2. DEFINISI
• Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
• Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis, yang
terjadi pada pasien dengan DM yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi
yang berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vascular perifer dengan derjat
bervariasi dan atau komplikasi metabolic dari diabetes, biasanya terjadi di ekstremitas bawah
(telapak kaki).
Sumber : Alexiadou K, Doupis J. Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther. 2012:3;4
3. EPIDEMIOLOGI
• Insiden tahunan DFU di seluruh dunia
adalah antara 9,1 – 26,1 juta.
• Sekitar 15-25% pasien dengan DM akan
mengembangkan DFU selama hidup
mereka
• DFU dapat terjadi pada semua usia
tetapi paling sering pada pasien DM
usia > 45 tahun.
Sumber : Tony I. Oliver. Diabetic Foot Ulcer. Pubmed Satrpearles. 2022 Jan.
4. ETIOPATOGENESIS
Sumber : Hutagalung, M. B. Z., Eljatin, D. S., Sarie, V. P., Sianturi, G. D. A., & Santika, G. F. (2019). Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana.
Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 414-418.
6. DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Vaskular
Pemeriksaan Neurogical
Pemeriksaan Dermatological (infection)
Pemeriksaan Musculosceletal
Sumber :
• IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic Foot – 2017
• Miller JD, Carter E, Shih J, et al. How to do a 3-minute diabetic foot exam. J Fam Pract. 2014; 63: 646-656
7. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
pemeriksaan neuropati sensorik
• tes Semmes-Weinsten monofilament
• Menggunakan monofilamen menilai empat
area utama pada permukaan plantar kaki
• tempatkan monofilament sampai
melengkung dan tahan dua detik.
• Pasien ditutup matanya dan menjawab “ya”
bila pasien merasakannya.
• Tempat yang biasanya disukai pengujian
yaitu : permukaan plantar kepala metatarsal
1, 3 dan 5 dan permukaan plantar hallux
• Diagnosis neuropati ditentukan jika pasien
tidak merasakan 1 dari 4 area yang diuji.
Pemeriksaan Neurogical
Pemeriksaan neuropati motoric
• Minta pasien fleksi dan ekstensi jempol
kaki dan pergelangan kaki untuk menilai
kelemahan.
Pemeriksaan neuropati Otonom
perubahan regulasi suhu, kulit lebih dingin,
kulit kering dan hilang atau berkurangnya
rambut pada ekstremitas bawah.
Sumber : IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic Foot – 2017
8. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Nilai pulsa pedal :
• Apakah kaki terasa hangat atau dingin saat disentuh ?
• Apakah ada rambut yang tumbuh di jari kaki, kaki atau tungkai ?
• Periksa denyut nadi dorsalis pedis jika lemah/tidak ada,
periksa denyut nadi tibilialis posterior jika lemah. Tidak ada,
periksa denyut nadi popliteal
• Apakah terdapat dependent rubor ? Warna merah menyala
sampai kehitaman yang terlihat jika posisi kaki tergantung
(duduk) tetapi tidak jika ditinggikan diatas jantung. Merupakan
tanda penyakit arteri perifer.
• Diuji dengan : mengangkat kaki 60 derajat selama 1 menit. Jika
pucat dalam waktu 25 detik membutuhkan pemeriksaan ABI.
Pemeriksaan vaskuler
Sumber : IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic Foot – 2017
9. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan vaskuler noninvasif meliputi pengukuran oksigen
transkutan, ankle-brachial index (ABI), tekanan sistolik jari kaki.
• ABI merupakan pemeriksaan noninvasif yang dengan mudah
dilakukan dengan menggunakan alat Doppler. Cuff tekanan
dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai nadi pada
brachialis tidak dapat dideteksi Doppler. Cuff kemudian
dilepaskan perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali
nadi brachialis.
• ABI didapatkan dari tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik
brachialis
• ABI kurang dari 0.90 sesuai dengan penyakit Arteri Perifer
rujuk ke konsultasi vaskluler.
Pemeriksaan vaskuler
Sumber : IDF Clinical Practice Recommendations on the
10. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
• Apakah ada callus/kapalan ?
• Apakah ada ulserasi ? Luka terinfeksi ? Apakah ada kemerahan,
bengkak, nyeri, eksudat atau bau ?
