SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
CAMERA SET-UP
ASPECT RATIO
Merupakan perbandingan tinggi dan lebar layar.
Semakin lebar layarnya, konsekuensi dalam
mengisi set, properti & lighting semakin luas, juga
aspek camera set up-nya
1,77 : 1
(16:9)
1,85 : 1
(18:9)
2,35 : 1
(21:9)
1,33 : 1
(4:3)
TYPE OF SHOT / FRAME SIZE
Secara umum seorang pembuat film pasti akan
menentukan type of shot untuk mengkomunikasikan
gagasannya kepada penonton. Karena kebanyakan film
yang dibuat berhubungan dengan manusia, maka acuan
type of shot adalah wajah manusia dan secara besar dibagi
menjadi 3 ukuran yaitu :
Wide Shot (WS) / Long Shot (LS), Medium Shot (MS) dan
Close Up (CU)
Namun ketiga ukuran tersebut memiliki variasinya masing-
masing
Wide Shot / Long Shot
secara mendasar memiliki fungsi
untuk menginformasikan ling-
kungan (ruang kejadian) tokoh.
Ada beberapa variasinya yaitu :
Ekstrem Long Shot (ELS / XLS)
Biasanya dalam ukuran ini tokoh jarang terlihat sebab
yang ingin diperlihatkan adalah tempat kejadian secara
luas. Sehingga banyak pembuat film yang membuat shot
dengan elemen visual tempat-tempat yang dikenal oleh
masyarakat seperti Monas yang menunjukkan Jakarta,
Patung Liberty yang menunjukkan New York dan lain
sebagainya
Long Shot (LS)
Biasanya dibuat untuk menunjukkan suasana lingkungan dari tokoh
film tersebut, seperti gambar yang terlihat dimana terdapat suasana
ruang kantor dan suasana panggung terbuka.
Full Shot (FS)
Biasanya seluruh tubuh tokoh diperlihatkan dari kepala
hingga ujung kaki, hal ini dimaksudkan agar penonton
dapat melihat seluruh gestur (gerak tubuh) tokoh dan
sedikit aktivitas lingkungannya
Medium Long Shot (MLS) / Knee Shot (KS)
atau sering dikenal dengan Ukuran ini sebenarnya
digunakan pada film-film western (koboi) dan fungsinya
adalah agar pistol yang ada di bawah pinggang sang koboi
dapat terlihat jelas oleh penonton, sebab kalau
menggunakan Full Shot maka pistol tersebut dianggap
terlalu jauh.
Medium Shot (MS)
Tidak memiliki variasi sebab hampir seluruh type of shot
yang menggunakan medium diambil ke Long Shot atau ke
Close Up. Oleh karena itu type of shot ini memiliki keunikan
sendiri yaitu bahwa gestur tokoh terlihat lebih jelas namun
lingkungannya hampir tidak terlihat, jadi pusat perhatian
penonton diarahkan pada gerak tubuh tokohnya saja.
Close Up
Secara mendasar memiliki
fungsi untuk menginformasikan
ekspresi wajah tokoh. Ada
beberapa variasinya yaitu :
Medium Close Up (MCU)
Ukuran ini sering dianggap cocok untuk memperlihatkan
shot yang sifatnya intim (menggambarkan kedekatan)
sehingga banyak sekali adegan dialog dalam film
menggunakan type of shot ini terutama dialog-dialog yang
normal artinya tidak ada penekanan dramatik
Close Up (CU)
Banyak pembuat film yang memanfaatkan ukuran ini untuk
memperlihatkan ekspresi wajah si tokoh dengan lebih jelas,
baik marah, sedih, gembira dan lain-lain.
Dua type of shot terakhir
biasanya difungsikan untuk
memberi penekanan dramatik
kepada ekspresi wajah tokoh
Big Close Up (BCU)
Extreme Close Up (ECU / XCU)
Ada pertanyaan lain yaitu bagaimana
kalau yang dibuat shot bukan wajah
tokoh atau mungkin benda lain ? Juga
bagaimana kalau yang di-shoot lebih
dari satu orang. Memang ada type of
shot lain diluar yang telah dibahas di
atas, ada beberapa macam yang juga
sering digunakan oleh para pembuat
film antara lain :
CLOSE SHOT (CS)
Ukuran ini banyak digunakan untuk menyebut type
of shot dalam bentuk padat namun bukan wajah
tokoh atau mungkin malah benda lain seperti
arloji, buku, botol dan lain-lain.
Namun ukuran dan istilah ini tidaklah mengikat,
artinya ada juga pembuat film yang lebih senang
atau terbiasa menggunakan istilah Close Up (CU)
untuk mengkomunikasikan ukuran ini.
Selain Close Shot, ada Two Shot & Three Shot, di
mana ukuran ini digunakan untuk menyebut type
of shot yang tokohnya lebih dari satu orang. Type
of shot yang di dalamnya ada dua orang disebut
two shot, sedangkan yang tiga orang disebut three
shot. Namun bila tokohnya lebih dari tiga orang
maka ukuran shot tersebut lebih banyak
digolongkan pada ukuran Long Shot (LS).
Two Shot
Three Shot
Over Shoulder Shot
Ada penyebutan yang lain untuk shot-shot
dialog walaupun secara mendasar
menggunakan ukuran Medium Shot ataupun
Close Up namun banyak pembuat film lebih
nyaman menyebutnya dengan Over
Shoulder Shot. Biasanya digunakan untuk
memberi penekanan pada sudut pandang
tokoh dan penonton tetap merasakan
