SlideShare a Scribd company logo
Edisi 69, Januari - Februari 2015
Grasi atau Mati: Sebuah
Ketegasan
Sepak Terjang Dua Koalisi
boeconomica B.O Economica boeconomica.com bit.ly/ep69
Navigasi
Edisi 69 Januari - Februari 2015
harapan-harapan dan janji-janji sudah ditebar ke seluruh penjuru
tanah air. Sekarang merupakan waktunya pembuktian. Pesta
demokrasi sudah usai namun perjuangan menuju realisasi masih
terus berjalan. Harapan masyarakat bertumpu pada pemimpin
pilihan mereka. Hidup yang lebih sejahtera dan makmur adalah
impianmasyarakat.
Sudah 100 hari pemerintahan Jokowi-JK memimpin
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Permasalahan subsidi,
korupsi, bencana alam, politik, dan hukum sudah menghadang
pemerintahdiawalmasakerjanya.Lalubagaimanakahkabinetini
menghadapinya? Apakah tindakan pemerintah sesuai ekspektasi
masyarakat? Sudah sejauh mana pemerintah baru menunaikan
janji-janjinya? Dalam Economica Papers (EP) edisi ini, tim EP
menelisik bagaimana 100 hari Pemerintahan Jokowi-JK di mata
para ahli dan mahasiswa yang disajikan secara komprehensif dan
menarik.
Selamatmembaca,
PemimpinRedaksi
KONTAK KAMI
Muhammad, Reza Adji Budiman, Rika Sitorus, Ruth Artia Heldifanny, Muhammad Faathir, Olga Stephiana, Jennifer Yolanda S., Bertha Fania, Ibrohim Abdul Halim | Divisi Penelitian: Irfany Ulfah Tri
Phalita (Kepala), Agnestesia Putri Aryani (Wakil Kepala), Shafia Shaliha Ansor Arifai, Elvia Sumayastra, M. Helmi Riyandanu, M. Ridho Ramadhani, Usadhi Lakshmi Iswari, Wignyo Parasian, Dimas
Muhammad Anwar, Felicia Joe, Gorys Siborutorop, Indira Nadia Rachel Simanjuntak, Kevin Pratama Jeffrey, Novani Karina Saputri, Rilin Purwati, Syahrina Mazaya | Divisi Kajian: Ragil Caitra Larasati
(Kepala), Muhammad Iqbal (Wakil Kepala), Jalu Dibyo Sanwasi, Leonardo Hamonangan, Essensia Kasih, Kelvin Wijaya, Muhammad Hazmi A. S, Adimas Rakhmanto, Aditya Andika Putra, Adry Gracio,
Lourentius Dimas, Patricia Prima Kirana | Divisi Proyek: Genio Bian Treba Alifianda (Kepala), Amalina Nurdeanty (Wakil Kepala I), Aisyah Suci Kirana (Wakil Kepala II), Anna Christmas Irianto, Citra Rufina
Pradhita, Fahrana Amelia, Ninda Martha Prawati, Samuel Anugerah P, Emma Almira Fauni, Grace Priscilla Siahaan, Herjuno Bagus Wicaksonoputro, Irene Tamara, Iqbal M. Taher, Salma Amelia Dina,
Wildan Syahid Nurulloh | Biro PSDM: Vanya Asty Novitasari (Kepala), Adrian M. Priyatna (Wakil Kepala I), Ita Alvionita (Wakil Kepala II), Joshua Dipatama, Adelita Rizki Wulandari, Ahmad Fajrul Falah,
Nabila Ismail, Naula Kamila, Nurul Fajriati, Rachmah Pradyna | Biro Hublu: Sarah Jessica Hutapea (Kepala), Zehan Pricilia (Wakil Kepala), Surya Aditama Mahardika, Anggita Aisha, Chairina Vania
Wardhani, Hana Rakhma Arimbi, Urbanus G T Parhusip, Astrid Amalia Suntoro, Aloysia Gita Puspa Diorika, Galih Albin, Hilda Kurniawati, Rahmawati Galih Syarafina | Biro Ecomedia: Ismi Tamara
(Kepala), Muhammad Dwi Nugraha (Wakil Kepala I), Gavrilo Sinaga (Wakil Kepala II), Mutiara Audita, Taftazani Aulia, Gumanti Oloan Simbolon, Ida Ayu Marina Clara, Tari Ustami, Trias Bintang
Chatulistiwa, Umda Nafia Yasin
Badan Otonom Economica
Gedung Student Center FEB UI Lt.
1 Kampus Baru UI, Depok
Sekretariat Umum (021) 7865084
Editorial 0856 7131 465
Iklan dan Pemasaran 0896 7772 9810
@BOEconomica Twitter
B.O Economica Facebook
boeconomica@live.com E-Mail
Website
http://boeconomica.com
Penerbit badan Otonom Economica
Penasehat Pribadi Setyanto
Penanggung Jawab Pengurus Inti BOE FEB UI
Pemimpin Organisasi Fahmy Fil Ardhy Nuwantara
Pemimpin Umum Yuanita Intan Setyorini
Pemimpin Redaksi Insani Arif Situmorang
Redaktur Pelaksana Muhammad Faathir
Wakil Redaktur Pelaksana Bertha Fania Maula
Sampul Depan Taftazani Aulia
Economica
papers
BADAN OTONOM
EconomicaFakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Pengurus Inti: Fahmy Fil Ardhy Nurwantara (Ketua Umum), Ivan Indrawan (Sekretaris Umum), Monica Ayu Danastri (Bendahara Umum) | Internal Audit:
Ahmad Faritz, Bastian Nugraha Sirait, Dinar Ratih Tanjungsari | Divisi Penerbitan: Yuanita Intan Setyorini (Kepala), Insani Arif Situmorang (Pemimpin
Redaksi Economica Papers), Dina Amalia Puspa (Pemimpin Redaksi Majalah Economica), Luqman Hakim (Pemimpin Redaksi Online), Bories
Parningotan Manurung, Andreas Aditya Mahendra, Annisa Maghfira, Jeffry Fauzan, Lukman Edwindra, Muchamad Rudi Kurniawan, Syapira, Fikri
DARI REDAKSI
esta demokrasi tahun 2014 sudah
Pusai. Masalah dan polemik antara
kedua kubu sudah diselesaikan
melalui jalur hukum. Sekarang, Indonesia
sudah dipimpin oleh pemimpin baru
pilihan rakyat. Selama masa kampanye,
TULISAN UTAMA
5| koalisi dan Jokowi
Mengupas bagaimana sepak terjang
dua koalisi dalam belantika politik
Indonesia.
ESAI DALAM GAMBAR
3| Pelarian Hidup
EKONOMIKA
Mengupas dinamika harga BBM di era
Pemerintahan Jokowi-JK.
7| Naik Turun Harga BBM
13|Kinerja 100 Hari Jokowi-JK
dalam Sudut Pandang Mahasiswa
EPISIKLUS
Hasil Penelitian terkait kinerja Jokowi-JK di
Mata Mahasiswa UI
IGAUAN
11| Seorang Pria dan Secangkir
Kopi Hitamnya
“Bagaimana mungkin kamu tidak bisa mencintaiku
hanya karena aku mengubah kopimu?”
9|Silang Pendapat Hukuman Mati
Terpidana Narkoba
DIALEKTIKA
Menilik kondisi sosial korban normalisasi kali
Ciliwung
Esai Dalam Gambar
ECONOMICA PAPERS 3Edisi 69 Januari - Februari 2015 3
Hidup adalah kumpulan pelbagai lelah dan putus asa;
maka jika ingin lari, larilah ke arah pantai dan senja. Ia
menyelesaikanmu dari kekangan daratan dan
menyelamatkanmu dari teriknya siang. Dan di sana
kesepian yang ramah akan memelukmu bersama
deburan ombak, sekalipun memang tak bisa bertahan
karena malam akan segera datang.
Foto dan Narasi: Ibrohim Abdul Halim
Wasit Garis
ECONOMICA PAPERS
asus KPK vs Polri seakan menjadi ujian seratus hari
Kpemerintahan Jokowi utamanya akan komitmen
pemberantasan korupsi. Dimulai dari pilihan Jokowi untuk
memilih Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang diduga memiliki
kasus rekening gendut sebagai calon tunggal Kapolri. Hal tersebut
kemudian disambut dengan penetapan Budi Gunawan sebagai
tersangka oleh KPK tidak lama sebelum fitandpropertest di DPR RI.
Setelah itu Jokowi menunda pelantikan Budi Gunawan sekalipun
sudah diterima secara aklamasi oleh DPR RI. Seakan mencoba
membalas, Budi Gunawan mengugat KPK melalui gugatan
praperadilan atas penetapan tersangka kepada Budi Gunawan.
Puncaknya praperadilan memutuskan penetapan tersangka oleh
KPKkepadaBudiGunawantidaksah.
Dalam momen ini, independensi dan komitmen Jokowi
utamanya dalam pemberantasan korupsi makin dipertanyakan.
Sebelum Budi Gunawan, Jokowi menunjuk Prasetyo yang
merupakan kader Partai Nasional Demokrat sebagai jaksa agung.
Sekalipun moncoba berkelit dengan istilah “profesional partai”,
tetapikitasemuatahubahwaseorangjaksayangjugakaderpartai
politik sangat rentan dengan kepentingan. Dua jabatan yang
sangat vital bagi pemberantasan korupsi ternyata justru
diserahkan kepada mereka yang rentan kepentingan dan punya
track record yang buruk. Terlihat sekali bahwa Jokowi tidak
memiliki ketegasan sesuai dengan janji politiknya dalam
pemberantasan korupsi dan memilih untuk tunduk pada partai
pendukungnya. Bahkan Jokowi belum mampu mematahkan
ketakutan publik tentang betapa tunduknya beliau dengan Ketua
UmumPDI-PerjuanganMegawatiSoekarnoputi.
Penyelesaian Jokowi atas masalah-masalah ini pun
terlihat hanya ingin menjawab tekanan publik dan bukan
menyelesaikan akar masalah dari KPK vs Polri. Ditengah
masyarakat yang bertanya-tanya dan ingin meminta sikap dari
pemimpinnya, Jokowi justru mengombang-ambingkan sikapnya
danmembuattidakadanyakepastianditengahmasyarakat.Andai
saja dulu setelah ditetapkan tersangka oleh KPK Jokowi bisa
bersikap cepat, mungkin saja kita tidak akan melihat keadaan
sepertisekarang.
Seratus hari pemerintahan Jokowi seharusnya menjadi
ajanguntukmembangunkepercayaanyangtelahdiberikanrakyat
olehnya. Di seratus hari ini Jokowi seharusnya membuat kebijakan
yang benar-benar untuk rakyat dan bebas dari kepentingan. Lima
tahun memang bukan waktu yang lama, tetapi lima tahun juga
bukan waktu yang mudah untuk menjaga konsistensi kinerja
apalagi kepercayaan publik. Dengan seratus hari yang seperti ini,
sanggupkah Jokowi melalui lima tahunnya dengan gemilang?
Hanyawaktuyangdapatmenjawab.
Rifqi Alfian Maulana adalah mahasiswa
jurusan Ilmu Ekonomi FEB UI angkatan
2012. Ia sekarang menjabat sebagai
Ketua Umum Badan Perwakilan
Mahasiswa (BPM) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia.
Yuanita Intan adalah mahasiswa jurusan
Manajemen FEB UI angkatan 2011. Ia
dahulu menjabat sebagai Kepala Divisi
Penerbitan Badan Otonom Economica
pada masa kepengurusan 2014/2015.
4
Seratus Hari Jokowi Jokowi dan Komitmen
Pemberantasan Korupsi
Edisi 69 Januari - Februari 2015
eratus hari kerap dijadikan momentum untuk evaluasi
Skinerja.Presidenpuntakterkecuali.Meskidariistanasendiri
tidak ada target 100 hari tapi media, mahasiswa, dan
masyarakat yang peduli akan politik banyak memberikan opini.
Seperti kebanyakan opini, ada dua sisi. Lembaga Survei Indonesia
di awal 2015 sempat menyatakan bahwa lebih dari 50%
masyarakat Indonesia puas dengan 100 hari Jokowi. Di sisi lain,
media banjir kritikan untuk Jokowi yang kebanyakan berasal dari
aktivisHAMdanantikorupsi.
Jika dilihat per subjek, memang Jokowi menepati
janjinya di bidang sosial, terutama dengan distribusi Kartu
Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Dari segi ekonomi,
Jokowi beruntung karena masa kerjanya bertepatan dengan
penurunan harga minyak dunia yang bisa memuaskan para
ekonom (yang umumnya menuntut pencabutan subsidi BBM)
sekaligus mendiamkan rakyat (yang umumnya menuntut harga
murah). Namun, keraguan muncul di bidang penegakan hukum
dan HAM ketika Jokowi dikecam karena melepaskan pembunuh
Munir.
Tapi jika ada subjek yang paling kentara gagalnya, itu
adalah kepemimpinan Jokowi. Jokowi sebagai individu mungkin
memiliki integritas dan motivasi yang murni untuk rakyat. Namun
rupanya, niat baik saja tidak cukup. Jokowi pada kenyataannya
tidak bisa melawan parpol-parpol di sekitarnya. Ini terlihat blak-
blakan pada konflik KIH-KMP, yang menunjukkan ada pihak di
pemerintahan yang tidak mau menerima Jokowi sebagai
pemimpin. Jokowi di pihak KIH terbukti kalah sewaktu UU Pilkada
disahkan. Selanjutnya, pada akhir 2014 kedua kubu mengakhiri
konflik dan menyatakan damai. Setelah itu, mulai banyak
kebijakan Jokowi di bidang penegakan hukum dan HAM yang
dipertanyakan masyarakat, di antaranya penunjukan Jaksa Agung
M. Prasetyo yang tidak melibatkan KPK dan pencalonan Kapolri
BudiGunawanyangmerupakantersangkaKPK.
Banyak hal terjadi dalam 100 hari Jokowi memerintah–
naik-turunnyaharga BBM, hukuman matinarapidana,penunjukan
calon Kapolri, hingga perselisihan kubu di DPR–yang bisa menjadi
momentum Jokowi menunjukkan kepemimpinannya. Jika Jokowi
memang layak menjadi presiden rakyat Indonesia, Jokowi
seharusnyahanyatakutpadarakyat,bukanpadayanglain.
Tulisan Utama
ECONOMICA PAPERS
Koalisi dan Jokowi Oleh: Olga Stephiana
ndonesia memasuki sebuah awal baru
Idengan terpilihnya pasangan Jokowi-JK
sebagai presiden dan wakil presiden
pada Pemilu 2014. Dengan persaingan
yang begitu ketat, Jokowi-JK dengan partai
pendukungnya yang tergabung dalam
Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menduduki
kursi eksekutif. Otomatis Prabowo-Hatta
denganpartaipendukungnyadalamKoalisi
Merah Putih (KMP) berpihak menjadi
oposisi dalam setelah Pemilu Presiden
2014. Namun, kiprah KMP tidak berhenti
dengan menyandang partai oposisi. Koalisi
di bawah pimpinan Prabowo ini menguasai
badan legislatif dengan berhasil
mendapatkanlebihdarisetengahkursiDPR
RI dalam pemilihan legislatif. Sepanjang
masa Pemilu Presiden, KIH-KMP menjadi
sebuah kontroversi yangmenarik perhatian
publik.
Peseteruan KIH dan KMP terus
berlanjut seusai hasil Pemilu Presiden
diumumkan. Konflik dimulai dari gugatan
pasangan Probowo-Hatta ke KPU
mengenai hasil pilpres, hingga isu
penjegalan pelantikan Jokowi dengan
penolakan pengunduran diri Jokowi
sebagai Gurbenur DKI Jakarta ataupun
pemboikotan pelantikan pada 20 Oktober
2014. Akibatnya, hubungan antara Jokowi
beserta Koalisi Indonesia Hebat dengan
Koalisi Merah Putih diperkirakan akan
berlangsungalot.
KoalisidiIndonesia
Ikhsan Darmawan, dosen Politik
UI yang akrab disapa Ikhsan, mengatakan
bahwa Indonesia menganut sistem
pemerintahanpresidensial,sehinggaistilah
koalisi tidak sesuai dengan sistem
pemerintahan yang berlaku. Hanya saja,
Indonesia memiliki kondisi berbeda
sebagai negara demokratis yang memiliki
sistem multipartai. Kondisi tersebut
menjadikan koalisi menjadi suatu istilah
yang wajar, berhubung tidak adanya
terminologi lain yang tepat dalam
menggambarkan penggabungan partai-
partai.
Begitupun dikatakan Julian Pasha
sebagai dosen Politik UI, bahwa sistem
pemerintahan di Indonesia ini tidak
sepenuhnya presidensial. Sistem
pemerintahan justru setengah presidensial
dan setengah parlementer. Administrasi
presidensial yang terjadi di negara ini
adalah ketika presiden tdak lagi sebagai
pemegang kekuasaan dominan. Sebagain
dari kekuasaan itu harus dikonsultasikan
kepadaparlemen,yakniDPR.
Dua koalisi berbeda tentu
memiliki kepentingan yang juga berbeda.
Dari perbedaan ini kemudian sering
muncul perselisihan kepentingan yang
menimbulkan“pertarungan”dua koalisi KIH
dan KMP. Pertarungan KIH-KMP ini jelas
terlihat dengan munculnya isu-isu yang
menjadi perbincangan hangat di publik
media, seperti UU Pilkada langsung,
kenaikan harga BBM, dan kini pencalonan
BudiGunawansebagaiKepalaKepolisianRI.
Menanggapi konflik ini, Julian Pasha
mengingatkan bahwa masyarakat harus
bisa melihat selisih yang muncul sebagai
hal yang positif. Dalam pemerintahan
diperlukan check and balance agar
eksekutif tidak dominan, tidak dapat
dipungkiri bahwa kekuasaan cenderung
bersifat merusak. Ikhsan juga melihat
dengan adanya dua koalisi, terlihat setiap
partai kini lebih jelas arah dukungannya,
tidak seperti di masa pemerintahan SBY
yangnampaktidakkonsisten.
D i s i s i l a i n , I k h s a n
mengungkapkan “pertarungan” KIH-KMP
memberi dampak buruk, utamanya yaitu
menyita waktu terlalu lama dalam
membuat kebijakan strategis atau
kebijakan lain yang sebenarnya lebih
merugikan masyarakat. Selain itu, ada pula
perselisihan kepentingan KIH-KMP ini
dilihat sebagai manuver oleh KMP untuk
menjatuhkan pemerintah Jokowi-JK
dengan kasus pencalonan Kepala
Kepolisian RI. Jika memang perselihan
tersebut adalah siasat untuk menjatuhkan
5Edisi 69 Januari - Februari 2015ECONOMICA PAPERS
Berbicara mengenai dunia perpolitikan Indonesia sekarang, tentu tak bisa lepas dari
hadirnya dua koalisi, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Seberapa
kuatkah pengaruh mereka dalam kebijakan pemerintah kini?
Foto:AndreasRicardo
ECONOMICA PAPERS
ep
kepemimpinan Jokowi, jelas ini yang
kemudian dapat memperburuk situasi
negara.
“Pertarungan” ini entah untuk
kepentingan rakyat atau kepentingan
lainnya, seharusnya dapat menjadikan
masyarakat lebih jeli dan kritis dalam
melihat persoalan politik yang diungkap
media. Hal ini seperti pada UU Pilkada
langsung yang merupakan turunan dari
pemerintahan Presiden sebelumnya, yang
sebenarnya tidak menjadi masalah serius
bagi pemerintahan Jokowi. Hanya saja,
permasalah tesebut baru diselesaikan di
awal pemerintahan baru Jokowi. Selain itu
juga mengenai kenaikan harga BBM, yang
ketikaitutidakdijelaskanalasandibaliknya.
Meksipun terdapat selisih kepentingan,
sifat kooperatif antara kedua koalisi ini
harus dijaga demi pelaksanaan
pemerintahanyanglebihbaik.
Evaluasi100HariKinerjaJokowi-JK
Jika kita ingin melihat kinerja
Jokowi-JK, melihat kembali Nawa Cita bisa
menjadi cara terbaik untuk menilai kinerja
pasangan presiden dan wakil presiden itu
secara kualitatif. Dari program kerja yang
dijanjikan Jokowi-JK, harus diakui bahwa
Jokowi-JK membawa gagasan segar yang
dibutuhkan Indonesia. Namun, waktu tiga
bulan ini masih terlalu prematur untuk
menyimpulkan berhasil tidaknya
pemerintahan baru Jokowi-JK. Hal ini
terutama banyaknya program kerja Jokowi
yang memerlukan jangka waktu panjang
dalam pelaksanaannya. Pro-kontra yang
timbul di masyarakat ataupun antara KIH-
KMP dalam penentuan kebijakan juga
menjadi pembelajaran awal bagi
pemerintahanJokowi.
Hal menar ik dalam awal
pemerintahan Jokowi adalah kenaikan
harga BBM. Kenaikan ini menjadi catatan
penting bahwa Jokowi menetapkan
kebijakan non populis. Padahal dari asumsi
APBN bahwa harga minyak dunia turun,
benar bahwa kenyataannya harga pun
turun. Dalam kebijakan ini sebenarnya
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
