Buku ini memberikan penjelasan tentang rumus-rumus penulisan kalimat Arab yang benar sesuai kaidah-kaidahnya. Buku ini berisi penjelasan tentang penulisan huruf-huruf seperti ta' marbuthah, ta' mabsuthah, hamzah mutathorrifah, dan contoh-contoh penerapannya dalam kalimat Arab. Harapannya, buku ini dapat membantu memahami teks Al Qur'an dan Hadits.
Dokumen tersebut membahas metode pembelajaran nahwu dan syorof bagi siswa pemula menggunakan metode thoriqoh. Metode ini mempelajari materi secara berurutan mulai dari huruf, kata benda, kata kerja, dan tata bahasa Arab lainnya. Pembelajaran dilakukan dengan membaca teks, menjelaskan arti kata, dan mengajarkan aturan tata bahasa secara bertahap.
Dokumen tersebut membahas tentang fi'l amr dalam bahasa Arab, yaitu jenis kata kerja perintah yang dibentuk dari fi'l mudhari'. Fi'l amr hanya ditashrif pada dhamir mukhathab saja dengan menghilangkan huruf mudhara'ah dan menambahkan hamzah washal di awal. Terdapat contoh perubahan fi'l madhi, mudhari', dan amr beserta penjelasan tentang hamzah washal.
Dokumen tersebut membahas tentang al-adab al-Arabi (sastra Arab) yang terbagi menjadi al-adab al-insya'i (karya sastra) dan al-adab al-washfi (studi sastra). Modul ini akan membahas al-amru dan al-nahyu dalam bahasa Arab, yang merupakan bagian dari ilmu ma'ani (makna). Pembahasan meliputi empat cara membentuk kalimat perintah (al-amr) dalam bahasa Arab, termasuk men
Dokumen tersebut membahas metode pembelajaran nahwu dan syorof bagi siswa pemula menggunakan metode thoriqoh. Metode ini mempelajari materi secara berurutan mulai dari huruf, kata benda, kata kerja, dan tata bahasa Arab lainnya. Pembelajaran dilakukan dengan membaca teks, menjelaskan arti kata, dan mengajarkan aturan tata bahasa secara bertahap.
Dokumen tersebut membahas tentang fi'l amr dalam bahasa Arab, yaitu jenis kata kerja perintah yang dibentuk dari fi'l mudhari'. Fi'l amr hanya ditashrif pada dhamir mukhathab saja dengan menghilangkan huruf mudhara'ah dan menambahkan hamzah washal di awal. Terdapat contoh perubahan fi'l madhi, mudhari', dan amr beserta penjelasan tentang hamzah washal.
Dokumen tersebut membahas tentang al-adab al-Arabi (sastra Arab) yang terbagi menjadi al-adab al-insya'i (karya sastra) dan al-adab al-washfi (studi sastra). Modul ini akan membahas al-amru dan al-nahyu dalam bahasa Arab, yang merupakan bagian dari ilmu ma'ani (makna). Pembahasan meliputi empat cara membentuk kalimat perintah (al-amr) dalam bahasa Arab, termasuk men
1. Dokumen tersebut merupakan ringkasan teori nahwu Alqur'an yang disusun berdasarkan data yang lengkap menggunakan program Excel oleh dua ahli. 2. Teori ini diselesaikan oleh penyusun setelah dua orang ahli sebelumnya tidak dapat menyelesaikannya. 3. Isi ringkasan mencakup pengertian, faedah, jenis kalimat, tanda i'rab, dan kata mu'rab dan mabni dalam bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nahwu dan morfologi bahasa Arab dasar, termasuk pembagian huruf, kata, dan isim berdasarkan berbagai kriteria seperti jenis kelamin, bilangan, kejelasan, dan akhiran. Secara ringkas, dibahas pula tentang kata ganti orang, isim yang tidak boleh ditambahkan imalah, dan perubahan keadaan akhiran isim berdasarkan posisinya dalam kalimat.
Maf'ul ma'ah adalah kata benda yang dibaca dengan vokal nasab yang disebutkan setelah kata waw yang berarti menyertai. Kata benda ini harus memenuhi tiga syarat yaitu berada setelah kata waw, setelah kata kerja, dan harus didahulukan oleh kata kerjanya.
Dokumen tersebut membahas tentang Lam Ta'rif dalam bahasa Arab dan cara membacanya. Terdapat dua cara membaca Lam Ta'rif yaitu Idgham Qomariyah jika bertemu dengan huruf tertentu dan Idgham Syamsiyah jika bertemu dengan huruf lain. Juga dibahas tentang Lam Jalalah pada kata Allah yang dibaca dengan Tafkhim atau Tarqiq. Saran untuk mempelajari ilmu tajwid Al-Quran.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu tajwid yang mencakup pengertian, tempat keluarnya huruf, sifat-sifat huruf, hukum mad, nun mati dan tanwin, idghom, tafkhim dan tarqiq, serta hukum-hukum tertentu terkait bacaan Al-Quran.
1. Huruf al-athaf merupakan sepuluh huruf yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata. 2. Huruf-huruf tersebut terdiri dari waaw, fa, thumma, au, am, im, bal, lakin, lamkin, dan amma. 3. Masing-masing huruf memiliki fungsi tertentu seperti menunjukkan makna urutan, pilihan, penentuan, dan sebagainya.
Dokumen tersebut memberikan panduan membaca Al-Quran dengan baik, termasuk hukum-hukum yang harus dipahami seperti tajwid (melafalkan huruf dengan benar), hukum-hukum untuk nun mati, mim mati, alif lam, idgham, mad (memanjangkan suara), dan qalqalah (bunyi detakan pada huruf tertentu). Dokumen ini menjelaskan berbagai istilah dan contoh penerapan hukum-hukum tersebut dalam
Tahsin dan tajwid merupakan istilah yang serupa yang berarti memperbaiki bacaan Al-Quran. Kedua istilah berasal dari akar kata yang sama yang bermakna memperbaiki atau membaguskan. Tajwid secara istilah mengacu pada aturan-aturan dalam membaca Al-Quran dengan benar.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan tanda-tanda i'rab untuk berbagai jenis kata dalam bahasa Arab seperti kalam, kalimat, fi'il, isim, dan lainnya.
2. Jenis-jenis kata tersebut dibedakan berdasarkan cirinya masing-masing seperti apakah bersifat mu'rab atau mabni, jenis kelaminnya, dan huruf penunjuk i'rabnya.
