Dokumen tersebut membahas tentang keutamaan berbakti kepada orang tua dan besarnya jasa seorang ibu. Allah memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada orang tua dengan baik, karena ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Beberapa hadis menjelaskan bahwa amalan yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada orang tua, walaupun hanya sebentar napas ibu ketika melahirkan. Dokumen ini juga
Pertimbangan-pertimbangan untuk menikah terkadang malah menjadi penghalang untuk segera meraih pahala menikah. Agar tidak terjadi demikian, yuk kita simak penjabaran dari Ustadz..
Pertimbangan-pertimbangan untuk menikah terkadang malah menjadi penghalang untuk segera meraih pahala menikah. Agar tidak terjadi demikian, yuk kita simak penjabaran dari Ustadz..
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan terhadap setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa pada bulan Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin. Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam bulan Islam. Bulan ini merupakan bulan penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah Swt., dan rahmat-Nya. Didalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Begitu pula al-Qur’an diturunkan pertama kali disalah satu malam pada bulan Ramadhan.
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tuaHendri Syahrial
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua. Doa untuk kedua orang tua yang sudah meninggal. Doa untuk kedua orang tua yang masih hidup. Doa anak kepada orang tua. Doa untuk ibu. Doa untuk ibu bapa. Doa untuk ayah. Doa anak kepada orang tua. Doa untuk ayah dan ibu. Doa untuk kedua orang tua tulisan arab dan artinya.
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan
amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan
manusia dengan sesamanya.
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan terhadap setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa pada bulan Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin. Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam bulan Islam. Bulan ini merupakan bulan penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah Swt., dan rahmat-Nya. Didalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Begitu pula al-Qur’an diturunkan pertama kali disalah satu malam pada bulan Ramadhan.
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tuaHendri Syahrial
Doa untuk orang tua: Doa untuk kedua orang tua. Doa untuk kedua orang tua yang sudah meninggal. Doa untuk kedua orang tua yang masih hidup. Doa anak kepada orang tua. Doa untuk ibu. Doa untuk ibu bapa. Doa untuk ayah. Doa anak kepada orang tua. Doa untuk ayah dan ibu. Doa untuk kedua orang tua tulisan arab dan artinya.
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan
amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan
manusia dengan sesamanya.
1. bu, ayah ... lewat berbaktipadamu lah jalan menuju surga Rabbku.
Alhamdulilllah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« ِ َْ ِ َ َنْ ُ ُ ُ ّ َ ِ َ َنْ ُ ُ ُ ّ َ ِ َ َنْ ُ ُ «. ِي َ َنْ َا َ ُو َ ا ِ َا َ » َنْ َدْر َ َاِ َي
رغم أ فه ثم رغم أ فه ثم رغم أ فه ق ل م ي رس ل ّ ق ل م أ َك و لد ه
ل
َ ّ َ ْ» ِنْ َ ال ِ َ ِ َ َ َ ُ َا َوْ ِ َيْ ِ َا ُ ّ َمْ َدْ ُ ِ ال
ع د ْكبر أحدهم أ كل هم ثم ل ي خل جنة
"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai
Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya
yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia
tidak masuk surga."(HR. Muslim)
Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata,
ِ ِِ َا ال ّ ّ ِي ِ َا الْ َاِ ِ َ َ َ ُ ال ّ ّ ِي َ َ ِ الْ َا
رض رب ف رض و لد و سخط رب ف سخط و لد
"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua." (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam)
Jasa Orang Tua Begitu Besar
Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti
menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian. Begitu pula
saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia rela lembur di saat si bayi
kecil kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh karena itu, jasanya sangat sulit sekali
untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.
Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di
sekitar Ka'bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,
إن له بع ره م ذلل إ أ ع ت رك به ل أ عر
ُ َ ِّْي َ َا َ ِيْ ُ َا الْ ُـ ِّ ُ - ِنْ ُذْ ِرْ ُ ِ َا ُ َا َمْ ُذ
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
ٍ َ ِ ُ ّ َا َ : يَ ابْ َ ُ َ َ ََ َاِى َ َيْ ُ َا ؟ َا َ : َ َ َ ِ َفْ َ ٍ َا
ق ل ل ول بز رة و حدة ثم ق ل ا ن عمر أتر ن جز ته
Orang itu lalu berkata, "Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?"
