Dokumen tersebut membahas latar belakang dan tujuan sosialisasi putusan-putusan MPR kepada masyarakat, khususnya mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang peninjauan materi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPR sebelumnya."
1. Lembaga-lembaga pemerintahan sebelum amandemen UUD 1945 terdiri dari Presiden, Menteri-Menteri Negara, Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen, dan Direktorat Jenderal Departemen.
2. Presiden berperan sebagai kepala negara, mandataris MPR, dan penyelenggara tertinggi pemerintahan. Menteri-Menteri memimpin departemen dan bekerja sama dengan Presiden dalam pemerintahan. Kepala Lemb
Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu pasangan yang diusulkan partai politik. Mereka memegang jabatan selama lima tahun dan memiliki peran penting dalam pemerintahan, termasuk mengusulkan RUU dan APBN ke DPR serta mengangkat dan memberhentikan menteri.
UUD 1945 mengatur tentang tiga lembaga negara utama yang memegang kekuasaan, yaitu Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung. Presiden memegang kekuasaan eksekutif dan dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun. DPR memegang kekuasaan legislatif untuk membentuk undang-undang. Mahkamah Agung memegang kekuasaan yudikatif yang merdeka untuk menegakkan hukum dan keadilan.
Rpp ppkn sma xi bab 1 sd 9 daripertemuan awal sd akhir diberikan gratis untuk siapa saja untuk bahan pertimbangan jika ada kesalahan mohon kirim email ke dasepggl@gmail.com ataus sms ke 0856 5990 0626
Dokumen tersebut membahas perubahan kedudukan, tugas, dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sesuai dengan amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dokumen tersebut menjelaskan perbedaan struktur dan keanggotaan MPR sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945 serta dampaknya terhadap kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.
1. Lembaga-lembaga pemerintahan sebelum amandemen UUD 1945 terdiri dari Presiden, Menteri-Menteri Negara, Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen, dan Direktorat Jenderal Departemen.
2. Presiden berperan sebagai kepala negara, mandataris MPR, dan penyelenggara tertinggi pemerintahan. Menteri-Menteri memimpin departemen dan bekerja sama dengan Presiden dalam pemerintahan. Kepala Lemb
Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu pasangan yang diusulkan partai politik. Mereka memegang jabatan selama lima tahun dan memiliki peran penting dalam pemerintahan, termasuk mengusulkan RUU dan APBN ke DPR serta mengangkat dan memberhentikan menteri.
UUD 1945 mengatur tentang tiga lembaga negara utama yang memegang kekuasaan, yaitu Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung. Presiden memegang kekuasaan eksekutif dan dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun. DPR memegang kekuasaan legislatif untuk membentuk undang-undang. Mahkamah Agung memegang kekuasaan yudikatif yang merdeka untuk menegakkan hukum dan keadilan.
Rpp ppkn sma xi bab 1 sd 9 daripertemuan awal sd akhir diberikan gratis untuk siapa saja untuk bahan pertimbangan jika ada kesalahan mohon kirim email ke dasepggl@gmail.com ataus sms ke 0856 5990 0626
Dokumen tersebut membahas perubahan kedudukan, tugas, dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sesuai dengan amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dokumen tersebut menjelaskan perbedaan struktur dan keanggotaan MPR sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945 serta dampaknya terhadap kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.
Dokumen tersebut membahas proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga amandemen terakhir pada tahun 2002. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, dasar yuridis, dan hasil perubahan UUD 1945.
Sistem Ketatanegaraan Indonesiamelingkup Bentuk Negara adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahan adalah Republik, Sistem Pemerintahan adalah Presidensial, Sistem Politik adalah Demokrasi atau kedaulatan rakyat
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraNandha Zulyana
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pembagian kekuasaan negara di Indonesia. Terdapat pembagian kekuasaan secara horizontal antar lembaga negara seperti DPR, Presiden, MA, dan sebagainya, serta pembagian secara vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Juga dijelaskan mengenai peran dan fungsi kementerian negara dan lembaga pemerintah non-kementerian serta tentang konsep pemerintahan daerah dalam kerangka
[Ringkasan]
Buku ini membahas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mulai dari latar belakang perubahannya hingga hasil perubahan yang tercantum dalam naskah resmi UUD 1945. Terdapat penjelasan mengenai lembaga-lembaga negara dan pembagian kekuasaan menurut UUD 1945.