3. Tanda-tanda
Tulisan ini membahas pengertian kalimat dalam bahasa Arab menurut kaidah nahwu. Kalimat didefinisikan sebagai lafadz yang tersusun dan memiliki makna sempurna secara disengaja menggunakan bahasa Arab. Tulisan ini juga membahas pembagian kata dalam bahasa Arab yaitu isim, fi'il, dan huruf. Isim terdiri dari kata benda dan kata kerja tanpa waktu.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai beberapa konsep dasar dalam ilmu tajwid seperti waqaf, hamzah, qalqalah, dan hukum nun dan tanwin. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan 5 jenis waqaf dalam membaca Al-Quran, jenis-jenis hamzah beserta hukum pembacanya, penjelasan qalqalah, dan hukum membaca nun sukun serta nun tanwin.
Teks membahas tentang Rasmul Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari pola penulisan Al-Qur'an dalam mushaf Utsmani. Teks menjelaskan beberapa pola penulisan Al-Qur'an dalam mushaf Utsmani seperti penghilangan, penambahan, dan penggantian huruf serta perdebatan ulama mengenai status hukum pola penulisan tersebut.
1. Dokumen tersebut merupakan ringkasan teori nahwu Alqur'an yang disusun berdasarkan data yang lengkap menggunakan program Excel oleh dua ahli. 2. Teori ini diselesaikan oleh penyusun setelah dua orang ahli sebelumnya tidak dapat menyelesaikannya. 3. Isi ringkasan mencakup pengertian, faedah, jenis kalimat, tanda i'rab, dan kata mu'rab dan mabni dalam bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nahwu dan morfologi bahasa Arab dasar, termasuk pembagian huruf, kata, dan isim berdasarkan berbagai kriteria seperti jenis kelamin, bilangan, kejelasan, dan akhiran. Secara ringkas, dibahas pula tentang kata ganti orang, isim yang tidak boleh ditambahkan imalah, dan perubahan keadaan akhiran isim berdasarkan posisinya dalam kalimat.
Maf'ul ma'ah adalah kata benda yang dibaca dengan vokal nasab yang disebutkan setelah kata waw yang berarti menyertai. Kata benda ini harus memenuhi tiga syarat yaitu berada setelah kata waw, setelah kata kerja, dan harus didahulukan oleh kata kerjanya.
Dokumen tersebut membahas tentang Lam Ta'rif dalam bahasa Arab dan cara membacanya. Terdapat dua cara membaca Lam Ta'rif yaitu Idgham Qomariyah jika bertemu dengan huruf tertentu dan Idgham Syamsiyah jika bertemu dengan huruf lain. Juga dibahas tentang Lam Jalalah pada kata Allah yang dibaca dengan Tafkhim atau Tarqiq. Saran untuk mempelajari ilmu tajwid Al-Quran.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu tajwid yang mencakup pengertian, tempat keluarnya huruf, sifat-sifat huruf, hukum mad, nun mati dan tanwin, idghom, tafkhim dan tarqiq, serta hukum-hukum tertentu terkait bacaan Al-Quran.
1. Huruf al-athaf merupakan sepuluh huruf yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata. 2. Huruf-huruf tersebut terdiri dari waaw, fa, thumma, au, am, im, bal, lakin, lamkin, dan amma. 3. Masing-masing huruf memiliki fungsi tertentu seperti menunjukkan makna urutan, pilihan, penentuan, dan sebagainya.
Dokumen tersebut memberikan panduan membaca Al-Quran dengan baik, termasuk hukum-hukum yang harus dipahami seperti tajwid (melafalkan huruf dengan benar), hukum-hukum untuk nun mati, mim mati, alif lam, idgham, mad (memanjangkan suara), dan qalqalah (bunyi detakan pada huruf tertentu). Dokumen ini menjelaskan berbagai istilah dan contoh penerapan hukum-hukum tersebut dalam
Tahsin dan tajwid merupakan istilah yang serupa yang berarti memperbaiki bacaan Al-Quran. Kedua istilah berasal dari akar kata yang sama yang bermakna memperbaiki atau membaguskan. Tajwid secara istilah mengacu pada aturan-aturan dalam membaca Al-Quran dengan benar.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan tanda-tanda i'rab untuk berbagai jenis kata dalam bahasa Arab seperti kalam, kalimat, fi'il, isim, dan lainnya.
2. Jenis-jenis kata tersebut dibedakan berdasarkan cirinya masing-masing seperti apakah bersifat mu'rab atau mabni, jenis kelaminnya, dan huruf penunjuk i'rabnya.
3. Tanda-tanda
Tulisan ini membahas pengertian kalimat dalam bahasa Arab menurut kaidah nahwu. Kalimat didefinisikan sebagai lafadz yang tersusun dan memiliki makna sempurna secara disengaja menggunakan bahasa Arab. Tulisan ini juga membahas pembagian kata dalam bahasa Arab yaitu isim, fi'il, dan huruf. Isim terdiri dari kata benda dan kata kerja tanpa waktu.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai beberapa konsep dasar dalam ilmu tajwid seperti waqaf, hamzah, qalqalah, dan hukum nun dan tanwin. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan 5 jenis waqaf dalam membaca Al-Quran, jenis-jenis hamzah beserta hukum pembacanya, penjelasan qalqalah, dan hukum membaca nun sukun serta nun tanwin.
Teks membahas tentang Rasmul Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari pola penulisan Al-Qur'an dalam mushaf Utsmani. Teks menjelaskan beberapa pola penulisan Al-Qur'an dalam mushaf Utsmani seperti penghilangan, penambahan, dan penggantian huruf serta perdebatan ulama mengenai status hukum pola penulisan tersebut.
Tanda-tanda baca Al-Quran terdiri dari 9 jenis utama yaitu fathah, kasrah, dammah, sukun, tasydid, tanwin, wasal, waqaf dan alif khanjariah. Masing-masing tanda baca mewakili bunyi vokal dan konsonan tertentu dan berfungsi untuk memudahkan pembacaan ayat-ayat Al-Quran. Tanda waqaf digunakan untuk menandai berhentinya bacaan sejenak.
1. Dokumen tersebut membahas tentang teori dasar bahasa Arab khususnya tentang sharaf (morfologi) yang mencakup pengertian akar kata, pola pembentukan kata, sifat bawaan akar, dan operasi pada akar berpenyakit.
