Dokumen tersebut membahas tentang hukum perizinan, termasuk definisi izin, tujuan sistem perizinan, unsur-unsur izin, dan peraturan perizinan yang dikeluarkan pemerintah seperti IMB dan izin usaha."
1. HUKUM PERIZINAN
Mengapa HAN belajar tentang Perizinan?
Karena izin merupakan suatu hubungan
antara Pemerintah dengan masyarakat
2. HUKUM PERIZINAN
Siapa yang memberikan perizinan?
Pejabat Administratif.
Izin dapat berbentuk tertulis dan
atau/tidak tertulis, namun dalam HAN
izin harus tertulis.
Tugas Pemerintah:
- Tugas mengatur kepada
masyarakat agar mengikuti cara yang
dianjurkan
- Tugas untuk memberikan
pelayanan umum
3. HUKUM PERIZINAN
Unsur-unsur izin:
a. Para pihak
b. Objek pengaturan
c. Pengesahan
d. Pihak yang mengeluarkan
e. Jangka waktu (tidak ada izin yang
berlalku seumur hidup)
f. Untuk apa izin digunakan
g. Alasan penerbitan izin; atribusi,
delegasi dan mandat.
4. HUKUM PERIZINAN
Pengertian izin
a. Arti luas : suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan undang-
undang
b. Arti sempit: pembebasan, dispensasi,
konsesi.
5. HUKUM PERIZINAN
Beberapa peraturan perizinan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah
a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur
oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Tata Kota.
b. Izin Tempat Usaha/HO (Hinder
Ordering), batas-batas tempat usaha.
c. Izin Tebang Kayu dan
Pengangkutannya, untuk mencegah
bahaya bagi lingkungan; dengan cara
mengajukan izin kepada Kepala Desa
atau Pemerintah setempat (retribusi)
6. HUKUM PERIZINAN
Izin merupakan suatu bentuk keputusan, unsur
unsurnya:
a. Nama dari organ yang berwenang
b. Nama dari yang dialamatkan dan nama dari suatu
objek tertentu yang dilengkapi alamat.
c. Kesempatan yang menimbulkan suatu keputusan.
Izin-izin pada umumnya merupakan permohonan.
d. Suatu ikhtisar peraturan perundang-undangan yang
cocok.
e. Penetapan fakta-fakta yang relevan.
f. Pertimbangan-pertimbangan hukum
g. keputusan/diktum
h. Motivasi dalam arti sempit
i. Pemberitahuan-pemberitahuan lebih lanjut
j. Penandatangan oleh organ yang berwenang.
7. HUKUM PERIZINAN
Hukum Administrasi telah berkembang
dalam suasana manakala pihak
Pemerintah mulai menata masyarakat
dan dalam kaitan itu menggunakan
sarana hukum, umpamanya dengan
menetapkan keputusan-keputusan
larangan tertentu atau dengan
menerbitkan sistem-sistem perizinan.
8. HUKUM PERIZINAN
LAPANGAN HUKUM ADMINISTRASI
KHUSUS
adalah peraturan-peraturan hukum
yang berhubungan dengan bidang
tertentu dari kebijaksanaan penguasa
seperti contoh hukum atas tata ruang
dan hukum perizinan bangunan
9. HUKUM PERIZINAN
PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN
HK.ADMINISTRASI
~ IZIN ADALAH PERBUATAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA BERSEGI SATU YANG MENGHASILAKN
PERATURAN DALAM HAL KONTREO
BERDASARKAN PERSYARATAN DAN PROSEDUR
SEBAGAIMANA YANG DITETAPKAN OLEH
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU (SJACHRAN BASAH)
~ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA.
~ IZIN MERUPAKAN INSTRUMEN PENGENDALIAN &
ALAT PEMERINTAH UNTUK MENCAPAI APA YANG
MENJADI SASARANNYA.
10. HUKUM PERIZINAN
PERIZINAN DALAM KEPTUSAN
HUKUM ADMINISTRASI.
