Permenkes No.67 tahun 2013 adalah regulasi yang mengatur tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TKWNA). Akhir-akhir ini banyak kita dengar dari berita di Media Masa tentang kegiatan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing yang bekerja memberikan pelayanan kesehatan secara ilegal. Oleh karena itu perlu disosialisasikan Permenkes No.67 tahun 2013 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing. Diharapkan dengan memahami regulasi tersebut segenap pihak dapat mengawasi adanya Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing.di lingkungan sekitarnya.
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...GLC
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru. Beli Perjanjian, silahkan klik di sini:
https://www.sdkpermit.com/products/Template-Perjanjian-Penyediaan-Jaringan-dan-Jasa-Telekomunikasi-p524911338
A. Data peserta terdaftar di FKTP yang terindikasi DM dan Hipertensi;
- Nama, No Kartu BPJS Kesehatan, Alamat, No Tlp/HP, Obat penyakit
kronis (jumlah dan signa)
- Melalui Skrining Riwayat Kesehatan
B. Penentuan Jadwal Kegiatan Prolanis
- Pemeriksaan Kesehatan
- Edukasi / Penyuluhan
- Senam Prolanis
- Pemeriksaan Laboratorium
C. Pembentukkan Klub Risti
- Nama Klub
- Identitas Koordinator Klub; Nama, No kartu, Alamat, No HP/Tlp
- Jumlah Anggota per klub maksimal 50 orang
D. Pemantauan Status Kesehatan
- Pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan meliputi;
GDP, GDPP, IMT, Tekanan Darah
E. Edukasi Risti / Penyuluhan
- Materi berhubungan dengan penyakit DM dan Hipertensi
- Berkas pertanggungjawaban kegiatan;
Foto kegiatan, absensi, nota pembelian konsumsi, materi penyuluhan
F. Senam Prolanis
- Senam bagi penderitaDM dan Hipertensi
- Berkas pertanggungjawaban kegiatan;
Foto kegiatan, absensi, nota pembelian konsumsi
Untuk Pemantauan Status Kesehatan, Edukasi Risti, dan Senam Prolanis dilaporkan setiap bulan.
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJKhalid Mustafa
Setiap akhir tahun sering terjadi permasalahan pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, khususnya pekerjaan yang tidak terselesaikan pada akhir tahun anggaran.
Paparan ini menggambarkan cara untuk mencegah dan mengatasi permasalahan tersebut
FKTP; Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
Pasal 2 Tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi:
Kapitasi
Non Kapitasi
PMK 59 tahun 2014 tentang STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN mengatur tentang Kapitasi dan Klaim non Kapitasi bagi Klinik.
Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi yang meliputi:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan skrining
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...GLC
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru. Beli Perjanjian, silahkan klik di sini:
https://www.sdkpermit.com/products/Template-Perjanjian-Penyediaan-Jaringan-dan-Jasa-Telekomunikasi-p524911338
A. Data peserta terdaftar di FKTP yang terindikasi DM dan Hipertensi;
- Nama, No Kartu BPJS Kesehatan, Alamat, No Tlp/HP, Obat penyakit
kronis (jumlah dan signa)
- Melalui Skrining Riwayat Kesehatan
B. Penentuan Jadwal Kegiatan Prolanis
- Pemeriksaan Kesehatan
- Edukasi / Penyuluhan
- Senam Prolanis
- Pemeriksaan Laboratorium
C. Pembentukkan Klub Risti
- Nama Klub
- Identitas Koordinator Klub; Nama, No kartu, Alamat, No HP/Tlp
- Jumlah Anggota per klub maksimal 50 orang
D. Pemantauan Status Kesehatan
- Pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan meliputi;
GDP, GDPP, IMT, Tekanan Darah
E. Edukasi Risti / Penyuluhan
- Materi berhubungan dengan penyakit DM dan Hipertensi
- Berkas pertanggungjawaban kegiatan;
Foto kegiatan, absensi, nota pembelian konsumsi, materi penyuluhan
F. Senam Prolanis
- Senam bagi penderitaDM dan Hipertensi
- Berkas pertanggungjawaban kegiatan;
Foto kegiatan, absensi, nota pembelian konsumsi
Untuk Pemantauan Status Kesehatan, Edukasi Risti, dan Senam Prolanis dilaporkan setiap bulan.