2. Dijelaskan bahwa akar kata Arab terdiri dari 3-4 huruf yang menjadi dasar pembentukan berbagai kata, dan pola terdiri dari 3-4 huruf yang mengikuti ak
Dokumen ini membahas tentang qalqalah dan waqaf dalam tajwid. Qalqalah adalah goncangan suara pada huruf-huruf tertentu ketika dibaca, sedangkan waqaf adalah berhenti sejenak pada akhir kata. Terdapat 6 keadaan huruf akhir kata ketika hendak diwakafkan yang masing-masing memiliki cara pembacaan tersendiri. Dokumen ini juga menjelaskan tanda-tanda yang menunjukkan kebolehan atau
Makalah ini membahas hukum bacaan mad dan waqaf dalam membaca Al-Qur'an. Mad adalah memanjangkan suara, terdiri dari mad asli dan mad jenis lainnya. Waqaf adalah berhenti membaca untuk bernafas dengan niat melanjutkan bacaan, terdiri dari beberapa jenis seperti waqaf lazim, jaiz, kafi dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar dalam ilmu tajwid seperti waqaf (berhenti membaca), hamzah (vokal penghubung), qalqalah (bunyi gemetar), serta hukum nun dan tanwin. Dokumen tersebut menjelaskan jenis-jenis waqaf, hamzah, serta qalqalah beserta contoh-contohnya dalam bacaan Al-Quran.
Makalah ini membahas tentang asy-syamsiyah wal qamariah. Ringkasannya adalah makalah ini membedah perbedaan hukum bacaan antara huruf-huruf asy-syamsiyah dan huruf-huruf al-qomariah beserta contoh-contoh penerapannya dalam al-Qur'an.
Makalah ini membahas tentang asy-syamsiyah wal qamariah. Ringkasannya adalah:
1. Membedah perbedaan hukum bacaan antara huruf-huruf asy-syamsiyah dan al-qamariah dalam membaca alif lam.
2. Menjelaskan ciri-ciri dan contoh pembacaan kedua jenis huruf tersebut.
3. Tujuannya adalah untuk memahami aturan bacaan alif lam yang bertemu dengan kedua jen
Dokumen tersebut membahas tentang huruf hijaiyah dan harakat dalam membaca Al-Quran. Terdapat penjelasan tentang bentuk huruf hijaiyah beserta cara membacanya, serta contoh-contoh harakat seperti fathah, kasrah, dammah, dan sukun beserta fungsinya dalam membaca Al-Quran.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. Judul Buku :
RUMUS-RUMUS
PENULISAN KALIMAT ARAB
All Right Reserver @ 1430 H / 2009 M
Diterbitkan pertama kali oleh :
Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Penulis :
Drs. H. Muhammad Muhsin Amir
Ketua Pengurus Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Design Cover :
Abu Fauroq
Hak Cipta :
Ketua Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun, tanpa izin langsung kepada penulis !
3. .
.
Alhamdulillah, dengan anugerah Rahmat dan Taufiq-Nya,
saya bisa menulis buku kecil ini, dan InsyaAllah sangat berguna
bagi para pembaca yang berminat belajar tulis-menulis arab
sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan arab yang benar.
Akhir-akhir ini, pembelajaran materi ini, hanya terbatas di
kalangan pelajar di lembaga-lembaga pendidikan keagamaan,
seperti Pondok Pesantren atau Madrasah-Madrasah, itupun
3
4. kadang-kadang diajarkan dengan metode pembelajaran yang
tidak sempurna.
Materi ini sangat perlu diajarkan pula di lembaga
pendidikan umum, seperti SD, SMP, SMA dan yang sederajat.,
karena materi ini sangat menunjang terhadap peningkatan
kemampuan anak didik dalam upaya memahami teks-teks di
dalam Al Qur’anul Kariem dan Al Hadits, sebab pemahaman
makna kedua sumber pokok Islam ini tidak lepas dari fungsi kosa-
kata dan bentuk-bentuk tulisannya. Tanpa mengenal kosa-kata
dan bentuk-bentuk tulisannya ini, maka amatlah sukar memahami
makna tersirat di dalam dua sumber pokok Islam tersebut.
Referensi penulisan buku ini, bersumber dari beberap kitab
gramatika bahasa arab, seperti Alfiyah Ibn Malik, Kamus al I’rob,
Mulakhos Qoidah Arabiyah dan lain-lainnya. Namun rujukan
utamanya
adalah kitab Kamus Imla’ yang disusun oleh Dr. Mas’ad Muhammad
Zayyad.
Harapan penulis, semoga buku ini bermanfa’at kepada para
pembaca dan menjadi salah satu motivator untuk giat belajar dan
medalami referensi-referensi berbahasa arab, sehingga upaya
memahami sumber-sumber agama Islam betul-betul dapat di
capai dengan sempurna.
Maksud hati, ingin menulis topik ini lebih sempurna dan
lengkap, tapi sayang sekali, keterbatasan pengetahuan penulis
dan sedikitnya referensi yang yang penulis miliki menyebabkan
belum tercapainya keinginan itu secara maksimal. Oleh karena
itu, bila para pembaca menemukan banyak ketidak sempurnaan
4
5. atau kesalahan, baik substansi maupun redaksinya, kiranya
bersedia untuk diperbaiki dan dima’afkan. Hal ini penulis lakukan
tiada lain, hanya mengharapkan Ridlo Allah SWT dan membantu
para pembaca belajar menulis dan membaca kalimat-kalimat arab
dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang baku. Dan saya
sarankan kepada para pengajar/guru Imla’, hendaknya dalam
mengajar materi ini menggunakan metode yang baik, dan bukan
hanya sekedar di dektikan.
Demikian, semoga apa yang penulis lakukan ini menjadi
amal penulis sekeluarga dan menjadi perantara keselamatan
mereka di hari kemudian kelak. Amin ya Robbal ‘ Alamien !
Penulis,
Drs. H. Muhammad Muhsin Amir
Malam ‘Idul Fitri, 1430 H /
18 September 2009 M
Ta’ Marbuthoh (bulat)
Ta’ Marbuthoh disebut juga dengan Ha’ mati, bila sukun.
Dibaca Ta’, bila berharkat fathah, dlommah dan kasrah. Ditulis
Atau .Tempatnya berada di :
1. Akhir isim mufrod (kata tunggal) yang berdalalah
muannats, seperti:
5
6. 2. Akhir Jama’ Taksier yang mufrodnya bukan Ta’
Maftuhah / Mabsutoh (terbuka /panjang), seperti :
3. Akhir sebagian isim alam yang berdalalah mudzakkar,
seperti :
4. Akhir sebagian isim-isim ‘ajemy, seperti :
5. Akhir kalimat yang akhirnya terdiri dari Ta’ Marbuthoh
dan dibaca seperti Ta’ Ta’nits, maka boleh ditulis dengan Ta’
Mabsuthoh / Maftuhah sukun, seperti:
Ta’ Maftuhah / Mabsutoh (terbuka/panjang)
Tak Maftuhah dibaca Ta’, bila berharkat fathah, dlommah dan
kasrah. Bentuk huruf ini tetap tidak berubah, walaupun berharkat
sukun. Ditulis . Tempatnya berada di :
1. Akhir fi’il, seperti : ,
2. Akhir jama’ muannats salim, seperti :
3.Akhir isim Tsulatsi yang tengahnya sukun dan jama’nya, seperti:
.
