Membentuk Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan Bersama Masyarakat di Kota Metro bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan dengan mengganti BP3 menjadi Komite Sekolah yang berperan sebagai advisor dan supporter program sekolah.
2. A1
PEMBANGUNAN FORUM KOTA DI KOTA BOGOR
Pada tahun 1999, Walikota H.R. Iswara Natanegara
bekerja sama dengan KNPI dan anggota DPRD
membuka wahana komunikasi dan interaksi warga
secara terbuka dan bersifat langsung yang dikenal
dengan nama “Forum Debat Rakyat” guna mengatasi
masalah atas keterbatasan dalam menyampaikan
keluhan atau aspirasi masyarakat.
3. Masyarakat menilai pemerintah lebih sering
memikirkan dan bekerja sendiri mengenai persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan kepentingan
publik dan bahkan melewatkan partisipasi masyarakat
itu sendiri. Kalaupun dengan partisipasi masyarakat,
masyarakat hanya dijadikan objek dalam pelaksanaan
perencanaan tersebut. Kadang masyarakat hanya
dilibatkan di akhir atau awal suatu perencanaan yang
biasanya berupa sosialisas atau penyuluhan.
4. Strategi & kegiatan
o Semua golongan dari pejabat, DPRD, LSM, aktivis
perguruan tinggi, bahkan masyarakat ikut turun serta
berpartisipasi dalam membangun kota Bogor.
o Secara teknis forum kota dilahirkan melalui suatu
kesepakatan bersama dan menciptakan
kepercayaan dari pemerintah kota dengan anggota
masyarakat yang bersifat transparansi
5. HASIL, MANFAAT, & BERKELANJUTAN
o Diskusi terbuka dalam forum ini akan terbangun
komunikasi dua arah yang dapat menumbuhkan rasa
saling memahami antara strakeholder. Sehingga daya
tanggap masyarakat dapat tercipta dari pemerintah yang
membangunnya
o Diskusi ini juga menyediakan ruang bagi strakeholder
untuk menyampaikan aspirasi, keberatan, keluhan,
serta ide dan gagasan sehingga masyarakat lebih tahu
serta bertanggung jawab atas persetujuan kemajuan
daerahnya dan lebih berwawasan kedepan.
o Hasil diskusi terbuka (public meeting) disusun dalam
suatu prosiding yang disampaikan kepada pemerintah kota
dan seluruh strakeholder yang telah berpartisipasi pada
diskusi tersebut (Akuntabilitas)
6. PEMBELAJARAN
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap pemerintah kota dan
anggota DPRD untuk mengurangi kesalahpahaman dalam berbagai hal dan
sekaligus difasilitasi oleh komponen-komponen masyarakat yang didukung
oleh perguruan tinggi
Keberhasilan forum kota memerlukan aktivis warga yang mempunyai
tingat pedulian tinggi dengan kapasitas cukup tanpa membawa kepentingan
pribadi atau kelompok. Kerjasama, partisipasi, dan dukungan dari media
massa juga menentukan sukses dari suatu forum kota, dengan selalu
menyampaikan hasil pertemuan kepada masyarakat luas.
Manfaat dari pertemuan terbuka dirasakan oleh semua pihak, para
fasilitator mau memfasilitasinya (tanpa imbalan), para promotor mau
mendukung penyelenggaraannya, dan tokoh masyarakat, tokoh perguruan
tinggi dan tokoh pengusaha untuk hadir. Kerjasama, partisipasi dan
dukungan dari media massa juga menentukan sukses dari suatu forum kota,
dengan selalu menyampaikan hasil pertemuan kepada masyarakat luas
sehingga dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas
8. Kondisi awal
• Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi
lampung, berjarak 45 km dari kota Bandar Lampung.
• Pemberdayaan masyarakat di Kota Metro merupakan
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat maupun Daerah, namun pada
kenyataannya kegiatan pemberdayaan dan
keswadayaan masyarakat tersebut tidak mendapatkan
arahan yang jelas dari pemerintah, sehingga adanya
kejelasan mengenai dimana peran serta masyarakat,
serta siapa yang mengontrol atau dikontrol dalam
kegiatan tersebut.
