SlideShare a Scribd company logo
HANDOUT
PENGUJIAN BENANG
Oleh:
Widihastuti, M.Pd.
widihastuti@uny.ac.id
Sifat-sifat yang menentukan mutu
benang antara lain:
A. Grade dan kenampakan benang
B. Kehalusan benang
C. Kekuatan benang
D. Twist dan ketidakrataannya.
E. Tahan gesek benang
A. GRADE DAN KENAMPAKAN BENANG:
 Kebersihan benang
 Kerataan benang
 Berbulu atau tidak
 Warna
 Kilau
 Pegangan
 cacad
B. KEHALUSAN BENANG
 Kehalusan benang dinyatakan dengan
“nomor benang”.
 Kehalusan benang merupakan
perbandingan antara panjang benang dan
berat benang.
SISTEM PENOMORAN BENANG
 Untuk menyatakan kehalusan benang
biasanya dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang dengan
beratnya. Perbandingan ini disebut
dengan nomer benang.
SATUAN-SATUAN PERHITUNGAN NOMOR BENANG:
 Untuk satuan panjang:
1 inch (1”) = 2,54 cm
12 inches= 1 feet (1’) = 30,48 cm
36 inches= 3 feet = 1 yard=91,44 cm
120 yards = 1 lea = 109,73 m
7 lea’s = 1 hank = 840 yards = 768 m
 Untuk satuan berat:
1 grain = 64,799 miligram
1 pound (1 lb) = 16 Ounces=7000 grains
= 453,6 gram
1 ounce (1 Oz)= 437,5 grains.
SATUAN-SATUAN PERHITUNGAN NOMOR BENANG:
 Ada beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor
pada benang.
 Beberapa negara dan beberapa cabang industri tekstil yang
besar, biasanya mempunyai cara-cara tersendiri untuk
menetapkan penomeran pada benang. Tetapi banyak
negara yang menggunakan cara-cara penomoran yang
sama. Pada waktu ini ada bermacam-macam cara
penomoran benang yang dikenal, tetapi pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua cara yaitu:
1. Penomoran Benang secara Tidak Langsung (PBTL)
2. Penomoran Benang secara Langsung (PBL)
SISTEM PENOMORAN BENANG
SISTEM TAK LANGSUNG
(PBTL)
SISTEM LANGSUNG
(PBL)
1. Penomoran cara worsted (Ne3)
2. Penomoran cara wol (Ne2 atau Ne)
3. Penomoran cara kapas (Ne1)
4. Penomoran cara metris (Nm)
5. Penomoran cara Perancis (Nf)
6. Penomoran cara wol garu (Ne4)
1. Penomoran Cara Denier (D / Td)
2. Penomoran Cara Tex (Tex)
3. Penomoran Cara Jute (Ts)
I. PENOMORAN BENANG SECARA TIDAK LANGSUNG
(PBTL)
 Prinsip: makin besar (kasar) benangnya,
makin kecil nomornya, atau makin kecil (halus)
benangnya, makin tinggi nomornya.
 RUMUS:
Panjang (P)
Nomer = ---------------
Berat (B)
YANG TERMASUK DALAM PBTL:
1. Penomoran cara kapas (Ne1)
2. Penomoran cara worsted (Ne3)
3. Penomoran cara wol (Ne2 atau Ne)
4. Penomoran cara metris (Nm)
5. Penomoran cara Perancis (Nf)
6. Penomoran cara wol garu (Ne4)
1. PENOMORAN CARA KAPAS (Ne1):
 Ini adalah penomoran menurut cara Inggris. Cara ini
biasanya digunakan untuk penomoran benang kapas,
macam-macam benang stapel rayon dan benang stapel
sutera. Satuan panjang yang digunakan adalah HANK,
sedang satuan beratnya ialah POUND.
 Ne1 menunjukkan berapa hanks panjang benang untuk
setiap berat 1 pound.
 RUMUS:
Panjang (P) dalam hank
Ne1 = -----------------------------------
Berat (B) dalam pound
CONTOH:
1. Apa artinya Ne1 1?
Jawab: dalam setiap berat benang 1 pound, panjangnya
adalah 1 hank atau 1 x 840 yards.
2. Apa arti Ne1 25?
Jawab: dalam setiap berat benang 1 pound, panjangnya
adalah 25 hank atau 25 x 840 yards.
3. Apa arti Ne1 55?
4. Diketahui benang kapas panjangnya 8400 yards, beratnya 0,5
lb (0,5 pound). Hitung berapa Ne1-nya?
5. Diketahui benang dengan panjang 120 yards, beratnya 25
grains. Hitung berapa Ne1-nya?
6. Diketahui 1 yards lap beratnya 14 Oz. Berapa nomor lap
tersebut?
2. Penomoran Cara Worsted (Ne3)
 Cara ini dipakai untuk benang-benang wol
sisir, mohair, alpaca, unta, dan cashmere.
Satuan panjang yang digunakan ialah 560
yards, dan satuan beratnya ialah pound.
 Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards
panjang benang setiap berat 1 pound.
 Rumusnya:
 P (panjang) dalam 560 yards
 Ne3 = ------------------------------------
 B (berat) dalam pound
CONTOH:
 Apa artinya Ne3 1?
 Jawab: untuk setiap berat 1 lb,
panjangnya 1 x 560 yards.
 Apa artinya Ne3 26?
 Benang wol sisir panjang 1680 yards,
beratnya ¼ pound. Berapa Ne3-nya?
3. Penomoran Cara Wol (Ne2 atau Ne)
 Cara ini digunakan untuk penomoran benang-
benang wol garu, linen, henep, jute, dan rami.
Ne2 untuk: linen, henep, jute, dan rami. Ne
untuk: wol.