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenWidiya Ocek
Struktur kelembagaan negara mengalami perubahan sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945. Sebelumnya MPR memiliki kekuasaan tak terbatas dan Presiden bertanggung jawab kepadanya, namun sesudah amandemen Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Perubahan lain adalah dibentuknya DPD dan MK sebagai lembaga baru, serta diperkuatnya peran DPR
Dokumen tersebut membahas tentang struktur pemerintahan Indonesia, meliputi pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah pusat terdiri dari presiden, MPR, DPR, MA, dan MK, sementara pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah.
UUD 1945 mengatur tentang konstitusi dan sistem ketatanegaraan Indonesia. Konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah UUD 1945 yang mengatur tentang lembaga-lembaga negara seperti presiden, DPR, MPR, dan MA serta wewenang dan tugas masing-masing lembaga tersebut."
Tugas ini membahas perbedaan hierarki perundang-undangan di Indonesia menurut beberapa ketetapan dan undang-undang, makna dan materi setiap perundang-undangan, serta cara peninjauan secara judicial review dan constitutional review. Hierarki perundang-undangan telah mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. Judicial review adalah kewenangan pengadilan menguji keabsahan suatu peraturan, sedangkan constitutional review lebih luas cakupannya untuk menguji kon
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang penyelenggaraan kekuasaan negara di Indonesia. Secara garis besar dibahas tentang sistem pembagian kekuasaan negara menurut UUD 1945, yaitu pembagian secara horizontal antara lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, dan konstitutif serta pembagian secara vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Juga disebutkan pentingnya dukungan rakyat terhadap program pemerintah melal
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan hukum pemerintahan daerah di Indonesia secara historis, mulai dari masa pemerintahan Hindia Belanda hingga masa reformasi. Dibahas pula periode-periode penting dan peraturan-peraturan yang mengatur pemerintahan daerah."
Sistem pemerintahan Indonesia materi pembelajaran PKn kelas VI diPublikasikan guna mempermudahkan paru guru dan siswa dalam peroses kegiatan pembelajaran semoga bermanfaat.hubungi saya di amran.jaya@yahoo.com
"[Ringkuman]"
Dokumen tersebut membahas tentang peninjauan materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 1960-2002, dimana dikelompokkan ke dalam 6 pasal berdasarkan materi dan status hukumnya.
Dokumen tersebut membahas proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga amandemen terakhir pada tahun 2002. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, dasar yuridis, dan hasil perubahan UUD 1945.
Sistem Ketatanegaraan Indonesiamelingkup Bentuk Negara adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahan adalah Republik, Sistem Pemerintahan adalah Presidensial, Sistem Politik adalah Demokrasi atau kedaulatan rakyat
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraNandha Zulyana
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pembagian kekuasaan negara di Indonesia. Terdapat pembagian kekuasaan secara horizontal antar lembaga negara seperti DPR, Presiden, MA, dan sebagainya, serta pembagian secara vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Juga dijelaskan mengenai peran dan fungsi kementerian negara dan lembaga pemerintah non-kementerian serta tentang konsep pemerintahan daerah dalam kerangka
[Ringkasan]
Buku ini membahas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mulai dari latar belakang perubahannya hingga hasil perubahan yang tercantum dalam naskah resmi UUD 1945. Terdapat penjelasan mengenai lembaga-lembaga negara dan pembagian kekuasaan menurut UUD 1945.
