Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan Clinical Pathways sebagai salah satu komponen sistem DRG-Casemix untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau. Clinical Pathways merupakan rencana pelayanan terpadu yang mencakup setiap langkah perawatan pasien berdasarkan standar medis dan keperawatan. Implementasi Clinical Pathways dapat digunakan untuk mengukur kinerja, melakukan audit mutu, dan mengendalikan biaya pelayan
Menyusun indikator mutu rumah sakit adalah tugas yang gampang-gampang susah. Gampang karena bentuknya pecahan sederhana. Susah karena konsekuensinya besar. Berikut saya menyumbangkan pemikiran untuk menyusun indikator mutu dengan bekal latihan selama kuliah dan pengamatan selama proses akreditasi. Tulisan ini pernah dimuat di Web Mutu Pelayanan Kesehatan dengan tautan: http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1986
Semoga bermanfaat, salam!
Dokumen tersebut membahas tentang audit medis yang merupakan salah satu bagian penting dalam meningkatkan mutu pelayanan medis. Audit medis dilakukan untuk menilai apakah pelayanan medis telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan menelaah rekam medis pasien. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, tujuan, dan siklus audit medis yang terdiri dari enam tahapan mulai dari pemilihan topik, penetapan kriteria,
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen rantai pasokan (supply chain management) yang mencakup definisi, aktivitas, manfaat, dan penerapannya dalam industri kefarmasian dan pelayanan kesehatan di rumah sakit."
Dokumen tersebut membahas tentang instrumen penilaian sistem kinerja di rumah sakit yang meliputi aspek maternal, neonatal, tata kelola klinik, dan pencegahan infeksi untuk mengukur kinerja rumah sakit berdasarkan standar dan mengidentifikasi kesenjangan untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas rencana penyempurnaan instalasi farmasi rumah sakit. Terdapat penjelasan mengenai standar pelayanan farmasi rumah sakit, tugas pokok dan fungsi instalasi farmasi, serta perlunya penyempurnaan organisasi dan SDM untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Power point renstra penunjang medis RSPB 2013EARLY SUSAN
Dokumen tersebut merupakan rencana kerja penunjang medis rumah sakit yang mencakup analisis faktor eksternal dan internal, visi, misi, nilai-nilai, sasaran strategis, dan balanced scorecard untuk meningkatkan kualitas layanan penunjang medis.
Menyusun indikator mutu rumah sakit adalah tugas yang gampang-gampang susah. Gampang karena bentuknya pecahan sederhana. Susah karena konsekuensinya besar. Berikut saya menyumbangkan pemikiran untuk menyusun indikator mutu dengan bekal latihan selama kuliah dan pengamatan selama proses akreditasi. Tulisan ini pernah dimuat di Web Mutu Pelayanan Kesehatan dengan tautan: http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1986
Semoga bermanfaat, salam!
Dokumen tersebut membahas tentang audit medis yang merupakan salah satu bagian penting dalam meningkatkan mutu pelayanan medis. Audit medis dilakukan untuk menilai apakah pelayanan medis telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan menelaah rekam medis pasien. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, tujuan, dan siklus audit medis yang terdiri dari enam tahapan mulai dari pemilihan topik, penetapan kriteria,
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen rantai pasokan (supply chain management) yang mencakup definisi, aktivitas, manfaat, dan penerapannya dalam industri kefarmasian dan pelayanan kesehatan di rumah sakit."
Dokumen tersebut membahas tentang instrumen penilaian sistem kinerja di rumah sakit yang meliputi aspek maternal, neonatal, tata kelola klinik, dan pencegahan infeksi untuk mengukur kinerja rumah sakit berdasarkan standar dan mengidentifikasi kesenjangan untuk perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas rencana penyempurnaan instalasi farmasi rumah sakit. Terdapat penjelasan mengenai standar pelayanan farmasi rumah sakit, tugas pokok dan fungsi instalasi farmasi, serta perlunya penyempurnaan organisasi dan SDM untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Power point renstra penunjang medis RSPB 2013EARLY SUSAN
Dokumen tersebut merupakan rencana kerja penunjang medis rumah sakit yang mencakup analisis faktor eksternal dan internal, visi, misi, nilai-nilai, sasaran strategis, dan balanced scorecard untuk meningkatkan kualitas layanan penunjang medis.
Manajemen obat di rumah sakit meliputi siklus seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat untuk menyelamatkan pasien, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan mengkoordinasikan kepentingan berbagai pihak terkait. Dokumen ini menjelaskan proses dan teknis manajemen obat mulai dari identifikasi kebutuhan hingga penggunaan obat secara tepat guna.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang.
2. Beberapa masalah yang dihadapi meliputi perangkapan tugas pegawai dan perbedaan antara catatan dengan persediaan aktual.
3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan prosedur akuntansi persediaan obat terhadap
Komponen model Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan model dokumentasi keperawatan. Secara khusus membahas pentingnya standar dokumentasi asuhan keperawatan, karakteristik standar dokumentasi asuhan keperawatan, dan pencapaian indikator standar asuhan keperawatan."
Modul ini membahas beberapa model dokumentasi keperawatan, yaitu SOR, POR, catatan perkembangan, dan flowsheet. Model POR adalah model yang berorientasi pada masalah dengan empat komponen utama: data dasar, daftar masalah, rencana tindakan, dan catatan perkembangan.
Dokumen tersebut membahas tentang standar, tujuan, dan unsur penilaian kepemimpinan dan perencanaan dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk memimpin perencanaan program tersebut, menetapkan prioritas, memberikan dukungan sumber daya, dan menginformasikan perkembangannya kepada seluruh staf.
Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Metode Proses Keperawatanpjj_kemenkes
Dokumen ini membahas tentang dokumentasi keperawatan yang meliputi 5 tahapan prosesnya yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian adalah catatan tentang hasil pengkajian pasien untuk mengumpulkan informasi. Diagnosa keperawatan menjelaskan respons manusia dan dibedakan dalam 5 kategori. Perencanaan meliputi strategi untuk mencegah masalah. Implementasi adalah serangkaian kegiatan untuk memb
Analisis sistem dan prosedur persediaan obat-obatan di Rumah Sakit Islam Unisma Malang untuk mendukung pengendalian intern. Studi kasus menganalisis sistem persediaan obat, mencakup fungsi, dokumen, catatan, dan prosedur. Hasilnya sistem persediaan obat rumah sakit bagus untuk pengendalian intern, tetapi perlu perbaikan pada sistem penghitungan fisik persediaan yang dapat menyebabkan kesalahan informasi pembelian.