4. Akhir isim mufrod mudzakkar, seperti :
5. Akhir sebagian huruf, seperti : .
6. Akhir dlomir munfashil mufrod / mufrodah mukhotob, seperti :
Rumus 1 :
6
7. A. Apabila Alif Layyinah, (Alif yang tidak memakai Hamzah)
yang terletak di akhir fi’il atau isim mu’rob yang terdiri dari
empat huruf, lima dan enam, maka hendaknya ditulis
berbentuk , seperti : .
B. Apabila Alif jatuh setelah Ya’, ditulis “ “, seperti :
(Jadi perbedaan Alif dalam lafadz isim, hendaknya ditulis
berbentuk sedangkan Alif fi’il ditulis berbentuk “ “.
C. Apabila Alif yang terletak di akhir fi’il yang terdiri dari tiga
huruf, maka menulisnya ada dua cara :
• Jika Alif dalam lafadz fi’il itu mengganti tempatnya
Wawu, atau memang Alif itu asli dalam lafadz tersebut,
karena berbentuk isim, maka di tulis “ “, seperti :
• Jika Alif itu menggantikan tempatnya Ya’, maka
ditulis berebtuk tanpa bertitik dibawahnya, seperti :
D. Untuk mengetahui asal suatu lafadz, apakah menggantikan
huruf Wawu atau Alif, maka hendaknya dilihat dari isim
tatsniyahnya, bila lafadz itu mufrod, seperti :
atau dikembalikan kepada masdarnya, bila asal
suatu lafadz itu menggantikan huruf Wawu atau Ya’, seperti
: atau kepada fi’il mudlori’nya, seperti :
E. Alif yang terletak di akhir isim yang mabni ditulis berbentuk
7
8. “ “, seperti : , kecuali kalimat-kalimat berikut ini :
ditulis berbentuk .
F. Penulisan Alif yang terletak di akhir huruf-huruf yang
mempunyai makna, yaitu huruf jir, jazem, nashab dan lain-
lain ditulis berbentuk “ “, seperti :
, kecuali huruf
G. Alif Layyinah (Alif yang tidak memakai Hamzah), bila
terletak di akhir isim-isism ‘ajamy, ditulis berbentuk “ “,
seperti : , kecuali lafadz : ditulis
berbentuk .
Hamzah Mutathorrifah
Hamzah Mutathorrifah ialah Hamzah yang berada di atas /
di ujung Alif, Wawu dan Ya’, lurus dengan huruf yang terakhir,
seperti :
8
9. Contoh Hamzah di atas Wawu :
Contoh Hamzah di atas Ya’ :
Contoh Hamzah yang lurus dengan huruf yang terakhir :
Rumus 2 :
1. Jika harkat huruf sebelumnya fathah, maka Hamzah-nya
ditulis di atas Alif, berbentuk " " , seperti :
9
10. 2. Jika harkat sebelumnya dlommah, maka Hamzahnya ditulis
di atas Wawu, berbentuk , seperti :
3. Jika harkat sebelumnya kasroh, maka Hamzah-nya ditulis di
atas Ya’, seperti :
4. Jika harkat sebelumnya sukun, maka di tulis sejajar dengan
dengan huruf yang terakhir, seperti :
10
12. Salah satu huruf tambahan hanya di tuliskan saja, tetapi tidak
boleh dibaca, yaitu Alif dan Wawu, seperti : Alif dan Wawu di
sini adalah ziyadah. Sedangkan Alif yang jatuh setelah Wawu
sebagai tanda Jama’ disebut Wawu Fariqoh, seperti
Rumus 3 :
1. Hamzah, juga di tulis sejajar dengan huruf yang terakhir, bila
huruf yang terakhir tersebut terdiri dari Wawu ber-tasydid,
seperti :
2. Apabila isim yang berakhiran Hamzah yang terletak setelah alif
di sandarkan (dimudlofkan) kepada dlomir-dlomir ghoib, maka
Hamzah dapat di lihat dari dua keadaan, yaitu :
A. Dalam keadaan nashab dan terdiri dari isim mufrod, maka
Hamzah-nya ditulis setelah alif tersebut (bukan di atasnya),
seperti :
B. Dalam keadaan Jir, maka di tulis di atas Ya’, seperti :
C. Dalam keadaan Rofa’, maka ditulis di atas Wawu, seperti :
.
D. Hamzah di tulis di atas alif yang ada di tengah-tenga
kalimat,
apabila Hamzah tersebut di baca Fathah yang jatuh setelah
huruf yang dibaca sukun (mati), seperti :
Rumus 4 :
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka tidak
boleh ditambah dengan Alif, jika :
12
15. 3. Berakhir dengan Hamzah di atas Alif, seperti :
4. Berakhiran dengan Alif Layyinah, seperti:
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka boleh
ditambah Alif, jika :
1. Berakhiran huruf shaheh, seperti :
15
17. .
2. Berakhiran dengan Hamzah yang sebelumnya teridiri dari
Wawu mad, seperti :
3. Berakhiran dengan Hamzah yang sebelumnya terdiri dari huruf
shahih yang sukun dan tidak bersambung pada huruf
sesudahnya, seperti :
4. Berakhiran dengan Hamzah sebelumnya terdiri dari Ya’
atau
huruf shahih sukun dan tidak bisa disambung dengan Alif
tanwin. Maka Hamzah harus ditulis diatas satu huruf (Nabroh),
seperti :
17
18. . . Sedangkan penulisan kata sangat jarang digunakan
Rumus 5 :
Hamzah di tulis di atas Wawu dalam tiga keadaan :
1. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh
huruf yang dibaca dlommah, seperti :
2. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan di dahului
huruf yang berharkat fathah, seperti:
3. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh
huruf mati (sukun), seperti :
4. Apabila Hamzahnya berharkat fathah dan didahului oleh huruf
berharkat dlommah, seperti :
5. Apabila Hamzahnya sukun dan d idahului oleh huruf
yang
berharkat dlommah, seperti : .
Di Luar Rumus.
