuangan perusahaan. Buku besar berisi rekening-rekening utama sedangkan buku pembantu berisi rincian salah satu rekening buku besar. Terdapat berbagai jenis format rekening buku besar dan kode digunakan untuk mengidentifikasi masing-masing rekening.
Dokumen tersebut membahas mengenai audit internal, termasuk pengertian, tujuan, ruang lingkup, perbedaan dengan audit eksternal, dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar memiliki departemen audit internal yang efektif. Audit internal berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian internal dan membantu manajemen dengan memberikan analisis dan saran perbaikan. Departemen audit internal perlu independen dan didukung manajemen agar tujuan pemeriksaannya tercapai.
Dokumen tersebut membahas tentang penjurnalan yang merupakan meringkas transaksi secara kronologis dengan tetap menjaga keseimbangan PDA menggunakan buku jurnal. Buku jurnal mencatat informasi penting seperti tanggal, akun, nilai, dan deskripsi transaksi.
Go Modern - Umkm Naik Kelas Dengan PembukuanPeterPakpahan1
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode waktu dan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan arus kas. Laporan keuangan bermanfaat sebagai pertanggungjawaban, evaluasi bisnis, pengambilan keputusan dan penunjang legalitas usaha UMKM. Bagian-bagiannya meliputi neraca yang menyajikan asset, liabilitas dan ekuitas serta laporan laba rugi yang menunjuk
Dokumen tersebut membahas perancangan program audit untuk menguji pengendalian atas siklus pendapatan perusahaan. Mencakup lima kelompok transaksi yaitu penjualan kredit, penjualan tunai, retur penjualan, pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang beserta aktivitas pengendalian dan dokumen yang terkait pada masing-masing transaksi.
Rekonsiliasi bank adalah proses membandingkan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas menurut bank untuk menemukan perbedaan. Perbedaan dapat disebabkan transaksi yang belum dicatat seperti setoran yang belum masuk bank atau cek yang belum ditagihkan. Proses rekonsiliasi menyesuaikan saldo-saldo tersebut hingga mencapai saldo yang sama.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan dana kas kecil di SMK Prudent School Tangerang. Terdapat penjelasan mengenai karakteristik kas kecil, alat-alat pembayaran, dan prosedur pengelolaan kas kecil meliputi pembentukan, penggunaan, dan pengisian kembali dana kas kecil.
Dokumen tersebut membahas sistem akuntansi penggajian dan pengupahan yang mencakup informasi yang dibutuhkan manajemen, dokumen yang digunakan, fungsi terkait, serta unsur pengendalian internnya."
Dokumen tersebut membahas tentang bab pajak penghasilan yang mencakup subjek dan objek pajak, pengertian pajak subjektif dan objek pajak, penghitungan penghasilan neto, pengurangan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan, kompensasi kerugian, penghasilan tidak kena pajak, depresiasi dan amortisasi, kredit pajak, serta pajak penghasilan pasal 21/26 beserta objeknya.
Auditing merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh pihak independen untuk mengevaluasi bukti-bukti terkait laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditing mencakup pemeriksaan terhadap laporan keuangan, catatan akuntansi, dan bukti pendukung lainnya secara kritis dan sistematis berdasarkan standar profesional.
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2DIANA LESTARI
Dokumen tersebut membahas tentang utang wesel jangka panjang, termasuk definisi wesel, jenis-jenis wesel (tidak berbunga dan berbunga), pengukuran dan pencatatan wesel, serta contoh soal terkait wesel.
Bank merupakan lembaga perantara yang menerbitkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) untuk memperlancar transaksi perdagangan barang di dalam negeri. SKBDN mengikat bank penerbit untuk membayar penerima setelah penyerahan dokumen yang disyaratkan sesuai persyaratan SKBDN. SKBDN mencatat komitmen bank dan melibatkan beberapa bank dalam proses pembayaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang modal kerja dan struktur modal, termasuk definisi modal kerja, siklus modal kerja, faktor yang menentukan kebutuhan modal kerja, dan metode perhitungan kebutuhan modal kerja seperti metode perputaran usaha dan arus kas.
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI : buku besar dan buku pembantuIndah Dwi Lestari
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi utama yang digunakan untuk menyimpan dan mengelompokkan transaksi keuangan perusahaan. Buku besar berisi rekening-rekening utama sedangkan buku pembantu berisi rincian salah satu rekening buku besar. Terdapat berbagai jenis format rekening buku besar dan kode digunakan untuk mengidentifikasi masing-masing rekening.
Dokumen tersebut membahas mengenai audit internal, termasuk pengertian, tujuan, ruang lingkup, perbedaan dengan audit eksternal, dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar memiliki departemen audit internal yang efektif. Audit internal berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian internal dan membantu manajemen dengan memberikan analisis dan saran perbaikan. Departemen audit internal perlu independen dan didukung manajemen agar tujuan pemeriksaannya tercapai.
Dokumen tersebut membahas tentang penjurnalan yang merupakan meringkas transaksi secara kronologis dengan tetap menjaga keseimbangan PDA menggunakan buku jurnal. Buku jurnal mencatat informasi penting seperti tanggal, akun, nilai, dan deskripsi transaksi.
Go Modern - Umkm Naik Kelas Dengan PembukuanPeterPakpahan1
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode waktu dan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan arus kas. Laporan keuangan bermanfaat sebagai pertanggungjawaban, evaluasi bisnis, pengambilan keputusan dan penunjang legalitas usaha UMKM. Bagian-bagiannya meliputi neraca yang menyajikan asset, liabilitas dan ekuitas serta laporan laba rugi yang menunjuk
Dokumen tersebut membahas perancangan program audit untuk menguji pengendalian atas siklus pendapatan perusahaan. Mencakup lima kelompok transaksi yaitu penjualan kredit, penjualan tunai, retur penjualan, pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang beserta aktivitas pengendalian dan dokumen yang terkait pada masing-masing transaksi.