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenWidiya Ocek
Struktur kelembagaan negara mengalami perubahan sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945. Sebelumnya MPR memiliki kekuasaan tak terbatas dan Presiden bertanggung jawab kepadanya, namun sesudah amandemen Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Perubahan lain adalah dibentuknya DPD dan MK sebagai lembaga baru, serta diperkuatnya peran DPR
Dokumen tersebut membahas tentang struktur pemerintahan Indonesia, meliputi pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah pusat terdiri dari presiden, MPR, DPR, MA, dan MK, sementara pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah.
UUD 1945 mengatur tentang konstitusi dan sistem ketatanegaraan Indonesia. Konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah UUD 1945 yang mengatur tentang lembaga-lembaga negara seperti presiden, DPR, MPR, dan MA serta wewenang dan tugas masing-masing lembaga tersebut."
Tugas ini membahas perbedaan hierarki perundang-undangan di Indonesia menurut beberapa ketetapan dan undang-undang, makna dan materi setiap perundang-undangan, serta cara peninjauan secara judicial review dan constitutional review. Hierarki perundang-undangan telah mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. Judicial review adalah kewenangan pengadilan menguji keabsahan suatu peraturan, sedangkan constitutional review lebih luas cakupannya untuk menguji kon
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang penyelenggaraan kekuasaan negara di Indonesia. Secara garis besar dibahas tentang sistem pembagian kekuasaan negara menurut UUD 1945, yaitu pembagian secara horizontal antara lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, dan konstitutif serta pembagian secara vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Juga disebutkan pentingnya dukungan rakyat terhadap program pemerintah melal
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan hukum pemerintahan daerah di Indonesia secara historis, mulai dari masa pemerintahan Hindia Belanda hingga masa reformasi. Dibahas pula periode-periode penting dan peraturan-peraturan yang mengatur pemerintahan daerah."
Sistem pemerintahan Indonesia materi pembelajaran PKn kelas VI diPublikasikan guna mempermudahkan paru guru dan siswa dalam peroses kegiatan pembelajaran semoga bermanfaat.hubungi saya di amran.jaya@yahoo.com
"[Ringkuman]"
Dokumen tersebut membahas tentang peninjauan materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 1960-2002, dimana dikelompokkan ke dalam 6 pasal berdasarkan materi dan status hukumnya.
[Ringkasan]
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 membahas status hukum 139 Ketetapan MPRS dan MPR dari tahun 1960 hingga 2002 dengan mengelompokkannya ke dalam 6 pasal berdasarkan materi dan status hukumnya, termasuk menetapkan beberapa ketetapan yang dicabut, tetap berlaku, atau berlaku hingga terbentuknya peraturan baru. Dokumen ini memberikan kepastian hukum atas status ketetapan-ketetapan terdah
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Eisa Swastika
Dokumen tersebut membahas proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak tahun 1999 hingga 2002. Perubahan ini dilakukan untuk menyempurnakan ketentuan dasar negara antara lain mengenai sistem ketatanegaraan, pembagian kekuasaan, dan hak asasi manusia.
Dokumen tersebut membahas mengenai sumber-sumber hukum tata negara Indonesia yang terdiri dari sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum tertulis meliputi Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Daerah. Sedangkan sumber hukum tidak tertulis meliputi nilai-nilai Pancasila, tradisi hukum, dan doktrin-doktrin hukum. Dok
WARNET VAST
JALAN MADESABARA NO. 50 RAHA
SAMPING SMA NEGERI 1 RAHA
INTERNETAN RP. 2.500 / JAM
SCANNER
- FOTO RP. 2.000
- GAMBAR RP. 2.000
- TEKS RP. 2.000
PRINT
- HITAM PUTIH RP. 750 / LEMBAR
- PRINT WARNA RP. 1.500 / LEMBAR
CETAK FOTO
- UKURAN 2 X3 RP. 500
- UKURAN 3X4 RP. 1.000
- UKURAN 4X6 RP. 1.500
- UKURAN 2 R RP. 2.000
- UKURAN 3 R RP. 2.500
- UKURAN 4 R RP. 4.000
- UKURAN 5 R RP. 5.000
- UKURAN 6 R RP. 6.000
- UKURAN 8 R RP. 8.000
PENJILITAN RP. 3.000
KETIKAN KOMPUTER RP. 2.000 / LEMBAR
INSTAL ULANG KOMPUTER / LEPTOP Rp. 50.000
HOTSPOT (WI-FI) Rp. 5.000
Dokumen tersebut membahas tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Indonesia. MPR adalah lembaga legislatif bikameral tertinggi Indonesia yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. MPR memiliki peran penting seperti mengubah konstitusi, melantik presiden, dan memberhentikan presiden. Dokumen ini juga menjelaskan tentang keanggotaan, hak dan kewajiban anggota, pimp
Dokumen tersebut membahas tentang Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan latar belakang penyusunan UUD 1945, perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945, serta tujuan dari perubahan-perubahan tersebut untuk menyempurnakan ketentuan dasar negara.