1. Apabila Hamzah yang berharkat dlommah atau fathah
yang terletak setelah Wawu sukun, maka mufrodnya ditulis
sejajar dengan huruf sebelumnya, seperti :
2. Penulisan Hamzah di atas Wawu di tengah-tengah
kalimat sebagai gantinya Wawu atau untuk menyingkat,
seperti :
18
19. 3. Penulisan Hamzah boleh ditulis sejajar dengan huruf
sebelumnya setelah Wawunya dibuang dan tidak bisa
disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya dengan
syarat, huruf sebelumnya berharkat dlommah dan sesudahnya
berharkat sukun, seperti : , kalau dimungkinkan
disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya, maka
bisa disambung, seperti :
seperti halnya penulisan di atas satu huruf (Nibroh)
4 Hamzah yang didahului Ya’ sukun, maka boleh ditulis dengan
disambung di atas satu huruf (Nibroh), seperti :
5. Hamzah yang didahului Wawu yang bertasydid serta berharkat
dlommah, maka boleh di baca rofa’, bila didahului amil rofa’,
dibaca nashab, bila di dahului amil nashab dan dibaca jir, bila
di dahului amil khofadz. Tapi tidak boleh dibaca jazem,
seperti :
Rumus 6
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nibroh) di tengah-tengah
kalimat, apabila berharkat kasrah atau huruf sebelumnya
berharkat kasrah. Perinciannya sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah, dan huruf
sebelumnya juga kasrah, seperti :
2. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf
sebelumnya dlommah, seperti :
3. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf
sebelumnya fathah, seperti :
19
20. 4. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf
sebelumnya sukun, seperti :
5. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf
sebelumnya kasrah, seperti :
6. Apabila Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf
sebelumnya kasrah, seperti :
7. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya
kasrah, seperti :
Di Luar Rumus.
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nibroh) di tengah-tengah
kalimat, apabila :
1. Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya Ya’
sukun, seperti :
.
2. Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf sebelumnya
Ya’ sukun, seperti :
3. Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya
Ya’ sukun, seperti :
.
4. Hamzah-nya dibaca tanwin fathah (nashab) dan huruf
sebelumnya terdiri dari huruf yang bisa disambung dengan alif
tanwin, maka ditulis di atas satu huruf (Nibroh), seperti :
20
21. Rumus 7
Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat yang di tulis
di atas Alif terdapat pada tiga keadaan, sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf
sebelumnya fathah, seperti :
2. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf
sebelumnya sukun, seperti :
3. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya
fathah, seperti :
Catatan :
1. Apabila Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat
(mutawassithoh) berbentuk alif mad (), maka Hamzahnya di
buang dan diganti dengan tanda Alif mad, seperti :
Demikian juga bila ditulis dengan Alif tatsniyah, seperti :
2. Apabila huruf sebelum Hamzah adalah Ya’ sukun yang
berada di tengah-tengah kalimat (mutawassithoh), maka
Hamzah tersebut ditulis berharkat fathah di atas satu huruf
(Nibroh), seperti :
Rumus 8
1. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah yang
jatuh setelah alif sukun, maka ditulis sejajar dengan huruf
sebelumnya. Hamzah tersebut disebut juga dengan
Mtasaththiroh, seperti :
21
22. 2. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah dan
huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
3. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah
setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
4. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah dan
huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
5. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah
setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
6. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah
setelah huruf sahih sukun dan setelahnya Alif tanwin nashab
atau Alif tatsniyah yang tidak mungkin Hamzah tersebut
disambung dengan huruf sebelumnya atau sesudahnya,
seperti :
Jika dimungkinkan untuk disambung, maka ditulis di atas satu
huruf (Nibroh), seperti :
Definisi Hamzah Washol dan Qotho’
Hamzah Washol ialah Hamzah yang diucapkan di awal
kalimat tanpa ditulis di atas Alif dan tidak diucapkan ketika berada
di tengah-tengah kalimat, karena didahului oleh satu huruf,
seperti:
Hamzah Washol terdapat di enam tempat, yaitu :
1. Fi’il Madhi empat huruf lebih, seperti :
2. Fi’il Amar empat huruf lebih , seperti :
3. Masdar empat huruf lebih, seperti :
4. Fi’il Amar tiga huruf, seperti :
22
23. 5. Dalam beberapa isim yang terkumpul dalam dua
Nadloman Alfiyah Ibn Malik berikut ini :
#
23
25. #
6. Al Ta’rif, bila bersambung dengan suatu kalimat sesudahnya ,
seperti :
Hamzah Qotho’ ialah Hamzah yang tulis di atas Alif dan
dibaca dengan terang berbentuk ‘Ain kecil ء
Hamzah Qotho’ terdapat di tiga tempat, yaitu :
1. Dalam semua isim, Dlomir-dlomir Mahmuz Awal dan
Idza Syartiyah serta fi’il Mudlori’ yang Mahmuz Awalnya,
seperti : , selain isim yang disebutkan dalam dua
Nadloman tersebut di atas.
2. Dalam fi’il Ruba’ie: fi’il Amar dan Masdarnya, seperti :
.
25
26. 3. Semua huruf Mahmuz Awal dan Al Maushulah serta Alif
Ziyadah, seperti :
Rumus 9
Ada beberapa huruf yang ditambahkan / ditulis dalam kalimat,
namun huruf tersebut tidak dibaca. Perinciannya sebagi berikut :
1. Dalam kalimat
hingga
(ditulis tanpa Alif tidak salah, namun tidak lumrah dan jarang
sekali), karena fungsi Alif tambahan tersebut untuk membedakan
antara hitungan seratus dan ratusan atau antara kalimat
dengan
26
27. .
2. Alif ditulis / ditambahkan setelah Wawu Jama’ untuk
membedakan antara Wawu Jama’ dan Wawu ‘Illat dalam fi’il
Mu’tal Akhir dengan wawu, disebut Alif Fariqoh, seperti :
Sedangkan pada kalimat :
tidak ditambah Alif sesudah huruf Wawu, karena Wawu Asliyah.
Demikian pula tidak ditambah Alif setelah Wawu Jama’ yang
mudlof, seperti : , karena berkumpulnya dua alif dalam satu
kalimat tidak diperkenankan dalam susunan bahasa arab
(ta’lief / tarkieb arabiyah), kecuali dalam beberapa hal yang
lebih kepada dlorurat saja.