adalah pihak yang menentukan tingkat
naik-turun dan pelepasan subsidi BBM,
tidak perlu sampai ke tingkat presiden. Isu
ini sangat sensitif di kalangan masyarakat,
sehingga presiden harus menjadi
seseorang yang mengambil kebijakan. Hal
yang memberatkan bagi masyarakat dalam
keputusan ini adalah tidak adanya
penjelasan ketika Jokowi menetapkan
kebijakan tersebut. Selain itu, program tim
tata kelola migas yang sudah dilaksanakan
sejak awal pemerintahan, kini tidak
diketahui kemajuannya. Meski kinerja tim
ini tidak dapat dilihat hanya dalam 100 hari,
tapi tim ini menjadi salah satu program
kerjayangdiharapkankeberhasilannya.
Janji Jokowi di awal memberikan
harapan yang sangat besar oleh
masyarakat. Apalagi dengan deklarasi-
deklarasi Jokowi yang mengatakan bahwa
pemerintahan ini adalah kabinet kerja,
memunculkan ekspektasi yang besar dari
berbagai pihak. Menurut Julian,
kekurangan Jokowi adalah kurangnya
kemampuan Jokowi dalam berkomunikasi
politik. SBY dinilai lebih kuat secara politik,
karena berasal dari partai politik dan
merupakan pemimpin partai, sehingga
memiliki saluran komunikasi politik yang
lebihbaikantarsesamapartai.
“Jokowi memang berasal dari
partai politik yang mendapatkan dukungan
penuh dari partainya dan koalisinya.
Namun, dukungan yang diberikan sebelum
Jokowi menjadi presiden dan realisasinya
saat administrasi pemerintahan baru
berjalan bisa jadi sangat berbeda.
Bagaimana cara menjalankan administrasi
pemerintahan adalah bagaimana
menjalankan komunikasi yang baik dan
terukur dengan semua kursi partai politik,”
ujarnya.
Hal ini juga disetujui oleh Ikhsan.
Persoalan politik yang dimiliki Jokowi,
selain karena ia bukan seorang pempimpin
partai, melainkan juga berasal dari partai
utama yang mendukungnya, yaitu PDI-P.
PDI-P memiliki faktor-faktor lain yang
sangatkuat,salah satunyaadalah pengaruh
Megawatisebagaipemimpinpartai.Selama
ini, PDI-P dan Megawati menganggap
bahwa Jokowi tidak dapat dilepaskan dari
PDI-P. Asumsi tersebutlah yang kemudian
menyandera Jokowi. Hal ini terjadi
terutama dalam konteks membuat
keputusan strategis yang bententangan
dengan masyarakat, sehingga memberi
kesan Jokowi telah didikte. Ini juga merusak
citra Jokowi di mata masyarakat. Kesan
didikte ini pula yang membuat KMP sulit
untuk memberi dukungan kepada Jokowi.
Tidak dapat diperkirakan apakah Jokowi
mampukeluardaripandanganitu.
“Jika Jokowi dapat keluar dari
kesan sanderaan, hal itu bagus. Tidak
diketahui apakah mungkin Jokowi
menunggu waktu tertentu, kalau sekarang
mungkin terlalu berisiko untuk keluar dari
bayang-bayang Megawati dan PDI-P.
Mungkin sekarang ini masih menjadi waktu
pembuktianbagiJokowi,”ucapIkhsan.
B a g a i m a n a p u n i s u y a n g
berkembang, masyarakat harus senantiasa
mendukung pemerintahan yang sedang
berlangsung dengan menjadi peka dan jeli
terhadap permasalahan yang terjadi.
Pemerintah, utamanya Jokowi, juga harus
bisa menjaga kepercayaan yang telah
diberikan masyarakat ketika Pilpres 2014.
Perbaikan lembaga juga menjadi salah satu
yang harus diprioritaskan, karena presiden
adalah sebuah lembaga yang membawahi
lembaga strategis lainnya. Hal itu perlu
disadari oleh Jokowi. Masyarakat melihat
sosok Jokowi sebagai seorang presiden
dengan posisi yang sangat penting, tinggi,
dan strategis. Ia harus membuat
lembaganya melakukan sesuatu yang
diinginkan oleh rakyat dan yang
diamanatkan oleh undang-undang, serta
demi kebaikan masyarakat.Keberanian dan
nalarpresidendibutuhkanagartidakterjadi
mekanismepasarpadanegaraini.
Pemerintah juga adalah orang-
orang terbaik yang dapat menjaga
kinerjanya. Permasalahannya adalah
tinggal bagaimana mereka menjalankan
birokrasi. Tim birokrasi harus mampu
berjalan dengan cepat dan tepat, atau
minimal dapat berjalan dengan lambat
namun pasti. Partai-partai politik yang
pada akhirnya akan menentang kebijakan-
kebijakan presiden adalah sebuah
konsekuensi politik dari sistem
pemerintahan. Pemerintahan Presiden
Jokowi tentu diharapkan menjadi bagian
dari solusi permasalahan yang ada di
Indonesia. Dalam hal itu, dibutuhkan
p e n g a l a m a n d a n p e m a h a m a n
komprehensif dari sekian banyak
permasalahanyangadadiIndonesia.
6 Edisi 69 Januari - Februari 2015
Foto:AndreasRicardo
Ekonomika
ECONOMICA PAPERS
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik turun tentu menjadi pertanyaan bagi beberapa
pihak. Benarkah Jokowi inkonsisten dengan janjinya saat masa kampanye silam? Atau justru ada
faktor lain dibalik naik turunnya harga BBM?
asih teringat jelas peristiwa
Mkenaikan harga BBM yang
ditetapkan pada masa seratus
harikerjapemerintahanpasanganpresiden
dan wakil presiden baru Indonesia, Jokowi-
JK. Peristiwa tersebut seolah menjadi
t r e n d i n g t o p i c y a n g h a n g a t
diperbincangkankan hampir seluruh
lapisanmasyarakatdiIndonesia.
Kenaikan harga BBM terjadi saat
p e m e r i n t a h m e m u t u s k a n u n t u k
menghapuskan BBM bersubsidi, meskipun
saat itu keadaan harga minyak dunia
mengalami penurunan. Kebijakan ini
menyebabkan fluktuasi yang cukup
signifikan terhadap harga barang-barang
lain secara agregat. Karena harga minyak
domestik kini mengikuti harga minyak
duniayangtelahturun,harga-hargabarang
lain juga kemudian ikut turun. Hal tersebut
dapat diindikasi dengan terjadinya deflasi
sebesar 0,24% pada Januari 2015 menurut
dataBankIndonesia(BI).
Terdapat beberapa faktor lain
yang tidak dapat dikesampingkan terkait
kebijakan harga BBM ini, seperti
permintaan minyak domestik atau dunia
direncanak an apabila kebijak an
penghapusan BBM bersubsidi diikuti
denganalokasifiskalyangefektif.
Sejauh ini, prioritas pemerintah
pada bidang infrastruktur dan sektor
lainnyaadalah hal yang tepat. Ada baiknya
jika transparansi alokasi fiskal lebih
ditingkatkan lagi agar dapat dipastikan
bahwa dana pengalihan subsidi BBM
dibelanjakan dengan efektif dan efisien.
Masyarakat tentu menginginkan agar
segala hal yang dilakukan oleh Jokowi-JK
disertai dengan bukti nyata, tidak sekadar
janji belaka seperti yang biasa terjadi pada
pemerintahan-pemerintahansebelumnya.
Pencerdasan
Kebijakan kenaikan harga BBM
yang secara spontan dilakukan oleh Jokowi
tentu mengejutkan bagi sebagian besar
masyarakat, terlebih dilanjutkan dengan
pemberitahuan penurunan kembali harga
BBM bersubsidi. Tidak sedikit masyarakat
yang bingung tentang apa sebenarnya
tujuan Jokowi mengambil langkah
kebijakan ini. Pandangan yang jauh ke
depan kemungkinan akan lebih menjawab
7
yang mengalami pelemahan. Kebijakan
penghilangan subsidi BBM menunjukkan
pemerintah Jokowi-JK mengerti akan
prioritas fiskal yang baik, karena subsidi
BBM tidaklah efektif untuk kepentingan
pembangunan. Pelaksanaan penghapusan
subsidi BBM ini ketika harga minyak dunia
cenderung turun menunjukkan bahwa
pemerintah tepat dalam memperhatikan
keadaan. Kebijakan tersebut akan
memperbesar kesempatan untuk
memperkecil kesenjangan harga minyak
domestikdenganluarnegeri.
Dengan adanya kebijakan
penghapusan subsidi BBM, membuat
berbagai lapisan masyarakat berharap agar
pengalihan BBM bersubsidi tersebut dapat
berjalan tepat sasaran. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Presiden
Jokowi, yaitu akan berusaha untuk
mengalokasikan dana dari BBM bersubsidi
ke sektor-sektor yang menjadi perhatian
dalam program kerja yang disusun oleh
pemerintahan Jokowi-JK. Sektor tersebut
meliputi sektor infrastruktur, maritim, dan
jaringan keamanan sosial (social safety net).
Hal tersebut dapat berjalan sesuai yang
Foto:MuhammadFaathir|BOE
Edisi 69 Januari - Februari 2015
Oleh: Rika SitorusNaik Turun Harga BBM
ECONOMICA PAPERS
ep
kebingungan yang terjadi di masyarakat,
yaitu pandangan ke arah pencerdasan
masyarakat sebagai pelaku pasar. Naik atau
turunnya harga BBM adalah sinyal pasar
yang akan membentuk keputusan
masyarkat sebagai pelaku pasar. Ketika
harga minyak dunia tinggi namun harga
minyak domestik disubsidi, hal ini akan
mengakibatkan keputusan masyarakat
terdistorsi. Masyarakat nantinya akan
memutuskan untuk tidak membeli BBM
dan hal ini akan mengakibatkan Indonesia
mengalami kesulitan dalam melakukan
investasi di bidang infrastruktur dan energi
terbarukan misalnya. Padahal investasi di
dua bidang tersebut penting bagi
Indonesia untuk mencapai pembangunan
yang berkelanjutan. Apabila Indonesia
f o k u s t e r h a d a p p e m b a n g u n
infrastrukturnya, nantinya dalam jangka
panjang justru akan memberikan manfaat
yang jauh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkansaatiniuntukmemperbaikinya.
Misalkan saja jika infrastruktur jalan
Indonesia baik, maka segala akses terutama
akses transportasi tentunya akan jauh lebih
efisien dan pada akhirnya ak an
meningkatkan sisi perekonomian
Indonesia.
IsuPopularitasmenjadiAncaman
R o c k y I n t a n , p e n e l i t i d i
Internasional Relations CSIS, mengatakan
b a h w a p a d a m a s a p e m i l i h a n
Presidenperiode 2014-2019 terjadi
persaingan ketat antara kubu Jokowi-JK
dengan pesaingnya. Kampanye yang
dilakukan oleh kubu Jokowi-JK memang
tidak secara eksplisit mengatakan bahwa
mereka tidak akan menaikkan harga BBM
atau melakukan penghapusan BBM
bersubsidi, akan tetapi pihaknya akan
melakukan hal tersebut secara bertahap
jika memenangkan pemilihan Presiden
periode 2014-2019. Sementara pihak lain
yang menjadi pesaingnya secara gamblang
mengatakanakan tetap melakukan
kebijakan untuk menaikkan harga BBM
karenadianggaphalitusudahseharusnya.
Mungkin pada awalnya pihak
atau simpatisan Jokowi-JK serta pihak yang
tidak berada di pihak Jokowi-JK
menyayangk an pernyataan pada
kampanye dan tidak setuju dengan
kebijakan kenaikan harga BBM yang
diambil oleh Jokowi. Hal ini kemudian
menyebabkan banyak terjadi isu-isu dalam
media yang kedengarannya menentang
dan menolak kebijakan tersebut serta
menunjukan penurunan popularitas
Jokowi di kalangan masyarakat dan
simpatisannya, seolah-olah telah terjadinya
krisis kepercayaan terhadap pemerintahan
Jokowi-JKolehmasyarakatIndonesia.
Jika dikaji kembali tentang
kebijakan kenaikan harga BBM dari sisi
ekonomi, banyak hal positif yang dapat
diambil dari penerapan kebijakan kenaikan
harga BBM tersebut apabila memang
dijalankan sesuai dengan perencanaan
yangada.
Pada akhirnya masyarakat hanya
akanberharapmendapatkanjawabanyang
pasti tentang akankah kebijakan ini terus
berjalan atau tidak. Bagi mereka yang
memahami esensi dari kebijakan ini
tentunya berharap agar pemerintah dapat
melakukan pengurangan BBM bersubsidi
secara bertahap. “Kalau dilihat dari janji-
janji program pembangunan mereka, saya
menebak bahwa pemerintah Jokowi-JK
akan terus melaksanakan kebijakan harga
BBM saat ini, karena mereka tidak akan
mampu membiayai program-program
pembangunan jika terus membiayai
subsidiBBMyangborositu,”jelasRocky.
8 Edisi 68 Januari - Februari 2014
Harga minyak dunia yang mengalami tren penurunan sejak 6 bulan terakhir
Ilustrasi:nasdaq.com/markets/crude-oil.aspx?timeframe=6m
“Kalau dilihat dari janji-
janji program
pembangunan mereka,
saya menebak bahwa
pemerintah Jokowi-JK
akan terus melaksanakan
kebijakan harga BBM saat
ini, karena mereka tidak
akan mampu membiayai
program-program
pembangunan jika terus
membiayai subsidi BBM
yang boros itu.”
Dialektika
ECONOMICA PAPERS
Sejak era pemerintah baru dibawah Jokowi-JK, eksekusi mati seolah mendapat angin segar.
Jumlahnya meningkat tajam hanya dalam waktu singkat. Benarkah eksekusi mati melanggar
Hak Asasi Manusia? Atau hukum memang harus ditegakkan tanpa pandang bulu?
Ilustrasi:JenniferYolandaSimangungsong|BOE
ukuman mati terpidana kasus
Hnarkoba menjadi perbincangan
panas pada akhir tahun 2014
hingga sekarang. Setelah melewati masa-
masa kelonggaran hukuman mati narkoba
pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, Joko “Jokowi” Widodo
melakukangebrakanbarudenganmenolak
grasi 64 orang terpidana narkoba tanpa
pandangbulu,baikwarganegaraIndonesia
maupun asing. Sejauh ini terdapat terdapat
enam terpidana yang telah dieksekusi mati,
yaitu Rani Andriani (Banten), Namaona
Denis (Malawi), Ang Kim Soe (Belanda),
Marco Archer Cardoso Moreira (Brazil), M.
Adami Wilson (Banten), Tra Thi Bich Hanh
(Vietnam). Selain itu, dua terpidana mati
"Bali Nine", Myuran Sukumaran dan Andrew
Chan dari Australia tinggal menunggu
waktueksekusinyadalamwaktudekatini.
Hukuman mati narkoba termasuk
dalam hukum positif.Terbukti dari Undang-
undang narkoba sendiri baik yang UU
Narkotika 22 tahun 1997 maupun yang
baruUUNarkotika35tahun2009,keduanya
sama-sama menggunakan hukuman mati
sebagai sanksi maksimal. Sistem eksekusi
mati yang digunakan adalah dengan cara
terpidana ditembak oleh tim juru tembak
berjumlah 12 orang yang diatur dalam UU
No 2 tahun 1964. Hukuman mati telah
berlangsung sejak zaman Soeharto
sehingga tidak dapat disangkal bahwa
hukuman mati hampir selalu ada di setiap
masa pemerintahan di Indonesia. Yang
menjadi perbedaan adalah dalam hal
pemberian grasi yang merupakan hak
p re ro g a t i f Pre s i d e n , y a i t u c a r a
mengampuni terpidana dengan melihat
faktor-faktor kemanusiaan setelah sekian
lamaberadadilembagapemasyarakatan.
MenyangkutHAMdanKonstitusi
Pelaksanaan hukuman mati kasus
narkoba sendiri mengundang banyak
perdebatan. Masyarakat pada umumnya
merasa bahwa tindakan ini menunjukkan
kepemimpinan Jokowi yang tegas dan
tidak takut akan kecaman-kecaman dari
negara lain maupun dari PBB dalam
memusnahkan sistem peredaran narkoba
di Indonesia. Jika hukuman tidak
dilaksanakan, future offender tidak akan
merasakan efek jera serta dapat
memunculkan kecaman. Heru Susetyo,
dosen Fakultas Hukum Universitas
Indonesia,meyakinibahwapenolakangrasi
oleh Jokowi telah dilakukan berdasarkan
pertimbangan mengenai Hak Asasi
Manusia (HAM). Hal tersebut disebabkan
oleh Kementrian Hukum dan HAM serta
Mahkamah Agung yang berperan dalam
wilayah tersebut. “Memang penjara sedikit
dan jumlah terpidana sangat banyak, tapi
bukan karena penjara penuh lantas mereka
dieksekusi mati,” ujar Heru. Menurutnya,
pidana mati sudah melewati pertimbangan
yang cukup matang. Memang sering
dikatakan melanggar HAM, namun hal
itulahyangbisadilakukanuntukmemenuhi
rasa keadilan masyarakat, terutama yang
dirugikan.
Pada sisi lain, Pembela HAM
mengatakan tindakan eksekusi mati
melanggar HAM. “Menurut saya, hak untuk
hidup adalah hak dasar,” ujar Ani Widyani,
dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia. Hak dasar tersebut
adalah manusia tidak diperbolehkan
mengambil nyawa orang lain dengan
semena-mena dalam keadaan apapun.
9Edisi 68 Januari - Februari 2015
Silang Pendapat Hukuman Mati Terpidana Narkoba
Oleh: Jennifer Yolanda Simangungsong, Reza Adji Budiman
ECONOMICA PAPERS
ep
Pernyataan ini pula diamini oleh Tobias
Basuki, peneliti Center for Strategic and
International Studies (CSIS), bahwa hak
hidup terdapat dalam konstitusi sehingga
keputusan Indonesia mengenai hukuman
mati ini bertentangan dengan Undang-
UndangDasar1945.
Menurut Ani, hukuman mati tidak
bersifat mencegah peredaran narkoba
secara holistik. Hukuman mati tidak
memberi efek jera kepada pelaku karena
hukum sesungguhnya hidup dalam
konteks sosial masyarakat. Hukum bukan
mengenai aturan dan institusi saja, tetapi
bagaimana kondisi sosial kejahatan terjadi.
Contohnya, faktor sosial yang menjadi
penyebab munculnya peredaran narkoba
adalah kemiskinan. Jika faktor-faktor sosial
tidak diperhitungkan, maka eksekusi mati
tidak akan mengurangi jumlah peredaran
narkoba di Indonesia. Pengaruh
transnasional di mana pengedar narkoba
dapat bekerja menembus batas-batas
wilayah negara melalui beragam jaringan
pula menjadi batu sandungan dalam
mencegah peredaran narkoba di Indonesia
sehingga dapat dipastikan bahwa narkoba
bukan lagi jenis kejahatan yang dapat
dibasmi melalui satu cara yaitu eksekusi
mati.
Badan Nasional Narkotika (BNN)
saat ini mencontoh pada Singapura dalam
hal hukuman mati bagi terpidana narkoba
karena Singapura merupakan salah satu
negara teraman di dunia. Sayangnya,
pernyataan ini tidak melihat aspek-aspek
lain yaitu dalam konteks Indonesia, yang
aparat penegak hukumnya bahkan masih
terlibat di dalam kasus narkoba.“Hukuman
mati juga beresiko dilakukan di tengah
sistem peradilan seperti di Indonesia yang
koruptif,” tutur Ani. Tobias berpendapat
sama mengenai hal ini, “Deterrence effect
dari hukuman mati narkoba di Indonesia
sangat rendah, kalau kita lihat ke dalam
lembaga-lembaga pemerintah masih
terdapat kelicikan.” Keputusan dan
penetapan tersangka sangat mungkin
keliru serta rentan manipulasi dan relasi
kuasa yang tidak setara. Jika keputusan
yang dibuat di kemudian hari ditemukan
ternyata keliru, nyawa dari terpidana mati
tidak akan dapat dikembalikan kembali.