Rekonsiliasi bank adalah proses membandingkan saldo kas menurut catatan perusahaan dengan saldo kas menurut bank untuk menemukan perbedaan. Perbedaan dapat disebabkan transaksi yang belum dicatat seperti setoran yang belum masuk bank atau cek yang belum ditagihkan. Proses rekonsiliasi menyesuaikan saldo-saldo tersebut hingga mencapai saldo yang sama.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan dana kas kecil di SMK Prudent School Tangerang. Terdapat penjelasan mengenai karakteristik kas kecil, alat-alat pembayaran, dan prosedur pengelolaan kas kecil meliputi pembentukan, penggunaan, dan pengisian kembali dana kas kecil.
Dokumen tersebut membahas sistem akuntansi penggajian dan pengupahan yang mencakup informasi yang dibutuhkan manajemen, dokumen yang digunakan, fungsi terkait, serta unsur pengendalian internnya."
Dokumen tersebut membahas tentang bab pajak penghasilan yang mencakup subjek dan objek pajak, pengertian pajak subjektif dan objek pajak, penghitungan penghasilan neto, pengurangan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan, kompensasi kerugian, penghasilan tidak kena pajak, depresiasi dan amortisasi, kredit pajak, serta pajak penghasilan pasal 21/26 beserta objeknya.
Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban penduduk asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam setahun untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan menghitung kewajiban perpajakannya di Indonesia, serta pengertian penghasilan yang dikenakan pajak dan yang tidak dikenakan pajak bagi wajib pajak orang pribadi."
Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan orang pribadi, termasuk subjek pajak, objek pajak, penghitungan pajak penghasilan, dan pengurang penghasilan bruto."
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptxAlleAldine
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Penghasilan (Umum) yang mencakup pengertian, subjek pajak, pengecualian subjek pajak, objek pajak, non objek pajak, tarif pajak penghasilan pasal 21 untuk pegawai dan bukan pegawai.
Dokumen tersebut membahas tentang subjek pajak, objek pajak, dan kewajiban pembukuan menurut undang-undang perpajakan Indonesia. Dokumen tersebut menjelaskan siapa yang termasuk subjek pajak dalam negeri dan luar negeri, apa saja yang termasuk sebagai objek pajak, serta kewajiban Wajib Pajak untuk melakukan pembukuan secara teratur."
2. Matching Cost
Against Revenue
Asas Realisasi
Historical Cost
Prinsip Dasar
Pemajakan
UU PPh
Rule Based Positivisme, sesuai dengan norma hukum positif
Legalitas, didasarkan pada dokumentasi hukum
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara luas (UU PPH Pasal 4 ayat
(1) UU PPh)
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, menagih dan memelihara
Penghasilan (Pasal 6 ayat (1) UU PPh)
Dimungkinkan juga untuk melakukan pengenaan pajak atas unrealized gain/loss.
Pengeluaran diukur berdasarkan harga jual yang sesungguhnya dikeluarkan
kecuali transaksi afiliasi (Pasal 10 ayat (1) UU PPh)
Beban diukur juga berdasarkan nilai pembayaran/pengeluaran (Pasal 6 ayat (1)
UU PPh)
Pembebanan melalui alokasi: penyusutan dan amortisasi (Pasal 11 dan Pasal
11A UU PPh)
Mekanisme penghitungan penghasilan neto dengan mengurangkan penghasilan
bruto (Pasal 4 ayat (1) UU PPh dengan Biaya (Pasal 6, 9, 11, 11A UU PPh)
Mekanisme penghitungan melalui norma atau rezim khusus.
Konstruksi Hukum
UU PPh
3. SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1), ayat (1a)
Yang menjadi
Subjek Pajak:
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
Badan
Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia yang dapat berupa: tempat kedudukan manajemen; cabang perusahaan; kantor perwakilan; gedung
kantor; pabrik; bengkel; gudang; ruang untuk promosi dan penjualan; pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah
kerja pertambangan minyak dan gas bumi; perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; proyek
konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; orang atau badan yang bertindak selaku
agen yang kedudukannya tidak bebas; agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan komputer, agen
elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
4. Termasuk subjek pajak dalam negeri
adalah orang pribadi,
Warga
baik yang
merupakan
Indonesia
asing yang:
di Indonesia;
Negara
negara
maupun warga
1.
2.
3.
bertempat tinggal
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan; atau
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
Aturan sebelumnya
Hanya menyebutkan kriteria orang pribadi, tanpa menyebutkan status
kewarganegaraan.
UU CIPTA KERJA
PASAL
111
Subjek Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri
5. Termasuk subjek pajak luar negeri yaitu:
a.
b.
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia
c.
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
memenuhi persyaratan:
serta
1.
2.
3.
4.
5.
tempat tinggal;
pusat kegiatan utama;
tempat menjalankan kebiasan;
status subjek pajak; dan/atau
persyaratan tertentu lainnya
yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Catatan:
Memperjelas penentuan status subjek pajak bagi WNI yang berada di luar Indonesia > 183
hari.
UU CIPTA KERJA
PASAL
111
Subjek Pajak Orang Pribadi Luar
Negeri
6. Bukan Subjek Pajak Orang Pribadi
(Pasal 3 UU PPh)
• pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-
sama mereka dengan syarat:
a. bukan warga negara Indonesia;
b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
c. serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
• pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dimana
Indonesia menjadi anggotanya dan tidak menjalankan usaha atau
kegiatana lain, dengan syarat:
a. bukan warga negara Indonesia;
b. tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia
7. warga negara asing yang telah menjadi subjek
pajak dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan
hanya atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan:
WNA
4TAHUN
PERTAMA a.
b.
memiliki keahlian tertentu; dan
berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak
menjadi subjek pajak dalam negeri.
Aturan sebelumnya
Dikenakan PPh atas
Indonesia.
penghasilan baik berasal dari Indonesia maupun luar
▪ Termasuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan di Indonesia yang dibayarkan di luar Indonesia.
▪ Tidak berlaku terhadap WNA yang memanfaatkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda.
UU CIPTA KERJA
PASAL
111
Asas Territorial Income
8. Perseroan Terbatas (PT),
perseroan komanditer (CV),
perseroan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara
(BUMN),
Badan Usaha Milik Dearah
(BUMD),
firma,
kongsi,
koperasi,
dana pensiun,
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan/tidak melakukan usaha
meliputi :
persekutuan,
perkumpulan,
yayasan,
organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan
lainnya
termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap
(BUT).