◦ AHMAD SOBANA; mekanisme perizinan
& izin yang diterbitkan untuk
pengendalian & pengawasan administratif
bisa dipergunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi keadaan dan tahapan
perkembangan yang ingin dicapai,
disamping untuk mengendalikan arah
perubahan dan mengevaluasi keadaan,
potensi serta kendala yang disentuh
untuk berubah .
11. HUKUM PERIZINAN
PERIZINAN DALAM KEPUTUSAN
HUKUM ADMINSTRATIF.
◦ IZIN MERUPAKAN KEPUTUSAN TATA
USAHA NEGARA YANG BERSIFAT
KONKRET, INDIVIDUAL, FINAL.
12. HUKUM PERIZINAN
TUJUAN SISTEM PERIZINAN
◦ ADANYA SUATU KEPASTIAN HUKUM
◦ PERLINDUNGAN KEPENTINGAN UMUM
◦ PENCEGAHAN KERUSAKAN ATAU
PENCEMARAN LINGKUNGAN
◦ PEMERATAAN DISTRIBUSI BARANG
TERTENTU
13. HUKUM PERIZINAN
KONSEP NEGARA
KESEJAHTERAAN ERAT
KAITANNYA DENGAN PERANAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.
DALAM KONSEP NEGARA
KESEJAHTERAAN PERAN NEGARA
DAN PEMERINTAH SEMAKIN
DOMINAN.
14. HUKUM PERIZINAN
NEGARA KESEJAHTERAAN
MENGACU PADA PERAN NEGARA
YANG AKTIF MENGELOLA DAN
MENGORGANISASI
PEREKONOMIAN.
15. HUKUM PERIZINAN
EMPAT PILAR UTAMA NEGARA
KESEJAHTERAAN:
◦ SOCIAL CITIZENSHIP
◦ FULL DEMOCRACY
◦ MODERN INDUSTRIAL RELATION
SYSTEM
◦ RIGHT TO EDUCATION AND THE
EXPANSION OF MODERN MASS
EDUCATION SYSTEM.
16. HUKUM PERIZINAN
DALAM NEGARA KESEJAHTERAAN
ADANYA SISTEM KESEJAHTERAAN
SEBAGAI HAK SOSIAL WARGA
HARUS DIIMBANGI OLEH
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KESEMPATAN KERJA
17. HUKUM PERIZINAN
DALAM PEMBUKAAN UUD 1945
UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA
KESEJAHTERAANTELAH
DIAMANATKAN BAHWA:
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN KEPADA SEGENAP
BANGSA INDONESIA DAN SELURUH
WILAYAH TERITORIAL INDONESIA
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN UMUM
◦ NEGARA BERKEWAJIBAN
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
18. HUKUM PERIZINAN
PEMBERIAN KEWENANGAN ATAU
KEMERDEKAAN KEPADA
ADMINSTRASI NEGARA DALAM
SISTEM HAN DIKENAL DENGAN
FREIES ERMESSEN ATAU
DISCRETIONARY POWER.
19. BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
Secara konseptual menunjukkan
suatu proses yang memposisikan
rakyat dapat mengatur ekonominya.
Institusi, sumber sosial dan politik
digunakan untuk menciptakan
integrasi bagi kesejahteraan rakyat.
20. BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
Good governance adalah
◦ Suatu pemerintahan yang solid dan bertanggung
jawab yg sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar, pemerintahan yang efisien, serta
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN
◦ Suatu kondisi yang menjamin tentang adanya
proses kesejajaran, kesamaan dan
keseimbangan peran serta, saling mengontrol
diantara komponen pemerintahan, rakyat dan
usahawan. Ketiga komponen itu mempunyai tata
hubungan yang sama dan sederajat.
21. BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
Bupati Jembrana I Gede Winasa,
mengungkapkan dalam konsep governance
hakekatnya didukung oleh tiga kaki yakni:
a. Tata pemerintahan di bidang politik
dimaksudkan sebagai proses pembuatan
keputusan untuk formulasi kebijakan publik.
b. Tata pemerintahan di bidang ekonomi,
meliputi proses pembuatan keputusan untuk
memfasilitasi aktivias ekonomi di dalam negeri
dan interaksi diantara penyelenggaraa ekonomi.
c. Tata pemerintahan di bidang adiminstrasi
adalah berisi implementasi kebijakan yang telah
diputuskan oleh institusi politik.
22. BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
Asas-asas ini disebut sebagai asas-asas pemerintahan yang
baik (the general principels of good adminstration/goverment)
yaitu:
Asas kepastian hukum (principels of legal certainty), yaitu
asas yang menghendaki dihormatinya hak telah diperoleh
seseorang berdasarkan suatu keputusan badan atau pejabat
administrasi negara.
Asas keseimbangan (principels of proporsionality), yaitu
asas yang menghendaki adanya keseimbangan antara
hukuman jabatan dengan kelalaian atau kealpaan seorang
pegawai.
Azas kesamaan dalam mengambil keputusan.
Asas bertindak cermat (principles of carefulnes), yaitu asas
yang memperingatkan agar aparatur negara senantiasa
bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
warga masyarakat.
Asas motivasi untuk setiap keputusan administrasi negara
(principels of motivation) yaitu asas yang menghendaki agar
setiap putusan adminstrasi negara diberikan alasan dan
23. Asas jangan mencampuradukan
kewenangan (principels of nonmixed of
competence)
Asas permainan yang layak (principels of
fairplay)
Asas keadilan atau kewajaran
Asas menanggapi pengharapan yang wajar
Asas meniadakan akibat putusan yang batal
Asas perlindungan atas pandangan hidup
Asas kebijaksanaan
Asas penyelenggaraan kepentingan umum
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
24. Pelayanan Public digunakan untuk
menciptakan kesejahteraan dan
pencapaian PAD.
BAB II. PELAYANAN PUBLIC
DALAM KONSEP GOOD
GOVERNANCE
25. Praktik good governance dalam
pelayanan public mampu
membangkitkan dukungan dan
kepercayaan masyarakat
26. Pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik dan
perekonomian daerah perlu
meningkatkan profesionalisme,
termasuk penataan bidang perizinan
guna meningkatkan pelayanan publik
karena perizinan adalah elemen yang
sangat diperhatikan para pelaku bisnis
dalam menanamkan investasinya
didaerah.
27. Hambatan sistem perizinan di
Indonesia, setelah dikeluarkannya
kebijakan otonomi daerah:
◦ Belum adanya sistem perizinan yang baku,
integratif dan komprehensif.
◦ Banyaknya berbagai instansi yang
mengeluarkan izin
◦ Tersebarnya peraturan tentang perizinan
dalam berbagai peraturan perundang-
undangan.
◦ Diadakannya izin hanya semata-mata
dengan tujuan pemasukan bagi pendapatan
daerah.
28. Kelemahan pelayanan publik
walaupun otonomi daerah sudah
diberlakukan:
◦ Kurang responsif.
◦ Kurang inovatif
◦ Kurang accesible
◦ Kurang koordinasi
◦ Birokratis (khususnya dlm msalh perizinan)
◦ Kurang mendengar rakyat
◦ Tidak efisein
29. Tingkat pelayanan dan derajat
kepuasan masyarakat adalah salah
satu ukuran dari efektivitas dan
efisiensi dari suatu pelayanan publik.
30. Efektivitas adalah ukuran bagaimana
suatu kualitas, suatu output itu
dihasilkan melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan, kemudian bagaimana
mencapai outcome yang diharapkan.
Efisiensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara
pemasukan dan keluaran dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
31. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM
- HART; HUKUM BUKAN SEBAGAI
PERINTAH OLEH PIHAK YANG BERKUASA
TETAPI SEBAGAI PENGATUR PENDUDUK
YANG BERADA DALAM WILAYAH
TERTENTU.
- HANS KELSEN; HUKUM ITU BUKAN
SEMBARANG PERINTAH TETAPI SUATU
PERINTAH YANG MENGIKAT DAN
DIKELUARKAN OLEH PIHAK YANG
MEMILIKI KEKUASAAN.
