SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
FISIKA DASAR
BESARAN DAN PENGUKURAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta
fenomena dan keadaan yang terkait dengan benda-benda
tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
atau dialami suatu benda, maka didefinisikan berbagai besaran-
besaran fisika. Besaran-besaran fisika ini misalnya panjang,
jarak, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas
cahaya, dan sebagainya. Terkadang nama dari besaran-besaran
fisika tadi memiliki kesamaan dengan istilah yang dipakai dalam
keseharian, tetapi perlu diperhatikan bahwa besaran-besaran
fisika tersebut tidak selalu memiliki pengertian yang sama dengan
istilah-istilah keseharian. Seperti misalnya istilah
gaya, usaha, dan momentum, yang memiliki makna yang
berbeda dalam keseharian atau dalam bahasa-bahasa
sastra. Misalnya, “Anak itu bergaya di depan kaca”, “Ia berusaha
keras menyelesaikan soal ujiannya”, “Momentum perubahan
politik sangat tergantung pada kondisi ekonomi negara”.
Besaran-besaran fisika didefinisikan secara khas,
sebagai suatu istilah fisika yang memiliki makna
tertentu. Terkadang besaran fisika tersebut hanya
dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa
matematik, terkadang dapat diuraikan dengan bahasa
sederhana, tetapi selalu terkait dengan pengukuran
(baik langsung maupun tidak langsung). Semua
besaran fisika harus dapat diukur, atau dikuatifikasikan
dalam angka-angka. Sesuatu yang tidak dapat
dinyatakan dalam angka-angka bukanlah besaran
fisika, dan tidak akan dapat diukur.
Mengukur adalah membandingakan antara dua hal,
biasanya salah satunya adalah suatu standar yang
menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak antara dua
titik, kita membandingkan jarak dua titik tersebut dengan
jarak suatu standar panjang, misalnya panjang tongkat
meteran. Ketika kita mengukur berat suatu benda, kita
membandingkan berat benda tadi dengan berat benda
standar. Jadi dalam mengukur kita membutuhkan standar
sebagai pembanding besar sesuatu yang akan
diukur. Standar tadi kemudian biasanya dinyatakan
memiliki nilai satu dan dijadian sebagai acuan satuan
tertentu. Walau kita dapat sekehendak kita menentukan
standar ukur, tetapi tidak ada artinya bila tidak sama di
seluruh dunia, karena itu perlu diadakan suatu standar
internasional. Selain itu standar tersebut haruslah praktis
dan mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini.
sistem standar internasional ini sudah ada, dan sekarang
dikenal dengan Sistem Internasional (SI). Terkait dengan
SI, terdapat satuan SI. Antara besaran fisika yang satu
dengan besaran fisika yang lain, mungkin terdapat
hubungan. Hubungan-hubungan antara besaran fisika
ini dapat dinyatakan sebagai persamaan-persamaan
fisika, ketika besaran-besaran tadi dilambangkan dalam
simbol-simbol fisika, untuk meringkas penampilan
persamaannya. Karena besaran-besaran fisika tersebut
mungkin saling terkait, maka tentu ada sejumlah besaran
yang mendasari semua besaran fisika yang ada, yaitu
semua besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam
sejumlah tertentu besaran-besaran fisika, yang disebut
sebagai besaran-besaran dasar.
Terdapat tujuh buah besaran dasar fisika (dengan
satuannya masing-masing) :
1. panjang (meter)
2. massa (kilogram)
3. waktu (sekon)
4. arus listrik (ampere)
5. temperatur (kelvin)
6. jumlah zat (mole)
7. intensitas cahaya (candela)