Mitigasi Risiko dan Pengendalian Kontrak PBJKhalid Mustafa
Setiap akhir tahun sering terjadi permasalahan pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, khususnya pekerjaan yang tidak terselesaikan pada akhir tahun anggaran.
Paparan ini menggambarkan cara untuk mencegah dan mengatasi permasalahan tersebut
FKTP; Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
Pasal 2 Tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi:
Kapitasi
Non Kapitasi
PMK 59 tahun 2014 tentang STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN mengatur tentang Kapitasi dan Klaim non Kapitasi bagi Klinik.
Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi yang meliputi:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan skrining
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Modul yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur pada Pelatihan Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan, untuk materi inti Perijinan
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
2. LATAR BELAKANG
• Globalisasi masuknya Tenaga Kesehatan Warga
Negara Asing
• Pelayanan kesehatan unsur perdagangan jasa
diatur di tingkat bilateral & regional
• Berpotensi:
1. Alih iptek & peningkatan daya saing nakes
2. “Mengurangi” peluang kerja nakes Indonesia.
3. Mengancam patient safety jika tidak sesuai standar
pelayanan
• Perlu penguatan domestic regulation termasuk
binwas yang terpadu terhadap TK WNA
3. ISU STRATEGIS
PENDAYAGUNAAN TK-WNA
1. Kegiatan melalui beberapa jalur perizinan:
a) Kemkumham
b) Kemnakertrans,
c) Pemerintah Daerah
d) Jalur instansi pemerintah pusat lainnya.
2. Belum terintegrasinya sistem informasi pendayagunaan
TKWNA
3. Belum maksimalnya pembinaan dan pengawasan
4. Kuatnya desakan masuknya TKWNA ke Indonesia
5. Perlunya penguatan implementasi regulasi domestik
4. REGULASI
Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Undang- Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan No 2052 tahun 2013 tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan No 67 Tahun 2013
tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga
Negara Asing (TK-WNA).
6. PRINSIP-PRINSIP
PENDAYAGUNAAN TK WNA
Memiliki hubungan
bilateral
Melalui Pengguna atau
Penyelenggara
Pengaturan oleh Pemerintah
Pusat bekerjasama dgn
Pemda & Institusi/Lembaga
yg mengatur perizinan,
kompetensi & registrasi
TKWNA
7. RUANG LINGKUP PENDAYAGUNAAN TK-
WNA
Pelayanan
Kesehatan
Diklat
Kesehatan
Baksos
Bidang
Kesehatan
Penelitian
Kesehatan
9. Tim Koordinasi Perizinan TK-WNA
Menteri melalui Kepala Badan menugaskan Tim Koordinasi
untuk melakukan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan rekomendasi yang diajukan Pengguna.
Tim terdiri atas unsur:
Unit teknis terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan;
KKI;
MTKI; dan
KFN.
Tim Koordinasi menerbitkan rekomendasi atau surat
penolakan paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja
sejak berkas permohonan diterima lengkap.
Rekomendasi selanjutnya diteruskan kepada
Kementerian/Lembaga terkait sesuai jenis kegiatan yang
akan dilaksanakan.
10. Yankes langsung/tdk langsung pada
pasien di fasyankes pengguna
Menggunakan pendamping untuk alih
IPTEK
Kompetensi TKWNA belum dimiliki
oleh nakes Ind/dlm jmlh sedikit
1. Pelayanan Kesehatan
11. Kualifikasi TK-WNA
Pengguna TK-WNA
Medis : dr Sp atau drg Sp
Nakes lain : S-1 /setara
Serkom; STRA Khusus/STRS & SIP/SIK
RS kelas A & B terakreditasi
Fasyankes tertentu yg ditetapkan Menteri
12. Cek List Persyaratan Pendayagunaan
TK-WNA Dalam Kegiatan Pelayanan Kesehatan
No Dokumen Cheklist Keterangan
PERSYARATAN PENGGUNA
1 Akte badan hukum
2 Sertifikat akreditasi bagi rumah sakit
3 Surat izin operasional tetap rumah sakit minimal
telah berjalan 2 tahun bagi fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu
4 Surat keterangan domisili
5 Bagan struktur organisasi
6 Surat bukti wajib lapor ketenagakerjaaan yang
masih berlaku
7 Surat keterangan memenuhi kesehatan lingkungan
sesuai peraturan perundang-undangan
13. LANJUTAN........
PERSYARATAN UMUM Cheklist Keterangan
1 Daftar Riwayat Hidup
2 Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh institusi pendidikan tenaga
kesehatan yang menerbitkan di negara asal
3 Fotokopi sertifikat kompetensi maupun kualifikasi tambahan lain yang telah
dilegalisir oleh organisasi profesi dan instansi atau badan hukum yang diakui
oleh pemerintah di negara asal
4 Surat Tanda Regristrasi sebagai tenaga kesehatan yang masih berlaku dari
negara asal
5 Surat keterangan pengalaman kerja dalam 5 tahun terakhir berturut-turut
sesuai dengan kompetensi di bidang keprofesiannya
6 Surat keterangan terdaftar sebagai anggota profesi dan aktif melakukan
praktik untuk dokter/dokter ggig, atau kegiatan dibidang kesehatan untuk
tenaga kesehatan lain serta mengikuti pendidikan/pelatihan profesi
berkelanjutan (CPD)
7 Letter of goodstandingdari organisasi profesi negara asal; (atau negara
tempat kerja terakhir)
8 Surat keterangan sehat fisik dan mental dari negara asal
9 Surat pernyataan yang berisi tujuan pendayagunaan TK WNA
10 Surat pernyataan besedia mematuhi peraturan perundangan-undangan,
sumpah profesi kesehatan, dan kode etik profesi kesehatan yang berlaku di
Indonesia
11 Surat pernyataan besedia melakukan alih ilmu pengetahuan teknologi dan
ilmu pengetahuan kepada tenaga pendamping
12 Fotokopi paspor calon TK WNA
13 Sertifikat dari Pusat Bahasa Indonesia
14 Surat pernyataan akan bekerja sesuai keahlian dan uraian penjabaran
kompetensinya
14. LANJUTAN.......
PERSYARATAN TAMBAHAN
Surat pernyataan kesanggupan menanggung
biaya hidup TK WNA dari Pengguna, dengan
menunjukkan bukti kemampuan menanggung
biaya hidup minimal untuk jangka waktu 2 tahun di
Indonesia
PESYARATAN TEKNIS
1 Sertifikat kompetensi
2 STRA Khusus/STR Sementara
3 SIP/SIK
15. 2. Pendidikan & Pelatihan Kesehatan
Meliputi :
a. TK-WNA yang memberikan dan
mengikuti pendidikan formal
b. TK-WNA yang memberikan dan
mengikuti pelatihan
16. Pendidikan Kesehatan
Pengguna Kegiatan Pendidikan Formal
Tenaga pendidik pd satuan pendidikan formal
bidang kesehatan
Minimal dr.Sp/drg.Sp dgn kualifikasi tambahan
/setara atau nakes lain dgn gelar akademik
Magister/setara
- Pendidik Klinis Serkom dan STRS
- Pendidik Non klinis sesuai peraturan bidang pendidikan
Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
memiliki izin dan program studi yang terakreditasi
17. Merupakan peserta didik pada satuan
pendidikan formal bid kes yg kontak langsung
pasien untuk memperoleh ijazah dan/atau
serkom
Kualifikasi
Tenaga medis : dokter/dokter gigi
Tenaga kesehatan lain : D3 atau setara
Sertifikat kompetensi, STR bersyarat, SIP/SIK
TKWNA yang mengikuti pendidikan
