SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
HUKUM PERIZINAN
Mengapa HAN belajar tentang Perizinan?
Karena izin merupakan suatu hubungan
antara Pemerintah dengan masyarakat
HUKUM PERIZINAN
 Siapa yang memberikan perizinan?
Pejabat Administratif.
 Izin dapat berbentuk tertulis dan
atau/tidak tertulis, namun dalam HAN
izin harus tertulis.
 Tugas Pemerintah:
- Tugas mengatur kepada
masyarakat agar mengikuti cara yang
dianjurkan
- Tugas untuk memberikan
pelayanan umum
HUKUM PERIZINAN
 Unsur-unsur izin:
a. Para pihak
b. Objek pengaturan
c. Pengesahan
d. Pihak yang mengeluarkan
e. Jangka waktu (tidak ada izin yang
berlalku seumur hidup)
f. Untuk apa izin digunakan
g. Alasan penerbitan izin; atribusi,
delegasi dan mandat.
HUKUM PERIZINAN
 Pengertian izin
a. Arti luas : suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan undang-
undang
b. Arti sempit: pembebasan, dispensasi,
konsesi.
HUKUM PERIZINAN
 Beberapa peraturan perizinan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah
a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur
oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Tata Kota.
b. Izin Tempat Usaha/HO (Hinder
Ordering), batas-batas tempat usaha.
c. Izin Tebang Kayu dan
Pengangkutannya, untuk mencegah
bahaya bagi lingkungan; dengan cara
mengajukan izin kepada Kepala Desa
atau Pemerintah setempat (retribusi)
HUKUM PERIZINAN
 Izin merupakan suatu bentuk keputusan, unsur
unsurnya:
a. Nama dari organ yang berwenang
b. Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu
objek tertentu yang dilengkapi alamat.
c. Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan.
Izin-izin pada umumnya merupakan permohonan.
d. Suatu ikhtisar peraturan perundang-undangan yang
cocok.
e. Penetapan fakta-fakta yang relevan.
f. Pertimbangan-pertimbangan hukum
g. keputusan/diktum
h. Motivasi dalam arti sempit
i. Pemberitahuan-pemberitahuan lebih lanjut
j. Penandatangan oleh organ yang berwenang.
HUKUM PERIZINAN
 Hukum Administrasi telah berkembang
dalam suasana manakala pihak
Pemerintah mulai menata masyarakat
dan dalam kaitan itu menggunakan
sarana hukum, umpamanya dengan
menetapkan keputusan-keputusan
larangan tertentu atau dengan
menerbitkan sistem-sistem perizinan.
HUKUM PERIZINAN
 LAPANGAN HUKUM ADMINISTRASI
KHUSUS
adalah peraturan-peraturan hukum
yang berhubungan dengan bidang
tertentu dari kebijaksanaan penguasa
seperti contoh hukum atas tata ruang
dan hukum perizinan bangunan
HUKUM PERIZINAN
 PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN
HK.ADMINISTRASI
~ IZIN ADALAH PERBUATAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA BERSEGI SATU YANG MENGHASILAKN
PERATURAN DALAM HAL KONTREO
BERDASARKAN PERSYARATAN DAN PROSEDUR
SEBAGAIMANA YANG DITETAPKAN OLEH
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU (SJACHRAN BASAH)
~ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA.
~ IZIN MERUPAKAN INSTRUMEN PENGENDALIAN &
ALAT PEMERINTAH UNTUK MENCAPAI APA YANG
MENJADI SASARANNYA.
HUKUM PERIZINAN
 PERIZINAN DALAM KEPTUSAN
HUKUM ADMINISTRASI.
◦ AHMAD SOBANA; mekanisme perizinan
& izin yang diterbitkan untuk
pengendalian & pengawasan administratif
bisa dipergunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi keadaan dan tahapan
perkembangan yang ingin dicapai,
disamping untuk mengendalikan arah
perubahan dan mengevaluasi keadaan,
potensi serta kendala yang disentuh
untuk berubah .
HUKUM PERIZINAN
 PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN
HUKUM ADMINSTRATIF.
◦ IZIN MERUPAKAN KEPUTUSAN TATA
USAHA NEGARA YANG BERSIFAT
KONKRET, INDIVIDUAL, FINAL.
HUKUM PERIZINAN
 TUJUAN SISTEM PERIZINAN
◦ ADANYA SUATU KEPASTIAN HUKUM
◦ PERLINDUNGAN KEPENTINGAN UMUM
◦ PENCEGAHAN KERUSAKAN ATAU
PENCEMARAN LINGKUNGAN
◦ PEMERATAAN DISTRIBUSI BARANG
TERTENTU
HUKUM PERIZINAN
 KONSEP NEGARA
KESEJAHTERAAN ERAT
KAITANNYA DENGAN PERANAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.
DALAM KONSEP NEGARA
KESEJAHTERAAN PERAN NEGARA
DAN PEMERINTAH SEMAKIN
DOMINAN.
HUKUM PERIZINAN
 NEGARA KESEJAHTERAAN
MENGACU PADA PERAN NEGARA
YANG AKTIF MENGELOLA DAN
MENGORGANISASI
PEREKONOMIAN.
HUKUM PERIZINAN
 EMPAT PILAR UTAMA NEGARA
KESEJAHTERAAN:
◦ SOCIAL CITIZENSHIP
◦ FULL DEMOCRACY
◦ MODERN INDUSTRIAL RELATION
SYSTEM
◦ RIGHT TO EDUCATION AND THE
EXPANSION OF MODERN MASS
EDUCATION SYSTEM.
HUKUM PERIZINAN
 DALAM NEGARA KESEJAHTERAAN
ADANYA SISTEM KESEJAHTERAAN
SEBAGAI HAK SOSIAL WARGA
HARUS DIIMBANGI OLEH
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KESEMPATAN KERJA
HUKUM PERIZINAN
 DALAM PEMBUKAAN UUD 1945
UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA
KESEJAHTERAANTELAH
DIAMANATKAN BAHWA:
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN KEPADA SEGENAP
BANGSA INDONESIA DAN SELURUH
WILAYAH TERITORIAL INDONESIA
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN UMUM
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
HUKUM PERIZINAN
 PEMBERIAN KEWENANGAN ATAU
KEMERDEKAAN KEPADA
ADMINSTRASI NEGARA DALAM
SISTEM HAN DIKENAL DENGAN
FREIES ERMESSEN ATAU
DISCRETIONARY POWER.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
 Secara konseptual menunjukkan
suatu proses yang memposisikan
rakyat dapat mengatur ekonominya.
 Institusi, sumber sosial dan politik
digunakan untuk menciptakan
integrasi bagi kesejahteraan rakyat.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
 Good governance adalah
◦ Suatu pemerintahan yang solid dan bertanggung
jawab yg sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar, pemerintahan yang efisien, serta
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN
◦ Suatu kondisi yang menjamin tentang adanya
proses kesejajaran, kesamaan dan
keseimbangan peran serta, saling mengontrol
diantara komponen pemerintahan, rakyat dan
usahawan. Ketiga komponen itu mempunyai tata
hubungan yang sama dan sederajat.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
 Bupati Jembrana I Gede Winasa,
mengungkapkan dalam konsep governance
hakekatnya didukung oleh tiga kaki yakni:
a. Tata pemerintahan di bidang politik
dimaksudkan sebagai proses pembuatan
keputusan untuk formulasi kebijakan publik.
b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi,
meliputi proses pembuatan keputusan untuk
memfasilitasi aktivias ekonomi di dalam negeri
dan interaksi diantara penyelenggaraa ekonomi.
c. Tata pemerintahan di bidang adiminstrasi
adalah berisi implementasi kebijakan yang telah
diputuskan oleh institusi politik.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
Asas-asas ini disebut sebagai asas-asas pemerintahan yang
baik (the general principels of good adminstration/goverment)
yaitu:
 Asas kepastian hukum (principels of legal certainty), yaitu
asas yang menghendaki dihormatinya hak telah diperoleh
seseorang berdasarkan suatu keputusan badan atau pejabat
administrasi negara.
 Asas keseimbangan (principels of proporsionality), yaitu
asas yang menghendaki adanya keseimbangan antara
hukuman jabatan dengan kelalaian atau kealpaan seorang
pegawai.
 Azas kesamaan dalam mengambil keputusan.
 Asas bertindak cermat (principles of carefulnes), yaitu asas