Ibnu Umar menjawab, "Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia
keluarkan ketika melahirkan." (Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih secara sanad)
Berbakti pada Orang Tua adalah Perintah Allah
Allah Ta’ala berfirman,
َ َ َى َّ َ َ ّ َعْ ُ ُوا ِ ّ ِّا ُ َِالْ َاِ َيْ ِ ِحْ َاًا
وقض ربك أل ت بد إل إي ه وب و لد ن إ س ن
2. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)
Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan
mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan
tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
َاعْ ُ ُوا ا َ َ َ ُشْ ِ ُوا ِ ِ َيْ ًا َِالْ َاِ َيْ ِ ِح َاًا
ّ ول ت رك به ش ئ وب و لد ن إ ْس ن و بد ل
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)
ُلْ َ َاَوْا َتْ ُ َا َ ّ َ َّ ُمْ َ َيْ ُمْ َ ّ ُشْ ِ ُوا ِ ِ شيْ ًا َِالْ َاِ َيْ ِ ِح َاًا
ق تع ل أ ل م حرم ربك عل ك أل ت رك به َ ئ وب و لد ن إ ْس ن
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)
(13) ٌ َِذْ َا َ ُقْ َا ُ ِبْ ِ ِ َ ُ َ َع ُ ُ َا ُ َ ّ َ ُشْركْ ِا ِ إ ّ ال ّرْ َ َ ُلْ ٌ ع ِي
وإ ق ل ل م ن ل نه وهو ي ِظه ي بني ل ت ِ ب ّ ِن ش ك لظ م َظ م
ل
َ َ ّيْ َا ا ِنْ َا َ ِ َاِ َيْ ِ َ َ َتْ ُ ُ ّ ُ َهْ ًا َ َى َهْ ٍ َ ِ َا ُ ُ ِي َا َيْ ِ أ ِ اش ُرْ ِي
ووص ن لْ س ن بو لد ه حمل ه أمه و ن عل و ن وفص له ف ع م ن َن ْك ل
14) ُ ) َل َاِ َيْ َ َِ ّ الْ َ ِي
وِو لد ك إلي مص ر
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 13-14)
ووص ن لْ س ن بو لد ه إ س ن حمل ه أمه ك ه ووضع ه ك ه وح له وفص له ثلث ن
َ َ َ ّيْ َا ا ِنْ َا َ ِ َاِ َيْ ِ ِحْ َاًا َ َ َتْ ُ ُ ّ ُ ُرْ ًا َ َ َ َتْ ُ ُرْ ًا َ َمْ ُ ُ َ ِ َا ُ ُ َ َ ُو
َهْ ًا َ ّى ِ َا َ َ َ َ ُ ّ ُ ََ َ َ أرَْ ِي َ َ َ ً َا َ َ ّ َوْ ِعْ ِي أنْ َش ُ َ ِعْ َت َ ال ِي
ش ر حت إذ بلغ أشده وبلغ َ بع ن سنة ق ل رب أ ز ن َ أ ْكر ن م َك ّت
أ ع ت علي وعل و لدي وأ أ مل ص لح ت ض ه وأ ل ل ف ذريت إن ت ت
ُ َْنْ َمْ َ َ َ ّ َ َ َى َاِ َ ّ ََنْ َعْ َ َ َاِ ًا َرْ َا ُ ََصْ ِحْ ِي ِي ُ ّّ ِي ِّي ُب
َ َِيْ َ َِّي ِ َ الْمسْ ِ ِي
إل ك وإن من ُ لم ن
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".”