32. POKOK PEMIKIRAN TENTANG
HUKUM
- BAGI KALANGAN MUSLIM,
JELAS YANG DIMAKSUD DENGAN
HUKUM ADALAH HUKUM ISLAM,
YAITU KESELURUHAN ATURAN
HUKUM YANG BERSUMBER DARI
AL-QURAN, SUNAH RASUL SERTA
IJTIHAD.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
33. POKOK PEMIKIRAN TENTANG HUKUM
FUNGSI HUKUM :
1. JEREMY BENTHAM; UNTUK MEMELIHARA KEBAIKAN
DAN MENCEGAH KEJAHATAN.
2. AUBERT; FUNGSI MENGATUR (GOVERNANCE),
DISTRIBUSI SUMBER DAYA, SAFEGUARD TERHADAP
EKSPEKTASI MASYARAKAT, PENYELESAIAN KONFLIK,
EKSPRESI DARI NILAI-NILAI DAN CITA-CITA
MASYARAKAT.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
34. KONSEP DASAR PERIZINAN
Untuk mengendalikan setiap kegiatan
atau perilaku individu atau kolektivitas
yang sifatnya preventif adalah melalui
izin, yang memiliki kesamaan seperti
dispensasi, izin dan konsesi.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
35. KONSEP DASAR PERIZINAN
dispensasi adalah keputusan administrasi
negara yang membebaskan suatu perbuatan
dari kekuasaan suatu peraturan yang
menolak peraturan itu.
izin adalah suatu keputusan administrasi
negara yang memperkenankan suatu
perbuatan yang pada umumnya dilarang,
tetapi diperkenankan dan bersifat konkrit.
konsesi adalah suatu perbuatan yang
penting bagi umum, teetapi pihak swasta
dapat turut serta dengan syarat pemerintah
ikut campur.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
36. KONSEP DASAR PERIZINAN
◦ ASEP WARLAN YUSUF; IZIN SEBAGAI INSTRUMEN PEMERINTAH YANG
BERSIFAT YURIDIS PREVENTIF, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA
HUKUM ADMINSTRASI UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU
MASYARAKAT.
◦ IZIN MERUPAKAN PENGECUALIAN YANG DIBERIKAN OLEH UNDANG-
UNDANG UNTUK MENUNJUKAN LEGALITAS SEBAGAI SUATU CIRI
NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS.
◦ IZIN DITERAPKAN OLEH PEJABAT NEGARA..
◦ IZIN BERSIFAT KONKRET (OBJEKNYA TIDAK ABSTRAK MELAINKANN
BERWUJUD, TERTENTU DAN DITENTUKAN), INDIVIDUAL (SIAPA YANG
DIBERIKAN IZIN), FINAL (SESEORANG TELAH MEMPUNYAI HAK UNTUK
MELAKUKAN SUATU PERBUATAN HUKUM SESUAI DENGAN ISINYA YANG
SECARA DEFINITIF DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM TERTENTU).
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
37. KONSEP HUKUM PERIZINAN
SESUATU YANG DITUJU DENGAN
PERIZINAN:
a. Mengarahkan aktivitas tertentu
b. Mencegah bahaya yang mungkin
timbul
c. Untuk melindungi obyek-obyek
tertentu
d. Membagi benda-benda yang sedikit
e. Mengarahkan orang-orang tertentu
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
38. Jenis dan Macam
◦ Izin lokasi, izin trayek, izin penggunaan trotoar
◦ Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
◦ Izin gangguan, izin pemakaian tanah dan bangunan milik pemerintah
◦ Surat Izin Usaha Kepariwisataan, izin pembuatan jalan masuk pekarangan
◦ Izin reklame, izin penggalian daerah milik jalan
◦ Izin pematangan tanah
◦ Izin pembuatan jalan di dalam kompleks perumahan, pertokoan dan
sejenisnya
◦ Izin pemanfaatan titik tiang pancang reklame, jembata penyebrangan orang
dan sejenisnya.
◦ Tanda Daftar Perusahaan
◦ Izin Usaha Perdagangan, izin usaha industri, tanda daftar gudang.
