epistemology is theory of knowledge, episteme and logos.
Sumber pengetahuan adalah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari "dunia eksternal" atau juga terkait dan berasal dari dunia internal" atau kemampuan subjek.
Hai guys...
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan ppt mengenai ilmu pengetahuan, dimana kami sedikit menyinggung mengenai pengertian ilmu dan pengetahuan, komponen-komponen ilmu pengetahuan, struktur ilmu pengetahuan.
semoga bermanfaat yaaa :)
Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara optimal pada kurun waktu tertentu
epistemology is theory of knowledge, episteme and logos.
Sumber pengetahuan adalah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari "dunia eksternal" atau juga terkait dan berasal dari dunia internal" atau kemampuan subjek.
Hai guys...
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan ppt mengenai ilmu pengetahuan, dimana kami sedikit menyinggung mengenai pengertian ilmu dan pengetahuan, komponen-komponen ilmu pengetahuan, struktur ilmu pengetahuan.
semoga bermanfaat yaaa :)
Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara optimal pada kurun waktu tertentu
APA ILTU ILMU
PENGERTIAN ILMU
KARAKTERISTIK ILMU
PERBEDAAN & PERSAMAAN ILMU DENGAN FILSAFAT
HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT
ASPEK PENILAIAN ILMU
JENIS-JENIS ILMU
SIFAT ILMU
ONTOLOGI
EPISTEOLOGI
AKSIOLOGI
1. Hermi Yanzi
Mahasiswa Teknologi Pendidikan FKIP Unila
FILSAFAT ILMU (SEBUAH PENGANTAR)
Jujun S. Suriasumantri
I. Ke Arah Pemikiran Filsafat
1. Ilmu dan Filsafat
...Bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana caranya
agar saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf itu,” ketahuilah apa
yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak
terbatas ini.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada pendidikan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri; Apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan
pengetahuan yang benar?
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat
hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu
dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah
karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
Apakah yang sebenarnya ditelaah filsafat?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin
dapat dipikirkan oleh manusia, mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang
satu, diapun mulai merambah pertanyaan lainnya. Pokok permasalahan yang dikaji filsafat
mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut dengan salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) dan apa yang termasuk
indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini kemudian berkembang luas
hingga saat ini yang melahirkan berbagai cabang kajian filsafat yang kita jumpai seperti
filsafat politik, pendidikan dan agama.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat
yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti; Objek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara
objek tadi denga daya tangkap indera manusia yang membuahkan pengetahuan?.
Untuk membedakan janis pengetahuan yang satu dari pengetahuan yang lain, maka
pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)?
Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa
pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu
maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam
khasanah kehidupan manusia.
II. Dasar-dasar Pengetahuan
2. Penalaran. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir,
merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang
didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Penalaran mempunyai ciri,
Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu (SMT Ganjil TA 2008-2009). Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. dan Drs. Supomo Kandar, M.S.
Merangkum Buku
2. Hermi Yanzi
Mahasiswa Teknologi Pendidikan FKIP Unila
yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan
berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses
berpikirnya, menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir
analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir
mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.
Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat
bedakan jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari
manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun lewat kegiatan lain seperti
perasaan dan intusi. Kedua, pengetahuan yang didapat tidak dari kegiatan aktif menusia
melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran agama. Untuk melakukan kagiatan analisis
maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari
sumber kebenaran yaitu dari rasio (paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme).
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan
rasionalisme) dan induktif (terkait dengan empirisme).
3. Logika. Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar
jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut dengan logika.
4. Sumber Pengetahuan. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. pertama, mendasarkan diri pada rasional dan
mendasarkan diri pada fakta. Disamping itu adanya intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu, seperti ”orang yang sedang
terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya.
5. Kriteria Kebenaran, teori korespondensi: benar jika meteri pengetahuan yang terkandung
di pernyataan berhubungan dengan objek yang dituju dalam pernyataan. Teori pragmatis:
kebenaran diukur dari kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis.