9. Strategi kegiatan
• Dengan adanya Keppres No. 49 tahun 2001, maka LDKM
atau sebutan lain ditetapkan oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat.
• LDKM merupakan Lembaga Ketahanan Masyarakat
daerah, dimana institusi kelurahan dan masyarakat
merupakan anggota dari lembaga tersebut.
• Tugas dari LDKM sendiri antara lain:
a. Menyusun anggaran pembangunan yang partisipasif
b. Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat
c. Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan
10. ● Dalam melaksanakan tugasnya, LDKM memiliki fungsi :
a.Penanaman dan penumpukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat desa dan kelurahan
b.Pengkoordinasian perencanaan pembangunan
c. Pengkoordinasian peerencanaan lembaga masyarakat
d.Perencanaan kegiatan secara partisifatif dan terpadu
e.Penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk
pembangunan di desa dan kelurahan
• Namun pada saat ini, LDKM yang ada pada pemerintah
daerah diganti menjadi LPM.
• LPM merupakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang
dibentuk oleh masyarakat di tibfkat desa sesuai dengan UU
otonomi daerah no. 22 tahun 1999 pasal 106/Perubahan UU
no.34 tahun 2004 yang secara demokratis dengan melibatkan
seluruh warga desa menggunakan hak pilihnya dalam
menentukan keanggotaan LPM.
11. • Strategi pembangunan kota Metro dalam
mengkontruksi LDKM menjadi LPM yang
keanggotaannya sendiri masih sama dengan
anggota LDKM tersebut, semuanya merupakan
perwakilan/komponen masyarakat sesuai
dengan Kepres no.49 tahun 2001.
• Sebagai langkah awal pemerintah kota Metro
melakukan workshop dalam penyusunan LPM,
dimana terdapat perdebatan panjang
mengenai keberadaan LPM tersebut.
12. Hasil, manfaat dan keberlanjutan
• Melalui perubahan LDKM menjadi LPM, diharapkan
dapat memperoleh kerjasama yang lebih efektif
antara pemerintah daerah dengan masyarakat atau
institusi terkait.
• Dengan adanya SK yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota Metro mengenai pembentukan
LPM dan forum masyarakat yang ada di kota metro,
maka LPM dapat melaksanakan tugas
pemberdayaan potensi yang ada pada masyarakat
sekaligus sebagai fungsi kontrol pembangunan
dikelurahannya untuk mengimbangi kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kota.
13. Pembelajaran
• Dalam proses pembelajarannya, dasar penerapan
kelembagaan ini dijelaskan dalam Kepres No.49/2001,
disamping adanya kerancuan mengenai LDKM yang ada, juga
kepengurusannya tidak seluruhnya mewakili masyarakat.
• Perbedaan antara LPM dengan LDKM, antara lain proses
pembentukan LPM tidak dilaksanakan pada semua kelurahan
yang ada di kota Metro secara serempak, akan tetapi
dilaksanakan pada kelurahan yang dianggap paling siap, dan
selanjutnya barulah dilaksanakan pada kelurahan yang
lainnya.
• Pembentukan LPM itu sendiri-pun diharapkan dapat
mengontrol program pembangunan yang ada di Kota Metro.
14. A3
BERSAMA MENATA KALI JANGKOK DI KOTA MATARAM
Kota Mataram merupakan wilayah dataran rendah dialiri 4 buah
sungai yang memiliki debit air cukup tinggi, berkisar antara 144
m3/detik, dengan tingkat erosi dan akumulasi sedimentasi relatif
tinggi. Sungai-sungai di kota Mataram sering tersumbat oleh sampah,
akibatnya sering meluap dan terjadi banjir di musim hujan.
Program Prokasih (Program Kali Bersih) dicangankan oleh
pemerintah dalam penyelesaian masalah ini. Namun itu sendiri terbukti
gagal dalam menangani masalah tersebut. Kondisi Kali Jangkok yang
makin memburuk ini mendorong LSM Lembaga Pengembangan
Masyarakat (LPM) untuk berinisiatif melakukan upaya penataan secara
komperhensif, dengan berbagai aspek yang saling berkaitan.
15. STRATEGI & KEGIATAN
Kegiatan penataan Kali Jangkok dilaksanakan oleh beberapa
pihak secara bersama-sama; LSM, Mahasiswa, Pemerintah Kota,
Kelurahan dan Dinas PU Kota bersama warga setempat didukung
oleh Media Massa.
LSM Lembaga Pengembangan Mataram berperan sebagai
inisiator dan fasilitator, sedangkan Mahasiswa Pecinta Alam
UNRAM dan Organisasi Karang Taruna berperan sebagai pekerja
lapangan yang bertugas mengontrol keadaan kali, yang dilakukan
adalah melakukan pengamatan langsung terhadap beberapa aspek
antara lain kondisi fisik sungai, tata guna lahan, dsb.
Pemerintah Kota menjadi mitra dan memberikan dukungan
teknis dan pembiayaan, sedangkan Kelurahan dan dinas PU Kota
membantu menyediakan peralatan, sementara media massa
membantu mempublikasikan kegiatan. Dana untuk kegiatan ini
berasal dari APBD pemerintah kota Mataram.
16. Langkah yang dilakukan LPM
• Mengadakan seminar sehari dengan pihak-pihak yang
terkait mengenai penataan Kali Jangkok yang terpadu;
• Sosialisasi kegiatan ke warga sekitar Kali Jangkok dengan
mengadakan diskusi di Mushola sekitar Kali Jangkok;
• Mengidentifikasi warga masyarakat yang dapat
berpartisipasi;
• Bersama warga mulai melakukan pembersihan sekitar
kali;
• Memasang papan-papan peringatan agar tidak
membuang sampah di kali;
• Penyiapan pata penataan, tempat dan jaur-jalur
penataan; dan
• Penyiapan fasilitas
17. HASIL, MANFAAT, & KEBERLANJUTAN
Dengan penataan kali yang baik, kali dapat lebih difungsikan bukan
hanya sekedar tempat pembuangan sampah. Kali dapat dimanfaatkan
bagi pengembangan ekonomi masyarakat setempat, dengan membuat
tempat-tempat untuk penangkaran ikan atau budidaya lainnya yang
terkait dengan sungai.
Bantaran sungai juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial,
untuk masyarakat bermain dan berekreasi serta mengekspresikan
aspirasi budaya mereka. Kegiatan yang dimulai tahun 2001 ini, hingga
kini masih terus berlangsung berupa proses pengerjaan fisik penataan
sungai secara terpadu, dengan pola “Kemitraan Berkelanjutan Berbasis
Masyarakat”.
18. PEMBELAJARAN
Masalah pengelolaan sungai adalah masalah yang cukup
kompleks, oleh karena itu Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri
dalam menangani masalah ini. Perlu melibatkan masyarakat
secara terpadu dari sejak perencanaan, pelaksanaan serta
pengawasan dan pemeliharaannya.
Juga tidak dapat berupa gotong-royong saja dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut, numan juga dalam penanganan
yang komperhensif dan berlanjut.
Diharapkan, keberadaan sungai-sungai di Kota
Mataram tidak hanya dimanfaatkan sebagai saluran drainase
tetapi juga potensi yang ada bisa dimanfaatkan dalam upaya
meningkatkan perekonomian, khususnya bagi masyarakat yang
bermukim di sepanjang sungai.
20. Kondisi awal
• Pendidikan berperan penting dalam proses kegiatan
kualitas pembelajaran. Menyadari pentingnya
peningkatan proses kualitas pembelajaran maka
pemerintah telah berupaya mewujudkan
pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi
serta pelatihan bagi guru-guru.
• Dewasa ini, partisipasi masyarakat dalam
pengontrolan dan pengelolaan pendidikan masih
terasa kurang. BP3 yang merupakan perwakilan
orang tua murid dianggap hanya sebagai organisasi
pelengkap saja dan kurang memberikan peran atau
masukan dakam peningkatan kualitas pengelolaan
pendidikan di sekolah.
