Pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau mencerminkan budaya dan nilai-nilai masyarakat. Pakaian berfungsi sebagai simbol budaya dan menandakan status sosial. Jenis pakaian berbeda untuk upacara adat, kegiatan sehari-hari, dan acara khusus seperti pernikahan. Warna dan corak pakaian juga memiliki makna tertentu sesuai kepercayaan masyarakat.
Kain samping merupakan budaya melayu yang harus kita budayakan agar kebudayaan ini tidak hilang karena tergerus oleh globalisasi
postingan oleh Oddy Azis Saputra
X Masa 1
SMA N Binaan Khusus kota Dumai
(TITAS) KAJAIAN PAKAIN TRADISIONAL DUSUN LOTUD, TAMPARULI, SABAHNOOR MUSTAQIM MOHAMED
Â
Kajian ini hanya menyentuh satu objek budaya iaitu pakaian tradisional Dusun Lotud yang melambangkan ikon dan imej dalam perkahwinan masyarakat Dusun Lotud.
lurikfabric.com-Kain lurik Solo Harga Murah.pdfMudzakir Sunni
Â
Kain lurik Solo Harga Murah Mulai Rp 30.000,- Permeter. Lurik menjadi warisan budaya yang semakin tergerus oleh perkembangan jaman. Oleh Karena itu, jangan biarkan bukti kearifan lokal ini hilang! Indonesia dikaruniai keragaman suku bangsa yang masing-masing memiliki budayanya sendiri. Hal tersebut terlihat pula pada cara berpakaian yang tidak sama antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya, berbeda dalam gaya, bentuk serta bahan yang digunakan, kemudian menjadi ciri khas masing-masing daerah bersangkutan. Demikian halnya dengan masyarakat Jawa di Yogyakarta, memiliki pakaian tradisional yang khas, yaitu salah satunya lurik.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Budaya melayu riau Pakaian adat Melayu Riau yang masih rampung
1. Budaya Melayu Riau
Pakaian Melayu
Nama Anggota Kelompok:
Dafa Bagus Pratama
M. Iqbal Aditama
M. Kurnia Caesar
Aysa Meyla Anggiani
Stephani Calista
2. ASAL USUL
Pakaian merupakan simbol budaya yang menandai
perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya tertentu. Pakaian
dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk
pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau. Pakaian tradisional Riau
terdiri atas pakaian harian dan pakaian resmi/pakaian adat.
Pakaian harian dipakai setiap hari, baik oleh anak-anak,
dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk
berbagai kegiatan harian, misalnya saat bekerja di ladang, bermain, ke
laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis pakaian untuk
perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak
dan pakaian perempuan dewasa (O.K. Nizami Jamil, et al. 2005:15-16).
Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada
acara-acara tertentu yang berkenaan dengan kegiatan resmi atau pada
saat acara adat. Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan
berdasarkan filosofi masyarakat Melayu Riau yang mengandung nilai-
nilai tertentu.
3. Masyarakat Melayu Riau masih memegang
adat dengan teguh. Pengaruh adat terasa dalam
sikap dan perilaku sebagian besar masyarakat,
terutama di daerah pedesaan/perdalaman. Adat
Melayu Riau adalah adat yang bersendikan syariat
Islam (M.A. Effendi, 2004:9). Islam dan adat Melayu
saling mempengaruhi yang kemudian membentuk
satu budaya baru, yang salah satunya tercermin
dalam pakaian yang dikenakan.
Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan
estetika, namun juga mengandung semangat
tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi
dan kejujuran hidup (Siti Zainon Ismail, 2004: 33).
4. Jenis Pakaian
a. Pakaian Harian
Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika
melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan kelompok pemakai,
pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian
dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
• Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet.
Setelah beranjak besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau
Baju Cekak Musang. Terkadang juga memakai celana setengah atau
bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat. Anak laki-
laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah.
Sedangkan untuk anak perempuan yang belum dewasa memakai baju
kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna
dengan kain tersebut.
5.
6. • · Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang telah dewasa disebut
Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi dengan kain
samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat
kepala. Sedangkan untuk perempuan memakai Baju
Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung
Tulang Belut. Baju ini dipadukan dengan kain sarung batik
dan penutup kepala berupa selendang atau tudung
lingkup. Perempuan yang melakukan kegiatan di ladang
atau sawah biasanya memakai tutup kepala berupa
selendang atau kain belacu yang dinamakan tengkuluk.
8. • · Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua setengah baya ada
berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk Belanga (Baju
Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya
Pendek yang biasa dipakai untuk pergi ke ladang.
Kerudung untuk menutupi kepala berupa selendang segi
empat yang dibentuk segitiga sehingga menyerupai
jilbab. Sedangkan untuk laki-laki orang tua dan setengah
baya memakai Baju Kurung Teluk Belanga atau Baju
Kurung Cekak Musang. Bahan pakaian ini adalah kain
katun atau kain lejo. Baju ini agak longgar sehingga
nyaman dipakai.
9.
10. Pakaian resmi
• Pada zaman dahulu, pakaian resmi dipakai
ketika menghadiri pertemuan resmi yang
diadakan oleh kerajaan. Sedangkan di masa
sekarang, pakaian resmi dikenakan dalam
berbagai acara pemerintahan. Pakaian resmi
untuk laki-laki adalah Baju Kurung Cekak
Musang lengkap dengan kopiah, kain samping
yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri,
Daik, dan daerah-daerah di Riau lainnya.
11. • Bahan Baju Kurung Cekak Musang berupa kain
sutra, kain satin, atau kain berkualitas tinggi
lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain
kopiah dan kain samping. Bahan untuk kain
samping adalah bahan yang terpilih, seperti
kain songket dan kain tenun lainnya. Sistem
memakai kain samping ini ada dua macam,
yaitu ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
12. • Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah
Baju Melayu Kebaya Laboh dan Baju Kurung
Cekak Musang. Bahan untuk membuat kedua
baju ini adalah kain songket atau kain terpilih
lainnya seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun
Trengganu, dan lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau
Kebaya Laboh ini mengikuti bentuk tubuh si
pemakai, namun tidak terlalu longgar dan tidak
terlalu sempit. Panjang baju perempuan yang
masih gadis adalah tiga jari di atas lutut,
sedangkan untuk orang tua panjang bajunya tiga
jari di bawah lutut.
13.
14. Pakaian untuk perkawinan
• Baju pengantin laki-laki Melayu adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju
Kurung Teluk Belanga. Untuk daerah Limo Koto Kampar baju pengantin laki-laki
berbentuk jubah yang terbuat dari kain beludru. Baju Kurung Teluk Belanga
terbuat dari bahan tenunan Siak, Indragiri, Daek, maupun Trengganu dengan
warna merah, biru, kuning, dan hitam.
• Selain Baju Kurung Cekak Musang, pakaian pengantin laki-laki adalah kain samping
motif yang serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di
kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua dikalungkan di
leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepatu runcing di bagian depan, dan keris
hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebelah kiri.
• Busana yang dikenakan pengantin perempuan berbeda-beda, tergantung jenis
upacara adatnya. Pengantin perempuan pada upacara Malam Berinai memakai
Baju Kurung Teluk Belanga. Sedangkan saat Upacara Barandam, pengantin
perempuan memakai Baju Kurung Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek. Kepala
hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin
perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung
Teluk. Kemudian untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya
Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga
15. • Pakaian adat di Riau, berbeda beda setiap
wilayah nya. Berikut adalah gambar gambar
pakaian untuk pernikahan beserta wilayahnya.
16. • LETAKKAN DISINI YA STEPP YANG DARI SLIDE
SHARE TUUUUU MUNGKIN ADA 5 ATAU 6
HALAMAN
17. FUNGSI
• Bagi masyarakat Melayu di Riau, pakaian
bukan hanya berfungsi untuk melindungi
tubuh, namun juga mempunyai fungsi-fungsi
tertentu yang berhubungan dengan adat dan
kepercayaan masyarakat. Beberapa fungsi
pakaian adat bagi masyarakat Melayu daerah
Riau adalah sebagai berikut:
18. • a. Fungsi Budaya
• Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan
tertentu dalam suatu masyarakat. Secara umum, fungsi
pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian
muncul berbagai aksesori dan ciri khas yang
membedakan antara suatu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Di masyarakat Riau, pakaian
menjadi simbol yang dipakai dalam pelaksanaan
upacara atau dalam acara-acara tertentu. Setiap
upacara mempunyai jenis pakaian yang berbeda yang
tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang
dikenakan sehari-hari.
