Laporan praktikum kromatografi kertas ini menjelaskan proses pemisahan komponen dalam campuran menggunakan kertas sebagai fase diam dan air sebagai fase bergerak. Hasilnya menunjukkan bahwa warna yang lebih gelap terdiri dari lebih banyak komponen dibandingkan warna yang lebih terang. Tujuannya adalah untuk mempelajari kromatografi dan mengidentifikasi komponen dalam campuran.
Dokumen tersebut merangkum prinsip dasar dan cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) untuk analisis kuantitatif logam dalam sampel. Terdapat penjelasan mengenai prinsip kerja, komponen instrumen, teknik atomisasi (nyala dan furnace), serta metode analisis kuantitatif menggunakan kurva kalibrasi dan standar adisi.
Daun pepaya dan air laut dijadikan sampel untuk percobaan preparasi sampel basah dan kering. Sampel air laut dihancurkan dengan asam nitrat dan didinginkan, sedangkan sampel daun pepaya dikeringkan di oven dan tanur sebelum dihancurkan dengan asam untuk menjadi abu yang siap dianalisis.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang spektrofotometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometer/AAS) yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam dalam suatu sampel. AAS bekerja dengan cara memanaskan sampel hingga teratomisasi, kemudian mengukur absorbsi radiasi oleh atom-atom logam bebas tersebut pada panjang gelombang khas masing-masing unsur logam. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode penyiapan samp
Laporan praktikum ini membahas mengenal dan kalibrasi spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus fungsional zat ekstra joss dan kafein murni. Metode yang digunakan adalah merekam spektrum zat uji dengan spektrofotometer FTIR dan menganalisis hasil spektrum untuk mengetahui gugus fungsional yang ada berdasarkan bilangan gelombang vibrasinya.
Laporan praktikum kromatografi kertas ini menjelaskan proses pemisahan komponen dalam campuran menggunakan kertas sebagai fase diam dan air sebagai fase bergerak. Hasilnya menunjukkan bahwa warna yang lebih gelap terdiri dari lebih banyak komponen dibandingkan warna yang lebih terang. Tujuannya adalah untuk mempelajari kromatografi dan mengidentifikasi komponen dalam campuran.
Dokumen tersebut merangkum prinsip dasar dan cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) untuk analisis kuantitatif logam dalam sampel. Terdapat penjelasan mengenai prinsip kerja, komponen instrumen, teknik atomisasi (nyala dan furnace), serta metode analisis kuantitatif menggunakan kurva kalibrasi dan standar adisi.
Daun pepaya dan air laut dijadikan sampel untuk percobaan preparasi sampel basah dan kering. Sampel air laut dihancurkan dengan asam nitrat dan didinginkan, sedangkan sampel daun pepaya dikeringkan di oven dan tanur sebelum dihancurkan dengan asam untuk menjadi abu yang siap dianalisis.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang spektrofotometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometer/AAS) yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam dalam suatu sampel. AAS bekerja dengan cara memanaskan sampel hingga teratomisasi, kemudian mengukur absorbsi radiasi oleh atom-atom logam bebas tersebut pada panjang gelombang khas masing-masing unsur logam. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode penyiapan samp
Laporan praktikum ini membahas mengenal dan kalibrasi spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus fungsional zat ekstra joss dan kafein murni. Metode yang digunakan adalah merekam spektrum zat uji dengan spektrofotometer FTIR dan menganalisis hasil spektrum untuk mengetahui gugus fungsional yang ada berdasarkan bilangan gelombang vibrasinya.
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
1. Analisis tiga sampel menunjukkan kadar magnesium dan kalsium dalam batu fosfat dan sampel lainnya. Kadar magnesium dan kalsium dihitung dari berat endapan yang dihasilkan.
2. Analisis dua sampel menunjukkan kadar zink sulfida dan belerang dalam sampel, serta kadar kalsium dalam sampel lain. Kadar zink dan belerang dihitung dari berat endapan, sedangkan kadar kalsium dihitung dari perbedaan berat kert
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan jumlah mol air kristal dalam BaCl2.XH2O dan kadar sulfat dalam sampel BaSO4 menggunakan metode gravimetri. Mol air kristal diperoleh sebesar 2 mol dan kadar sulfat diperoleh sebesar 43,21%.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis gravimetri dalam kimia analitik. Metode analisis gravimetri meliputi pengendapan, penguapan, dan elektrolisis. Prinsipnya adalah memisahkan analit dari sampel dan mengukur beratnya setelah dibentuk menjadi zat murni dan stabil.
Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat. Mahasiswa melakukan titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH untuk mendapatkan molaritas NaOH sebesar 0,099 M. Kemudian larutan cuka dititrasi dengan NaOH untuk menent
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest pada tahun 1930 untuk memisahkan pigmen tumbuhan. Dokumen ini membahas tentang latar belakang kromatografi, tinjauan pustaka mengenai definisi, prinsip kerja, dan jenis-jenis kromatografi khususnya kromatografi kertas beserta contoh aplikasinya untuk memisahkan pigmen warna pada tinta.
Laporan praktikum kimia organik I mengenai percobaan reaksi pengenalan hidrokarbon. Percobaan meliputi pembuatan alkana dari aldehid melalui reduksi Clemensen, uji bromine untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam reaksi, uji Bayers untuk mengetes kereaktifan hidrokarbon terhadap oksidator, dan uji asam sulfat untuk membedakan alkana dan sikloalkana. Hasilnya menunjukkan terbentuknya alkana, terb
Dokumen tersebut membahas tentang amina dan amida. Amina adalah turunan dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah digantikan oleh gugus alkil atau aril. Amida adalah senyawa yang mengandung gugus fungsional organik dengan gugus karbonil yang berikatan dengan atom nitrogen. Kedua senyawa ini memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta berbagai kegunaan.
Teknik kromatografi memisahkan komponen molekul berdasarkan perbedaan interaksinya dengan fase gerak dan fase diam. Kromatografi cair dan gas memanfaatkan pelarut cair dan gas sebagai fase gerak untuk memisahkan ion dan molekul dalam sampel. High performance liquid chromatography (HPLC) memiliki aplikasi luas dalam bidang bioteknologi, klinik, forensik, dan farmasi.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
1. Spektroskopi emisi atom (AES) adalah studi tentang radiasi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi dan ion monoatomik. 2. Prinsip AES didasarkan pada emisi sinar dengan panjang gelombang karakteristik untuk unsur yang dianalisa. 3. Prinsip AES memanfaatkan eksitasi atom oleh sumber energi untuk memancarkan radiasi yang mengidentifikasi unsur.
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
Laporan praktikum ini mendeskripsikan ekstraksi pigmen antosianin dari buah bit dan ubi jalar ungu dengan pelarut etanol 96% dengan penambahan asam klorida dan asam asetat. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan asam klorida memberikan rendemen dan warna ekstrak yang lebih pekat dibanding penambahan asam asetat.
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
1. Analisis tiga sampel menunjukkan kadar magnesium dan kalsium dalam batu fosfat dan sampel lainnya. Kadar magnesium dan kalsium dihitung dari berat endapan yang dihasilkan.
2. Analisis dua sampel menunjukkan kadar zink sulfida dan belerang dalam sampel, serta kadar kalsium dalam sampel lain. Kadar zink dan belerang dihitung dari berat endapan, sedangkan kadar kalsium dihitung dari perbedaan berat kert
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan jumlah mol air kristal dalam BaCl2.XH2O dan kadar sulfat dalam sampel BaSO4 menggunakan metode gravimetri. Mol air kristal diperoleh sebesar 2 mol dan kadar sulfat diperoleh sebesar 43,21%.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis gravimetri dalam kimia analitik. Metode analisis gravimetri meliputi pengendapan, penguapan, dan elektrolisis. Prinsipnya adalah memisahkan analit dari sampel dan mengukur beratnya setelah dibentuk menjadi zat murni dan stabil.
Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan dengan titrasi asidimetri menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat. Mahasiswa melakukan titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH untuk mendapatkan molaritas NaOH sebesar 0,099 M. Kemudian larutan cuka dititrasi dengan NaOH untuk menent
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest pada tahun 1930 untuk memisahkan pigmen tumbuhan. Dokumen ini membahas tentang latar belakang kromatografi, tinjauan pustaka mengenai definisi, prinsip kerja, dan jenis-jenis kromatografi khususnya kromatografi kertas beserta contoh aplikasinya untuk memisahkan pigmen warna pada tinta.