Proses keperawatan adalah serangkaian langkah sistematis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi hasilnya. Proses ini membantu perawat dalam memberikan perawatan bermutu dan bertanggung jawab secara ilmiah kepada pasien.
Dokumen ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan manfaat dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan, penyimpanan, dan diseminasi informasi penting tentang pasien untuk memfasilitasi perawatan berkualitas, memastikan kemajuan pasien, dan memfasilitasi komunikasi antar disiplin. Dokumentasi keperawatan bermanfaat untuk hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian,
Dokumen tersebut membahas tentang standar dokumentasi keperawatan, termasuk tujuan, prinsip, komponen, dan indikatornya. Standar dokumentasi dirancang untuk memfasilitasi komunikasi, akuntabilitas, dan keamanan informasi pasien."
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan metode proses keperawatan yang mencakup pendokumentasian pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dokumentasi merupakan hal penting untuk menjamin kualitas dan kontinuitas pelayanan kesehatan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Charting By Expection (CBE) adalah sistem dokumentasi keperawatan yang mencatat hasil pengkajian dan perawatan secara naratif berdasarkan standar praktik yang telah ditetapkan untuk memudahkan pencatatan dan mengurangi kesalahan.
Dokumen ini merupakan contoh program kerja peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit yang mencakup tujuan, kegiatan, indikator, sasaran, jadwal, dan evaluasi pelaksanaan program. Program ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan klinis, manajemen, dan keselamatan pasien melalui kegiatan seperti clinical pathway, manajemen resiko, penilaian kinerja, dan monitoring & evaluasi berkala.
Dokumen tersebut membahas tentang standar baru akreditasi rumah sakit menurut Joint Commission International (JCI) pada tahun 2012. Standar baru terbagi menjadi dua kelompok standar yaitu standar pelayanan berfokus pada pasien dan standar manajemen rumah sakit, serta dua kelompok sasaran yakni sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millennium Development Goals. Masing-masing kelompok standar dan sasaran terdiri atas beberapa bab yang memb
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan teori dan praktik mutu pelayanan kesehatan, mulai dari laporan Institute of Medicine mengenai tingginya kesalahan medis hingga pengembangan model dan pendekatan mutu seperti Total Quality Management dan Donabedian Model. Dokumen ini juga menyinggung berbagai topik penelitian terkait mutu pelayanan kesehatan seperti keselamatan pasien, manajemen obat, dan pemanfaatan data untuk peningkatan mutu.
Manajemen obat di rumah sakit meliputi siklus seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat untuk menyelamatkan pasien, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan mengkoordinasikan kepentingan berbagai pihak terkait. Dokumen ini menjelaskan proses dan teknis manajemen obat mulai dari identifikasi kebutuhan hingga penggunaan obat secara tepat guna.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang.
2. Beberapa masalah yang dihadapi meliputi perangkapan tugas pegawai dan perbedaan antara catatan dengan persediaan aktual.
3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan prosedur akuntansi persediaan obat terhadap
Komponen model Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan model dokumentasi keperawatan. Secara khusus membahas pentingnya standar dokumentasi asuhan keperawatan, karakteristik standar dokumentasi asuhan keperawatan, dan pencapaian indikator standar asuhan keperawatan."
Modul ini membahas beberapa model dokumentasi keperawatan, yaitu SOR, POR, catatan perkembangan, dan flowsheet. Model POR adalah model yang berorientasi pada masalah dengan empat komponen utama: data dasar, daftar masalah, rencana tindakan, dan catatan perkembangan.
Dokumen tersebut membahas tentang standar, tujuan, dan unsur penilaian kepemimpinan dan perencanaan dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk memimpin perencanaan program tersebut, menetapkan prioritas, memberikan dukungan sumber daya, dan menginformasikan perkembangannya kepada seluruh staf.
Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Metode Proses Keperawatanpjj_kemenkes
Dokumen ini membahas tentang dokumentasi keperawatan yang meliputi 5 tahapan prosesnya yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian adalah catatan tentang hasil pengkajian pasien untuk mengumpulkan informasi. Diagnosa keperawatan menjelaskan respons manusia dan dibedakan dalam 5 kategori. Perencanaan meliputi strategi untuk mencegah masalah. Implementasi adalah serangkaian kegiatan untuk memb
Analisis sistem dan prosedur persediaan obat-obatan di Rumah Sakit Islam Unisma Malang untuk mendukung pengendalian intern. Studi kasus menganalisis sistem persediaan obat, mencakup fungsi, dokumen, catatan, dan prosedur. Hasilnya sistem persediaan obat rumah sakit bagus untuk pengendalian intern, tetapi perlu perbaikan pada sistem penghitungan fisik persediaan yang dapat menyebabkan kesalahan informasi pembelian.
Proses keperawatan adalah serangkaian langkah sistematis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi hasilnya. Proses ini membantu perawat dalam memberikan perawatan bermutu dan bertanggung jawab secara ilmiah kepada pasien.
Dokumen ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan manfaat dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan, penyimpanan, dan diseminasi informasi penting tentang pasien untuk memfasilitasi perawatan berkualitas, memastikan kemajuan pasien, dan memfasilitasi komunikasi antar disiplin. Dokumentasi keperawatan bermanfaat untuk hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian,
Dokumen tersebut membahas tentang standar dokumentasi keperawatan, termasuk tujuan, prinsip, komponen, dan indikatornya. Standar dokumentasi dirancang untuk memfasilitasi komunikasi, akuntabilitas, dan keamanan informasi pasien."