18. Penyelenggara :
Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan;
Rumah Sakit Pendidikan; Dan
Organisasi Profesi Yang Diakui
Pemerintah
Hanya dapat mendayagunakan TKWNA
paling lama 60 (enam puluh) hari dan
tidak dapat diperpanjang
Harus memiliki izin penyelenggaraan
setelah memenuhi persyaratan umum
serta persyaratan tambahan
19. PERSYARATAN TEKNIS
1 Sertifikat Kompetensi
2 STRA Khusus/STR Sementara
3 STR Bersyarat
4 SIP/SIK
PERSYARATAN TAMBAHAN
1 Dokumen bukti pengakuan komptensi dan kualifikasi
tambahan dari kolegium bidang ilmu yang sama atau
kolegium pengampu di Indonesia
2 Daftar publikasi ilmiah yang sesuai dengan pendidikan dan
pelatihan
3 Surat pernyataan Pengguna untuk menyediakan fasilitas,
sarana dan prasarana dalam menunjang penyelenggaraan
alih ilmu pengetahuan dan teknologi
4 Izin dari kementrian yang menyelenggarakan urusan
bidang pendidikan bagi pemberi pendidikan
20. 3. Bakti Sosial Bidang Kesehatan
• Berupa pelayanan kesehatan langsung kpd
pasien/klien
• Di bawah tanggungjawab nakes Ind yg
memiliki STR & SIP/SIK dg kompetensi yg
setara & memperoleh izin dr Kadinkes
kab/kota setempat
• Penyelenggaraan harus memiliki surat
persetujuan TK-WNA dari KKI/MTKI/KFN
dan Izin penyelenggaraan
21. Tenaga medis, dokter spesialis/dokter gigi spesialis;
dan
Tenaga kesehatan lain, minimal S1 atau yang
setara.
Kualifikasi TK-WNA Bakti Sosial:
Penyelenggara Bakti Sosial TK-WNA
a) Rumah sakit dengan minimal kelas C;
b) Organisasi profesi bidang kesehatan;
c) Institusi pendidikan bidang kesehatan; dan
d) Instansi pemerintah pusat termasuk TNI/POLRI
Penyelenggara bakti sosial harus melakukan kerja sama
dengan organisasi profesi bidang kesehatan terkait
22. Persyaratan Tambahan
a) Proposal kegiatan (maksud, tujuan, jenis dan
penatalaksanaannya)
b) Rekomendasi dari Kadinkes Kab/Kota dan
Dinas Kesbangpol setempat
c) Pernyataan bertanggung jawab dari fasyankes
di Ind terhadap pelaksanaan pendayagunaan
TK-WNA pasca bakti sosial;
d) Pernyataan kesediaan sbg penanggung jawab
kegiatan dr nakes Ind yg memiliki spesialisasi
atau keilmuan yang sama dengan TK-WNA;
23. Persyaratan Tambahan ... (2)
e) Fotokopi STR & SIP/SIK tenaga kesehatan
penanggung jawab pelayanan medis;
f) Daftar obat & alkes yg tlh teregistrasi & izin
edar di Indonesia;
g) Surat kesediaan mendanai pelaksanaan bakti
sosial hingga pasca bakti sosial;
h) Surat kesediaan bertanggung jawab secara
hukum untuk keseluruhan penyelenggaraan
i) Memiliki kamar operasi & fasilitas tindakan
medis lain sesuai dengan standar bila
diperlukan tindakan operatif.
24. 4. Penelitian Kesehatan
• Kegiatan penelitian kesehatan harus
memiliki:
kejelasan maksud, tujuan, objek penelitian, dan
metodologi yang dipergunakan; dan
manfaat penelitian yang dilakukan bagi
pelayanan kesehatan di Indonesia.
• TK-WNA dilarang melakukan penelitian dengan
menggunakan metode uji klinik (clinical trial).