PENJUMLAHAN VEKTOR
Dari konsep vektor posisi juga dikembangkan konsep
penjumlahan vektor. Vektor posisi titik A adalah~A,
sedangkan posisi titik B ditinjau dari titik A adalah B. Vektor
posisi titik B adalah vector ~C, dan ~C dapat dinyatakan
sebagai jumlahan vektor ~A dan vektor ~B,~A + ~ B = ~ C.
Negatif dari suatu vektor ~ A dituliskan sebagai − ~ A dan
didefinisikan sebagai sebuah vektor dengan besar yang
sama dengan besar vector ~ A tetapi dengan arah yang
berlawanan, sehingga ~ A + (−1) ~A = 0. Dari sini konsep
pengurangan vektor muncul, jadi ~ A − ~ B = ~ A + (−1) ~ B.
Aljabar vektor bersifat komutatif dan asosiatif. Jadi
~A + ~ B = ~ B + ~ A, dan ~ A + (~B + ~C) = (~A + ~ B) + ~C
VEKTOR
Sebagai contoh yang mudah untuk dipahami
dari sebuah vektor adalah vektor posisi. Untuk
menentukan posisi sebuah titik relatif terhadap titik
yang lain, kita harus memiliki sistem
koordinat. Dalam ruang berdimensi tiga,
dibutuhkan sistem koordinat, x, y, z untuk
mendiskripsikan posisi suatu titik relatif terhadap
suatu titik asal (O). Vektor posisi suatu titik P, relatif
terhadap titik asal digambarkan di bawah ini.
Dalam ruang berdimensi tiga terdapat paling banyak
tiga vektor yang dapat saling tegak lurus. Vektor-
vektor yang saling tegak lurus ini dapat
dijadikan vektor-
vektor basis. Dalam sistem koordinat kartesan, se
bagai vektor-vektor basis biasanya diambil vektor-
vektor yang mengarah ke arah sumbu x, y, dan z
positif, dan diberi simbol ˆx, ˆy, dan ˆz. Vektor-vektor
basis ini juga dipilih bernilai satu. Sehingga sebarang
vector ~ A dalam ruang dimensi tiga dapat dinyatakan
sebagai jumlahan vektor-vektor basis dengan
koefisien-koefisien Ax, Ay, Az yang disebut sebagai
komponen vektor dalam arah basis x, y dan z.~A = Ax
ˆx + Ay ˆy + Az ˆz
Dari trigonometri dapat diketahui bahwa bila sudut
antara vector ~A
dengan sumbu x, y, dan z adalah θx, θy, dan θz
, maka Ax = A cos θx, Ay = A cos θy, dan Az = A
cos θz, dengan A adalah besar ~A. Dari teorema
Phytagoras, diperoleh bahwa A = pA2x + A2y + A2z.
PERKALIAN
Dua buah vektor dapat ‘diperkalikan’. Konsep perkalian
antar vektor sangat bermanfaat dalam perumusan
berbagai persamaan-persamaan fisika. Konsep
perkalian dalam vektor sangat berbeda dengan sekedar
memperkalian dua buah bilangan (skalar), dan memiliki
definisi tersendiri. Dua buah vector dapat diperkalikan
menghasilkan sebuah skalar ataupun sebuah vektor
baru. Perkalian yang menghasilkan skalar disebut
sebagai perkalian skalar atau perkalian titik (dot
product), dan didefinisikan sebagai ~A · ~B = AB cos θ
dengan θ adalah sudut antara vector ~A dan ~B. Besar
vector ~C = ~A + ~B dapat dinyatakan dalam
perumusan berikut ini
C = q( ~A + ~B) · ( ~A + ~B) = √A2 + B2 + 2AB cos θ
Bila ~A dan ~B dinyatakan dalam komponen-
komponennya,
~A = Ax ˆx + Ay ˆy +Az ˆz dan ~B = Bx ˆx + By ˆy + Bz ˆz, maka
~A · ~B = AxBx + AyBy + AzBz
karena ˆx · ˆy = ˆx · ˆz = ˆy · ˆz = cos 900 = 0 (saling tegak lurus), dan
ˆx · ˆx = ˆy · ˆy = ˆz · ˆz = cos 00 = 1. Dengan mengalikan sebarang
vector ~A dengan sebuah vektor basis, akan didapatkan proyeksi ~A
ke arah vektor basis tadi, jadi misalnya ~a · ˆx = Ax. Perkalian dua
buah vektor yang menghasilkan sebuah vektor, disebut sebagai
perkalian silang (cross product), untuk dua buah vector ~ A dan ~B,
dituliskan
~A × ~B = ~C. Vektor ~C di sini adalah suatu vektor yang arahnya
tegak lurus terhadap bidang di mana ~A dan ~B berada, dan