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)sunnysidemochi
Dokumen tersebut membahas tentang Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia dan sistem pemerintahan Indonesia dalam UUD 1945. Sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan dalam tujuh kunci pokok, yaitu sebagai negara berdasarkan hukum, sistem konstitusional, kekuasaan tertinggi di tangan rakyat, presiden sebagai penyelenggara tertinggi, presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, menteri sebagai pembantu
Pembukaan UUD 1945 menetapkan empat syarat adanya tertib hukum di Indonesia, yaitu adanya kesatuan penguasa, asas kerohanian Pancasila, kesatuan daerah seluruh Indonesia, dan kesatuan waktu sejak kemerdekaan. Pembukaan ini juga menjelaskan latar belakang kemerdekaan Indonesia serta tujuan pembentukan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
2. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
————
KATA PENGANTAR
Di dalam buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” telah dijelaskan secara
komprehensif mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, proses, dan mekanisme dari pembentukan Ketetapan MPR RI Nomor
I/MPR/2003. Buku tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat, khususnya mengenai
posisi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Untuk lebih memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami berbagai hal tersebut di atas, maka Tim Kerja Sosialisasi
Putusan MPR, dalam hal ini Sub Tim Kerja II, telah menyusun buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI:
Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Buku ini merupakan ihktisar atau materi-materi penting yang disaring dari buku “Materi
Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”.
Pada awalnya buku ini disusun melalui rapat-rapat Sub Tim Kerja II yang intensif untuk membuat sebuah panduan yang
ringkas, mudah dipahami dan sistematis sehingga Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR yang menjadi Narasumber dapat
lebih mudah dan fokus dalam menyampaikan materi sosialisasi, khususnya mengenai Ketetapan MPR dan Keputusan MPR.
Namun karena begitu banyaknya permintaan berbagai kalangan masyarakat yang ingin mendapatkan buku ini di awal pelaksanaan
sosialisasi pada tahun 2005 maka disepakati bahwa buku Bahan Tayangan ini disiapkan untuk menjadi bagian dari buku-buku
Sosialisasi Putusan MPR yang dibagikan kepada masyarakat.
Buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” ini adalah cetakan
kedua yang telah diperbaiki ataupun ditambah beberapa materinya yang dianggap perlu sehingga diharapkan dapat lebih lengkap
dengan tetap mempertahankan sistematika yang mudah dipelajari dan dipahami.
SUB TIM KERJA II SOSIALISASI PUTUSAN MPR
Ketua,
Wakil Ketua,
Hakim Sorimuda Pohan
Rambe Kamarul Zaman
Wakil Ketua,
Khofifah Indar Parawansa
Wakil Ketua,
Mutammimul’ula
3. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
--------------
SAMBUTAN PIMPINAN MPR RI
Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyatakan bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat,
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.”