yang memperingatkan agar aparatur negara senantiasa
bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
warga masyarakat.
 Asas motivasi untuk setiap keputusan administrasi negara
(principels of motivation) yaitu asas yang menghendaki agar
setiap putusan adminstrasi negara diberikan alasan dan
 Asas jangan mencampuradukan
kewenangan (principels of nonmixed of
competence)
 Asas permainan yang layak (principels of
fairplay)
 Asas keadilan atau kewajaran
 Asas menanggapi pengharapan yang wajar
 Asas meniadakan akibat putusan yang batal
 Asas perlindungan atas pandangan hidup
 Asas kebijaksanaan
 Asas penyelenggaraan kepentingan umum
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
 Pelayanan Public digunakan untuk
menciptakan kesejahteraan dan
pencapaian PAD.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
 Praktik good governance dalam
pelayanan public mampu
membangkitkan dukungan dan
kepercayaan masyarakat
 Pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik dan
perekonomian daerah perlu
meningkatkan profesionalisme,
termasuk penataan bidang perizinan
guna meningkatkan pelayanan publik
karena perizinan adalah elemen yang
sangat diperhatikan para pelaku bisnis
dalam menanamkan investasinya
didaerah.
 Hambatan sistem perizinan di
Indonesia, setelah dikeluarkannya
kebijakan otonomi daerah:
◦ Belum adanya sistem perizinan yang baku,
integratif dan komprehensif.
◦ Banyaknya berbagai instansi yang
mengeluarkan izin
◦ Tersebarnya peraturan tentang perizinan
dalam berbagai peraturan perundang-
undangan.
◦ Diadakannya izin hanya semata-mata
dengan tujuan pemasukan bagi pendapatan
daerah.
 Kelemahan pelayanan publik
walaupun otonomi daerah sudah
diberlakukan:
◦ Kurang responsif.
◦ Kurang inovatif
◦ Kurang accesible
◦ Kurang koordinasi
◦ Birokratis (khususnya dlm msalh perizinan)
◦ Kurang mendengar rakyat
◦ Tidak efisein
 Tingkat pelayanan dan derajat
kepuasan masyarakat adalah salah
satu ukuran dari efektivitas dan
efisiensi dari suatu pelayanan publik.
 Efektivitas adalah ukuran bagaimana
suatu kualitas, suatu output itu
dihasilkan melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan, kemudian bagaimana
mencapai outcome yang diharapkan.
 Efisiensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara
pemasukan dan keluaran dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM
- HART; HUKUM BUKAN SEBAGAI
PERINTAH OLEH PIHAK YANG BERKUASA
TETAPI SEBAGAI PENGATUR PENDUDUK
YANG BERADA DALAM WILAYAH
TERTENTU.
- HANS KELSEN; HUKUM ITU BUKAN
SEMBARANG PERINTAH TETAPI SUATU
PERINTAH YANG MENGIKAT DAN
DIKELUARKAN OLEH PIHAK YANG
MEMILIKI KEKUASAAN.
 POKOK PEMIKIRAN TENTANG
HUKUM
- BAGI KALANGAN MUSLIM,
JELAS YANG DIMAKSUD DENGAN
HUKUM ADALAH HUKUM ISLAM,
YAITU KESELURUHAN ATURAN
HUKUM YANG BERSUMBER DARI
AL-QURAN, SUNAH RASUL SERTA
IJTIHAD.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM
FUNGSI HUKUM :
1. JEREMY BENTHAM; UNTUK MEMELIHARA KEBAIKAN
DAN MENCEGAH KEJAHATAN.
2. AUBERT; FUNGSI MENGATUR (GOVERNANCE),
DISTRIBUSI SUMBER DAYA, SAFEGUARD TERHADAP
EKSPEKTASI MASYARAKAT, PENYELESAIAN KONFLIK,
EKSPRESI DARI NILAI-NILAI DAN CITA-CITA
MASYARAKAT.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 KONSEP DASAR PERIZINAN
Untuk mengendalikan setiap kegiatan
atau perilaku individu atau kolektivitas
yang sifatnya preventif adalah melalui
izin, yang memiliki kesamaan seperti
dispensasi, izin dan konsesi.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 KONSEP DASAR PERIZINAN
dispensasi adalah keputusan administrasi
negara yang membebaskan suatu perbuatan
dari kekuasaan suatu peraturan yang
menolak peraturan itu.
izin adalah suatu keputusan administrasi
negara yang memperkenankan suatu
perbuatan yang pada umumnya dilarang,
tetapi diperkenankan dan bersifat konkrit.
konsesi adalah suatu perbuatan yang
penting bagi umum, teetapi pihak swasta
dapat turut serta dengan syarat pemerintah
ikut campur.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 KONSEP DASAR PERIZINAN
◦ ASEP WARLAN YUSUF; IZIN SEBAGAI INSTRUMEN PEMERINTAH YANG
BERSIFAT YURIDIS PREVENTIF, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA
HUKUM ADMINSTRASI UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU
MASYARAKAT.
◦ IZIN MERUPAKAN PENGECUALIAN YANG DIBERIKAN OLEH UNDANG-
UNDANG UNTUK MENUNJUKAN LEGALITAS SEBAGAI SUATU CIRI
NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS.
◦ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA..
◦ IZIN BERSIFAT KONKRET (OBJEKNYA TIDAK ABSTRAK MELAINKANN
BERWUJUD, TERTENTU DAN DITENTUKAN), INDIVIDUAL (SIAPA YANG
DIBERIKAN IZIN), FINAL (SESEORANG TELAH MEMPUNYAI HAK UNTUK
MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM SESUAI DENGAN ISINYA YANG
SECARA DEFINITIF DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM TERTENTU).
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 KONSEP HUKUM PERIZINAN
SESUATU YANG DITUJU DENGAN
PERIZINAN:
a. Mengarahkan aktivitas tertentu
b. Mencegah bahaya yang mungkin
timbul
c. Untuk melindungi obyek-obyek
tertentu
d. Membagi benda-benda yang sedikit
e. Mengarahkan orang-orang tertentu
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Jenis dan Macam
◦ Izin lokasi, izin trayek, izin penggunaan trotoar
◦ Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
◦ Izin gangguan, izin pemakaian tanah dan bangunan milik pemerintah
◦ Surat Izin Usaha Kepariwisataan, izin pembuatan jalan masuk pekarangan
◦ Izin reklame, izin penggalian daerah milik jalan
◦ Izin pematangan tanah
◦ Izin pembuatan jalan di dalam kompleks perumahan, pertokoan dan
sejenisnya
◦ Izin pemanfaatan titik tiang pancang reklame, jembata penyebrangan orang
dan sejenisnya.
◦ Tanda Daftar Perusahaan
◦ Izin Usaha Perdagangan, izin usaha industri, tanda daftar gudang.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Pemerintahan daerah dalam
mengurus kewenangannya
mengeluarkan kebijakan berbentuk
perda, keputusan kepala daerah, dan
peraturan lainnya. Salah satu bentuk
perwujudan kewenangan tersebut
adalah perizinan. Perizinan sebagai
bentuk ketetapan merupakan tindakan
sepihak dari administrasi negara.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Contoh atribusi yang memberikan
kewenangan kepada administrasi negara
adalah pasal 157 UU No.12/2008, yang
menentukan sumber pendapatan
daerah:
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
4. Lain-lain dan PAD yang sah
5. Dana perimbangan
6. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Sanksi hukum administrasi yang khas
antara lain:
1. Bestuurdwang (paksaan pemerintah)
2. Penarikan kembali keputusan
(ketetapan) yang menguntungkan (izin,
pembayaran,)
3. Pengenaan denda adminstrasi
4. Dwangsom
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Sanksi atas pelanggara izin dapat
bebrbentuk:
1. Sanksi administratif
2. Sanksi perdata
3. Penjara dan pidana denda
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Azas-azas pelayanan publik:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kondisional
4. Partisipatif
5. Kesamaan hak
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Prinsip pelayanan publik;
1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, keramahan, kesopanan
10. Kenyamanan
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Standar pelayanan meliputi:
1. Prosedur pelayanan
2. waktu penyelesaian
3. Biaya pelayanan
4. Produk pelayanan
5. Sarana dan prasarana
6. Kompetensi petugas pemberi
pelayanan
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Pola penyelenggaraan pelayanan publik
1. Fungsional; pelayanan yang diberikan
ssesuai dengan tugas, ungsi dan
kewenangannya.
2. Terpusat; pelayanan diberikan secara
tunggal oleh penyelenggara pelayanan
berdasarkan pelimpahan kewenangan.
3. Terpadu; terpadu satu atap, terpadu satu
pintu.
4. Gugus tugas; petugas pelayanan publik
secara perorangan atau dalam bentuk
gugus tugas ditempatkan pada instansi
pemberi pelayanan dan lokasi pemberian
pelayanan tertentu.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Biaya pelayanan publik, harus
memperhatikan:
1. Tingkat kemampuan dan daya beli
masyarakat
2. Nilai atau harga yang berlaku atas barang
dan atau jasa
3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis
pelayanan publik yang memerlukan
tindakan penelitian, pemeriksaan,
pengukuran dan pengajuan.
4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Unsur Indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan
2. Persyaratan pelayanan
3. Kejelasan petugas pelayanan
4. Kedisiplinan petugas pelayanan
5. Tanggung jawab petugas pelayanan
6. Kemempuan petugas pelayanan
7. Kecepatan pelayanan
8. Keadilam mendapatkan pelayanana
9. Kesopanan dan keramahan petugas
10. Kewajaran biaya pelayanan
11. Kepastian biaya pelayanan
12. Kepastian jadwal pelayanan
13. Kenyamanan lingkungan
14. Keamanan pelayanan.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
 Pengawasan penyelenggaraan:
1. Pengawasan Melekat
2. Pengawasan Fungsional
3. Pengawasan Masyarakat
IV. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENYELENGGARAKAN
PELAYANAN PUBLIK
4.1. Kewenangan Pemerintah
azas legalitas menjadi dasar legitimasi
tindakan pemerintah dan jaminan
perlindungan dari hak-hak rakyat.
4.1. Kewenangan Pemerintah
 Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan
beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu:
a. Efektifitas
b. Legitimitas
c. Yuriditas
d. Legalitas
e. Moralitas
f. Efisiensi
g. Teknik dan teknologi
4.1. Kewenangan Pemerintah
 Dalam Al-Quran dan Sunah, prinsip-
prinsip dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan yaitu:
◦ Musayawarah
◦ Persamaan dan keadilan hukum
◦ Keadilan sosial
◦ Kebebasan mengemukakan pendapat
◦ Perlindungan jiwa dan pengawasan
rakyat.
4.1. Kewenangan Pemerintah
 Setiap penyelenggaraan kenegaraan
harus memiliki azas legitimasi, yaitu
kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang. Substansi azas
legalitas adalah wewenang.
4.1. Kewenangan Pemerintah
 Mengenai wewenang HD. Stout
mengatakan:
◦ Wewenang merupaka pengertian dari
hukum organisasi pemerintahan, yang
dapat dijelaskan sebagai keseluruhan
aturan yang berkenaan dengan perolehan
dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subyek hukum publik
didalam hubungan hukum publik.
4.1. Kewenangan Pemerintah
 Kewenangan yang bersemuber dari
peraturan perundang-undangan
diperoleh melalui tiga cara, yaitu:
◦ Atribusi; pemberian wewenang pemerintah
yang baru oleh suatu ketentuan dalam suatu
perundang-undangan baik yang dilakukan
oleh original legislator ataupun delegated
legislator (Indroharto)
◦ Delegasi: peneyerahan wewenang dari
pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah.
◦ Mandat; suatu organ pemerintahan
mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh
organ lain atas namanya. ( HD. Van Wijk)
4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
 Tindakan hukum adalah tindakan
yang berdasar sifatnya dan
menimbulkan akibat hukum.
 Tindakan hukum administrasi adalah
suatu pernyataan kehendak yang
muncul dari organ administrasi
dengan keadaan khusus dengan
tujuan untuk menimbulkan akibat
hukum dalam bidang hukum
administrasi negara. (HJ. Roemeijn)
4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
 Tindakan hukum pemerintah adalah
tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintahan atau administrasi negara
yang memiliki tujuan untuk menimbulkan
akibat hukum dibidang pemerintahan
atau administrasi negara.
4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
 Unsur-unsur tindakan hukum pemerintahan:
◦ Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah
dalam kedudukannya sebagai alat kelengkapan
pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung
jawab sendiri
◦ Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan
◦ Perbuatan tersebut dapat menimbulkan akibat
hukum dibidang administrasi
◦ Perbuatan tersebut bersangkutan dengan
kepentingan negara dan masyarakat
◦ Harus berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
◦ Berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan
hukum.
4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
 Istilah Rechtshandeling atau tindakan
hukum berasal dari hukum perdata,
yang kemudian digunakan juga dalam
hukum administrasi. Begitu digunakan
dalam hukum administrasi negara,
sifat tindakan hukumnya memiliki
perbedaan. Tindakan hukum
adminstrasi berbeda sifatnya dengan
tindakan hukum perdata, meskipun
namanya sama.
4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
 Tindakan hukum administrasi dapat
mengikat warga negara tanpa
melakukan persetujuan dari warga
yang bersangkutan, sementara dalam
tinadakan hukum perdata diperlukan
pesesuaian kehendak kedua belah
pihak atau diperlukan persetujuan dari
pihak yang dikenai tindakan hukum
itu.
4.3. Kewenangan Pemerintah
Dalam Pelayanan Publik
Pemerintah daerah memperoleh
wewenang dibidang penerbitan
perizinan melalui atribusi. Untuk dapat
dilihat ketentuan UU No. 12 tahun
2008 tentang perubahan kedua atas
UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 10 ayat
(1).
5. HARMONISASI HUKUM
DALAM PENGATURAN FUNGSI
& KEWENANGAN
PENYELENGGARAAN
PERIZINAN
 A. HARMONISASI HUKUM &SISTEM HUKUM
 B. HARMONISASI KEWENANGAN LEMBAGA
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN TERPADU.
5.A. HARMONISASI HUKUM &
SISTEM HUKUM
Usaha untuk melakukan harmonisasi
sistem hukum berkenaan dengan
terjadinya ketidakseimbangan antara
perbedaan unsur-unsur sistem hukum,
dengan cara menghilangkan ketidak
seimbangan dan melakukan
penyesuaian terhadap unsur-unsur
sistem yang berbeda itu.
 Harmonisasi sistem hukum bisa
dilakukan secara keseluruhan
melibatkan mata rantai tiga komponen
sistem hukum, yaitu;
◦ a. Substansi hukum
◦ b. Struktur hukum beserta
kelembagaannya
◦ c. Kultur hukum.
 Di Indonesia konteks harmonisasi
hukum, dapat diketahui dalam Kepres
Nomor 188 Tahun 1998, pasal 2 yang
berbunyi:
Dalam rangka pengharmonisan,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi
yang akan dituangkan dalam Rancangan
Undang-Undang, Menteri atau pimpinan
lembaga pemrakarsa penyusunan RUU
wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu
konsepsi tersebut dengan Menteri
Kehakiman dan Menteri serta pimpinan
lembaga lainnya yang terkait.