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan metode proses keperawatan yang mencakup pendokumentasian pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dokumentasi merupakan hal penting untuk menjamin kualitas dan kontinuitas pelayanan kesehatan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Charting By Expection (CBE) adalah sistem dokumentasi keperawatan yang mencatat hasil pengkajian dan perawatan secara naratif berdasarkan standar praktik yang telah ditetapkan untuk memudahkan pencatatan dan mengurangi kesalahan.
Dokumen ini merupakan contoh program kerja peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit yang mencakup tujuan, kegiatan, indikator, sasaran, jadwal, dan evaluasi pelaksanaan program. Program ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan klinis, manajemen, dan keselamatan pasien melalui kegiatan seperti clinical pathway, manajemen resiko, penilaian kinerja, dan monitoring & evaluasi berkala.
Dokumen tersebut membahas tentang standar baru akreditasi rumah sakit menurut Joint Commission International (JCI) pada tahun 2012. Standar baru terbagi menjadi dua kelompok standar yaitu standar pelayanan berfokus pada pasien dan standar manajemen rumah sakit, serta dua kelompok sasaran yakni sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millennium Development Goals. Masing-masing kelompok standar dan sasaran terdiri atas beberapa bab yang memb
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan teori dan praktik mutu pelayanan kesehatan, mulai dari laporan Institute of Medicine mengenai tingginya kesalahan medis hingga pengembangan model dan pendekatan mutu seperti Total Quality Management dan Donabedian Model. Dokumen ini juga menyinggung berbagai topik penelitian terkait mutu pelayanan kesehatan seperti keselamatan pasien, manajemen obat, dan pemanfaatan data untuk peningkatan mutu.
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan profil dokter sebagai salah satu perangkat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Profil dokter dapat digunakan untuk mengukur kinerja dokter, membandingkannya dengan standar praktik terbaik, dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Implementasi profil dokter perlu melibatkan para dokter dan dilakukan secara bertahap serta berkelanjutan
PPK dan Clinical Pathways (Hanevi Djasri) RSUP Kariadi.pptxTunPaksiSareharto
Dokumen tersebut membahas pengantar tentang clinical pathways, penyusunan clinical pathways, dan template clinical pathways yang disarankan oleh Dr. Hanevi Djasri. Clinical pathways dijelaskan sebagai rencana pelayanan kesehatan terstruktur untuk menstandardisasi perawatan pasien dengan masalah klinis tertentu.
Tiga faktor kesuksesan utama untuk jaminan kualitas dalam organisasi perawatan kesehatan adalah: (1) kepemimpinan klinis yang efektif, (2) kerja tim profesional kesehatan, dan (3) orientasi pada hasil perawatan. Faktor lainnya termasuk fokus pada pasien, otonomi klinis, dan pendekatan proses terpadu.
Dokumen ini memberikan panduan proses evaluasi kinerja staf medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus untuk menilai pencapaian program, mendeteksi masalah, dan meningkatkan mutu pelayanan. Evaluasi mencakup aspek pelayanan pasien, pengetahuan medis, komunikasi, dan praktik berbasis sistem. Informasi diperoleh dari rekam medis, observasi, monitoring teknik dan kualitas pelayanan, serta diskusi
1. 195
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006 Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006: 195 - 208
Clinical PathwaysClinical PathwaysClinical PathwaysClinical PathwaysClinical Pathways Kesehatan AnakKesehatan AnakKesehatan AnakKesehatan AnakKesehatan Anak
Dody Firmanda
Clinical Pathways (CP) sebagai kunci utamakunci utamakunci utamakunci utamakunci utama untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan
yang dinamakan DRG-Casemix. Merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan
terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang
terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Clinical Pathways
merupakan salah satu komponen dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri dari kodefikasi
penyakit dan prosedur tindakan (ICD 10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik
secara top down costing atau activity based costing maupun kombinasi keduanya).
Implementasi CP sangat erat berhubungan dan berkaitan dengan Clinical Governance
dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dengan biaya yang dapat
diestimasikan dan terjangkau. Dalam menyusun Format Clinical Pathways harus
diperhatikan komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical Pathways.
Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi setempat seperti
data Laporan RL1 sampai dengan RL6 dan sensus harian.Variabel variansvariansvariansvariansvarians dalam CP
dapat digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan audit medis dan manajemen
baik untuk tingkat pertama maupun kedua (1st
party and 2nd
party audits) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Variabel tindakantindakantindakantindakantindakan dalam CP dapat
digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan surveilans Tim Pengendalian
Infeksi Nosokomial dan selanjutnya untuk menilai Health Impact Intervention. Variabel
obat obatanobat obatanobat obatanobat obatanobat obatan dalam CP dapat digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan
kegiatan evaluasi dan monitoring dari 5 Langkah 12 Kegiatan Tim Farmasi dan Terapi
Komite Medik RS. Sekaligus secara tidak langsung menggalakkan penggunanan obat
secara rasional dan dapat melihat cermin dari penggunaan obat generik. CP dapat
digunakan sebagai salah satu alat mekanisme evaluasi penilaian risikopenilaian risikopenilaian risikopenilaian risikopenilaian risiko untuk mendeteksi
kesalahan aktif (active errors) dan laten (latent / system errors) maupun nyaris terjadi
(near miss) dalam Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety). Hasil
dan revisi CP dapat digunakan juga sebagai alat (entry point) untuk melakukan perbaikan
dan revisi Standar Pelayanan Medis dan asuhan Keperawatan yang bersifat dinamis dan
berdasarkan pendekatan Evidence-based Medicine (EBM) dan Evidence-based Nurse
(EBN). Partisipasi aktif, komitmen dan konsistensi dari seluruh jajaran direksi,
manajemen dan profesi harus dijaga dan dipertahankan demi terlaksana dan suksesnya
program Casemix di rumah sakit. Bila Sistem Casemix Rumah Sakit telah berjalan,
maka untuk selanjutnya akan lebih mudah untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan
lebih lanjut yakni Health Resources Group (HRG). Peran profesi organisasi IDAI sangat
strategis dan penting dalam mengembangkan SPM dan Clinical Pathways sebagai acuan
pedoman bagi setiap anggota profesi dalam melaksanakan praktik keprofesiannya.