III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
39. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Pemerintahan daerah dalam
mengurus kewenangannya
mengeluarkan kebijakan berbentuk
perda, keputusan kepala daerah, dan
peraturan lainnya. Salah satu bentuk
perwujudan kewenangan tersebut
adalah perizinan. Perizinan sebagai
bentuk ketetapan merupakan tindakan
sepihak dari administrasi negara.
40. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Contoh atribusi yang memberikan
kewenangan kepada administrasi negara
adalah pasal 157 UU No.12/2008, yang
menentukan sumber pendapatan
daerah:
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
4. Lain-lain dan PAD yang sah
5. Dana perimbangan
6. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
41. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Sanksi hukum administrasi yang khas
antara lain:
1. Bestuurdwang (paksaan pemerintah)
2. Penarikan kembali keputusan
(ketetapan) yang menguntungkan (izin,
pembayaran,)
3. Pengenaan denda adminstrasi
4. Dwangsom
42. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Sanksi atas pelanggara izin dapat
bebrbentuk:
1. Sanksi administratif
2. Sanksi perdata
3. Penjara dan pidana denda
43. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Azas-azas pelayanan publik:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kondisional
4. Partisipatif
5. Kesamaan hak
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
44. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Prinsip pelayanan publik;
1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, keramahan, kesopanan
10. Kenyamanan
45. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Standar pelayanan meliputi:
1. Prosedur pelayanan
2. waktu penyelesaian
3. Biaya pelayanan
4. Produk pelayanan
5. Sarana dan prasarana
6. Kompetensi petugas pemberi
pelayanan
46. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Pola penyelenggaraan pelayanan publik
1. Fungsional; pelayanan yang diberikan
ssesuai dengan tugas, ungsi dan
kewenangannya.
2. Terpusat; pelayanan diberikan secara
tunggal oleh penyelenggara pelayanan
berdasarkan pelimpahan kewenangan.
3. Terpadu; terpadu satu atap, terpadu satu
pintu.
4. Gugus tugas; petugas pelayanan publik
secara perorangan atau dalam bentuk
gugus tugas ditempatkan pada instansi
pemberi pelayanan dan lokasi pemberian
pelayanan tertentu.
47. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Biaya pelayanan publik, harus
memperhatikan:
1. Tingkat kemampuan dan daya beli
masyarakat
2. Nilai atau harga yang berlaku atas barang
dan atau jasa
3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis
pelayanan publik yang memerlukan
tindakan penelitian, pemeriksaan,
pengukuran dan pengajuan.
4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
48. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Unsur Indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan
2. Persyaratan pelayanan
3. Kejelasan petugas pelayanan
4. Kedisiplinan petugas pelayanan
5. Tanggung jawab petugas pelayanan
6. Kemempuan petugas pelayanan
7. Kecepatan pelayanan
8. Keadilam mendapatkan pelayanana
9. Kesopanan dan keramahan petugas
10. Kewajaran biaya pelayanan
11. Kepastian biaya pelayanan
12. Kepastian jadwal pelayanan
13. Kenyamanan lingkungan
14. Keamanan pelayanan.
49. III. ASPEK HUKUM DALAM
PELAYANAN PUBLIK
Pengawasan penyelenggaraan:
1. Pengawasan Melekat
2. Pengawasan Fungsional
3. Pengawasan Masyarakat
50. IV. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENYELENGGARAKAN
PELAYANAN PUBLIK
4.1. Kewenangan Pemerintah
azas legalitas menjadi dasar legitimasi
tindakan pemerintah dan jaminan
perlindungan dari hak-hak rakyat.
51. 4.1. Kewenangan Pemerintah
Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan
beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu:
a. Efektifitas
b. Legitimitas
c. Yuriditas
d. Legalitas
e. Moralitas
f. Efisiensi
g. Teknik dan teknologi
52. 4.1. Kewenangan Pemerintah
Dalam Al-Quran dan Sunah, prinsip-
prinsip dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan yaitu:
◦ Musayawarah
◦ Persamaan dan keadilan hukum
◦ Keadilan sosial
◦ Kebebasan mengemukakan pendapat
◦ Perlindungan jiwa dan pengawasan
rakyat.