9. Mulai dan Berakhirnya Kewajiban
Perpajakan Subjektif (Pasal 2A UU PPh)
Kewajiban Pajak
Subjektif Dimulai Berakhir
orang pribadi • Saat dilahirkan;
• berada; atau
• berniat,
untuk bertempat tinggal di
Indonesia
• Saat meninggal dunia;
atau
• meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya
Badan • Saat didirikan; atau
• bertempat kedudukan,
di Indonesia
• Saat dibubarkan; atau
• saat tidak lagi bertempat
kedudukan di Indonesia
Orang pribadi atau
badan yang tidak
berada di Indonesia
saat orang pribadi atau badan
tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan dari
Indonesia
saat tidak lagi menerima
atau memperoleh
penghasilan
Warisan yang belum
terbagi
saat timbulnya warisan yang
belum terbagi
Saat warisan selesai dibagi
10. OBJEK PAJAK
Penghasilan (Pasal 4 ayat (1))
PENGHASILAN
Tambahan kemampuan ekonomis
Diterima atau
diperoleh Wajib
Pajak
Berasal dari
Indonesia maupun
dari luar Indonesia
Dapat dipakai untuk
konsumsi maupun
untuk menambah
kekayaaan WP
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
11. PENGHASILAN
Objek Pajak
Dikenakan Pajak
tidak final (tarif
umum/Pasal 17)
Dikenakan Pajak
bersifat final
Dikecualikan
dari Objek Pajak
Tidak digabung
dengan penghasilan
yang dikenakan Pajak
dengan tarif umum
gaji
Ph. lain
honor
OBJEK PAJAK
Penghasilan (Pasal 4 ayat (1), ayat (2), ayat (3))
12. OBJEK PAJAK Penghasilan (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
Laba Usaha, Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
Bunga termasuk premium, diskonto, dan jaminan pengembalian utang
Deviden, Royalti, Sewa dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
Keuntungan karena pembebasan utang, Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Selisih lebih penilaian kembali aktiva
Premi Asuransi, Iurang yang diterima atau diperoleh perkumpulan atau anggota
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak
Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah
Imbalan bunga berdasarkan UU KUP
Surplus Bank Indonesia
13. OBJEK PAJAK Penghasilan Final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
• Bunga deposito, Tabungan lainnya, bunga obligasi dan SUN, bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek, dan bunga simpanan koperasi
• Penghasilan berupa hadiah undian
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
• Transaksi penjualan saham dan pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan
modal ventura
• Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
• Usaha Jasa Konstruksi
• Usaha Real Estate
• Persewaan tanah dan bangunan
• Penghasilan tertentu yang diatur berdasarkan PP
14. BUKAN OBJEK PAJAK Penghasilan (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
Bantuan atau Sumbangan yang diatur berdasarkan PP
Harta Hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan Pendidikan, badan sosial termasuk Yayasan, koperasi, atau OP yang
menjalankan usaha mikro dan kecil
Warisan
Harta, termasuk setoran tunai sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
Penggantian/Imbalan atau dalam bentuk natura/kenikmatan*
Pembayaran yang diterima orang pribadi sehubungan dengan asuransi karena kecelakaan, sakit,
meninggal, dan asuransi beasiswa
Dividen*
Iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh Dapen dalam bidang tertentu
Bagian laba yang diterima/diperoleh anggota perseroan komanditer non saham
Penghasilan yang diterima/diperoleh Modal Ventura
Beasiswa
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh nirlabapendidikan atau litbang
Bantuan /santunan yang dibayarkan oleh BPJS
Dana setoran BPIH, BPIH Khusus, BPKH
Sisa lebih Lembaga sosial/keagamaan yang ditanamkan Kembali atau ditempatkan dalam dana
abadi.
15. Natura dan/atau Kenikmatan BUKAN OBJEK PAJAK Penghasilan (Pasal
4 ayat (3) huruf d. UU PPh)
makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai
Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu
Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan
Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber dari APBN, APBD, dan APBDes
Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
16. OBJEK PAJAK BUT
Penghasilan (Pasal 5)
Penghasilan BUT
Penghasilan Kantor Pusat
dari Usaha atau Kegiatan:
Pemberian
jasa
Penjualan
Barang
Yang dilakukan di Indonesia
Penghasilan dari
usaha/kegiatan
BUT dan dari
harta yg
dimiliki/dikuasai
Penghasilan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 26
Sepanjang terdapat
hubungan efektif
antara BUT dengan
harta atau kegiatan
yang memberikan
penghasilan
17. BIAYA FISKAL
Pengurang dan Bukan Pengurang Penghasilan Bruto (Pasal 6 dan Pasal 9)
Pengeluaran/Biaya
Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto (Pasal 6)
Masa Manfaat <= 1 Tahun
Dibebankan sekaligus
Masa Manfaat > 1 Tahun
Dibebankan melalui Penyusutan dan
Amortisasi
Tidak Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto (Pasal 9)
18. Penghasilan Tidak Kena Pajak
(UU 36/2008, PMK-101/2016, PMK 252/2008, PER-16/2016)
Keterangan Nilai PTKP (Per 1 Jan 2016)
Untuk Diri WP OP Rp54.000.000
Tambahan untuk WP Kawin Rp4.500.000
Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan
suami
Rp54.000.000
Tambahan untuk tanggungan* Rp.4.500.000
*) setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga
19. Pemajakan atas Penghasilan Keluarga
(Pasal 8 UU PPh)
• Seluruh penghasilan/kerugian Wanita
kawinpenghasilan/kerugian suami, kecuali penghasilan istri
semata-mata diperoleh dari 1 pemberi kerja dan telah dipotong
PPh Pasal 21
• Suami Istri dikenai pajak secara terpisah:
Hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
Perjanjian pisah harta & penghasilan
Dikehendaki oleh istri yang memilih menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan terpisah
• Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan
penghasilan orang tuanya.
• Anak yang belum dewasa: belum berumur 18 tahun dan belum
pernah menikah.
21. Pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa,
atau Kegiatan yang diterima Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri
22. Bentuk Pemotongan PPh Pasal 21
Pemotongan PPh Pasal 21 tidak final
• Atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan (umum)
• Berdasarkan PMK-252/PMK.03/2008 dan PER-16/PJ/2016
Pemotongan PPh Pasal 21 final
• Atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus PP No. 68 Tahun 2009
• Atas penghasilan yang menjadi beban APBN/APBD yang
diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI,
dan pensiunannya berupa penghasilan selain penghasilan
yang bersifat tetap dan teratur tiap bulan PP No.80
Tahun 2010
1
2
23. Pemotong
PMK-252/2008, PER-16/2016
PEMOTONG
PPh PASAL
21
PEMBERI KERJA yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut.
Bendahara atau Pemegang Kas Pemerintah
(Instansi Pemerintah)
Dana Pensiun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan Badan-badan Lain
ORANG PRIBADI yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta BADAN yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan penyerahan jasa
Penyelenggara Kegiatan
24. Pemberi Kerja Bukan Pemotong
Kantor Perwakilan
Negara Asing
Organisasi-Organisasi
Internasional
sebagaimana
dimaksud dalam
Peraturan Menteri
Keuangan yang
mengatur mengenai
penetapan Organisasi-
Organisasi
Internasional yang
tidak termasuk subjek
Pajak Penghasilan
Organisasi-Organisasi
Internasional yang
ketentuan Pajak
Penghasilannya
didasarkan pada
ketentuan perjanjian
internasional dan
dalam perjanjian
internasional tersebut
mengecualikan
kewajiban
pemotongan pajak,
serta organisasi-
organisasi dimaksud
telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
Pemberi kerja orang
pribadi yang tidak
melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-
mata memperkerjakan
orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan
rumah tangga atau
pekerjaan bukan
dalam rangka
melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan
bebas
25. Penerima Penghasilan
PEGAWAI
PENERIMA UANG
PESANGON,
PENSIUN atau
UANG MANFAAT
PENSIUN, THT,
JHT, termasuk AHLI
WARISNYA
BUKAN
PEGAWAI
MANTAN
PEGAWAI
ANGGOTA DEWAN
KOMISARIS/PENGAWAS
yang tidak merangkap
sebagai pegawai
PESERTA KEGIATAN:
• Peserta Perlombaan
• Peserta Rapat,
Konferensi, Sidang,
Pertemuan,
Kunjungan Kerja
• Peserta/Anggota
Kepanitiaan
• Peserta Pendidikan,
Pelatihan
• Peserta Kegiatan
Lainnya
TETAP
TIDAK
TETAP
26. Objek PPh Pasal 21
Penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
Penghasilan penerima pensiun secara teratur
Uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus,
Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
Imbalan kepada bukan pegawai
Imbalan kepada peserta kegiatan
Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama
Imbalan kepada mantan pegawai
Penarikan dana pensiun oleh pegawai
Natura/kenikmatan yang diterima dari Wajib Pajak PPh final atau Wajib
Pajak dengan Norma Penghitungan Khusus
27. Perhitungan PPh Pasal 21
PPh 21 terutang = DPP x Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf aUU PPh
Lapisan Penghasilan Kena
Pajak
Tarif
≤ Rp60 Juta 5%
Rp60 Juta < x ≤ Rp250 Juta 15%
Rp250 Juta < x ≤ Rp500Juta 25%
Rp500 Juta < x ≤ Rp5M 30%
>5M 35%
28. Perhitungan PPh Pasal 21
(PER-16/PJ/2016)
PEGAWAI
PENSIUNAN
BUKAN PEGAWAI
KOMISARIS, MANTAN
PEGAWAI,
PENARIKAN DAPEN O/
PEGAWAI
PESERTA KEGIATAN
TETAP
TIDAK TETAP
BERKALA
BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
ex Pasal 13 ayat (1)
TIDAK
BERKESINAMBUNGAN
BULANAN
HARIAN
Ph NETO – PTKP
Ph BRUTO – PTKP
Ph BRUTO – 450ribu
Ph BRUTO (>4,5jt s.d. 10,2jt) – PTKP
Harian
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP
Ph NETO – PTKP
((50% X Ph BRUTO) – PTKP BULANAN)
KUMULATIF
(50% X Ph BRUTO) KUMULATIF
50% X Ph BRUTO
Ph BRUTO KUMULATIF
Ph BRUTO
29. PPh Pasal 23
Pemotongan pajak atas penghasilan berupa Bunga,
Royalti, Hadiah, Penghargaan, Bonus dan
penghasilan dari Sewa dan Imbalan atas Jasa
30. Pemotong, Wajib Pajak Dipotong, dan Saat Terutang
PEMOTONG
• Badan pemerintah/Instansi Pemerintah
• Subjek pajak badan dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan dalam negeri
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)
• Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu
WAJIB PAJAK YANG DIPOTONG
• Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang
menerima penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 23
dari Pemotong PPh Pasal 23.
SAAT TERUTANG
• pada saat pembayaran;
• saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen); dan
• Saat jatuh tempo.