Laporan praktikum kimia organik I mengenai percobaan reaksi pengenalan hidrokarbon. Percobaan meliputi pembuatan alkana dari aldehid melalui reduksi Clemensen, uji bromine untuk mengetahui pengaruh cahaya dalam reaksi, uji Bayers untuk mengetes kereaktifan hidrokarbon terhadap oksidator, dan uji asam sulfat untuk membedakan alkana dan sikloalkana. Hasilnya menunjukkan terbentuknya alkana, terb
Dokumen tersebut membahas tentang amina dan amida. Amina adalah turunan dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah digantikan oleh gugus alkil atau aril. Amida adalah senyawa yang mengandung gugus fungsional organik dengan gugus karbonil yang berikatan dengan atom nitrogen. Kedua senyawa ini memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta berbagai kegunaan.
Teknik kromatografi memisahkan komponen molekul berdasarkan perbedaan interaksinya dengan fase gerak dan fase diam. Kromatografi cair dan gas memanfaatkan pelarut cair dan gas sebagai fase gerak untuk memisahkan ion dan molekul dalam sampel. High performance liquid chromatography (HPLC) memiliki aplikasi luas dalam bidang bioteknologi, klinik, forensik, dan farmasi.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
1. Spektroskopi emisi atom (AES) adalah studi tentang radiasi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi dan ion monoatomik. 2. Prinsip AES didasarkan pada emisi sinar dengan panjang gelombang karakteristik untuk unsur yang dianalisa. 3. Prinsip AES memanfaatkan eksitasi atom oleh sumber energi untuk memancarkan radiasi yang mengidentifikasi unsur.
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
Laporan praktikum ini mendeskripsikan ekstraksi pigmen antosianin dari buah bit dan ubi jalar ungu dengan pelarut etanol 96% dengan penambahan asam klorida dan asam asetat. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan asam klorida memberikan rendemen dan warna ekstrak yang lebih pekat dibanding penambahan asam asetat.
Analisis pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis menghasilkan 6 pigmen pada daun kangkung dan 3 pigmen pada daun bayam. Pigmen-pigmen tersebut teridentifikasi sebagai klorofil a dan b berdasarkan warna dan nilai Rf yang sesuai dengan literatur.
Dokumen tersebut membahas percobaan untuk menentukan koefisien partisi beberapa zat kimia seperti asam salisilat, codein HCl, dan asetosal dalam sistem pelarut air dan minyak kelapa. Prosedur percobaan meliputi penimbangan sampel, pelarutan dalam air suling, pemisahan menggunakan corong pisah, dan titrasi larutan hasil dengan NaOH untuk menghitung nilai koefisien partisinya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Estimasi populasi gastropoda dan makrobentos di Sungai Tambakbayan menggunakan metode tanpa plot. Terdapat korelasi antara parameter lingkungan seperti kadar O2, CO2, dan nutrien dengan kerapatan populasi gastropoda dan keanekaragaman makrobentos. Kualitas air Sungai Tambakbayan tergolong baik berdasarkan hasil estimasi.
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
Praktikum ini bertujuan untuk melihat pengaruh cara pemasakan, asam, dan alkali terhadap warna zat warna tanaman dan mengetahui pengaruh pemanasan dan larutan curing terhadap zat warna hewan. Zat warna alami seperti klorofil, karotenoid, dan antosianin memberikan warna hijau, kuning, merah pada tanaman dan hewan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, pH, dan cahaya. Praktikum ini akan mengam
Makalah ini membahas tentang flavonoid quercetin yang merupakan senyawa aktif dalam tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan alami. Quercetin termasuk kelompok flavonol yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi karena mampu menangkap radikal bebas dan mencegah oksidasi LDL. Struktur kimia quercetin memiliki beberapa gugus fungsional yang menstabilkan radikalnya saat bereaksi dengan radikal bebas.
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan bertujuan untuk mengukur nilai konsentrasi misel kritis (CMC) pada berbagai surfaktan. Prinsip dari tegangan permukaan adalah energi tarik menarik antar partikel, sedangkan prinsip dari turbiditas adalah penghamburan cahaya oleh molekul koloid. Metode yang digunakan adalah pengukuran tegangan permukaan dengan metode pipa kapiler dan turbiditas dengan turbidimetri. Hasil yang diperoleh adalah nilai turbiditas surfaktan akan berbanding lurus dengan konsentrasinya, dan nilai tegangan permukaan akan berbanding terbalik dengan konsentrasinya.
Ekstrak metanol dengan metode ekstraksi satu tahap memberikan sifat fisikokimia terbaik dengan kelarutan dalam etanol 39,450%, kelarutan dalam air 28,283%, dan kadar fenol total 297,170 mg/g. Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut Sargassum duplicatum.
1. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Flavonoid
Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa bahan alam
yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom
karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6). Bergantung pada posisi ikatan dari
cincin aromatik benzena pada rantai penghubung tersebut, kelompok flavonoid
dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid.
Perbedaan struktur kelas utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid
(Grotewold, 2006).
Flavonoid dapat disintesis melalui jalur fenol dengan melibatkan calkon dan
dihidrocalkon sebagai senyawa antaranya. Bahan awal yang direasikan dengan
adanya asam dapat membentuk senyawa flavonoid dengan melibatkan calkon
sebagai senyawa antara, sedangkan apabila direaksikan pada kondisi basa akan
2. 5
membentuk suatu dehidrocalkon dengan adanya proses reduksi terlebih dahulu.
Reaksi sintesis senyawa flavonoid disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme sintesis Flavonoid dengan melibatkan calkon dan
dehidrocalkon sebagai senyawa antara (Grotewold, 2006)
Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di
alam. Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada
pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian
hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen
pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung serbuk sari, serta
resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.senyawa flavonoid juga
dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari herbivora dan
penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan
interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006). Selain itu,
asam
3. 6
senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra dkk.,
2008).
B. Antosianin
Antosianin merupakan senyawa larut dalam air turunan flavonoid yang dhasilkan
dari metabolit sekunder tanaman. Senyawa ini bertanggung jawab untuk warna
biru, jingga, dan merah pada banyak jaringan tumbuhan, termasuk bunga, jenis
berry, dan pada sedikit bahan makanan umum seperti kubis merah, selada merah,
bawang putih, kentang berkulit merah dan ubi jalar ungu. Contoh tanaman yang
mengandung antosianin disajikan pada Tabel 1.
Antosianin merupakan turunan senyawa flavonoid yang bermuatan positif pada
atom oksigennya. Struktur umum antosianin dan turunannya disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Struktur umum Antosianin dan turunannya (Markakis, 1982).
4. 7
Tabel 1. Kandungan antosianin dalam berbagai tumbuhan dan buah- buahan
(Giusty dan Wrostald, 2001).
Sumber
Kandungan pigmen
Referensi(mg/100 g berat
segar)
Apel 10 Mazza dan Miniati, 1993
Bilberries 300-320 Mazza dan Miniati, 1993
Blackberries 83-326 Mazza dan Miniati, 1993
Black Currants 130-400 Timberlake, 1988
Blueberries 25-495 Mazza dan Miniati, 1993
Kol merah 25 Timberlake, 1988
Chokeberries
hitam
560
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Ceri 4-450
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Cranberries 60-200 Timberlake, 1988
Elderberry 450
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Anggur 6-600 Mazza dan Miniati, 1993
Kiwi 100
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Bawang merah 7-21 Mazza dan Miniati, 1993
Plum 2-25 Timberlake, 1988
Radishes merah 11-60 Giusti et al., 1988
Raspberries hitam 300-400 Timberlake, 1988
Raspberries
merah
20-60 Mazza dan Miniati, 1993
Strawberi 15-35 Timberlake, 1988
Tradescantia
palida
120 Shi et al., 1992
(daun)
Di alam, biasanya senyawa antosianin akan membentuk ikatan glikosida pada
karbon 5 dan 5’ cincin A dan C. Glikosida tersebut dapat berupa monosakarida,
disakarida, serta polisakarida (Markakis, 1982). Antosianin dapat ditemukan
dalam plasma tubuh manusia sebagai bentuk utuh dari glukosida, rutinosida,
sambubiosida, sophorosida, dan asam kafeat konjugat dari sophorosida (Andersen
5. 8
dan Markham, 2006). Senyawa antosianin memiliki potensial sebagai suplemen
nutrisi untuk manusia. Konsumsi senyawa antosianin yang terkandung dalam
buah-buahan, sayur-sayuran, anggur, selai dan manisan dapat mengurangi resiko
terkena penyakit yang berbahaya seperti kanker, penyakit jaringan pembuluh
darah, inhibisi virus, dan penyakit alzhemeir. Antosianin dan flavonoid lain
dibutuhkan karena kemampuannya sebagai antioksidan yang berpotensi dapat
menyebabkan pencegahan berbagai penyakit yang berhubungan dengan tekanan
oksidatif (Andersen dan Markham, 2006).
Antosianin akan membentuk keseimbangan bergantung pada pH (derajat
keasaman) dari senyawa tersebut. Pada keadaan sangat asam (pH 1-2) antosianin
akan dominan berbentuk kation flavilium, pada keadaan ini antosianin berada
pada kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika tingkat keasaman menurun
(pH > 4), senyawa antosianin akan berwarna kuning (bentuk calkon), biru (bentuk
quinouid), atau tidak berwarna (basa karbinol). Kesetimbangan antosianin pada
berbagai pH disajikan pada Gambar 4. Oleh karena itu, senyawa antosianin
sebagai pigmen warna akan lebih stabil pada keadaan asam atau sangat asam (pH
rendah) (Andrawulan dkk., 2012).
C. Isolasi Antosinin
Antosianin dapat diambil dari tanaman maupun buah-buahan menggunakan teknik
maserasi dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar . Antosianin dapat
diekstrak dengan menggunakan 0,01% HCl (v/v) dalam aseton berair 70%, 0,01
% HCl (v/v) dalam metanol (Rodriguez-Saona dan Wrostald, 2001), dan etanol
(Braunlich dkk., 2013). Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi
6. 9
antosianin dari daun adam hawa adalah pelarut etanol 95 % (Sitorus dkk., 2011).
Antosianin dalam daun adam hawa dapat juga diekstrak dengan menggunakan air
(Padmaningrum, 2011).
Gambar 4. Kesetimbangan antosianin pada berbagai kondisi pH (Andrawulan
dkk., 2012).
D. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan senyawa yang didasarkan atas
perbedaan laju perpindahan dari komponen dalam campuran. Pemisahan dengan
metode kromatografi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari komponen
7. 10
campuran tersebut, seperti kelarutan, sampel, adsorbs, dan kepolaran (Skoog,
dkk., 2014). Klasifikasi kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa geraknya
disajikan pada Tabel 2.
Antosianin dapat dimurnikan dengan metode kromatografi (Rodriguez-Sauna dan
Wrostald, 2001), secara kromatografi kolom menggunakan fasa gerak sefadeks
LH-20 (Lee, 2013), resin AB-8 berpori (Hua dkk., 2013), dan dapat juga
menggunakan HPLC preparatif dengan menggunakan kolom C18 (Syukri dkk.,
2013).
1. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi padat cair berdasarkan
serapan yang dilakukan di dalam kolom (fasa diam), metode ini merupakan
metode yang paling banyak digunakan dan terbaik dalam pemisahan campuran
dalam jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakan pada bagian atas
penyerap (fasa diam) yang berada dalam tabung kaca (kolom). Fasa gerak yang
merupakan campuran pelarut (eluen) dibiarkan mengalir melalui kolom yang
disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Senyawa yang terlarut akan bergerak
melalui kolom dengan laju berbeda, perbedaan laju dikarenakan adanya interaksi
antara senyawa terlarut, penyerap (fasa diam), dan pelarut (fasa gerak). Hasil
pemisahan kemudian dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari
bawah kolom (Gritter dkk., 1991).
Dalam pemurnian antosianin yang diperoleh dari ekstrak kasar yang telah
dipekatkan dapat menggunakan fasa diam silika gel atau dengan menggunakan
resin sefadeks LH-20. Untuk memperoleh pemisahan yang sempurna, dapat
8. 11
menggunakan sefadeks LH-20 sebagai fasa diamnya dengan menggunakan eluen
metanol (Lee, 2013).