 Satuan panjang yang digunakan ialah 300 yards,
sedangkan satuan beratnya ialah pound.
 Ne2 atau Ne menunjukkan berapa kali 300 yards
panjang benang untuk setiap berat 1 pound.
 Rumusnya:
 P (panjang) dalam 300 yards
Ne2 = ---------------------------------------------
B (berat) dalam pound.
CONTOH:
 Apa artinya Ne2 1?
 Jawab: untuk setiap berat 1 lb,
panjangnya 1 x 300 yards.
 Apa artinya Ne 25?
 Benang rami panjang 3600 yards, berat
1/5 pound. Berapa Ne2 nya?
 Benang wol panjang 4200 yards, berat
90,72 gram. Berapa Ne-nya?
4. Penomoran Cara Metris (Nm)
 Cara ini digunakan untuk penomoran segala
macam benang. Satuan panjang yang digunakan
ialah meter, sedangkan satuan beratnya ialah
gram.
 Nm menunjukkan berapa meter panjang benang
untuk setiap berat 1 gram.
 Rumus:
 P (panjang) dalam meter
Nm = ------------------------
B (berat) dalam gram
CONTOH:
1. Apa artinya Nm 1?
Jawab: Untuk setiap berat 1 gram,
panjangnya 1 meter.
2. Apa artinya Nm 30?
3. Benang kapas panjang 60 meter,
beratnya 2 gram. Berapa Nm-nya?
4. Nomor suatu benang kapas adalah Nm
10. Berapa Ne1 nya?
5. Penomoran Benang Cara Perancis (Nf)
 Cara ini digunakan untuk penomoran
benang kapas. Satuan panjang yang
digunakan adalah meter, sedang satuan
beratnya ialah gram. Nf menunjukkan
berapa meter panjang benang untuk
setiap berat ½ gram.
 Rumus:
 P (panjang) dalam meter
 Nf = ----------------------------
 B (berat) dalam ½ gram
CONTOH:
 Apa artinya Nf 1?
 Jawab: untuk setiap berat benang ½
gram, panjangnya 1 meter.
 Apa artinya Nf 20?
 Benang kapas panjangnya 40m, beratnya
1 gram. Berapa Nf-nya?
 Nomor benang kapas adalah Nf 24. Hitung
nomor benang tersebut dalam Ne1 dan
Nm.
6. Penomoran Benang Cara Wol Garu (Ne4)
 Cara ini digunakan untuk penomoran benang wol
garu dan semacamnya. Satuan panjang yang
digunakan ialah 256 yards, sedang satuan
beratnya ialah pound. Ne4 menunjukkan berapa
kali 256 yards panjang benang, untuk setiap
berat 1 pound.
 Rumus:
 P (panjang) dalam 256 yards
 Ne4 = ----------------------------------
 B (berat) dalam pound
CONTOH:
1. Apa artinya Ne4 1?
Jawab: setiap berat 1 pound, panjangnya
1 x 256 yards.
2. Apa artinya Ne4 30?
3. Benang wol garu panjangnya 2560 yards,
beratnya ¼ pound. Berapa Ne4 –nya?
4. Diketahui nomor benang wol garu adalah
Ne4 12. Hitunglah nomor benang tersebut
dalam Nf, Nm, dan Ne.
II. PENOMORAN BENANG SECARA LANGSUNG
(PBL)
 Cara penomoran ini kebalikan dari cara
penomoran benang secara tidak langsung.
Pada cara ini, makin kecil (halus)
benangnya makin rendah nomornya,
sedangkan makin besar (kasar)
benangnya, makin tinggi nomornya.
 Rumus:
 Berat (B)
 Nomor PBL = ----------------
 Panjang (P)
Yang termasuk dalam PBL:
1. Penomoran Cara Denier (D atau Td)
2. Penomoran Cara Tex (Tex)
3. Penomoran Cara Jute (Ts)
1. Penomoran Cara Denier (D atau Td)
 Cara ini digunakan untuk penomoran benang-
benang sutera, benang filamen rayon dan benang
filamen buatan lainnya.
 Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang
satuan panjangnya ialah 9000meter. D atau Td
menunjukkan berapa gram berat benang untuk
setiap panjang 9000meter.
 Rumus:
 B (berat) dalam gram
 D atau Td = ------------------------------------
 P (panjang) dalam 9000 meter
CONTOH:
1. Apa artinya D 1?
Jawab: untuk setiap panjang 9000m,
beratnya 1 gram.
2. Apa artinya Td 50?
3. Benang sutera panjangnya 2000m,
beratnya 30 gram. Berapa D nya?
4. Nomor benang rayon Td 30. Berapa Nm-
nya?
2. Penomoran Cara Tex (Tex)
 Cara ini digunakan untuk penomoran segala
macam benang. Satuan berat yang digunakan
adalah GRAM, sedang satuan panjangnya adalah
1000 METER. Tex menunjukkan berapa gram
berat benang untuk setiap panjang 1000 meter.
 RUMUS:
 B (berat) dalam gram
 Tex = -------------------------------
 P (panjang) dalam 1000 meter
CONTOH:
1. Apa artinya Tex 1?
Jawab: untuk setiap panjang 1000
meter, beratnya 1 gram.
2. Apa artinya Tex 30?
3. Benang kapas panjangnya 2000m,
beratnya 10 gram. Berapa Texnya?
4. Nomor suatu benang rayon adalah Tex
60. Berapa Td-nya?
3. Penomoran Cara Jute (Ts)
 Cara ini digunakan untuk penomoran benang
jute. Satuan berat yang digunakan ialah
POUND, sedang satuan panjangnya ialah
14400 YARD.
 Ts menunjukkan berapa pound berat benang
untuk setiap panjang 14400 yards.