Oleh sebab itu, law enforcement agencies
Indonesia harus memiliki keberanian,
contohnya BNN dan kepolisian untuk
menindaklanjuti bandar-bandar besar
narkoba.
K a i t a n n y a d e n g a n H u b u n g a n
Internasional
Indonesia termasuk negara
panutan di kalangan Internasional yaitu
dengan menjadi bagian dari Komisi Hak
Asasi Manusia PBB sehingga banyak negara
merasa ‘kaget’ dan mengecam keputusan
eksekusi mati terpidana narkoba. Citra
Indonesia sebagai negara demokratis
tercederai. Situasi tegang dirasakan saat
Belanda dan Brazil menarik duta besar di
Jakarta menjelang eksekusi mati 18 Januari
2015 lalu. Australia pula bersikeras
menyelamatkan terpidana mati “Bali Nine”
hingga mengancam akan memboikot
pariwisata Indonesia. Indonesia saat ini
dianggap sebagai negara yang beradab
sehingga diplomasi Internasional
Indonesia sangat diuntungkan karena tidak
dikucilkan dari hubungan antar negara
seperti yang dihadapi oleh Korea Utara dan
Myanmar. Sayangnya, keputusan
mengenai hukuman mati ini berpotensi
dalam mencederai diplomasi HAM
Indonesia ke depannya. Menurut Ani,
kebijakanhukumanmatiinimenjadisangat
ironis karena Indonesia sangat konsisten
dalam menolak hukuman mati terhadap
Tenaga Kerja Indonesia di Timur Tengah.
Situasi ini akan menunjukkan inkonsistensi
Indonesia dalam memandang eksekusi
mati sehingga akan sulit bagi Indonesia
untuk membebaskan TKI dari hukuman
mati. Tobias pun sependapat dengan
pernyataan Ani bahwa hak kita akan
semakin minim dalam melindungi TKI di
Arab Saudi dari hukuman mati. Di sisi lain,
Tobias berpendapat bahwa penarikan duta
besar negara lain tidak begitu berpengaruh
bagi hubungan Indonesia dengan negara-
negaratersebut.
PertimbanganKembali
Hal yang menjadi sangat ironis
adalah terkadang hanya dengan
mengeksekusi mati satu orang pelaku tidak
akan merusak jaringan sistem peredaan
narkoba. Pasalnya, masih banyak bandar
narkoba yang mampu mengatur sistem
peredaran narkoba meski telah berada
dalam bui. Perihal narkoba di Indonesia
sudah menjadi sebuah sistem yang sangat
kompleks. Heru menyatakan bahwa
terkadang mereka semua hanyalah kurir-
kurir kecil yang bekerja pada bandar besar.
Hukuman mati yang terburu-buru
dijatuhkan pada kurir-kurir tersebut akan
menghilangkan bukti-bukti yang mungkin
dapatmunculdikemudianhari.
Tobias juga berpendapat bahwa
jumlah narkoba yang dibawa dapat
menjadi pertimbangan terakhir jikalau
hukuman mati ingin dipertahankan di
Indonesia. “Martin Anderson dari Ghana
yang hanya membawa 50 gram heroin
bahkan terkena hukuman mati sama
seperti yang membawa berkilo heroin,”
tambahnya.
Hukuman mati juga sering kali
dilakukan dalam kurun waktu yang lama,
misalnya kasus “Bali Nine” di mana vonis
hukuman mati telah diberikan dari tahun
2006. Menurut Heru Susetyo, hal tersebut
memiliki sisi positif dan negatif. Salah satu
sisi positifnya adalah adanya waktu untuk
merubah keputusan apabila ditemukan
bukti-bukti baru. Sisi negatifnya adalah hal
tersebut menyebabkan terpidana telah
meninggal secara perdata namun hidup
secara biologis sampai waktu terbuang
habisdiharieksekusi.
Hukumanmatiterpidananarkoba
dapat menjadi pertimbangan bagi Jokowi
melihat kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam jenis hukuman ini. Seperti
kita ketahui, negara diatur berdasarkan
kesepakatan dan norma yang sesuai
dengan jati diri bangsa Indonesia yang
tergambarkan dalam UUD 1945. Dan yang
tidak kalah pentingnya juga, kebersihan
badan-badan peradilan dan penegak
hukum perlu dilakukan sehingga
penegakan hukum dapat dilakukan
dengankonsistendantanpapandangbulu.
10 Edisi 69 Januari - Februari 2015
Igauan
ECONOMICA PAPERS
ecangkir kopi hitam pekat tanpa
Sg u l a . A m p a s y a n g m a s i h
mengambang di permukaan tidak
kuhiraukan. Aroma kopi dalam-dalam
kuhirup, dan langsung kuminum tanpa
k u t i u p . M e m b i a r k a n g e t i r d a n
panasmenjalari lidah. Aku dan kopi pahitku
tanpa gula, diminum begitu saja tanpa ada
seni di dalamnya. Aku tidak perduli. Yang
aku tahu, aku menikmatinya. Datar,
sederhana,apaadanya.
Entah mengapa tiba-tiba semesta
berkonspirasi mencampuri kopi pahitku
dengan gula. Awalnya dia datang hanya
seperempat, kemudian setengah, lalu tiga
perempat, dan lama-lama menjadi satu
sendok penuh. “Manis,” ujar lidahku yang
semula diam kini angkat bicara. Ada rasa
baru yang kini hadir di dalam cangkir
kopiku, menjalari lidahku, di luar
kebiasaanku.
“Tidakkah kau merindukan rasa
pahit yang dulu? Rasa manis ini sulit
dipercaya. Bisa-bisa kau dilumpuhkan
olehnya!” otaku mulai gelisah dengan rasa
barutersebut.Namunperingatanitusia-sia,
lidahku terlanjur menyukainya. Ia tetap
mengikuti konspirasi alam semesta, dan
mengecaprasabaruitutanparasacuriga.
“Tidak apa! Teruskan saja! Kalau
perlu tambahkan rasa manisnya! Tidakkah
kamu bosan dengan rasa yang itu-itu saja?
Begini lebih nikmat! Begini baru terasa,”
l i d a h k u t e r u s m e n g e c a p . A k u
mendengarkan perdebatan antara otak
dan lidahku seperti cream kopi yang
sedang diaduk, berkecamuk.“Ah, sudahlah!
Aku sudah memperingatkan. Jangan
salahkan aku jika hal yang tidak kamu
inginkan terjadi kepadamu!”otaku nampak
sudah menyerah dan habis akal.
“Percayalah,beginilebihbaik.Adarasabaru
yang akhirnya hadir. Tidakkah itu
menyenangkan? Sesuatu yang baru lebih
menyenangkan daripada kedataran yang
membosankan!” lidahku terus mengelak,
mematahkan segala argumentasi-
argumentasiyangdibuatotak.
Aku mulai terbiasa dengan warna
hitam pekat kopiku yang kini sudah
berubah menjadi coklat muda terang. Aku
kinijugaterbiasadengankehadirancangkir
lain yang bersanding dengan cangkir
langsing putihku, cangkir bulat merah
menyala yang berisi kopi dengan cream
dan busa putih yang mengembang – di
putar sedemikian membentuk motif daun,
dengan taburan bubuk coklat granula dan
sepotong kayu manis di atasnya. Setiap
sore, ia datang dengan cangkirnya,
membuat baginya kopinya dan kopiku. Aku
duduk dan membiarkannyamelakukan apa
s a j a k e p a d a k o p i k u , k e m u d i a n
menikmatinya. Menikmati kehadirannya,
kesempurnaan yang dimilikinya.
Kecerdasaannya yang kadang tidak masuk
di nalar. Dua cangkir kopi yang menjadi
korban percakapan sore kita. Mulai dari
membahas terciptanya semesta raya
sampai jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam
dosa, membicarakan evolusi manusia
sampai revolusi suatu bangsa, sampai
membicarakan keterlibatan jatuhnya
pesawat anu dengan konspirasi organisasi
agamis ini. Kehadirannya dalam balutan
kesempurnaan itu membuat segala hal
dalam duniaku yang tadinya datar dan
11Edisi 69 Januari - Februari 2015
Seorang Pria dan Secangkir Kopi Hitamnya
Oleh: Ruth Artia Heldifanny
Ilustrasi:Internet
ECONOMICA PAPERS
biasamenjadi cerahdanberwarna.
Semakin sering ia datang,
semakinseringpulaiamenuangkangulake
dalam cangkir kopi hitamku. Semakin hari
semakin banyak, lidahku mulai jengah
dibuatnya. Sore -sore berikutnya
kutemukankopikutaklagihitam.Warnanya
coklat muda, dengan busa putih
membubung tinggi di atasnya, tidak
dibentuk daun. Namun diberi taburan
coklat granula dan sepotong kayu manis di
atasnya. Aku tertegun menatap cangkirku
dan cangkir bulat merahnya bergantian. Ia
membuat diriku kini sama persis dengan
dirinya.
“Stop, aku muak,” otaku yang sudah lama
diamkinikembaliangkatbicara.
“Rasanya terlalu manis. Aku lelah, muak
sudah,”lidahkuberkatalirih.
“Bukankah kamu yang menginginkan
semuaini?”otakukembalibersuara.
“Ya, memang. Tapi tidak sebanyak ini. Aku
rasa aku tidak bisa lebih jauh lagi
menerimanya,” sang lidah akhirnya
mengaku,berbisiklirihdanpilu.
Aku mengangkat cangkir putih
yang berisi sama persis dengan punyanya,
menghiruparomaguladancreamerdalam-
dalam, menyesapnya kuat-kuat. Manisnya
benar-benar membuat jengah. Aku
merindukan kesederhanaan dalam
secangkir kopi hitam pekatku. Aku
meletakkan cangkir itu kembali. Dan
sebelum dia membuka mulutnya untuk
berbicara tentang entah teori macam
apalagi yang tidak kumengerti, aku
mendahuluinya.Untukpertamakalinya.
“Apa kamu tidak bosan?” tanyaku. Sedikit
takut-takut aku mencuri lihat ke arahnya. Ia
menaikkanalisnya.
“Maksud kamu? Bosan dengan apa? Kamu
bosan mendengarkan aku?” tanyanya. Air
mukanya keheranan. Aku membiarkan ada
spasi di antara ruang cakap kita.
Mengumpulkan segenap keberanian
dalam diriku yang masih tersisa untuk
mengatakanyangsebenarnya.
“Apa kamu tidak bosan... dengan kita?”.
Akhirnya.Akumengatakannya.
“Maksud kamu?” sial. Pertanyaan itu lagi.
Sesulit itukah bagi seorang wanita untuk
tanpa gula, kembali duduk berdua. Tidak
ada busa, tidak ada bubuk granula, atau
potongan kayu manis menghiasinya.
Semua sederhana, apa adanya. Tidak akan
adalagikonspirasialamsemesta,atauteori-
teori di luar nalar lagi sebagai
penyandingnya. Hanya aku, menikmati
kopiku dalam suasana nyaman tak dibuat-
buat. Rasa pahit yang telah lama hilang
kembalimenjalarilidahku.
“Sudah puas?” otaku bertanya kepada
lidahku setelah sekian lama mereka tidak
bercakap-cakap.
“Sudah. Begini ternyatajauh lebih baik,”ujar
lidahku. Mungkin itu adalah percakapan
terakhir yang mereka lakukan bahkan
setelahlamasesudahnya.
Aku tidak menyesal pernah
menghadirkan rasa baru dalam hidupku.
Aku tidak menyesal pernah memiliki cinta
begitu dalam nikmat tak tertandingi. Aku
juga bukanlah seorang ice king sepeti yang
mereka bilang – menolak cinta, terlalu
memilih. Namun, bagiku cinta bukanlah
sebuah poros kehidupan yang harus selalu
dipuja. Untukku, cinta adalah mereka yang
akhirnya menemukan satu sama lain dalam
sebuah kesederhanaan, dalam ruang
kebebasan, tanpa ada sesuatu yang harus
dipaksakan–siapamenjadibagaimana.
Akumenyesapkopihitamku yang
tanpa gula. Lebih baik hidupku begini,
sederhana,tanpaadatambahanapa-apa.
memberi kesimpulan tepat pada
pernyataan pria tanpa harus menunggu si
pria itu menjelaskan semuanya? Batinku
kembalimengeluh.
“Kamu datang dengan tiba-tiba, membawa
rasabaruyangberbedakedalamcangkirku,
dan hidupku. Awalnya semua itu
menyenangkan–rasamanisyangkaubawa
ke dalam hidupku yang pahit. Aku bahkan
merasa bahwa kamulah yang bisa mengisi
kekosongankusetelahsekianlama.Tapi...”
“Tapi apa?” suaramu meninggi. Mimik
mukamuberubahmenjadimarah.
“You’re just too good for me. You’re just too
good to be true,”. Alasan klise. Aku hendak
menampar diriku sendiri setelah
mengatakannya. Namun apa daya, itu
kebenarannya. Setetes embun mencair dan
meluncurbebasdarimatamu.
“Aku tidak mengerti. Apa yang salah
dengan...”
“Aku merindukan kopi hitamku yang tanpa
gula,” ujarku memotong ucapannya.
Pipinyamemerah.Airmatanyakianderas.
“Tapiakumencintaimu,tidakkahkamujuga
mencintaiku?”sudah kuduga.Wanita pintar
melakukan konspirasi dengan semesta dan
kata-kata. Kalimatnya barusan membuat
hatikumencelos.Akuterdiam.
“Katakan padaku kamu juga cinta padaku!
Bagaimana mungkin kamu tidak bisa
mencintaiku hanya karena aku mengubah
kopimu?”ujarnya.Suaranyakianparau.
“Tolong jawab, apakah kamu mencintaiku?”
ujarnya lagi. Aku menegakkan kepalaku
yang sebelumnya tertunduk, menatap
matanyayangbasahdalam-dalam.
“Aku hanya merindukan kopi hitam pahitku
yang tanpa gula, dan hidupku yang lama.
Dan itu semua adalah sebelum ada kamu.
Sehingga,maafkanaku...”
“Dasar lelaki bajingan kamu!!” jeritnya
terisak. Sejurus kemudian ia bangkit sambil
melangkahkan kaki keluar dari rumahku.
Dan aku tidak melakukan apa-apa untuk
mencegahnya. Walaupun aku tau,
bersamaan dengan keluarnya ia dari pintu
itu,iaakanselamanyakeluardarihidupku.
Sore itu, aku dan cangkir putihku
yang kembali berisi kopi hitam pekat, pahit
12 Edisi 69 Januari - Februari 2015
ep
“You’re just too good
for me. You’re just too
good to be true,”.
Alasan klise. Aku
hendak menampar
diriku sendiri setelah
mengatakannya.
Namun apa daya, itu
kebenarannya. Setetes
embun mencair dan
meluncur bebas dari
matamu.
Episiklus
ECONOMICA PAPERS
Oleh: Divisi Penelitian
Badan Otonom Economica
asyarakat suatu negara bukan
Mhanya menjadi objek pimpinan
dari pemerintah yang sedang
menjabat, tetapi juga turut menjadi
pengawas atas berjalannya suatu
p e m e r i n t a h a n . M e l a l u i p r o s e s
pemilihan yang sengit, Joko Widodo
resmi terpilih menjadi Presiden
Republik Indonesia pada Pemilu
Presiden tahun 2014 didampingi oleh
Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Di
usia pemerintahan yang masih sangat
dini, puluhan juta pasang mata
penduduk Indonesia mengawasi setiap
langkah kebijakan yang diambil oleh
Presiden Jokowi. Sebagian masyarakat
Indonesia ingin ekspektasi atas visi
Jokowi-JK untuk segera dibuktikan,
sedangkan sebagian masyarakat yang
belum menaruh hatinya terhadap
Jokowi untuk menjadi presiden ingin
diyakinkan dengan berbagai pilihan
kebijakannya dalam memimpin negeri
ini.
Beragam tanggapan dari
berbagai lapisan masyarakat atas
kinerja 100 hari pemerintahan Presiden
Jokowi melatarbelakangi Badan
Otonom Economica melakukan
survei bertajuk “Kinerja 100 Hari
Jokowi-JK di Mata Mahasiswa”.
Responden survei terdiri dari 132
mahasiswa-mahasiswi Universitas
Indonesia yang berusia antara 17
hingga 23 tahun. Secara garis
besar, hasil survei menunjukkan
bahwa 73% dari responden menilai
bahwa kinerja Jokowi-JK selama
100 hari tidak memuaskan secara
umum, tetapi 32% responden
y a k i n a k a n k e b e r h a s i l a n
pemerintahan Jokowi-JK dalam
memimpin Indonesia ke depannya.
13Ilustrasi:BerthaFaniaMaula(BOE)
Edisi 69 Januari - Februari 2015
Kinerja 100 Hari Jokowi-JK dalam Sudut
Pandang Mahasiswa
ECONOMICA PAPERS14 Edisi 69 Januari - Februari 2015
What’s Up!
ECONOMICA PAPERS
Documentary Days 2014: Voice of The Voiceless
edah Kampus Universitas Indonesia
B15 (BK UI 15) adalah acara yang
menjadi wadah pemberian
informasi yang lengkap mengenai
Universitas Indonesia dan perkuliahannya
kepada peserta yang adalah siswa/i sekolah
tingkat menengah atas. BK UI15 berada di
bawah naungan Kantor Komunikasi dan
Informasi (KKI) Badan Eksekutif Mahasiswa
UI 2014. BK UI diselenggarakan pada
tanggal 15-16 November 2014 di Balairung
UI,Depok dan tahun 2014 merupakan
tahun pelaksanaan BKUI untuk ke-15
kalinya.
Lebih dari 15.000 peserta telah
terdaftar pada BK UI tahun ini. Acara yang
berlangsung selama dua hari tersebut
terdiri dari talkshow mengenai “Panduan
Perjalanan”dan“Berita Perjalanan”, kunjung
fakultas menggunakan bis kuning, dan
panggung bazaar yang diisi oleh
mahasiswa berprestasi dari 14 fakultas,
hiburan,dangames.
Pada penyelenggaraannya kali
ini, BK UI mengusung ‘perjalanan’ sebagai
tema kegiatannya. Perjalanan ini sendiri
diibaratkan sebagai sebuah proses yang
harus dilewati oleh seluruh siswa/i pada
jenjang sekolah menengah atas yang akan
memulai fase baru dalam kehidupan dan
pendidikan mereka. Maka untuk memulai
perjalanan itu, dibutuhkan kendaraan yang
kuat dan mampu bermanuver dengan
bebas. Kendaraan yang paling tepat untuk
melewatifase tersebut adalah biplane,yaitu
pesawat dengan sayap ganda yang hanya
bisa dikendarai satu orang, dan di sini para
siswa/i SMA tersebut merupakan pilotnya.
Biplane akan membantu melihat UI dengan
jauh lebih luas dan objektif. Para peserta
diharapkan dapat menentukan pilihan di
mana kalian akan mendarat dan
melanjutkanperjalananbaru.
15 Edisi 69 Januari - Februari 2015
ocumentary Days 2014 adalah
Dsebuah festival film yang dibawahi
oleh Badan Otonom Economica.
Tema Documentary Days 2014 kali ini
adalah Voice of the Voiceless: Speaking on
BehalfoftheUnheard.
Rangkaian acara dari festival film
ini sangat beragam, mulai dari screening
(pemutaran film) di Universitas Indonesia
dan diTaman Ismail Marzuki sampai diskusi
film documenter. Tidak hanya itu,
Documentary Days 2014 juga mengadakan
kompetisi membuat film dokumenter.
Partisipannya sangat beragam, mulai dari
film-film dokumenter buatan anak SMA
sampai film dokumenter yang dibuat oleh
komunitas-komunitasfilm.
Documentary Days 2014 berjalan
dengan sangat seru. Kursi-kursi yang
disediakan sebagai tempat duduk untuk
menonton film hampir terisi penuh. Diskusi
film juga tidak kalah meriah, penonton
cukup antusias dalam diskusi yang
membahas film dokumenter berjudul
Alkinemokiye: From Struggle Dawns New
Hope karya Dandhy Dwi Laksono.
Pembicara diskusi juga berasal dari orang-
orang yang ahli dalam bidang yang sedang
dibahas, di antaranya adalah Ari Trismana,
Lugina Setyowati, Mohammad Mustaqim
dan Mercellinus J. Raymond sebagai
moderator.
Para partisipan berharap bahwa
Documentary Days mampu untuk
memberikan sumbangsih terkait
per kembangan dunia per filman
dokumenter Indonesia seiring berjalannya
waktu.(Adji)
Bedah Kampus Universitas Indonesia 15:
Start Your Journey
Sumber:Dok.DocdaysFEBUI2014Foto:DeaArista
TELAH TERBIT!
MAJALAH ECONOMICA 50!