Tabel 2. Klasifikasi kromatografi dan tipe pemisahannya (Skoog, dkk., 2014).
Klasifikasi
Umum
Metode spesifik Fasa Gerak Tipe Pemisahan
Kromatografi
Gas
a. Gas-cair
(GLC)
Adsorben cair atau
terikat pada permukaan
padat
Partisis antara
gas dan cair
b. Gas-padat Padat Adsorpsi
Kromatografi
Cair
a. Cair-cair,
atau partisi
Adsorben cair atau
terikat pada permukaan
padat
Partisi antara
cairan yang tak
bercampur
b. Cair-padat,
atau adsorpsi
Padat adsorpsi
c. Pertukaran
ion
Resin pertukaran ion Pertukaran ion
d. Eksklusi
ukuran
Cair dalam celah
polimer padat
Partisis/penyari
ngan
e. Afinitas Kelompok cairan khusus
yang terikat pada
permukaan padat
Partisi antara
cairan
permukaan dan
cairan bergerak
Supercritical
fluid
chromatography
(SFC) (fasa
diam: cairan
super kritis
Spesi organik yang
terikat pada permukaan
padat
Partisis antara
cairan
superkritis dan
permukaan
yang terikat
2. Kromatografi Lapis Tipis
kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi padat cair yang
menggunakan bahan padat sebagai fasa diam dan pelarut sebagai fasa geraknya.
Fasa diam yang terdiri dari bahan berbutir-butir ditempatkan dalam penyangga
9. 12
berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan, yang berupa larutan, kemudian ditotolkan pada pelat KLT (fasa
diam). Kemudian pelat diletakan dalam bejana tertutup yang telah terisi larutan
eluen (fasa gerak). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan laju alir dari
senyawa terhadap fasa diamnya. Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakan dengan disinari UV atau disemprotkan larutan kromium sulfat (Stahl,
1985). Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat dengan
penggunaan bahan yang relatif sedikit.
Untuk meneliti kandungan flavonoid dan turunannya dari suatu ekstrak, sudah
menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan eluen beralkohol pada eluen
pertama kromatografi lapis tipis, misalnya butanol-asam asetat-air (Markham,
1988). Senyawa antosianin akan memisah dengan baik pada penggunakan
kromatografi lapis tipis bila digunakan eluen butanol-asam asetat-air/BAA
(4:1:5) (Sitorus dkk., 2011).
3. Sefadeks LH-20
Sefadeks LH-20 merupakan suatu resin yang biasa digunakan untuk memisahkan
zat-zat terlarut yang terkandung dalam suatu sistem pelarut. Pemisahan
menggunakan sefadeks LH-20 sama seperti pemisahan yang dilakukan pada
kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel. Namun, sefadeks LH-20
memisahkan berdasarkan berat molekul zat-zat terlarut. Zat-zat dengan berat
molekul besar akan mengelusi (keluar) dari kolom terlebih dahulu. Ini
dikarenakan molekul-molekul kecil akan masuk dalam pori-pori sefadeks LH-20
(Hagerman, 2002). Struktur sefadeks LH-20 Disajikan pada Gambar 6. Senyawa
10. 13
antosianin dapat dimurnikan dengan menggunakan sefadeks LH-20 menggunakan
sistem pelarut 75% aseton dalam air (Lee, 2013).
Gambar 5. Struktur sefadeks LH-20 (Hagerman, 2002).
E. Analisis Menggunakan Spektrofotometri
Spektroskopi/ spektrofotometri merupakan suatu jenis analisis kualitatif dan
kuantitatif terbaru yang berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
materi untuk mendapatkan informasi mengenai materi tersebut (Skoog, 2014).
Radiasi elektromagnetik tersebut dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X ( X-ray),
UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang
radio (Harvey, 2000). Pembagian jenis radiasi elektromagnetik berdasarkan
panjang gelombangnya disajikan pada Gambar 6.
11. 14
Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya (Harvey,
2000).