• Pengajuan permohonan rekomendasi dilakukan
setelah memenuhi persyaratan Pengguna disertai
kelengkapan persyaratan umum dan persyaratan
tambahan
25. Kualifikasi TK-WNA
Doktor, memiliki pengalaman sebagai
peneliti utama paling sedikit 2 (dua)
penelitian yang telah dipublikasikan di
internasional
Persyaratan teknis TK-WNA
Sertifikat kompetensi dari negara asal
yang diakui kolegium;
STR sementara/STRA khusus; dan
SIP/SIK
26. Pengguna Dalam Kegiatan Penelitian Kesehatan
Institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang terakreditasi;
Rumah sakit pendidikan;
Institusi/badan/lembaga penelitian
kesehatan pemerintah/swasta; dan
Lembaga penelitian kesehatan
internasional yang diakui pemerintah.
27. Cek List Persyaratan Pendayagunaan TK-WNA
Dalam Kegiatan Penelitian Kesehatan
PERSYARATAN TEKNIS
1 Sertifikat Kompetensi
2 STRA Khusus/STR Sementara
3 SIP/SIK sebagai peserta pelatihan
PERSYARATAN TAMBAHAN
1 Dokumen bukti kerjasama dengan organisasi profesi
terkait
2 Sertifikat kualifikasi tambahan TK WNA dari negara asal
3 Daftar publikasi ilmiah yang sesuai dengan bidang alih ilmu
pengetahuan dan teknologi
4 Izin dari kementrian yang menyelenggarakan urusan
bidang pendidikan bagi pemberi pendidikan
29. HAK DAN KEWAJIBAN
PENGGUNA
Hak:
• Mendayagunakan TK WNA sesuai izin
• Memutuskan hubungan kerja dengan TK-WNA yang
tidak memenuhi tugas dan fungsinya.
Kewajiban:
• Mendayagunakan TK WNA sesuai izin
• Membuat laporan kpd Menteri melalui Kepala Badan
PPSDMK dengan tembusan KKI/MTKI/KFN dan
Kadinkes Kab/Kota
• Bertanggung jawab kepada pihak ketiga yang
dirugikan oleh TK-WNA
• Memenuhi seluruh kewajiban terkait dengan
ketentuan ketenagakerjaan dan keimigrasian.
30. HAK DAN KEWAJIBAN TK-WNA
Hak:
memperoleh hak sesuai perjanjian atau kontrak
mendapatkan perlindungan hukum
Kewajiban:
• menaati dan melaksanakan peraturan perundangan
yang berlaku di Indonesia;
• melaksanakan kegiatan sesuai izin;
• menaati standar profesi, standar pelayanan, dan etika
profesi
• membuat laporan hasil kegiatan kepada Pengguna
ditembuskan kepada Menteri melalui Kepala Badan,
KKI/MTKI/KFN & Kadinkes Kab/Kota setiap 2 bulan
sekali.
31. LARANGAN
• Melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kompetensi, jabatan,
fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat
atau wilayah kerja yang telah ditentukan
dalam IMTA atau izin penyelenggaraan
• Melakukan praktik mandiri
• Menduduki jabatan personalia dan jabatan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
32. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH
• Pemberian rekomendasi untuk memperoleh pengesahan
RPTKA dan IMTA bagi pengguna;
• Pemberian izin penyelenggaraan pendayagunaan TK-WNA
dalam kegiatan pelatihan, bakti sosial dan penelitian bidang
kesehatan;
• Bersama dengan kementerian yang menyelenggakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan menentukan kuota
peserta didik; dan
• Melakukan pembinaan dan pengawasan pendayagunaan
TK-WNA skala nasional dan antar provinsi.
33. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PROVINSI
• Melakukan pemantauan pendayagunaan TK-WNA
skala provinsi;
• Melaporkan hasil pemantauan pendayagunaan TK-
WNA kepada Menteri dengan tembusan kepada KKI,
MTKI & KFN;
• Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat
daerah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerj
• Menilai kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan
pengguna
34. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
KABUPATEN/KOTA
• Melakukan pemantauan pendayagunaan TK-WNA
skala kabupaten/kota;
• Melaporkan hasil pemantauan pendayagunaan TK-
WNA skala kabupaten/kota kepada pemerintah
daerah provinsi;
• Memberikan izin praktik atau izin kerja bagi TK-WNA
yang akan melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
• Menilai kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan
pengguna
35. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Oleh Menteri, Pemda dgn melibatkan KKI,
KFN, MTKI, dan organisasi profesi, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
• Pelanggaran dikenai tindakan administratif
dari Menteri dan Pemda
36. TUJUAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang
dilakukan TK-WNA (patient safety)
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan TK-WNA
c. Memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat dan TK-WNA
d. Memantau dan mengevaluasi kegiatan
yang berkaitan dengan pendayagunaan
TK-WNA agar menjalankan fungsinya sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
37. TINDAKAN ADMINISTRATIF
PELANGGARAN
TERHADAP PENGGUNA:
1. Teguran Lisan
2. Teguran Tertulis
3. Pencabutan Izin Penyelenggaraan Kegiatan
4. Pencabutan Rekomendasi Pengesahan RPTKA
dan IMTA atau
5. Pencabutan Izin Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Latar belakang:
Salah satu tantangan di era globalisasi adalah adanya kecenderungan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA) yang terlibat dalam berbagai kegiatan di bidang kesehatan di Indonesia.
Pelayanan kesehatan dalam perdagangan Internasional merupakan salah satu unsur dari perdagangan jasa yang saat ini masih dijajaki dan diatur di tingkat bilateral dan regional (ASEAN).
TK-WNA memberikan peluang untuk terjadinya alih IPTEK di bidang kesehatan, dan berpotensi meningkatkan daya saing terhadap Tenaga Kesehatan Lokal. TK-WNA juga berpotensi mengurangi peluang kerja bagi tenaga kesehatan lokal dan dapat mengancam keselamatan masyarakat, jika keberadaannya tidak diatur dengan baik.
Pendayagunaan TK-WNA perlu diatur secara baik dan terintegrasi melalui penguatan regulasi domestik, kewaspadaan dan strategi yang efektif melalui pembinaan dan pengawaan yang ketat terhadap TK-WNA
Beberapa issue strategis pendayagunaan TK WNA:
Kegiatan melalui beberapa jalur perizinan:
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Pemerintah Daerah,
Jalur instansi pemerintah pusat lainnya.
Berakibat pada Tidak diketahui secara pasti mengenai jumlah, jenis, kualifikasi dan kompetensi TK-WNA yang melakukan kegiatan di Indonesia (data TK-WNA di Indonesia)
Belum maksimalnya proses pembinaan dan pengawasan terhadap TK-WNA yang terintegrasi oleh lintas Kementerian/Lembaga/Institusi
Kuatnya desakan masuknya TKWNA ke Indonesia terutama menjelang diberlakukannya AEC tahun 2015, bahkan terakhir, KADIN juga meminta agar dibuka akses dokter spesialis untuk masuk ke Indonesia.
Perlunya penguatan implementasi regulasi domestik yang mengatur TK-WNA yang terdapat dalam peraturan perundangan di bidang kesehatan
beberapa regulasi terkait pendayagunaan tenaga kesehatan adalah :
Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
pasal 29 : Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
pasal 21 : Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Undang- Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Pasal 14 menyatakan bahwa RS dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan pelayanan yg hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih iptek serta ketersediaan Nakes
setempat, dan memiliki STR serta SIP
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
pasal 27 : Tenaga kesehatan warga negara asing hanya dapat melakukan upaya kesehatan atas dasar ijin dari Menteri
e. Peraturan Menteri Kesehatan No 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 Tahun 2013 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Pasal 17 : Dokter dan Dokter Gigi warga negara asing dapat diberikan SIP sepanjang memenuhi persyaratan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing diatur dalam Permenkes nomor 67 tahun 2013
Prinsip-prinsip pendayagunaan TK WNA:
TK-WNA yang akan didayagunakan di Indonesia harus berasal dari negara yang memiliki hubungan bilateral/diplomatik dengan Indonesia.
Pendayagunaan TK-WNA hanya dapat dilakukan melalui Pengguna atau Penyelenggara, tidak boleh datang sendiri.