53. 4.1. Kewenangan Pemerintah
Setiap penyelenggaraan kenegaraan
harus memiliki azas legitimasi, yaitu
kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang. Substansi azas
legalitas adalah wewenang.
54. 4.1. Kewenangan Pemerintah
Mengenai wewenang HD. Stout
mengatakan:
◦ Wewenang merupaka pengertian dari
hukum organisasi pemerintahan, yang
dapat dijelaskan sebagai keseluruhan
aturan yang berkenaan dengan perolehan
dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subyek hukum publik
didalam hubungan hukum publik.
55. 4.1. Kewenangan Pemerintah
Kewenangan yang bersemuber dari
peraturan perundang-undangan
diperoleh melalui tiga cara, yaitu:
◦ Atribusi; pemberian wewenang pemerintah
yang baru oleh suatu ketentuan dalam suatu
perundang-undangan baik yang dilakukan
oleh original legislator ataupun delegated
legislator (Indroharto)
◦ Delegasi: peneyerahan wewenang dari
pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah.
◦ Mandat; suatu organ pemerintahan
mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh
organ lain atas namanya. ( HD. Van Wijk)
56. 4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
Tindakan hukum adalah tindakan
yang berdasar sifatnya dan
menimbulkan akibat hukum.
Tindakan hukum administrasi adalah
suatu pernyataan kehendak yang
muncul dari organ administrasi
dengan keadaan khusus dengan
tujuan untuk menimbulkan akibat
hukum dalam bidang hukum
administrasi negara. (HJ. Roemeijn)
57. 4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
Tindakan hukum pemerintah adalah
tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintahan atau administrasi negara
yang memiliki tujuan untuk menimbulkan
akibat hukum dibidang pemerintahan
atau administrasi negara.
58. 4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
Unsur-unsur tindakan hukum pemerintahan:
◦ Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah
dalam kedudukannya sebagai alat kelengkapan
pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung
jawab sendiri
◦ Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan
◦ Perbuatan tersebut dapat menimbulkan akibat
hukum dibidang administrasi
◦ Perbuatan tersebut bersangkutan dengan
kepentingan negara dan masyarakat
◦ Harus berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
◦ Berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan
hukum.
59. 4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
Istilah Rechtshandeling atau tindakan
hukum berasal dari hukum perdata,
yang kemudian digunakan juga dalam
hukum administrasi. Begitu digunakan
dalam hukum administrasi negara,
sifat tindakan hukumnya memiliki
perbedaan. Tindakan hukum
adminstrasi berbeda sifatnya dengan
tindakan hukum perdata, meskipun
namanya sama.
60. 4.2. Tindakan Hukum
Pemerintah
Tindakan hukum administrasi dapat
mengikat warga negara tanpa
melakukan persetujuan dari warga
yang bersangkutan, sementara dalam
tinadakan hukum perdata diperlukan
pesesuaian kehendak kedua belah
pihak atau diperlukan persetujuan dari
pihak yang dikenai tindakan hukum
itu.
61. 4.3. Kewenangan Pemerintah
Dalam Pelayanan Publik
Pemerintah daerah memperoleh
wewenang dibidang penerbitan
perizinan melalui atribusi. Untuk dapat
dilihat ketentuan UU No. 12 tahun
2008 tentang perubahan kedua atas
UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 10 ayat
(1).
62. 5. HARMONISASI HUKUM
DALAM PENGATURAN FUNGSI
& KEWENANGAN
PENYELENGGARAAN
PERIZINAN
A. HARMONISASI HUKUM &SISTEM HUKUM
B. HARMONISASI KEWENANGAN LEMBAGA
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN TERPADU.
63. 5.A. HARMONISASI HUKUM &
SISTEM HUKUM
Usaha untuk melakukan harmonisasi
sistem hukum berkenaan dengan
terjadinya ketidakseimbangan antara
perbedaan unsur-unsur sistem hukum,
dengan cara menghilangkan ketidak
seimbangan dan melakukan
penyesuaian terhadap unsur-unsur
sistem yang berbeda itu.