• Apakah ada fissuring/retakan ?
• Apakah ada kulit kering karena neuropati otonom ?
• Ada area yang kemerahan (iritasi/gesekan) karena penggunaan
kaki dan trauma berulang saat berjalan ?
Pemeriksaan Dermatological
Sumber : IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic
Foot – 2017
13. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi deformitas Charcot foot ?
• Gejala awal : pada pasien dengan neuropatik (merah, bengkak,
nyeri dan suhu tinggi)
• Pemeriksaan kaki : pemeriksaan sensasi yaitu sentuhan, nyeri
dan suhu.
• Dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Musculosceletal
Sumber : IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic Foot – 2017
14. Tatalaksana
1. Mengidentifikasi kaki berisiko
2. Secara teratur memeriksa dan memeriksa kaki yang berisiko
3. Mendidik pasien, keluarga, dan profesional kesehatan
4. Memastikan pemakaian alas kaki yang sesuai secara rutin
5. Mengobati faktor risiko ulserasi
• Tatalaksana pencegahan penting pada ulkus kaki diabetes karena hampir
85% kasus berakhir amputasi.
• Tatalaksana dilakukan dengan pendekatan multidisiplin.
• Terdapat five cornerstones of foot management dari International Working
Group on the Diabetic Foot (IWDF):
KONSERVATIF
Sumber : Hutagalung, M. B. Z., Eljatin, D. S., Sarie, V. P., Sianturi, G. D. A., & Santika, G. F. (2019). Diabetic Foot Infection
(Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana. Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 414-418.
15. Tatalaksana
mengklasifikasikan luka tersebut, yang umum digunakan adalah klasifikasi Wagner, yang
dapat membantu menentukan intensitas dan durasi terapi.
Initial Management Abscess or Gangrene
Sumber : Widyahening, I. S.; van der Graaf, Y.; Soewondo, P.; Glasziou, P.; van der Heijden, G. J. Awareness, agreement,
adoption and adherence to type 2 diabetes mellitus guidelines: a survey of Indonesian primary care physicians
debridemen yang ekstensif, perawatan luka yang baik, mengurangi tekan/beban di ulkus,
dan kontrol infeksi.
Grade 1 & 2
debridemen, kontrol infeksi, perawatan luka, mengurangi tekanan/beban ulkus. Pasien di
kategori ini berisiko untuk amputasi dan memerlukan tatalaksana holistik dan koordinasi
antara pekerja kesehatan.
Grade 3
mengalami lesi yang rumit, seringkali memerlukan perawatan inap di rumah sakit,
konsultasi operasi dan terkadang amputasi.
Grade 4 & 5
16. Tatalaksana
• Debridemen ulkus diabetikum (membersihkan luka dari jaringan
mati) merupakan langkah awal yang penting dalam pengelolaan
luka.
• Gold Standard pada ulserasi diabetikum.
• Biasanya dilakukan untuk ulkus dengan jaringan nekrotik yang
luas.
Wound Control
Sumber : Clinical PRACTICE DEVELOPMENT. Wound bed preparation: TIME in practice
Kendali luka dilakukan dengan cara perawatan luka dengan konsep TIME:
T Tissue Debridement
17. TATALAKSANA
Debridement
• Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan
luka.
• Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari
tepi luka ke jaringan sehat.
• Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang
membantu proses penyembuhan luka.
• Metode debridement ada 5 macam :
Mempertahanka
n suasa luka agar
tetap lembab.
Autolitik
gen topikal yang akan
merusak jaringan nekrotik
(papain, colagenase,
fibrinolisin-Dnase, papain-
urea, dsb.)
enzimatis
mengurangi dan
membuang
jaringan nekrotik
pada dasar luka.
Mekanis
mengurangi dan
larva (maggot
debridement
Teraphy (MDT)).
Biologis
mengeksisi luka
sampai mencapai
jaringan yang normal
dan vaskularisasinya
baik
Bedah
Sumber : Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017
18. Tatalaksana
Lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan
spektrum luas (seperti misalnya golongan sefalosporin),
dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman
anaerob (seperti misalnya metronidazol).