ditentukan oleh arah putar tangan kanan yang diputar dari ~A ke ~B.
Besar vector ~C didefinisikan sebagai
C = | ~A × ~B| = AB sin θ
Besar vector ~ C ini dapat diinterpretasikan sebagai luasan jajaran
genjang yang dua sisinya dibatasi oleh ~ A dan ~B Sesuai dengan
definisinya, maka ~A × ~B = − ~B × ~A. Untuk vektor-vektor basis,
diperoleh ˆx × ˆy = ˆz, ˆy × ˆz = ˆx,ˆz × ˆx = ˆy, dan ˆx × ˆx = ˆy × ˆy = ˆz
× ˆz = 0.
KINEMATIKA GERAK LURUS
Posisi, Kecepatan dan Percepatan
Dalam bab ini kita akan meninjau gerak titik partikel secara geometris, yaitu
meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya. Cabang ilmu
mekanika yang meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya
disebut sebagai kinematika. Walaupun kita hanya meninjau gerak titik
partikel, tetapi dapat dimanfaatkan juga untuk mempelajari gerak benda
maupun sistem yang bukan titik. Karena selama pengaruh penyebab gerak
partikel hanya pengaruh eksternal, maka gerak keseluruhan benda dapat di-
wakili oleh gerak titik pusat massanya. Pembuktian terhadap pernyataan ini
akan diberikan belakangan. Kondisi gerak suatu titik partikel dideskripsikan
oleh perubahan posisi partikel sebagai fungsi waktu, ~r(t). Dalam mekanika
klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka koordinat yang
dipilih, waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir bebas dari besaran-
besaran fisis lainnya. Bila fungsi ~r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t,
maka keadaan gerak partikel tadi secara praktis sudah diketahui. Tetapi
terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui dalam bentuk posisi
tetapi dalam besaran-besaran lain yang akan kita definisikan.
 Dalam selang waktu Δt, posisi partikel akan berpindah dari ~r(t)
menjadi ~r(t + Δt). Vektor perubahan posisinya adalah Δ~r = ~r(t + Δt) −
~r(t)
 Kecepatan sebuah aprtikel adalah laju perubahan posisi partikel
terhadap waktu. Kecepatan rerata partikel tadi dalam selang waktu Δt
didefinisikan sebagai:
 ~¯v = Δ~r Δt
 Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai
 ~v ≡ limΔt→0 Δ~r Δt ≡ d~rdt
 Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagai kelajuan.
Kelajuan dari sebuah partikel dapat tidak berubah walaupun
kecepatannya berubah, yaitu bila vektor kecepatan berubah arahnya
tanpa berubah besarnya. Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t
adalah ~v(t) maka setelah selang waktu Δt kecepatannya adalah ~v(t +
Δt). Perubahan kecepatannya selama selang Δt diberikan oleh Δv =
~v(t + Δt) − ~v(t)
Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partik
el terhadap waktu. Percepatan rerata partikel tadi didefinisikan
sebagai ~¯a ≡ Δv/Δt sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t
didefinisikan sebagai
 ~a ≡ lim Δt→0 Δ~v/Δt ≡ d~v/dt. Karena kecepatan dapat dituliskan
sebagai derivatif posisi terhadap waktu, maka percepatan adalah
derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu ~a ≡d2~r/dt2
Gerak dengan kecepatan konstan
Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya
nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada waktu t dapat
diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini
d~r = ~vdt yang bila diintegralkan dari saat awal
t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi
~r(t) Z ~r(t) ~r(0) d~r = ~v Z t 0 dt ~r(t) − ~r(0) = ~v(t − 0)
atau ~r(t) = ~r(0) + ~v t
Grafik hubungan posisi dan waktu membentuk garis