 Dalam rangka pembinaan hukum
nasional, seorang perancang
peraturan perundangan dituntut lebih
dari sekedar memahami cara
merumuskan. Mereka harus
mengetahui dan menguasai beberapa
hal sebagai berikut:
◦ 1. Tujuan pembentukan peraturan
perundang-undangan
◦ 2. Fungsi peraturan perundang-undangan
◦ 3. Benar-benar menguasai materi yang
akan diatur
 Harmonisasi dalam hukum adalah
mencakup penyesuaian peraturan
perundang-undangan, keputusan
pemerintah, keputusan hakim, sistem
hukum dan azas azas hukum dengan
tujuan meningkatkan kesatuan hukum,
kepastian hukum, keadilan dan
kesebandingan, kegunaan dan
kejelasan hukum tanpa mengaburkan
dan mengorbankan pluralisme hukum.
(L.M.Ghandi)
 Dalam rangka menciptakan harmonisasi hukum dan
pembaruan sistem peraturan perundang-undangan , Berikut
adalah hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
menurut UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan:
 UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. UUD 1945 ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
 Ketetapan MPR
 Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah (PP)
 Peraturan Presiden (Perpres)
 Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang
berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam,
serta Perdasus dan Perdasi yang berlaku di
Provinsi Papua dan Papua Barat.
 Dari Peraturan Perundang-undangan tersebut, aturan yang
mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
5.B. HARMONISASI
KEWENANGAN LEMBAGA
PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU.
 SEJALAN DENGAN UPAYA PENATAAN SISTEM
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN, APABILA KETIGA ASPEK
HARMONISASI YAITU KELEMBAGAAN
(INSTITUSIONAL), ATURAN YANG BERSIFAT
INSTRUMENTAL(PROSEDURAL), SUMBER
DAYA MANUSIA DAN BUDAYA KERJA
TERDAPAT KESEIMBANGAN DAN
KESERASIAN, MAKA AKAN TERWUJUD
SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN YANG MEMENUHI KRITERIA
AAUPL.
6. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
6.A. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PELAYANAN
PERIZINAN
perilaku birokrasi perizinan tidak lepas
dari cara pandang Pemda yang lebih
melihat izin usaha sebagai sumber
pendapatan
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
 efek bureaucratism merupakan sisi buruk
administrasi pemerintahan yang senantiasa
dikeluhkan masayarakat.
 Birokrasi modern punya banyak kesamaan
dengan model penentuan harga oleh
pemerintah pada ekonomi pasar.
 Birokrasi modern diharapkan melaksanakan
tugasnya tanpa dipengaruhi oleh penawaran
dan permintaan. Ternyata, permintaan jauh
melampaui penawaran, akibatnya
pengawasan menjadi lemah. Akhirnya timbul
kecenderungan aparatur menyalahgunakan
kekuasaannya.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
 Salah satu cara menganalisis ekses pita-
merah ialah dengan mengkaji karakteristik
keterkaitan kewajiban politis antara birokrasi
pemerintah dengan klien itu, dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Sistem yang berdasarkan perkerabatan
tradisional (Traditional Familist- Based
System.
b. Sistem yang berdasarkan pola pelindung-
pengikut tradisional (Traditional Patron-
Client-Based System)
c. Sistem modern yang berdasarkan pola
atasan-bawahan (Modern Boss-Follower-
Based system)
d. Sistem yang berdasarkan kultur-
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Sistem birokrasi
Indonesia lebih
merupakan percampuran
antara sistem patron-
client dengan sistem
atasan bawahan
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
 Efek pita-merah mempunyai ekses:
◦ Bersifat internal, berasal dari birokrasi sendiri.
◦ Pegawai kurang percaya diri dan takut untuk
membuat keputusan diluar peraturan yang
ditetapkan. Sikap sangat patuh terhadap
keadaan rutin merupakan mekanisme
pertahanan terhadap perasaan tidak aman.
◦ Pada tingkat mikro membawa akibat yang luas,
karena birokrasi publik memiliki kekuatan legal
konstitusional untuk mengatur sektor swasta.
◦ Merupakan bentuk korupsi pada tingkat teknis
operasional.
◦ Menghambat mobilitas dan menghancurkan
diniamika.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
 Kualitas pelayanan birokrasi perizinan
dan infrastruktur yang masih buruk
merupakan salah satu konsekuensi
logis dari orientasi kebijakan publik
yang lebih menekankan pentingnya
peningkatan penerimaan
pemerintahan daerah dari sisi PAD.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
 Pengawsan penyelenggaraan
pelayanan izin , antara lain:
◦ Menampung dan menindak lanjuti
keluhan masyarakat atas pelayanan
publik yang disediakan
◦ Melakukan investigasi pada
instansi/badan dilingkungan eksekutif
◦ Memberikan rekomendasi tindak lanjut
pada pihak-pihak yang berkompeten bila
diperlukan.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Salah satu indikator baik
buruknya tingkat pelayanan
aparatur pemerintah
kepada masyarakat
ditentukan oelh jumlah
keluhan yang disampaikan
oleh masyarakat terhadap
aparatur pemerintah.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Dibidang penataan
kelembagaan perlu
diperhatikan adalah
perampingan birokrasi
pemerintah, untuk
mendayagunakan
aparatur pemerintah
sebaik mungkin.
RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Tujuan utama perampingan
birokrasi adalah untuk
menempatkan dan
memanfaatkan tenaga-
tenaga kerja yang ada
sesuai dengan proporsinya
dan sesuai dengan
keahliannya.
Optimalisasi Pengelolaan
Pelayanan Publik dan Kendala-
Kendalanya
 Kebijakan memperbaiki pelayanan
publik perlu membentuk suatu iklim
usaha yang dapat meminimalkan
risiko berusaha.
 Terdapat dua risiko yang menjadi
patokan awal, yaitu risiko politis dan
risiko pengaturan.
Optimalisasi Pengelolaan
Pelayanan Publik dan Kendala-
Kendalanya
 Kompetisi dalam pemberian
pelayanan dapat menciptakan
pelayanan yang efisien
 Kecenderungan penyalahgunaan
kewenangan akan merendahkan mutu
pelayanan
 Harapan masyarakat sebagai
pelanggan memiliki peranan yang
besar sebagai standar perbandingan
dalam evaluasi kepuasan maupun
Dukungan Pemerintah dalam
Peningkatan Pelayanan Publik
 Dukungan pemerintah terhadap
pelaksanaan pelayanan publik dapat
diberikan kepada pemberi layanan
dalam bentuk subsidi atau kemudahan.
 Penataan kualitas pelayanan publik
secara prima yang cepat, pasti, mudah,
biaya layak, transparan dan akuntabel,
dengan program perbaikan manajemen,
sistem, ketentuan peraturan perundang-
undangan, prosedur serta petugas
pelayanan publik, dsna pencegahan
praktik penyimpangan prosedur
pelayanan.
Dukungan Pemerintah dalam
Peningkatan Pelayanan Publik
 Beberapa permasalahan pelayanan publik
yang dialami oleh instansi di lingkungan
Pemda:
1. Tingkat kepedulian aparat pemerintah dalam
menangani berbagai keluhan masyarakat
terhadap pelayanan kurang optimal.
2. Belum dikembangkan penerapan standar
prosedur pelayanan yang baku.
3. Terbatasnya penyelenggaraan diklat-teknis
fungsional dibidang palayanan
4. Belum ada kebijakan sistem remunerasi
5. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi
informasi
6. Belum optimalnya komitmen pemimpin
terhadap KKN dan pungli.