 RUMUS:
 B (berat dalam pound)
Ts = -------------------------------
P (panjang dalam 14400 yards
CONTOH:
1. Apa artinya Ts 1?
Jawab: untuk setiap panjang 14400
yards, beratnya 1 pound.
2. Apa artinya Ts 20?
3. Benang jute panjangnya 28800 yards,
beratnya 6 pounds. Berapa Ts nya?
4. Berat benang jute 10 pounds,
panjangnya 57600 yards. Hitunglah
nomor benang tersebut dalam Ts, Tex,
dan denier.
 Benang-benang tunggal seringkali digintir untuk
memperoleh benang yang lebih kuat, lebih tebal
atau untuk memperoleh efek-efek lainnya.
Komposisi dari benang-benang gintir dapat terjadi
sebagai berikut:
1. Nomor dan bahan sama.
2. Nomor tidak sama, bahan sama.
3. Bahan tidak sama tapi cara penomorannya sama.
4. Bahan tidak sama dan penomorannya tidak sama.
CONTOH:
1. 2 helai benang Ne1 40 digintir. Berapa Ne1
benang gintirnya (Ne1 R)?
2. Sehelai benang Nm 20 digintir dengan
sehelai benang Nm 30. Berapa Nm R
nya?
3. Sehelai benang Td 20 digintir dengan
sehelai benang Td 30. Berapa Td R nya?
TABEL DAFTAR KOEFISIEN KONVERSI
NO Nm Nf Ne1 Ne2 Ne3 Ne4 Td Ts
1 Nm 0,500 Nm 0,591 Nm 1,654 Nm 0,886 Nm 1,938 Nm 9000/Nm 29,029/Nm
2 2,000 Nf Nf 1,181 Nf 3,307 Nf 1,772 Nf 3,875 Nf 4500/Nf 14,515/Nf
3
1,693
Ne1 0,847 Ne1 2,8 Ne1 2,800 Ne1 1,500 Ne1 3,281 Ne1 5314,87/Ne1 17,143/Ne1
4
0,605
Ne2 0,302 Ne2 0,357 Ne2 Ne2 0,536 Ne2 1,172 Ne2 14881,6/Ne2 48,000/Ne2
5
1,129
Ne3 0,564 Ne3 0,667 Ne3 1,867 Ne3 Ne3 2,188 Ne3 7972,31/Ne3 25,714/Ne3
6
0,516
Ne4 0,258 Ne4 0,305 Ne4 0,853 Ne4 0,457 Ne4 Ne4 17439,4/Ne4 56,250/Ne4
7 9000/Td 4500/Td 5314,87/Td 14881,6/Td 7972,31/Td 17439,4/Td Td 0,003 Td
8 29,029/Ts 14,515/Ts 17,143/Ts 48000/Ts 25,714/Ts 56,250/Ts 310,034 Ts Ts
C. KEKUATAN BENANG
 Kekuatan merupakan salah satu sifat benang yang
sangat penting.
 Ada dua macam cara pengujian kekuatan benang,
yaitu:
1. Pengujian kekuatan benang per helai
2. Pengujian kekuatan benang per untai/bendel/berkas
(per ka)
 1 (satu) lea adalah seuntai benang yang panjangnya
120 yard.
 Contoh uji diperoleh dari penggulungan benang pada
kincir penggulung. Sedangkan pengujian kekuatan
benang per helai diperoleh dengan mengukur tiap helai
benang tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan:
1. Panjang stapel
2. Kehalusan serat
3. Kekuatan serat
4. Twist
5. Kerataan
6. Distribusi panjang serat
7. Pengerjaan finish serat
8. Faktor-faktor lain:
- Pengerjaan kimia
- Regain
- letak serat dan mulur serat individu
D. TWIST BENANG
 Twist dan pengukuran jumlah twist per inci pada
benang tunggal maupun benang gintir adalah
penting, karena jumlah twist benang ini dapat
mempengaruhi sifat fisik benang, pemakaian
benang, dan kenampakan (appereance) benang.
 Bagi pimpinan produksi, jumlah twist
mempengaruhi jumlah produksi, makin tinggi
twist berarti makin kecil produksi.
 Arah twist pada benang dibedakan menjadi arah
kanan atau arah Z, dan arah kiri atau arah S.
Lanjutan Twist
 Prinsip untuk menentukan jumlah twist pada
benang gintir adalah dengan cara pelurusan
benang komponennya. Sedangkan untuk
menentukan jumlah twist pada benang tunggal
adalah dengan cara membuka twist sampai serat-
serat sejajar atau melanjutkan putaran sampai
diperoleh panjang benang semula. Jumlah twist
dapat diperoleh dengan membagi dua jumlah
putaran yang tertera pada counter.
 Benang gintir diperoleh dari dua buah atau lebih
benang tunggal yang di-twist bersama. Benang
gintir yang baik akan diperoleh dari benang-
benang tunggal yang arah twistnya sama, lalu
digintir dengan arah yang berbeda dengan arah
twist benang tunggalnya.
E. TAHAN GESEK BENANG
 Ketahanan gesek benang diperlukan bukan dalam
pemakaian kain kemudian, akan tetapi penting sekali
dalam pemakaian benang selama mengalami proses
pertenunan.
 Pada prinsipnya, ketahanan gesek benang ini ditentukan
dengan memberi g esekan pada benang sampai benang
tersebut putus, baik gesekan antara benang dengan
benang maupun gesekan antara logam dengan benang
yang menyerupai kejadian yang dialami oleh benang pada
proses pertenunan.
 Jika benang putus, alat akan berhenti secara otomatis dan
jumlah putaran akan terlihat pada counter. Makin banyak
gesekan yang diperlukan untuk memutus benang tersebut,
berarti makin baik ketahanan geseknya.