lurus dengan nilai gradien grafik (kemiringan grafik)
sama dengan nilai kecepatan yang konstan
Gerak dengan percepatan konstan
Bila percepatan partikel konstan ~a, kecepatan partikel dapat
ditentukan dari integrasi persamaan berikut ini d~v = ~adt yang
bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan kecepatan ~v(0) ke
saat akhir t dengan kecepatan ~v(t) Z ~v(t) ~v(0) d~v = ~a Z t 0
dt ~v(t) − ~v(0) = ~a(t − 0) atau ~v(t) = ~v(0) + ~a t dari
persamaan ini, dengan memakai definisi kecepatan sebagai
derivatif posisi terhadap waktu, diperoleh persamaan berikut ini
d~r = ~v(0)dt + ~a(t − 0)dt yang bila diintegralkan dari saat awal
t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t),
diperoleh Z ~r(t) ~r(0) d~r = Z t 0 ~v(0)dt + ~a(t − 0)dt dan
diperoleh ~r(t) = ~r(0) + ~v(0) t + 12 ~a t2
Grafik posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk grafik kuadratis
(parabolik), dengan gradien grafik sama dengan besar
kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan grafik
kecepatan sebagai fungsi waktu berbentuk garis lurus dengan
gradien grafiknya sama dengan besar percepatan partikel.
Dengan meninjau gerak satu dimensi, dapat juga dituliskan
a = dv/dt = dv dr/dr dt = v dv/dr atau dapat dituliskan
v dv = a dr yang bila diintegralkan dari posisi dan
kecepatan awal r(0) dan v(0) ke posisi dan kecepatan
akhir r(t) dan v(t) maka diperoleh Z v(t) v(0) v dv = a Z r(t)
r(0) dr. Hasilnya :
v(t)2 = v(0)2 + 2a (r(t) − r(0))
Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah
gerak partikel jatuh bebas di dekat permukaan bumi.
Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak
terlalu jauh dari permukaan bumi, percepatan gravitasi g
yang dialami sebuah benda yang jatuh bebas, bernilai
konstan. Dalam kasus benda jatuh bebas, bila arah positif
dipilih ke arah atas, maka percepatan benda a = −g (ke
bawah).
KOMBINASI GERAK
Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat
diuraikan menjadi komponen-komponennya dalam setiap
arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua
dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu
dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya
dalam arah x
dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat
diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak satu dimensi dalam
tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan
z). Semua persamaan-persamaan kinematika gerak lurus
dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk
mendeskripsikan gerak dalam masing-masing arah. Sebagai
contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi
(bidang) yang mengalami percepatan konstan dalam arah
vertikal dan tidak mengalami percepatan dalam arah
horizontal.
Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang
lintasannya berupa lintasan parabolik. Misalkan di titik asal
koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak dengan kecepatan
awal ~v0 yang membentuk sudut θ terhadap sumbu
x. Partikel ini mengalami percepatan gravitasi sebesar −g
(ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awal partikel dapat
diuraikan menjadi komponen x dan y, yaitu v0x = v0 cos θ
dan v0y = v0 sin θ. Gerak partikel sekarang dapat
dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan konstan pada
arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y.
Sesuai pembahasan pada bagian sebelum ini, posisi
partikel pada arah x dan y.