More Related Content

Similar to HUKUM PERIZINAN

01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negaraS'yah Barus
 
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptxsaptofs2
 
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020Adi Pujakesuma
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsuaeb1
 
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxBENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxbandi2340
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...Rizki Aditama
 
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa KeuanganOtoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa KeuanganPiet_Fitriady
 
3. iapi jatim pbj blud online
3. iapi jatim pbj blud online3. iapi jatim pbj blud online
3. iapi jatim pbj blud onlineSiti Aisyah
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...Eka Yulianto
 
Good_Corporate_Governance_pptx.pptx
Good_Corporate_Governance_pptx.pptxGood_Corporate_Governance_pptx.pptx
Good_Corporate_Governance_pptx.pptxDiazFayatHabibullah
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...Rizki Aditama
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Hanifmaruf19
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaStRahmawatiAPabittei
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...Ipung Sutoyo
 
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...basrizal82
 

Similar to HUKUM PERIZINAN (20)

01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
 
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
 
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020
 
Akuntabilitas
AkuntabilitasAkuntabilitas
Akuntabilitas
 
Government dan Manajemen
Government dan Manajemen Government dan Manajemen
Government dan Manajemen
 
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptxsistemadministrasinegara-211121230251.pptx
sistemadministrasinegara-211121230251.pptx
 
K4-PPT HKP.pptx
K4-PPT HKP.pptxK4-PPT HKP.pptx
K4-PPT HKP.pptx
 
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptxBENGKAYANG PERUMDA .pptx
BENGKAYANG PERUMDA .pptx
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government Corporate Governance , Uni...
 
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa KeuanganOtoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan
 
3. iapi jatim pbj blud online
3. iapi jatim pbj blud online3. iapi jatim pbj blud online
3. iapi jatim pbj blud online
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. tata kelola pemerintahan...
 
Good_Corporate_Governance_pptx.pptx
Good_Corporate_Governance_pptx.pptxGood_Corporate_Governance_pptx.pptx
Good_Corporate_Governance_pptx.pptx
 
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...
BE & GG, Rizki Aditama, Hapzi Ali, Good Government & Corporate Governance , U...
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik IndonesiaSistem Administrasi Negara Republik Indonesia
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
 
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Konsep yang efektif dan efisien dalam men...
 
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
 
Good governance
Good governanceGood governance
Good governance
 
Bahan PPT.docx
Bahan PPT.docxBahan PPT.docx
Bahan PPT.docx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 