More Related Content

What's hot

STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNISTANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
roellys
 
Yarn count
Yarn countYarn count
Yarn count
Amit Biswas
 
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basahMakalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Politeknik STT Tekstil Bandung
 
Dept._of_Merchanidising
Dept._of_MerchanidisingDept._of_Merchanidising
Dept._of_Merchanidising
Fakhrul Islam Prodan
 
Yarn count
Yarn countYarn count
Yarn count
ABU TALEB TARAQUE
 
Yarn testing machine's
Yarn testing machine'sYarn testing machine's
Yarn testing machine's
MD MAJHARUL ISLAM
 
Dyeing fault causes and remedies
Dyeing fault causes and remediesDyeing fault causes and remedies
Dyeing fault causes and remedies
Md Fahimuzzaman
 
Dimensi, kehalusan dan kekuatan serat
Dimensi, kehalusan dan kekuatan seratDimensi, kehalusan dan kekuatan serat
Dimensi, kehalusan dan kekuatan seratDaud Sulaeman
 
Innovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
Innovative Concepts in Textile Dyeing and PrintingInnovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
Innovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
Vijay Prakash
 
Hairiness
HairinessHairiness
Hairiness
Harsha157
 
Basic Textile technology for Non-Textile Graduate
Basic Textile technology for Non-Textile GraduateBasic Textile technology for Non-Textile Graduate
Basic Textile technology for Non-Textile Graduate
Engr. Sahadat Hussain
 
Tensile properties of fiber
Tensile properties of fiberTensile properties of fiber
Tensile properties of fiber
Shaharia Ahmed
 
Weft knit fabric geometry
Weft knit fabric geometryWeft knit fabric geometry
Weft knit fabric geometry
Shawan Roy
 
Compare among pilling tester
Compare among pilling testerCompare among pilling tester
Compare among pilling tester
Azmir Latif Beg
 
Pertenunan
PertenunanPertenunan
Blended Dyeing
Blended DyeingBlended Dyeing
penggintiran up twister
penggintiran up twisterpenggintiran up twister
penggintiran up twister
Andri Lesmana
 
HVI (High Volume Instrument )
HVI (High Volume Instrument )HVI (High Volume Instrument )
HVI (High Volume Instrument )
Nayeem Pub
 
Flammability testing of clothing
Flammability testing of clothingFlammability testing of clothing
Flammability testing of clothing
Engr Islam
 

What's hot (20)

STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNISTANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
 
Yarn count
Yarn countYarn count
Yarn count
 
Perajutan
PerajutanPerajutan
Perajutan
 
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basahMakalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
 