Wound Control
Sumber :
• Clinical PRACTICE DEVELOPMENT. Wound bed preparation: TIME in practice
• IDF Clinical Practice Recommendations on the Diabetic Foot – 2017
I Inflammation And Infection Control
19. Tatalaksana
Terkadang kulit menjadi sangat kering. Kulit bisa mengelupas dan
retak. Saraf yang mengendalikan minyak dan kelembaban pada kulit
mungkin tidak lagi bekerja.Setelah mandi, keringkan kulit dan jaga
kelembaban dengan pengolesan emolien.
Wound Control
Sumber : Clinical PRACTICE DEVELOPMENT. Wound bed preparation: TIME in practice
M Moisture Balance (Menjaga Kelembaban)
Kontraksi luka dan pertumbuhan epitel dievaluasi untuk melihat
apakah dressing dan perawatan luka yang dilakukan sudah sesuai
atau belum. Beragam modalitas terapi untuk meningkatkan efektifitas
epitelisasi, seperti penggunaan electromagnetic therapy (EMT), terapi
laser, dan terapi ultrasound.
E Epithelial Edge Advancement
20. Tatalaksana Vaskular Control
Sumber : Mendez JJ, Neves JJ; Diabetic Foot Infection: Current Diagnosis and Treatment, The Journal of Diabetic Foot
Complication, volume 4. Diabetic Foot Disease: From the evaluation of the “foot at risk” to the novel diabetic ulcer
treatment modalities.World J Diabetes: 2016
• Ankle pressure <50mmHg atau ABI <0,5 urgent vascular imaging
revaskularisasi
• Toe pressure <30mmHg atau TcpCO2 <25 mmHg revaskularisasi
• Jika dalam 6 minggu ulkus gagal sembuh revaskularisasi
• Jika mempertimbangkan amputasi mayor (yaitu, di atas ankle), pertama-tama
pertimbangkan opsi revaskularisasi
21. Tatalaksana Mechanical Control
Offloading
• Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu
komponen penanganan ulkus diabetes.
• Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat tekanan
tinggi.
• Total Contact Casting (TCC) merupakan metode offloading yang paling
efektif. TCC dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus untuk
menyebarkan beban pasien keluar dari area ulkus.
• Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama perawatan dan
bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu
penyembuhan luka.
• Kerugian TCC antara lain membutuhkan ketrampilan dan waktu, iritasi dari
gips dapat menimbulkan luka baru, kesulitan untuk menilai luka setiap
harinya.
• Karena beberapa kerugian TCC tersebut, lebih banyak digunakan Cam
Walker, removable cast walker, sehingga memungkinkan untuk inspeksi luka
setiap hari, penggantian balutan, dan deteksi infeksi dini.
Sumber : Hariani L, Perdanakusuma D. Perawatan Ulkus Diabetes. [ disertasi ] Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.2006.
22. Tatalaksana Metabolic Control
Keadaan umum harus diperhatikan dan diperbaiki.
Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki
berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
Penurunan BB yang cepat
Hiperglikemia berat disertai ketosis
Krisis Hiperglikemia
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Kehamilan dengan DM / DM gestasional
Gangguan fungsi ginjal / hati yang berat
Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO
Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Insulin diperlukan pada keadaan :
Sumber : Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. 2019
23. Tatalaksana Education Control
Sumber : Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. 2019
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air
2. Periksa kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,kemerahan,
atau luka.
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
4. Selalu Menjaga Kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim pelembab
pada kulit yang kering
5. Potong kuku secara teratur
6. Keringkan kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung jari kaki
7. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
8. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung
jari kaki
9. Jika ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
10. Jika Sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
11. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar
12. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/ batu untuk menghangatkan kaki
24. Prognosis
Prognosis pada penderita dapat diperbaiki dengan mengontrol diabetesnya,
menjaga kebersihan kaki dan terapi vaskuler yang teratur. Prognosis
penyembuhan juga ditentukan oleh adanya komplikasi pada pembuluh darah
berupa peradangan yang disertai sumbatan pada sistem vena disebut
tromboflebitis, paling sering pada sistem vena tepi.
26. ETIOPATOGENESIS
Sumber : Hutagalung, M. B. Z., Eljatin, D. S., Sarie, V. P., Sianturi, G. D. A., & Santika, G. F. (2019). Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana.
Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 414-418.
27. TATALAKSANA
• Tujuan utama : penutupan luka.
• Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus,
vaskularisasi dan adanya infeksi.
• Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal : debridement, offloading dan kontrol infeksi.
Perawatan umum dan diabetes
• Regulasi glukosa darah perlu dilakukan, meskipun belum ada bukti adanya hubungan langsung antara
regulasi glukosa darah dengan penyembuhan luka.
• Hal itu disebabkan fungsi leukosit terganggu pada pasien dengan hiperglikemia kronik.
• Perawatan meliputi beberapa faktor sistemik yang berkiatan yaitu hipertensi, hiperlipidemia, penyakit
jantung koroner, obesitas, dan insufisiensi ginjal.
28. TATALAKSANA
Offloading
• Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu
komponen penanganan ulkus diabetes.
• Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat tekanan
tinggi.
• Total Contact Casting (TCC) merupakan metode offloading yang paling
efektif. TCC dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus untuk
menyebarkan beban pasien keluar dari area ulkus.
• Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama perawatan dan
bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu
penyembuhan luka.
• Kerugian TCC antara lain membutuhkan ketrampilan dan waktu, iritasi dari
gips dapat menimbulkan luka baru, kesulitan untuk menilai luka setiap
harinya.
• Karena beberapa kerugian TCC tersebut, lebih banyak digunakan Cam
Walker, removable cast walker, sehingga memungkinkan untuk inspeksi luka
setiap hari, penggantian balutan, dan deteksi infeksi dini.
29. TATALAKSANA
Penanganan Infeksi
• Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi pada luka.
• Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan pendekatan sistemik untuk
penilaian yang lengkap.
• Diagnosis infeksi terutama berdasarkan keadaan klinis seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya
nanah dari luka.
Menurut The Infectious Diseases Society of America
• Infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm
• Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm
• Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi
sistemik..
Derajat Infeksi
• Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak
meluas sampai tulang atau sendi.
• Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah
meacapai tulang atau sendi, serta adanya infeksi
sistemik.
Ulkus diabetes yang terinfeksi
30. TATALAKSANA
Penanganan Infeksi
• infeksi yang tidak membahayakan (non-limb
threatening) biasanya disebabkan oleh
staphylokokus dan streptokokus
• Infeksi ringan dan sedang dapat dirawat
poliklinis
• Dengan pemberian antibiotika oral, misalnya
cephalexin, amoxilin-clavulanic, moxifloxin
atau clindamycin.
Infeksi Ringan - Sedang
• biasanya karena infeksi polimikroba, seperti staphylokokus,
streptokokus, enterobacteriaceae, pseudomonas,
enterokokus dan bakteri anaerob misalnya bacteriodes,
peptokokus, peptostreptokokus.
• Pada infeksi berat harus dirawat dirumah sakit, dengan
pemberian antibiotika yang mencakup gram posistif dan
gram negatif, serta aerobik dan anaerobic.
• Pilihan antibiotika intravena untuk infeksi berat meliputi
imipenem-cilastatin, B- lactam B-lactamase (ampisilin-
sulbactam dan piperacilin-tazobactam), dan cephalosporin
spektrum luas
Infeksi Berat
31. TATALAKSANA
Pembedahan
• Debridement
dilakukan untuk membuang jaringan mati dan terinfeksi dari ulkus, callus hipertropik. Pada debridement juga
ditentukan kedalaman dan adanya tulang atau sendi yang terinfeksi.
• Pembedahan Revisional
dilakukan pada tulang untuk memindahkan titik beban. Tindakan tersebut meliputi reseksi metatarsal atau ostektomi
• Pembedahan Vaskuler
apabila ditemukan adanya gejala dari kelainan pembuluh darah, yaitu nyeri hebat, luka yang tidak sembuh, adanya
gangren.
• Autologous skin graft
merupakan ukuran standar penutupan luka partial thickness.
• Skin allograft
memungkinkan penutupan luka yang luas dan dalam dimana dasar luka tidak mencukupi untuk dilakukannya
autologus skin graft.
• Jaringan pengganti kulit (Dermagraft, Apligraft)
• Penutupan dengan flap
Editor's Notes
Staphylococcus aureus.