Recently uploaded (11)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 

HUKUM PERIZINAN

  • 1. HUKUM PERIZINAN Mengapa HAN belajar tentang Perizinan? Karena izin merupakan suatu hubungan antara Pemerintah dengan masyarakat
  • 2. HUKUM PERIZINAN  Siapa yang memberikan perizinan? Pejabat Administratif.  Izin dapat berbentuk tertulis dan atau/tidak tertulis, namun dalam HAN izin harus tertulis.  Tugas Pemerintah: - Tugas mengatur kepada masyarakat agar mengikuti cara yang dianjurkan - Tugas untuk memberikan pelayanan umum
  • 3. HUKUM PERIZINAN  Unsur-unsur izin: a. Para pihak b. Objek pengaturan c. Pengesahan d. Pihak yang mengeluarkan e. Jangka waktu (tidak ada izin yang berlalku seumur hidup) f. Untuk apa izin digunakan g. Alasan penerbitan izin; atribusi, delegasi dan mandat.
  • 4. HUKUM PERIZINAN  Pengertian izin a. Arti luas : suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang- undang b. Arti sempit: pembebasan, dispensasi, konsesi.
  • 5. HUKUM PERIZINAN  Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Tata Kota. b. Izin Tempat Usaha/HO (Hinder Ordering), batas-batas tempat usaha. c. Izin Tebang Kayu dan Pengangkutannya, untuk mencegah bahaya bagi lingkungan; dengan cara mengajukan izin kepada Kepala Desa atau Pemerintah setempat (retribusi)
  • 6. HUKUM PERIZINAN  Izin merupakan suatu bentuk keputusan, unsur unsurnya: a. Nama dari organ yang berwenang b. Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu objek tertentu yang dilengkapi alamat. c. Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan. Izin-izin pada umumnya merupakan permohonan. d. Suatu ikhtisar peraturan perundang-undangan yang cocok. e. Penetapan fakta-fakta yang relevan. f. Pertimbangan-pertimbangan hukum g. keputusan/diktum h. Motivasi dalam arti sempit i. Pemberitahuan-pemberitahuan lebih lanjut j. Penandatangan oleh organ yang berwenang.
  • 7. HUKUM PERIZINAN  Hukum Administrasi telah berkembang dalam suasana manakala pihak Pemerintah mulai menata masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana hukum, umpamanya dengan menetapkan keputusan-keputusan larangan tertentu atau dengan menerbitkan sistem-sistem perizinan.
  • 8. HUKUM PERIZINAN  LAPANGAN HUKUM ADMINISTRASI KHUSUS adalah peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa seperti contoh hukum atas tata ruang dan hukum perizinan bangunan
  • 9. HUKUM PERIZINAN  PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN HK.ADMINISTRASI ~ IZIN ADALAH PERBUATAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BERSEGI SATU YANG MENGHASILAKN PERATURAN DALAM HAL KONTREO BERDASARKAN PERSYARATAN DAN PROSEDUR SEBAGAIMANA YANG DITETAPKAN OLEH KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG BERLAKU (SJACHRAN BASAH) ~ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA. ~ IZIN MERUPAKAN INSTRUMEN PENGENDALIAN & ALAT PEMERINTAH UNTUK MENCAPAI APA YANG MENJADI SASARANNYA.
  • 10. HUKUM PERIZINAN  PERIZINAN DALAM KEPTUSAN HUKUM ADMINISTRASI. ◦ AHMAD SOBANA; mekanisme perizinan & izin yang diterbitkan untuk pengendalian & pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, disamping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi serta kendala yang disentuh untuk berubah .
  • 11. HUKUM PERIZINAN  PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN HUKUM ADMINSTRATIF. ◦ IZIN MERUPAKAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG BERSIFAT KONKRET, INDIVIDUAL, FINAL.
  • 12. HUKUM PERIZINAN  TUJUAN SISTEM PERIZINAN ◦ ADANYA SUATU KEPASTIAN HUKUM ◦ PERLINDUNGAN KEPENTINGAN UMUM ◦ PENCEGAHAN KERUSAKAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN ◦ PEMERATAAN DISTRIBUSI BARANG TERTENTU
  • 13. HUKUM PERIZINAN  KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN ERAT KAITANNYA DENGAN PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH SEMAKIN DOMINAN.
  • 14. HUKUM PERIZINAN  NEGARA KESEJAHTERAAN MENGACU PADA PERAN NEGARA YANG AKTIF MENGELOLA DAN MENGORGANISASI PEREKONOMIAN.
  • 15. HUKUM PERIZINAN  EMPAT PILAR UTAMA NEGARA KESEJAHTERAAN: ◦ SOCIAL CITIZENSHIP ◦ FULL DEMOCRACY ◦ MODERN INDUSTRIAL RELATION SYSTEM ◦ RIGHT TO EDUCATION AND THE EXPANSION OF MODERN MASS EDUCATION SYSTEM.
  • 16. HUKUM PERIZINAN  DALAM NEGARA KESEJAHTERAAN ADANYA SISTEM KESEJAHTERAAN SEBAGAI HAK SOSIAL WARGA HARUS DIIMBANGI OLEH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA
  • 17. HUKUM PERIZINAN  DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA KESEJAHTERAANTELAH DIAMANATKAN BAHWA: ◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA SEGENAP BANGSA INDONESIA DAN SELURUH WILAYAH TERITORIAL INDONESIA ◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM ◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
  • 18. HUKUM PERIZINAN  PEMBERIAN KEWENANGAN ATAU KEMERDEKAAN KEPADA ADMINSTRASI NEGARA DALAM SISTEM HAN DIKENAL DENGAN FREIES ERMESSEN ATAU DISCRETIONARY POWER.
  • 19. BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE  Secara konseptual menunjukkan suatu proses yang memposisikan rakyat dapat mengatur ekonominya.  Institusi, sumber sosial dan politik digunakan untuk menciptakan integrasi bagi kesejahteraan rakyat.
  • 20. BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE  Good governance adalah ◦ Suatu pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab yg sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar, pemerintahan yang efisien, serta pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN ◦ Suatu kondisi yang menjamin tentang adanya proses kesejajaran, kesamaan dan keseimbangan peran serta, saling mengontrol diantara komponen pemerintahan, rakyat dan usahawan. Ketiga komponen itu mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat.
  • 21. BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE  Bupati Jembrana I Gede Winasa, mengungkapkan dalam konsep governance hakekatnya didukung oleh tiga kaki yakni: a. Tata pemerintahan di bidang politik dimaksudkan sebagai proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan publik. b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi, meliputi proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivias ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggaraa ekonomi. c. Tata pemerintahan di bidang adiminstrasi adalah berisi implementasi kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.
  • 22. BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE Asas-asas ini disebut sebagai asas-asas pemerintahan yang baik (the general principels of good adminstration/goverment) yaitu:  Asas kepastian hukum (principels of legal certainty), yaitu asas yang menghendaki dihormatinya hak telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan badan atau pejabat administrasi negara.  Asas keseimbangan (principels of proporsionality), yaitu asas yang menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dengan kelalaian atau kealpaan seorang pegawai.  Azas kesamaan dalam mengambil keputusan.  Asas bertindak cermat (principles of carefulnes), yaitu asas yang memperingatkan agar aparatur negara senantiasa bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat.  Asas motivasi untuk setiap keputusan administrasi negara (principels of motivation) yaitu asas yang menghendaki agar setiap putusan adminstrasi negara diberikan alasan dan
  • 23.  Asas jangan mencampuradukan kewenangan (principels of nonmixed of competence)  Asas permainan yang layak (principels of fairplay)  Asas keadilan atau kewajaran  Asas menanggapi pengharapan yang wajar  Asas meniadakan akibat putusan yang batal  Asas perlindungan atas pandangan hidup  Asas kebijaksanaan  Asas penyelenggaraan kepentingan umum BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE
  • 24.  Pelayanan Public digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dan pencapaian PAD. BAB II. PELAYANAN PUBLIC DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE
  • 25.  Praktik good governance dalam pelayanan public mampu membangkitkan dukungan dan kepercayaan masyarakat
  • 26.  Pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan perekonomian daerah perlu meningkatkan profesionalisme, termasuk penataan bidang perizinan guna meningkatkan pelayanan publik karena perizinan adalah elemen yang sangat diperhatikan para pelaku bisnis dalam menanamkan investasinya didaerah.
  • 27.  Hambatan sistem perizinan di Indonesia, setelah dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah: ◦ Belum adanya sistem perizinan yang baku, integratif dan komprehensif. ◦ Banyaknya berbagai instansi yang mengeluarkan izin ◦ Tersebarnya peraturan tentang perizinan dalam berbagai peraturan perundang- undangan. ◦ Diadakannya izin hanya semata-mata dengan tujuan pemasukan bagi pendapatan daerah.
  • 28.  Kelemahan pelayanan publik walaupun otonomi daerah sudah diberlakukan: ◦ Kurang responsif. ◦ Kurang inovatif ◦ Kurang accesible ◦ Kurang koordinasi ◦ Birokratis (khususnya dlm msalh perizinan) ◦ Kurang mendengar rakyat ◦ Tidak efisein
  • 29.  Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat adalah salah satu ukuran dari efektivitas dan efisiensi dari suatu pelayanan publik.
  • 30.  Efektivitas adalah ukuran bagaimana suatu kualitas, suatu output itu dihasilkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, kemudian bagaimana mencapai outcome yang diharapkan.  Efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara pemasukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