31. Objek dan Tarif PPh Pasal 23
(Pasal 23 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008)
15% x jumlah bruto 2% x jumlah bruto
32. Objek PPh Pasal 23
(Pasal 23 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008)
• Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
UU PPh. Dalam pengertian bunga termasuk juga premium,
diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
• Royalti yaitu imbalan sehubungan dengan penggunaan hak
atas harta tak berwujud, harta berwujud, atau informasi
• Hadiah, Penghargaan, Bonus dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta selain yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
• Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
PPh Pasal 21
33. Pengecualian Objek PPh Pasal 23
Penghasilan yang dibayar atau
terutang kepada bank
Sewa yang dibayarkan atau terutang
sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
dividen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang
diterima oleh orang pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c)
bagian laba yang diterima atau
diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak kolektif
sisa hasil usaha koperasi yang
dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya
penghasilan yang dibayar atau terutang
kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan/atau pembiayaan yang
diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
35. PPh Pasal 22
(PMK-34/PMK.010/2017 jo. PMK-110/PMK.010/2018)
Pemungut Objek Pungut
a. Impor barang
b. Ekspor batubara, mineral
logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh
eksportir, kecuali oleh WP
yang terikat PKP2B dan KK
Pembelian barang
Pembelian barang dan/atau
bahan untuk keperluan
usahanya
Bank Devisa &
Ditjen Bea Cukai
1
Bendahara pemerintah,
bendahara pengeluaran, Kuasa
Pengguna Anggaran/Pejabat
Penerbit SPM
2
Badan usaha
tertentu
3
a. BUMN;
b. Badan Usaha dan BUMN hasil restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN
Impor:
a. 10% Lamp A PMK-110
b. 7,5% Lamp B PMK-110
c. 0,5% Lamp C PMK-110
d. 2,5% selain a,b,c dengan API
e. 7.5% selain a,b,c tanpa API
DPP: Nilai Impor
Ekspor:
1.5% lamp D PMK-110
DPP: Nilai Ekspor
Tarif
1,5%* harga pembelian
(tdk termasuk PPN)
1,5%* harga pembelian
(tdk termasuk PPN)
Instansi Pemerintah (PMK-231/2019)
38. PPh Pasal 22
(PMK-34/PMK.010/2017 jo. PMK-110/PMK.010/2018)
Pemungut
Penjualan hasil produksi kepada
distributor di dalam negeri
Penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri
Penjualan BBM, BBG, dan
pelumas
Badan usaha industri semen,
industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan
industri farmasi
4
ATPM, APM, dan
importir umum
kendaraan bermotor
5
Produsen /importir
BBM, BBG, dan pelumas
6
Objek Pungut
0.3% baja
0.45% kendaraan bermotor
0.25% semen
0.1% kertas
0.3% obat
DPP: DPP PPN
Tarif
0.45%* DPP PPN
0.25% kpd SPBU Pertamina
0.30% kpd SPBU bukan
pertamina atau selain SPBU,
penjualan BBG dan pelumas
DPP: Nilai Penjualan
Penjualan BBM dan BBG kepada:
a. Agen (final)
b.Non agen (non final)
39. PPh Pasal 22
(PMK-34/PMK.010/2017; PMK-110/PMK.10/2018)
Pemungut Objek Pungut
Pembelian bahan-bahan hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang
belum melalui proses industri
manufaktur, untuk keperluan
industrinya atau ekspornya
Pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan
atau OP pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP)
Penjualan emas batangan di
dalam negeri
Badan usaha industri
atau eksportir
7
Badan usaha
8
Badan usaha yang
menjual emas batangan
9
0.25%* harga pembelian
(tidak termasuk PPN)
Tarif
1.5%* harga pembelian
(tidak termasuk PPN)
0.45%* harga jual emas
batangan
40. PPh Pasal 22
Barang Sangat Mewah
Pemungutan PPh atas Penjualan
Barang Yang Tergolong Sangat Mewah
41. PPh Pasal 22 Penjualan Barang Sangat Mewah
(PMK-253/2008 jo. PMK-92/2019)
Pemungut Objek Pungut
a. pesawat terbang pribadi &
helikopter
b.kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
c. kendaraan bermotor roda empat
pengangkutan orang < 10 orang,
harga jual > Rp 2 Miliar / dengan
kapasitas silinder > 3.000cc
d.kendaraan bermotor roda dua dan
tiga, dengan harga jual > Rp300 juta
atau kapasitas silinder >250cc
a. rumah beserta tanahnya, dengan
harga jual > Rp 30 Miliar / luas
bangunan >400m2
b.apartemen, kondominium, dan
sejenisnya, dengan harga jual > Rp30
miliar atau luas bangunan > 150m2
WP Badan yang
Menjual Barang
Sangat Mewah
1
5% dari harga jual (tidak
termasuk PPn dan
PPnBM)
Tarif
1% dari harga jual
(tidak termasuk PPn dan
PPnBM)
42. PPh Pasal 22 Penjualan Pulsa dan Kartu Perdana
PMK-6/2021 dan PER-18/2021
Pemungut Objek Pungut
penjualan Pulsa dan Kartu Perdana,
kecuali:
a. Pembelian maks. Rp2 juta
(deposit khusus pulsa) atau
akumulasi maks. Rp60 juta
(deposit campuran)
b. WP bank
c. WP menyerahkan Suket PP
23/18
d. WP menyerahkan SKB Potput
PPh Pasal 22
Penyelenggara
Distribusi Tingkat
Kedua (WP badan)
1 0,5% dari nilai yang
ditagih Penyelenggara
Dist. Tk. Kedua/ Harga
Jual
Bersifat Non final
Tarif
Saat terutang:
a. Saat diterima pembayaran, termasuk penerimaan deposit
b. Jika deposit juga untuk transaksi selain pulsa, terutang saat deposit
digunakan untuk pembayaran pulsa