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini membawa implikasi terhadap
kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, pemegang
dan pelaksanan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan
lembaga negara lainnya, yaitu : Lembaga Kepresidenan, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Perubahan tugas dan wewenang MPR, khususnya yang berkenaan dengan hilangnya tugas dan wewenang MPR
untuk menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, selanjutnya berimplikasi pada materi dan status hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Oleh sebab
itu, dalam Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, MPR ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan
pada Sidang MPR Tahun 2003.
4. Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan
Tahun 2002. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan
MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan kedalam 6 (enam) Pasal sesuai dengan materi dan status hukumnya.
Pemahaman seluruh elemen masyarakat mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 yang memuat hasil
peninjauan materi dan status hukum seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR sangatlah penting. Untuk tujuan itulah
maka diperlukan sosialisasi yang diharapkan akan memberikan penjelasan yang mendalam dan sistematis akan hal
tersebut.
Agar lebih memudahkan dan memperlancar proses dan pencapaian tujuan dari kegiatan sosialisasi, baik bagi
para pelaksana maupun peserta maka disusunlah buku ini dengan judul : “BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI
PUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR
RI). Besar harapan kami bahwa buku ini akan memberikan manfaat kepada kita semua sebagai alat bantu untuk
memahami Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.
MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
Ketua,
DR. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A.
6. 1
Kedudukan, Tugas Dan Wewenang MPR
Sebelum & Sesudah Perubahan
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
2
Jenis Putusan MPR
3
Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan
Ketetapan MPR
4
Peraturan Tata Tertib MPR
5
Kode Etik Anggota MPR
7. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945
SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945
MPR adalah PENJELMAAN seluruh
rakyat dan merupakan LEMBAGA
TERTINGGI NEGARA, pemegang
dan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat.
MPR adalah lembaga
permusyawaratan rakyat
yang berkedudukan sebagai
LEMBAGA NEGARA.
8. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945
⇒Menetapkan dan mengubah UUD 1945;
⇒Menetapkan GBHN;
⇒Memilih & mengangkat Presiden & Wapres;
⇒Membuat Putusan yang tidak dapat
dibatalkan oleh lembaga negara lainnya;
⇒Memberikan penjelasan / penafsiran
terhadap putusan MPR;
⇒Meminta pertanggungjawaban Presiden;
⇒Memberhentikan Presiden.
SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945
Mengubah dan menetapkan UUD;
Melantik Presiden dan Wapres;
Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres
dalam masa jabatannya menurut UUD;
Melantik Wapres menjadi Presiden apabila
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya;
Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wapres;
Memilih dan melantik Presiden dan Wapres
apabila keduanya berhenti secara
bersamaan.
9. UUD
PUTUSAN
MPR RI
KETETAPAN
KEPUTUSAN
Perubahan & Penetapan UUD:
mempunyai kekuatan hukum sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;
tidak menggunakan nomor putusan Majelis.
Ketetapan MPR:
berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking);
mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam,
dan ke luar Majelis sebagaimana diatur dalam
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002;
menggunakan nomor putusan Majelis.
Keputusan MPR:
berisi aturan/ketentuan intern Majelis;
mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam
Majelis;
menggunakan nomor putusan Majelis.
10. MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat
MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat
penetapan (beschikking), yaitu:
penetapan (beschikking), yaitu:
menetapkan Wapres menjadi Presiden;
menetapkan Wapres menjadi Presiden;
memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
jabatan Wapres;
jabatan Wapres;
memilih Presiden dan Wapres apabila
memilih Presiden dan Wapres apabila
Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya
kewajibannya dalam masa jabatannya
secara
secara
bersama-sama.
bersama-sama.
11. Tentang:
PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA
DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
12. Bersifat mengatur dan memberi
tugas kepada Presiden dan Lembaga
Tinggi Negara Lainnya
Bersifat Penetapan
Bersifat Mengatur Ke Dalam
Bersifat Deklaratif
Bersifat Rekomendasi
Bersifat Perundang-undangan
13. Alamat yang dituju
(adressat norm)
INDIVIDUAL
UMUM
Bersifat KONKRIT
Hal yang diatur
Bersifat ABSTRAK
Final/sekali-selesai ( einmalig )
Keberlakuan
Berlaku dengan ketentuan
Dibatasi
14. 1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ”
2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini”
3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”
4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
2002
Tata Tertib MPR RI
MPR
5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
15. Meninjau materi dan status hukum setiap
TAP MPRS dan TAP MPR;
Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari
TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan
masa yang akan datang; dan
Memberi kepastian hukum.