  • 31. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM - HART; HUKUM BUKAN SEBAGAI PERINTAH OLEH PIHAK YANG BERKUASA TETAPI SEBAGAI PENGATUR PENDUDUK YANG BERADA DALAM WILAYAH TERTENTU. - HANS KELSEN; HUKUM ITU BUKAN SEMBARANG PERINTAH TETAPI SUATU PERINTAH YANG MENGIKAT DAN DIKELUARKAN OLEH PIHAK YANG MEMILIKI KEKUASAAN.
  • 32.  POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM - BAGI KALANGAN MUSLIM, JELAS YANG DIMAKSUD DENGAN HUKUM ADALAH HUKUM ISLAM, YAITU KESELURUHAN ATURAN HUKUM YANG BERSUMBER DARI AL-QURAN, SUNAH RASUL SERTA IJTIHAD. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 33.  POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM FUNGSI HUKUM : 1. JEREMY BENTHAM; UNTUK MEMELIHARA KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEJAHATAN. 2. AUBERT; FUNGSI MENGATUR (GOVERNANCE), DISTRIBUSI SUMBER DAYA, SAFEGUARD TERHADAP EKSPEKTASI MASYARAKAT, PENYELESAIAN KONFLIK, EKSPRESI DARI NILAI-NILAI DAN CITA-CITA MASYARAKAT. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 34.  KONSEP DASAR PERIZINAN Untuk mengendalikan setiap kegiatan atau perilaku individu atau kolektivitas yang sifatnya preventif adalah melalui izin, yang memiliki kesamaan seperti dispensasi, izin dan konsesi. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 35.  KONSEP DASAR PERIZINAN dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak peraturan itu. izin adalah suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat konkrit. konsesi adalah suatu perbuatan yang penting bagi umum, teetapi pihak swasta dapat turut serta dengan syarat pemerintah ikut campur. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 36.  KONSEP DASAR PERIZINAN ◦ ASEP WARLAN YUSUF; IZIN SEBAGAI INSTRUMEN PEMERINTAH YANG BERSIFAT YURIDIS PREVENTIF, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA HUKUM ADMINSTRASI UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU MASYARAKAT. ◦ IZIN MERUPAKAN PENGECUALIAN YANG DIBERIKAN OLEH UNDANG- UNDANG UNTUK MENUNJUKAN LEGALITAS SEBAGAI SUATU CIRI NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS. ◦ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA.. ◦ IZIN BERSIFAT KONKRET (OBJEKNYA TIDAK ABSTRAK MELAINKANN BERWUJUD, TERTENTU DAN DITENTUKAN), INDIVIDUAL (SIAPA YANG DIBERIKAN IZIN), FINAL (SESEORANG TELAH MEMPUNYAI HAK UNTUK MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM SESUAI DENGAN ISINYA YANG SECARA DEFINITIF DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM TERTENTU). III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 37.  KONSEP HUKUM PERIZINAN SESUATU YANG DITUJU DENGAN PERIZINAN: a. Mengarahkan aktivitas tertentu b. Mencegah bahaya yang mungkin timbul c. Untuk melindungi obyek-obyek tertentu d. Membagi benda-benda yang sedikit e. Mengarahkan orang-orang tertentu III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 38.  Jenis dan Macam ◦ Izin lokasi, izin trayek, izin penggunaan trotoar ◦ Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ◦ Izin gangguan, izin pemakaian tanah dan bangunan milik pemerintah ◦ Surat Izin Usaha Kepariwisataan, izin pembuatan jalan masuk pekarangan ◦ Izin reklame, izin penggalian daerah milik jalan ◦ Izin pematangan tanah ◦ Izin pembuatan jalan di dalam kompleks perumahan, pertokoan dan sejenisnya ◦ Izin pemanfaatan titik tiang pancang reklame, jembata penyebrangan orang dan sejenisnya. ◦ Tanda Daftar Perusahaan ◦ Izin Usaha Perdagangan, izin usaha industri, tanda daftar gudang. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK
  • 39. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Pemerintahan daerah dalam mengurus kewenangannya mengeluarkan kebijakan berbentuk perda, keputusan kepala daerah, dan peraturan lainnya. Salah satu bentuk perwujudan kewenangan tersebut adalah perizinan. Perizinan sebagai bentuk ketetapan merupakan tindakan sepihak dari administrasi negara.
  • 40. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Contoh atribusi yang memberikan kewenangan kepada administrasi negara adalah pasal 157 UU No.12/2008, yang menentukan sumber pendapatan daerah: 1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain dan PAD yang sah 5. Dana perimbangan 6. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
  • 41. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Sanksi hukum administrasi yang khas antara lain: 1. Bestuurdwang (paksaan pemerintah) 2. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin, pembayaran,) 3. Pengenaan denda adminstrasi 4. Dwangsom
  • 42. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Sanksi atas pelanggara izin dapat bebrbentuk: 1. Sanksi administratif 2. Sanksi perdata 3. Penjara dan pidana denda
  • 43. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Azas-azas pelayanan publik: 1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Kondisional 4. Partisipatif 5. Kesamaan hak 6. Keseimbangan hak dan kewajiban
  • 44. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Prinsip pelayanan publik; 1. Kesederhanaan 2. Kejelasan 3. Kepastian waktu 4. Akurasi 5. Keamanan 6. Tanggung jawab 7. Kelengkapan sarana dan prasarana 8. Kemudahan akses 9. Kedisiplinan, keramahan, kesopanan 10. Kenyamanan
  • 45. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Standar pelayanan meliputi: 1. Prosedur pelayanan 2. waktu penyelesaian 3. Biaya pelayanan 4. Produk pelayanan 5. Sarana dan prasarana 6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
  • 46. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Pola penyelenggaraan pelayanan publik 1. Fungsional; pelayanan yang diberikan ssesuai dengan tugas, ungsi dan kewenangannya. 2. Terpusat; pelayanan diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan kewenangan. 3. Terpadu; terpadu satu atap, terpadu satu pintu. 4. Gugus tugas; petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.
  • 47. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Biaya pelayanan publik, harus memperhatikan: 1. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat 2. Nilai atau harga yang berlaku atas barang dan atau jasa 3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan. 4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
  • 48. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Unsur Indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut: 1. Prosedur pelayanan 2. Persyaratan pelayanan 3. Kejelasan petugas pelayanan 4. Kedisiplinan petugas pelayanan 5. Tanggung jawab petugas pelayanan 6. Kemempuan petugas pelayanan 7. Kecepatan pelayanan 8. Keadilam mendapatkan pelayanana 9. Kesopanan dan keramahan petugas 10. Kewajaran biaya pelayanan 11. Kepastian biaya pelayanan 12. Kepastian jadwal pelayanan 13. Kenyamanan lingkungan 14. Keamanan pelayanan.
  • 49. III. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN PUBLIK  Pengawasan penyelenggaraan: 1. Pengawasan Melekat 2. Pengawasan Fungsional 3. Pengawasan Masyarakat
  • 50. IV. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENYELENGGARAKAN PELAYANAN PUBLIK 4.1. Kewenangan Pemerintah azas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan pemerintah dan jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat.
  • 51. 4.1. Kewenangan Pemerintah  Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu: a. Efektifitas b. Legitimitas c. Yuriditas d. Legalitas e. Moralitas f. Efisiensi g. Teknik dan teknologi
  • 52. 4.1. Kewenangan Pemerintah  Dalam Al-Quran dan Sunah, prinsip- prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu: ◦ Musayawarah ◦ Persamaan dan keadilan hukum ◦ Keadilan sosial ◦ Kebebasan mengemukakan pendapat ◦ Perlindungan jiwa dan pengawasan rakyat.
  • 53. 4.1. Kewenangan Pemerintah  Setiap penyelenggaraan kenegaraan harus memiliki azas legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Substansi azas legalitas adalah wewenang.
  • 54. 4.1. Kewenangan Pemerintah  Mengenai wewenang HD. Stout mengatakan: ◦ Wewenang merupaka pengertian dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subyek hukum publik didalam hubungan hukum publik.
  • 55. 4.1. Kewenangan Pemerintah  Kewenangan yang bersemuber dari peraturan perundang-undangan diperoleh melalui tiga cara, yaitu: ◦ Atribusi; pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam suatu perundang-undangan baik yang dilakukan oleh original legislator ataupun delegated legislator (Indroharto) ◦ Delegasi: peneyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. ◦ Mandat; suatu organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. ( HD. Van Wijk)
  • 56. 4.2. Tindakan Hukum Pemerintah  Tindakan hukum adalah tindakan yang berdasar sifatnya dan menimbulkan akibat hukum.  Tindakan hukum administrasi adalah suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ administrasi dengan keadaan khusus dengan tujuan untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi negara. (HJ. Roemeijn)
  • 57. 4.2. Tindakan Hukum Pemerintah  Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan yang dilakukan oleh organ pemerintahan atau administrasi negara yang memiliki tujuan untuk menimbulkan akibat hukum dibidang pemerintahan atau administrasi negara.
  • 58. 4.2. Tindakan Hukum Pemerintah  Unsur-unsur tindakan hukum pemerintahan: ◦ Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai alat kelengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri ◦ Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan ◦ Perbuatan tersebut dapat menimbulkan akibat hukum dibidang administrasi ◦ Perbuatan tersebut bersangkutan dengan kepentingan negara dan masyarakat ◦ Harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ◦ Berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan hukum.