III. Ontologi: Hakikat Apa Yang dikaji.
6. Metafisika, tapsiran yang paling pertama diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah
terdapat ujud yang bersifat gaib (supernatural) yang memiliki kuasa lebih dibandingkan
dengan alam yang nyata. Paham supernatural ditolak oleh paham naturalisme, materialisme
yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini menyatakan bahwa gejala alam tidak
disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekautan yang terkandung dalam
alam itu sendiri, yang dapat dipelajari hingga dapat diketahui. Pada hakikatnya ilmu tidak
biasa lepas dari metafisika, namun seberapa kaitannya itu tergantung kita. Ilmu merupakan
pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini denga apa adanya, sehingga kita tidak dapat
melepaskan diri dari masalah yang ada di dalamnya.
7. Asumsi, merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena
belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu
dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti
halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan dalam
melakukan generalisasi.
8. Peluang, .... jadi berdasarkan teori-teori keilmuan, saya tidak akan pernah mendapatkan hal
yang pasti mengenai suatu kejadian, tanya seorang awam kepada seorang ilmuan. Tidak
seperti itu kata ilmuan tersebut, hanya kesimpulan yang probabilistik.
Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu (SMT Ganjil TA 2008-2009). Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. dan Drs. Supomo Kandar, M.S.
Merangkum Buku
3. Hermi Yanzi
Mahasiswa Teknologi Pendidikan FKIP Unila
9. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu. Seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang
digunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka
berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. Sering kita jumpai bahwa asumsi yang
melandasi suatu kejadian keilmuan tidak bersifat tersurat melainkan tersirat. Asumsi yang
tersirat ini terkadang menyesatkan, sebab selalu mendapat kemungkinan bahwa kita berbeda
penafsiran tentang sesuatu yang tidak dinyatakan, oleh karena itu maka untuk pengkajian
ilmiah yang lugas lebih baik digunakan asumsi yang tegas.
10. Batas-batas Penjelajahan Ilmu, ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman
manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari sebab
musabab kejadian terciptanya manusia?. Jawabannya tidak. Karena diluar penjelajahan ilmu.
IV. Ontologi: Hakikat Apa Yang dikaji.
11. Jarum Sejarah Pengetahuan, pendekatan interdisipliner merupakan sebuah keharursan,
dengan tidak mengaburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang berkembang
berdasarkan routenya. Melainkan menciptakan paradigma. Paradigma ini mrupakan bukan
ilmu melainkan berpikir ilmiah seperti logika, bukan merupakan fusi antara berbagai disiplin
ilmu yang akan menimbulkann anarki keilmuan, melainkan suatu federasi dengan diikat pada
pendekatan tertentu yang dengan otonominya saling menyumbangkan analisisnya dalam
mengkaji objek yang menjadi telaah secara berasama.
12. Pengetahuan, pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, sehingga pengetahuan merupakan
bagian pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan merupakan sumber jawaban
bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Untuk itu muncul pertanyaan
Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan dengan benar?. Masalah ini dalam filsafat
disebut epistemologi dan landasan epistemologi adalah metode ilmiah yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.
13. Metode Ilmiah, merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Syarat
yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang
dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara
bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu
yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal
ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder dimulai
ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal dari dunia empiris,
maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang
bereksistensi dalam dunia empiris pula. Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka
ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri
dengan fakta pula, apapun juga teori yang menjembataninya (Einstein). Teori merupakan
suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang
berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah,
yaitu: perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis dan
merumuskan hipotesis, penarikan kesimpulan.
V. Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka diperlukan sarana yang
berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.
Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu (SMT Ganjil TA 2008-2009). Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. dan Drs. Supomo Kandar, M.S.
Merangkum Buku
4. Hermi Yanzi
Mahasiswa Teknologi Pendidikan FKIP Unila
16. Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara
sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak
menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan
pengetahuan kepada orang lain. Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita
sampaikan mengandung unsur emotif, demikian jika kita menyampaikan perasaan maka
ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah
pikiran, perasaan dan sikap
17. Matematika
Merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita
sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan
sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir
deduktif.
VI. Aksiologi : Nilai Kegunaan
18. Ilmu dan Moral
.... benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin
benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi,
lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya
makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan
metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah. Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat
realitas dari objek yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates
minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral, jika
tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.
19. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia adalah
warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di masyarakat yang
yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan
hidup manusia. Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai.
Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya nilai.
20. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk
menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang
ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan.
Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya
yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah
negaranya. Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga
bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari
penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis
yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral
ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu (SMT Ganjil TA 2008-2009). Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. dan Drs. Supomo Kandar, M.S.
Merangkum Buku