(QS. Al Ahqaf: 15)
Pujian Allah pada Para Nabi karena Bakti Mereka pada Orang Tua
3. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala tentang Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam
berikut,
ََ ّا ِ َاِديْ ِ ََمْ َ ُنْ َ ّا ًا َ ِ ّا
وبر بو ل َ ه ول يك جب ر عصي
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang
sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Begitu juga Allah menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,
ُ َْا َ ِّي َبْ ُ ا ِ ََاِ َ الْ ِ َا َ َ َ َ َ ِي َ ِ ّا )03( َ َ َ َ ِي ُ َا َ ًا َيْ َ َا ُنْ ُ َا ُم
وجعلن مب رك أ ن م ك ت م د ت ق ل إن ع د ّ آت ني كت ب وجعلن نبي ل
32) ) َ ّا )13( ََ ّا ِ َاِ َِي ََمْ َجْ َلْ ِي َ ّا ًا َ ِ ّا
وبر بو لدت ول ي ع ن جب ر شقي حي
“Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)
Amalan yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Berbakti pada Orang Tua
Kita dapat melihat pada hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau
mengatakan,
سَلْ ُ ال ّ ِ ّ - صلى ال عليه وسلم - َ ّ الْ َ َ ِ َ َ ّ َِى ا ِ َا َ » ال ّ َ ُ َ َى
صلة عل ّقل ل أى عمل أحب إل َأ ت نبى
« َقْ ِ َا « . َا َ ُ ّ َ ّ َا َ » ُ ّ ِ ّ الْ َاِ َيْ ِ « . َا َ ُ ّ َ ّ َا َ » الْ ِ َا ُ ِى س ِي ِ ال
ّ
ِ َب ل جه د ف ق ل ثم أى ق ل ثم بر و لد ن ق ل ثم أى ق ل و ته
. َا َ َ َّ ِى ِ ِ ّ ََ ِ اسْ َ َدْ ُ ُ َ َا َِى
ق ل حدثن بهن ولو تز ته لز دن
“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling
dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat
pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan,
‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di
jalan Allah’.”
Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan
hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan
(jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bakti pada Orang Tua Akan Menambah Umur
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ ِ َ َْنْ َ َ ّ أنْ ُ َ ّ َ ُ ِي ُمْ ِ ِ ََنْ ُ َا َ َ ُ ِي ِزْ ِ ِ َلْ َ َ ّ َاِ َيْ ِ َلْ َ ِل
م أحب َ يمد له ف ع ره وأ يز د له ف ر قه ف يبر و لد ه و يص رحمه
“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada
orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Ahmad. Syaikh Al
Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi,
yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)
4. Di antara Bentuk Berbakti pada Orang Tua
[1] Menaati perintah keduanya selama bukan dalam perkara yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ َ َا َ َ ِى َعْ ِ َ ٍ ، ِّ َا ال ّا َ ُ ِى الْمعْ ُو
َ ر ف ل ط عة ف م صية إنم ط عة ف
“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam
melakukan kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
أط أب ك م د م حي ول ت صه
ِ ِ َْ ِعْ ََا َ َا َا َ َ ّا َ َ َع
“Tatatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperinahkan untuk bermaksiat.” (HR.
Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya hasan)
[2] Mendahulukan perintah mereka dari perkara yang hanya dianjurkan (sunnah).
Sebagaimana pelajaran mengenai hal ini terdapat pada kisah Juraij yang didoakan jelek oleh
ibunya karena lebih mendahulukan shalat sunnahnya daripada panggilan ibunya. Kisah ini
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
[3] Menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia di hadapan keduanya, di antaranya adalah
dengan tidak mengeraskan suara di hadapan mereka.
Dari Thaisalah bin Mayyas, ia berkata bahwa Ibnu Umar pernah bertanya, "Apakah engkau
takut masuk neraka dan ingin masuk surga?" ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau bertanya,
"Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" "Saya masih memiliki seorang ibu", jawabku.