Kata kunci: Clinical Pathways, DRG-Casemix, Kondifikasi penyakit, Prosedur tindakan
2. 196
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
ndang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran dalam pasal 49
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyelenggarakan
kendali mutu dan kendali biaya melalui kegiatan audit
medis serta dilaksanakan oleh organisasi profesi. Ini
merupakan salah satu dari sekian tugas berat yang
diamanatkan oleh undang undang tersebut kepada
organisasi profesi (dalam hal ini organisasi profesi kita
adalah IDAI).
Untuk melakukan kegiatan audit medis dapat
menggunakan instrumen Pedoman Audit Medis dari
Departemen kesehatan RI.1
Dalam makalah ini kami berbagi pengalaman di
SMF Kesehatan Anak dan Komite Medik Fatmawati
Jakarta dalam rangka meningkatkan mutu profesi
sebagai dokter spesialis anak di dalam satu sistem sarana
pelayanan kesehatan (rumah sakit).
Komite Medik RS Fatmawati telah merancang
strategi pendekatan untuk mengimplementasikan
Sistem Penataan Klinis (Clinical Governance)2-6
di
Rumah Sakit Fatmawati dikenal sebagai Sistem Komite
Medik dan Sistem SMF7
telah berjalan sejak tahun
2003, mengkombinasikannya dengan Sistem Pem-
biayaan Casemix8
melalui pendekatan mutu profesi9-
12
yakni dengan memadukan sistem pelayanan
berkesinambungan (continuing of care) – dikenal
sebagai dalam bentuk Alur Penerimaan Pasien13,14
dan
Kebijakan Pelayanan secara by names15,16
yang telah
ada dengan Standar Pelayanan Medis dari seluruh 20
SMF17
melalui Clinical Pathways.6
(Gambar 1)
Bila ada deviasi dari isi komponen Clinical
Pathways dicatat sebagai dalam kolom varians dan
ditindak lanjuti sebagai variance tracking dengan
menggunakan mekanisme audit medis tingkat pertama
atau kedua (1st
and 2nd
Party Medical Audit) sesuai
Alamat korespondensi:
Dr. Dodi Firmanda, Sp.A, MA
Ketua Komite Medik Rs Fatmawati Jakarta
RS Fatmawati Jl. Raya Fatmawati Jakarta 12430
Telpon: 021 766 0552 ext 1532, Fax. 021 769 0123
E-mail: firmanda@indo.net.id
Gambar 1. Skema strategi pendekatan Komite Medik RS Fatmawati dalam Clinical Governance dan
Sistem DRGs Casemix.6
Clinical Governance
Structure
Process
Output
Outcome
Impact Clinical Risk
Management
Clinical
Effectiveness
Patient
Safety
Audit
1. 1st
Medical &
Managerial Party
2. 2nd
Party
CQI
1. EBM/EBHC
2. PSBH
Health Impact
Intervention
(HII)
Health
Resources
Groups
(HRG)
Patient
Focused
Care
Integrated
clinical
Pathways
Coding
1. ICD 10
2. ICD 9CM
Costing
1. Top down
2. ABC
Case-mix
System
dodyfirmanda 2001
dengan Pedoman Audit Medis Komite Medik RS
Fatmawati18-21
dan Panduan Manajemen Risiko Klinis
dan Keamanan/ Keselamatan Pasien (Clinical Risks
Management and Patient Safety) Komite Medik RS
U
3. 197
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Fatmawati22
dengan cara Root Cause Analysis (RCA),
Failure Mode of Effective Analysis (FMEA) atau
Probability Risks Assessment (PRA) serta Panduan Health
Impact Intervention Komite Medik RS Fatmawati.23
Definisi Clinical Pathways (CP)
Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep pe-
rencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap
langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang
berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam
jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.24-27
EuropeanPathwaysAssociation(EPA)28
padakongresnya
yang terakhir di Slovenia telah merevisi definisi Clinical
Pathways sebagai berikut: Clinical Pathways adalah
metodologidalamcaramekanismepengambilankeputusan
terhadap layanan pasien berdasarkan pengelompokan dan
dalam periode waktu tertentu.
Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical
Pathways1-4
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus
pasien rawat inap di rumah sakit harus bersifat:
a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus
secara terpadu/integrasi dan berorientasi fokus
terhadap pasien (patient focused care) serta
berkesinambungan (continuing of care)
b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan,
penata, laboratoris dan farmasis)
c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan
dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus
rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat
di unit emergensi).
d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang
diberikan kepada pasien secara terpadu dan
berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen
yang merupakan bagian dari Rekam Medis.
e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan
CP dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian
analisis dalam bentuk audit.
f. Varians tersebut dapat terjadi karena kondisi
perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau
komplikasi maupun kesalahan medis (medical
errors) dan dipergunakan sebagai salah satu
parameter dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan.
Pada akhirnya CP dapat merupakan suatu Standar
Prosedur Operasional yang merangkum: 2-5
a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap
kelompok staf medis/staf medis fungsional (SMF)
klinis dan penunjang.
b. Profesi keperawatan: asuhan keperawatan
c. Profesi farmasi: unit dose daily dan stop ordering
d. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari
Sistem Kelompok Staf Medis/Staf Medis Fung-
sional (SMF), Instalasi dan Sistem Manajemen
Rumah Sakit.
Langkah langkah penyusunan Clinical
Pathways2-5
Langkah langkah dalam menyusun Format CP yang
harus diperhatikan:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana
definisi dari Clinical Pathways
2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah
sakit dan kondisi setempat24
seperti data Laporan
RL2 (data keadaan morbiditas pasien) yang dibuat
setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk
Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah
Sakit30
dan sensus harian untuk penetapan judul/
topik Clinical Pathways yang akan dibuat dan
penetapan lama hari rawat.
3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu
kepada Standar Pelayanan Medis, Standar Prosedur
Operasional dan Daftar Standar Formularium yang
telah ada di rumah sakit setempat. Bila perlu
standar-standar tersebut dapat dilakukan revisi.2,5,7
4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi
diagnosisdanICD9CMuntukhaltindakanprosedur
sesuai dengan profesi/SMF masing masing.26
Penjelasan Penyusunan Format Clinical
Pathways
Ilustrasi Contoh
Sebagai contoh ilustrasi pengalaman Komite Medik
RS Fatmawati dalam rangka penyusunan dan
implementasi Sistem Casemix rumah sakit sebagai
upaya meningkatkan kinerja dan mutu profesi.