Pengaturan masuknya TK-WNA dilakukan oleh Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Institusi/Lembaga yang mengatur perizinan, kompetensi dan registrasi TK-WNA
Permenkes nomor 67 Tahun 2013 mengatur 4 jenis kegiatan TK-WNA di Indonesia yaitu :
Pelayanan Kesehatan
Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan
Bakti Sosial Bidang Kesehatan
Penelitian Kesehatan
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2574 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Perizinan Pendayagunaan TK-WNA di Indonesia
Tim Koordinasi Perizinan Pendayagunaan TK-WNA memiliki tugas :
Melakukan verifikasi kelayakan institusi pemohon dan provider.
Melakukan verifikasi kebutuhan TK-WNA di Indonesia.
Melakukan verifikasi kompetensi TK-WNA di Indonesia.
Melakukan evaluasi dokumen akademik TK-WNA di Indonesia.
Melakukan monitoring dan evaluasi keberadaan TK-WNA di Indonesia.
Pada pelayanan kesehatan terdapat beberapa ketentunan yang harus dipenuhi:
Pendayagunaan TK-WNA pada kegaiatn pelayanan kesehatan merupakan pemberian pelayanan kesehatan langsung atau tidak langsung kepada pasien/klien di fasilitas pelayanan kesehatan Pengguna.
Harus dilakukan dengan menggunakan Pendamping yang mampu menerima dan memanfaatkan alih iptek melalui pemberian kualifikasi tambahan.
Hanya dapat dilakukan apabila kompetensi yang dimiliki oleh TK-WNA belum dimiliki oleh tenaga kesehatan Indonesia dan/atau telah dimiliki oleh tenaga kesehatan Indonesia dalam jumlah yang sedikit.
Pada slide ditunjukkan kualifikasi TK WNA maupun penggunanya. Sebagai upaya penapisan terhadap masuknya TK WNA,
Pendayagunaan TK-WNA harus memenuhi persyaratan yang terdiri dari : persyaratan pengguna, persyaratan umum, persyaratan tambahan, persyaratan teknis bidang kesehatan dan persyaratan ketenaga kerjaan
Persyaratan umum ini berlaku untuk semua kegiatan yang akan dilakukan TK-WNA (pelayanan, Diklat, Penelitian dan Baksos)
PENGATURAN TERKAIT REGISTRASI SEMENTARA DAN REGISTRASI BERSYARAT BAGI DOKTER DAN DOKTER GIGI WARGA NEGARA ASING DIATUR DALAM PERKONSIL NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI SEMENTARA DAN REGISTRASI BERSYARAT BAGI DOKTER DAN DOKTER GIGI WARGA NEGARA ASING .
Pendayagunaan TK-WNA dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan kesehatan meliputi :
TK-WNA yang memberikan dan mengikuti pendidikan formal;
TK-WNA yang memberikan dan mengikuti pelatihan.
Pengguna kegiatan pendidikan formal harus merupakan Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang memiliki izin dan program studi yang terakreditasi.
TK-WNA yang memberikan pendidikan formal merupakan tenaga pendidik pada satuan pendidikan formal bidang kesehatan.
Kualifikasi kompetensinya masih sama dengan pelayanan kesehatan
Dan harus memenuhi persyaratan umum, ketenagakerjaan dan persyaratan teknis bidang kesehatan dimana apabila pendidik di bidang klinis maka harus mempunyai Serkom dan STR Sementara. Apabila non klinis maka harus memenuhi peraturan perundangan bidang pendidikan.
Persyaratan umum sesuai dengan slide nomor 13
Pendayagunaan TK-WNA dalam Baksos
Pendayagunaan TK-WNA dalam bakti sosial dapat berupa pelayanan kesehatan langsung kepada pasien/klien
Baksos yang dilakukan oleh TK-WNA harus berada dibawah tanggung jawab tenaga kesehatan Indonesia yang memiliki STR dan SIP/SIK di Indonesia dengan kompetensi yang setara, dan memperoleh izin dari Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Penyelenggaraan bakti harus memiliki surat persetujuan TK-WNA dari KKI/MTKI/KFN dan izin penyelenggaraan