More Related Content

What's hot

100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru
100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru
100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor BiruReza Yunanto
 
BRAFO PMK Edisi Desember 2021
BRAFO PMK Edisi Desember 2021BRAFO PMK Edisi Desember 2021
BRAFO PMK Edisi Desember 2021
MajalahBRAFOPMK
 
BRAFO PMK EDISI November 2021
BRAFO PMK EDISI November 2021BRAFO PMK EDISI November 2021
BRAFO PMK EDISI November 2021
MajalahBRAFOPMK
 
Edisi spesial
Edisi spesialEdisi spesial
Edisi spesial
lidercoi13
 
BRAFOPMK Edisi Februari 2022
BRAFOPMK Edisi Februari 2022BRAFOPMK Edisi Februari 2022
BRAFOPMK Edisi Februari 2022
MajalahBRAFOPMK
 
Analisis akurat
Analisis akuratAnalisis akurat

What's hot (6)

100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru
100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru
100 Hari Jokowi-JK, 3 Rapor Merah 2 Rapor Biru
 
BRAFO PMK Edisi Desember 2021
BRAFO PMK Edisi Desember 2021BRAFO PMK Edisi Desember 2021
BRAFO PMK Edisi Desember 2021
 
BRAFO PMK EDISI November 2021
BRAFO PMK EDISI November 2021BRAFO PMK EDISI November 2021
BRAFO PMK EDISI November 2021
 
Edisi spesial
Edisi spesialEdisi spesial
Edisi spesial
 
BRAFOPMK Edisi Februari 2022
BRAFOPMK Edisi Februari 2022BRAFOPMK Edisi Februari 2022
BRAFOPMK Edisi Februari 2022
 
Analisis akurat
Analisis akuratAnalisis akurat
Analisis akurat
 

Viewers also liked

"2016 - год российского кино": выставка книг
"2016 - год российского кино": выставка книг"2016 - год российского кино": выставка книг
"2016 - год российского кино": выставка книг
Наталия Ассекритова
 
Presentacion Comercial de Corporativo Mejorada
Presentacion Comercial de Corporativo MejoradaPresentacion Comercial de Corporativo Mejorada
Presentacion Comercial de Corporativo Mejorada
Corporativo Mejorada
 
Биография
БиографияБиография
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
Denilson Alves da Costa
 
C первого кадра
C первого кадраC первого кадра
C первого кадра
Наталия Ассекритова
 
Procesy grupowe
Procesy grupoweProcesy grupowe
Procesy grupowe
marcus edison
 
Treatment of vascular disorders
Treatment of vascular disordersTreatment of vascular disorders
Treatment of vascular disorders
Avascular
 
Vascular Treatment in Perth
Vascular Treatment in PerthVascular Treatment in Perth
Vascular Treatment in Perth
Avascular
 
Best Vascular Surgery Specialists in Perth
Best Vascular Surgery Specialists in PerthBest Vascular Surgery Specialists in Perth
Best Vascular Surgery Specialists in Perth
Avascular
 
Association of southeast asian nations (asean)
Association of southeast asian nations (asean)Association of southeast asian nations (asean)
Association of southeast asian nations (asean)
jpm_dalida
 

Viewers also liked (10)

"2016 - год российского кино": выставка книг
"2016 - год российского кино": выставка книг"2016 - год российского кино": выставка книг
"2016 - год российского кино": выставка книг
 
Presentacion Comercial de Corporativo Mejorada
Presentacion Comercial de Corporativo MejoradaPresentacion Comercial de Corporativo Mejorada
Presentacion Comercial de Corporativo Mejorada
 
Биография
БиографияБиография
Биография
 
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
Despertar a cosnciência de jovens para o senso crítico, usando a informática ...
 