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi, neuropati, dan infeksi.
Kadar glukosa darah tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi kronik neuropari perifer berupa neuropati sensorik, motorik, dan autonom.
Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot sehingga terjadi miomekanik abnormal pada kaki dan menimbulkan deformitas khas seperti hammer toes, claw toes dan charcoat. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus.
Neuropati sensorik menurunnya sensansi sensorik sehingga kaki diabetic dapat dengan mudah mengalami perlukaan tanpa disadari. Apabila terus berulang maka akan berakibat menjadi charcoat.
Neuropati autonom menyebabkan perubahan aliran mikrovaskuler dan terjadi Arteri Venous Shunting, shh mengganggu perfusi ke jaringan , meningkatkan temperature kulit, dan terjadinya edema, selain itu kaki penderita menjadi kering dan timbul fissure karena menurunnya fungsi kelenjar keringat sehingga cenderung menjadi hiper keratosis dan mudah timbul ulkus.
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai,
DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri) pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum.
Aterosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otototot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes.
Charcot foot merupakan komplikasi paling berbahaya dari kaki, ini adalah kerusakan kronis, progresif, total dari sendi yang menahan beban yang ditandai dengan kerusakan tulang, resorpsi tulang dan akhirnya deformitas.
diabetik4 tahap perkembangan:
Adanya riw trauma ringan disertai kaki panas, merah dan bengkak
Terjadi disolusi, fragmentasi, dan fraktur pada persendian tarsometatarsal
Terjadi fraktur dan kolaps persendian
Timbul ulserasi plantaris pedis
Mati rasa dan kesemutan di kaki ?
Sensasi terbakar ? Apakah lebih buruk di malam hari atau saat istirahat ?
Nyeri pada kaki atau tungkai saat berjalan yang membatasi mobilitas ?
Keluhan pada kaki dan bila digerakan segera menghilang atau dengan duduk atau membungkuk ke depan?
Riwayat ulkus kaki ?
Bengkak di kaki atau telapak kaki ?
Apakah kaki panas atau dingin ?
Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki diangkat setinggi jantung selama 1-2 menit.
PAD : peripheral arterial disease
Doppler ultrasonic probe
Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki diangkat setinggi jantung selama 1-2 menit.
PAD : peripheral arterial disease
Doppler ultrasonic probe
Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki diangkat setinggi jantung selama 1-2 menit.
PAD : peripheral arterial disease
Doppler ultrasonic probe
Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki diangkat setinggi jantung selama 1-2 menit.
PAD : peripheral arterial disease
Doppler ultrasonic probe
Neuropati merupakan komponen kunci terjadinya charcot osteoathropathy
Episode berulang seperti kekuatan menahan beban yang konstan saat berjalan, dapat memicu charcot akut.
Operasi kaki dan pergelangan kaki, peristiwa traumatis eksternal, infeksi jaringan lunak, dan infeksi tulang dapat memicu perkembangan kaki charcot
Dalam “kaki minus Instrinsik” neuropati motoric menyebabkan perubahan gaya pada lengkung kaki depan serta perubahan gaya berjalan dengan bebdan abnormal.
DD charcot foot : selulitis, asam urat, osteomyelitis dan thrombosis vena dalam.
Charcot foot merupakan komplikasi paling berbahaya dari kaki, ini adalah kerusakan kronis, progresif, total dari sendi yang menahan beban yang ditandai dengan kerusakan tulang, resorpsi tulang dan akhirnya deformitas.
TIME waktu yang kita perlukan untuk berkejar-kejaran dengan infeksi.
Debridement Autolitik merupakan usaha tubuh untuk melakukan penghancuran nonvital dengan enzim yang dapat mencairkan jaringan nonvital, yang bekerja secara maksimal pada keadaan yang lembab.