Beliau berkata, "Demi Allah, sekiranya engkau berlemah lebut dalam bertutur kepadanya
dan memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga selama engkau
menjauhi dosa-dosa besar."(Adabul Mufrod no. 8. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
Di antara akhlaq mulia lainnya terdapat dalam hadits berikut. Dari Urwah atau selainnya, ia
menceritakan bahwa Abu Hurairah pernah melihat dua orang. Lalu beliau berkata kepada
salah satunya,
ُ َ َْا َ َا ِنْ َ ؟ َ َا َ: َِي . َقا َ: " َ ُ َ ّ ِ ِاسْ ِ ِ، َ َ َمْ ِ َ َا َ ُ، َ َ َجْ ِسْ َب
ق له ف ل ل تسمه ب مه ول ت ش أم مه ول ت ل م هذ م ك فق ل أب
"Apa hubungan dia denganmu?" Orang itu menjawab, ”Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu
berkata, "Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah berjalan di
hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk." (Adabul Mufrod no. 44. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)
[4] Menjalin hubungan dengan kolega orang tua.
Ibnu Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إن أبر بر صلة ولد أ ل ود أب ه
ِ ِ ّ ََ ّ الْ ِ ّ ِ َ ُ الْ ََ ِ َهْ َ ُ ّ َِي
5. "Sesungguhnya kebajikan terbaik adalah perbuatan seorang yang menyambung hubungan
dengan kolega ayahnya." (HR. Muslim)
[5] Berbakti kepada kedua orang sepeninggal mereka adalah dengan mendo’akan keduanya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
َ فر
َ َ ُْرْف ُ ِلْ َ ّ ِ َعْ َ َوِْ ِ َ َ َ ُ ُ. َ َ ُوْ ُ: َ ّ َ ّ! َ ّ َيْ ٍ َ ِ ِ؟ َ ُ َا ُ: " ََ ُ َ اسْتغ
ت َع ل ميت ب د م ته درجته فيق ل أي رب أي ش ء هذه فيق ل ولدك
َ َ
لك
"Derajat seseorang bisa terangkat setelah ia meninggal. Ia pun bertanya, "Wahai Rabb,
bagaimana hal ini bisa terjadi?" Maka dijawab,"Anakmu telah memohon ampun untuk
dirimu."(Adabul Mufrod, no. 36. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan secara
sanad)
Ibu Lebih Berhak dari Anggota Keluarga Lainnya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
َا َ َ ُ ٌ َِى َ ُو ِ ا ِ - صلى ال عليه وسلم - َ َا َ َا َ ُو َ ا ِ َنْ َ َق
ّ فق ل ي رس ل ّ م أح
ل ل
ّ ج ء رجل إل رس ل
. « َ ِ ُسْ ِ َ َاَ ِى َا َ » ُ ّ َ « . َا َ ُ ّ َنْ َا َ » ُ ّ َ « . َا َ ُ ّ َنْ َا َ » ُم
ق ل ثم م ق ل أ ّك ق ل ثم م ق ل أمك بح ن صح بت ق ل أمك
ق ل ثم م ق ل ثم أب ك
َ » َا َ ُ ّ َنْ َا َ » ُ ّ َ ُو
“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata,
‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat
baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah,
kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu
lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya,
dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika
menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim 8/331)
Dosa Durhaka pada Orang Tua
Abu Bakrah berkata,
َا َ َ ُوْ ُ ا ِ َ ّى ا ُ َ َيْ ِ َ َ ّ َ َ َ َُ ّ ُ ُمْ َِكْ َ ِ الْ َ َاِ ِ ؟( َ ًَا، َا ُوْا : َل َ َا
ق ل رس ل ل صل ل عل ه وسلم أل أنبئك بأ بر كب ئر ثلث ق ل ب ى ي
ل ر ك ب ل وعق ق و لد ن وجلس وك ن متكئ أل وق ل
ُ َْ ُوْ َ ا ِ َا َ : ) ا ِشْ َا ُ ِا ِ َ ُ ُوْ ُ الْ َاِ َيْ ِ ( َ َ َ َ َ َا َ ُ ّ ِ ًا ) َ َ َ َو
رس ل ل ق ل
َ َ ال ّوْ ُ ( َا َا َ ُ َ ّ ُ َا َت ّ ُلْ ُ َيْ َ ُ س
ز ر م ز ل يكرره ح ى ق ت ل ته َكت
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai
dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah."Beliau lalu
bersabda, "(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang
6. tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba
beliau menegakkan duduknya dan berkata), "Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau
mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau
diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakroh berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ِ ِ َا ِنْ َنْ ٍ َجْ َ ُ أنْ ُ َ ّ َ ِ َا ِ ِ ِ الْ ُ ُوَْ َ َ َ َا ي ّ ِ ُ َ ُ ِ َ الْ َ ِى َ َ ِيْ َ ِ الر
م م ذ ب أ در َ يعجل لص حبه عق بة مع م َدخر له من بغ وقط عة ّحم
”Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di
dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [diakhirat]- daripada perbuatan melampaui
batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)." (HR. Abu
Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua
’Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,
إبكاء الوالدين من العقوق
”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
Mujahid mengatakan,
،ل ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما
ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما
“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin
memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang
kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang
tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
Ka’ab Al Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada
orang tua, beliau mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat,
pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam
kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain, hal. 8, Ibnul Jauziy)
Hati-hatilah dengan Do’a Jelek Orang Tua
Abu Hurairah berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ َْ َ ُ َ َ َا ٍ ُسْ َ َاَا ٌ َ ُ ّ َ َ ّ ِيْ ِ ّ َعْ َ ُ الْمظْ ُوْ ِ َ َعْ َ ُ الْم َا ِ ِ َ َع
ثلث دعو ت م تج ب ت لهن ل شك ف هن د وة َ ل م ود وة ُس فر ود وة
الْ َاِ َيْ ِ َل َ ََ ِ ِ َا
و لد ن ع ى ولدهم
7. "Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang
dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya."
(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan)
Semoga Allah memudahkan kita berbakti kepada kedua orang tua, selama mereka masih
hidup dan semoga kita juga dijauhkan dari mendurhakai keduanya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina
Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Berikut kita akan melanjutkan beberapa faedah lagi dari surat Al Mulk. Semoga kita bisa
lebih memahami tersebut dan mengamalkan kandungan di dalamnya.
Allah Ta’ala berfirman,
ِإ ّ اّ ِي َ َخْ َوْ َ َ ّ ُمْ ِالْ َيْ ِ َ ُمْ َغْ ِ َ ٌ ََجْ ٌ َ ِي ٌ )21( ََ ِ ّوا َوَْ ُمْ َ ِ اجْ َ ُوا ِ ِ ِ ّ ُ َِي ٌ ِ َات
وأسر ق لك أو هر به إنه عل م بذ ِن لذ ن ي ش ن ربه ب غ ب له م فرة وأ ر كب ر
ال ّ ُورِ )31( َ َ َعَْ ُ َنْ ََقَ َ ُ َ الّ ِي ُ الْ َ ِي ُ )41( ه َ اّ ِي َ َ َ َ ُ ُ ا َرْ َ َُو ً َامْ ُوا ِي
ُو لذ جعل لكم لْ ض ذل ل ف ش ف أل ي لم م خل وهو لط ف خب ر صد
(15) ُ َ َا ِ ِ َا َ ُُوا ِنْ ِزْ ِهِ ََِيْ ِ الن ُو
من كبه وكل م ر ق وإل ه ّش ر
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya di saat mereka tidak tampak di
hadapan yang lainnya, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan
rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala
isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk:
12-15)
Keutamaan Taat dan Takut pada Allah Di Kesunyian
Setelah sebelumnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang fajir (kafir), selanjutnya Allah
menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat baik dan akan menuai kebahagiaan.
Dalam surat Al Mulk ayat 12, penulis Tafsir Al Jalalain menjelaskan, “Mereka itu takut pada
Allah di kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat
pada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan,
mereka pun lebih taat lagi pada Allah.[1]”
Intinya mereka itu taat pada Allah meskipun di kesunyian. Syaikh As Sa’di menjelaskan,
“Mereka takut pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada
yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam
kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”[2]
Namun kita mungkin sangat jauh dari sifat baik semacam ini. Di kala sepi kita berani berbuat
maksiat, padahal Allah menyaksikan kita dan di kala terang-terangan kita pun berani
8. mendurhakai Allah dengan riya’ tatkala melakukan amalan. Semoga Allah menunjuki kita
pada sifat yang mulia ini.