Dept._of_Merchanidising
Dept._of_MerchanidisingDept._of_Merchanidising
Dept._of_Merchanidising
 
Yarn count
Yarn countYarn count
Yarn count
 
Yarn testing machine's
Yarn testing machine'sYarn testing machine's
Yarn testing machine's
 
Dyeing fault causes and remedies
Dyeing fault causes and remediesDyeing fault causes and remedies
Dyeing fault causes and remedies
 
Dimensi, kehalusan dan kekuatan serat
Dimensi, kehalusan dan kekuatan seratDimensi, kehalusan dan kekuatan serat
Dimensi, kehalusan dan kekuatan serat
 
Innovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
Innovative Concepts in Textile Dyeing and PrintingInnovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
Innovative Concepts in Textile Dyeing and Printing
 
Hairiness
HairinessHairiness
Hairiness
 
Basic Textile technology for Non-Textile Graduate
Basic Textile technology for Non-Textile GraduateBasic Textile technology for Non-Textile Graduate
Basic Textile technology for Non-Textile Graduate
 
Tensile properties of fiber
Tensile properties of fiberTensile properties of fiber
Tensile properties of fiber
 
Weft knit fabric geometry
Weft knit fabric geometryWeft knit fabric geometry
Weft knit fabric geometry
 
Compare among pilling tester
Compare among pilling testerCompare among pilling tester
Compare among pilling tester
 
Pertenunan
PertenunanPertenunan
Pertenunan
 
Blended Dyeing
Blended DyeingBlended Dyeing
Blended Dyeing
 
penggintiran up twister
penggintiran up twisterpenggintiran up twister
penggintiran up twister
 
HVI (High Volume Instrument )
HVI (High Volume Instrument )HVI (High Volume Instrument )
HVI (High Volume Instrument )
 
Flammability testing of clothing
Flammability testing of clothingFlammability testing of clothing
Flammability testing of clothing
 

More from Wage Karsana

Presentasion for ici 2021 #rr
Presentasion for ici 2021 #rrPresentasion for ici 2021 #rr
Presentasion for ici 2021 #rr
Wage Karsana
 
Angket #2
Angket #2Angket #2
Angket #2
Wage Karsana
 
Company contingency plan edit#1
Company contingency plan edit#1Company contingency plan edit#1
Company contingency plan edit#1
Wage Karsana
 
Dir ind hilir june 2019
Dir ind hilir june 2019Dir ind hilir june 2019
Dir ind hilir june 2019
Wage Karsana
 
Daftar pilihan pertunjukan
Daftar pilihan pertunjukanDaftar pilihan pertunjukan
Daftar pilihan pertunjukan
Wage Karsana
 
Proposalreuni
ProposalreuniProposalreuni
Proposalreuni
Wage Karsana
 
Korosi 2
Korosi 2Korosi 2
Korosi 2
Wage Karsana
 
Cara merawat bayi
Cara merawat bayiCara merawat bayi
Cara merawat bayi
Wage Karsana
 

More from Wage Karsana (8)

Presentasion for ici 2021 #rr
Presentasion for ici 2021 #rrPresentasion for ici 2021 #rr
Presentasion for ici 2021 #rr
 
Angket #2
Angket #2Angket #2
Angket #2
 
Company contingency plan edit#1
Company contingency plan edit#1Company contingency plan edit#1
Company contingency plan edit#1
 
Dir ind hilir june 2019
Dir ind hilir june 2019Dir ind hilir june 2019
Dir ind hilir june 2019
 
Daftar pilihan pertunjukan
Daftar pilihan pertunjukanDaftar pilihan pertunjukan
Daftar pilihan pertunjukan
 
Proposalreuni
ProposalreuniProposalreuni
Proposalreuni
 
Korosi 2
Korosi 2Korosi 2
Korosi 2
 
Cara merawat bayi
Cara merawat bayiCara merawat bayi
Cara merawat bayi
 

Recently uploaded

Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
haikal136839
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
MuhammadIkmalWiawan
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
RonaMentari2
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
HaniDul
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
priyantifitri
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
ZamruddinHambali
 
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
MuhammadZidan94
 

Recently uploaded (7)

Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
 
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
 

Handout pengujian-benang

  • 2. Sifat-sifat yang menentukan mutu benang antara lain: A. Grade dan kenampakan benang B. Kehalusan benang C. Kekuatan benang D. Twist dan ketidakrataannya. E. Tahan gesek benang
  • 3. A. GRADE DAN KENAMPAKAN BENANG:  Kebersihan benang  Kerataan benang  Berbulu atau tidak  Warna  Kilau  Pegangan  cacad
  • 4. B. KEHALUSAN BENANG  Kehalusan benang dinyatakan dengan “nomor benang”.  Kehalusan benang merupakan perbandingan antara panjang benang dan berat benang.
  • 5. SISTEM PENOMORAN BENANG  Untuk menyatakan kehalusan benang biasanya dinyatakan dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan ini disebut dengan nomer benang.
  • 6. SATUAN-SATUAN PERHITUNGAN NOMOR BENANG:  Untuk satuan panjang: 1 inch (1”) = 2,54 cm 12 inches= 1 feet (1’) = 30,48 cm 36 inches= 3 feet = 1 yard=91,44 cm 120 yards = 1 lea = 109,73 m 7 lea’s = 1 hank = 840 yards = 768 m
  • 7.  Untuk satuan berat: 1 grain = 64,799 miligram 1 pound (1 lb) = 16 Ounces=7000 grains = 453,6 gram 1 ounce (1 Oz)= 437,5 grains. SATUAN-SATUAN PERHITUNGAN NOMOR BENANG:
  • 8.  Ada beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang.  Beberapa negara dan beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-cara tersendiri untuk menetapkan penomeran pada benang. Tetapi banyak negara yang menggunakan cara-cara penomoran yang sama. Pada waktu ini ada bermacam-macam cara penomoran benang yang dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua cara yaitu: 1. Penomoran Benang secara Tidak Langsung (PBTL) 2. Penomoran Benang secara Langsung (PBL)
  • 9. SISTEM PENOMORAN BENANG SISTEM TAK LANGSUNG (PBTL) SISTEM LANGSUNG (PBL) 1. Penomoran cara worsted (Ne3) 2. Penomoran cara wol (Ne2 atau Ne) 3. Penomoran cara kapas (Ne1) 4. Penomoran cara metris (Nm) 5. Penomoran cara Perancis (Nf) 6. Penomoran cara wol garu (Ne4) 1. Penomoran Cara Denier (D / Td) 2. Penomoran Cara Tex (Tex) 3. Penomoran Cara Jute (Ts)
  • 10. I. PENOMORAN BENANG SECARA TIDAK LANGSUNG (PBTL)  Prinsip: makin besar (kasar) benangnya, makin kecil nomornya, atau makin kecil (halus) benangnya, makin tinggi nomornya.  RUMUS: Panjang (P) Nomer = --------------- Berat (B)
  • 11. YANG TERMASUK DALAM PBTL: 1. Penomoran cara kapas (Ne1) 2. Penomoran cara worsted (Ne3) 3. Penomoran cara wol (Ne2 atau Ne) 4. Penomoran cara metris (Nm) 5. Penomoran cara Perancis (Nf) 6. Penomoran cara wol garu (Ne4)
  • 12. 1. PENOMORAN CARA KAPAS (Ne1):  Ini adalah penomoran menurut cara Inggris. Cara ini biasanya digunakan untuk penomoran benang kapas, macam-macam benang stapel rayon dan benang stapel sutera. Satuan panjang yang digunakan adalah HANK, sedang satuan beratnya ialah POUND.  Ne1 menunjukkan berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound.  RUMUS: Panjang (P) dalam hank Ne1 = ----------------------------------- Berat (B) dalam pound
  • 13. CONTOH: 1. Apa artinya Ne1 1? Jawab: dalam setiap berat benang 1 pound, panjangnya adalah 1 hank atau 1 x 840 yards. 2. Apa arti Ne1 25? Jawab: dalam setiap berat benang 1 pound, panjangnya adalah 25 hank atau 25 x 840 yards. 3. Apa arti Ne1 55? 4. Diketahui benang kapas panjangnya 8400 yards, beratnya 0,5 lb (0,5 pound). Hitung berapa Ne1-nya? 5. Diketahui benang dengan panjang 120 yards, beratnya 25 grains. Hitung berapa Ne1-nya? 6. Diketahui 1 yards lap beratnya 14 Oz. Berapa nomor lap tersebut?
  • 14. 2. Penomoran Cara Worsted (Ne3)  Cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta, dan cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 560 yards, dan satuan beratnya ialah pound.  Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat 1 pound.  Rumusnya:  P (panjang) dalam 560 yards  Ne3 = ------------------------------------  B (berat) dalam pound
  • 15. CONTOH:  Apa artinya Ne3 1?  Jawab: untuk setiap berat 1 lb, panjangnya 1 x 560 yards.  Apa artinya Ne3 26?  Benang wol sisir panjang 1680 yards, beratnya ¼ pound. Berapa Ne3-nya?