C первого кадра
C первого кадраC первого кадра
C первого кадра
 
Procesy grupowe
Procesy grupoweProcesy grupowe
Procesy grupowe
 
Treatment of vascular disorders
Treatment of vascular disordersTreatment of vascular disorders
Treatment of vascular disorders
 
Vascular Treatment in Perth
Vascular Treatment in PerthVascular Treatment in Perth
Vascular Treatment in Perth
 
Best Vascular Surgery Specialists in Perth
Best Vascular Surgery Specialists in PerthBest Vascular Surgery Specialists in Perth
Best Vascular Surgery Specialists in Perth
 
Association of southeast asian nations (asean)
Association of southeast asian nations (asean)Association of southeast asian nations (asean)
Association of southeast asian nations (asean)
 

Similar to EP 69 Fatir

Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Reformata.com
 
Populisme, diskusi dari hut malari 1974
Populisme, diskusi dari hut malari 1974Populisme, diskusi dari hut malari 1974
Populisme, diskusi dari hut malari 1974
Biotani & Bahari Indonesia
 
Hasil survey ines_pilrpes
Hasil survey ines_pilrpesHasil survey ines_pilrpes
Hasil survey ines_pilrpesindonesianes
 
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI JakartaMusni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
musniumar
 
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Federation of Independent Media Workers Union
 
Manajemen Isu & Aksi
Manajemen Isu & AksiManajemen Isu & Aksi
Manajemen Isu & Aksi
Mohamad Khaidir
 
PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013
Muhammad Harto
 
Media Indonesia 23 Maret 2014
Media Indonesia 23 Maret 2014Media Indonesia 23 Maret 2014
Media Indonesia 23 Maret 2014hastapurnama
 
ANTI KORUPSI
ANTI KORUPSIANTI KORUPSI
ANTI KORUPSI
Eddy Siswanto
 
Malajah Economica 62
Malajah Economica 62Malajah Economica 62
Malajah Economica 62
GabrielFiorentinoSet
 
Bahan tayang antikorupsi 2
Bahan tayang antikorupsi 2Bahan tayang antikorupsi 2
Bahan tayang antikorupsi 2
rickygunawan84
 
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
musniumar
 
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok refPotret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Federation of Independent Media Workers Union
 
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
INSISTPress
 
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
Nurliana Umar
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Warnet Raha
 

Similar to EP 69 Fatir (20)

Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
 
Populisme, diskusi dari hut malari 1974
Populisme, diskusi dari hut malari 1974Populisme, diskusi dari hut malari 1974
Populisme, diskusi dari hut malari 1974
 
Hasil survey ines_pilrpes
Hasil survey ines_pilrpesHasil survey ines_pilrpes
Hasil survey ines_pilrpes
 
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI JakartaMusni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
Musni Umar: Mengurai Masalah Kronis di DKI Jakarta
 
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
 
Manajemen Isu & Aksi
Manajemen Isu & AksiManajemen Isu & Aksi
Manajemen Isu & Aksi
 
PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013
 
Media Indonesia 23 Maret 2014
Media Indonesia 23 Maret 2014Media Indonesia 23 Maret 2014
Media Indonesia 23 Maret 2014
 
ANTI KORUPSI
ANTI KORUPSIANTI KORUPSI
ANTI KORUPSI
 
Malajah Economica 62
Malajah Economica 62Malajah Economica 62
Malajah Economica 62
 
Bahan tayang antikorupsi 2
Bahan tayang antikorupsi 2Bahan tayang antikorupsi 2
Bahan tayang antikorupsi 2
 
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
 
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok refPotret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok ref
 
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
Ketidakadilan, Kesenjangan, dan Ketimpangan: Jalan Panjang Menuju Pembangunan...
 
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
Rev roadmap gnrm 2015 2019 20 juli 2016 (1) final (1)
 
2013 11 11 hal 01
2013 11 11 hal 012013 11 11 hal 01
2013 11 11 hal 01
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA
Makalah aku bangga jadi anak indonesia STIP WUNA
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
 
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesiaMakalah aku bangga jadi anak indonesia
Makalah aku bangga jadi anak indonesia
 

EP 69 Fatir

  • 1. Edisi 69, Januari - Februari 2015 Grasi atau Mati: Sebuah Ketegasan Sepak Terjang Dua Koalisi boeconomica B.O Economica boeconomica.com bit.ly/ep69
  • 2. Navigasi Edisi 69 Januari - Februari 2015 harapan-harapan dan janji-janji sudah ditebar ke seluruh penjuru tanah air. Sekarang merupakan waktunya pembuktian. Pesta demokrasi sudah usai namun perjuangan menuju realisasi masih terus berjalan. Harapan masyarakat bertumpu pada pemimpin pilihan mereka. Hidup yang lebih sejahtera dan makmur adalah impianmasyarakat. Sudah 100 hari pemerintahan Jokowi-JK memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Permasalahan subsidi, korupsi, bencana alam, politik, dan hukum sudah menghadang pemerintahdiawalmasakerjanya.Lalubagaimanakahkabinetini menghadapinya? Apakah tindakan pemerintah sesuai ekspektasi masyarakat? Sudah sejauh mana pemerintah baru menunaikan janji-janjinya? Dalam Economica Papers (EP) edisi ini, tim EP menelisik bagaimana 100 hari Pemerintahan Jokowi-JK di mata para ahli dan mahasiswa yang disajikan secara komprehensif dan menarik. Selamatmembaca, PemimpinRedaksi KONTAK KAMI Muhammad, Reza Adji Budiman, Rika Sitorus, Ruth Artia Heldifanny, Muhammad Faathir, Olga Stephiana, Jennifer Yolanda S., Bertha Fania, Ibrohim Abdul Halim | Divisi Penelitian: Irfany Ulfah Tri Phalita (Kepala), Agnestesia Putri Aryani (Wakil Kepala), Shafia Shaliha Ansor Arifai, Elvia Sumayastra, M. Helmi Riyandanu, M. Ridho Ramadhani, Usadhi Lakshmi Iswari, Wignyo Parasian, Dimas Muhammad Anwar, Felicia Joe, Gorys Siborutorop, Indira Nadia Rachel Simanjuntak, Kevin Pratama Jeffrey, Novani Karina Saputri, Rilin Purwati, Syahrina Mazaya | Divisi Kajian: Ragil Caitra Larasati (Kepala), Muhammad Iqbal (Wakil Kepala), Jalu Dibyo Sanwasi, Leonardo Hamonangan, Essensia Kasih, Kelvin Wijaya, Muhammad Hazmi A. S, Adimas Rakhmanto, Aditya Andika Putra, Adry Gracio, Lourentius Dimas, Patricia Prima Kirana | Divisi Proyek: Genio Bian Treba Alifianda (Kepala), Amalina Nurdeanty (Wakil Kepala I), Aisyah Suci Kirana (Wakil Kepala II), Anna Christmas Irianto, Citra Rufina Pradhita, Fahrana Amelia, Ninda Martha Prawati, Samuel Anugerah P, Emma Almira Fauni, Grace Priscilla Siahaan, Herjuno Bagus Wicaksonoputro, Irene Tamara, Iqbal M. Taher, Salma Amelia Dina, Wildan Syahid Nurulloh | Biro PSDM: Vanya Asty Novitasari (Kepala), Adrian M. Priyatna (Wakil Kepala I), Ita Alvionita (Wakil Kepala II), Joshua Dipatama, Adelita Rizki Wulandari, Ahmad Fajrul Falah, Nabila Ismail, Naula Kamila, Nurul Fajriati, Rachmah Pradyna | Biro Hublu: Sarah Jessica Hutapea (Kepala), Zehan Pricilia (Wakil Kepala), Surya Aditama Mahardika, Anggita Aisha, Chairina Vania Wardhani, Hana Rakhma Arimbi, Urbanus G T Parhusip, Astrid Amalia Suntoro, Aloysia Gita Puspa Diorika, Galih Albin, Hilda Kurniawati, Rahmawati Galih Syarafina | Biro Ecomedia: Ismi Tamara (Kepala), Muhammad Dwi Nugraha (Wakil Kepala I), Gavrilo Sinaga (Wakil Kepala II), Mutiara Audita, Taftazani Aulia, Gumanti Oloan Simbolon, Ida Ayu Marina Clara, Tari Ustami, Trias Bintang Chatulistiwa, Umda Nafia Yasin Badan Otonom Economica Gedung Student Center FEB UI Lt. 1 Kampus Baru UI, Depok Sekretariat Umum (021) 7865084 Editorial 0856 7131 465 Iklan dan Pemasaran 0896 7772 9810 @BOEconomica Twitter B.O Economica Facebook boeconomica@live.com E-Mail Website http://boeconomica.com Penerbit badan Otonom Economica Penasehat Pribadi Setyanto Penanggung Jawab Pengurus Inti BOE FEB UI Pemimpin Organisasi Fahmy Fil Ardhy Nuwantara Pemimpin Umum Yuanita Intan Setyorini Pemimpin Redaksi Insani Arif Situmorang Redaktur Pelaksana Muhammad Faathir Wakil Redaktur Pelaksana Bertha Fania Maula Sampul Depan Taftazani Aulia Economica papers BADAN OTONOM EconomicaFakultas Ekonomi Universitas Indonesia Pengurus Inti: Fahmy Fil Ardhy Nurwantara (Ketua Umum), Ivan Indrawan (Sekretaris Umum), Monica Ayu Danastri (Bendahara Umum) | Internal Audit: Ahmad Faritz, Bastian Nugraha Sirait, Dinar Ratih Tanjungsari | Divisi Penerbitan: Yuanita Intan Setyorini (Kepala), Insani Arif Situmorang (Pemimpin Redaksi Economica Papers), Dina Amalia Puspa (Pemimpin Redaksi Majalah Economica), Luqman Hakim (Pemimpin Redaksi Online), Bories Parningotan Manurung, Andreas Aditya Mahendra, Annisa Maghfira, Jeffry Fauzan, Lukman Edwindra, Muchamad Rudi Kurniawan, Syapira, Fikri DARI REDAKSI esta demokrasi tahun 2014 sudah Pusai. Masalah dan polemik antara kedua kubu sudah diselesaikan melalui jalur hukum. Sekarang, Indonesia sudah dipimpin oleh pemimpin baru pilihan rakyat. Selama masa kampanye, TULISAN UTAMA 5| koalisi dan Jokowi Mengupas bagaimana sepak terjang dua koalisi dalam belantika politik Indonesia. ESAI DALAM GAMBAR 3| Pelarian Hidup EKONOMIKA Mengupas dinamika harga BBM di era Pemerintahan Jokowi-JK. 7| Naik Turun Harga BBM 13|Kinerja 100 Hari Jokowi-JK dalam Sudut Pandang Mahasiswa EPISIKLUS Hasil Penelitian terkait kinerja Jokowi-JK di Mata Mahasiswa UI IGAUAN 11| Seorang Pria dan Secangkir Kopi Hitamnya “Bagaimana mungkin kamu tidak bisa mencintaiku hanya karena aku mengubah kopimu?” 9|Silang Pendapat Hukuman Mati Terpidana Narkoba DIALEKTIKA Menilik kondisi sosial korban normalisasi kali Ciliwung
  • 3. Esai Dalam Gambar ECONOMICA PAPERS 3Edisi 69 Januari - Februari 2015 3 Hidup adalah kumpulan pelbagai lelah dan putus asa; maka jika ingin lari, larilah ke arah pantai dan senja. Ia menyelesaikanmu dari kekangan daratan dan menyelamatkanmu dari teriknya siang. Dan di sana kesepian yang ramah akan memelukmu bersama deburan ombak, sekalipun memang tak bisa bertahan karena malam akan segera datang. Foto dan Narasi: Ibrohim Abdul Halim
  • 4. Wasit Garis ECONOMICA PAPERS asus KPK vs Polri seakan menjadi ujian seratus hari Kpemerintahan Jokowi utamanya akan komitmen pemberantasan korupsi. Dimulai dari pilihan Jokowi untuk memilih Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang diduga memiliki kasus rekening gendut sebagai calon tunggal Kapolri. Hal tersebut kemudian disambut dengan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK tidak lama sebelum fitandpropertest di DPR RI. Setelah itu Jokowi menunda pelantikan Budi Gunawan sekalipun sudah diterima secara aklamasi oleh DPR RI. Seakan mencoba membalas, Budi Gunawan mengugat KPK melalui gugatan praperadilan atas penetapan tersangka kepada Budi Gunawan. Puncaknya praperadilan memutuskan penetapan tersangka oleh KPKkepadaBudiGunawantidaksah. Dalam momen ini, independensi dan komitmen Jokowi utamanya dalam pemberantasan korupsi makin dipertanyakan. Sebelum Budi Gunawan, Jokowi menunjuk Prasetyo yang merupakan kader Partai Nasional Demokrat sebagai jaksa agung. Sekalipun moncoba berkelit dengan istilah “profesional partai”, tetapikitasemuatahubahwaseorangjaksayangjugakaderpartai politik sangat rentan dengan kepentingan. Dua jabatan yang sangat vital bagi pemberantasan korupsi ternyata justru diserahkan kepada mereka yang rentan kepentingan dan punya track record yang buruk. Terlihat sekali bahwa Jokowi tidak memiliki ketegasan sesuai dengan janji politiknya dalam pemberantasan korupsi dan memilih untuk tunduk pada partai pendukungnya. Bahkan Jokowi belum mampu mematahkan ketakutan publik tentang betapa tunduknya beliau dengan Ketua UmumPDI-PerjuanganMegawatiSoekarnoputi. Penyelesaian Jokowi atas masalah-masalah ini pun terlihat hanya ingin menjawab tekanan publik dan bukan menyelesaikan akar masalah dari KPK vs Polri. Ditengah masyarakat yang bertanya-tanya dan ingin meminta sikap dari pemimpinnya, Jokowi justru mengombang-ambingkan sikapnya danmembuattidakadanyakepastianditengahmasyarakat.Andai saja dulu setelah ditetapkan tersangka oleh KPK Jokowi bisa bersikap cepat, mungkin saja kita tidak akan melihat keadaan sepertisekarang. Seratus hari pemerintahan Jokowi seharusnya menjadi ajanguntukmembangunkepercayaanyangtelahdiberikanrakyat olehnya. Di seratus hari ini Jokowi seharusnya membuat kebijakan yang benar-benar untuk rakyat dan bebas dari kepentingan. Lima tahun memang bukan waktu yang lama, tetapi lima tahun juga bukan waktu yang mudah untuk menjaga konsistensi kinerja apalagi kepercayaan publik. Dengan seratus hari yang seperti ini, sanggupkah Jokowi melalui lima tahunnya dengan gemilang? Hanyawaktuyangdapatmenjawab. Rifqi Alfian Maulana adalah mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi FEB UI angkatan 2012. Ia sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Yuanita Intan adalah mahasiswa jurusan Manajemen FEB UI angkatan 2011. Ia dahulu menjabat sebagai Kepala Divisi Penerbitan Badan Otonom Economica pada masa kepengurusan 2014/2015. 4 Seratus Hari Jokowi Jokowi dan Komitmen Pemberantasan Korupsi Edisi 69 Januari - Februari 2015 eratus hari kerap dijadikan momentum untuk evaluasi Skinerja.Presidenpuntakterkecuali.Meskidariistanasendiri tidak ada target 100 hari tapi media, mahasiswa, dan masyarakat yang peduli akan politik banyak memberikan opini. Seperti kebanyakan opini, ada dua sisi. Lembaga Survei Indonesia di awal 2015 sempat menyatakan bahwa lebih dari 50% masyarakat Indonesia puas dengan 100 hari Jokowi. Di sisi lain, media banjir kritikan untuk Jokowi yang kebanyakan berasal dari aktivisHAMdanantikorupsi. Jika dilihat per subjek, memang Jokowi menepati janjinya di bidang sosial, terutama dengan distribusi Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Dari segi ekonomi, Jokowi beruntung karena masa kerjanya bertepatan dengan penurunan harga minyak dunia yang bisa memuaskan para ekonom (yang umumnya menuntut pencabutan subsidi BBM) sekaligus mendiamkan rakyat (yang umumnya menuntut harga murah). Namun, keraguan muncul di bidang penegakan hukum dan HAM ketika Jokowi dikecam karena melepaskan pembunuh Munir. Tapi jika ada subjek yang paling kentara gagalnya, itu adalah kepemimpinan Jokowi. Jokowi sebagai individu mungkin memiliki integritas dan motivasi yang murni untuk rakyat. Namun rupanya, niat baik saja tidak cukup. Jokowi pada kenyataannya tidak bisa melawan parpol-parpol di sekitarnya. Ini terlihat blak- blakan pada konflik KIH-KMP, yang menunjukkan ada pihak di pemerintahan yang tidak mau menerima Jokowi sebagai pemimpin. Jokowi di pihak KIH terbukti kalah sewaktu UU Pilkada disahkan. Selanjutnya, pada akhir 2014 kedua kubu mengakhiri konflik dan menyatakan damai. Setelah itu, mulai banyak kebijakan Jokowi di bidang penegakan hukum dan HAM yang dipertanyakan masyarakat, di antaranya penunjukan Jaksa Agung M. Prasetyo yang tidak melibatkan KPK dan pencalonan Kapolri BudiGunawanyangmerupakantersangkaKPK. Banyak hal terjadi dalam 100 hari Jokowi memerintah– naik-turunnyaharga BBM, hukuman matinarapidana,penunjukan calon Kapolri, hingga perselisihan kubu di DPR–yang bisa menjadi momentum Jokowi menunjukkan kepemimpinannya. Jika Jokowi memang layak menjadi presiden rakyat Indonesia, Jokowi seharusnyahanyatakutpadarakyat,bukanpadayanglain.
  • 5. Tulisan Utama ECONOMICA PAPERS Koalisi dan Jokowi Oleh: Olga Stephiana ndonesia memasuki sebuah awal baru Idengan terpilihnya pasangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2014. Dengan persaingan yang begitu ketat, Jokowi-JK dengan partai pendukungnya yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menduduki kursi eksekutif. Otomatis Prabowo-Hatta denganpartaipendukungnyadalamKoalisi Merah Putih (KMP) berpihak menjadi oposisi dalam setelah Pemilu Presiden 2014. Namun, kiprah KMP tidak berhenti dengan menyandang partai oposisi. Koalisi di bawah pimpinan Prabowo ini menguasai badan legislatif dengan berhasil mendapatkanlebihdarisetengahkursiDPR RI dalam pemilihan legislatif. Sepanjang masa Pemilu Presiden, KIH-KMP menjadi sebuah kontroversi yangmenarik perhatian publik. Peseteruan KIH dan KMP terus berlanjut seusai hasil Pemilu Presiden diumumkan. Konflik dimulai dari gugatan pasangan Probowo-Hatta ke KPU mengenai hasil pilpres, hingga isu penjegalan pelantikan Jokowi dengan penolakan pengunduran diri Jokowi sebagai Gurbenur DKI Jakarta ataupun pemboikotan pelantikan pada 20 Oktober 2014. Akibatnya, hubungan antara Jokowi beserta Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih diperkirakan akan berlangsungalot. KoalisidiIndonesia Ikhsan Darmawan, dosen Politik UI yang akrab disapa Ikhsan, mengatakan bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahanpresidensial,sehinggaistilah koalisi tidak sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku. Hanya saja, Indonesia memiliki kondisi berbeda sebagai negara demokratis yang memiliki sistem multipartai. Kondisi tersebut menjadikan koalisi menjadi suatu istilah yang wajar, berhubung tidak adanya terminologi lain yang tepat dalam menggambarkan penggabungan partai- partai. Begitupun dikatakan Julian Pasha sebagai dosen Politik UI, bahwa sistem pemerintahan di Indonesia ini tidak sepenuhnya presidensial. Sistem pemerintahan justru setengah presidensial dan setengah parlementer. Administrasi presidensial yang terjadi di negara ini adalah ketika presiden tdak lagi sebagai pemegang kekuasaan dominan. Sebagain dari kekuasaan itu harus dikonsultasikan kepadaparlemen,yakniDPR. Dua koalisi berbeda tentu memiliki kepentingan yang juga berbeda. Dari perbedaan ini kemudian sering muncul perselisihan kepentingan yang menimbulkan“pertarungan”dua koalisi KIH dan KMP. Pertarungan KIH-KMP ini jelas terlihat dengan munculnya isu-isu yang menjadi perbincangan hangat di publik media, seperti UU Pilkada langsung, kenaikan harga BBM, dan kini pencalonan BudiGunawansebagaiKepalaKepolisianRI. Menanggapi konflik ini, Julian Pasha mengingatkan bahwa masyarakat harus bisa melihat selisih yang muncul sebagai hal yang positif. Dalam pemerintahan diperlukan check and balance agar eksekutif tidak dominan, tidak dapat dipungkiri bahwa kekuasaan cenderung bersifat merusak. Ikhsan juga melihat dengan adanya dua koalisi, terlihat setiap partai kini lebih jelas arah dukungannya, tidak seperti di masa pemerintahan SBY yangnampaktidakkonsisten. D i s i s i l a i n , I k h s a n mengungkapkan “pertarungan” KIH-KMP memberi dampak buruk, utamanya yaitu menyita waktu terlalu lama dalam membuat kebijakan strategis atau kebijakan lain yang sebenarnya lebih merugikan masyarakat. Selain itu, ada pula perselisihan kepentingan KIH-KMP ini dilihat sebagai manuver oleh KMP untuk menjatuhkan pemerintah Jokowi-JK dengan kasus pencalonan Kepala Kepolisian RI. Jika memang perselihan tersebut adalah siasat untuk menjatuhkan 5Edisi 69 Januari - Februari 2015ECONOMICA PAPERS Berbicara mengenai dunia perpolitikan Indonesia sekarang, tentu tak bisa lepas dari hadirnya dua koalisi, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Seberapa kuatkah pengaruh mereka dalam kebijakan pemerintah kini? Foto:AndreasRicardo