43. Pajak atas Penghasilan dengan
Perlakuan Tersendiri yang Diatur
Melalui Peraturan Pemerintah
(PPh Final)
44. Objek Pajak Penghasilan Final
Dividen yang diterima WP orang
pribadi
Bunga Deposito, Tabungan/Jasa
Giro, dan SBI
Bunga Obligasi dan Surat Utang
Negara dan Diskonto SPN
Bunga Simpanan Koperasi bagi
Orang Pribadi
Hadiah Undian
Penghasilan Transaksi Saham di
Bursa Efek
Penghasilan Pengalihan Hak
Atas Tanah Dan Bangunan
Penghasilan Persewaan Tanah
dan Bangunan
Penghasilan Usaha Jasa
Konstruksi
Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu
Bunga atau Diskonto Surat
Berharga Jangka Pendek yang
diperdagangkan di Pasar Uang
45. Dividen yang Diterima atau Diperoleh WP OP DN
Objek Pemotongan Tarif PPh Pemotong Pajak Pengecualian
Dividen yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri
yang bukan dividen dari
RUPS atau dividen interim
10% Pihak yang
membayar atau
pihak lain yang
ditunjuk selaku
pembayar
Dividen dari dalam negeri
yang diterima atau diperoleh
oleh WP orang pribadi dalam
negeri sepanjang
diinvestasikan di Indonesia
dalam jangka waktu tertentu
Berdasarkan RUPS atau
dividen interim
1. UU No. 7 Tahun 2021 (UU HPP)
2. PP 19 Tahun 2009
3. PMK-111/2010, PMK-18/2021
46. Pengecualian Dividen dan Penghasilan Lain
Pasal 4 ayat (3) huruf f UU Nomor 7 Tahun 2021 (UU HPP)
PMK-18/PMK.03/2021
Penghasilan
dari luar negeri
tidak melalui
BUT
Dividen dari
Dalam Negeri
Dividen dari
Luar Negeri
Penghasilan
setelah pajak
dari BUT di
luar negeri
Syarat: Diinvestasikan paling
sedikit 30% dari laba setelah
pajak
Diinvestasikan di NKRI dalam
waktu tertentu
Penghasilan berasal dari
usaha aktif di luar negeri
bukan penghasilan dari
perusahaan yang dimiliki di
luar negeri
WP OP
Dikecualikan dengan
syarat diinvestasikan
di NKRI dalam waktu
tertentu
WP badan
Tanpa syarat
Dividen di Bursa
dikecualikan sebesar
dividen yang diinvestasikan
di wilayah NKRI
Dividen Non bursa
Diinvestasikan paling sedikit
30% dari laba setelah pajak
atau sebelum diterbitkan
SKP Pasal 18 ayat (2) UU
PPh
Dividen yang dikecualikan: berdasarkan RUPS atau
pembagian dividen interim
Dividen dari dalam negeri: tidak dilakukan pemotongan
PPh, tanpa SKB
Atas dividen dari dalam negeri diterima WP OP tidak
memenuhi investasi, wajib setor sendiri tarif 10% final
47. Bunga Deposito, Tabungan/Jasa Giro dan Diskonto SBI
Objek Pemotongan Tarif PPh Deposito DHE Pemotong
Pajak
Pengecualian
Bunga dari Deposito
DHE dalam mata uang
dolar AS yang
ditempatkan di dalam
negeri
10% 1 bulan • Bank
• BI
1. jumlah Deposito dan
Tabungan serta SBI yang
tidak melebihi Rp7,5 juta
2. bunga dan Diskonto SBI
yang diterima atau
diperoleh bank
3. bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto
SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun
(menggunakan SKB
berdasar PER-3/PJ/2020)
4. bunga tabungan pada
bank yang ditunjuk
Pemerintah dalam rangka
pemilikan RS dan RSS
7,5% 3 bulan
2,5% 6 bulan
0% > 6 bulan
Bunga dari Deposito
DHE dalam mata uang
dolar Rupiah yang
ditempatkan di dalam
negeri
7,5% 1 bulan
5% 3 bulan
0% 6 bulan
0% > 6 bulan
Bunga dari Tabungan
dan Diskonto SBI, serta
bunga dari Deposito
20% Badan, BUT
20%/P3B WPLN
1. PP 131 Tahun 2000 jo. PP 123 Tahun 2015
2. PMK 212/PMK.03/2018
48. Bunga/Diskonto Obligasi (lebih dari 12 bulan)
1. PP 9 Tahun 2021 (WPLN non BUT) dan PP 91 Tahun 2021 (WPDN dan BUT)
2. PMK-85/PMK.03/2011 jo. PMK-07/PMK.11/2012
0bjek PPh Tarif Subjek Pajak Pemotong
Bunga Obligasi
(dan/atau diskonto),
termasuk yang
berdasarkan prinsip
syariah
10% WPDN dan BUT a. Penerbit atau custodian
b. Pedagang perantara
atau pembeli (sekunder)
c. Setor sendiri (obligasi
diterbitkan pemerintah
melalui BI-SSSS)
10%/P3B
(untuk PPh
Pasal 26)
WPLN selain
BUT
Pengecualian pemotongan:
a. WP dana pensiun yang pendiriannya disahkan OJK
b. WP bank (dikenai PPh umum)
49. Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
1. PP Nomor 27 Tahun 2008
2. PMK-63/PMK.03/2008
Objek Pemotongan Tarif DPP Pemotong Pajak Pengecualian
Diskonto SPN (Surat
Utang Negara jangka
waktu maks. 12 bulan
dengan pembayaran
bunga secara
diskonto)
20%
(WPDN dan
BUT)
20%
(WPLN)
Diskonto
SPN
Penerbit SPN atau
perusahaan efek
(broker)
1. Bank di
Indonesia
2. Dana Pensiun
3. Reksadana
50. Penghasilan atas Penjualan Saham di Bursa Efek
Objek
Pemotongan
Tarif DPP Pemotong Pajak
Penyetoran Tambahan
PPh Atas Saham
Pendiri
Transaksi
Penjualan
Saham di
Bursa Efek
0,1% Jumlah
bruto
penjualan
Penyelenggara
bursa efek melalui
perantara pedagang
efek pada saat
pelunasan transaksi
penjualan saham
• Paling lambat 1
bulan setelah
diperdagangkan di
bursa efek.
• Apabila pemilik
saham pendiri tidak
memilih 0,5%, akan
dikenakan PPh
sesuai ketentuan
umum.
Nilai Saham
pada saat
IPO (Saham
Pendiri)
Tambahan
0,5%
Jumlah
bruto
penjualan
Emiten a.n. pemilik
saham pendiri
1. PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.t.d. PP Nomor 14 Tahun 1997
2. KMK-282/KMK.04/1997
51. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
1. PP Nomor 34 Tahun 2016
2. PMK-261/PMK.03/2016
0bjek PPh Tarif DPP Pemotong
Pengalihan hak
atas tanah
dan/atau
bangunan
0% Kepada pemerintah,
BUMN/BUMD
penugasan untuk kep.
umum
(UU 2 Tahun 2012)
a. Nilai berdasarkan kep.