19. • b. Fungsi Estetik
• Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai
bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian tersebut.
Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian
tradisional Riau juga mengandung makna-makna
tertentu. Misalnya, warna kuning mengandung arti
kekuasaan. Pakaian dengan warna seperti ini biasanya
diperuntukkan bagi sultan atau raja. Warna hitam
mengandung makna keberanian. Pakaian dengan
warna seperti ini biasanya dipakai oleh para hulubalang
dan para petarung yang melambangkan ketangkasan
mereka.
20. • PUTIH: Tanda kesucian dalam tata pakaian adat putih di pakai juga sebagai tanda berkabung .
• MERAH: tanda persaudaraan dan keberanian. Masyarakat padalaman menggunakan warna sebagai
warna panji dan payung untuk batin (kepala persukuan)sedangkan dalam peperangan kain merah
selalu di kaitkan di pinggang.
• KUNING: Lambang kesucian. Warna kuning di jaman raja melayu masih berkuasa hanya boleh di
pakai oleh keluarga raja.
• BIRU: lambang keperkasaan di Sungai dan lautan . Dahulunya pakaian biru di peruntukkan bagi
laksana kerajaan .
• HIJAU; lambang kesuburan dan kemakmuran.
• HITAM; lambang keperkasaan Warna ini selalu dipakai oleh panglima dan hulubalang.
• KEEMASAN: lambang kejayaan dan kemegahan. Warna ini dahulu di pakai oleh raja yang sedang
berkuasa.
21. • c. Fungsi Religius
• Pakaian tradisional daerah Riau mengandung makna dan berfungsi
keagamaan. Pengaruh Islam dalam tata cara berpakaian sedikit
banyak berpengaruh pada pakaian daerah Riau, di mana fungsi
pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat
pakaian perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan
menutupi hampir semua anggota tubuhnya. Selain dari bentuknya,
fungsi religius pakaian tradisional Riau juga terlihat dari simbol yang
digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan dan bintang.
Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan.
Fungsi religius busana Melayu di daerah Riau juga muncul di
berbagai media yang mereka gunakan untuk upacara, misalnya
adanya kelengkapan tepung tawar.
22. • d. Fungsi Sosial
• Pakaian tradisional Riau mengandung makna dan
berfungsi secara sosial. Pakaian tradisional Riau
yang dipakai masyarakat, baik yang berasal dari
golongan bangsawan maupun masyarakat biasa
adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya
hanya terletak pada bahan dan warna yang
dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyarakat
Riau warna pakaian mempunyai lambang dan
makna tertentu.
23. • e. Fungsi Simbolik
• Pakaian tradisional mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat
diterka lebih dahulu untuk mengetahui maknanya. Nilai-nilai
simbolik yang terkait dengan pakaian tradisional, perhiasan, serta
kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai dalam upacara-
upacara tradisional. Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian
yang dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan.
Beberapa makna yang terkandung dalam busana tradisional
masyarakat Melayu Riau misalnya sirih (lambang persaudaraan dan
kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat
bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau
memperlihatkan bahwa hampir setiap apa yang mereka kenakan
mengacu pada simbol-simbol tertentu (M.A Effendi, et.al., 2004:
113-132).
24. NILAI NILAI
• a. Nilai Tradisi
• Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah
menjadi tradisi selama bertahun-tahun. Hal ini menjadi ciri
khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana adat
yang dikenakan, maka dapat dipelajari mengenai tradisi
masyarakat yang bersangkutan.
• b. Nilai Pelestarian Budaya
• Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern
yang semakin hari semakin berkembang. Pakaian adat yang
saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan
warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan
busana tradisional tersebut sama artinya dengan
melestarikan kekayaan budaya Melayu.
25. • c. Nilai Sosial
• Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi
penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-
nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga
bermakna sebagai media untuk menyatukan
masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena
dalam pakaian tradisional tersebut tersemat
makna-makna tertentu yang dinilai dan
ditafsirkan oleh masyarakatnya.