  • 16. 3. Penomoran Cara Wol (Ne2 atau Ne)  Cara ini digunakan untuk penomoran benang- benang wol garu, linen, henep, jute, dan rami. Ne2 untuk: linen, henep, jute, dan rami. Ne untuk: wol.  Satuan panjang yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound.  Ne2 atau Ne menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1 pound.  Rumusnya:  P (panjang) dalam 300 yards Ne2 = --------------------------------------------- B (berat) dalam pound.
  • 17. CONTOH:  Apa artinya Ne2 1?  Jawab: untuk setiap berat 1 lb, panjangnya 1 x 300 yards.  Apa artinya Ne 25?  Benang rami panjang 3600 yards, berat 1/5 pound. Berapa Ne2 nya?  Benang wol panjang 4200 yards, berat 90,72 gram. Berapa Ne-nya?
  • 18. 4. Penomoran Cara Metris (Nm)  Cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan panjang yang digunakan ialah meter, sedangkan satuan beratnya ialah gram.  Nm menunjukkan berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram.  Rumus:  P (panjang) dalam meter Nm = ------------------------ B (berat) dalam gram
  • 19. CONTOH: 1. Apa artinya Nm 1? Jawab: Untuk setiap berat 1 gram, panjangnya 1 meter. 2. Apa artinya Nm 30? 3. Benang kapas panjang 60 meter, beratnya 2 gram. Berapa Nm-nya? 4. Nomor suatu benang kapas adalah Nm 10. Berapa Ne1 nya?
  • 20. 5. Penomoran Benang Cara Perancis (Nf)  Cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang yang digunakan adalah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram.  Rumus:  P (panjang) dalam meter  Nf = ----------------------------  B (berat) dalam ½ gram
  • 21. CONTOH:  Apa artinya Nf 1?  Jawab: untuk setiap berat benang ½ gram, panjangnya 1 meter.  Apa artinya Nf 20?  Benang kapas panjangnya 40m, beratnya 1 gram. Berapa Nf-nya?  Nomor benang kapas adalah Nf 24. Hitung nomor benang tersebut dalam Ne1 dan Nm.
  • 22. 6. Penomoran Benang Cara Wol Garu (Ne4)  Cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan semacamnya. Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah pound. Ne4 menunjukkan berapa kali 256 yards panjang benang, untuk setiap berat 1 pound.  Rumus:  P (panjang) dalam 256 yards  Ne4 = ----------------------------------  B (berat) dalam pound
  • 23. CONTOH: 1. Apa artinya Ne4 1? Jawab: setiap berat 1 pound, panjangnya 1 x 256 yards. 2. Apa artinya Ne4 30? 3. Benang wol garu panjangnya 2560 yards, beratnya ¼ pound. Berapa Ne4 –nya? 4. Diketahui nomor benang wol garu adalah Ne4 12. Hitunglah nomor benang tersebut dalam Nf, Nm, dan Ne.
  • 24. II. PENOMORAN BENANG SECARA LANGSUNG (PBL)  Cara penomoran ini kebalikan dari cara penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara ini, makin kecil (halus) benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin besar (kasar) benangnya, makin tinggi nomornya.  Rumus:  Berat (B)  Nomor PBL = ----------------  Panjang (P)
  • 25. Yang termasuk dalam PBL: 1. Penomoran Cara Denier (D atau Td) 2. Penomoran Cara Tex (Tex) 3. Penomoran Cara Jute (Ts)
  • 26. 1. Penomoran Cara Denier (D atau Td)  Cara ini digunakan untuk penomoran benang- benang sutera, benang filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya.  Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang satuan panjangnya ialah 9000meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 9000meter.  Rumus:  B (berat) dalam gram  D atau Td = ------------------------------------  P (panjang) dalam 9000 meter
  • 27. CONTOH: 1. Apa artinya D 1? Jawab: untuk setiap panjang 9000m, beratnya 1 gram. 2. Apa artinya Td 50? 3. Benang sutera panjangnya 2000m, beratnya 30 gram. Berapa D nya? 4. Nomor benang rayon Td 30. Berapa Nm- nya?
  • 28. 2. Penomoran Cara Tex (Tex)  Cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan berat yang digunakan adalah GRAM, sedang satuan panjangnya adalah 1000 METER. Tex menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter.  RUMUS:  B (berat) dalam gram  Tex = -------------------------------  P (panjang) dalam 1000 meter
  • 29. CONTOH: 1. Apa artinya Tex 1? Jawab: untuk setiap panjang 1000 meter, beratnya 1 gram. 2. Apa artinya Tex 30? 3. Benang kapas panjangnya 2000m, beratnya 10 gram. Berapa Texnya? 4. Nomor suatu benang rayon adalah Tex 60. Berapa Td-nya?
  • 30. 3. Penomoran Cara Jute (Ts)  Cara ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang digunakan ialah POUND, sedang satuan panjangnya ialah 14400 YARD.  Ts menunjukkan berapa pound berat benang untuk setiap panjang 14400 yards.  RUMUS:  B (berat dalam pound) Ts = ------------------------------- P (panjang dalam 14400 yards