kehadiran tokoh lain di dalam bingkai
tersebut.
CAMERA ANGLE
Setelah kita mengenal ukuran bingkai dalam
membuat film, maka selanjutnya kita juga
wajib mengenal dimana seorang pembuat
film meletakkan kameranya atau dikenal
dengan Camera Angle (sudut pengambilan
kamera).
POSISI CAMERA ANGLE
Eye Level
Angle disebut eye level apabila tinggi mata tokoh /
suatu benda dianggap sejajar dengan lensa
kamera. Secara psikologis angle ini menganggap
sejajar para tokoh
High Angle
Apabila tinggi mata tokoh / suatu benda lebih
rendah dari lensa kamera dan pada variasi paling
ekstrem disebut Bird Eye View atau Top Anlge.
Secara psikologis angle ini menganggap rendah
tokoh.
Top Angle / Bird Eye View
Low Angle
Apabila tinggi mata tokoh / suatu benda lebih
tinggi dari lensa kamera dan pada variasi paling
ekstrem disebut Frog Eye View / Worm Eye View.
Frog Eye View / Worm Eye View
Canted Angle / Crazy Angle /
Dutch Angle
Namun selain ketiga angle di atas, ada satu
macam angle lagi yang biasa digunakan untuk
menggambarkan keadaan yang tidak stabil. Posisi
kamera sebenarnya bisa menggunakan ketiga
angle yang ada, namun dibuat miring ke kiri atau
ke kanan (tidak seimbang / tidak tegak lurus
dengan subjek). Umumnya pembuat film
menggunakan angle ini untuk menunjukkan
perasaan yang sedang tidak stabil, misalnya
gundah, galau dan lain sebagainya.
LENSA
Sebenarnya lensa berfungsi untuk
meneruskan cahaya dengan kekuatan
penuh agar pembingkaian dapat berjalan
baik. Maka pembuat film harus memahami
benar akan adanya lensa ini. Bila coba
digambarkan dilihat dari sudut
penangkapannya maka ada beberapa
macam-macam lensa :
Lensa Normal
Lensa ini disebut lensa normal karena
daya tangkapnya mendekati mata manusia
normal dalam melihat benda atau subyek
tertentu. Dalam kamera film 35 mm lensa
normalnya adalah 35 - 50 mm sedangkan
untuk kamera film 16 mm lensa normalnya
adalah 25 mm.
Lensa Wide
Disebut lensa wide karena daya tangkapnya lebih
luas dari daya tangkap mata manusia dalam
melihat benda atau subyek tertentu. Dalam
kamera film 35 mm lensa wide adalah lensa yang
ukurannya kurang dari 35 mm sedangkan untuk
kamera film 16 mm lensa wide ukuruannya kurang
25 mm. Lensa ini biasanya memiliki jarak
tangkapan, semakin jauh posisi kamera dari
subyeknya maka daya tangkapnya akan semakin
terlihat luas. Namun bila jaraknya kurang dari
jarak yang seharusnya maka gambar akan terlihat
tidak wajar atau sering disebut distorsi.
Lensa Tele
Lensa telephoto atau sering disebut dengan
lensa tele saja adalah sebuah lensa yang
dapat memperlihatkan subyek menjadi
dekat walaupun jarak pengambilannya jauh.
Sudut Penangkapan Lensa
CAMERA MOVEMENT
 Pergerakan kamera dalam pengambilan
gambar
ZOOM
 Zoom adalah pergerakan kamera yang
dilakukan dengan cara mendekati atau
menjauhkan objek melalui lensa
DOLLY
 Hampir sama dengan zoom, namun
perbedaannya ada pada alat yang
digerakkan. Jika Zoom menggunakan
lensa untuk mendekat atau menjauh, dolly
menggunakan kamera untuk mendekat
atau menjauh tanpa merubah jarak
pandang lensa.
PAN
 Pan adalah gerakan kamera menoleh ke
kanan atau ke kiri
TILT
 Tilt adalah pergerakan kamera menoleh ke
atas atau ke bawah
CRAB
 Crab adalah pergerakan kamera yang
dilakukan secara menyamping atau atau
diambil dari samping sejajar dengan
subyek yang sedang berjalan atau berlari.
PEDESTAL
 Pergerakan kamera yang dilakukan secara
naik atau turun.
FOLLOW
 Pergerakan kamera yang dilakukan
dengan mengikuti obyek yang bergerak
 Bisa ditambahkan pan, tilt, dsb.
ARC
 Pergerakan kamera dengan cara berputar
untuk melihat situasi atau kondisi suatu
lingkungan
 Bisa dari kiri atau kanan
FOCUS MODE
 Memilih mode fokus dalam pengoperasian
kamera
MANUAL FOCUS (MF)
 Menetapkan fokus secara manual dengan
memutar ring focus pada lensa. Manual
fokus dapat memberikan kesan natural
untuk video.
AUTO FOCUS (AF)
• Mampu menetapkan fokus secara otomatis
tanpa memutar ring focus pada lensa.
Biasa digunakan untuk objek yang tidak
bergerak
AUTO FOCUS CONTINOUS
(AF-C)
• Mampu menetapkan fokus secara otomatis
dan cepat pada objek yang bergerak
tanpa harus memutar ring focus pada
lensa
Dial mode pada kamera
• Program Mode
• Shutter Priority (Tv atau S)
• Aperture Priority (Av atau A)
• Manual (M)
FPS
(frame per second)
Adalah jumlah gambar yang diambil dalam 1
detik (24,30,60,120).
LATIHAN
• BUATLAH VIDEO PROFIL , JELASKAN APA
SAJA YANG DIDAPATKAN DI BLKK YTPNU
PASURUAN, BERIKAN SARAN/HARAPAN
UNTUK BLKK YTPNU KEDEPANNYA