5. 199
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
No Penjelasan Keterangan
1. Lambang atau Logo Rumah Sakit -
2. Nama SMF atau Departemen yang membuat -
3. Nama Rumah Sakit Dapat dicantumkan juga kode Rumah Sakit
4. Nama Judul/Topik penyakit Dapat juga diagnosis kerja saat masuk, contoh:
1. Observasi Febris
2. Observasi Kejang dsb
Ditulis oleh SMF terkait.
5. Tahun pembuatan Bila perlu dapat ditulis nomor dan revisi.
Diisi oleh SMF terkait.
6. Nama pasien: sesuai dengan yang ditulis pada Diisi oleh perawat dinas.
Rekam Medik
7. Umur: ditulis dalam satuan tahun Untuk bayi dalam bulan, untuk neonatus dalam hari.
Diisi oleh perawat dinas.
8. Berat badan: ditulis dalam satuan kilogram. Untuk berat di bawah 10kg ditulis dalam satuan gram.
Diisi oleh perawat dinas.
9. Tinggi badan: ditulis dalam satuan centimeter. Untuk bayi dan noenatus panjang badan (sentimeter).
Diisi oleh perawat dinas.
10. Nomor Rekam Medik: ditulis sesuai dengan Diisi oleh perawat dinas.
nomor rekam medik
11. Diagnosis awal: diagnosis kerja saat masuk dirawat. Diisi oleh dokter SMF terkait.
12. Kode ICD 10: sesuai nomor kode diagnosis awal. Diisi oleh dokter SMF terkait.
13. Rencana rawat: ditulis hari rawat perkiraan. Hari rawat rerata dapat diperoleh dari data morbiditas rumah
sakit (RL2a dan 2b) atau kesepakatan/ konsensus seluruh
profesi di SMF.
Diisi oleh dokter SMF terkait.
14. Ruang Rawat: nama ruangan perawatan Ditulis nomor kamar, diisi oleh perawat dinas.
15. Ditulis tanggal dan jam pasien masuk dirawat inap. Diisi oleh perawat dinas.
16. Ditulis tanggal dan jam pasien keluar RS. Diisi oleh perawat dinas.
17. Ditulis lama hari rawat dengan formula: Diisi oleh perawat dinas.
(tgl keluar + 1) – tgl masuk
18. Ditulis jenis kelas ruang perawatan. Diisi oleh perawat dinas.
19. Ditulis tarif kelas ruang perawatan/hari. Diisi oleh perawat dinas.
20. Seluruh kolom ini diisi petugas perincian Diisi oleh petugas yang diberi kewenangan.
biaya/kasir.
21. Hari sakit ditulis berdasarkan keluhan dari Diisi oleh perawat dinas.
anamnesis
22. Diagnosis utama ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
23. Diagnosis penyerta ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
24. Diagnosis komplikasi ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
25. Nama dokter/ kode dokter yang memeriksa Diisi oleh dokter SMF terkait.
26. Nama dokter/ kode dokter yang memeriksa Diisi oleh dokter SMF terkait.
27. Ditulis seluruh pemeriksaan penunjang yang Diisi oleh dokter SMF terkait.
dilakukan terhadap pasien
28. Ditulis seluruh obat obatan yang diberikan Diisi oleh dokter SMF terkait.
kepada pasien
29. Ditulis seluruh nutrisi yang diberikan kepada Diisi oleh dokter SMF terkait.
pasien
6. 200
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Dalam pelaksanaan tahap kodefikasi diagnosis
ICD 10 dan prosedur tindakan ICD 9 CM yang
dilakukan oleh Bagian Rekam Medik sebagai Unit
Coding Panitia Casemix RS Fatmawati, Komite Medik
RS Fatmawati melakukan analisis dan deteksi validitas
data tersebut. Bila data tersebut ‘dubious’, akan
dikembalikan untuk klarifikasi; bila ada laporan data
ketidaklengkapan akan disampaikan kepada individu
dokter melalui Ketua SMF masing masing, bila ada
‘curiousity’ dan atau ‘suspicious’ akan ditindaklanjuti
melalui Tim Tim terkait di Komite Medik dan bila
perlu dapat disampaikan dalam agenda Sidang Pleno
Komite Medik yang diadakan setiap hari Senin jam
12.30 – 13. 30 WIB. Berdasarkan hasil analisis data
tersebut Ketua Komite Medik mendapatkan ide
masukan bahwa kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM
tersebut dapat dipergunakan sebagai salah satu alat
indikator untuk monitoring dan bahan cross check
untuk proses audit medis lebih lanjut sesuai Panduan
Audit Medis Komite Medik melalui Tim Etik dan
Mutu Profesi 2,31,32
(Gambar 2).
Setiap rumah sakit membuat dan mengirimkan
secara berkala sesuai dengan jenis formulirnya masing
masing (RL 1 sampai RL 6) sesuai dengan dengan
Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian
Data Rumah Sakit34
sebagaimana berikut:
1. Data Kegiatan Rumah Sakit (Formulir RL 1) setiap
triwulan
2. Data Keadaan Morbiditas Pasien (Formulir RL 2)
setiap triwulan:
a. Morbiditas Rawat Inap (Formulir RL 2a)
b. Morbiditas Rawat Jalan (Formulir RL 2b)
c. Morbiditas Rawat Inap SurveilansTerpadu RS
(Formulir RL 2a1)
d. Morbiditas Rawat Inap SurveilansTerpadu RS
(Formulir RL 2b1)
e. Status Imunisasi (Formulir RL 2c)
f. Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap
(Formulir RL 2.1, RL 2.2 dan RL 2.3)
3. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) setiap akhir tahun
4. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit (Formulir
RL 4) setiap semester (6 bulan)
5. Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data
Kegiatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
(Formulir RL 5) setiap akhir tahun
6. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit (Formulir
RL 6) setiap bulan.
Maka khusus untuk proses pengolahan data, Ketua
Komite Medik RS Fatmawati menggabungkan
skema pendekatan menjadi sebagaimna tertera
dalam Gambar 3.
30. Ditulis seluruh kegiatan mobilisasi kepada Diisi oleh perawat dinas dan atau petugas rehabilitasi medis.
pasien.
31. Ditulis seluruh gejala klinis, obat, tindakan Diisi oleh dokter SMF terkait.
operasi dan hasil pemeriksaan penunjang yang
menjadi indikator dalam monitoring (follow up)
pasien.
32. Ditulis seluruh kegiatan pendidikan, Diisi oleh dokter SMF terkait dan perawat dinas.
penyuluhan maupun rencana pulang.
33. Ditulis seluruh deviasi dari rencana: Varians tersebut dianalisis dan dilakukan
diagnosis, klinis, pemeriksaan penunjang, audit medis maupun audit manajerial.
tindakan, obat, nutrisi, mobilisasi dan Dilakukan oleh dokter SMF terkait dan
pendidikan/penyuluhan/rencana pemulangan. atau perawat dinas sesuai kapasitas kewenangannya.
34. Ditulis seluruh diagnosis utama, penyerta Diisi oleh dokter SMF terkait dan atau
dan komlikasi sesuai dengan Kode perawat dinas sesuai kapasitas kewenangannya.
diagnosis ICD 10.
35. Ditulis seluruh tindakan yang dilakukan Diisi oleh dokter SMF terkait dan atau
terhadap pasien sesuai Kode Tindakan perawat dinas sesuai kapasitas
Prosedur ICD 9 CM kewenangannya.
36. Ditulis nama lengkap perawat. Diisi oleh perawat dinas.
37. Nama lengkap/ kode dokter yang merawat. Diisi oleh dokter SMF terkait.
38. Ditulis nama petugas yang diberi kewenangan Diisi oleh petugas yang diberi kewenangan
untuk melakukan verifikasi biaya. untuk melakukan verikasi biaya.
7. 201
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Format Umum Clinical Pathways
Langkah selanjutnya adalah mengkaji dan mendesain
Format Umum Clinical Pathways sebagai ‘template’
untuk setiap profesi untuk membuat clinical pathways
masing masing sesuai dengan bidang keahliannya dan
melibatkan multidisiplin profesi medis, keperawatan
dan farmasis/apoteker sebagai contoh tertera pada
Gambar 4.
Dalam kolom obat obatan harus sesuai dengan
yang dari Standar Formularium Rumah Sakit (Gambar
4) yang telah disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi
Rumah Sakit. Penyimpangan (deviasi) obat obatan
(jenis, dosis dan cara pemberian) dapat diperkenankan
bila memang diperlukan setelah mengisi Formulir
Lampiran 1 Formularium Rumah Sakit Edisi III 2003
(Gambar 5) dan harus dicatat dalam kolom varians
serta dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
medis tingkat pertama (1st
party medical audit)
sebagaimana dalam Form 1 Audit Medis sebagai salah
satu unsur dari variance tracking.
SMF Kesehatan Anak RS Fatmawati dengan
seluruh SubBagian (Divisi) telah menyusun buku
mengenai Clinical Pathways dalam rangka imple-
mentasi Sistem Casemix sebagaimana tertera dalam
Gambar 6.
Gambar 2. Alur proses mekanisme data dan umpan balik (feed back)33
Laporan Data bulanan dari Bagian
Rekam Medik RSF:
1. Kelengkapan Rekam Medik
2. Morbiditas dan Mortalitas
3. 10 Penyakit Terbesar Rawat Jalan
untuk setiap poliklinik SMF
4. 10 Penyakit Terbesar Rawat Jalan
untuk setiap SMF
5. 10 Sebab Kematian untuk setiap
SMF
6. Laporan Data Tindakan Operasi
20 SMF Terkait
1. Ketua
2. Koordinator YanMed
3. Koordinator Etik &
Mutu
Tim Tim Komite Medik
1. Tim Rekam Medik
2. Tim Etik dan Mutu
3. Tim PIN
4. Tim Farmasi dan Terapi
5. Tim Kredensial
6. dll
Sidang Pleno
Komite Medik
Ketua Komite Medik
1. Analisis Data
2. Deteksi data
a. ‘dubious’
b. ‘curious
c. ‘suspicious’
3. Feed Back Hasil Analisis
Data
Bagian Rekam Medik
RSF
1
2
3 4
5 7
6
8. 202
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
REKAM
MEDIS
..................
..................
..................
..................
KODEFIKASI
DIAGNOSIS
ICD 10
TINDAKAN
ICD 9 CM
Clinical Governance
Patient
Focused
Care
Process
Health
Impact
Intervention
(HII)
Audit
1. 1st
Medical &
Managerial Party
2. 2nd
Party
Structure
Output
Outcome
Impact
Clinical
Effectiveness
Clinical Risk
Management
CQI
1. EBM/EBHC
2. PSBH
Patient
Safety
Integrated
clinical
Pathways
Health
Resources
Groups
(HRG)
Case-mix
System
Coding
1. ICD 10
2. ICD 9CM
Costing
1. Top down
2. ABC
dodyfirmanda 2001
20 SMF Terkait
1. Ketua
2. Koord YanMed
3. koord. Etik & Mutu
Sidang Pleno
Komite Medik
Tim Tim Komite Medik
1. Tim Rekam Medik
2. Tim etik dan Mutu
3. Tim PIN
4. TimFarmasidanTerapi
5. Tim Kredensial
6. dll
Ketua Komite Medik
1. Analisis Data
2. Deteksi data
a. ‘dubious’
b. ‘curious
c. ‘suspicious’
3. Feed Back Hasil
Analisis Data
Bagian Rekam
Medik
RSF
LaporanDatabulanandariBagian
Rekam Medik RSF:
1. Kelengkapan Rekam
Medik
2. Morbiditas dan Mortalitas
3. 10 Penyakit Terbesar
Rawat Jalan untuk setiap
poliklinik SMF
4. 10 Penyakit Terbesar
Rawat Jalan untuk setiap
SMF
5. 10 Sebab Kematian untuk
setiap SMF
6. Laporan Data Tindakan
Operasi
7
6
543
2
1
Gambar 3. Skema pendekatan dalam proses pengolahan data untuk penyusunan Clinical Pathways.26
9. 203
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Gambar 4. Format Umum Clinical Pathways yang telah disepakati bersama dalam Sidang Pleno Komite
Medik untuk seluruh 20 SMF di RS Fatmawati.7
10. 204
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Gambar 5. Clinical Pathways untuk Demam Berdarah Dengue dari Buku Clinical Pathways SMF
Kesehatan Anak RS Fatmawati Edisi 2006.37
11. 205
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
Hubungan Clinical Pathways dengan
Mutu Profesi (Quality)
Implementasi CP sangat erat berhubungan dan
berkaitan dengan Clinical Governance dalam rangka
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dengan
biaya yang dapat diestimasikan dan terjangkau,38-45
sebagaimana tertera dalam Gambar 1. Sedangkan
secara sederhana clinical governance adalah suatu cara
(sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu
pelayanan secara sistematis dalam satu organisasi
penyelenggara pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang
efisien.1,2,46
Catatan: Istilah ‘Clinical governance’ itu sendiri
yang berasal dari negara Inggris. ‘Clinical governance’
ini merupakan salah satu sumbang saran BAMM
(British Association of Medical Manager) yang berhasil
dan diterima oleh pemerintah (Labour Party) setelah
melalui perdebatan publik akibat beberapa kasus
pelayanan kesehatan/kedokteran yang muncul ke
permukaan menjadi sorotan dan tuntutan masyarakat
serta merupakan kasus untuk CNST – Clinical
Negligence Scheme for the Trusts – (‘risk management’).