Gelombang elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk analisis, baik analisis
kualitatif dan kuantitatif. Dalam aplikasinya gelombang elektromagnetik dapat
dihasilkan dengan berbagai sumber radiasi, bergantung pada instrumenasi dan
jenis gelombang elektromagnetik yang akan digunakan. Sumber-sumber radiasi
gelombang elektromagnetik disajikan pada Tabel 3.
Untuk membedakan jenis antosianin yang diperoleh dari ekstrak daun adam hawa
dengan jenis antosianin yang lainnya haruslah dilakukan karakterisasi dengan
menggunakan metode spektroskopi. Metode yang biasa digunakan untuk
karakterisasi senyawa bahan alam adalah spektrofotometri UV-Vis untuk
mengetahui serapan maksimal senyawa antosianin yang diperoleh, spektrometri
IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa antosianin,
spektrometri LC-MS untuk mengetahui fragmentasi senyawa antosianin dan
spektrometri NMR untuk mengetahui letak atom hidrogen dan atom karbon pada
senyawa antosianin.
12. 15
Tabel 3. Sumber radiasi gelombang elektromagnetik untuk spektroskopi optik
(Skoog, 2014).
Sumber
Daerah Panjang
Gelombang (nm)
Jenis Spektroskopi
Lampu arc Xenon 250-600 Molecular fluorescence
Lampu H2 dan D2 160-380 Absorpsi molekuler UV/Vis
Lampu tungsten/halogen 240-2500 Absorpsi molekuler UV/Vis/IR
dekat
Lampu tungsten 350-2200 Absorpsi molekuler Vis/IR dekat
Glower Nerst 400-20.000 Absorpsi molekuler IR
Kabel Nichrome 750-20.000 Absorpsi molekuler IR
Globar 1200-40.000 Absorpsi molekuler IR
1. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen analisis spektroskopi yang
menggunakan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 190-400
(UV) dan 400-780 (Visible/ tampak). Analisis dengan metode ini didasarkan pada
absorpsi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan terjadinya transisi
elektrtronik dari keadaan dasar menjadi keadaan yang tereksitasi. Transisi terkuat
adalah transisi dari σ→σ*
yang menyerap energi elektromagnetik dibawah
panjang gelombang 200 nm. Contoh dari transisi ini adalah transisi pada ikatan C-
C dan C-H, kedua ikatan ini memiliki elektron orbital σ. Senyawa yang tak jenuh
yang memiliki sepasang elektron bebas akan mengalami transisi elektron dari
n→σ*
yang akan menyerap energi pada panjang gelombang 150-250 nm. Pada
analisis spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada transisi elektron n→π*
atau
13. 16
π→π*
yang merupakan orbital pada ikatan senyawa tak jenuh (Gauglitz dan Vo-
Dinh, 2003).
Panjang gelombang maksimum untuk setiap senyawa akan berbeda dengan
senyawa lainnya bergantung pada jenis transisi yang terjadi pada senyawa
tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada zat tersebut, maka
panjang gelombang maksimum zat tersebut akan lebih besar (bergeser ke kanan).
Seperti benzena akan memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih rendah
daripada suatu naftalena. Serapan maksimal beberapa senyawa organik disajikan
pada Tabel 4 (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).
Antosianin akan menyerap spektra UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 500-
560 nm untuk berbagai macam pelarut. Pelarut yang biasa digunakan dalam
analisis antosianin menggunakan UV-Vis adalah 0,1% HCl dalam etanol; 0,1%
HCl dalam metanol; larutan buffer pH 0,9; HCl 0,1 N; serta 0,1 N HCl/etanol
(15:85) (Giusty dan Wrostald, 2001).
F. Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa antioksidan memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda-beda.
Kapasitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satu yang paling
sering dihunakan adalah dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
DPPH merupakan senyawa yang dapat membentuk radikal dan elektron radikal
tersebut akan memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm
dan akan berwarna ungu. Setelah elektron radikal mengikat hidrogen dari suatu
antioksidan menjadi keadaan tereduksi DPPH-H, akan menyebabkan absortivitas
molar dari senyawa DPPH turun dari 9660 menjadi 1640 dan warna larutan akan
berubah menjadi kuning. Hasil perubahan warna setara dengan banyaknya
14. 17
elektron yang ditangkap. Besarnya nilai dari aktivitas antioksiadan suatu sampel
dinyatakan setara dengan mikromol trolox (TE) per 100g sampel (Prakash dkk.,
2013).
Tabel 4. Panjang gelombang maksimum beberapa senyawa organik (Gauglitz,
dan Vo-Dinh, 2003).
Kromofor Panjang gelombang maksimum
-C=C-
175 nm
195 nm
225 nm
>C=C< 175 nm
>C=O
160 nm
185 nm
280 nm
H
C
O
210 nm
280 nm
184 nm
205 nm
255 nm
220 nm
275 nm
310 nm
R-NO2 205 nm
R-ONO 225 nm
15. 18
Persentasi dari aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menyiapkan radikal
DPPH yang stabil dalam pelarut etanol. Kemudian 0,5 mL sampel, 3 mL etanol
absolut (> 99%), dan larutan radikal DPPH dalam etanol 0,5 mM dicampurkan.
Dengan bereaksinya radikal DPPH dan antioksidan akan menyebabkan perubahan
warna dari ungu menjadi kuning terang. Kemudian diuji absorbansinya pada
panjang gelombang 517 nm setelah larutan bereaksi selama 100 menit. Campuran
kedua antara 3,3 mL etanol absolut dan 0,5 mL sampel sebagai larutan blanko,
dan campuran ketiga antara 3,5 mL etanol absolut dan 0,3 mL larutan radikal
DPPH dalam etanol sebagai control. Persentase aktivitas antioksidan (AA%)
ditentukan dengan rumus:
(Garcia dkk., 2012).
G. Tanaman Adam Hawa
Tanaman adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) atau tumbuhan Nanas Kerang
(Jawa) merupakan sejenis tumbuhan liar yang hidup di hutan atau di pekarangan
rumah. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang berbentuk panjang melebar,
tepinya merata atau bergigi kasar yang tak teratur, rapuh, meruncing pada bagian
ujungnya, permukaan atas daun berwarna hijau dan merah pada permukaan
bawahnya, serta meliki permukaan yang licin dan berambut.
16. 19
Tanaman ini berbunga pada bagian ketiak daunnya. Tanaman ini juga memiliki
batang yang merambat serta memiliki tinggi sekitar 10-20 cm. Gambar tumbuhan
adam hawa disajikan pada Gambar 7.
Kedudukan tumbuhan adam hawa pada taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Rhizophorales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor (Kadowangko dkk., 2011)
Gambar 7. Tanaman adam hawa
Ekstrak air dan alkohol dari daun tanaman adam hawa dapat digunakan sebagai
indikator pada titrasi asam basa. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa
dalam ekstrak daun tumbuhan adam hawa merupakan indikator dua warna yang
17. 20
berubah warna dari coklat ke hijau atau merah ke hijau. Ekstrak air daun tanaman
adam hawa memiliki trayek pH (derajat keasaman) antara 7,0-8,6, sedangkan
ekstrak alkohol memiliki trayek pH antara 6,3-7,0. Indikator dari ekstrak daun
tumbuhan Adam Hawa memiliki ketepatan dan kecermatan yang cukup tinggi bila
digunakan pada proses titrasi asam cuka dengan natrium hidroksida
(Padmaningrum, 2011).
Daun tanaman adam hawa memiliki kandungan senyawa flavonoid jenis
antosianidin, yang ditunjukkan dengan hasil kromatogram KLT yang dihasilkan
memiliki nilai Rf (retention factor) 0,09 (merah jingga); 0,36 (merah jingga); 0,71
(merah muda); dan 0,64 (kuning). Noda yang berwarna merah pada kromatogram
KLT menunjukan adanya senyawa antosianin (Sitorus, 2011).
Ekstrak daun adam hawa memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan manusia.
Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai tanaman obat
untuk mengatasi berbagai penyakit (Rosales-Reyes dkk., 2007). Ekstrak etanol
daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antigenotoksik, antimutagenik,
dan memiliki aktivitas antioksidan yang mirip dengan α-tokoferol serta lebih
tinggi dari asam askorbat (Gonzalez-Avila, 2002). Sedangkan, ekstrak air dari
daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antikanker pada hati tikus
(Rosales-Reyes, 2007).