More Related Content

Similar to Camera Set Up (1).ppt

BASIC VISUAL LANGUAGE
BASIC VISUAL LANGUAGEBASIC VISUAL LANGUAGE
BASIC VISUAL LANGUAGEPere Sumbada
 
Modul persiapan dokumen video
Modul persiapan dokumen videoModul persiapan dokumen video
Modul persiapan dokumen videoKhairil Anwar
 
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAKTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAKDrs. HM. Yunus
 
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdf
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdfPresentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdf
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdffaridramadhan16
 
Photograpi trick complete
Photograpi trick completePhotograpi trick complete
Photograpi trick completeAdi Fest
 
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.pptIrulMaulana
 
Fotografi model bag I
Fotografi model bag IFotografi model bag I
Fotografi model bag Idzargon
 
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdf
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdfMateri_Fotografi_Jurnalistik.pdf
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdfOxiYondiOfficial
 
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar ProduksiMenerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksiwalangkreatif maluku
 
Asas fotografi
Asas fotografi Asas fotografi
Asas fotografi Adila Dila
 

Similar to Camera Set Up (1).ppt (20)

BASIC VISUAL LANGUAGE
BASIC VISUAL LANGUAGEBASIC VISUAL LANGUAGE
BASIC VISUAL LANGUAGE
 
1
11
1
 
Modul persiapan dokumen video
Modul persiapan dokumen videoModul persiapan dokumen video
Modul persiapan dokumen video
 
Videografi.ppt
Videografi.pptVideografi.ppt
Videografi.ppt
 
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAKTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
 
Dasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar FotografiDasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar Fotografi
 
Produksi acara televisi part 7
Produksi acara televisi part 7Produksi acara televisi part 7
Produksi acara televisi part 7
 