Meskipun sebelumnya telah mempunyai beberapa
program pendekatan dalam upaya peningkatan mutu
melalui – (Small) Hospitals Accreditation , Patients’
Charter, BSI 5751/ISO 9002, Quality Assurance,
maupun TQM. Pada tahun 1997 bertepatan dengan
peluncuran kebijakan baru dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan oleh NHS (National Health
Services) dan recana kerjanya untuk 10 tahun
mendatang - A First Class Service: Quality in the new
NHS - dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan (kedokteran) serta sekaligus mengantisipasi
(‘hidden agenda’ – for the unpicking process) era pasar
terbuka Masyarakat Ekonomi Eropa/EEC.47,48
Clinical Pathways (CP) merupakan salah satu
komponen dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri
dari kodefikasi penyakit dan prosedur tindakan (ICD
10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik secara
top down costing atau activity based costing maupun
kombinasi keduanya).7,8,9
CP dapat digunakan sebagai
alat (entry point) untuk melakukan audit medis dan
manajemen baik untuk tingkat pertama maupun kedua
(1st
party and 2nd
party audits) dalam rangka menjaga
dan meningkatkan mutu pelayanan.49-53
CP dapat
digunakan juga sebagai salah satu alat mekanisme
evaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan
Source of medicine
Eg. terature
SPM di RS/SMF
(SPO)
Recommendations
Clinical Pathways
di RS/SMF
Clinicalpractice
guidelines
Evidence-based
medicine
SPM
IDAI
Format
IDAI
Clinical
Pathways
Gambar 6. Skema ringkas peran organisasi profesi IDAI dalam mempersiapkan SPM
dan format Clinical Pathways Kesehatan Anak.
12. 206
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
aktif (active errors) dan laten (latent/system errors)
maupun nyaris terjadi (near miss) dalam Manajemen
Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamat-
an pasien (patient safety).54-55
Ilustrasi contoh dimana Clinical Pathways dapat
mengubah/revisi Standar Pelayanan Medis (SPM)/
Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam penata-
laksanaan pasien di ruangan berdasarkan kaidah
Evidence-based Medicine (EBM) yakni tentang
pemberian vitamain K1
kepada bayi baru lahir.1
Peran Organisasi Profesi IDAI
Secara ringkas peran profesi IDAI sangat strategis dan
penting dalam mempersiapkan anggotanya untuk lebih
meningkatkan profesionalisme dalam mutu pelayanan
keprofesiannya melalui berbagai kegiatan ilmiah (skill
dan knowledge) dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi keprofesian sesuai dengan
Standar Profesi IDAI. Unit Kelompok Kerja (UKK)
sebagai brainware mempersiapkan modul modul dari
kurikulum pendidikan dokter spesialis anak (dan
konsultan) dari segi aspek pendidikan dan dari segi
aspek pelayanan keprofesian dengan mempersiapkan
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dan Standar
Formularium Anak sebagai acuan dalam praktik
(clinical practice guidelines) serta format pelaksanaannya
dalam bentuk Clinical Pathways. Ketiga hal tersebut
merupakan input bagi setiap anggota IDAI dalam
implementasi melaksanakan praktik keprofesiannya
baik sebagai perorangan maupun kelompok.
Daftar Pustaka
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/
IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit.
2. Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi
dan implementasi manajemen medik. Disampaikan pada
seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari
Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence-based Medicine/
EBM) menuju Clinical Governance” dalam rangka
HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedung Bidakara
Jakarta 30 Mei 2000.
3. Firmanda D. Professional continuous quality improve-
ment in health care: standard of procedures, clinical
guidelines, pathways of care and evidence-based medi-
cine. What are they? J Manajemen & Administrasi
Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144.
4. Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran.
Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasar
metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung
Seto, 2002.
5. Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di
rumah sakit. Disampaikan pada Pendalam-an materi
rapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober
2001.
6. Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based
Medicine (EBM) towards Clinical Governance. Pre-
sented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd
July 2001.
7. Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite dan Sistem
SMF di RS Fatmawati Jakarta 2003.
8. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite
Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
9. Firmanda D. Key to success of quality care programs:
empowering medical professional. Global Health Jour-
nal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
10. Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a
review of its meaning, elements, and implementation.
Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.
com/a39vlis2.htm
11. Firmanda D. Total quality management in health care
(Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.
12. Firmanda D. Editorial: Profesionalisme. Medicinal 2000;
1(1):6.
13. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Penerimaan
Pasien Rawat Inap (Admission) Nomor Dokumen
HK.00.07.1.256 tanggal 15 September 2003 dengan
Nomor Revisi HK.00.07.1.201 tanggal 10 Mei 2005.
14. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Penerimaan
Pasien Rawat Inap (Admission) Nomor Dokumen
HK.00.07.1.257 tanggal 15 September 2003 dengan
Nomor Revisi HK.00.07.1.202 tanggal 10 Mei 2005.
15. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Program
Pilih Dokter. Nomor Dokumen HK.00.07.1.49 tanggal
28 Februari 2003.
16. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Program Pilih
Dokter. Nomor Dokumen HK.00.07.1.49 tanggal 28
Februari 2003.
17. Komite Medik RS Fatmawati. Standar Pelayanan Medis
20 SMF di RS Fatmawati Jakarta 2003.
18. Firmanda D. Pedoman Audit Medis Komite Medik RS
Fatmawati. Jakarta 1999.
13. 207
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
19. Firmanda D. Pelaksanaan Audit Medik. Disampaikan
dalam Semiloka Pelaksanaan Audit Medik di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya pada tanggal 11 Desember 2003.
20. Firmanda D. Pengalaman Komite Medis RS Fatmawati
dalam melaksanakan Audit Medis. Disampaikan dalam
Temu Karya I: Implementasi Good Clinical Governance
di bidang Pelayanan Medis, Jakarta 27 September 2004.
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/
IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit.
22. Firmanda D. Panduan Manajemen Risiko Klinis dan
Keamanan/Keselamatan Pasien (Clinical Risks Manage-
ment and Patient Safety) Komite Medik RS Fatmawati,
Jakarta 2005.
23. Firmanda D. Panduan Health Impact Intervention
Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 2006.
24. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite
Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
25. Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis
dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke
RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP
Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi
Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyem-
purnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel
Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005.
26. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti,
Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
RS Fatmawati, Jakarta 2006 (dalam pencetakan).
27. Firmanda D. Penyusunan dan Implementasi Clinical
Pathways di Rumah Sakit. Disampaikan pada Sosialisasi
Pedoman Clinical Pathways di Rumah Sakit. Diseleng-
garakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Depkes RI di Hotel Permata Bidakara, Bandung 4 Juli
2006.
28. European Pathways Association (EPA). Slovenia Board
Meeting, December 2005.
29. Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM:
indikator mutu rekam medik dalam rangka mening-
katkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada
Sosialisasi Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel Panghegar
Bandung 1-3 Juni 2006.
30. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian,
Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit. Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
31. Firmanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan
dalam Sosialisasi Pedoman Audit Medik di Rumah Sakit,
diselenggarakan oleh Dirjen Bin Yan Medik DepKes RI,
Cisarua 7 September 2005.
32. Fimanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan
pada Hospital Management Refreshing Course and Ex-
hibition (HMRCE): Change Management in Healthcare
Services. Diselenggarakan oleh Perhimpunan Manajer
Pelayanan Kesehatan Indonesia (PERMAPKIN) di Hotel
Borobudur, Jakarta 21 – 23 Februari 2006.
33. Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite Medik dan
Sistem SMF di RS Fatmawati, Jakarta 2003.
34. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian,
Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit. Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
35. Firmanda D. ICD 10 dan ICD 9 CM: sebagai indikator
mutu rekam medik dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi
Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik Depkes RI di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni
2006.
36. Firmanda D. Pelaksanaan audit medik di rumah sakit.
Disampaikan pada Pertemuan Komite Medik Rumah
Sakit. Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Barat di Hotel Permata Bidakara, Bandung 30 Mei
2006.
37. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti,
Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
RS Fatmawati, Jakarta 2006.
38. Campbell H et al. Clinical pathways. BMJ 1998:
316;133-4.
39. Johnson S. Pathways of care. Blackwell Science, Oxford
1997.
40. Edwards J. Clinical Care Pathways: a model for effec-
tive delivery of health care? J of Integrated Care 1998:2;
59-62
41. Hale C. Case Management and Managed Care. Nurs-
ing Standard 1995: 9(19); 33-5
42. Kitchener D et al. Integrated Care Pathways; Effective
Tools for Continuous Evaluation of Clinical Practice. J
Evaluation in Clinical Practice 1996:2(1); 65-9
43. Petryshen PR, Petryshen PM. The case management
model: an approach to the delivery of patient care. J
Advance Nursing 1992:17;1188-94
44. Wall M. Managed Care: Development of an Integrated
Care Pathway in Neurosciences. NT Research 1997:
2(4); 290-1
14. 208
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006
45. Wilson J, Integrated Care Management: The Pathway
to Success? Oxford Butterworth Heimeman 1997
46. Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a
review of its meaning, elements, and implementation.
Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.
com/a39vlis2.htm
47. British Department of Health. Clinical Governance: Qual-
ity in the New NHS. London: NHS Executive, 1999.
48. Scally G, Donaldson LJ. The NHS’s 50 anniversary.
Clinical governance and the drive for quality improve-
ment in the new NHS in England. BMJ. 1998 Jul
4;317(7150):61-5.
49. Firmanda D. Pedoman Audit Medis. Komite Medis RS
Fatmawati Jakarta 2003.
50. Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit.
Disampaikan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya 2003.
51. Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit.
Disampaikan dalam rangka Penyusunan dan Penyem-
purnaan Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Depkes
RI, Jakarta 2004.
52. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/Menkes/
SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah
Sakit.
53. Firmanda D. Key to success of quality care programs:
empowering medical professional. Global Health Jour-
nal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
54. Firmanda D. Pedoman dan Instrumen Manajemen
Risiko Klinis dan Keamnan Pasien (Clinical Risks Man-
agement and Patients Safety). Pleno Komite Medik RS
Fatmawati 21 Juni 2005.
55. Firmanda D. Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan
Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Pa-
tients Safety). Disampaikan dalam rangka penyusunan
dan penyempurnaan Instrumen Manajemen Risiko
Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Manage-
ment and Patients Safety) dan uji coba di 4 propinsi di
Depkes RI Jakarta 2005.
56. American Academy of Pediatrics. Policy Statement –
Controversies concernng Vitamin K and the newborn.
Pediatrics 2003;112(1):191-2.