3. Alif ditulis / ditambahkan di akhir isim yang tanwin fathah
dan tidak di akhiri oleh Ta’ Mabuthoh atau tidak di akhiri oleh
Hamzah Mutathorrifah (Hamzah di ujung Alif) atau Hamzah
yang di didahului Alif, seperti :
Kalau isim tersebut di akhiri oleh Hamzah Mutathorrifah atau
Ta’ Marbuthoh, maka tidak boleh ditambah Alih bila akan
dibaca tanwin fathah atau tanwin dlommah atau tanwin kasroh,
seperti:
4. Alif dituis / ditambahkan di akhir bait Syi’ir / Nadloman untuk
memenuhi
27
28. harkat bacaan (sesuai dengan wazan ilmu ‘Arudl), disebut Alif
Ithlaq, seperti Nadloman Safinatus Sholah, oleh Syekh al
‘Allamah Moh. Ilyas bin Syarqowy :
#
28
29. 6. Wawu ditulis / ditambahkan di akhir Ro’ dalam kalimat ketika
dibaca rofa’ dan jir. Dan dibuang ketika tanwin nashab dan
diganti Alif, seperti : Wawu tersebut disebut Wawu
Fariqh, karena untuk membedakan bacaan “ ’Umarun dan
‘Amrun “
7. Wawu ditulis / ditambahkan di tengah-tengah kalimat, baik
ketika dibaca rofa, nashab, jir atau jama’ sesuai dengan
Rosam atau tulisan Sayyidina Utsman atau yang dikenal
dengan Rosam Utsmany, seperti : .
Insya Allah di akhir buku ini, akan penulis uraikan secara
ringkas macam-macam perbedaan Rosam Utsmani dengan
penulisan moderen (yang digunakan saat ini) atau yang
dikenal dengan sebutan Rosam Qiyasy (menyamakan tulisan
arab zaman sekarang dengan tulisan atau Rosam Utsmany),
yang hukumnya menurut ulama Tauqify dan ada pula yang
menyebutnya Ijtihady. seperti :
Rumus 10
Hamzah Washol dibuang,
1. Bila terletak di antara dua isim alam yang tak bertanwin,
dan kalimat sesudah adalah berarti “ Bapaknya”, seperti :
Diterangkan dalam Nadlom :
29
30. #
2. Bila dimasuki Hamzah Istifham, seperti :
3. Bila di dahului oleh huruf nida’, seperti :
4. Bila terletak di awal Basmalah, seperti :
30
31. , tetapi dengan syarat diucapkan atau ditulis dengan
lengkap. Kalau tidak lengkap, maka tidak boleh dibuang,
seperti :
5. Bila Al Ta’rif terletak setelah Lam Ibtida’ atau setelah Lam jir,
seperti :
6. Bila terletak dalam kalimat antara Wawu dan Alif, seperti :
.
Rumus 11
Hamzah Washol tidak boleh dibuang,
1. Bila tidak berada di antara dua isim alam, seperti :
2. Bila kalimat tersebut menjadi Na’at / sifat mufrod. Bila di
tatsniyah-kan, maka Hamzah-nya tetap (tidak dibuang), seperti
:
3. Bila dua kalimat tersebut terletak di awal baris, sekalipun
berada di tengah-tengah dua isim alam, seperti :
Rumus 12
1. Dibuang Alif Nida’, bila dibaca atau
2. Dibuang Alif “ Lakinna “, bila menjadi huruf athof, seperti :
3. Alif dibuang dari sebagian isim-isim, seperti :
31
32. 4. Alif dibuang, bila bersambung dengan Kaf Khitob, seperti
Rumus 13 : Membuang Alif Istifham, Isyaroh
1. Alif Istifham harus dibuang, apabila bersambung
dengan sebagian huruf-huruf jir berikut ini :
.
Contohnya akan diterangkan berikut ini, InsyaAllah
2. Alif tanbih (peringatan) harus dibuang, bila bersamaan dengan
dlomir yang diawali dengan Hamzah, seperti :
3. Alif pada isim Isyaroh harus dibuang, bila bersambung
dengan Lam yang menunjukkan arti jauh (Isyaroh Ba’ied),
seperti :
Rumus 14 : Membuang Nun
1. Nun harus dibuang, bila bersambung dengan Istifham atau
Zaidah, seperti :
2. Nun harus dibuang, bila bersambung dengan Istifham atau
isim Maushul dan Mim yang kedua di tasydid, seperti :
32
33. .
Rumus 15 : Membuang Wawu, Alif, Ya’, Lam ke dua,
Hamzah al Ta’rief dan huruf ‘Illat Akhir Fi’il
1. Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya dua huruf dalam
satu kalimat, seperti :
2. Salah satu huruf Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya
tiga huruf dalam satu kalimat, sebagai berikut :
a. Berkumpulnya tiga Alif, maka salah satunya dibuang dan Alif
yang ada diberi harkat mad (panjang), seperti :
b. Berkumpulnya tiga huruf Wawu, maka salah satunya
dibuang dan di atas Wawu yang kedua ditulis Hamzah,
seperti :
3. Berkumpulnya tiga Ya’, maka salah satunya dibuang dan di
atas Ya’ yang pertama ditulis tasydid, seperti :
.
4. Hamzah di atas al Ta’rief dibuang, apabila dimasuki huruf jir
Lam , seperti :
.
5. Huruf ‘Illat di akhir fi’il Madhi harus dibuang dalam keadaan
Jazem, seperti :
33
34. .
6. Huruf ‘Illat di akhir fi’il berbina’ Amar harus dibuang, seperti :
.
Rumus 16 : Keadaan Hamzah Yang Ditulis Dengan Alif Mad
(Panjang)
Hamzah yang ditulis di atas (ujung) Alif dalam suatu kalimat,
baik Alif itu berada di awal kalimat, di tengah atau di akhirnya,
kemudian dibaca panjang (Mad), maka dalam penulisannya ada
tiga ketentuan :
Pertama : Apabila Hamzah yang ditulis di atas (ujung) Alif
dalam suatu kalimat, kemudian Hamzah tersebut dibaca panjang,
maka hendaknya diganti dengan Alif Mad (ء) dan ditulis di atas Alif
tersebut sebagai gantinya Hamzah, seperti :
Sebagaimana juga al Ta’rif diganti dengan Alif Mad, bila didahului
Hamzah Istifham, seperti :
Kedua : Apabila huruf akhir fi’il Madhi adalah Alif
yang
ujungnya ditulis Hamzah, maka di dalam Tatsniyah-nya harus
menambah Alif ((atau Alif Maqshuroh (), seperti :
Tetapi jika terdiri dari isim Tatsniyah, maka Hamzah-Nya diganti
dengan Alif Mad, seperti :
34
35. Ketiga : Apabila Hamzah ditulis di atas satu huruf (Hamzah
Nibroh) atau ditulis sejajar, maka tulisannya tetap. Dan dalam
tatsniyah-nya ditambah Alif bersambung dengan Hamzah
tersebut atau tidak bersambung, bila mufrodnya tidak
bersambung dengan huruf apapun, seperti :
.