Presentasi dasar fotografi musyawarah akhir tahun kfp 2010 final
Presentasi dasar fotografi musyawarah akhir tahun kfp 2010 finalPresentasi dasar fotografi musyawarah akhir tahun kfp 2010 final
Presentasi dasar fotografi musyawarah akhir tahun kfp 2010 final
 
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdf
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdfPresentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdf
Presentasi Teknologi dalam Bisnis dan Pekerjaan Elemen 3D Oranye dan Biru.pdf
 
Photograpi trick complete
Photograpi trick completePhotograpi trick complete
Photograpi trick complete
 
1
11
1
 
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt
423956814-1-Pengantar-Sinematografi-ppt.ppt
 
Menganalisis prosedur pengukuran bidang pandang dan sudut pengambilan gambar
Menganalisis prosedur pengukuran bidang pandang dan sudut pengambilan gambarMenganalisis prosedur pengukuran bidang pandang dan sudut pengambilan gambar
Menganalisis prosedur pengukuran bidang pandang dan sudut pengambilan gambar
 
Fotografi model bag I
Fotografi model bag IFotografi model bag I
Fotografi model bag I
 
Teknik pengambilan gambar
Teknik pengambilan gambarTeknik pengambilan gambar
Teknik pengambilan gambar
 
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdf
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdfMateri_Fotografi_Jurnalistik.pdf
Materi_Fotografi_Jurnalistik.pdf
 
Menganalisis teknik pergerakan kamera saat pengambilan gambar bergerak (perek...
Menganalisis teknik pergerakan kamera saat pengambilan gambar bergerak (perek...Menganalisis teknik pergerakan kamera saat pengambilan gambar bergerak (perek...
Menganalisis teknik pergerakan kamera saat pengambilan gambar bergerak (perek...
 
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar ProduksiMenerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
 
Point of view & type of shot
Point of view & type of shotPoint of view & type of shot
Point of view & type of shot
 
Asas fotografi
Asas fotografi Asas fotografi
Asas fotografi
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Camera Set Up (1).ppt