More Related Content

Similar to Fisika

Fisika
FisikaFisika
Fisikaeghi19
 
Fisika
FisikaFisika
Fisikaeghi19
 
Fisika
FisikaFisika
Fisikaeghi19
 
Fisika
FisikaFisika
Fisikaeghi19
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdfGaungPradana2
 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektorFarhan Bahri
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
 
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)jimmy roring
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1nico popo
 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanMaisyah Wanda
 

Similar to Fisika (20)

Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
DOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptxDOC-20230605-WA0017..pptx
DOC-20230605-WA0017..pptx
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
 
VEKTOR
VEKTORVEKTOR
VEKTOR
 
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
Vektor (jimmy, teknik kimia, itn malang)
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
 
Mbl kun
Mbl kunMbl kun
Mbl kun
 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
 
Xi kinematika
Xi kinematikaXi kinematika
Xi kinematika
 

More from Rahmaa06

Kewirausahaan
KewirausahaanKewirausahaan
KewirausahaanRahmaa06
 
Pengenalan Hardware
Pengenalan HardwarePengenalan Hardware
Pengenalan HardwareRahmaa06
 
Matematika
MatematikaMatematika
MatematikaRahmaa06
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaRahmaa06
 
Wawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasarWawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasarRahmaa06
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaRahmaa06
 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanRahmaa06
 
Pengantar Sistem Teknologi Informasi
Pengantar Sistem Teknologi InformasiPengantar Sistem Teknologi Informasi
Pengantar Sistem Teknologi InformasiRahmaa06
 

More from Rahmaa06 (13)

Rahma
RahmaRahma
Rahma
 
Rahma
RahmaRahma
Rahma
 
Nunung
NunungNunung
Nunung
 
Nunung
NunungNunung
Nunung
 
Kewirausahaan
KewirausahaanKewirausahaan
Kewirausahaan
 
Pengenalan Hardware
Pengenalan HardwarePengenalan Hardware
Pengenalan Hardware
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Wawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasarWawasan sosial budaya dasar
Wawasan sosial budaya dasar
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
 
Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraanPendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan
 
Pengantar Sistem Teknologi Informasi
Pengantar Sistem Teknologi InformasiPengantar Sistem Teknologi Informasi
Pengantar Sistem Teknologi Informasi
 