Rumus 17 ( Kalimat Yang Harus Disambung Dengan Kalimat
Lain dan Yang Tidak Harus Disambung )
1. Kalimat-kalimat yang tidak boleh dijadikan permulaan suatu
kalam, yaitu :
A. Dhomir-Dhomir Bariz yang bersambung, seperti Ta’ Fa’il
dan Na yang berarti dua pelaku atau lebih. Dua Dhomir ini
harus disambung di akhir fi’il Madhi, seperti :
.
Kalau terdiri dari Alif Tatsniyah, Wawu Jama’ dan Nun
Niswah, maka Dhomir tersebut disambungkan di akhir
fi’il
Madhi, Mudlori’ dan Amar, seperti :
Kalau terdiri dari Ya’ Mukhotobah, maka disambungkan di
akhir fi’il Mudlori’ dan Amar, seperti :
35
36. Atau Dhomir-Dhomir yang boleh menjadi nashob dan jir,
seperti Ya’ Mutakallim, Kaf Khitob, Ha’ Ghoibah dan Na
lilmutakallim. Contohnya :
B. Tanda Tatsniyah adalah Ya’ dan Nun, seperti :
.
Tanda Jama’ Mudzakkar Salim Wawu dan Nun, seperti :
.
Tanda Jama’ Muannats Salim Alif dan Ta’, seperti :
36
37. C. Ta’ Ta’nits yang bersambung di akhirnya dengan fi’il Madhi,
seperti :
D. Nun Taukid Tsaqilah dan Khofifah yang bersambung di
akhirnya dengan fi’il Mudhori’ dan Amar, seperti :
.
Catatan : Penulisan Nun Khofifah diperbolehkan ditulis dengan
Alif tanwin fathah, seperti :
2 . Kalimat-kalimat yang bacaannya tidak boleh berhenti (harus
dibaca), yaitu :
A. Al Ta’rif yang bersambung dengan isim
sesudahnya,seperti:
B. Dzorof yang berakhir dengan huruf
yang tanwin, seperti :
.
Jika tidak ditanwinkan, maka tulisannya harus di pisah,
seperti :
C. Bilangan (‘adad) dari tiga ratus hingga sembilan ratus,
seperti :
37
38. Rumus 18 (Penulisan )
1. Kay disambung dengan La Nafi, bila didahului oleh Lam,
seperti :
Sebaliknya tidak boleh disambung dengan La Nafi, seperti :
.
38
39. 2. Bila Kay disambung dengan Ma Istifham, maka Alif pada Ma
harus dibuang dan diganti dengan Ha’ saket, seperti :
3. Bila Kay disambung dengan Ma Masdariyah atau Zaidah,
maka Alift-nya tetap, seperti :
Mengenal Faedah-Faedah .
ada dua macam, yaitu Ma Ismiyah dan Ma Harfiyah.
1. Ma Ismiyah meliputi : Istifham, Maushul, Nakiroh, Ma’rifat dan
Syarat.
A. Disebut Ma Istifham, apabila sebelumnya bersambung
dengan salah satu huruf jir,
39
42. Atau terletak sebelum isim Nakiroh atau Ma’rifat, seperti :
C. Disebut Ma Syarthiyah, bila terletak setelah alat-alat
syarat, yaitu : Inna, Aina, Haistu dan Kaifa, seperti :
D. Disebut Ma Maushul, kadang juga disebut Ma Nakiroh,
bila disambung dengan huruf – huruf :
42
43. Seperti :
.....
....
Diterangkan dalam sebuah nadlom :
E. Disebut Ma Nafi, bila bersambung dengan suatu huruf
sebelumnya, seperti :
Atau terletak sebelum Muftada’ dan mengamal, seperti
amalnya Laisa (khobarnya dibaca nasab), kecuali
dimasuki
sesudahnya, seperti :
Bila Ma Masdar bersambung dengan lafadz Kulla yang
dibaca nasab karena menjadi dzorof, maka bermakna
syarat,
seperti :
43
44. .
Bila Ma Masdar bersambung dengan :
Seperti :
Diterangkan dalam Nadlom :
Bila bersambung dengan satu huruf sebelumnya, seperti
:
.
44
45. F. Disebut Ma Zaidah ( tambahan ), bila sebelum Ma
tersebut
bersambung dengan kalimat fi’il berikut ini :
.
Seperti :
Diterangkan dalam Nadlom :
45
46. G. Disebut Ma Zaidah (tambahan), bila didahului oleh Inna
dan saudara-saudaranya dan setelahnya menjadi
Mubtada’, seperti :
H. Lafadz Laita yang setelahnya bersambung dengan Ma
Zaidah (tambahan), maka bisa beramal separti Inna atau
tidak. Contoh yang beramal :
Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi Mubtada’.
Contoh yang tidak beramal :
.
Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi isimnya
Laita. Diterangkan dalam Nadlom :
#
46
47. I. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung
dengan dua huruf jir : Kaf dan Rubba, seperti :
.
Diterangkan dalam Nadlom :
Y. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung
dengan
Dzorof seperti :
K. Inna harus dipisah dari Ma, bila Ma tersebut terdiri dari
Mausul atau Nakiroh mausuf, seperti :
L. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung
dengan
Huruf Syartiyah dan Istifhamiyah “ “, seperti :
47
48. .
M. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung
dengan dzorof “ ”, seperti :
N. Ma Zaidah harus dipisah dari Idza dan Idz, Katsiran
dan
lafadz Qolilan seperti :
Mengenal Faidah-Faidah La Nafiyah
1. Bila La bersambung dengan In Syartiyah, maka Nun pada In
tersebut di buang dan diganti tasydid untuk meringankan
bacaan, seperti :
(
(
2. Bila La bersambung dengan An Masdariyah, maka Nun pada
An tersebut di buang dan diganti tasydid untuk meringankan
bacaan, seperti :
.
.
48
49. 3. Bila ada lam kasroh yang terletak sebelum An dan sesudah An
tersebut terdapat La, maka Nun dan Alif-nya dibuang, tinggal
Hamzah-nya di tulis antara Lam dan La seraya disambung,
karena Hamzah tersebut terletak setelah huruf yang berharkat
kasrah, seperti :
.
4. La yang terletak setelah An Mufassiroh (menerangkan suatu
perbuatan/perkataan sebelumnya) harus dipisah, seperti :
.
.
.