Pejabat
b. Nilai risalah lelang
c. Nilai yang seharusnya
(hubungan istimewa)
d. Nilai yang
sesungguhnya (bukan
hub. Istimewa)
e. Nilai yang seharusnya
berdasarkan harga
pasar (tukar, hibah, dll)
• Setor sendiri
sebelum akta
ditandatangani
• SSP harus
divalidasi oleh
KPP atau melalui
ePHTB
Perjanjian
pengikatan jual
beli atas tanah
dan/atau
bangunan
beserta
perubahannya
(PPJB)
1% Pengalihan RS dan RSS
oleh WP developer
2,5% Selain di atas
Validasi Online melalui www.pajak.go.id/ ePHTB (PER-21/PJ/2019):
a. Menggunakan tarif tunggal
b. Pembayaran dengan SSP/NTPN
c. Pembayaran maks. 10 SSP/NTPN
52. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
1. PP Nomor 34 Tahun 2017
2. KMK-394/KMK.04/1996 jo. KMK-120/KMK.03/2002
0bjek PPh Tarif DPP Pemotongan Saat Penyetoran
Sewa Tanah
dan/atau
Bangunan
10% semua jumlah yang
dibayarkan/ diakui sebagai
utang oleh Penyewa
dengan nama dan dalam
bentuk apapun, yang
berkaitan dengan tanah
dan/atau Bangunan yang
disewa termasuk biaya
perawatan, biaya
pemeliharaan, biaya
keamanan, biaya layanan,
dan biaya fasilitas lainnya,
baik yang perjanjiannya
dibuat secara terpisah
maupun yang disatukan
Dipotong
(jika lawan
transaksi
pemotong pajak)
saat pembayaran
atau terutangnya
sewa, tergantung
peristiwa mana lebih
dahulu terjadi
penghasilan yang
diterima
pemegang hak
atas tanah dari
Investor terkait
perjanjian Bangun
Guna Serah (BGS)
Setor sendiri
(jika lawan
transaksi bukan
pemotong pajak)
53. Usaha Jasa Konstruksi
Bentuk jasa Kualifikasi Usaha Tarif Pemotongan Saat Terutang
Pelaksanaan
Konstruksi
Memiliki kualifikasi
usaha Kecil
2 % • Dipotong
(jika lawan transaksi
pemotong pajak)
• Setor sendiri
(jika lawan transaksi
bukan pemotong pajak)
• Jika ada selisih nilai
kontrak dengan PPh
yang dipotong, maka
kekurangannya
disetor sendiri
Saat terutangnya
PPh adalah
pada saat
pembayaran
Pelaksanaan
Konstruksi
Memiliki kualifikasi
Usaha Menengah atau
Besar
3 %
Pelaksanaan
Konstruksi
Tidak memiliki
kualifikasi
4 %
Perencanaan
/Pengawasan
Konstruksi
Memiliki kualifikasi 4 %
Perencanaan
/Pengawasan
Konstruksi
Tidak memiliki
kualifikasi
6 %
1. PP Nomor 51 Tahun 2008 s.t.d.t.d PP Nomor 40 Tahun 2009
2. PMK-187/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-153/PMK.03/2009
Kualifikasi usaha dan jenis jasa konstruksi sesuai dengan PER-
LPJK Nomor 3/2017 dan PER-LPJK Nomor 4/2017
54. Hadiah Undian
1.PP Nomor 123 Tahun 2000
2. PER-11/PJ/2015
Objek Pemotongan Tarif DPP Pemotong Pajak
Hadiah Undian dengan nama
dan dalam bentuk apapun
25% Jumlah bruto
hadiah undian
Penyelenggara undian
55. Bunga Simpanan Koperasi kepada Anggota Orang Pribadi
1.PP Nomor 15 Tahun 2009
2. PMK-112/PMK.03/2010
Objek Pemotongan Tarif DPP Pemotong Pajak
bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi
orang pribadi
0% (bunga simpanan
s.d. Rp240 ribu)
10% (bunga simpanan
> Rp240 ribu)
Jumlah bruto
bunga
simpanan
Koperasi yang membayar
bunga simpanan
koperasi, pada saat
pembayaran
56. Pajak Penghasilan Final
Pasal 15
Pajak atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri,
Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri, dan
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
57. PPh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
KMK-416/KMK.04/1996 dan SE-29/PJ.4/1996
Objek Pajak: Penghasilan yang diterima/diperoleh WP pelayaran Dalam Negeri (SIUPAL)
dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal dari :
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto: 4% dari peredaran bruto.
Pajak Terutang: 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
Cara Pelunasan:
penghasilan dari charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar wajib
memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan.
penghasilan selain di atas, maka WP pelayaran dalam negeri wajib menyetor sendiri
PPh yang terutang.
58. PPh Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri
KMK-417/KMK.04/1996 dan SE-32/PJ.4/1996
WP Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri adalah WP yang bertempat kedudukan di
luar negeri yang melakukan usaha melalui BUT di Indonesia .
Objek Pajak: Semua nilai pengganti/imbalan berupa uang dari pengangkutan orang
dan/atau barang yang dimuat dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto : 6% dari peredaran bruto.
Pajak Terutang: 2,64 % dari peredaran bruto dan bersifat final.
Cara Pelunasan:
penghasilan dari charter, maka pihak yang membayar wajib memotong PPh
yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai
pengganti
penghasilan selain di atas, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri wajib menyetor sendiri PPh yang terutang
59. PPh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
KMK-475/KMK.04/1996 dan SE-35/PJ.4/1996
WP Penerbangan Dalam Negeri: WP perusahaan penerbangan yang bertempat
kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian
charter.
Objek Pajak: Semua nlai pengganti/imbalan berupa uang yang diterima/
diperoleh WP berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto: 6% dari peredaran bruto.