Ingatlah keutamaan yang mulia yang diperoleh oleh orang yang beramal dan takut pada Allah
di kala sepi, yaitu:
1. Akan mendapatkan ampunan dari setiap dosa, begitu pula akan dilindungi dari
kejelekan dan siksa neraka.
2. Mereka akan mendapatkan ganjaran besar yaitu berbagai kenikmatan yang Allah
janjikan di surga.
Keutamaan Ihsan dalam Ibadah
Untuk ayat,
ِ ِْ ّ اّ ِي َ َخْ َوْ َ َّ ُمْ ِالْ َي
إن لذ ن ي ش ن ربه ب غ ب
terdapat penafsiran lainnya dari para ulama. Intinya, ada empat penafsiran mengenai ayat ini:
1. “Mereka takut pada Allah, namun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah pendapat
mayoritas ulama.
2. “Mereka sangat takut akan siksa Allah walaupun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah
pendapat Maqotil.
3. “Mereka takut pada Allah ketika tidak ada satu pun yang menyaksikan mereka”.
Inilah pendapat Az Zujaj.
4. “Mereka takut pada Allah jika mereka bersendirian (tidak tampak di hadapan
manusia) sebagaimana mereka takut jika mereka berada di hadapan manusia”. Inilah
pendapat Abu Sulaiman Ad Dimasyqi.[3]
Tafsiran ketiga telah dijelaskan pada point sebelumnya. Tafsiran ketiga ini hampir sama
dengan tafsiran keempat.
Sedangkan tafsiran pertama dan kedua hampir sama. Untuk tafsiran pertama inilah yang kita
sering lihat pada terjemahan Al Qur’an (termasuk terjemahan DEPAG RI) sebagaimana
pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Sehingga biasanya ayat tersebut diartikan:
ِ ِْ ّ اّ ِي َ َخْ َوْ َ َّ ُمْ ِالْ َي
إن لذ ن ي ش ن ربه ب غ ب
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka.”
(QS. Al Mulk: 12)
Berdasarkan tafsiran menunjukkan keutamaan dari orang yang berbuat ihsan. Mereka akan
mendapatkan dua keutamaan yang disebutkan dalam lanjutan ayat,
ٌ َ ُمْ َغْ ِ َ ٌ ََجْ ٌ َ ِي
له م فرة وأ ر كب ر
“Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Mulk: 12)
9. Lalu apa yang dimaksud ihsan? Pengertian ihsan dalam ibadah sebagaimana ditafsirkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits jibril. Ketika ditanya oleh Jibril –yang
berpenampilan Arab Badui- mengenai ihsan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ََنْ َعْ ُدَ ا َ ََ ّكَ َ َا ُ ، َِنْ َمْ َ ُنْ َ َا ُ َِ ّ ُ َ َاك
أ ت ب ّ كأن تر ه فإ ل تك تر ه فإنه ير ل
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tidak mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu”.[4][5]
Dalam pengertian ihsan ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut tingkatan
musyahadah yaitu seseorang beribadah kepada Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu
ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah bukan melihat zat Allah, namun melihat
sifat-sifat-Nya. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat
terhadap sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada sifat-
sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat Ihsan.