64. Harmonisasi sistem hukum bisa
dilakukan secara keseluruhan
melibatkan mata rantai tiga komponen
sistem hukum, yaitu;
◦ a. Substansi hukum
◦ b. Struktur hukum beserta
kelembagaannya
◦ c. Kultur hukum.
65. Di Indonesia konteks harmonisasi
hukum, dapat diketahui dalam Kepres
Nomor 188 Tahun 1998, pasal 2 yang
berbunyi:
Dalam rangka pengharmonisan,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi
yang akan dituangkan dalam Rancangan
Undang-Undang, Menteri atau pimpinan
lembaga pemrakarsa penyusunan RUU
wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu
konsepsi tersebut dengan Menteri
Kehakiman dan Menteri serta pimpinan
lembaga lainnya yang terkait.
66. Dalam rangka pembinaan hukum
nasional, seorang perancang
peraturan perundangan dituntut lebih
dari sekedar memahami cara
merumuskan. Mereka harus
mengetahui dan menguasai beberapa
hal sebagai berikut:
◦ 1. Tujuan pembentukan peraturan
perundang-undangan
◦ 2. Fungsi peraturan perundang-undangan
◦ 3. Benar-benar menguasai materi yang
akan diatur
67. Harmonisasi dalam hukum adalah
mencakup penyesuaian peraturan
perundang-undangan, keputusan
pemerintah, keputusan hakim, sistem
hukum dan azas azas hukum dengan
tujuan meningkatkan kesatuan hukum,
kepastian hukum, keadilan dan
kesebandingan, kegunaan dan
kejelasan hukum tanpa mengaburkan
dan mengorbankan pluralisme hukum.
(L.M.Ghandi)
68. Dalam rangka menciptakan harmonisasi hukum dan
pembaruan sistem peraturan perundang-undangan , Berikut
adalah hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
menurut UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan:
UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. UUD 1945 ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ketetapan MPR
Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Presiden (Perpres)
Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang
berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam,
serta Perdasus dan Perdasi yang berlaku di
Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dari Peraturan Perundang-undangan tersebut, aturan yang
mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
69. 5.B. HARMONISASI
KEWENANGAN LEMBAGA
PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU.
SEJALAN DENGAN UPAYA PENATAAN SISTEM
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN, APABILA KETIGA ASPEK
HARMONISASI YAITU KELEMBAGAAN
(INSTITUSIONAL), ATURAN YANG BERSIFAT
INSTRUMENTAL(PROSEDURAL), SUMBER
DAYA MANUSIA DAN BUDAYA KERJA
TERDAPAT KESEIMBANGAN DAN
KESERASIAN, MAKA AKAN TERWUJUD
SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PERIZINAN YANG MEMENUHI KRITERIA
AAUPL.
70. 6. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
6.A. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PELAYANAN
PERIZINAN
perilaku birokrasi perizinan tidak lepas
dari cara pandang Pemda yang lebih
melihat izin usaha sebagai sumber
pendapatan
71. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
efek bureaucratism merupakan sisi buruk
administrasi pemerintahan yang senantiasa
dikeluhkan masayarakat.
Birokrasi modern punya banyak kesamaan
dengan model penentuan harga oleh
pemerintah pada ekonomi pasar.
Birokrasi modern diharapkan melaksanakan
tugasnya tanpa dipengaruhi oleh penawaran
dan permintaan. Ternyata, permintaan jauh
melampaui penawaran, akibatnya
pengawasan menjadi lemah. Akhirnya timbul
kecenderungan aparatur menyalahgunakan
kekuasaannya.
72. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Salah satu cara menganalisis ekses pita-
merah ialah dengan mengkaji karakteristik
keterkaitan kewajiban politis antara birokrasi
pemerintah dengan klien itu, dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Sistem yang berdasarkan perkerabatan
tradisional (Traditional Familist- Based
System.
b. Sistem yang berdasarkan pola pelindung-
pengikut tradisional (Traditional Patron-
Client-Based System)
c. Sistem modern yang berdasarkan pola
atasan-bawahan (Modern Boss-Follower-
Based system)
d. Sistem yang berdasarkan kultur-
74. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Efek pita-merah mempunyai ekses:
◦ Bersifat internal, berasal dari birokrasi sendiri.
◦ Pegawai kurang percaya diri dan takut untuk
membuat keputusan diluar peraturan yang
ditetapkan. Sikap sangat patuh terhadap
keadaan rutin merupakan mekanisme
pertahanan terhadap perasaan tidak aman.
◦ Pada tingkat mikro membawa akibat yang luas,
karena birokrasi publik memiliki kekuatan legal
konstitusional untuk mengatur sektor swasta.
◦ Merupakan bentuk korupsi pada tingkat teknis
operasional.
◦ Menghambat mobilitas dan menghancurkan
diniamika.
75. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Kualitas pelayanan birokrasi perizinan
dan infrastruktur yang masih buruk
merupakan salah satu konsekuensi
logis dari orientasi kebijakan publik
yang lebih menekankan pentingnya
peningkatan penerimaan
pemerintahan daerah dari sisi PAD.
76. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Pengawsan penyelenggaraan
pelayanan izin , antara lain:
◦ Menampung dan menindak lanjuti
keluhan masyarakat atas pelayanan
publik yang disediakan
◦ Melakukan investigasi pada
instansi/badan dilingkungan eksekutif
◦ Memberikan rekomendasi tindak lanjut
pada pihak-pihak yang berkompeten bila
diperlukan.
77. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Salah satu indikator baik
buruknya tingkat pelayanan
aparatur pemerintah
kepada masyarakat
ditentukan oelh jumlah
keluhan yang disampaikan
oleh masyarakat terhadap
aparatur pemerintah.
79. RESTRUKTURISASI DAN
REVITALISASI PERIZINAN
Tujuan utama perampingan
birokrasi adalah untuk
menempatkan dan
memanfaatkan tenaga-
tenaga kerja yang ada
sesuai dengan proporsinya
dan sesuai dengan
keahliannya.
80. Optimalisasi Pengelolaan
Pelayanan Publik dan Kendala-
Kendalanya
Kebijakan memperbaiki pelayanan
publik perlu membentuk suatu iklim
usaha yang dapat meminimalkan
risiko berusaha.
Terdapat dua risiko yang menjadi
patokan awal, yaitu risiko politis dan
risiko pengaturan.
81. Optimalisasi Pengelolaan
Pelayanan Publik dan Kendala-
Kendalanya
Kompetisi dalam pemberian
pelayanan dapat menciptakan
pelayanan yang efisien
Kecenderungan penyalahgunaan
kewenangan akan merendahkan mutu
pelayanan
Harapan masyarakat sebagai
pelanggan memiliki peranan yang
besar sebagai standar perbandingan
dalam evaluasi kepuasan maupun
82. Dukungan Pemerintah dalam
Peningkatan Pelayanan Publik
Dukungan pemerintah terhadap
pelaksanaan pelayanan publik dapat
diberikan kepada pemberi layanan
dalam bentuk subsidi atau kemudahan.
Penataan kualitas pelayanan publik
secara prima yang cepat, pasti, mudah,
biaya layak, transparan dan akuntabel,
dengan program perbaikan manajemen,
sistem, ketentuan peraturan perundang-
undangan, prosedur serta petugas
pelayanan publik, dsna pencegahan
praktik penyimpangan prosedur
pelayanan.
83. Dukungan Pemerintah dalam
Peningkatan Pelayanan Publik
Beberapa permasalahan pelayanan publik
yang dialami oleh instansi di lingkungan
Pemda:
1. Tingkat kepedulian aparat pemerintah dalam
menangani berbagai keluhan masyarakat
terhadap pelayanan kurang optimal.
2. Belum dikembangkan penerapan standar
prosedur pelayanan yang baku.
3. Terbatasnya penyelenggaraan diklat-teknis
fungsional dibidang palayanan
4. Belum ada kebijakan sistem remunerasi
5. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi
informasi
6. Belum optimalnya komitmen pemimpin
terhadap KKN dan pungli.