Recently uploaded

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Fisika

  • 2. BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena dan keadaan yang terkait dengan benda-benda tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi atau dialami suatu benda, maka didefinisikan berbagai besaran- besaran fisika. Besaran-besaran fisika ini misalnya panjang, jarak, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan sebagainya. Terkadang nama dari besaran-besaran fisika tadi memiliki kesamaan dengan istilah yang dipakai dalam keseharian, tetapi perlu diperhatikan bahwa besaran-besaran fisika tersebut tidak selalu memiliki pengertian yang sama dengan istilah-istilah keseharian. Seperti misalnya istilah gaya, usaha, dan momentum, yang memiliki makna yang berbeda dalam keseharian atau dalam bahasa-bahasa sastra. Misalnya, “Anak itu bergaya di depan kaca”, “Ia berusaha keras menyelesaikan soal ujiannya”, “Momentum perubahan politik sangat tergantung pada kondisi ekonomi negara”.
  • 3. Besaran-besaran fisika didefinisikan secara khas, sebagai suatu istilah fisika yang memiliki makna tertentu. Terkadang besaran fisika tersebut hanya dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa matematik, terkadang dapat diuraikan dengan bahasa sederhana, tetapi selalu terkait dengan pengukuran (baik langsung maupun tidak langsung). Semua besaran fisika harus dapat diukur, atau dikuatifikasikan dalam angka-angka. Sesuatu yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka bukanlah besaran fisika, dan tidak akan dapat diukur.
  • 4. Mengukur adalah membandingakan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah suatu standar yang menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak antara dua titik, kita membandingkan jarak dua titik tersebut dengan jarak suatu standar panjang, misalnya panjang tongkat meteran. Ketika kita mengukur berat suatu benda, kita membandingkan berat benda tadi dengan berat benda standar. Jadi dalam mengukur kita membutuhkan standar sebagai pembanding besar sesuatu yang akan diukur. Standar tadi kemudian biasanya dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadian sebagai acuan satuan tertentu. Walau kita dapat sekehendak kita menentukan standar ukur, tetapi tidak ada artinya bila tidak sama di seluruh dunia, karena itu perlu diadakan suatu standar internasional. Selain itu standar tersebut haruslah praktis dan mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini.
  • 5. sistem standar internasional ini sudah ada, dan sekarang dikenal dengan Sistem Internasional (SI). Terkait dengan SI, terdapat satuan SI. Antara besaran fisika yang satu dengan besaran fisika yang lain, mungkin terdapat hubungan. Hubungan-hubungan antara besaran fisika ini dapat dinyatakan sebagai persamaan-persamaan fisika, ketika besaran-besaran tadi dilambangkan dalam simbol-simbol fisika, untuk meringkas penampilan persamaannya. Karena besaran-besaran fisika tersebut mungkin saling terkait, maka tentu ada sejumlah besaran yang mendasari semua besaran fisika yang ada, yaitu semua besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam sejumlah tertentu besaran-besaran fisika, yang disebut sebagai besaran-besaran dasar.
  • 6. Terdapat tujuh buah besaran dasar fisika (dengan satuannya masing-masing) : 1. panjang (meter) 2. massa (kilogram) 3. waktu (sekon) 4. arus listrik (ampere) 5. temperatur (kelvin) 6. jumlah zat (mole) 7. intensitas cahaya (candela)
  • 7. PENJUMLAHAN VEKTOR Dari konsep vektor posisi juga dikembangkan konsep penjumlahan vektor. Vektor posisi titik A adalah~A, sedangkan posisi titik B ditinjau dari titik A adalah B. Vektor posisi titik B adalah vector ~C, dan ~C dapat dinyatakan sebagai jumlahan vektor ~A dan vektor ~B,~A + ~ B = ~ C. Negatif dari suatu vektor ~ A dituliskan sebagai − ~ A dan didefinisikan sebagai sebuah vektor dengan besar yang sama dengan besar vector ~ A tetapi dengan arah yang berlawanan, sehingga ~ A + (−1) ~A = 0. Dari sini konsep pengurangan vektor muncul, jadi ~ A − ~ B = ~ A + (−1) ~ B. Aljabar vektor bersifat komutatif dan asosiatif. Jadi ~A + ~ B = ~ B + ~ A, dan ~ A + (~B + ~C) = (~A + ~ B) + ~C