21. • Dalam proses aktualisasinya saat ini dibutuhkan suatu
bada yang mengganti keberadaan Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah,
melalui Kepmendiknas no.044/u/2002 tanggal 2 april
tahun 2002. penggantian nama BP3 menjadi Komite
Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat
secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.
• Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
disatuan pendidikan.
22. Hasil, manfaat dan keberlanjutan
• Dengan menggunakan konsep mutu pendidikan
yang mengacu pada prestasi yang dicapai atau hasil
pendidikan oleh sekolah pada setiap kurun waktu
tertentu, dapat berupa hasil tes kemampuan di
bidang akademis maupun non akademis.
• Pembentukan komite sekolah pada setiap satuan
pendidikan, maka BP3 yang semula merupakan
perwakilan orang tua murid disekolah-sekolah
dinyatakan bubar.
23. Strategi dan kegiatan
• Salah satu tujuan pembentukan komite sekolah
adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan .
• Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah
antara lain:
a.Mewadahi dan menyalurkan aspirasi
masyarakat
b.Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta
masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan
c.Penciptakan suasana dan kondisi yang
trasnparan dan demokrasi.
24. • Fungsi komite sekolah antara lain:
Advisor
komite sekolah mempunyai tugas memberikan masukan
atau saran dalam legiatan pembelajaran maupun kegiatan
ektra kulikuler
Supporting
merupakan pemberian dukungan terhadap program-
program sekolah, selama program tersebut baik bagi
siswa, guru maupun orang tua.
Controling
komite sekolah berperan dalam mengawasi sejauh mana
pelaksanaan program, kurikulum, proses belajar mengajar
dan kegiatan lainnya.
Mediator
komite sekolah sebagai mediator antara orang tua dengan
guru, orang tua/guru dengan perguruan/yayasan, dll.
25. Pembelajaran
• Dengan terbentuknya komite sekolah, tumbuhlah
kesadaran bahwa pengelolaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
semua komponen masyarakat.
• Pihak sekolah beserta dewan guru dan staff
sekolah sebagai eksekutif bekerja berdasarkan
program kerja sekolah yang sudah dirumuskan
dengan komite sekolah dan kegiatannya dikontrol
oleh komite sekolah.
28. A7
Pelibatan Warga dalam Penyusunan
Agenda Pembangunan Kota Bogor
Di kota Bogor, penyusunan agenda bersifat
tertutup dan tidak melibatkan masyarakat secara
luas. Pembangunan hanya menampung keinginan
tokoh masyarakat seperti ketua RT, RW dan
pengurus LKMD. Akibatnya partisipasi masyarakat
dalam menyusun agenda pembangunan kota
sangat terbatas.
29. Strategi dan kegiatan
Akhirnya Walikota mengeluarkan Surat Keputusan tentang perubahan
mekanisme penyusunan agenda pembangunan yang semula Musbangdes –
Diskusi UDKP – Rakorbang, menjadi Saresehan pembangunan tingkat
kelurahan, kecamatan dan kota. Dengan adanya Saresehan ini pemerintah
daerah menyelanggarakan musyawarah warga secara terbuka dengan
tujuan kesetaraan masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat dalam proses
penyusunan agenda pembangunan kota. Pemerintah memberikan peluang
kepada masyarakat untuk peka dalam membahas permasalahannya yang
dilakukan Saresehan. Pemerintah memfasilitasi berbagai permasalahan
warga tersebut untuk diadopsi sebagai agenda pembangunan kota lewat
kewenangan tiap dinas yang ada.
30. Hasil, Manfaat dan Keberlanjutan
Melalui kegiatan penyusunan perencanaan yang melibatkan masyarakat
tersusun agenda tahunan yang dirumuskan bersama dengan berbagai
prioritas yang disepakati bersama. Evaluasi terhadap pemerintah
untuk lebih mudah melakukan koordinasi program-program yang
direncanakan antara kepentingan masyarakat di tiap kelurahan dengan
kebutuhan tiap kota. Kegiatan ini menumbuhkan semangat
berpartisipasi dalam pembangunan karena adanya keterbukaan dan
pelibatan masyarakat dalam prosesnya serta terbangun kerja sama
antar warga untuk menangani berbagai isu di luar agenda yang telah
disepakati.