  • 59. 4.2. Tindakan Hukum Pemerintah  Istilah Rechtshandeling atau tindakan hukum berasal dari hukum perdata, yang kemudian digunakan juga dalam hukum administrasi. Begitu digunakan dalam hukum administrasi negara, sifat tindakan hukumnya memiliki perbedaan. Tindakan hukum adminstrasi berbeda sifatnya dengan tindakan hukum perdata, meskipun namanya sama.
  • 60. 4.2. Tindakan Hukum Pemerintah  Tindakan hukum administrasi dapat mengikat warga negara tanpa melakukan persetujuan dari warga yang bersangkutan, sementara dalam tinadakan hukum perdata diperlukan pesesuaian kehendak kedua belah pihak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai tindakan hukum itu.
  • 61. 4.3. Kewenangan Pemerintah Dalam Pelayanan Publik Pemerintah daerah memperoleh wewenang dibidang penerbitan perizinan melalui atribusi. Untuk dapat dilihat ketentuan UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 10 ayat (1).
  • 62. 5. HARMONISASI HUKUM DALAM PENGATURAN FUNGSI & KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN  A. HARMONISASI HUKUM &SISTEM HUKUM  B. HARMONISASI KEWENANGAN LEMBAGA PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU.
  • 63. 5.A. HARMONISASI HUKUM & SISTEM HUKUM Usaha untuk melakukan harmonisasi sistem hukum berkenaan dengan terjadinya ketidakseimbangan antara perbedaan unsur-unsur sistem hukum, dengan cara menghilangkan ketidak seimbangan dan melakukan penyesuaian terhadap unsur-unsur sistem yang berbeda itu.
  • 64.  Harmonisasi sistem hukum bisa dilakukan secara keseluruhan melibatkan mata rantai tiga komponen sistem hukum, yaitu; ◦ a. Substansi hukum ◦ b. Struktur hukum beserta kelembagaannya ◦ c. Kultur hukum.
  • 65.  Di Indonesia konteks harmonisasi hukum, dapat diketahui dalam Kepres Nomor 188 Tahun 1998, pasal 2 yang berbunyi: Dalam rangka pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan konsepsi yang akan dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang, Menteri atau pimpinan lembaga pemrakarsa penyusunan RUU wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu konsepsi tersebut dengan Menteri Kehakiman dan Menteri serta pimpinan lembaga lainnya yang terkait.
  • 66.  Dalam rangka pembinaan hukum nasional, seorang perancang peraturan perundangan dituntut lebih dari sekedar memahami cara merumuskan. Mereka harus mengetahui dan menguasai beberapa hal sebagai berikut: ◦ 1. Tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan ◦ 2. Fungsi peraturan perundang-undangan ◦ 3. Benar-benar menguasai materi yang akan diatur
  • 67.  Harmonisasi dalam hukum adalah mencakup penyesuaian peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah, keputusan hakim, sistem hukum dan azas azas hukum dengan tujuan meningkatkan kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan dan kesebandingan, kegunaan dan kejelasan hukum tanpa mengaburkan dan mengorbankan pluralisme hukum. (L.M.Ghandi)
  • 68.  Dalam rangka menciptakan harmonisasi hukum dan pembaruan sistem peraturan perundang-undangan , Berikut adalah hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia menurut UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:  UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.  Ketetapan MPR  Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)  Peraturan Pemerintah (PP)  Peraturan Presiden (Perpres)  Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam, serta Perdasus dan Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua Barat.  Dari Peraturan Perundang-undangan tersebut, aturan yang mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
  • 69. 5.B. HARMONISASI KEWENANGAN LEMBAGA PELAYANAN PERIZINAN TERPADU.  SEJALAN DENGAN UPAYA PENATAAN SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN, APABILA KETIGA ASPEK HARMONISASI YAITU KELEMBAGAAN (INSTITUSIONAL), ATURAN YANG BERSIFAT INSTRUMENTAL(PROSEDURAL), SUMBER DAYA MANUSIA DAN BUDAYA KERJA TERDAPAT KESEIMBANGAN DAN KESERASIAN, MAKA AKAN TERWUJUD SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN YANG MEMENUHI KRITERIA AAUPL.
  • 70. 6. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN 6.A. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PELAYANAN PERIZINAN perilaku birokrasi perizinan tidak lepas dari cara pandang Pemda yang lebih melihat izin usaha sebagai sumber pendapatan
  • 71. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN  efek bureaucratism merupakan sisi buruk administrasi pemerintahan yang senantiasa dikeluhkan masayarakat.  Birokrasi modern punya banyak kesamaan dengan model penentuan harga oleh pemerintah pada ekonomi pasar.  Birokrasi modern diharapkan melaksanakan tugasnya tanpa dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Ternyata, permintaan jauh melampaui penawaran, akibatnya pengawasan menjadi lemah. Akhirnya timbul kecenderungan aparatur menyalahgunakan kekuasaannya.
  • 72. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN  Salah satu cara menganalisis ekses pita- merah ialah dengan mengkaji karakteristik keterkaitan kewajiban politis antara birokrasi pemerintah dengan klien itu, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sistem yang berdasarkan perkerabatan tradisional (Traditional Familist- Based System. b. Sistem yang berdasarkan pola pelindung- pengikut tradisional (Traditional Patron- Client-Based System) c. Sistem modern yang berdasarkan pola atasan-bawahan (Modern Boss-Follower- Based system) d. Sistem yang berdasarkan kultur-
  • 73. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN Sistem birokrasi Indonesia lebih merupakan percampuran antara sistem patron- client dengan sistem atasan bawahan
  • 74. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN  Efek pita-merah mempunyai ekses: ◦ Bersifat internal, berasal dari birokrasi sendiri. ◦ Pegawai kurang percaya diri dan takut untuk membuat keputusan diluar peraturan yang ditetapkan. Sikap sangat patuh terhadap keadaan rutin merupakan mekanisme pertahanan terhadap perasaan tidak aman. ◦ Pada tingkat mikro membawa akibat yang luas, karena birokrasi publik memiliki kekuatan legal konstitusional untuk mengatur sektor swasta. ◦ Merupakan bentuk korupsi pada tingkat teknis operasional. ◦ Menghambat mobilitas dan menghancurkan diniamika.
  • 75. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN  Kualitas pelayanan birokrasi perizinan dan infrastruktur yang masih buruk merupakan salah satu konsekuensi logis dari orientasi kebijakan publik yang lebih menekankan pentingnya peningkatan penerimaan pemerintahan daerah dari sisi PAD.
  • 76. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN  Pengawsan penyelenggaraan pelayanan izin , antara lain: ◦ Menampung dan menindak lanjuti keluhan masyarakat atas pelayanan publik yang disediakan ◦ Melakukan investigasi pada instansi/badan dilingkungan eksekutif ◦ Memberikan rekomendasi tindak lanjut pada pihak-pihak yang berkompeten bila diperlukan.
  • 77. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN Salah satu indikator baik buruknya tingkat pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat ditentukan oelh jumlah keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terhadap aparatur pemerintah.
  • 78. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN Dibidang penataan kelembagaan perlu diperhatikan adalah perampingan birokrasi pemerintah, untuk mendayagunakan aparatur pemerintah sebaik mungkin.
  • 79. RESTRUKTURISASI DAN REVITALISASI PERIZINAN Tujuan utama perampingan birokrasi adalah untuk menempatkan dan memanfaatkan tenaga- tenaga kerja yang ada sesuai dengan proporsinya dan sesuai dengan keahliannya.
  • 80. Optimalisasi Pengelolaan Pelayanan Publik dan Kendala- Kendalanya  Kebijakan memperbaiki pelayanan publik perlu membentuk suatu iklim usaha yang dapat meminimalkan risiko berusaha.  Terdapat dua risiko yang menjadi patokan awal, yaitu risiko politis dan risiko pengaturan.
  • 81. Optimalisasi Pengelolaan Pelayanan Publik dan Kendala- Kendalanya  Kompetisi dalam pemberian pelayanan dapat menciptakan pelayanan yang efisien  Kecenderungan penyalahgunaan kewenangan akan merendahkan mutu pelayanan  Harapan masyarakat sebagai pelanggan memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kepuasan maupun
  • 82. Dukungan Pemerintah dalam Peningkatan Pelayanan Publik  Dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan pelayanan publik dapat diberikan kepada pemberi layanan dalam bentuk subsidi atau kemudahan.  Penataan kualitas pelayanan publik secara prima yang cepat, pasti, mudah, biaya layak, transparan dan akuntabel, dengan program perbaikan manajemen, sistem, ketentuan peraturan perundang- undangan, prosedur serta petugas pelayanan publik, dsna pencegahan praktik penyimpangan prosedur pelayanan.
  • 83. Dukungan Pemerintah dalam Peningkatan Pelayanan Publik  Beberapa permasalahan pelayanan publik yang dialami oleh instansi di lingkungan Pemda: 1. Tingkat kepedulian aparat pemerintah dalam menangani berbagai keluhan masyarakat terhadap pelayanan kurang optimal. 2. Belum dikembangkan penerapan standar prosedur pelayanan yang baku. 3. Terbatasnya penyelenggaraan diklat-teknis fungsional dibidang palayanan 4. Belum ada kebijakan sistem remunerasi 5. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi 6. Belum optimalnya komitmen pemimpin terhadap KKN dan pungli.