  • 2. ASPECT RATIO Merupakan perbandingan tinggi dan lebar layar. Semakin lebar layarnya, konsekuensi dalam mengisi set, properti & lighting semakin luas, juga aspek camera set up-nya 1,77 : 1 (16:9) 1,85 : 1 (18:9) 2,35 : 1 (21:9) 1,33 : 1 (4:3)
  • 3.
  • 4. TYPE OF SHOT / FRAME SIZE Secara umum seorang pembuat film pasti akan menentukan type of shot untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada penonton. Karena kebanyakan film yang dibuat berhubungan dengan manusia, maka acuan type of shot adalah wajah manusia dan secara besar dibagi menjadi 3 ukuran yaitu : Wide Shot (WS) / Long Shot (LS), Medium Shot (MS) dan Close Up (CU) Namun ketiga ukuran tersebut memiliki variasinya masing- masing
  • 5. Wide Shot / Long Shot secara mendasar memiliki fungsi untuk menginformasikan ling- kungan (ruang kejadian) tokoh. Ada beberapa variasinya yaitu :
  • 6. Ekstrem Long Shot (ELS / XLS) Biasanya dalam ukuran ini tokoh jarang terlihat sebab yang ingin diperlihatkan adalah tempat kejadian secara luas. Sehingga banyak pembuat film yang membuat shot dengan elemen visual tempat-tempat yang dikenal oleh masyarakat seperti Monas yang menunjukkan Jakarta, Patung Liberty yang menunjukkan New York dan lain sebagainya
  • 7. Long Shot (LS) Biasanya dibuat untuk menunjukkan suasana lingkungan dari tokoh film tersebut, seperti gambar yang terlihat dimana terdapat suasana ruang kantor dan suasana panggung terbuka.
  • 8. Full Shot (FS) Biasanya seluruh tubuh tokoh diperlihatkan dari kepala hingga ujung kaki, hal ini dimaksudkan agar penonton dapat melihat seluruh gestur (gerak tubuh) tokoh dan sedikit aktivitas lingkungannya
  • 9. Medium Long Shot (MLS) / Knee Shot (KS) atau sering dikenal dengan Ukuran ini sebenarnya digunakan pada film-film western (koboi) dan fungsinya adalah agar pistol yang ada di bawah pinggang sang koboi dapat terlihat jelas oleh penonton, sebab kalau menggunakan Full Shot maka pistol tersebut dianggap terlalu jauh.
  • 10. Medium Shot (MS) Tidak memiliki variasi sebab hampir seluruh type of shot yang menggunakan medium diambil ke Long Shot atau ke Close Up. Oleh karena itu type of shot ini memiliki keunikan sendiri yaitu bahwa gestur tokoh terlihat lebih jelas namun lingkungannya hampir tidak terlihat, jadi pusat perhatian penonton diarahkan pada gerak tubuh tokohnya saja.
  • 11. Close Up Secara mendasar memiliki fungsi untuk menginformasikan ekspresi wajah tokoh. Ada beberapa variasinya yaitu :
  • 12. Medium Close Up (MCU) Ukuran ini sering dianggap cocok untuk memperlihatkan shot yang sifatnya intim (menggambarkan kedekatan) sehingga banyak sekali adegan dialog dalam film menggunakan type of shot ini terutama dialog-dialog yang normal artinya tidak ada penekanan dramatik
  • 13. Close Up (CU) Banyak pembuat film yang memanfaatkan ukuran ini untuk memperlihatkan ekspresi wajah si tokoh dengan lebih jelas, baik marah, sedih, gembira dan lain-lain.
  • 14. Dua type of shot terakhir biasanya difungsikan untuk memberi penekanan dramatik kepada ekspresi wajah tokoh
  • 15. Big Close Up (BCU)
  • 16. Extreme Close Up (ECU / XCU)
  • 17. Ada pertanyaan lain yaitu bagaimana kalau yang dibuat shot bukan wajah tokoh atau mungkin benda lain ? Juga bagaimana kalau yang di-shoot lebih dari satu orang. Memang ada type of shot lain diluar yang telah dibahas di atas, ada beberapa macam yang juga sering digunakan oleh para pembuat film antara lain :
  • 18. CLOSE SHOT (CS) Ukuran ini banyak digunakan untuk menyebut type of shot dalam bentuk padat namun bukan wajah tokoh atau mungkin malah benda lain seperti arloji, buku, botol dan lain-lain.
  • 19. Namun ukuran dan istilah ini tidaklah mengikat, artinya ada juga pembuat film yang lebih senang atau terbiasa menggunakan istilah Close Up (CU) untuk mengkomunikasikan ukuran ini. Selain Close Shot, ada Two Shot & Three Shot, di mana ukuran ini digunakan untuk menyebut type of shot yang tokohnya lebih dari satu orang. Type of shot yang di dalamnya ada dua orang disebut two shot, sedangkan yang tiga orang disebut three shot. Namun bila tokohnya lebih dari tiga orang maka ukuran shot tersebut lebih banyak digolongkan pada ukuran Long Shot (LS).
  • 22. Over Shoulder Shot Ada penyebutan yang lain untuk shot-shot dialog walaupun secara mendasar menggunakan ukuran Medium Shot ataupun Close Up namun banyak pembuat film lebih nyaman menyebutnya dengan Over Shoulder Shot. Biasanya digunakan untuk memberi penekanan pada sudut pandang tokoh dan penonton tetap merasakan kehadiran tokoh lain di dalam bingkai tersebut.
  • 23.