  • 31. CONTOH: 1. Apa artinya Ts 1? Jawab: untuk setiap panjang 14400 yards, beratnya 1 pound. 2. Apa artinya Ts 20? 3. Benang jute panjangnya 28800 yards, beratnya 6 pounds. Berapa Ts nya? 4. Berat benang jute 10 pounds, panjangnya 57600 yards. Hitunglah nomor benang tersebut dalam Ts, Tex, dan denier.
  • 32.  Benang-benang tunggal seringkali digintir untuk memperoleh benang yang lebih kuat, lebih tebal atau untuk memperoleh efek-efek lainnya. Komposisi dari benang-benang gintir dapat terjadi sebagai berikut: 1. Nomor dan bahan sama. 2. Nomor tidak sama, bahan sama. 3. Bahan tidak sama tapi cara penomorannya sama. 4. Bahan tidak sama dan penomorannya tidak sama.
  • 33. CONTOH: 1. 2 helai benang Ne1 40 digintir. Berapa Ne1 benang gintirnya (Ne1 R)? 2. Sehelai benang Nm 20 digintir dengan sehelai benang Nm 30. Berapa Nm R nya? 3. Sehelai benang Td 20 digintir dengan sehelai benang Td 30. Berapa Td R nya?
  • 34. TABEL DAFTAR KOEFISIEN KONVERSI NO Nm Nf Ne1 Ne2 Ne3 Ne4 Td Ts 1 Nm 0,500 Nm 0,591 Nm 1,654 Nm 0,886 Nm 1,938 Nm 9000/Nm 29,029/Nm 2 2,000 Nf Nf 1,181 Nf 3,307 Nf 1,772 Nf 3,875 Nf 4500/Nf 14,515/Nf 3 1,693 Ne1 0,847 Ne1 2,8 Ne1 2,800 Ne1 1,500 Ne1 3,281 Ne1 5314,87/Ne1 17,143/Ne1 4 0,605 Ne2 0,302 Ne2 0,357 Ne2 Ne2 0,536 Ne2 1,172 Ne2 14881,6/Ne2 48,000/Ne2 5 1,129 Ne3 0,564 Ne3 0,667 Ne3 1,867 Ne3 Ne3 2,188 Ne3 7972,31/Ne3 25,714/Ne3 6 0,516 Ne4 0,258 Ne4 0,305 Ne4 0,853 Ne4 0,457 Ne4 Ne4 17439,4/Ne4 56,250/Ne4 7 9000/Td 4500/Td 5314,87/Td 14881,6/Td 7972,31/Td 17439,4/Td Td 0,003 Td 8 29,029/Ts 14,515/Ts 17,143/Ts 48000/Ts 25,714/Ts 56,250/Ts 310,034 Ts Ts
  • 35. C. KEKUATAN BENANG  Kekuatan merupakan salah satu sifat benang yang sangat penting.  Ada dua macam cara pengujian kekuatan benang, yaitu: 1. Pengujian kekuatan benang per helai 2. Pengujian kekuatan benang per untai/bendel/berkas (per ka)  1 (satu) lea adalah seuntai benang yang panjangnya 120 yard.  Contoh uji diperoleh dari penggulungan benang pada kincir penggulung. Sedangkan pengujian kekuatan benang per helai diperoleh dengan mengukur tiap helai benang tersebut.
  • 36. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan: 1. Panjang stapel 2. Kehalusan serat 3. Kekuatan serat 4. Twist 5. Kerataan 6. Distribusi panjang serat 7. Pengerjaan finish serat 8. Faktor-faktor lain: - Pengerjaan kimia - Regain - letak serat dan mulur serat individu
  • 37. D. TWIST BENANG  Twist dan pengukuran jumlah twist per inci pada benang tunggal maupun benang gintir adalah penting, karena jumlah twist benang ini dapat mempengaruhi sifat fisik benang, pemakaian benang, dan kenampakan (appereance) benang.  Bagi pimpinan produksi, jumlah twist mempengaruhi jumlah produksi, makin tinggi twist berarti makin kecil produksi.  Arah twist pada benang dibedakan menjadi arah kanan atau arah Z, dan arah kiri atau arah S.
  • 38. Lanjutan Twist  Prinsip untuk menentukan jumlah twist pada benang gintir adalah dengan cara pelurusan benang komponennya. Sedangkan untuk menentukan jumlah twist pada benang tunggal adalah dengan cara membuka twist sampai serat- serat sejajar atau melanjutkan putaran sampai diperoleh panjang benang semula. Jumlah twist dapat diperoleh dengan membagi dua jumlah putaran yang tertera pada counter.  Benang gintir diperoleh dari dua buah atau lebih benang tunggal yang di-twist bersama. Benang gintir yang baik akan diperoleh dari benang- benang tunggal yang arah twistnya sama, lalu digintir dengan arah yang berbeda dengan arah twist benang tunggalnya.
  • 39. E. TAHAN GESEK BENANG  Ketahanan gesek benang diperlukan bukan dalam pemakaian kain kemudian, akan tetapi penting sekali dalam pemakaian benang selama mengalami proses pertenunan.  Pada prinsipnya, ketahanan gesek benang ini ditentukan dengan memberi g esekan pada benang sampai benang tersebut putus, baik gesekan antara benang dengan benang maupun gesekan antara logam dengan benang yang menyerupai kejadian yang dialami oleh benang pada proses pertenunan.  Jika benang putus, alat akan berhenti secara otomatis dan jumlah putaran akan terlihat pada counter. Makin banyak gesekan yang diperlukan untuk memutus benang tersebut, berarti makin baik ketahanan geseknya.