  • 6. ECONOMICA PAPERS ep kepemimpinan Jokowi, jelas ini yang kemudian dapat memperburuk situasi negara. “Pertarungan” ini entah untuk kepentingan rakyat atau kepentingan lainnya, seharusnya dapat menjadikan masyarakat lebih jeli dan kritis dalam melihat persoalan politik yang diungkap media. Hal ini seperti pada UU Pilkada langsung yang merupakan turunan dari pemerintahan Presiden sebelumnya, yang sebenarnya tidak menjadi masalah serius bagi pemerintahan Jokowi. Hanya saja, permasalah tesebut baru diselesaikan di awal pemerintahan baru Jokowi. Selain itu juga mengenai kenaikan harga BBM, yang ketikaitutidakdijelaskanalasandibaliknya. Meksipun terdapat selisih kepentingan, sifat kooperatif antara kedua koalisi ini harus dijaga demi pelaksanaan pemerintahanyanglebihbaik. Evaluasi100HariKinerjaJokowi-JK Jika kita ingin melihat kinerja Jokowi-JK, melihat kembali Nawa Cita bisa menjadi cara terbaik untuk menilai kinerja pasangan presiden dan wakil presiden itu secara kualitatif. Dari program kerja yang dijanjikan Jokowi-JK, harus diakui bahwa Jokowi-JK membawa gagasan segar yang dibutuhkan Indonesia. Namun, waktu tiga bulan ini masih terlalu prematur untuk menyimpulkan berhasil tidaknya pemerintahan baru Jokowi-JK. Hal ini terutama banyaknya program kerja Jokowi yang memerlukan jangka waktu panjang dalam pelaksanaannya. Pro-kontra yang timbul di masyarakat ataupun antara KIH- KMP dalam penentuan kebijakan juga menjadi pembelajaran awal bagi pemerintahanJokowi. Hal menar ik dalam awal pemerintahan Jokowi adalah kenaikan harga BBM. Kenaikan ini menjadi catatan penting bahwa Jokowi menetapkan kebijakan non populis. Padahal dari asumsi APBN bahwa harga minyak dunia turun, benar bahwa kenyataannya harga pun turun. Dalam kebijakan ini sebenarnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral adalah pihak yang menentukan tingkat naik-turun dan pelepasan subsidi BBM, tidak perlu sampai ke tingkat presiden. Isu ini sangat sensitif di kalangan masyarakat, sehingga presiden harus menjadi seseorang yang mengambil kebijakan. Hal yang memberatkan bagi masyarakat dalam keputusan ini adalah tidak adanya penjelasan ketika Jokowi menetapkan kebijakan tersebut. Selain itu, program tim tata kelola migas yang sudah dilaksanakan sejak awal pemerintahan, kini tidak diketahui kemajuannya. Meski kinerja tim ini tidak dapat dilihat hanya dalam 100 hari, tapi tim ini menjadi salah satu program kerjayangdiharapkankeberhasilannya. Janji Jokowi di awal memberikan harapan yang sangat besar oleh masyarakat. Apalagi dengan deklarasi- deklarasi Jokowi yang mengatakan bahwa pemerintahan ini adalah kabinet kerja, memunculkan ekspektasi yang besar dari berbagai pihak. Menurut Julian, kekurangan Jokowi adalah kurangnya kemampuan Jokowi dalam berkomunikasi politik. SBY dinilai lebih kuat secara politik, karena berasal dari partai politik dan merupakan pemimpin partai, sehingga memiliki saluran komunikasi politik yang lebihbaikantarsesamapartai. “Jokowi memang berasal dari partai politik yang mendapatkan dukungan penuh dari partainya dan koalisinya. Namun, dukungan yang diberikan sebelum Jokowi menjadi presiden dan realisasinya saat administrasi pemerintahan baru berjalan bisa jadi sangat berbeda. Bagaimana cara menjalankan administrasi pemerintahan adalah bagaimana menjalankan komunikasi yang baik dan terukur dengan semua kursi partai politik,” ujarnya. Hal ini juga disetujui oleh Ikhsan. Persoalan politik yang dimiliki Jokowi, selain karena ia bukan seorang pempimpin partai, melainkan juga berasal dari partai utama yang mendukungnya, yaitu PDI-P. PDI-P memiliki faktor-faktor lain yang sangatkuat,salah satunyaadalah pengaruh Megawatisebagaipemimpinpartai.Selama ini, PDI-P dan Megawati menganggap bahwa Jokowi tidak dapat dilepaskan dari PDI-P. Asumsi tersebutlah yang kemudian menyandera Jokowi. Hal ini terjadi terutama dalam konteks membuat keputusan strategis yang bententangan dengan masyarakat, sehingga memberi kesan Jokowi telah didikte. Ini juga merusak citra Jokowi di mata masyarakat. Kesan didikte ini pula yang membuat KMP sulit untuk memberi dukungan kepada Jokowi. Tidak dapat diperkirakan apakah Jokowi mampukeluardaripandanganitu. “Jika Jokowi dapat keluar dari kesan sanderaan, hal itu bagus. Tidak diketahui apakah mungkin Jokowi menunggu waktu tertentu, kalau sekarang mungkin terlalu berisiko untuk keluar dari bayang-bayang Megawati dan PDI-P. Mungkin sekarang ini masih menjadi waktu pembuktianbagiJokowi,”ucapIkhsan. B a g a i m a n a p u n i s u y a n g berkembang, masyarakat harus senantiasa mendukung pemerintahan yang sedang berlangsung dengan menjadi peka dan jeli terhadap permasalahan yang terjadi. Pemerintah, utamanya Jokowi, juga harus bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat ketika Pilpres 2014. Perbaikan lembaga juga menjadi salah satu yang harus diprioritaskan, karena presiden adalah sebuah lembaga yang membawahi lembaga strategis lainnya. Hal itu perlu disadari oleh Jokowi. Masyarakat melihat sosok Jokowi sebagai seorang presiden dengan posisi yang sangat penting, tinggi, dan strategis. Ia harus membuat lembaganya melakukan sesuatu yang diinginkan oleh rakyat dan yang diamanatkan oleh undang-undang, serta demi kebaikan masyarakat.Keberanian dan nalarpresidendibutuhkanagartidakterjadi mekanismepasarpadanegaraini. Pemerintah juga adalah orang- orang terbaik yang dapat menjaga kinerjanya. Permasalahannya adalah tinggal bagaimana mereka menjalankan birokrasi. Tim birokrasi harus mampu berjalan dengan cepat dan tepat, atau minimal dapat berjalan dengan lambat namun pasti. Partai-partai politik yang pada akhirnya akan menentang kebijakan- kebijakan presiden adalah sebuah konsekuensi politik dari sistem pemerintahan. Pemerintahan Presiden Jokowi tentu diharapkan menjadi bagian dari solusi permasalahan yang ada di Indonesia. Dalam hal itu, dibutuhkan p e n g a l a m a n d a n p e m a h a m a n komprehensif dari sekian banyak permasalahanyangadadiIndonesia. 6 Edisi 69 Januari - Februari 2015 Foto:AndreasRicardo
  • 7. Ekonomika ECONOMICA PAPERS Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik turun tentu menjadi pertanyaan bagi beberapa pihak. Benarkah Jokowi inkonsisten dengan janjinya saat masa kampanye silam? Atau justru ada faktor lain dibalik naik turunnya harga BBM? asih teringat jelas peristiwa Mkenaikan harga BBM yang ditetapkan pada masa seratus harikerjapemerintahanpasanganpresiden dan wakil presiden baru Indonesia, Jokowi- JK. Peristiwa tersebut seolah menjadi t r e n d i n g t o p i c y a n g h a n g a t diperbincangkankan hampir seluruh lapisanmasyarakatdiIndonesia. Kenaikan harga BBM terjadi saat p e m e r i n t a h m e m u t u s k a n u n t u k menghapuskan BBM bersubsidi, meskipun saat itu keadaan harga minyak dunia mengalami penurunan. Kebijakan ini menyebabkan fluktuasi yang cukup signifikan terhadap harga barang-barang lain secara agregat. Karena harga minyak domestik kini mengikuti harga minyak duniayangtelahturun,harga-hargabarang lain juga kemudian ikut turun. Hal tersebut dapat diindikasi dengan terjadinya deflasi sebesar 0,24% pada Januari 2015 menurut dataBankIndonesia(BI). Terdapat beberapa faktor lain yang tidak dapat dikesampingkan terkait kebijakan harga BBM ini, seperti permintaan minyak domestik atau dunia direncanak an apabila kebijak an penghapusan BBM bersubsidi diikuti denganalokasifiskalyangefektif. Sejauh ini, prioritas pemerintah pada bidang infrastruktur dan sektor lainnyaadalah hal yang tepat. Ada baiknya jika transparansi alokasi fiskal lebih ditingkatkan lagi agar dapat dipastikan bahwa dana pengalihan subsidi BBM dibelanjakan dengan efektif dan efisien. Masyarakat tentu menginginkan agar segala hal yang dilakukan oleh Jokowi-JK disertai dengan bukti nyata, tidak sekadar janji belaka seperti yang biasa terjadi pada pemerintahan-pemerintahansebelumnya. Pencerdasan Kebijakan kenaikan harga BBM yang secara spontan dilakukan oleh Jokowi tentu mengejutkan bagi sebagian besar masyarakat, terlebih dilanjutkan dengan pemberitahuan penurunan kembali harga BBM bersubsidi. Tidak sedikit masyarakat yang bingung tentang apa sebenarnya tujuan Jokowi mengambil langkah kebijakan ini. Pandangan yang jauh ke depan kemungkinan akan lebih menjawab 7 yang mengalami pelemahan. Kebijakan penghilangan subsidi BBM menunjukkan pemerintah Jokowi-JK mengerti akan prioritas fiskal yang baik, karena subsidi BBM tidaklah efektif untuk kepentingan pembangunan. Pelaksanaan penghapusan subsidi BBM ini ketika harga minyak dunia cenderung turun menunjukkan bahwa pemerintah tepat dalam memperhatikan keadaan. Kebijakan tersebut akan memperbesar kesempatan untuk memperkecil kesenjangan harga minyak domestikdenganluarnegeri. Dengan adanya kebijakan penghapusan subsidi BBM, membuat berbagai lapisan masyarakat berharap agar pengalihan BBM bersubsidi tersebut dapat berjalan tepat sasaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Jokowi, yaitu akan berusaha untuk mengalokasikan dana dari BBM bersubsidi ke sektor-sektor yang menjadi perhatian dalam program kerja yang disusun oleh pemerintahan Jokowi-JK. Sektor tersebut meliputi sektor infrastruktur, maritim, dan jaringan keamanan sosial (social safety net). Hal tersebut dapat berjalan sesuai yang Foto:MuhammadFaathir|BOE Edisi 69 Januari - Februari 2015 Oleh: Rika SitorusNaik Turun Harga BBM
  • 8. ECONOMICA PAPERS ep kebingungan yang terjadi di masyarakat, yaitu pandangan ke arah pencerdasan masyarakat sebagai pelaku pasar. Naik atau turunnya harga BBM adalah sinyal pasar yang akan membentuk keputusan masyarkat sebagai pelaku pasar. Ketika harga minyak dunia tinggi namun harga minyak domestik disubsidi, hal ini akan mengakibatkan keputusan masyarakat terdistorsi. Masyarakat nantinya akan memutuskan untuk tidak membeli BBM dan hal ini akan mengakibatkan Indonesia mengalami kesulitan dalam melakukan investasi di bidang infrastruktur dan energi terbarukan misalnya. Padahal investasi di dua bidang tersebut penting bagi Indonesia untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Apabila Indonesia f o k u s t e r h a d a p p e m b a n g u n infrastrukturnya, nantinya dalam jangka panjang justru akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkansaatiniuntukmemperbaikinya. Misalkan saja jika infrastruktur jalan Indonesia baik, maka segala akses terutama akses transportasi tentunya akan jauh lebih efisien dan pada akhirnya ak an meningkatkan sisi perekonomian Indonesia. IsuPopularitasmenjadiAncaman R o c k y I n t a n , p e n e l i t i d i Internasional Relations CSIS, mengatakan b a h w a p a d a m a s a p e m i l i h a n Presidenperiode 2014-2019 terjadi persaingan ketat antara kubu Jokowi-JK dengan pesaingnya. Kampanye yang dilakukan oleh kubu Jokowi-JK memang tidak secara eksplisit mengatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan harga BBM atau melakukan penghapusan BBM bersubsidi, akan tetapi pihaknya akan melakukan hal tersebut secara bertahap jika memenangkan pemilihan Presiden periode 2014-2019. Sementara pihak lain yang menjadi pesaingnya secara gamblang mengatakanakan tetap melakukan kebijakan untuk menaikkan harga BBM karenadianggaphalitusudahseharusnya. Mungkin pada awalnya pihak atau simpatisan Jokowi-JK serta pihak yang tidak berada di pihak Jokowi-JK menyayangk an pernyataan pada kampanye dan tidak setuju dengan kebijakan kenaikan harga BBM yang diambil oleh Jokowi. Hal ini kemudian menyebabkan banyak terjadi isu-isu dalam media yang kedengarannya menentang dan menolak kebijakan tersebut serta menunjukan penurunan popularitas Jokowi di kalangan masyarakat dan simpatisannya, seolah-olah telah terjadinya krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Jokowi-JKolehmasyarakatIndonesia. Jika dikaji kembali tentang kebijakan kenaikan harga BBM dari sisi ekonomi, banyak hal positif yang dapat diambil dari penerapan kebijakan kenaikan harga BBM tersebut apabila memang dijalankan sesuai dengan perencanaan yangada. Pada akhirnya masyarakat hanya akanberharapmendapatkanjawabanyang pasti tentang akankah kebijakan ini terus berjalan atau tidak. Bagi mereka yang memahami esensi dari kebijakan ini tentunya berharap agar pemerintah dapat melakukan pengurangan BBM bersubsidi secara bertahap. “Kalau dilihat dari janji- janji program pembangunan mereka, saya menebak bahwa pemerintah Jokowi-JK akan terus melaksanakan kebijakan harga BBM saat ini, karena mereka tidak akan mampu membiayai program-program pembangunan jika terus membiayai subsidiBBMyangborositu,”jelasRocky. 8 Edisi 68 Januari - Februari 2014 Harga minyak dunia yang mengalami tren penurunan sejak 6 bulan terakhir Ilustrasi:nasdaq.com/markets/crude-oil.aspx?timeframe=6m “Kalau dilihat dari janji- janji program pembangunan mereka, saya menebak bahwa pemerintah Jokowi-JK akan terus melaksanakan kebijakan harga BBM saat ini, karena mereka tidak akan mampu membiayai program-program pembangunan jika terus membiayai subsidi BBM yang boros itu.”
  • 9. Dialektika ECONOMICA PAPERS Sejak era pemerintah baru dibawah Jokowi-JK, eksekusi mati seolah mendapat angin segar. Jumlahnya meningkat tajam hanya dalam waktu singkat. Benarkah eksekusi mati melanggar Hak Asasi Manusia? Atau hukum memang harus ditegakkan tanpa pandang bulu? Ilustrasi:JenniferYolandaSimangungsong|BOE ukuman mati terpidana kasus Hnarkoba menjadi perbincangan panas pada akhir tahun 2014 hingga sekarang. Setelah melewati masa- masa kelonggaran hukuman mati narkoba pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Joko “Jokowi” Widodo melakukangebrakanbarudenganmenolak grasi 64 orang terpidana narkoba tanpa pandangbulu,baikwarganegaraIndonesia maupun asing. Sejauh ini terdapat terdapat enam terpidana yang telah dieksekusi mati, yaitu Rani Andriani (Banten), Namaona Denis (Malawi), Ang Kim Soe (Belanda), Marco Archer Cardoso Moreira (Brazil), M. Adami Wilson (Banten), Tra Thi Bich Hanh (Vietnam). Selain itu, dua terpidana mati "Bali Nine", Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dari Australia tinggal menunggu waktueksekusinyadalamwaktudekatini. Hukuman mati narkoba termasuk dalam hukum positif.Terbukti dari Undang- undang narkoba sendiri baik yang UU Narkotika 22 tahun 1997 maupun yang baruUUNarkotika35tahun2009,keduanya sama-sama menggunakan hukuman mati sebagai sanksi maksimal. Sistem eksekusi mati yang digunakan adalah dengan cara terpidana ditembak oleh tim juru tembak berjumlah 12 orang yang diatur dalam UU No 2 tahun 1964. Hukuman mati telah berlangsung sejak zaman Soeharto sehingga tidak dapat disangkal bahwa hukuman mati hampir selalu ada di setiap masa pemerintahan di Indonesia. Yang menjadi perbedaan adalah dalam hal pemberian grasi yang merupakan hak p re ro g a t i f Pre s i d e n , y a i t u c a r a mengampuni terpidana dengan melihat faktor-faktor kemanusiaan setelah sekian lamaberadadilembagapemasyarakatan. MenyangkutHAMdanKonstitusi Pelaksanaan hukuman mati kasus narkoba sendiri mengundang banyak perdebatan. Masyarakat pada umumnya merasa bahwa tindakan ini menunjukkan kepemimpinan Jokowi yang tegas dan tidak takut akan kecaman-kecaman dari negara lain maupun dari PBB dalam memusnahkan sistem peredaran narkoba di Indonesia. Jika hukuman tidak dilaksanakan, future offender tidak akan merasakan efek jera serta dapat memunculkan kecaman. Heru Susetyo, dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia,meyakinibahwapenolakangrasi oleh Jokowi telah dilakukan berdasarkan pertimbangan mengenai Hak Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut disebabkan oleh Kementrian Hukum dan HAM serta Mahkamah Agung yang berperan dalam wilayah tersebut. “Memang penjara sedikit dan jumlah terpidana sangat banyak, tapi bukan karena penjara penuh lantas mereka dieksekusi mati,” ujar Heru. Menurutnya, pidana mati sudah melewati pertimbangan yang cukup matang. Memang sering dikatakan melanggar HAM, namun hal itulahyangbisadilakukanuntukmemenuhi rasa keadilan masyarakat, terutama yang dirugikan. Pada sisi lain, Pembela HAM mengatakan tindakan eksekusi mati melanggar HAM. “Menurut saya, hak untuk hidup adalah hak dasar,” ujar Ani Widyani, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Hak dasar tersebut adalah manusia tidak diperbolehkan mengambil nyawa orang lain dengan semena-mena dalam keadaan apapun. 9Edisi 68 Januari - Februari 2015 Silang Pendapat Hukuman Mati Terpidana Narkoba Oleh: Jennifer Yolanda Simangungsong, Reza Adji Budiman