16. 139 TAP MPRS & TAP MPR
(1960 s/d. 2002)
“Dikelompokkan Menjadi
6 (enam) Pasal
Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
17. PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)
PASAL 3
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)
PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
18. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN
TIDAK BERLAKU
elap an ) T A P , yait u :
apan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara
t Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
apan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga
gi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
apan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
lik Indonesia Berhalangan.
apan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
ga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
apan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
apan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Presiden Republik Indonesia.
apan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
apan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
ap an T A P ter seb u t t elah b er ak h ir m asa b er lak u n ya d an /atau telah d iatu r d i d al
U n d an g -U n d an g D asar N eg ar a R ep u b lik I n d on esia T ah u n 1 9 4 5
19. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU DENGAN KETENTUAN
A d a 3 ( t ig a) T A P , yait u :
• Ketetapan MPR S RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia,
Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi
Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.
• Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
• Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
20. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 2
1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966
1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966
Tentang:
Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai
Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap
Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme.
TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke
dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP
DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
21. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 2
2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998
2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998
TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Tentang:
Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi
Pemerintah berkewajiban mendorong
keberpihakan politik ekonomi yang lebih
memberikan kesempatan dukungan dan
pengembangan ekonomi, usaha kecil
menengah, dan koperasi sebagai pilar
ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya
pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
22. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 2
3. TAP MPR No.
3. TAP MPR No.
V/MPR/1999
V/MPR/1999
TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Tentang:
Penentuan Pendapat di
Timor Timur
Ketetapan ini tetap berlaku sampai
terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Ketetapan MPR RI
Nomor V/MPR/1999.
(Karena masih adanya masalah-masalah
asset negara, dan hak perdata perseorangan)
23. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 3
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004
Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil
Pemilu 2004 telah terbentuk
24. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
UNDANG-UNDANG
Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:
o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
o Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan KKN.
o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
25. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
1. TAP MPR S Nomor XXIX /MPR S /19 66 Tentang
Pengangkatan Pahlawan Ampera
Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,
dan lain-lain tanda kehormatan.
Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
26. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
2. TAP MPR Nomor XI /MPR/19 98 Tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
KKN
Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum seluruhnya dilaksanakan dan
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
27. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
3.TAP MPR Nomor XV /MPR/19 98 t entang Penyelenggaraan
Otonomi
Daerah ; Pengaturan, Pembagian , d an Pemanfaatan Sumber
Daya
Nasional Yang Berkeadilan ; Serta Perimbangan Keuangan
Pusat
Substansi:
Substansi:
d an Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
Indonesia
nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke
dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
28. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
4. TAP MPR Nomor III /MPR/ 2000 T entang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peratura n
Perundang- u ndangan
Substansi:
Hasil Kajian:
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
TAP MPR RI No. III/MPR/2000
UUD 1945
UU No. 10 Tahun 2004
UUD 1945
TAP MPR
UU
PERPU
PP
KEPRES
PERDA
UU/PERPU
PP
PERPRES
PERDA
29. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
5. TAP MPR Nomor V /MPR/ 2000 Tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional
Substansi:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain
melalui pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil,
serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan
dan kaidah pelaksanaan.
Hasil Kajian:
Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
(sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000),
namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
30. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran dan fungsi
masing-masing.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
kelembagaan TNI dan POLRI.
Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan
UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI
masih perlu diatur dengan undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
31. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
7. TAP MPR RI Nomo r VII /MPR/ 2000 T entang
Peran TNI dan POLRI
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)
dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan
perubahan UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan
wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.
Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
32. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang
Etika Kehidupan Berbangsa
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan
berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan dan
berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutama
yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
33. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi
Indonesia Masa Depan
Substansi:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan,
terutama yang berkaitan dengan visi ideal dan visi antara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
34. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
10. Ketetapan MPR Nomor VIII /MPR/ 2001
T entang
Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan da n Pencegahan KKN
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk
percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
35. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM,
supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,
pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi
yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan
dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan
arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.
Hasil Kajian:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
36. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004
Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang
Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:
TAP MPR No. II/MPR/1999
TAP MPR No. I/MPR/2000
TAP MPR No. II/MPR/2000
TAP MPR No. V/MPR/2001
TAP MPR No. V/MPR/2002
sudah tidak berlaku lagi
karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib
MPR hasil PEMILU 2004.
37. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH
LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL ( EINMALIG ),
TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN
Ketetapan di dalam pasal ini
berjumlah 104 Ketetapan.
38. HASIL KAJIAN TIM KERJA MPR RI
TENTANG
STATUS HUKUM TAP MPRS DAN TAP MPR RI
BERDASARKAN TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2006
NO.
PASAL
JUMLAH
KETETAPAN
TIDAK
BERLAKU
BERLAKU
1
Pasal 1
8
8
-
2
Pasal 2
3
-
3
3
Pasal 3
8
8
-
4
Pasal 4
11
1
10
5
Pasal 5
5
5
-
6
Pasal 6
104
104
-
139
126
13
JUMLAH
39. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 7/MPR/2004 TENTANG
PERATURAN TATA TERTIB MPR RI SEBAGAIMANA
TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MPR RI
NOMOR 13/MPR/2004 TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN TATA TERTIB MPR RI
TATA TERTIB
Keputusan Majelis berisi
ketentuan yang mengatur tata cara Majelis
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
serta mengikat secara internal
40. Peraturan Tata Tertib
DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN PEMBENTUKAN TATA-TERTIB
Perubahan UUD NEGARA RI 1945 mengharuskan MPR
melakukan penyesuaian terhadap
Peraturan Tata Tertib MPR yang dituangkan ke dalam
Keputusan MPR Nomor 7/MPR/2004
tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI
sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan MPR RI Nomor 13/MPR/2004
tentang Perubahan Peraturan Tata Tertib MPR RI.
41. Peraturan Tata Tertib
DASAR HUKUM
1. Ketentuan dalam Pasal-pasal UUD Negara RI 1945 yaitu
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7B ayat (6) dan ayat (7) , Pasal 8
ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 37.
2. UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana tercantum dalam
Pasal 11 huruf g.
42. Peraturan Tata Tertib
HAL-HAL YANG DIATUR, Antara Lain:
KEDUDUKAN
KEDUDUKAN
(Pasal 3 ))
(Pasal 3
MPR adalah
sebuah lembaga negara
KEANGGOTAA
KEANGGOTAA
N
N
Anggota MPR terdiri
dari Anggota DPR dan
Anggota DPD .
(Pasal 1 ayat (2))
(Pasal 1 ayat (2))
TUGAS DAN WEWENANG ( Pasal 4)
TATA CARA PERUBAHAN UUD ( Pasal 78)
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN ( Pasal 82)
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN
DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN ( Pasal 83)
43. Peraturan Tata Tertib
TUGAS DAN WEWENANG (PASAL 4)
MPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
melantik Presiden dan Wakil Presiden;
memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden;
melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
atau diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;
memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya;
menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis;
memilih dan menetapkan Pimpinan Majelis;
membentuk alat kelengkapan Majelis.
44. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)
Usul Tertulis Ke
Usul Tertulis Ke
Pimpinan
Pimpinan
(Materi yang Diubah)
(Materi yang Diubah)
[Pasal 78 huruf “b”]
[Pasal 78 huruf “b”]
Usul 1/3 Anggota
(≥ 226 Anggota)
[Pasal 78 huruf “a”]
Usul dibahas dalam
Rapat Pimpinan
(≤ 90 Hari)
[Pasal 78 huruf “c”]
Jika Syarat
Terpenuhi, Pimpinan
Mengundang
Anggota Bersidang
[Pasal 78 huruf “d”]
Syarat Pengambilan Putusan:
- Kuorum 2/3
- Keputusan 50% + 1 dari
seluruh Anggota Majelis
[Pasal 71 ayat (1) huruf “a”]
45. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)
a. diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah Anggota Majelis ;
b. setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian
yang diusulkan untuk diubah beserta ulasannya ;
c. usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada Pimpinan Majelis dan Pimpinan Majelis
melaksanakan rapat untuk membahas usul tersebut paling lambat 90 hari dari sejak diterimanya usul;
d. apabila rapat Pimpinan Majelis m enilai usul tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b, Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk melaksanakan Sidang Majelis.
Pasal 71 ayat (1) huruf a:
“diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Majelis untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (kuorum), dan disetujui oleh
lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis”.
46. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)
Presiden dan Wapres
Terpilih
[Pasal 82 ayat (3)]
Pimpinan MPR
Mengundang
[Pasal 82 ayat (1)]
Anggota MPR
[Pasal 82 ayat (2)]
Sidang Majelis:
1. SK KPU
2. Sumpah
3. Berita Acara
47. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)
Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk
mengikuti Rapat Paripurna Majelis dalam rangka Pelantikan
Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu;
Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan Wakil Presiden terpilih;
Pembacaan Berita Acara hasil Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden oleh Ketua KPU dalam Rapat Paripurna Majelis;
Pelantikan dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah/janji
menurut agama dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis;
Berita Acara Pelantikan ditandatangani oleh Presiden dan
Wakil Presiden, serta Pimpinan Majelis.
48. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU
WAKIL PRESIDEN (PASAL 83)
MPR
DPR
3
2
1
MK
Memeriksa,Mengadili, dan
Memutuskan
(≤ 90 hari)
≤ 30 hari menyelenggarakan Sidang
(Presiden dan/atau Wapres diundang)
Pengambilan Putusan:
-Kuorum ≥ 3/4 jumlah anggota
-Keputusan ≥ 2/3 Jumlah
anggota yang hadir
49. Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU
WAKIL PRESIDEN (PASAL 83)
a. Majelis menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 hari
setelah Majelis menerima usul tersebut;
b. Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengadakan Rapat Paripurna;
c. Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan
yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna Majelis;
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul
pemberhentiannya tersebut;
e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan,
maka Majelis tetap mengambil putusan .
50. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 8/MPR/2004
TENTANG KODE ETIK ANGGOTA
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENGERTIAN
PENGERTIAN
(Pasal 1)
(Pasal 1)
Kode Etik Anggota MPR RI adalah
seperangkat norma-norma moral yang
berisi nilai-nilai etik dalam perikehidupan
yang wajib dipatuhi oleh setiap
Anggota MPR RI
51. KODE ETIK ANGGOTA
TUJUAN (PASAL 2)
Kode Etik Anggota Majelis bertujuan untuk
menjaga martabat, kehormatan, dan citra
Anggota Majelis di tengah-tengah masyarakat
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
d ar i terjaganya kehormatan MPR RI.
RI
52. KODE ETIK ANGGOTA
KEPRIBADIAN DAN ETIKA
Kepribadian: “Anggota Majelis adalah insan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi norma-norma agama, hukum,
hak asasi manusia, dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”
(Pasal 4).
Etika: “Setiap Anggota Majelis wajib mematuhi
etika (19 butir Pasal 5), antara lain:
menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya;
jujur terhadap diri sendiri dan orang lain;
memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi dan
aspirasi rakyat”.
53. PENUTUP
AKU KENAL NEGERIKU
TERIMA KASIH
Semoga Sosialisasi ini dapat memberikan
pemahaman dan pengetahuan tentang
konstitusi dan dinamika ketatanegaraan