Tingkatan kedua disebut dengan tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu
memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin Allah melihatnya. Dan tingkatan inilah yang
banyak dilakukan oleh banyak orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa
Allah memperhatikan apa yang dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya.[6]
Keutamaan Beriman pada yang Ghoib
Berdasarkan salah satu penafsiran surat Al Mulk ayat 12, ayat ini menunjukkan keutamaan
beriman pada yang ghoib dan keutamaan meyakini adanya kedekatan Allah ketika sendirian
atau pun terang-terangan.[7]
Khouf (Takut) yang Membuat Seseorang Menjauh dari Maksiat
Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa dengan rasa khouf (takut) membuat seseorang
menjauh dari maksiat. Sehingga ketika seseorang mau terjerumus dalam maksiat hendaklah ia
memperkuat rasa takut pada Allah. Jangan malah ketika mau terjerumus dalam maksiat ia
kedepankan roja’ (harap) pada Allah. Ketika berbuat maksiat malah ia ingat-ingat bahwa
Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Ini sikap yang keliru, malah ia akan
terus menerus dalam dosa. Yang benar, ketika seseorang dalam keadaan mau terjerumus
dalam maksiat, hendaklah ia kedepankan rasa khouf (takut) pada Allah. Namun ketika ia
dalam kondisi sudah terjerumus dalam berbagai maksiat, maka hendaklah ia kedepankan rasa
roja’ (harap) ketika itu.
Tujuannya apa? Tujuannya, jika seseorang mengedapankan rasa takut pada Allah ketika
hendak berbuat maksiat, maka ia pasti akan mengurungkan berbuat maksiat. Sedangkan
mengedepankan rasa harap ketika bergelimang dosa akan membuatnya tidak berputus asa dari
rahmat Allah. Perhatikanlah perbedaan dua hal ini.
Rasa Takut pada Allah Membuat Seseorang Mendapat Naungan-Nya
Keutamaan orang yang takut pada Allah di kesunyian juga disebutkan dalam sebuah hadits
muttafaqun ‘alaih (disepakati Bukhari dan Muslim),
10. س عة يظلهم ّ ي م قي مة ف ظله ي م ظل إل ظله إم م ع دل وش ب نش ف عب دة ل ورجل
ٌ ُ َ َ ، ِّ َبْ َ ٌ ُ ِّ ُ ُ ا ُ َوْ َ الْ ِ َا َ ِ ِى ِّ ِ ، َوْ َ لَ ِ ّ ِ ّ ِّ ُ ِ َا ٌ َا ِ ٌ ، َ َا ّ َ َأَ ِى ِ َا َ ِ ا
ل
ذك ّ ف خلء فف ض ع ن ه ورجل ق به معلق ف م ج ورجلن تح ب ف ل ورجل دع ه
ُ َْ َرَ ا َ ِى َ َ ٍ َ َا َتْ َيْ َا ُ ، َ َ ُ ٌ َلْ ُ ُ ُ َّ ٌ ِى الْ َسْ ِدِ ، َ َ ُ َ ِ َ َا ّا ِى ا ِّ ، َ َ ُ ٌ َ َت
ل
رأة ذ ت م ص وجم ل إل ن سه ق إن أخ ف ّ ورجل تصد بصدق فأ ف ه حت ل ت لم
َ َْامْ ََ ٌ َا ُ َنْ ِبٍ َ َ َا ٍ َِى َفْ ِ َا َالَ ِ ّى َ َا ُ ا َ . َ َ ُ ٌ َ َ ّقَ ِ َ َ َةٍ ََخْ َا َا ، َ ّى َ َع
ل
شم له م صنع يم نه
ُ ُ ِ َاُ ُ َا َ َ َتْ َ ِي
“Tujuh golongan yang di mana mereka akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, yaitu: [1] pemimpin yang adil, [2] seorang
pemuda yang tumbuh dalam beribadah pada Allah, [3] seseorang yang mengingat Allah di
kesunyian lalu meneteslah air matanya, [4] seseorang yang hatinya selalu terkait dengan
masjid, [5] seseorang yang saling mencintai karena Allah, [6] seseorang yang diajak oleh
seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan untuk menyetubuhinya namun ia
katakan, “Aku takut pada Allah, [7] seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi,
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan
kanannya.”[8] Lihatlah orang yang mengingat Allah di kesunyian (tanpa ada yang melihatnya
kecuali Allah) lalu ia meneteskan air mata dan orang yang diajak berzina namun ia takut pada
Allah. Inilah keutamaan dari orang yang beribadah dan takut pada Allah sedangkan manusia-
manusia tidak mengetahuinya, mereka akan mendapatkan naungan ‘Arsy[9] Allah.[10]
Luasnya Ilmu Allah
Segala sesuatu itu sama di sisi Allah baik yang dilirihkan maupun yang dikeraskan. Tidak ada
yang samar sedikit pun baginya. Allahh Ta’ala berfirman,
ِ ََ ِ ّوا َوَْ ُمْ َ ِ اجْ َ ُوا ِ ِ ِّ ُ ع ِي ٌ ِ َا ِ ال ّ ُو
وأسر ق لك أو هر به إنه َل م بذ ت صد ر
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
segala isi hati.” (QS. Al Mulk: 13)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati berupa
berbagai niat dan keinginan. Bagaimanakah lagi dengan perkataan dan perbuatan yang Allah
dengar dan lihat?!