  • 24. CAMERA ANGLE Setelah kita mengenal ukuran bingkai dalam membuat film, maka selanjutnya kita juga wajib mengenal dimana seorang pembuat film meletakkan kameranya atau dikenal dengan Camera Angle (sudut pengambilan kamera).
  • 26. Eye Level Angle disebut eye level apabila tinggi mata tokoh / suatu benda dianggap sejajar dengan lensa kamera. Secara psikologis angle ini menganggap sejajar para tokoh
  • 27. High Angle Apabila tinggi mata tokoh / suatu benda lebih rendah dari lensa kamera dan pada variasi paling ekstrem disebut Bird Eye View atau Top Anlge. Secara psikologis angle ini menganggap rendah tokoh.
  • 28. Top Angle / Bird Eye View
  • 29. Low Angle Apabila tinggi mata tokoh / suatu benda lebih tinggi dari lensa kamera dan pada variasi paling ekstrem disebut Frog Eye View / Worm Eye View.
  • 30. Frog Eye View / Worm Eye View
  • 31. Canted Angle / Crazy Angle / Dutch Angle Namun selain ketiga angle di atas, ada satu macam angle lagi yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang tidak stabil. Posisi kamera sebenarnya bisa menggunakan ketiga angle yang ada, namun dibuat miring ke kiri atau ke kanan (tidak seimbang / tidak tegak lurus dengan subjek). Umumnya pembuat film menggunakan angle ini untuk menunjukkan perasaan yang sedang tidak stabil, misalnya gundah, galau dan lain sebagainya.
  • 32.
  • 33. LENSA Sebenarnya lensa berfungsi untuk meneruskan cahaya dengan kekuatan penuh agar pembingkaian dapat berjalan baik. Maka pembuat film harus memahami benar akan adanya lensa ini. Bila coba digambarkan dilihat dari sudut penangkapannya maka ada beberapa macam-macam lensa :
  • 34. Lensa Normal Lensa ini disebut lensa normal karena daya tangkapnya mendekati mata manusia normal dalam melihat benda atau subyek tertentu. Dalam kamera film 35 mm lensa normalnya adalah 35 - 50 mm sedangkan untuk kamera film 16 mm lensa normalnya adalah 25 mm.
  • 35. Lensa Wide Disebut lensa wide karena daya tangkapnya lebih luas dari daya tangkap mata manusia dalam melihat benda atau subyek tertentu. Dalam kamera film 35 mm lensa wide adalah lensa yang ukurannya kurang dari 35 mm sedangkan untuk kamera film 16 mm lensa wide ukuruannya kurang 25 mm. Lensa ini biasanya memiliki jarak tangkapan, semakin jauh posisi kamera dari subyeknya maka daya tangkapnya akan semakin terlihat luas. Namun bila jaraknya kurang dari jarak yang seharusnya maka gambar akan terlihat tidak wajar atau sering disebut distorsi.
  • 36. Lensa Tele Lensa telephoto atau sering disebut dengan lensa tele saja adalah sebuah lensa yang dapat memperlihatkan subyek menjadi dekat walaupun jarak pengambilannya jauh.
  • 38. CAMERA MOVEMENT  Pergerakan kamera dalam pengambilan gambar
  • 39. ZOOM  Zoom adalah pergerakan kamera yang dilakukan dengan cara mendekati atau menjauhkan objek melalui lensa
  • 40. DOLLY  Hampir sama dengan zoom, namun perbedaannya ada pada alat yang digerakkan. Jika Zoom menggunakan lensa untuk mendekat atau menjauh, dolly menggunakan kamera untuk mendekat atau menjauh tanpa merubah jarak pandang lensa.
  • 41. PAN  Pan adalah gerakan kamera menoleh ke kanan atau ke kiri
  • 42. TILT  Tilt adalah pergerakan kamera menoleh ke atas atau ke bawah
  • 43. CRAB  Crab adalah pergerakan kamera yang dilakukan secara menyamping atau atau diambil dari samping sejajar dengan subyek yang sedang berjalan atau berlari.
  • 44. PEDESTAL  Pergerakan kamera yang dilakukan secara naik atau turun.
  • 45. FOLLOW  Pergerakan kamera yang dilakukan dengan mengikuti obyek yang bergerak  Bisa ditambahkan pan, tilt, dsb.
  • 46. ARC  Pergerakan kamera dengan cara berputar untuk melihat situasi atau kondisi suatu lingkungan  Bisa dari kiri atau kanan
  • 47. FOCUS MODE  Memilih mode fokus dalam pengoperasian kamera
  • 48. MANUAL FOCUS (MF)  Menetapkan fokus secara manual dengan memutar ring focus pada lensa. Manual fokus dapat memberikan kesan natural untuk video.
  • 49. AUTO FOCUS (AF) • Mampu menetapkan fokus secara otomatis tanpa memutar ring focus pada lensa. Biasa digunakan untuk objek yang tidak bergerak
  • 50. AUTO FOCUS CONTINOUS (AF-C) • Mampu menetapkan fokus secara otomatis dan cepat pada objek yang bergerak tanpa harus memutar ring focus pada lensa
  • 51. Dial mode pada kamera • Program Mode • Shutter Priority (Tv atau S) • Aperture Priority (Av atau A) • Manual (M)
  • 52. FPS (frame per second) Adalah jumlah gambar yang diambil dalam 1 detik (24,30,60,120).
  • 53. LATIHAN • BUATLAH VIDEO PROFIL , JELASKAN APA SAJA YANG DIDAPATKAN DI BLKK YTPNU PASURUAN, BERIKAN SARAN/HARAPAN UNTUK BLKK YTPNU KEDEPANNYA