Pajak Terutang: 1,8 % dari peredaran bruto dan bersifat tidak final (pembayaran
PPh Pasal 23)
Cara Pelunasan: pemotongan oleh pencharter sepanjang pencharter tersebut
adalah pemotong pajak
60. Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Cara Biasa
Norma
Penghitungan
Norma
Penghitungan
Khusus
(Pasal 15)
WP LN
Melalui BUT
WP LN
Lainnya
WPDN WP Tertentu WPLN
CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 16
TAX
61. CARA MENGHITUNG PAJAK
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan
Pasal 4 ayat (1)
Biaya
Pasal 6 dan
Pasal 9 ayat
(1) d, e, f
Penghasilan
Neto
Penghasilan
Neto
Kompensasi
Kerugian
Pasal 6 ayat (2)
Penghasilan
Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak WP Badan DN
(Pasal 16 ayat (1))
62. CARA MENGHITUNG PAJAK
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan
Pasal 5 ayat (1),
Pasal 4 ayat (1)
Biaya
Pasal 5 ayat (2)
dan (3), Pasal 6,
dan Pasal 9
ayat (1) d, e, f
Penghasilan
Neto
Penghasilan
Neto
Kompensasi
Kerugian
Pasal 6 ayat
(2)
Penghasilan
Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak BUT
(Pasal 16 ayat (3))
63. CARA MENGHITUNG PAJAK
Tarif Pajak
Tarif Pajak
Tarif Umum
Pasal 17
OP = (5%, 15%, 25%,
30% (Progresif)
Badan= 22% / 20%
Tarif
Khusus/tersendiri
(Final)
Pasal 4 ayat (2)
Pasal 15
%
Pasal 5 ayat (2) UU 2/2020
• Penurunan Tarif PPh sebesar 3% bagi
Wajib Pajak DN berbentuk Perseroan
Terbuka (saham diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia)
Fasilitas Pasal 31E
• Pengurangan 50% Tarif PPh Bagi
Wajib Pajak Badan dengan peredaran
bruto sampai dengan 50 Miliar
PPh terutang
65. ANGSURAN TAHUN BERJALAN
PPh Pasal 25
12 Atau Banyaknya Bulan
Dalam Bagian Tahun Pajak
DIKURANGI
PPh Yang
Dipotong Atau
Dipungut :
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Yang
Terutang atau dibayar
di ln
Yang boleh
Dikreditkan
(PPh Pasal 24)
Dibagi
PPh Terutang Menurut
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak Sebelumnya
PPh Pasal 25 untuk bulan
sebelum SPT PPh
disampaikan sblm batas
waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh =
PPh Pasal 25 bulan
terakhir dari tahun
pajak yang lalu
(Desember)
66. Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Pasal 25 ayat (6) dan (7) UU PPh
Pasal 25 ayat (7) UU PPh
PMK 215/PMK.03/2018
Menteri Keuangan menetapkan
penghitungan besarnya angsuran bagi:
a. Wajib Pajak baru;
b. Bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak
masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya
yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan harus membuat
laporan keuangan berkala;
c. WP OPPT
Pasal 25 ayat (6) UU PPh
KEP-537/PJ/2000
Dirjen Pajak berwenang untuk
menetapkan penghitungan besarnya
angsuran dalam hal Wajib Pajak:
a. berhak atas kompensasi kerugian;
b. memperoleh penghasilan tidak teratur
c. SPT Tahunan disampaikan setelah
lewat batas waktu
d. diberikan perpanjangan waktu
penyampaian SPT Tahunan
e. membetulkan SPT Tahunan yang
mengakibatkan angsuran lebih besar
f. terjadi perubahan keadaan usaha
67. 1
•Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 Sebagaimana telah beberapa kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
2
•SE-02/PJ/2015 tentang Penegasan atas Pelaksanaan
Pasal 31E Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 Sebagaimana telah beberapa kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Fasilitas Pasal 31E
68. Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
PASAL 31E AYAT (1) UU PPh
69. SE-02/PJ/2015
(9 Jan 2015)
Mencabut
SE-66/PJ/2010 Self
Assessment
Subjek
Pajak DN,
kecuali BUT
Batasan
peredaran
bruto Rp
50M
Bukan
pilihan
Untuk
penghitungan
PPh terutang
atas Ph Kena
Pajak yang
bersifat tidak
final
Angsuran
PPh 25 =
Tarif Ps 31E
ayat (1)
Lembar
Penghitungan
fasilitas Ps 31E
ayat (1) dapat
dilampirkan
dalam SPT
Tahunan PPh
Badan
Semua penghasilan:
a. kegiatan usaha dan luar
kegiatan usaha
b. setelah dikurangi dengan
retur dan pengurangan
penjualan serta potongan
tunai dalam Tahun Pajak yang
bersangkutan,
c. sebelum dikurangi biaya
untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara
penghasilan (dari Indonesia
dan luar Indonesia), meliputi:
1) penghasilan yang dikenai
PPh bersifat final;
2) penghasilan yang dikenai
PPh tidak bersifat final;
dan
3) penghasilan yang
dikecualikan dari objek
pajak.
Penegasan atas Pelaksanaan Pasal 31E ayat (1) UU PPh
Yang dikenai tarif 15% x Jumlah Bruto adalah:
Bunga, sebagaimana Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPh: bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian hutang
Dividen, sebagaimana Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh: dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan SHU koperasi
Royalti (UU No.28 Tahun 2004 tentang Hak Cipta): imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait
Hadiah, penghargaan, bonus selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e
Yang dikenai tarif 2% x Jumlah Bruto adalah:
Sewa, terkait penggunaan harta kecuali sewa yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) – selain sewa atas tanah dan/atau bangunan
Jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, dan jasa lain (sesuai PMK-141/PMK.03/2015) selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Yang dikenai tarif 15% x Jumlah Bruto adalah:
Bunga, sebagaimana Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPh: bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian hutang
Dividen, sebagaimana Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh: dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan SHU koperasi
Royalti (UU No.28 Tahun 2004 tentang Hak Cipta): imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait
Hadiah, penghargaan, bonus selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e
Yang dikenai tarif 2% x Jumlah Bruto adalah:
Sewa, terkait penggunaan harta kecuali sewa yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) – selain sewa atas tanah dan/atau bangunan
Jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, dan jasa lain (sesuai PMK-141/PMK.03/2015) selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Latar belakang perubahan PMK-90:
Dalam rangka untuk semakin mendorong pertumbuhan sektor properti, perlu dilakukan penyesuaian ketentuan dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan pajak atas pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Peraturan Terkait:
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun 2002
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40 Tahun 2009
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
Keputusan Menteri Keuangan 635/KMK.04/1994 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/ KMK.03/2002
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./2002
Tambahin definisi => khususnya FQR, diambil dari Financial Budget and Reporting Procedures Manual of Production Sharing Contract (PSC) 1993 (Revision 1999) Section III Financial Reporting Procedures