Isim-Isim Istifham
Istifham ada dua huruf, yaitu Hamzah dan . Sedangkan
yang terdiri dari isim ada sebelas macam, yaitu :
Keterengan :
1. Apabila isim-isim Istifham tersebut di atas di dahului oleh huruf
jir, maka dibaca jir, seperti :
2. Apbila isim-isim Istifham tersebut di atas menunjukkan arti
waktu (zaman) dan tempat (makan), maka sebagai mahal
nasab karena menjadi dzorof, seperti :
49
50. 3. apabila terletak di depan isim ma’rifat, maka ia menjadi
Khobar Muqoddam. Dan apabila terletak di depan Nakiroh,
maka ia menjadi Mubtada’, seperti :
Apabila setelah terdapat fi’il Muta’addi yang maf’ulnya tidak
terpenuhi, maka isim istifham tersebut dijadikan maf’ul
muqoddam, seperti :
Apabila terdiri fi’il Lazim, maka isim tersebut menjadi Mubtada’,
seperti :
4. Apabila Kaifa terletak di depan fi’il tam, maka menjadi
Hal,
5. seperti : .Apabila terletak di depan fi’il Naqis atau isim,
maka menjadi Khobar Muqoddam, seperti :
6. Apabila Kam di I’rob sesuai dengan lafadz yang terletak
sesudahnya, seperti :
6. Ayyu di I’rob sesuai dengan lafadz yang di Mudhof-kan
sesudahnya, seperti :
Mengenal Tanda-Tanda Baca
Tanda-tanda baca dalam bahasa arab yang penulis ketahui
ada empat belas macam, sebagai berikut :
1. Tanda koma ( , ) dalam bahasa arab disebut
2. Tanda titil kom ( ; ) dalam bahasa arab disebut
3. Tanda titik ( . ) dalam bahasa arab disebut
4. Tanda Seru ( ! ) dalam bahasa arab disebut
50
51. 5. Tanda Titik dua ( : ) dalam bahasa arab disebut
6. Tanda tanya ( ? ) dalam bahasa arab disebut
7. Tanda kutip ( ’’ ’’ ) dalam bahasa arab disebut
8. Tanda titik koson ( … ) dalam bahasa arab disebut
9. Tanda Permulaan ( - ) dalam bahasa arab disebut
10. Tanda dua garis permulaan ( - - ) dalam bahasa arab disebut
11. Tanda dua Kurung ( ) dalam bahasa arab disebut
12. Garis bawah ( eee ) dalam bahasa arab disebut
13. Garis miring ( / ) dalam bahasa arab disebut
14. Garis lurus/lintang ( ) dalam bahasa arab disebut
Dan masih banyak tanda-tanda baca yang lain, namun penulis tidak
mengetahui secara detail.
Mengenal Harkat – Harkat Pendek dan dan Panjang
Harkat-harkat atau disebut juga dengan baris, ada yang
dibaca pendek, seperti harkat Fathah, Dlommah dan Kasroh. Dan
ada pula yang dibaca panjang, seperti Alif, Wawu dan Ya’.
Contohnya :
1.
2.
51
52. 3.
4
Mengenal Singkatan Istilah-Istilah Dalam Nahwu
Singkata-singkatan istilah dalam Nahwu yang biasa berlaku di
Pondok Pesantren Salaf sangat penting diketahui oleh pada pelajar
kitab kuning pemula, karena akan memudahkan penulisan arti atau
makna setiap kalimat yang ada dalam kitab kuning yang sedang
dikaji. Di samping itu sangat mendukung kepada pengetahuan
mereka mengenal kedudukan kalimat bahasa arab. Berikut saya
tuliskan secara lengkap istilah-istilah itu yang di cuplik dari Diktat
bernama:
oleh Ahmad Hefni Razaq Al Manduri, dan dapat kiranya digunakan
demi evisiensi penulisan makna kalimat, sebagai berikut :
RUMU
S
TEMPATNY
A
YANG DIMAKSUD BUNYI MAKNANYA
Di atas
kalimat
Mubtada’ Adapun
,, Khobar Adalah
52
53. ,, Fa’il berakal Siapa
,, Fa’il tak berakal Apa
,,
Naibul Fa’il berakal
Siapa
,,
Naibul Fa’il tak
berakal
Apa
,,
Maf’ul bih
Kepada / akan
,,
Maf’ul ma’ah
Beserta
,,
Maf’ul liajlihi
Karena
,, Maf’ul Mutlak Dengan
53
55. ,, Syartiyah
Jika/Kalau
,, Jawab
Maka
,, Sababiyah
Sebab
,, Ta’lil
Karena
,, Ghoyah
Sekalipun/walaupun
,, Milik
Kepunyaan
,,
Ikhtishoh
Kepada
,,
Masdar dzorof
Selama
,,
Tamyiz
Apanya
Dibawah
kalimat
Mufaddhol ‘Alaihi Ketimbang
55
58. ,, SAW
Penutup
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamien, buku kecil ini saya tulis dengan
segenap kemampuan saya, tentunya saya sangat mengharap
kepada para pembaca, kiranya menemui kesalahan, baik redaksi
maupun substansinya untuk memperbaikinya dan berkenan
memberitahukan
kepada saya untuk diadakan perbaikan bersama.
Penulisan buku ini saya rampungkan pada malam hari Raya
‘Iedul Fatri, Jum’at, 06 Syawal 1430 H / 25 September 2009 M di
rumah saya, Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Al Amir, Guluk-
Guluk, Sumenep Madura. Semoga bermanfa’at dan menjadi
perantara keselamatan saya, keluarga, guru-guru dan semua
pembacanya di dunia dan di akhirat. Amin ya Robbal Alamien!
58
61. #
Seseorang tidak akan menyimpang dari berbagai kesalahan
Namun Allah SWT tidak mencela sifat-sifat lupa itu.
Jika engkau menemui kekurangan (dalam buku ini )
Berkenanlah kiranya untuk memperbaiki.
Karena bukan orang yang mulia (berilmu) tidak pernah salah
Namun ia berusaha dan tidak enggan berusaha untuk
memperbaikinya.
Kitab-Kitab Rujukan
NAMA PENGARANG NAMA KITAB
Dr. Ma’sad Muhammad Zayyad
( Kitab referensi pokok )
61
62. Drs. KH. Muhammad Muhsin Amir
Syekh Muhammad bin Abdul Malik
Al Andalusy
Jurjis ‘Isa al Asmar
62
63. Dr. Fuad Nakmah
As’ad M. Al Kalaly
Prof. H. Mahmud Yunus
Ustadz H. Ahmad Zaini Mudarris
63