  • 8. VEKTOR Sebagai contoh yang mudah untuk dipahami dari sebuah vektor adalah vektor posisi. Untuk menentukan posisi sebuah titik relatif terhadap titik yang lain, kita harus memiliki sistem koordinat. Dalam ruang berdimensi tiga, dibutuhkan sistem koordinat, x, y, z untuk mendiskripsikan posisi suatu titik relatif terhadap suatu titik asal (O). Vektor posisi suatu titik P, relatif terhadap titik asal digambarkan di bawah ini.
  • 9. Dalam ruang berdimensi tiga terdapat paling banyak tiga vektor yang dapat saling tegak lurus. Vektor- vektor yang saling tegak lurus ini dapat dijadikan vektor- vektor basis. Dalam sistem koordinat kartesan, se bagai vektor-vektor basis biasanya diambil vektor- vektor yang mengarah ke arah sumbu x, y, dan z positif, dan diberi simbol ˆx, ˆy, dan ˆz. Vektor-vektor basis ini juga dipilih bernilai satu. Sehingga sebarang vector ~ A dalam ruang dimensi tiga dapat dinyatakan sebagai jumlahan vektor-vektor basis dengan koefisien-koefisien Ax, Ay, Az yang disebut sebagai komponen vektor dalam arah basis x, y dan z.~A = Ax ˆx + Ay ˆy + Az ˆz Dari trigonometri dapat diketahui bahwa bila sudut antara vector ~A dengan sumbu x, y, dan z adalah θx, θy, dan θz , maka Ax = A cos θx, Ay = A cos θy, dan Az = A cos θz, dengan A adalah besar ~A. Dari teorema Phytagoras, diperoleh bahwa A = pA2x + A2y + A2z.
  • 10. PERKALIAN Dua buah vektor dapat ‘diperkalikan’. Konsep perkalian antar vektor sangat bermanfaat dalam perumusan berbagai persamaan-persamaan fisika. Konsep perkalian dalam vektor sangat berbeda dengan sekedar memperkalian dua buah bilangan (skalar), dan memiliki definisi tersendiri. Dua buah vector dapat diperkalikan menghasilkan sebuah skalar ataupun sebuah vektor baru. Perkalian yang menghasilkan skalar disebut sebagai perkalian skalar atau perkalian titik (dot product), dan didefinisikan sebagai ~A · ~B = AB cos θ dengan θ adalah sudut antara vector ~A dan ~B. Besar vector ~C = ~A + ~B dapat dinyatakan dalam perumusan berikut ini C = q( ~A + ~B) · ( ~A + ~B) = √A2 + B2 + 2AB cos θ Bila ~A dan ~B dinyatakan dalam komponen- komponennya,
  • 11. ~A = Ax ˆx + Ay ˆy +Az ˆz dan ~B = Bx ˆx + By ˆy + Bz ˆz, maka ~A · ~B = AxBx + AyBy + AzBz karena ˆx · ˆy = ˆx · ˆz = ˆy · ˆz = cos 900 = 0 (saling tegak lurus), dan ˆx · ˆx = ˆy · ˆy = ˆz · ˆz = cos 00 = 1. Dengan mengalikan sebarang vector ~A dengan sebuah vektor basis, akan didapatkan proyeksi ~A ke arah vektor basis tadi, jadi misalnya ~a · ˆx = Ax. Perkalian dua buah vektor yang menghasilkan sebuah vektor, disebut sebagai perkalian silang (cross product), untuk dua buah vector ~ A dan ~B, dituliskan ~A × ~B = ~C. Vektor ~C di sini adalah suatu vektor yang arahnya tegak lurus terhadap bidang di mana ~A dan ~B berada, dan ditentukan oleh arah putar tangan kanan yang diputar dari ~A ke ~B. Besar vector ~C didefinisikan sebagai C = | ~A × ~B| = AB sin θ Besar vector ~ C ini dapat diinterpretasikan sebagai luasan jajaran genjang yang dua sisinya dibatasi oleh ~ A dan ~B Sesuai dengan definisinya, maka ~A × ~B = − ~B × ~A. Untuk vektor-vektor basis, diperoleh ˆx × ˆy = ˆz, ˆy × ˆz = ˆx,ˆz × ˆx = ˆy, dan ˆx × ˆx = ˆy × ˆy = ˆz × ˆz = 0.
  • 12. KINEMATIKA GERAK LURUS Posisi, Kecepatan dan Percepatan Dalam bab ini kita akan meninjau gerak titik partikel secara geometris, yaitu meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya. Cabang ilmu mekanika yang meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya disebut sebagai kinematika. Walaupun kita hanya meninjau gerak titik partikel, tetapi dapat dimanfaatkan juga untuk mempelajari gerak benda maupun sistem yang bukan titik. Karena selama pengaruh penyebab gerak partikel hanya pengaruh eksternal, maka gerak keseluruhan benda dapat di- wakili oleh gerak titik pusat massanya. Pembuktian terhadap pernyataan ini akan diberikan belakangan. Kondisi gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai fungsi waktu, ~r(t). Dalam mekanika klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka koordinat yang dipilih, waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir bebas dari besaran- besaran fisis lainnya. Bila fungsi ~r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel tadi secara praktis sudah diketahui. Tetapi terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui dalam bentuk posisi tetapi dalam besaran-besaran lain yang akan kita definisikan.
  • 13.  Dalam selang waktu Δt, posisi partikel akan berpindah dari ~r(t) menjadi ~r(t + Δt). Vektor perubahan posisinya adalah Δ~r = ~r(t + Δt) − ~r(t)  Kecepatan sebuah aprtikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan rerata partikel tadi dalam selang waktu Δt didefinisikan sebagai:  ~¯v = Δ~r Δt  Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai  ~v ≡ limΔt→0 Δ~r Δt ≡ d~rdt  Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagai kelajuan. Kelajuan dari sebuah partikel dapat tidak berubah walaupun kecepatannya berubah, yaitu bila vektor kecepatan berubah arahnya tanpa berubah besarnya. Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t adalah ~v(t) maka setelah selang waktu Δt kecepatannya adalah ~v(t + Δt). Perubahan kecepatannya selama selang Δt diberikan oleh Δv = ~v(t + Δt) − ~v(t) Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partik el terhadap waktu. Percepatan rerata partikel tadi didefinisikan sebagai ~¯a ≡ Δv/Δt sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t didefinisikan sebagai  ~a ≡ lim Δt→0 Δ~v/Δt ≡ d~v/dt. Karena kecepatan dapat dituliskan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, maka percepatan adalah derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu ~a ≡d2~r/dt2
  • 14. Gerak dengan kecepatan konstan Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini d~r = ~vdt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t) Z ~r(t) ~r(0) d~r = ~v Z t 0 dt ~r(t) − ~r(0) = ~v(t − 0) atau ~r(t) = ~r(0) + ~v t Grafik hubungan posisi dan waktu membentuk garis lurus dengan nilai gradien grafik (kemiringan grafik) sama dengan nilai kecepatan yang konstan
  • 15. Gerak dengan percepatan konstan Bila percepatan partikel konstan ~a, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi persamaan berikut ini d~v = ~adt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan kecepatan ~v(0) ke saat akhir t dengan kecepatan ~v(t) Z ~v(t) ~v(0) d~v = ~a Z t 0 dt ~v(t) − ~v(0) = ~a(t − 0) atau ~v(t) = ~v(0) + ~a t dari persamaan ini, dengan memakai definisi kecepatan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, diperoleh persamaan berikut ini d~r = ~v(0)dt + ~a(t − 0)dt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi ~r(t), diperoleh Z ~r(t) ~r(0) d~r = Z t 0 ~v(0)dt + ~a(t − 0)dt dan diperoleh ~r(t) = ~r(0) + ~v(0) t + 12 ~a t2 Grafik posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk grafik kuadratis (parabolik), dengan gradien grafik sama dengan besar kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan grafik kecepatan sebagai fungsi waktu berbentuk garis lurus dengan gradien grafiknya sama dengan besar percepatan partikel. Dengan meninjau gerak satu dimensi, dapat juga dituliskan
  • 16. a = dv/dt = dv dr/dr dt = v dv/dr atau dapat dituliskan v dv = a dr yang bila diintegralkan dari posisi dan kecepatan awal r(0) dan v(0) ke posisi dan kecepatan akhir r(t) dan v(t) maka diperoleh Z v(t) v(0) v dv = a Z r(t) r(0) dr. Hasilnya : v(t)2 = v(0)2 + 2a (r(t) − r(0)) Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak partikel jatuh bebas di dekat permukaan bumi. Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi, percepatan gravitasi g yang dialami sebuah benda yang jatuh bebas, bernilai konstan. Dalam kasus benda jatuh bebas, bila arah positif dipilih ke arah atas, maka percepatan benda a = −g (ke bawah).
  • 17. KOMBINASI GERAK Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya dalam arah x dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan z). Semua persamaan-persamaan kinematika gerak lurus dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak dalam masing-masing arah. Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami percepatan dalam arah horizontal.
  • 18. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang lintasannya berupa lintasan parabolik. Misalkan di titik asal koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak dengan kecepatan awal ~v0 yang membentuk sudut θ terhadap sumbu x. Partikel ini mengalami percepatan gravitasi sebesar −g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awal partikel dapat diuraikan menjadi komponen x dan y, yaitu v0x = v0 cos θ dan v0y = v0 sin θ. Gerak partikel sekarang dapat dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan konstan pada arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y. Sesuai pembahasan pada bagian sebelum ini, posisi partikel pada arah x dan y.