Inilah dalil logika yang menunjukkan keluasan ilmu Allah.[11] Kemudian Allah
membuktikan hal ini dengan mengatakan,
14) ُ )َ َ َعْ َ ُ َنْ َ َ َ َ ُ َ ال ّ ِي ُ الْ َ ِي
أل ي لم م خلق وهو لط ف خب ر
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14). Maksud ayat
ini adalah: “Apakah mereka tidak mengetahui Allah yang Maha Lathif dan Khobir?”[12]
Allah Itu Lathif dan Khobir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
َِ ّ ُ َ ِي ٌ ُدْ ِ ُ ال ّ ِيقَ َ ِي ٌ ُدْ ِ ُ الْ َ ِ ّ َ َ َا ُ َ الْ ُقْ َ ِي ِلْ ِلْ ِ ِا َشْ َاء
أنه لط ف ي رك دق خب ر ي رك خفي وهذ هو م تض ل ع م ب لْ ي
11. “Allah itu Lathif, maksudnya mengetahui segala sesuatu secara detail. Dan Khobir,
maksudnya mengetahui segala yang tersembunyi (samar). Hal ini menunjukkan luasnya ilmu
Allah terhadap segala sesuatu.”[13]
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhohullah mengatakan makna Al Lathif itu ada 2:
1. Allah mengetahui segala sesuatu secara detail.
2. Allah selalu berbuat baik, penyayang terhadap hamba-hambaNya.[14]
Allah Menundukkan Bumi dan Beri Kemudahan untuk Dijelajahi
Allah Ta’ala selanjutnya berfirman,
هو لذ جعل لكم َ ض ذل ل ف ش ف من كبه وكل م ر قه
ِ ِ ُْ َ اّ ِي َ َ َ َ ُ ُ الْرْ َ َ ُو ً َامْ ُوا ِي َ َا ِ ِ َا َ ُ ُوا ِنْ ِز
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.” (QS. Al Mulk: 15).
“Manakibiha” dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:
1. Jalan, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini adalah pendapat
Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
2. Gunung, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika gunung saja
mampu ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di bawahnya. Ini adalah
pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
3. Penjuru, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap penjuru bumi.” Ini adalah
pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah.[15] Makna inilah
yang dipakai oleh terjemahan DEPAG RI.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah
yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan (hajat)
kalian.”[16] Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi
setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.
Tawakkal Bukan Berarti Meninggalkan Kerja dan Usaha
Dalam surat Al Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka
bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb.[17]
Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha.
Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia
telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal
(tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami'ul Ulum
wal Hikam). Silakan lihat pembahasan selengkapnya di sini.
Hanya Kepada Allah-lah Tempat Kembali
Allah Ta’ala berfirman,
12. وإل ه نش ر
ُ ََِيْ ِ ال ّ ُو
“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15)
Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.”[18] Hal ini
menunjukkan adanya hari berbangkit dan hari pembalasan[19].
Demikian beberapa faedah tafsir surat Al Mulk untuk saat ini. Semoga kita selalu dimudahkan
oleh Allah untuk mentadabburi (merenungkan) kitab-Nya yang mulia.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.