  • 10. ECONOMICA PAPERS ep Pernyataan ini pula diamini oleh Tobias Basuki, peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), bahwa hak hidup terdapat dalam konstitusi sehingga keputusan Indonesia mengenai hukuman mati ini bertentangan dengan Undang- UndangDasar1945. Menurut Ani, hukuman mati tidak bersifat mencegah peredaran narkoba secara holistik. Hukuman mati tidak memberi efek jera kepada pelaku karena hukum sesungguhnya hidup dalam konteks sosial masyarakat. Hukum bukan mengenai aturan dan institusi saja, tetapi bagaimana kondisi sosial kejahatan terjadi. Contohnya, faktor sosial yang menjadi penyebab munculnya peredaran narkoba adalah kemiskinan. Jika faktor-faktor sosial tidak diperhitungkan, maka eksekusi mati tidak akan mengurangi jumlah peredaran narkoba di Indonesia. Pengaruh transnasional di mana pengedar narkoba dapat bekerja menembus batas-batas wilayah negara melalui beragam jaringan pula menjadi batu sandungan dalam mencegah peredaran narkoba di Indonesia sehingga dapat dipastikan bahwa narkoba bukan lagi jenis kejahatan yang dapat dibasmi melalui satu cara yaitu eksekusi mati. Badan Nasional Narkotika (BNN) saat ini mencontoh pada Singapura dalam hal hukuman mati bagi terpidana narkoba karena Singapura merupakan salah satu negara teraman di dunia. Sayangnya, pernyataan ini tidak melihat aspek-aspek lain yaitu dalam konteks Indonesia, yang aparat penegak hukumnya bahkan masih terlibat di dalam kasus narkoba.“Hukuman mati juga beresiko dilakukan di tengah sistem peradilan seperti di Indonesia yang koruptif,” tutur Ani. Tobias berpendapat sama mengenai hal ini, “Deterrence effect dari hukuman mati narkoba di Indonesia sangat rendah, kalau kita lihat ke dalam lembaga-lembaga pemerintah masih terdapat kelicikan.” Keputusan dan penetapan tersangka sangat mungkin keliru serta rentan manipulasi dan relasi kuasa yang tidak setara. Jika keputusan yang dibuat di kemudian hari ditemukan ternyata keliru, nyawa dari terpidana mati tidak akan dapat dikembalikan kembali. Oleh sebab itu, law enforcement agencies Indonesia harus memiliki keberanian, contohnya BNN dan kepolisian untuk menindaklanjuti bandar-bandar besar narkoba. K a i t a n n y a d e n g a n H u b u n g a n Internasional Indonesia termasuk negara panutan di kalangan Internasional yaitu dengan menjadi bagian dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB sehingga banyak negara merasa ‘kaget’ dan mengecam keputusan eksekusi mati terpidana narkoba. Citra Indonesia sebagai negara demokratis tercederai. Situasi tegang dirasakan saat Belanda dan Brazil menarik duta besar di Jakarta menjelang eksekusi mati 18 Januari 2015 lalu. Australia pula bersikeras menyelamatkan terpidana mati “Bali Nine” hingga mengancam akan memboikot pariwisata Indonesia. Indonesia saat ini dianggap sebagai negara yang beradab sehingga diplomasi Internasional Indonesia sangat diuntungkan karena tidak dikucilkan dari hubungan antar negara seperti yang dihadapi oleh Korea Utara dan Myanmar. Sayangnya, keputusan mengenai hukuman mati ini berpotensi dalam mencederai diplomasi HAM Indonesia ke depannya. Menurut Ani, kebijakanhukumanmatiinimenjadisangat ironis karena Indonesia sangat konsisten dalam menolak hukuman mati terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Timur Tengah. Situasi ini akan menunjukkan inkonsistensi Indonesia dalam memandang eksekusi mati sehingga akan sulit bagi Indonesia untuk membebaskan TKI dari hukuman mati. Tobias pun sependapat dengan pernyataan Ani bahwa hak kita akan semakin minim dalam melindungi TKI di Arab Saudi dari hukuman mati. Di sisi lain, Tobias berpendapat bahwa penarikan duta besar negara lain tidak begitu berpengaruh bagi hubungan Indonesia dengan negara- negaratersebut. PertimbanganKembali Hal yang menjadi sangat ironis adalah terkadang hanya dengan mengeksekusi mati satu orang pelaku tidak akan merusak jaringan sistem peredaan narkoba. Pasalnya, masih banyak bandar narkoba yang mampu mengatur sistem peredaran narkoba meski telah berada dalam bui. Perihal narkoba di Indonesia sudah menjadi sebuah sistem yang sangat kompleks. Heru menyatakan bahwa terkadang mereka semua hanyalah kurir- kurir kecil yang bekerja pada bandar besar. Hukuman mati yang terburu-buru dijatuhkan pada kurir-kurir tersebut akan menghilangkan bukti-bukti yang mungkin dapatmunculdikemudianhari. Tobias juga berpendapat bahwa jumlah narkoba yang dibawa dapat menjadi pertimbangan terakhir jikalau hukuman mati ingin dipertahankan di Indonesia. “Martin Anderson dari Ghana yang hanya membawa 50 gram heroin bahkan terkena hukuman mati sama seperti yang membawa berkilo heroin,” tambahnya. Hukuman mati juga sering kali dilakukan dalam kurun waktu yang lama, misalnya kasus “Bali Nine” di mana vonis hukuman mati telah diberikan dari tahun 2006. Menurut Heru Susetyo, hal tersebut memiliki sisi positif dan negatif. Salah satu sisi positifnya adalah adanya waktu untuk merubah keputusan apabila ditemukan bukti-bukti baru. Sisi negatifnya adalah hal tersebut menyebabkan terpidana telah meninggal secara perdata namun hidup secara biologis sampai waktu terbuang habisdiharieksekusi. Hukumanmatiterpidananarkoba dapat menjadi pertimbangan bagi Jokowi melihat kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam jenis hukuman ini. Seperti kita ketahui, negara diatur berdasarkan kesepakatan dan norma yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang tergambarkan dalam UUD 1945. Dan yang tidak kalah pentingnya juga, kebersihan badan-badan peradilan dan penegak hukum perlu dilakukan sehingga penegakan hukum dapat dilakukan dengankonsistendantanpapandangbulu. 10 Edisi 69 Januari - Februari 2015
  • 11. Igauan ECONOMICA PAPERS ecangkir kopi hitam pekat tanpa Sg u l a . A m p a s y a n g m a s i h mengambang di permukaan tidak kuhiraukan. Aroma kopi dalam-dalam kuhirup, dan langsung kuminum tanpa k u t i u p . M e m b i a r k a n g e t i r d a n panasmenjalari lidah. Aku dan kopi pahitku tanpa gula, diminum begitu saja tanpa ada seni di dalamnya. Aku tidak perduli. Yang aku tahu, aku menikmatinya. Datar, sederhana,apaadanya. Entah mengapa tiba-tiba semesta berkonspirasi mencampuri kopi pahitku dengan gula. Awalnya dia datang hanya seperempat, kemudian setengah, lalu tiga perempat, dan lama-lama menjadi satu sendok penuh. “Manis,” ujar lidahku yang semula diam kini angkat bicara. Ada rasa baru yang kini hadir di dalam cangkir kopiku, menjalari lidahku, di luar kebiasaanku. “Tidakkah kau merindukan rasa pahit yang dulu? Rasa manis ini sulit dipercaya. Bisa-bisa kau dilumpuhkan olehnya!” otaku mulai gelisah dengan rasa barutersebut.Namunperingatanitusia-sia, lidahku terlanjur menyukainya. Ia tetap mengikuti konspirasi alam semesta, dan mengecaprasabaruitutanparasacuriga. “Tidak apa! Teruskan saja! Kalau perlu tambahkan rasa manisnya! Tidakkah kamu bosan dengan rasa yang itu-itu saja? Begini lebih nikmat! Begini baru terasa,” l i d a h k u t e r u s m e n g e c a p . A k u mendengarkan perdebatan antara otak dan lidahku seperti cream kopi yang sedang diaduk, berkecamuk.“Ah, sudahlah! Aku sudah memperingatkan. Jangan salahkan aku jika hal yang tidak kamu inginkan terjadi kepadamu!”otaku nampak sudah menyerah dan habis akal. “Percayalah,beginilebihbaik.Adarasabaru yang akhirnya hadir. Tidakkah itu menyenangkan? Sesuatu yang baru lebih menyenangkan daripada kedataran yang membosankan!” lidahku terus mengelak, mematahkan segala argumentasi- argumentasiyangdibuatotak. Aku mulai terbiasa dengan warna hitam pekat kopiku yang kini sudah berubah menjadi coklat muda terang. Aku kinijugaterbiasadengankehadirancangkir lain yang bersanding dengan cangkir langsing putihku, cangkir bulat merah menyala yang berisi kopi dengan cream dan busa putih yang mengembang – di putar sedemikian membentuk motif daun, dengan taburan bubuk coklat granula dan sepotong kayu manis di atasnya. Setiap sore, ia datang dengan cangkirnya, membuat baginya kopinya dan kopiku. Aku duduk dan membiarkannyamelakukan apa s a j a k e p a d a k o p i k u , k e m u d i a n menikmatinya. Menikmati kehadirannya, kesempurnaan yang dimilikinya. Kecerdasaannya yang kadang tidak masuk di nalar. Dua cangkir kopi yang menjadi korban percakapan sore kita. Mulai dari membahas terciptanya semesta raya sampai jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa, membicarakan evolusi manusia sampai revolusi suatu bangsa, sampai membicarakan keterlibatan jatuhnya pesawat anu dengan konspirasi organisasi agamis ini. Kehadirannya dalam balutan kesempurnaan itu membuat segala hal dalam duniaku yang tadinya datar dan 11Edisi 69 Januari - Februari 2015 Seorang Pria dan Secangkir Kopi Hitamnya Oleh: Ruth Artia Heldifanny Ilustrasi:Internet
  • 12. ECONOMICA PAPERS biasamenjadi cerahdanberwarna. Semakin sering ia datang, semakinseringpulaiamenuangkangulake dalam cangkir kopi hitamku. Semakin hari semakin banyak, lidahku mulai jengah dibuatnya. Sore -sore berikutnya kutemukankopikutaklagihitam.Warnanya coklat muda, dengan busa putih membubung tinggi di atasnya, tidak dibentuk daun. Namun diberi taburan coklat granula dan sepotong kayu manis di atasnya. Aku tertegun menatap cangkirku dan cangkir bulat merahnya bergantian. Ia membuat diriku kini sama persis dengan dirinya. “Stop, aku muak,” otaku yang sudah lama diamkinikembaliangkatbicara. “Rasanya terlalu manis. Aku lelah, muak sudah,”lidahkuberkatalirih. “Bukankah kamu yang menginginkan semuaini?”otakukembalibersuara. “Ya, memang. Tapi tidak sebanyak ini. Aku rasa aku tidak bisa lebih jauh lagi menerimanya,” sang lidah akhirnya mengaku,berbisiklirihdanpilu. Aku mengangkat cangkir putih yang berisi sama persis dengan punyanya, menghiruparomaguladancreamerdalam- dalam, menyesapnya kuat-kuat. Manisnya benar-benar membuat jengah. Aku merindukan kesederhanaan dalam secangkir kopi hitam pekatku. Aku meletakkan cangkir itu kembali. Dan sebelum dia membuka mulutnya untuk berbicara tentang entah teori macam apalagi yang tidak kumengerti, aku mendahuluinya.Untukpertamakalinya. “Apa kamu tidak bosan?” tanyaku. Sedikit takut-takut aku mencuri lihat ke arahnya. Ia menaikkanalisnya. “Maksud kamu? Bosan dengan apa? Kamu bosan mendengarkan aku?” tanyanya. Air mukanya keheranan. Aku membiarkan ada spasi di antara ruang cakap kita. Mengumpulkan segenap keberanian dalam diriku yang masih tersisa untuk mengatakanyangsebenarnya. “Apa kamu tidak bosan... dengan kita?”. Akhirnya.Akumengatakannya. “Maksud kamu?” sial. Pertanyaan itu lagi. Sesulit itukah bagi seorang wanita untuk tanpa gula, kembali duduk berdua. Tidak ada busa, tidak ada bubuk granula, atau potongan kayu manis menghiasinya. Semua sederhana, apa adanya. Tidak akan adalagikonspirasialamsemesta,atauteori- teori di luar nalar lagi sebagai penyandingnya. Hanya aku, menikmati kopiku dalam suasana nyaman tak dibuat- buat. Rasa pahit yang telah lama hilang kembalimenjalarilidahku. “Sudah puas?” otaku bertanya kepada lidahku setelah sekian lama mereka tidak bercakap-cakap. “Sudah. Begini ternyatajauh lebih baik,”ujar lidahku. Mungkin itu adalah percakapan terakhir yang mereka lakukan bahkan setelahlamasesudahnya. Aku tidak menyesal pernah menghadirkan rasa baru dalam hidupku. Aku tidak menyesal pernah memiliki cinta begitu dalam nikmat tak tertandingi. Aku juga bukanlah seorang ice king sepeti yang mereka bilang – menolak cinta, terlalu memilih. Namun, bagiku cinta bukanlah sebuah poros kehidupan yang harus selalu dipuja. Untukku, cinta adalah mereka yang akhirnya menemukan satu sama lain dalam sebuah kesederhanaan, dalam ruang kebebasan, tanpa ada sesuatu yang harus dipaksakan–siapamenjadibagaimana. Akumenyesapkopihitamku yang tanpa gula. Lebih baik hidupku begini, sederhana,tanpaadatambahanapa-apa. memberi kesimpulan tepat pada pernyataan pria tanpa harus menunggu si pria itu menjelaskan semuanya? Batinku kembalimengeluh. “Kamu datang dengan tiba-tiba, membawa rasabaruyangberbedakedalamcangkirku, dan hidupku. Awalnya semua itu menyenangkan–rasamanisyangkaubawa ke dalam hidupku yang pahit. Aku bahkan merasa bahwa kamulah yang bisa mengisi kekosongankusetelahsekianlama.Tapi...” “Tapi apa?” suaramu meninggi. Mimik mukamuberubahmenjadimarah. “You’re just too good for me. You’re just too good to be true,”. Alasan klise. Aku hendak menampar diriku sendiri setelah mengatakannya. Namun apa daya, itu kebenarannya. Setetes embun mencair dan meluncurbebasdarimatamu. “Aku tidak mengerti. Apa yang salah dengan...” “Aku merindukan kopi hitamku yang tanpa gula,” ujarku memotong ucapannya. Pipinyamemerah.Airmatanyakianderas. “Tapiakumencintaimu,tidakkahkamujuga mencintaiku?”sudah kuduga.Wanita pintar melakukan konspirasi dengan semesta dan kata-kata. Kalimatnya barusan membuat hatikumencelos.Akuterdiam. “Katakan padaku kamu juga cinta padaku! Bagaimana mungkin kamu tidak bisa mencintaiku hanya karena aku mengubah kopimu?”ujarnya.Suaranyakianparau. “Tolong jawab, apakah kamu mencintaiku?” ujarnya lagi. Aku menegakkan kepalaku yang sebelumnya tertunduk, menatap matanyayangbasahdalam-dalam. “Aku hanya merindukan kopi hitam pahitku yang tanpa gula, dan hidupku yang lama. Dan itu semua adalah sebelum ada kamu. Sehingga,maafkanaku...” “Dasar lelaki bajingan kamu!!” jeritnya terisak. Sejurus kemudian ia bangkit sambil melangkahkan kaki keluar dari rumahku. Dan aku tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya. Walaupun aku tau, bersamaan dengan keluarnya ia dari pintu itu,iaakanselamanyakeluardarihidupku. Sore itu, aku dan cangkir putihku yang kembali berisi kopi hitam pekat, pahit 12 Edisi 69 Januari - Februari 2015 ep “You’re just too good for me. You’re just too good to be true,”. Alasan klise. Aku hendak menampar diriku sendiri setelah mengatakannya. Namun apa daya, itu kebenarannya. Setetes embun mencair dan meluncur bebas dari matamu.
  • 13. Episiklus ECONOMICA PAPERS Oleh: Divisi Penelitian Badan Otonom Economica asyarakat suatu negara bukan Mhanya menjadi objek pimpinan dari pemerintah yang sedang menjabat, tetapi juga turut menjadi pengawas atas berjalannya suatu p e m e r i n t a h a n . M e l a l u i p r o s e s pemilihan yang sengit, Joko Widodo resmi terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilu Presiden tahun 2014 didampingi oleh Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Di usia pemerintahan yang masih sangat dini, puluhan juta pasang mata penduduk Indonesia mengawasi setiap langkah kebijakan yang diambil oleh Presiden Jokowi. Sebagian masyarakat Indonesia ingin ekspektasi atas visi Jokowi-JK untuk segera dibuktikan, sedangkan sebagian masyarakat yang belum menaruh hatinya terhadap Jokowi untuk menjadi presiden ingin diyakinkan dengan berbagai pilihan kebijakannya dalam memimpin negeri ini. Beragam tanggapan dari berbagai lapisan masyarakat atas kinerja 100 hari pemerintahan Presiden Jokowi melatarbelakangi Badan Otonom Economica melakukan survei bertajuk “Kinerja 100 Hari Jokowi-JK di Mata Mahasiswa”. Responden survei terdiri dari 132 mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia yang berusia antara 17 hingga 23 tahun. Secara garis besar, hasil survei menunjukkan bahwa 73% dari responden menilai bahwa kinerja Jokowi-JK selama 100 hari tidak memuaskan secara umum, tetapi 32% responden y a k i n a k a n k e b e r h a s i l a n pemerintahan Jokowi-JK dalam memimpin Indonesia ke depannya. 13Ilustrasi:BerthaFaniaMaula(BOE) Edisi 69 Januari - Februari 2015 Kinerja 100 Hari Jokowi-JK dalam Sudut Pandang Mahasiswa
  • 14. ECONOMICA PAPERS14 Edisi 69 Januari - Februari 2015
  • 15. What’s Up! ECONOMICA PAPERS Documentary Days 2014: Voice of The Voiceless edah Kampus Universitas Indonesia B15 (BK UI 15) adalah acara yang menjadi wadah pemberian informasi yang lengkap mengenai Universitas Indonesia dan perkuliahannya kepada peserta yang adalah siswa/i sekolah tingkat menengah atas. BK UI15 berada di bawah naungan Kantor Komunikasi dan Informasi (KKI) Badan Eksekutif Mahasiswa UI 2014. BK UI diselenggarakan pada tanggal 15-16 November 2014 di Balairung UI,Depok dan tahun 2014 merupakan tahun pelaksanaan BKUI untuk ke-15 kalinya. Lebih dari 15.000 peserta telah terdaftar pada BK UI tahun ini. Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut terdiri dari talkshow mengenai “Panduan Perjalanan”dan“Berita Perjalanan”, kunjung fakultas menggunakan bis kuning, dan panggung bazaar yang diisi oleh mahasiswa berprestasi dari 14 fakultas, hiburan,dangames. Pada penyelenggaraannya kali ini, BK UI mengusung ‘perjalanan’ sebagai tema kegiatannya. Perjalanan ini sendiri diibaratkan sebagai sebuah proses yang harus dilewati oleh seluruh siswa/i pada jenjang sekolah menengah atas yang akan memulai fase baru dalam kehidupan dan pendidikan mereka. Maka untuk memulai perjalanan itu, dibutuhkan kendaraan yang kuat dan mampu bermanuver dengan bebas. Kendaraan yang paling tepat untuk melewatifase tersebut adalah biplane,yaitu pesawat dengan sayap ganda yang hanya bisa dikendarai satu orang, dan di sini para siswa/i SMA tersebut merupakan pilotnya. Biplane akan membantu melihat UI dengan jauh lebih luas dan objektif. Para peserta diharapkan dapat menentukan pilihan di mana kalian akan mendarat dan melanjutkanperjalananbaru. 15 Edisi 69 Januari - Februari 2015 ocumentary Days 2014 adalah Dsebuah festival film yang dibawahi oleh Badan Otonom Economica. Tema Documentary Days 2014 kali ini adalah Voice of the Voiceless: Speaking on BehalfoftheUnheard. Rangkaian acara dari festival film ini sangat beragam, mulai dari screening (pemutaran film) di Universitas Indonesia dan diTaman Ismail Marzuki sampai diskusi film documenter. Tidak hanya itu, Documentary Days 2014 juga mengadakan kompetisi membuat film dokumenter. Partisipannya sangat beragam, mulai dari film-film dokumenter buatan anak SMA sampai film dokumenter yang dibuat oleh komunitas-komunitasfilm. Documentary Days 2014 berjalan dengan sangat seru. Kursi-kursi yang disediakan sebagai tempat duduk untuk menonton film hampir terisi penuh. Diskusi film juga tidak kalah meriah, penonton cukup antusias dalam diskusi yang membahas film dokumenter berjudul Alkinemokiye: From Struggle Dawns New Hope karya Dandhy Dwi Laksono. Pembicara diskusi juga berasal dari orang- orang yang ahli dalam bidang yang sedang dibahas, di antaranya adalah Ari Trismana, Lugina Setyowati, Mohammad Mustaqim dan Mercellinus J. Raymond sebagai moderator. Para partisipan berharap bahwa Documentary Days mampu untuk memberikan sumbangsih terkait per kembangan dunia per filman dokumenter Indonesia seiring berjalannya waktu.(Adji) Bedah Kampus Universitas Indonesia 15: Start Your Journey Sumber:Dok.DocdaysFEBUI2014Foto:DeaArista