Debridement enzimatis menggunakan agen topikal yang akan merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti papain, colagenase, fibrinolisin-Dnase, papain-urea, streptokinase, streptodornase dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka sehari sekali, kemudian dibungkus dengan balutan tertutup. Penggunaan agen topikal tersebut tidak memberikan keuntungan tambahan dibanding dengan perawatan terapi standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas dan secara umum diindikasikan untuk memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada luka dengan perfusi arteri terbatas
Debridement mekanis mengurangi dan membuang jaringan nekrotik pada dasar luka. Teknik debridement mekanis yang sederhana adalah pada aplikasi kasa basah-kering (wet-to-dry saline gauze). Setelah kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan sampai mengering, debris nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis akan terkelupas dari dasar luka ketika kasa dilepaskan.
Debridement biologis upaya debridement secara biologis dapat dilakukan dengan larva yang disebut MDT. Prosedur ini dapat membersihkan jaringan nekrotik tanpa rasa nyeri, membunuh bakteri, dan menstimulasi penyembuhan luka.
Debridemen Bedah dengan menggunakan skalpel, gunting, kuret atau instrumen lain disertai irigasi untuk membuang jaringan nekrotik dari luka. Tujuan : mengeksisi luka sampai mencapai jaringan yang normal dan vaskularisasinya baik
AGPC : aerobic gram positive cocci
MRSA : methicillin resistant S. aureus
Jangan langsung menghajar dengan memberikan antibiotic, jika tidak ada tanda2 ini :
Kriteria SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)
Suhu tubuh > 38 C atau < 36 c
Denyut jantung > 90 x/m
Frekuensi napas > 20 x/m
Hasil hitung sel leukosit < 4000 sel/mm3 atau > 12.000 sel/ mm3
SIRS (+) jika > 2 kriteria
Bagaimana jika tidak ada tanda diatas? maka diberikan antibiotic topical yaitu :
Silver sulphadiazine (biasanya pada luka bakar)
Polyhexamethylene biguanide (PHMB)
Povidone iodine
madu
TcpO2 (transcutaneous oxygen tension) menilai tekanan oksigen pada area yang yang berhubungan dengan luka dan pemeriksaan ini disarankan menjadi alat diagnostic untuk menilai kemungkinan penyembuhan luka.
Tidak dipengaruhi kalsifikasi arteri seperti ABI, bisa untuk eval pasien diabet dengan critical limb ischemia.
Untuk diagnosis PAD : >60 mmHg
Untuk wound healing : > 40 mmHg
Impaired wound healing: 20 – 40 mmHg
Tujuan Revaskularisasi pada pasien diabetic foot adalah untuk mendapatkan perfusi yang cukup untuk mengontrol infeksi dan menyelamatkan extremitas dan menghindari amputasi
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi, neuropati, dan infeksi.
Kadar glukosa darah tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi kronik neuropari perifer berupa neuropati sensorik, motorik, dan autonom.
Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot sehingga terjadi miomekanik abnormal pada kaki dan menimbulkan deformitas khas seperti hammer toes, claw toes dan charcoat. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus.
Neuropati sensorik menurunnya sensansi sensorik sehingga kaki diabetic dapat dengan mudah mengalami perlukaan tanpa disadari. Apabila terus berulang maka akan berakibat menjadi charcoat.
Neuropati autonom menyebabkan perubahan aliran mikrovaskuler dan terjadi Arteri Venous Shunting, shh mengganggu perfusi ke jaringan , meningkatkan temperature kulit, dan terjadinya edema, selain itu kaki penderita menjadi kering dan timbul fissure karena menurunnya fungsi kelenjar keringat sehingga cenderung menjadi hiper keratosis dan mudah timbul ulkus.
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai,
DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri) pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum.
Aterosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otototot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes.
Charcot foot merupakan komplikasi paling berbahaya dari kaki, ini adalah kerusakan kronis, progresif, total dari sendi yang menahan beban yang ditandai dengan kerusakan tulang, resorpsi tulang dan akhirnya deformitas.
diabetik4 tahap perkembangan:
Adanya riw trauma ringan disertai kaki panas, merah dan bengkak
Terjadi disolusi, fragmentasi, dan fraktur pada persendian tarsometatarsal
Terjadi fraktur dan kolaps persendian
Timbul ulserasi plantaris pedis
Flap adalah lembaran jaringan mukosa terdiri dari jaringan gingiva, mukosa alveolar dan atau jaringan periosteum yang dilepaskan / dissection.
Dermagraf : implant biologic aktif untuk mempercepat penyembuhan ulkus