1. I. PENDAHULUAN Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm. hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.
Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. 3.2.3. Pengapuran 3.4.5. Pemupukan
Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg Waktu Dosis Pupuk Makro (kg/ ha)
hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit ZA TSP KCl
tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani. sebanyak 50 kg.
Susulan I (3 hari) 40 - 40
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi
secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan 3.2.4. Pemupukan Dasar Susulan II Daun 4-6 helai 120 85 80
(Aspek K-3). a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih Susulan III Batang 45–55 170 - 30
seminggu sebelum tanam. cm
II. SYARAT PERTUMBUHAN b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 Susulan IV Tanaman 130 - 30
2.1. Iklim kg/ha). bunga
Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas bedengan Susulan V Buah masih 80 - 30
matahari sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika POC NASA pentil
ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara : POC NASA ( per ha )
2.2. Media Tanam Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan Mulai umur 1 minggu – 6 POC NASA disemprotkan ke
Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk atau 7 minggu tanaman alternatif 1: 6-7 kali (
kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh menyiram bedengan. interval 1 minggu sekali) dgn dosis
berpasir. Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7. Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER 4 tutup botol/ tangki
NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan. alternatif 2: 4 kali (interval 2
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup
3.1. Pembibitan 3.2.5. Lain-lain botol/ tangki
Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-1503.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK
3.1.1. Penyiapan Media Semai cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas mulsa Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2
- Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki
pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh buah. semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval 7 hari sekali.
dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
- Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), 3.3. Teknik Penanaman 3.4.7. Pemeliharaan Lain
pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, 3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman,
TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah,
yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (1-3 kg) .Masukkan media Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna
semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%. cm. menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar
matahari.
3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih 3.3.2. Waktu Penanaman
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup 3.5. Hama dan Penyakit
: 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). basah. 3.5.1 Hama
Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika a. Thrips
ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan 3.4. Pemeliharaan Tanaman Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut
dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi. 3.4.1. Penyulaman badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap
Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam. dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural BVR atau Pestona.
3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit
- Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya 3.4.2. Penyiangan b. Ulat Perusak Daun
sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm. Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, gejala : daun
- Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.
Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka. ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura atau Pestona.
- Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang
setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan c. Tungau
siap ditanam. buah. Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil
mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di
3.2. Pengolahan Media Tanam 3.4.3. Perempelan bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: semprot
3.2.1. Pembukaan Lahan Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena Natural BVR atau Pestona.
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang.
sisa-sisa perakaran dan batu. d. Ulat Tanah
3.4.4. Pengairan dan Penyiraman Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif
3.2.2. Pembentukan Bedengan Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas
2. muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman 3.6.1.Ciri dan Umur Panen
secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi
dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa
penyemprotan Natural Vitura/Virexi atau Pestona. dipetik (dipanen). BUDIDAYA SEMANGKA
e. Lalat Buah 3.6.2.Cara Panen
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-
bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam
kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan
Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum.
kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka
terlihat memar. Pengendalian : membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dilakukan beserta tangkainya.
dibalikan dengan dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat buah dan
semprot Pestona.
3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang
terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan
subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi
lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami, (2) pemberian
Natural GLIO sebelum atau pada saat tanam.
b. Bercak Daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang.
Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi
coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus
berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: seperti pada penyakit layu fusarium.
c. Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak
coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila
menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan
semakin meluas. Pengendalian: seperti pengendalian penyakit layu fusarium. Oleh :
d. Busuk Semai Wahidin, SP., M.Si
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna
coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: pemberian Natural
GLIO sebelum penyemaian di media semai.
e. Busuk Buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan
aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya
kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan,
pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.
f. Karat Daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun
tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,
tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama
seperti penyakit layu fusarium. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida alami belum dan Kehutanan (BP4K)
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia. Agar penyemprotan pestisida
kimia dapat merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Kabupaten Pandeglang
Perata AERO 810 dengan dosis + 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen