SlideShare a Scribd company logo
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka (Ihsan 2003, hlm. 2).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan, sehingga dalam pelaksanaanya
diperlukan usaha an kerjasamadari piha-pihak yang terkait(stakeholder). Berhasil
tidaknya dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung dari usahanya sendiri,
sebagaimana firman Alloh dalam surat Ar-Ro’d ayat 11 )



Artinya : Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah Keadaan suatu yang ada pada kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dalam ayat ini teranglah,bahwa Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum,
jika mereka tidak berusaha untuk merubahnya. Begitupun dalam meningkatkan mutu
pendidikan, tanpa ada upaya yang serius, maka apa yang menjadi harapan tidak
akantercapai dengan baik.
Sejalan dengan diatas, berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, seperti: pemantapan
pelaksanaan kurikulum, peningkatan jumlah, jenis dan kualitas tenaga kependidikan,
peningkatan jumlah, jenis dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Agar semua
upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai maka kegiatan-kegiatan menuju
2
tercapainya tujuan tersebut perlu ditunjang oleh layanan manajemen/pengelolaan yang
teratur dan memadai (Djamas 2005, hlm. 181).
Demikian juga peningkatan jumlah, jenis, serta kualitas sarana dan prasarana
pendidikan baik pendidikan dalam sekolah, maupun luar sekolah harus ditunjang oleh
perangkatan pelayanan manajemen sarana dan prasarana yang tertib sehingga dapat
mencapai tiga aspek kegunaan, yaitu hasil guna, tepat guna dan daya guna. Jika sarana
dan prasarana pendidikan sudah memenuhi ketiga aspek kegunaan maka diharapkan
kualitas pendidikan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan (Djamas 2005, hlm. 181).
Gedung sekolah/madrasah yang mempunyai ruang-ruang belajar yang
memenuhi syarat. Jelas lebih memberikan kemungkinan kepada siswa untuk belajar
lebih enak dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancar
sirkulasinya dan cahaya yang kurang memenuhi syarat. Demikian juga tata ruang baca
perpustakaan, ruang bimbingan dan penyuluhan dengan demikian jelas bahwa peralatan
akan membantu dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah/ madrasah.
Pengadaan alat-alat belajar selain gedung tidak kalah pelik dan mahal jika
dibandingkan dengan pengadaan tempat belajar tersebut. Peralatan laboratorium ada
yang harganya mahal sekali. Akan tetapi juga ada peralatan yang sangat murah sekali
seperti papan tulis, spidol, dan anehnya peralatan tersebut kurang diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Hal yang kecil tersebut akan mempunyai pengaruh besar dalam
proses belajar mengajar.
Demikian juga guru merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Namun bukan berarti keberadaan unsur-unsur lain tidak begitu penting bagi
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Guru memerlukan adanya layanan yang
3
profesional di bidang sarana dan prasarana dalam menerapkan kemampuan yang secara
maksimal.
Oemar Hamalik (1994, hlm. 3), menyebutkan dengan demikian sudah jelas
bahwa di samping dibutuhkannya guru-guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan
yang lebih memadai, juga diperlukan cara-cara bekerja dan sikap yang baru, peralatan
yang lengkap, dan sistem administrasi yang lebih teratur.
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfataan dan pengelolaan secara
optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang
penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu
dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Dewasa ini masih sering ditemukan banyak sarana dan prasarana pendidikan
yang dimiliki oleh sekolah/ madrasah yang diterima sebagai bantuan, baik dari
pemeritah maupun masyarakat yang tidak optimal penggunannya dan bahkan tidak
dapat lagi digunakan sebagaimana fungsinya. Begitupun yang terjadi di Madrasah
Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
sarana dan prasarananya yang disinyalir masih banyak mengalami kekurangan. Hal itu
disebabkan antara lain oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang
dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.
Sejalan dengan itu, Zahara Idris (1992, hlm. 39), mengatakan dewasa ini
semakin dirasakan pentingnya sarana dan prasarana pendidikan dalam usaha pencapaian
tujuan pendidikan yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa
4
pendidikan merupakan kegiatan komunikasi yang intinya adalah penyampaian dan atau
pertukaran pesan terhadap peserta didik. Sarana pendidikan dipandang mampu
membantu keberhasilan proses pendidikan. Selain itu, sarana pendidikan mempermudah
proses belajar mengajar.
Jadi cukup jelas bahwa alat (sarana dan prasarana) pendidikan merupakan faktor
penting dalam tujuan pendidikan selain faktor-faktor lainnya. Karena dengan alat
(sarana dan prasarana) pendidikan yang dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan
produktivitas pendidikan, sehingga pendidikan akan lebih dinamis, pengajaran lebih
mantap dan penyajian lebih luas (Danim 1995, hlm. 12).
Akan tetapi yang menjadi problem sekarang ini menurut Muhaimin (2005, hlm.
185), adalah bahwa madrasah sebagian besar proses dan hasil pendidikannya masih
relatif memprihatinkan terutama dalam rangka mencapai standar kualitas pendidikan
secara nasional maupun Internasional. Hal ini dikarenakan tidak adanya profesionalitas
dalam menajemen madrasah, serta belum banyak didukung oleh sumber daya internal,
baik dalam pengembangan program pendidikan (kurikulum), sistem pembelajaran,
sumber daya manusia, sumber dana maupun fasilitas yang memadai.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor pendidikan yang
keberadaannya sangat mutlak dalam proses pendidikan, hal ini menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan dari faktor lainnya.
Sebagaimana pendapat Mansur yang dikutip oleh Arikunto (1978, hlm. 6), yang
menyebutkan bahwa “Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan sarana atau
fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan murid.
Fasilitas yang tesedia turut menentukan pilihan metode mengajar”.
5
Proses belajar mengajar akan semakin efektif dan berkualitas bila ditunjang
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Proses belajar mengajar merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan dapat dikatakan proses
pendidikan kurang berarti.
Untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan secara
optimal maka perlu adanya suatu manajemen agar tujuan pendidikan yang dirumuskan
dapat tercapai secara sempurna. Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana
pendidikan akan mampu mendayagunakan semua sarana dan prasarana pendidikan
secara efektif dan efisien.
Sejalan dengan hal di atas, Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki
Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur ini merupakan madrasah yang letak
geografisnya berada di daerah pedesaan. Di mana sarana dan prasarananya ditenggarai
belum optimal, hal ini tentu saja akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan mutu
pendidikan.
Realitas di atas memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut
untuk melihat dan mendeskrifsikan kondisi reel yang ada di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur ini.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis sangat tertarik sekali untuk
mengadakan penelitian tentang ” Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana (Studi
Pada Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten
OKU Timur)”.
Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar penelitian mempunyai ruang lingkup
permasalahan yang jelas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur?
2. Bagaimana Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki
Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur?
Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan melebar sehingga tidak mencapai apa yang menjadi
tujuan utamanya serta menghindari kesalahan pemahaman yang mungkin terjadi, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana
(Studi Pada Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung) yang
berada di Kabupaten OKU Timur serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menerapkan Manajemen Sarana dan Prasarana.
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan :
1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis Implementasi Manajemen Sarana dan
Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP.
Peliung Kabupaten OKU Timur.
2. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis Implementasi Manajemen Sarana dan
Prasarana dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
7
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan atau pedoman
keilmuan dan pengetahuan tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam
Peningkatan Kualitas Pendidikan agar dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan:
1. Memberikan informasi kepada praktisi pendidikan tentang manajemen sarana
dan prasarana pendidikan.
2. Mengidentifikasi implementasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Menganalisis sejauh mana optimalisasi penerapannya serta adakah pengaruh
terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
3. Menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai objek kajian ilmiah lebih lanjut,
serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang pendidikan.
4. Menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pemenuhan persyaratan, untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana IAIN
Raden Fatah Palembang.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, berikut dikemukakan beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Ada beberapa
penelitian yang membahas tentang Manajemen, diantaranya: Syarnubi Som dengan
judul tesisnya ”Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Pada Madrasah Aliyah Negeri
di Sumsel”. Adapun isi dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Syarnubi Som
8
membahas tentang Perbedaan keempat MAN tersebut (MAN 3 Palembang, MAN 2
Palembang, MAN Sekayu, MAN 1 Lubuk Linggau) dalam menerapkan MBS.
Dari sembilan madrasah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan MBS maka
hanya empat madrasah yang dijadikan sebagai objek penelitian dengan persentase
eksploratif dan menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, dokumentasi,
dan wawancara. Dari hasil pengelolaan data yang menggunakan teknik menunjukkan
persentase yang beragam dalam melakukan school based management MAN 2
Palembang 90%, MAN 1 Lubuk Linggau 40%, MAN 3 Palembang 50%, MAN Sekayu
80%. Secara murni masing-masing madrasah belum memiliki sumberdana penunjang di
luar dana siswa, kecuali MAN 3 Palembang. MAN 3 Palembang memiliki PSBB da
gedung serbaguna sebagai sumberdana yang mengalir secara rutin tetapi dana tersebut
belum sepenuhnya diperuntukkan bagi kesejahteraan guru.
Analisis pada tesis yang ditulis oleh Syarnubi Som menggunakan ”t” test
diketahui bahwa antara MAN 2 Palembang dan MAN 3 Palembang, MAN Sekayu,
MAN 1 Lubuk Linggau tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam melaksanakan
MBS. Tidak terdapat perbedaan dalam arti sama-sama belum melaksanakan manajemen
pendidikan berbasis sekolah secara optimal.
Ridwan (2012) dengan judul tesisnya: “ Efektifitas Gaya Kepemimpinan Kepala
Madrasah dalam Memanajemen Madrasah Tsanawiyah Subulussalam yang berada di
Kabupaten OKU Timur”. Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka disimpulkan pertama, manajemen Madrasah
Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU
Timur adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
melaksanakan beberapa fungsi manajemen meliputi: Perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan. Kedua, gaya kepemimpinan yang ada di Madrasah
9
Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU
Timur adalah lebih dominan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dalam
pengambilan keputusan yang mendesak, gaya kepemimpinan yang digunakan adalah
gaya kepemimpinan otokrasi atau otoriter. Ketiga, gaya kepemimpinan kepala madrasah
dalam memanajemen Madrasah Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan
Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur dapat dikatan sangat baik dengan
menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter dapat mendorong guru dan
staf mencapai tujuan yang ada, yang pada akhirnya berdampak pada hasil perencanaan
yang telah ada dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
kegiatan manajemen (perencanaan, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan) yang
terapkan oleh kepala sekolah, sehingga segala kegiatan yang ada di Madrasah
Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi yang berjalan lebih efektif dan efisien.
Belmo, Karolus (2012), dengan judul tesisnya ”Manajemen Sarana dan
Prasarana Pada Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Multi Situs di SMK Negeri 2 Belu
dan SMK Negeri Kakuluk Mesak)”. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Proses manajemen sarana dan
prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan, terdiri dari beberapa langkah: a) perencanaan
sarana dan prasarana dilakukan oleh pemerintah dan pihak sekolah; (b) pengadaan
sarana dan prasarana berasal dari bantuan pemerintah dan komite sekolah berupa dana
imbal swadaya, BOMM, dana rutin, dan dana komite; (c) inventarisasi sarana dan
prasarana dilakukan oleh tim inventaris dengan cara: membuat pencatatan, membuat
pengkodean barang, dan membuat laporan; (d) pemakaian sarana dan prasarana oleh
seluruh pihak sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan
pembelajaran berdasarkan petunjuk teknis pemakaian dan pendampingan dari para guru;
10
(e) pemeliharaan sarana dan prasarana dengan cara: pemeliharaan yang bersifat
pengecekan, pemeliharaan yang sifatnya pencegahan, pemeliharaan yang bersifat
perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat; (f) penghapusan sarana dan
prasarana dari buku inventaris barang, terdiri dari: barang-barang yang sudah tua atau
rusak berat, barang yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, barang yang
hilang, dan barang-barang yang cepat habis dipakai. (2) Faktor penghambat dalam
manajemen sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan terdiri dari: (a) faktor
penghambat internal berasal dari peserta didik dan guru; (b) faktor penghambat
eksternal berasal dari pemerintah. (3) Jenis-jenis sarana dan prasarana di Sekolah
Menengah Kejuruan, terdiri dari: (a) prasarana pendidikan, meliputi: tanah sekolah,
halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan olahraga, pagar sekolah, sumber listrik,
genset, kantor sekolah, wc/kamar mandi, asrama siswa, jalan menuju sekolah, kantin
sekolah; (b) sarana pendidikan, yaitu: ruang dan perabot ruang pembelajaran, perabot
kantor, alat praktik umum penunjang pembelajaran, dan alat praktik kejuruan utama. (4)
Strategi mengatasi hambatan dalam manajemen sarana dan prasarana di Sekolah
Menengah Kejuruan, terdiri dari: (a) peserta didik: pihak sekolah memberi himbauan
dan sanksi untuk menciptakan rasa tanggung jawab merawat dan menjaga fasilitas
pendidikan; (b) guru: kepala sekolah memberi himbauan melalui rapat guru, pertemuan
kelompok kecil menurut mata diklat, supervisi dan evaluasi agar bertanggung jawab
dalam merawat dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan; (c) pemerintah: pihak
sekolah (kepala sekolah) bertemu langsung Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan
Olahraga untuk memberi himbauan agar merespon proposal pengadaan sarana dan
prasarana yang dibuat.
Selanjutnya Joko Santoso, dengan judul ”Hubungan Manajemen Sarana dan
Prasarana Sekolah, Dampak Sertifikasi Guru, Iklim Sekolah, dan Motivasi Berprestasi
Guru dengan Kinerja Guru pada SMK Negeri di Malang Raya”. Disertasi, Program
11
Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, tahun
2013.
Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoretis dalam memberikan kejelasan
dalam memperkuat teori-teori yang telah dipergunakan sebagai dasar pengajuan model
penelitian ini. Sebagian besar hubungan variabel yang diteliti mendukung teori yang
telah dikembangkan peneliti-peneliti terdahulu, dan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya terkait dengan guru.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi secara praktis terhadap upaya
peningkatan kinerja guru, dalam kaitanya dengan manajemen sarana dan prasarana
sekolah, dampak sertifikasi guru, iklim sekolah, motivasi berprestasi guru, dan kinerja
guru bagi guru-guru SMK Negeri di Malang Raya.
Siti Rahmah (2011), judul tesisnya “Manajemen Sarana dan Prasarana Rintisan
Sekolah Standar Nasional (RSSN) di SMA Negeri 2 Lubuk Linggau (Penelitian
deskriptif Kualitatif di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Lubuklinggau)”. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Bengkulu.
Penelitian ini bertujuan untuk adalah mendeskripsikan pengelolaan sarana dan
prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau apakah sudah memenuhi criteria rintisan
sekolah standar nasional. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1) untuk
mendeskripsikan perencananaan pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2
Lubuklinggau, 2. untuk mendeskripsikan proses pengadaan sarana dan prasarana di
SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 3) untuk mendeskripsikan inventarisasi sarana dan
prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 4) untuk mendeskripsikan pemanfataan
sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 5) untuk mendeskripsikan
12
pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 6) untuk
mendeskripsikan penghapusan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Alasan
memilih metode ini adalah berlatar pada unsure alamiah sebagai suatu keutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat peneliti yang memanfaatkan metode kualitatif
dengan data yang dianalisis secara induktif. Simpulan secara umum bahwa SMA Negeri
2 Lubuklinggau telah berusaha melaksanakan manajemen sarana dan prasarana sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional republic Indonesia.
Dari beberapa penelitian terdahulu setidaknya memiliki bagian yang sama dalam
topiknya yaitu tentang Manajemen Sarana dan Prasarana, namun penelitian yang akan
penulis teliti lebih fokus pada pada Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana
dalam meningkatkan Kualitas pendidikan, dimana lokasi penelitian bertempat di
Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU
Timur.
Definisi Konseptual
Dari judul yang penulis paparkan memiliki beberapa istilah penting yang bersifat
konseptual dan memungkinkan memiliki pengertian yang luas. Oleh karena itu, untuk
memperoleh gambaran yang spesifik dan menghindari multi interpretasi, maka perlu
ditegaskan beberapa penggunaan istilah dalam judul penelitian ini. Sesuai dengan fokus
penelitian ini, ada tiga istilah yang perlu didefinisikan, yaitu : Implementasi,
Manajemen, Sarana dan Prasarana.
Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan : pertemuan kedua ini bermaksud
mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu (Tim Penyusun 2005, hlm. 427).
13
Sedangkan menurut Susilo (2007, hlm. 174), implementasi merupakan suatu penerapan
ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap.
Pengertian manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tersebut (Hasibuan 1990, hlm. 2).
Sarana pendidikan meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh : gedung sekolah, ruangan,
meja, kursi, alat peraga, dan lain-lain (Tim Dosen 1989, hlm. 135). Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara tidak lagsung menunjang
proses belajar-mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh : jalan menuju
sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya (Tim Dosen 1989, hlm.
135).
Kerangka Teori
Dalam kerangka teori penulis akan kemukakan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar
untuk membahas tentang Implementasi Manajemen Sarana Prasarana (Studi Kasus di
Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU
Timur).
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru
dan siswa bertukar pikir untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi
sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif
dan efisien antara lain disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa
serta kurangnya minat dan kegairahan salah satu usaha untuk mengatasi keadaan
14
tersebut dengan penggunaan sarana prasarana pendidikan secara terintegrasi dalam
proses belajar mengajar (Basyiruddin Usman dan Asnawi 2002, hlm. 13).
Suatu lembaga atau institusi pendidikan dikatakan maju apabila mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai berkaitan dengan proses pendidikan ataupun
akademik, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini yang
berkaitan langsung dengan proses pendidikan seperti gedung, ruang belajar/kelas, alat-
alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian dari manajemen yang ada di
lembaga pendidikan, sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam
suatu organisasi, institusi ataupun lembaga pendidikan. Tanpa adanya sarana dan
prasarana yang mendukung maka proses pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya.
Mulyasa (2004, hlm. 49), menyebutkan bahwa sarana pendidikan merupakan
peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja,
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun prasarana pendidikan ialah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran,
seperti halaman, kebun, taman, jalan menuju tempat belajar, tetapi jika dimanfaatkan
secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman digunakan untuk
pengajaran biologi, halaman sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan
sarana pendidikan.
Nawawi sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2004, hlm. 3),
mengklasifikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam, yaitu ditinjau dari sudut:
(1) habis tidaknya dipakai (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan dan (3)
hubungannya degan proses belajar mengajar.
a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
15
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan,
yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama
1) Sarana pendidikan yang habis dipakai
Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila
digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat seperti kapur tulis, spidol,
penghapus dan sapu, serta beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah bentuk misalnya kayu,
besi, dan kertas karton. Adapun contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah
pita mesin tulis, bola lampu, dan kertas. Semua contoh tersebut merupakan sarana
pendidikan yang apabila dipakai satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau
berubah sifatnya.
2) Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama yaitu keseluruhan bahan atau alat yang dapat
digunakan secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama seperti bangku, kursi,
mesin tulis, komputer dan peralatan olah raga.
b. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan
1) Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan
atau dipindah sesuai dengan keutuhan pemakaiannya seperti lemari arsip, bangku dan
kursi yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja.
2) Sarana pendidikan yang tidak bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak yaitu semua sarana pendidikan yang
tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan seperti tanah, bangunan, sumur dan
menara serta saluran air dari PDAM/semua yang berkaitan dengan itu seperti pipanya,
yang relative tidak mudah untuk dipindahkan ketempat-tempat tertentu.
16
c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana
pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses
belajar mengajar seperti kapur tulis, spidol (alat pelajaran), alat peraga, alat praktik dan
media/sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru/dosen dalam mengajar. Kedua
sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar
mengajar, seperti lemari arsip dikantor.
Sedangkan prasarana pendidikan bisa diklasifikasikan menjadi dua macam.
Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar
mengajar seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan dan ruang
laboatorium.
Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar
mengajar seperti ruang kantor, kantin, masjid/mushola, tanah, jalan menuju lembaga,
kamar kecil, ruang usaha kesehatan, ruang guru/dosen, ruang kepala lembaga, dan
tempat parker kendaraan.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungannya dengan proses belajar
mengajar, sarana pendidikan ada 2 yakni sarana pendidikan langsung dan tidak
langsung. Sedangkan prasarana pendidikan juga terbagi menjadi 2 yaitu prasarana
pendidikan langsung dan tidak langsung.
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.053/U/2001, sarana
prasarana pendidikan salah satunya adalah:
a. Ruang
Secara umum jenis ruang ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam :
ruang pendidikan, ruang administrasi, dan ruang penunjang.
a. Ruang pendidikan
17
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung kegiatan belajar mengajar teori
dan praktek antara lain:
a) Ruang teori
b) Ruang laboratorium
c) Ruang olahraga
d) Ruang perpustakaan/media
e) Ruang kesenian
f) Ruang ketrampilan
b. Ruang administrasi
Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor/administrasi. Ruang administrasi terdiri dari:
a) Ruang kepala sekolah
b) Ruang wakil kepala sekolah
c) Ruang guru
d) Ruang reproduksi/penggandaan
e) Ruang tata usaha
3. Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menampung kegiatan yang mendukung KBM,
antara lain:
a) Ruang ibadah
b) Ruang koperasi sekolah
c) Ruang OSIS, Pramuka, PMR
d) Ruang bimbingan
e) Ruang serbaguna / umum
f) Ruang kamar mandi / WC
18
g) Ruang UKS
c. Alat dan media pendidikan
d. Buku
1) Buku pelajaran pokok (guru dan siswa)
2) Buku pelajaran pelengkap
3) Buku bacaan
4) Buku sumber (referensi).
Metode Penelitian
Ada lima aspek yang terkait dengan metode penelitian ini, yaitu: pendekatan penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data.
Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai Implementasi Manajemen
Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP.
Peliung Kabupaten OKU Timur adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif
digunakan dalam penelitian ini, karena pada umumnya permasalahannya belum jelas,
holistik, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial
tersebut diperoleh dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test,
kuesioner, pedoman wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial
secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori (Sugiyono 2006, hlm. 399).
Selain alasan tersebut, peneliti juga mempunyai beberapa pertimbangan-
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
19
berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi (Moleong 2004, hlm. 10).
Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu
pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong 2004, hlm.
9). Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para
subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam
kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa Implementasi
Manajemen Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki
Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur dapat dideskripsikan secara lebih teliti
dan mendalam.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data-data
yang disajikan dalam bentuk verbal (kata-kata), bukan dalam bentuk angka statistik
yang biasa disebut data kuantitatif.
Adapun Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto 2002, hlm. 107). Sedangkan menurut Lofland dan Lofland dalam
Lexy J. Moleong ( 2004, hlm. 157), menyatakan bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat
kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
20
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam (indept interview) dan
observasi partisipasi. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara mendalam dilakukan
kepada unsur guru sebanyak 4 orang, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah di
Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU
Timur.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
dari informan di lapangan, seperti dokumen. Dokumen tersebut dapat berupa buku-buku
dan literatur lainnya yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa dokumen
sekolah di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung
Kabupaten OKU Timur.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah pertama,
metode purposive sampling, Menurut Sugiyono (2006, hlm. 300) menyatakan bahwa
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Manajemen
Sarana dan Prasarana serta Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam
Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
Kedua, metode snowball sampling, menurut Sugiyono (2006, hlm. 300)
menyatakan bahwa snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
21
karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data
yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini apabila informasi yang
diperoleh dianggap belum lengkap, maka peneliti akan mencari informan lain yang
dianggap lebih menguasai dari permasalahan tersebut. Misalnya dengan komite sekolah
atau pihak-pihak lain yang berkompeten.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Observasi Partisipatif
Dengan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2006, hlm. 331) menyatakan “in participant
observation the researcher observes what people do, listent to what they say, and
participates in their activities” maksudnya dalam observasi partisipatif, peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Berkaitan dengan observasi ini, peneliti menggunakan metode partisipasi pasif
(passive participation), jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang
22
diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka. Partisipasi pasif yang
dilakukan oleh peneliti adalah menekankan fokus dari permasalahan yaitu
mendengarkan informasi dari para guru, pegawai di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, kemudian
melakukan pengamatan terhadap implementasi Manajemen Sarana Prasarana di
Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU
Timur.
2. Wawancara Mendalam (In Dept Interview)
Wawancara menurut menurut Hadi (2004, hlm. 217), mengemukakan bahwa
wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengarkan suaranya dengan telinga. Wawancara merupakan alat pengumpul
informasi langsung untuk berbagai jenis data sosial, baik yang terpendam (latent)
maupun yang memanifes.
Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam, selama melakukan observasi peneliti juga melakukan
interview kepada orang-orang yang ada didalamnnya.
3. Studi Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002, hlm. 206) studi dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kantor,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Sedangkan menurut Sugiyono
(2006, hlm. 329) mengemukakan bahwa studi dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.
23
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Akan tetapi
perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah
dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen-
dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan
penelitian ini. Studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data
melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data merupakan kegiatan yang sulit
dilakukan oleh peneliti awal. Peneliti harus memahami prosesnya secara utuh dan rinci,
bukan pemahaman yang parsial atau sebagian. Salah satu perbedaan antara penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif adalah proses analisisnya. Dalam penelitian
kuantitatif antara pengumpulan data dan analisis data merupakan proses yang terpisah
dimana setelah semua data terkumpul maka baru diadakan analisis, sedangkan dalam
penelitian kualitatif proses analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses
pengumpulan data.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban informan yang
diwawancarai. Apabila jawaban informan, setelah dianalisis dianggap belum lengkap,
24
maka peneliti akan melanjutkan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai
tahap tertentu diperoleh data yang lebih kredibel (Sugiyono 2006, hlm. 337).
Miles dan Huberman (1974) sebagaimana dikutip oleh H.B Soetopo (2002, hlm.
94) menyatakan bahwa, ”Terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis
penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of
analysis), dan (2) model analisis interaktif.” H.B Soetopo (2002, hlm. 94)
mengemukakan bahwa,”Proses analisis yang tiga komponen analisisnya tersebut saling
menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan
data, merupakan model analisis jalinan.” Sedangkan model analisis interaktif menurut
pendapat H.B Soetopo (2002, hlm. 95),”Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti
bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih
tersisa bagi penelitianya. Proses ini disebut sebagai model analisis interaktif.” Dalam
penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif.
Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang akan ditempuh oleh peneliti,
yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini
penjelasan dari langkah-langkah tersebut, yaitu:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik
pengumpulan. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
wawancara, observasi, dokumentasi atau arsip. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang lebih mementingkan makna, hal ini sebagimana diungkapkan H.B
Soetopo (2002, hlm. 48) bahwa, ”Penelitian kualitatif yang lebih mementingkan makna,
tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya jumlah
(dalam bentuk angka) dan cara memandang atau perspektifnya.” Pengumpulan data
25
masih akan dilakukan jika data yang diperlukan belum memadai, dan pengumpulan data
akan dihentikan jika data yang diperlukan sudah didapatkan.
2. Reduksi Data
Dalam pengumpulan data, peneliti akan mendapatkan berbagai informasi yang
diperoleh dari sumber data atau informan. Data yang telah dikumpulkan tidak semua
dibutuhkan oleh peneliti, untuk itu data-data yang tidak mendukung dalam penelitian,
maka data tersebut harus direduksi atau dihilangkan. Dalam reduksi data, maka peneliti
harus mengkaji lebih cermat data atau informasi apa yang kurang, informasi apa yang
perlu ditambahkan, sehingga peneliti kegiatan pengumpulan data akan dilakukan lagi
oleh peneliti untuk mendapatkan atau melengkapi informasi.
3. Penyajian data
Sajian data dilakukan setelah pengumpulan data dan reduksi data. Sajian data
pada dasarnya merupakan menampilkan hasil pengumpulan data yang sudah direduksi
dan menyajikan informasi secara sistematis dan dideskripsikan dalam bentuk narasi
sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan. H.B Soetopo (2002, hlm. 92)
mengemukakan bahwa,”Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.”
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data disajikan dalam bentuk
narasi. Sajian dalam bentuk materi sangat memudahkan peneliti untuk membaca,
memahami terhadap berbagai hal yang telah disusun secara sistematis kemudian
menariknya dalam suatu kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan agar kesimpulan
yang diambil cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan
aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data secara cepat.
26
Pengumpulan data masih diperlukan jika informasi yang diharapkan atau informasi
yang dianggap penting belum diperoleh.
Teknis Penulisan
Teknis penulisan yang dipakai dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Tesis, yang diterbitkan oleh Program Pascasarjana (PPs) IAIN Raden Fatah
Palembang dan buku-buku pedoman penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian
ini.
Sistematika Pembahasan
Tesis ini secara keseluruhan terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk mendapatkan gambaran
yang utuh, menyeluruh dan terpadu maka susunan bab per babnya disistematiskan
sebagai berikut:
Bab 1 berisi pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan secara umum seluruh isi
tesis, meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab 2 berisi tentang landasan teori yang terdiri dari antara lain, Pertama
tinjauan mengenai Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan yang meliputi
pengertian Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana, Jenis-jenis Sarana dan
Prasarana Pendidikan, Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Prinsip-
Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Proses Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan, Macam-Macam Sarana Prasarana Pendidikan, Kedua, tinjauan
mengenai Kualitas Pendidikan di sekolah yang meliputi antara lain Pengertian Kualitas
Pendidikan, Aspek-aspek Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kualitas Pendidikan dalam
27
Perspektif Islam, Upaya-upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan, dan Manajemen
Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Bab 3 menguraikan tentang kondisi objektif Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Dalam bab ini
dikemukakan hal-hal penting yang berkenaan dengan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, meliputi : Sejarah
singkat perkembangan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP.
Peliung Kabupaten OKU Timur, Keadaan Gedung Madrasah Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, Struktur Organisasi
Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU
Timur, Visi dan Misi Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP.
Peliung Kabupaten OKU Timur, dan daftar guru, pegawai tata usaha, dan daftar jumlah
siswa per program keahlian.
Bab 4 Hasil penelitian (Deskripsi Permasalahan Penelitian) yang meliputi :
Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki
Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur dan Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat dalam Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas
Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
Bab 5 penutup merupakan bagian akhir laporan penelitian ini yang memuat
kesimpulan, implikasi dan saran. Pada bagian paling akhir dicantumkan referensi
sebagai rujukan penulisan, dan lampiran-lampiran.
28
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur
akan timbul masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa
yang mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen
juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan
kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien. Jadi pengertian manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut (Hasibuan 1990, hlm.
2).
Menurut Harold Kontz dan Cyril O‟Donnel (1972), sebagaimana dikutip oleh
Marno dan Supriyanto (2008, hlm. 1), manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian manajer mengadakan koordinasi
atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan, penggerakan, dan pengendalian.
Sedangkan menurut Mulyono (2008, hlm. 8), manajemen adalah sebuah proses
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan serta
evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama
dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Secara lebih rinci pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari
berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisir
dalam rangka mencapai tujuan.
29
2. Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan
pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal
mungkin.
3. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispliner
dengan menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi dan
lain-lain.
4. Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian
tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum, dan
sebagainya.
5. Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan (Mulyono 2008, hlm. 19).
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan pendidikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk peserta didik yang
berkualitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan meliputi semua peralatan
serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Contoh: gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga, dan lain-lain. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang
proses belajar-mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh: jalan menuju
sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya(Tim Dosen Malang: IKIP,
1989, hlm. 135).
Definisi di atas hampir sama dengan pendapat Tholib Kasan (Tholib Kasan
2007, hlm. 91), sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan
30
pendidikan misalnya: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium, dan sebagainya.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan
pendidikan, misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan
sebagainya (Tholib Kasan 2007, hlm. 91).
Menurut Suharsimi Arikunto (1990, hlm. 82), sarana pendidikan adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun
tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efisien.
Dari pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan di atas secara
sederhana dapat dipahami bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana
pendidikan secara efektif dan efisien. Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka
pada hakikatnya menajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu merupakan
proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah (Ali Imron
at.al 2003, hlm. 85).
Sedangkan menurut Mulyono (2008, hlm. 184), manajemen sarana dan
prasarana pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan serta continue terhadap benda-
benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar
mengajar.
Manajemen sarana dan prasarana bisa diartikan sebagai proses pengurusan mulai
dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana dan prasarana
yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana
31
madrasah perlu dilakukan secara profesional agar semua sarana dan prasarana yang
tersedia pada lembaga pendidikan madrasah bisa digunakan untuk mendukung
efektivitas pencapaian target pembelajaran, serta pengembangan madrasah secara
kelembagaan (Djamas 2005, hlm. 182).
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap benda-
benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar.
Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana Pendidikan
Klasifikasi sarana pendidikan menurut Nawawi sebagaimana dikutip oleh Bafadal
(2003,hlm. 2) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Ditinjau Dari Habis Tidaknya Dipakai
Bila dilihat dari habis pakai tidaknya dipakai, ada dua jenis sarana pendidikan, yaitu :
a) Sarana Pendidikan Yang Habis Pakai
Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila
digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh: kapur tulis yang biasa
digunakan oleh guru dan siswa dalam pelajaran, apabila dipakai sekali atau beberapa
kali bisa habis pakai atau berubah sifatnya.
b) Sarana Pendidikan Yang Tahan Lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang
dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Contoh : bangku
sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olahraga.
2. Ditinjau Dari Bergerak Tidaknya
32
Bila dilihat dari bergerak tidaknya, ada dua jenis sarana pendidikan, yaitu :
a) Sarana Pendidikan Yang Bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan
atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Contoh : bangku sekolah yang
dapat digerakkan atau dipindah ke mana saja sesuai dengan kebutuhan.
b) Sarana Pendidikan Yang Tidak Bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan
yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Contoh : suatu sekolah yang
telah memiliki saluran Perusahaan daerah Air Minum (PDAM). Semua yang berkaitan
dengan itu relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu.
3. Ditinjau Dari Hubungan Dengan Proses Belajar Mengajar
Dalam hubungannya dalam proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana
pendidikan, yaitu :
a) Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar. Contoh : kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lain yang digunakan
guru dalam mengajar.
b) Sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses
belajar mengajar. Contoh : almari arsip di kantor sekolah.
Menurut Suharsimi Ari Kunto (1979) sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto
(2004, hlm. 114-115) sarana pendidikan jika ditinjau dari fungsi atau peranannya
terhadap pelaksanaan proses belajar ,mengajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar
mengajar. Contoh : buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktek.
33
2. Alat Peraga
Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian kepada anak
didik berturut-turut dari yang abstrak sampai kepada yang konkret.
3. Media Pelajaran
Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Adapun menurut keputusan menteri P dan K no. 079/175, sarana pendidikan
terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :
a) Bangunan dan perabot sekolah
b) Alat pelajaran yang terdiri dari, pembukuan dan alat-alat peraga, dam
laboratorium.
c) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audio-visual yang
menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil
(Daryonto 1998, hlm. 51).
Sedangkan Nurhayati Djamas (2005, hlm 91), mengatakan bahwa sarana
pendidikan jika ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar maka sarana pendidikan dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat atau benda yang dipergunakan secara langsung oleh guru
maupun murid dalam proses pembelajaran. Alat pelajaran terdiri dari:
34
a) Buku-buku. Buku perpustakaan, buku pegangan guru, buku paket pelajaran
untuk siswa.
b) Kamus-kamus, kitab suci Al-Qur‟an dan lain-lain.
c) Alat-alat peraga
Alat-alat peraga adalah semua alat yang digunakan oleh guru pada waktu
mengajar, baik sifatnya tahan lama dan disimpan di madrasah maupun yang
diadakan seketika oleh guru pada jam digunakan. Misalnya: air sebagai alat
peraga dalam pelajaran IPA materi air, buah-buahan dalam materi IPA atau
kesehatan. Alat peraga yang tahan lama misalnya bangun-bangun geometri
dalam pelajaran matematika, peta atau globe, gambar pahlawan dan lain-lain.
d) Alat-alat praktek
Alat-alat praktek adalah semua alat yang ada dalam laboratorium, bengkel kerja
dan ruang praktek olahraga, keterampilan memasak, menjahit dan lain-lain.
e) Alat tulis menulis
Alat tulis menulis dalam proses pembelajaran meliputi papan tulis, buku tulis,
pencil, pulpen, kapur tulis, spidol, mesin tulis (mesin tik manual, komputer) dan
lain-lain.
2. Media Pendidikan
Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat medorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Penggunaan media secara
kreatif akan memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak.
35
Memperhatikan apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan
mereka dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai dengan yang
menjadi tujuan program instruksional bersangkutan.
Jenis-jenis media pendidikan yaitu:
a) Media audio (media untuk pendengaran) contoh: radio, tape recorder.
b) Media visual (media untuk penglihatan), contoh: film, graft, globe, spanduk,
tabel, poster, papan buletin, OHV dan lain-lain.
c) Media audio-visual (media untuk pendengaran maupun penglihatan) contoh:
TV, VCD, film bunyi dan gerak (Djamas 2005, hlm. 183-185).
Prasarana Pendidikan
Adapun parasarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar
mengajar. Contoh : ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan,
ruang laboratorium, dan sebagainya.
2. Prasarana pendidikan ynag keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Contoh :
ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang
usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir
kendaraan (Bafadal 2003, hlm. 3).
Suharsimi Ari Kunto (1990, hlm. 114), mengatakan bahwa prasarana pendidikan
adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga
berperanan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung.
Lebih lanjut Nurhayati Djamas (2005, hlm. 185-187), mengatakan bahwa
prasarana pendidikan semua fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk
36
mencapai tujuan pendidikan secara tidak langsung dapat disebut sebagai prasarana
pendidikan. Prasarana pendidikan dapat dibedakan atas:
1. Bangunan Madrasah
Bangunan madrasah terdiri dari kelompok ruang-ruang:
a) Ruang teori atau kelas:
(1) Ruang laboratorium
(2) Ruang khusus/bidang studi
(3) Ruang keterampilan/bengkel
(4) Ruang perpustakaan
(5) Ruang serbaguna/aula
(6) Ruang belajar
b) Ruang administrasi/kantor
(1) Ruang kepala madrasah
(2) Ruang wakil kepala madrasah
(3) Ruang guru-guru
(4) Ruang sidang
(5) Ruang tata usaha
(6) Ruang tamu/piket
(7) Ruang arsip/dokumentasi
(8) Ruang pengadaan/reproduksi
(9) Ruang/gudang tata usaha
c) Ruang penunjang
(1) Ruang UKS/PMR
(2) Ruang BP/BK
(3) Ruang OSIS
(4) Ruang kantin/koperasi
(5) Ruang masjid/musholla
(6) Ruang ganti/KM/WC
(7) Ruang penjaga madrasah
(8) Gardu jaga
(9) Bangsal kendaraan
d) Prasarana lingkungan/infrastruktur
(1) Jalan/jembatan masuk madrasah
(2) Lapangan (upacara, olah raga)
(3) Halaman (parkir, taman, kebun)
(4) Saluran air
(5) Resapan air
(6) Sumur/pompa/menara air
37
2. Perabot Madrasah
Perabot madrasah atau lazim disebut mebeler madrasah adalah segala
perlengkapan yang tidak terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Artinya
bukan alat yang dipakai oleh pengajar untuk menjelaskan konsep atau sarana yag di
pakai oleh siswa untuk dapat menerapkan suatu konsep atau memperoleh pengetahuan
dan keterampilan tertentu, melainkan sebagai perlengkapan penunjang. Jenis perabot
madrasah misalnya: meja belajar, kursi, lemari buku, meja dan kursi guru, papan tulis,
meja tamu, percetakan dan lain-lain (Djamas 2005, hlm. 185-187).
Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan
layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien.
Lebih lanjut Bafadal menyebutkan (2003, hlm.5), secara rinci tujuannya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui
sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga
sekolah memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan
sekolah dan dengan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan
efisien.
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh
semua personil sekolah.
38
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen sarana dan prasarana
adalah supaya perencanaan, pengadaan, pemakaian, dan pemeliharaan sarana dan
prasarana dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Agar tujuan-tujuan dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat tercapai,
menurut Ali Imron at.al (2003, hlm. 5-6), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang
dimaksud sebagai berikut:
a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan didayagunakan oleh personel
sekolah dalam rangka pencapaian proses belajar mengajar;
b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana
dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah, dan pemakaiannya
pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi keborosan;
c. Prinsip administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah harus memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan petunjuk
teknis yang diberlakukan oleh yang berwewenang;
d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat
kompak.
e. Prinsip kekohesifan, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.
39
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah/madrasah harus diperhatikan, agar tujuan dari sarana dan
prasarana dapat dicapai yang meliputi: tujuan, efisiensi, administratif, tanggung jawab,
dan kekohesifan.
Manajemaen Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta didik yang menuntut
pendidikan. Sekolah berfungsi sebagai tempat pembinaan dan pengembangan semua
potensi individu terutama pengembangan potensi fisik, intelektual dan moral peserta
didik.
Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
memperoleh status selalu dalam ikatannya dengan sekolah. Sedangkan guru adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat sebagai pengajar peserta didik.
Selain guru dan peserta didik, sarana dan prasarana juga merupakan salah satu
faktor yang menunjang dalam proses pembelajaran. Tanpa itu pendidikan tidak akan
tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga sarana dan prasarana sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Sarana dan prasarana tidak akan berjalan tanpa adanya manajemen yang baik.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang
bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru
maupun peserta didik untuk berada di lingkungan sekolah.
40
Adapun pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
pada dasarnya meliputi: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan,
penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan.
1. Perencanaan
Suatu kegiatan manajemen yang baik tentu diawali dengan suatu perencanaan
yang matang dan baik. Perencanaan dilakukan demi menghindarkan terjadinya
kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai suatu proses
memikirkan dan menetapkan progam pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk
sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
tertentu. Keefektifan suatu perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat dinilai atau
dilihat dari seberapa jauh pengadaannya itu dapat memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah dalam periode tertentu.
Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip:
a) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses
intelektual.
b) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan.
c) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan
kenyataan anggaran.
d) Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci,
baik jumlah, jenis, merek, dan harganya (Ibrahim Bafadal 2003, hlm. 27).
R. Freedman sebagaimana dikutip Gunawan (1996, hlm. 117), yang mengartikan
rencana/ perencanaan sebagai pengetrapan secara sistematik daripada pengetahuan yang
41
tepat guna untuk mengontrol dan menentukan arah kecenderungan perubahan, menuju
kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Dari definisi tersebut tersirat dua fungsi pokok dari perencanaan, yaitu:
a) Suatu rencana/perencanaan dapat digunakan untuk mengontrol setiap langkah
kegiatan pekerjaan.
b) Bila terpaksa terjadi hambatan/kendala, demi tetap tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, maka rencana/perencanaan dapat digunakan untuk memberi arah
perubahan seperlunya.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan sarana dan prasarana
dilaksanakan untuk memudahkan kegiatan pengadaan barang sesuai dengan anggaran
yang tersedia di sekolah.
2. Pengadaan
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya merupakan usaha
merealisasikan rencana pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun sebelumnya.
Setiap usaha untuk mengadakan sarana dan prasarana tidak dapat dilakukan sendiri oleh
kepala sekolah atau bendahara. Usaha pengadaan harus dilakukan bersama akan
memungkinkan pelaksanaannya lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan
barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas (Gunawan 1996, hlm. 135).
Dalam pengadaan sarana dan prasarana perlu diperhatikan segi kualitas dan
kuantitas, juga diperhatikan prosedur atas dasar hukum yang berlaku, sehingga sarana
yang sudah ada tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008, hlm. 275-276), untuk mengadakan
perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap tertentu:
42
a) Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau
media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat-
alat/media apa yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guru-guru bidang studi.
b) Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan
daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala
prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya. Kebutuhan lain dapat
dipenuhi pada kesempatan lain.
c) Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah
ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan reinventarisasi. Alat yang perlu
diperbaiki atau diubah disendirikan untuk diserahkan kepada orang yang dapat
memperbaiki.
d) Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan,
baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak.
e) Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan
tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin
maupun non rutin. Jika suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah
dan ska-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan
macam alat/media yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yang
disetujui.
f) Menunjuk seseorang untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan sebaiknya
mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan, berkomunikasi, kejujuran dan tidak
hanya seorang
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengadaan sarana dan prasarana sekolah
sebelumnya harus dilaksanakan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian
43
sarana dan prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana merupakan upaya untuk
merealisasikan rencana kebutuhan barang yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Inventarisasi
Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendiddikan di
sekolah adalah mencatat semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.
Lazimnya, kegiatan pencatatan semua sarana dan prasarana disebut dengan istilah
inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu
proses yang berkelanjutan.
Secara definitif, inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang
milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau
pedoman-pedoman yang berlaku (Ibrahim Bafadal 2003, hlm. 55).
Adapun kegiatan inventarisasi meliputi dua hal, yaitu pencatatan perlengkapan,
pembuatan kode barang dan pelaporan barang.
a) Pencatatan perlengkapan
Tugas dari pengelola mencatat semua perlengkapan yang ada dalam buku
inventaris baik itu barang yang bersifat inventaris maupun non inventaris. Barang
inventaris, seperti meja, bangku, papan tulis dan sebagainya. Sedangkan barang non
inventaris, seperti barang-barang yang habis dipakai: kapur tulis, karbon, kertas dan
sebagainya.
b) Pembuatan kode barang
Kode barang merupakan sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang.
Dan tujuannya untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua
perlengkapan, baik dilihat dari segi kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan
golongannya (Gunawan 1996, hlm. 141).
c) Pelaporan barang
44
Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus
dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya.
Sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya (Ibrahim Bafadal 2003,
hlm.61).
Dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan inventaris sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan
uang, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan.
4. Penyimpanan
Ada beberapa prinsip manajemen penyimpanan peralatan dan perlengkapan
pengajaran sekolah menurut Daryanto (1998, hlm. 52-53):
a) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas
dari faktor-faktor perusak seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga.
b) Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.
c) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa
persediaan lama harus lebih dulu dipergunakan.
e) Harus diadakan inventarisasi secara berkala
f) Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan tiap-tiap penyimpanan harus
dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang
berkepentingan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peralatan dan perlengkapan yang
ada di lembaga pendidikan/sekolah harus disimpan dengan baik dan penuh tanggung
jawab sehingga sewaktu-waktu diperlukan dalam keadaan baik dan siap digunakan.
5. Penataan
45
Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan penataan
sehingga fungsional, aman dan atraktif untuk keperluan proses pembelajaran di sekolah.
Secara fisik sarana dan prasarana harus menjamin adanya kondisi higienik dan secara
psikologis dapat menimbulkan minat belajar. Hampir dari separuh waktunya peserta
didik belajar dan bermain di sekolah. Karena itu lingkungan sekolah (sarana dan
prasarana) harus aman, sehat dan menimbulkan persepsi positif bagi peserta didik (Tim
Dosen 2003, hlm. 127-128).
6. Penggunaan
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarana dan
prasarana pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas
berarti semua penggunaan harus ditujukan semata-mata untuk memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun, prinsip efisiensi adalah, penggunaan semua sarana dan prasarana pendidikan
secara hemat dan hati-hati sehingga semua sarana dan prasarana yang ada tidak mudah
habis, rusak, atau hilang.
7. Pemeliharaan/perawatan
Program pemeliharaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, melestarikan kerapian dan keindahan, serta
menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan.
Program pemeliharaan/perawatan ini dapat ditempuh melalui langkah-langkah
berikut ini:
a) Membentuk tim pelaksana perawatan di sekolah.
b) Membuat daftar sarana dan prasarana, termasuk seluruh perawatan yang ada di
sekolah.
46
c) Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan
fasilitas sekolah.
d) Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-
masing bagian di sekolah.
e) Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja
peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana
dan prasarana sekolah (Mujamil Qomar hlm. 175).
Kegiatan pemeliharaan/perawatan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah siap pakai dalam proses pembelajaran.
8. Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga dari
daftar inventaris berdasarkan peraturan perundang-undangan dan pedoman yang
berlaku. Adapun tujuan dari penghapusan barang yaitu; mencegah atau membatasi
kerugian terhadap barang yang memerlukan dana besar dalam pemeliharaannya,
mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang tidak berguna
lagi, membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan,
meringankan beban inventarisasi.
Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi
salah satu atau lebih syarat-syarat berikut ini:
a) Dalam keadaan rusak berat, yang tidak mungkin diperbaiki lagi.
b) Perbaikan akan menelan biaya besar.
c) Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya
pemeliharaan.
d) Tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang.
e) Barang kelebihan, jika disimpan dalam jangka yang lama akan rusak.
47
f) Ada penurunan efektivitas kerja.
g) Dicuri, terbakar atau musnah akibat bencana alam (Suharsimi Arikunto dan Lia
Yuliana 2008. hlm. 281-282).
Penghapusan atau penyingkiran barang dapat melalui tahap-tahap berikut ini:
a) Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan.
b) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan ditinjau dari segi nilai uang.
c) Membuat perencanaan.
d) Membuat surat pemberitahuan terhadap barang-barang yang akan dihapus.
e) Mengadakan lelang, hibah, membakar dan sebagainya
f) Disaksikan oleh atasan.
g) Membuat berita acara tentang pelaksanaan penghapusan
Dapat disimpulan, dengan adanya penghapusan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah akan mengurangi; biaya pemeliharaan/ perawatan, meringankan beban kerja
inventaris dan membebaskan tanggung jawab sekolah terhadap sarana dan prasarana
tersebut. Tindak lanjut dari penghapusan sarana dan prasarana bisa dilelang, hibah,
dibakar, dimanfaatkan untuk kepentingan dinas/sosial atau dirumahkan, dan sebagainya.
Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Peran manajemen sarana dan prasarana pendidikan sangat terkait dengan kondisi dan
ukuran sekolah yang bersangkutan. Bagi sekolah yang tergolong kecil, maka sarana dan
prasarana pendidikan dapat langsung ditangani oleh kepala sekolah atau ditangani oleh
guru yang diberi tugas dalam tersebut. Sedangkan untuk sekolah yang tergolong maju
48
dan besar, maka manajemen sarana dan prasarana pendidikan harus ditangani oleh
beberapa pegawai yang ahli dalam bidangnya agar dapat mengelola sarana dan
prasarana yang menjadi tanggung jawabnya secara optimal sekaligus dapat menunjang
kegiatan pendidikan secara efektif dan efisien.
Sarana dan prasarana pendidikan yang menbutuhkan keahlian khusus adalah
seperti pengelolaan sarana transportasi, komputer, internet, telepon, listrik, air,
perpustakaan, UKS, laboratorium, koperasi, bagian konsumsi/gizi, dan sebagainya.
Semakin besar dan maju lembaga pendidikan tentunya semakin banyak sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sehingga membutuhkan manajemen yang memiliki tanggung
jawab yang luas dan besar.
James J. Jones, at.al sebagaimaan dikutip Tim Dosen Jurusan Administrasi FIP
IKIP Malang hlm. 134), bahwa salah satu tanggung jawab seorang kepala sekolah
adalah pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Definisi di atas dapat dipahami bahwa
orang yang paling berhak dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
madrasah adalah kepala madrasahnya sendiri, kemudian para staf/bidang yang ditunjuk
untuk mengurusi dan mengatur proses jalannya manajemen sarana dan prasarana
pendidikan pada madrasah masing-masing.
Macam-Macam Sarana Prasarana Pendidikan
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar
mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa
bertukar pikir untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering
timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan
49
efisien antara lain disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa serta
kurangnya minat dan kegairahan salah satu usaha untuk mengatasi keadaan tersebut
dengan penggunaan sarana prasarana pendidikan secara terintegrasi dalam proses
belajar mengajar (Usman dan Asnawi 2002, hlm. 19).
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.053/U/2001, sarana
prasarana pendidikan salah satunya adalah :
a. Ruang
Secara umum jenis ruang ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam :
ruang pendidikan, ruang administrasi, dan ruang penunjang.
1) Ruang Pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung kegiatan belajar mengajar teori
dan praktek antara lain :
(1) Ruang teori
(2) Ruang laboratorium
(3) Ruang olahraga
(4) Ruang perpustakaan/media
(5) Ruang kesenian
(6) Ruang ketrampilan
2) Ruang Administrasi
Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor/administrasi. Ruang administrasi terdiri dari :
(1) Ruang kepala sekolah
(2) Ruang wakil kepala sekolah
(3) Ruang guru
(4) Ruang reproduksi/penggandaan
(5) Ruang tata usaha
3) Ruang Penunjang
50
Ruang penunjang berfungsi untuk menampung kegiatan yang mendukung KBM,
antara lain :
(1) Ruang ibadah
(2) Ruang koperasi sekolah
(3) Ruang OSIS, Pramuka, PMR
(4) Ruang bimbingan
(5) Ruang serbaguna / umum
(6) Ruang kamar mandi / WC
(7) Ruang UKS
b. Alat dan media pendidikan
c. Buku
1) Buku pelajaran pokok (guru dan siswa)
2) Buku pelajaran pelengkap
3) Buku bacaan
4) Buku sumber (referensi).
Hubungan antara Sarana Prasarana dengan Kualitas Pendidikan di Sekolah
Sarana Prasarana pendidikan sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan,
yang mengacu pada Standar sarana dan prasarana yang dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri, seringkali menjadi kendala dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah ( Djamarah, at.al 2000, hlm.6 ).
Kendala-kendala yang dihadapi antara lain adalah adanya penyediaan sarana
yang belum memadai atau lengkap. Permasalahan sarana dan prasarana sangat penting
untuk ditangani lebih serius, karena sangat berpengaruh dalam kelancaran proses belajar
mengajar, karena disamping menjadi lebih nyaman, juga sekaligus menjadi media
pembelajaran dengan peralatan yang harus disesuaikan termasuk penyediaan fasilitas
yang mutlak harus dipenuhi, yang tentunya kesemuanya itu harus sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan.
51
Standar Sarana Pendidikan
Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu
pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan
berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin
tercapainya tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan
delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan
pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat:
a. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b. belajar untuk memahami dan menghayati,
c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
e. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus memenuhi
ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana.Standar sarana
dan prasarana ini untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang
pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
52
Sebagaimana yang telah digambarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007, bahwa standar sarana dan prasarana
ini mencakup:
a. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi,
serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
b. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang ruang, dan
instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Kontribusi Sarana terhadap Kualitas Pendidikan
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar
penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang berkualitas, baik dari sisi input,
proses, output, maupun outcome. Maka dari itu, semuanya harus berjalan dengan
seimbang agar kualitas pendidikan dapat terwujud sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sendiri.
Meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah merupakan suatu usaha yang
selalu dilakukan oleh berbagai pihak dalam dunia pendidikan dan selalu dilakukan dari
berbagai sudut pendidikan. Karena sarana dan prasarana pendidikan mempunyai
hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Sehingga jika
kontribusi sarana dan prasarana pendidikan baik, maka proses belajar mengajar akan
baik pula, dan akhirnya kualitas pendidikan dapat tercapai.
Dengan adanya media pendidikan (termasuk sarana dan prasarana pendidikan)
mempunyai dampak yang positif menurut Azhar Arsyad (1997, hlm. 2), diantaranya
adalah:
1. Pembelajaran/pengajaran lebih menarik
53
2. Pembelajaran lebih interaktif
3. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan
4. Pengajaran dapat ditingkatkan kapan dan di mana saja
5. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif
Dalam sistem pendidikan yang baru, di samping dibutuhkan guru-guru yang
memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, juga diperlukan cara-cara
dalam mempergunakan dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan yang ada di
madrasah-madrasah. Karena sarana dan prasarana pendidikan tersebut yang sangat
membantu dalam proses belajar mengajar.
Alat-alat dan perlengkapan pendidikan atau lebih dikenal dengan sarana dan
prasarana pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan demikian tentu
saja kepada para guru diisyaratkan agar bisa dan dapat menggunakan perlengkapan
tersebut sesuai dengan teknologi modern. Di madrasah yang maju atau yang berada di
perkotaan telah digunakan berbagai macam sarana dan prasarana pendidikan untuk
semua mata pelajaran dan segi-segi pendidikan. Bahkan dewasa ini telah mulai pula
dicobakan penggunaan radio dan televisi pendidikan (Oemar Hamalik 1994, hlm. 3).
Dengan guru menguasai dalam menggunaan media pembelajaran, maka siswa
akan cepat memahami dan menangkap materi yang telah diberikan oleh guru.
Terkadang ada siswa yang lebih cepat paham jika ada alat peraga , jika dibandingkan
pemberian materi dengan ceramah tanpa alat peraga atau tidak menggunakan media
pembelajaran.
Jadi, cukup jelas bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang di dalamnya
termasuk media pendidikan sangat penting dan diperlukan untuk kelancaran proses
belajar mengajar di madrasah. Dengan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan
tersebut, maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga kualitas
pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan oleh masing-masing madrasah.
54
Penilaian Kelayakan Sarana Prasarana Pendidikan di Tingkat SMA/MA.
Berbicara tentang sarana dan prasarana pendidikan, maka pengertian ini tidak hanya
menyangkut gedungnya, akan tetapi termasuk juga berbagai komponen dan fasilitas
yang terdapat di sekolah tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai
dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga mampu meningkatkan kualitas
pendidikan.
Sarana pendidikan merupakan semua perangkat peralatan, bahan dan perabot
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan
dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yaitu: Pertama, ditinjau dari habis-tidaknya
dipakai (sarana yang langsung habis di pakai dan sarana yang tahan lama). Kedua,
ditinjau dari bergerak tidaknya. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar
mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sarana
merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap aktifitas pendidikan, maka
keberadaannya merupakan factor penting dalam usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian sarana atau alat adalah hal
yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau
situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai
tujuan pendidikan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 140).
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam
yaitu: Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti: ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan,
55
ruang laboratorim. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan
untuk proses belajar belajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar
keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat
parkir kendaraan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 86).
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam
yaitu: Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti: ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan,
ruang laboratorim. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan
untuk proses belajar belajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar
keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat
parkir kendaraan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 86).
Lebih lanjut Roestuyah Nk (1982, hlm. 69), mengatakan dalam upaya
peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan.
b. Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar
mengajar.
c. Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana.
d. Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang diajarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang “Standar Sarana Dan Prasarana
Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA)”. Pasal 1 ayat (1): Standar sarana dan prasarana untuk sekolah
56
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Pasal 2:
Penyelenggaraan pendidikan bagi satu kelompok pemukiman permanen dan terpencil
yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan
dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh 3 (tiga) kilo meter melalui lintasan
jalan kaki yang tidak membahayakan dapat menyimpang dari standar sarana dan
prasarana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pengertian Kualitas Pendidikan
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar
penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang berkualitas, baik dari sisi input,
proses, output, maupun outcome. Maka dari itu, semuanya harus berjalan dengan
seimbang agar kualitas pendidikan dapat terwujud sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sendiri.
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry (1994. hlm. 329), dalam
Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu”; baik buruknya barang”
Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan
kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas
mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas
pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan
di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Supranta (1997, hlm. 288), kualitas adalah sebuah kata yang bagi
penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sebagaimana
yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono (1995, hlm. 51),
57
menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kata kualitas seringkali disamakan dengan kata mutu. Terkadang, ada juga yang
membedakan antara keduanya. Sebagaimana Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Indonesia (2008, hlm. 295) bahwa ”Mutu adalah gambaran dan karateristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan.
Begitupula orang seringkali berbicara tentang kualitas pendidikan, tetapi yang
sebenarnya adalah masih dirasakan kurang jelas pengertian soal itu. Kualitas atau mutu
(produk) adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna tanpa kecuali. Produk yang
bermutu memiliki nilai dan prestise bagi pemiliknya. Mutu bersinonim dengan kualitas
tinggi atau kualitas puncak. Kualitas ini dapat diberikan pada suatu produk atau layanan
yang memilki spesifikasi tertentu.
Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar (1993, hlm. 159),
merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.
Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses”
pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif
dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru),
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya
serta penciptaan suasana yang kondusif.
Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan
berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses)
58
belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar
kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan
substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung
proses belajar pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil
pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis,
misalnya ulangan umum, EBTA atau UAN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di
suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya (Umaedi 1999,
hlm. 4).
Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan system pendidikan dasar,
baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara
efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan
output yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti
bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara
memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang
baik dan kondusif.
59
Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi,
sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang
unggul.
Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing
dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral
(akhlak) yang baik dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang
mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang
dan masa yang akan datang.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah
kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber
pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan
pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan
yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi akademik dan non-akademik yang
mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab
berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di
masa yang akan datang (harapan bangsa). Hal demikian tidak dapat berhasil tanpa
dukungan-dukungan dari manajemen yang terdapat di madrasah, salah satunya yaitu
manajemen sarana dan prasarana.
Secara garis besarnya terdapat kriteria pendidikan yang berkualitas sesuai
dengan alam Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Madrasah yang mampu mendidik siswanya berkepribadian luhur, bermoral,
bertaqwa, berwawasan nasional dan berkebangsaan.
60
b. Madrasah yang mampu menanamkan secara komprehensif atas keterampilan
dasar uuntuk mencapai prestasi akademik berdasarkan kurikulum nasional serta
mengembangkan minat dan bakat individu melalui pencapaian prestasi non
akademik.
c. Madrasah yang mampu menanamkan wawasan lingkungan dan system nilai
yang merefleksi sosial kultural religius yang khas Indonesia yang bermuatan
pada pemahaman konsep diri atau percaya diri.
d. Madrasah yang mampu menjalin kelangsungan hubungan kemitraan yang
harmonis dan sehat antara kepala madrasah yang accountable secara
administratif dan akademik.
e. Madrasah yang mampu menciptakan iklim yang sehat, bersemangat dan
bermotivasi tinggi pada semua komunitas sekolah.
f. Madrasah yang mampu mengembangkan kreatifitas guru dalam mengajar secara
terus menerus melalui evaluasi, perubahan, dan perbaikan pengajaran.
g. Madrasah yamg mampu membangkitkan semangat siswa untuk berpartisipasi
dan memanfaatkan kompetisi akademik dan non akademik.
Aspek-aspek Peningkatan Kualitas Pendidikan
Dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, telah banyak sekali langkah-
langkah yang dilakukan pemerintah guna memberikan pelayanan pendidikan yang baik
kepada masyarakat seluru Indonesia. Diantara apek-aspek yang diprioritaskan
pemerintah sebagai langkah utama dalam pilar penguat peningkatan kualitas pendidikan
di Indonesia, adalah sebagai berikut:
a. Masalah kurikulum
b. Masalah metode pembelajaran
61
c. Masalah fasilitas atau sarana dan prasarana
d. Masalah guru atau tenaga pendidik
e. Masalah evaluasi pembelajaran
Upaya-upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan
Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 memuat cita-cita bangsa Indonesia,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu, harkat dan martabat seluruh warga
negara akan dapat terwujud. Sekolah dan sistem sekolah sebagai suatu lembaga sosial
dan pendidikan dipilih dan ditempatkan diantara sistem kelembagaan yang telah ada.
Fungsi utama sekolah pada awalnya adalah pengajaran, setidak-tidaknya dalam
terminologi. Namun, dalam perkembangannya sekolah berfungsi majemuk dalam
pendidikan sebagai intinya. Persoalan jumlah dan siapa yang perlu memperoleh
pendidikan kiranya cukup jelas, yaitu semua rakyat pembentuk bangsa Indonesia,
sedangkan yang perlu dipikirkan dan diusahakan adalah kualifikasi dan kualitas,
kecerdasannya, dan jalan serta cara mencapainya merupakan implikasi pesan utama
cita-cita yang diletakkan oleh bapak-bapak pendiri Republik Indonesia dan pengisian
pesan tersebut perlu dicari, dikaji, dan terus dikembangkan (Suyata 1998, hlm. 5-6).
Kualitas di Indonesia pada saat sekarang dan beberapa tahun ke belakang rendah
sekali. Maka dari itu, pemerintah terus berusaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan
yang ada di negara ini. Berbagai cara telah dilakukan, akan tetapi semuanya tidak
merubah keadaan. Walaupun demikian, pemerintah tetap berusaha dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tanggal 2 Mei 2002, Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan bahwa
pada tahun 2002 merupakan tahun dimulainya gerakan peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam mengawali gerakan ini perlu kiranya diawali dengan mereformasi
62
penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sebagai lembaga yang memberikan
pelayanan pendidikan apabila menghendaki pendidikan yang bermutu.
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara
lain :
a. Peningkatan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan agama,perlu
ditingkatkan melalui cara-cara antara lain:
1) Mengikuti Penataran
Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri ditujukan :
(1) Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing.
(2) Meningkatkan efisiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang
optimal
(3) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan (1998,
hlm. hlm. 115).
2) Mengikuti Kursus-Kursus Kependidikan
3) Memperbanyak Membaca
b. Peningkatan Materi
Adapun usaha-usaha yang mungkin dilakukan adalah :
1) Menambah Jam Pelajaran
2) Pengorganisasian Materi
3) Menyesuaikan tingkat materi pendidikan dengan kemampuan siswa serta
waktu yang tersedia.
c. Peningkatan Sarana
63
Sarana adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka
meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Roestiyah NK 1982, hlm. 67).
Dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan.
2) Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar
mengajar.
3) Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana.
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang
diajarkan (Roestiyah NK 1982, hlm. 69).
d. Membangkitkan Motivasi Belajar
Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar murid-
murid giat dalam belajar. Adapun motivasi yang dapat diberikan kepada siswa, antara
lain :
1) Pemberian hadiah
2) Mengadakan persaingan atau kompetisi
3) Selalu mengadakan appersepsi dan evaluasi
4) Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan
5) Pemberian pujian
6) Pemberian minat belajar
7) Pemberian hukuman
8) Adanya suasana belajar yang menyenangkan (S. Nasution 1986, hlm. 81).
Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh
Bab seluruh

More Related Content

What's hot

4. jilid 3 bil 1 jun 2011
4. jilid 3 bil 1 jun 20114. jilid 3 bil 1 jun 2011
4. jilid 3 bil 1 jun 2011
portal-mara
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Bang Mohtar
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
spilody111
 
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanMembangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
AmalinaAzizah
 
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
tappulak
 
Bab i
Bab iBab i
Komunikasi efektif kepala sekolah
Komunikasi efektif kepala sekolahKomunikasi efektif kepala sekolah
Komunikasi efektif kepala sekolah
Agus Nuryana
 
pontian transformasi pendidikan dtp
pontian transformasi pendidikan dtppontian transformasi pendidikan dtp
pontian transformasi pendidikan dtp
alinaza4299
 
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBATSOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
Mokhzani Fadir
 
Melindungi Masa Intruksional MMI
Melindungi Masa Intruksional MMIMelindungi Masa Intruksional MMI
Melindungi Masa Intruksional MMI
Mpsm Cawangan Melaka
 
Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu PendidikanProblem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
Kuntum Trilestari
 
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
Chon Seong Hoo
 
Makalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruanMakalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruan
Dewintha Susanti
 
Penulisan peringkatpertamadrafbab123
Penulisan peringkatpertamadrafbab123Penulisan peringkatpertamadrafbab123
Penulisan peringkatpertamadrafbab123
AZRUL ASWAD ABU BAKAR
 
telaah SLTP
telaah SLTPtelaah SLTP
telaah SLTP
Annis Afifah, S.Pd
 
Tugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanTugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othman
muhammad
 
Sdm penujang utama sekolah bermutu
Sdm penujang utama sekolah bermutuSdm penujang utama sekolah bermutu
Sdm penujang utama sekolah bermutu
Devitamelia
 
Asigment bm
Asigment bmAsigment bm
Asigment bm
Rosnani Hassan
 

What's hot (18)

4. jilid 3 bil 1 jun 2011
4. jilid 3 bil 1 jun 20114. jilid 3 bil 1 jun 2011
4. jilid 3 bil 1 jun 2011
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanMembangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
 
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Komunikasi efektif kepala sekolah
Komunikasi efektif kepala sekolahKomunikasi efektif kepala sekolah
Komunikasi efektif kepala sekolah
 
pontian transformasi pendidikan dtp
pontian transformasi pendidikan dtppontian transformasi pendidikan dtp
pontian transformasi pendidikan dtp
 
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBATSOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
SOKONGAN KOMUNITI & SWASTA untuk meningkatkan Elemen KBAT
 
Melindungi Masa Intruksional MMI
Melindungi Masa Intruksional MMIMelindungi Masa Intruksional MMI
Melindungi Masa Intruksional MMI
 
Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu PendidikanProblem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
 
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
Buku Panduan Daftar Kosa Kata Bahasa Melayu SJK v3
 
Makalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruanMakalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruan
 
Penulisan peringkatpertamadrafbab123
Penulisan peringkatpertamadrafbab123Penulisan peringkatpertamadrafbab123
Penulisan peringkatpertamadrafbab123
 
telaah SLTP
telaah SLTPtelaah SLTP
telaah SLTP
 
Tugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanTugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othman
 
Sdm penujang utama sekolah bermutu
Sdm penujang utama sekolah bermutuSdm penujang utama sekolah bermutu
Sdm penujang utama sekolah bermutu
 
Asigment bm
Asigment bmAsigment bm
Asigment bm
 

Similar to Bab seluruh

Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
Jurnal   Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...Jurnal   Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
Fattia Rakhmalianni
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sherly Anggraini
 
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
jurnal Sarana dan Prasarana PendidikanManaf Abdul
 
Manajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy FirnandoManajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy Firnando
boy firnando
 
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docxPengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
Zukét Printing
 
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
ImamTurmudzyAsysyaba2
 
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler SekolahContoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
AmandaYella
 
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdfPengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
Zukét Printing
 
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair SekolahContoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
AmandaYella
 
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah DasarContoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
AmandaYella
 
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair SekolahContoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
AmandaYella
 
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasaranaManejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
rismariszki
 
Makalah
MakalahMakalah
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
alfanastain
 
Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
muhammad yusuf
 
Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)
riki budiman
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Puspawijaya Putra
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
Hariyatunnisa Ahmad
 
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan GuruPPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
Inayah
 

Similar to Bab seluruh (20)

Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
Jurnal   Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...Jurnal   Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
 
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
jurnal Sarana dan Prasarana Pendidikan
 
Manajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy FirnandoManajemen sarpras by Boy Firnando
Manajemen sarpras by Boy Firnando
 
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docxPengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.docx
 
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
 
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler SekolahContoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubeler Sekolah
 
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdfPengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
Pengelolaan Sarana dan Psarana Pendidikan.pdf
 
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair SekolahContoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah
 
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah DasarContoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
Contoh Proposal Pengajuan Meubelair Sekolah Dasar
 
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair SekolahContoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
Contoh Proposal Pengadaan Meubelair Sekolah
 
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasaranaManejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
 
Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)
 
Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)Buku 2 (Riki)
Buku 2 (Riki)
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan GuruPPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
 

Bab seluruh

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka (Ihsan 2003, hlm. 2). Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan, sehingga dalam pelaksanaanya diperlukan usaha an kerjasamadari piha-pihak yang terkait(stakeholder). Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung dari usahanya sendiri, sebagaimana firman Alloh dalam surat Ar-Ro’d ayat 11 )    Artinya : Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah Keadaan suatu yang ada pada kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dalam ayat ini teranglah,bahwa Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika mereka tidak berusaha untuk merubahnya. Begitupun dalam meningkatkan mutu pendidikan, tanpa ada upaya yang serius, maka apa yang menjadi harapan tidak akantercapai dengan baik. Sejalan dengan diatas, berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, seperti: pemantapan pelaksanaan kurikulum, peningkatan jumlah, jenis dan kualitas tenaga kependidikan, peningkatan jumlah, jenis dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Agar semua upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai maka kegiatan-kegiatan menuju
  • 2. 2 tercapainya tujuan tersebut perlu ditunjang oleh layanan manajemen/pengelolaan yang teratur dan memadai (Djamas 2005, hlm. 181). Demikian juga peningkatan jumlah, jenis, serta kualitas sarana dan prasarana pendidikan baik pendidikan dalam sekolah, maupun luar sekolah harus ditunjang oleh perangkatan pelayanan manajemen sarana dan prasarana yang tertib sehingga dapat mencapai tiga aspek kegunaan, yaitu hasil guna, tepat guna dan daya guna. Jika sarana dan prasarana pendidikan sudah memenuhi ketiga aspek kegunaan maka diharapkan kualitas pendidikan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan (Djamas 2005, hlm. 181). Gedung sekolah/madrasah yang mempunyai ruang-ruang belajar yang memenuhi syarat. Jelas lebih memberikan kemungkinan kepada siswa untuk belajar lebih enak dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancar sirkulasinya dan cahaya yang kurang memenuhi syarat. Demikian juga tata ruang baca perpustakaan, ruang bimbingan dan penyuluhan dengan demikian jelas bahwa peralatan akan membantu dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah/ madrasah. Pengadaan alat-alat belajar selain gedung tidak kalah pelik dan mahal jika dibandingkan dengan pengadaan tempat belajar tersebut. Peralatan laboratorium ada yang harganya mahal sekali. Akan tetapi juga ada peralatan yang sangat murah sekali seperti papan tulis, spidol, dan anehnya peralatan tersebut kurang diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Hal yang kecil tersebut akan mempunyai pengaruh besar dalam proses belajar mengajar. Demikian juga guru merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Namun bukan berarti keberadaan unsur-unsur lain tidak begitu penting bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Guru memerlukan adanya layanan yang
  • 3. 3 profesional di bidang sarana dan prasarana dalam menerapkan kemampuan yang secara maksimal. Oemar Hamalik (1994, hlm. 3), menyebutkan dengan demikian sudah jelas bahwa di samping dibutuhkannya guru-guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, juga diperlukan cara-cara bekerja dan sikap yang baru, peralatan yang lengkap, dan sistem administrasi yang lebih teratur. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfataan dan pengelolaan secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dewasa ini masih sering ditemukan banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah/ madrasah yang diterima sebagai bantuan, baik dari pemeritah maupun masyarakat yang tidak optimal penggunannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sebagaimana fungsinya. Begitupun yang terjadi di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. sarana dan prasarananya yang disinyalir masih banyak mengalami kekurangan. Hal itu disebabkan antara lain oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai. Sejalan dengan itu, Zahara Idris (1992, hlm. 39), mengatakan dewasa ini semakin dirasakan pentingnya sarana dan prasarana pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa
  • 4. 4 pendidikan merupakan kegiatan komunikasi yang intinya adalah penyampaian dan atau pertukaran pesan terhadap peserta didik. Sarana pendidikan dipandang mampu membantu keberhasilan proses pendidikan. Selain itu, sarana pendidikan mempermudah proses belajar mengajar. Jadi cukup jelas bahwa alat (sarana dan prasarana) pendidikan merupakan faktor penting dalam tujuan pendidikan selain faktor-faktor lainnya. Karena dengan alat (sarana dan prasarana) pendidikan yang dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, sehingga pendidikan akan lebih dinamis, pengajaran lebih mantap dan penyajian lebih luas (Danim 1995, hlm. 12). Akan tetapi yang menjadi problem sekarang ini menurut Muhaimin (2005, hlm. 185), adalah bahwa madrasah sebagian besar proses dan hasil pendidikannya masih relatif memprihatinkan terutama dalam rangka mencapai standar kualitas pendidikan secara nasional maupun Internasional. Hal ini dikarenakan tidak adanya profesionalitas dalam menajemen madrasah, serta belum banyak didukung oleh sumber daya internal, baik dalam pengembangan program pendidikan (kurikulum), sistem pembelajaran, sumber daya manusia, sumber dana maupun fasilitas yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor pendidikan yang keberadaannya sangat mutlak dalam proses pendidikan, hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan dari faktor lainnya. Sebagaimana pendapat Mansur yang dikutip oleh Arikunto (1978, hlm. 6), yang menyebutkan bahwa “Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan sarana atau fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan murid. Fasilitas yang tesedia turut menentukan pilihan metode mengajar”.
  • 5. 5 Proses belajar mengajar akan semakin efektif dan berkualitas bila ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan demikian tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan dapat dikatakan proses pendidikan kurang berarti. Untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan secara optimal maka perlu adanya suatu manajemen agar tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat tercapai secara sempurna. Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan mampu mendayagunakan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal di atas, Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur ini merupakan madrasah yang letak geografisnya berada di daerah pedesaan. Di mana sarana dan prasarananya ditenggarai belum optimal, hal ini tentu saja akan berpengaruh pada proses pembelajaran dan mutu pendidikan. Realitas di atas memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat dan mendeskrifsikan kondisi reel yang ada di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur ini. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis sangat tertarik sekali untuk mengadakan penelitian tentang ” Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana (Studi Pada Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur)”. Rumusan Masalah
  • 6. 6 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar penelitian mempunyai ruang lingkup permasalahan yang jelas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur? 2. Bagaimana Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur? Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak meluas dan melebar sehingga tidak mencapai apa yang menjadi tujuan utamanya serta menghindari kesalahan pemahaman yang mungkin terjadi, maka penelitian ini hanya dibatasi pada Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana (Studi Pada Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung) yang berada di Kabupaten OKU Timur serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menerapkan Manajemen Sarana dan Prasarana. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan : 1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. 2. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur.
  • 7. 7 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan atau pedoman keilmuan dan pengetahuan tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan agar dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan: 1. Memberikan informasi kepada praktisi pendidikan tentang manajemen sarana dan prasarana pendidikan. 2. Mengidentifikasi implementasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Menganalisis sejauh mana optimalisasi penerapannya serta adakah pengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. 3. Menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai objek kajian ilmiah lebih lanjut, serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. 4. Menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pemenuhan persyaratan, untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang. Tinjauan Pustaka Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, berikut dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang Manajemen, diantaranya: Syarnubi Som dengan judul tesisnya ”Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Pada Madrasah Aliyah Negeri di Sumsel”. Adapun isi dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Syarnubi Som
  • 8. 8 membahas tentang Perbedaan keempat MAN tersebut (MAN 3 Palembang, MAN 2 Palembang, MAN Sekayu, MAN 1 Lubuk Linggau) dalam menerapkan MBS. Dari sembilan madrasah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan MBS maka hanya empat madrasah yang dijadikan sebagai objek penelitian dengan persentase eksploratif dan menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, dokumentasi, dan wawancara. Dari hasil pengelolaan data yang menggunakan teknik menunjukkan persentase yang beragam dalam melakukan school based management MAN 2 Palembang 90%, MAN 1 Lubuk Linggau 40%, MAN 3 Palembang 50%, MAN Sekayu 80%. Secara murni masing-masing madrasah belum memiliki sumberdana penunjang di luar dana siswa, kecuali MAN 3 Palembang. MAN 3 Palembang memiliki PSBB da gedung serbaguna sebagai sumberdana yang mengalir secara rutin tetapi dana tersebut belum sepenuhnya diperuntukkan bagi kesejahteraan guru. Analisis pada tesis yang ditulis oleh Syarnubi Som menggunakan ”t” test diketahui bahwa antara MAN 2 Palembang dan MAN 3 Palembang, MAN Sekayu, MAN 1 Lubuk Linggau tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam melaksanakan MBS. Tidak terdapat perbedaan dalam arti sama-sama belum melaksanakan manajemen pendidikan berbasis sekolah secara optimal. Ridwan (2012) dengan judul tesisnya: “ Efektifitas Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Memanajemen Madrasah Tsanawiyah Subulussalam yang berada di Kabupaten OKU Timur”. Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang. Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka disimpulkan pertama, manajemen Madrasah Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan melaksanakan beberapa fungsi manajemen meliputi: Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Kedua, gaya kepemimpinan yang ada di Madrasah
  • 9. 9 Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur adalah lebih dominan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dalam pengambilan keputusan yang mendesak, gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya kepemimpinan otokrasi atau otoriter. Ketiga, gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam memanajemen Madrasah Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur dapat dikatan sangat baik dengan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter dapat mendorong guru dan staf mencapai tujuan yang ada, yang pada akhirnya berdampak pada hasil perencanaan yang telah ada dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan manajemen (perencanaan, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan) yang terapkan oleh kepala sekolah, sehingga segala kegiatan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Subulussalam Sriwangi yang berjalan lebih efektif dan efisien. Belmo, Karolus (2012), dengan judul tesisnya ”Manajemen Sarana dan Prasarana Pada Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Multi Situs di SMK Negeri 2 Belu dan SMK Negeri Kakuluk Mesak)”. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Proses manajemen sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan, terdiri dari beberapa langkah: a) perencanaan sarana dan prasarana dilakukan oleh pemerintah dan pihak sekolah; (b) pengadaan sarana dan prasarana berasal dari bantuan pemerintah dan komite sekolah berupa dana imbal swadaya, BOMM, dana rutin, dan dana komite; (c) inventarisasi sarana dan prasarana dilakukan oleh tim inventaris dengan cara: membuat pencatatan, membuat pengkodean barang, dan membuat laporan; (d) pemakaian sarana dan prasarana oleh seluruh pihak sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan petunjuk teknis pemakaian dan pendampingan dari para guru;
  • 10. 10 (e) pemeliharaan sarana dan prasarana dengan cara: pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan yang sifatnya pencegahan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat; (f) penghapusan sarana dan prasarana dari buku inventaris barang, terdiri dari: barang-barang yang sudah tua atau rusak berat, barang yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, barang yang hilang, dan barang-barang yang cepat habis dipakai. (2) Faktor penghambat dalam manajemen sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan terdiri dari: (a) faktor penghambat internal berasal dari peserta didik dan guru; (b) faktor penghambat eksternal berasal dari pemerintah. (3) Jenis-jenis sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan, terdiri dari: (a) prasarana pendidikan, meliputi: tanah sekolah, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan olahraga, pagar sekolah, sumber listrik, genset, kantor sekolah, wc/kamar mandi, asrama siswa, jalan menuju sekolah, kantin sekolah; (b) sarana pendidikan, yaitu: ruang dan perabot ruang pembelajaran, perabot kantor, alat praktik umum penunjang pembelajaran, dan alat praktik kejuruan utama. (4) Strategi mengatasi hambatan dalam manajemen sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan, terdiri dari: (a) peserta didik: pihak sekolah memberi himbauan dan sanksi untuk menciptakan rasa tanggung jawab merawat dan menjaga fasilitas pendidikan; (b) guru: kepala sekolah memberi himbauan melalui rapat guru, pertemuan kelompok kecil menurut mata diklat, supervisi dan evaluasi agar bertanggung jawab dalam merawat dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan; (c) pemerintah: pihak sekolah (kepala sekolah) bertemu langsung Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga untuk memberi himbauan agar merespon proposal pengadaan sarana dan prasarana yang dibuat. Selanjutnya Joko Santoso, dengan judul ”Hubungan Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Dampak Sertifikasi Guru, Iklim Sekolah, dan Motivasi Berprestasi Guru dengan Kinerja Guru pada SMK Negeri di Malang Raya”. Disertasi, Program
  • 11. 11 Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, tahun 2013. Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoretis dalam memberikan kejelasan dalam memperkuat teori-teori yang telah dipergunakan sebagai dasar pengajuan model penelitian ini. Sebagian besar hubungan variabel yang diteliti mendukung teori yang telah dikembangkan peneliti-peneliti terdahulu, dan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya terkait dengan guru. Hasil penelitian ini memberikan implikasi secara praktis terhadap upaya peningkatan kinerja guru, dalam kaitanya dengan manajemen sarana dan prasarana sekolah, dampak sertifikasi guru, iklim sekolah, motivasi berprestasi guru, dan kinerja guru bagi guru-guru SMK Negeri di Malang Raya. Siti Rahmah (2011), judul tesisnya “Manajemen Sarana dan Prasarana Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) di SMA Negeri 2 Lubuk Linggau (Penelitian deskriptif Kualitatif di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Lubuklinggau)”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk adalah mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau apakah sudah memenuhi criteria rintisan sekolah standar nasional. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1) untuk mendeskripsikan perencananaan pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 2. untuk mendeskripsikan proses pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 3) untuk mendeskripsikan inventarisasi sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 4) untuk mendeskripsikan pemanfataan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 5) untuk mendeskripsikan
  • 12. 12 pemeliharaan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, 6) untuk mendeskripsikan penghapusan sarana dan prasarana di SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Alasan memilih metode ini adalah berlatar pada unsure alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat peneliti yang memanfaatkan metode kualitatif dengan data yang dianalisis secara induktif. Simpulan secara umum bahwa SMA Negeri 2 Lubuklinggau telah berusaha melaksanakan manajemen sarana dan prasarana sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional republic Indonesia. Dari beberapa penelitian terdahulu setidaknya memiliki bagian yang sama dalam topiknya yaitu tentang Manajemen Sarana dan Prasarana, namun penelitian yang akan penulis teliti lebih fokus pada pada Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana dalam meningkatkan Kualitas pendidikan, dimana lokasi penelitian bertempat di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Definisi Konseptual Dari judul yang penulis paparkan memiliki beberapa istilah penting yang bersifat konseptual dan memungkinkan memiliki pengertian yang luas. Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang spesifik dan menghindari multi interpretasi, maka perlu ditegaskan beberapa penggunaan istilah dalam judul penelitian ini. Sesuai dengan fokus penelitian ini, ada tiga istilah yang perlu didefinisikan, yaitu : Implementasi, Manajemen, Sarana dan Prasarana. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan : pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu (Tim Penyusun 2005, hlm. 427).
  • 13. 13 Sedangkan menurut Susilo (2007, hlm. 174), implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Pengertian manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut (Hasibuan 1990, hlm. 2). Sarana pendidikan meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh : gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga, dan lain-lain (Tim Dosen 1989, hlm. 135). Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara tidak lagsung menunjang proses belajar-mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh : jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya (Tim Dosen 1989, hlm. 135). Kerangka Teori Dalam kerangka teori penulis akan kemukakan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar untuk membahas tentang Implementasi Manajemen Sarana Prasarana (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur). Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa bertukar pikir untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien antara lain disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa serta kurangnya minat dan kegairahan salah satu usaha untuk mengatasi keadaan
  • 14. 14 tersebut dengan penggunaan sarana prasarana pendidikan secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar (Basyiruddin Usman dan Asnawi 2002, hlm. 13). Suatu lembaga atau institusi pendidikan dikatakan maju apabila mempunyai sarana dan prasarana yang memadai berkaitan dengan proses pendidikan ataupun akademik, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan proses pendidikan seperti gedung, ruang belajar/kelas, alat- alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian dari manajemen yang ada di lembaga pendidikan, sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu organisasi, institusi ataupun lembaga pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka proses pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Mulyasa (2004, hlm. 49), menyebutkan bahwa sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun prasarana pendidikan ialah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, jalan menuju tempat belajar, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman digunakan untuk pengajaran biologi, halaman sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Nawawi sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2004, hlm. 3), mengklasifikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam, yaitu ditinjau dari sudut: (1) habis tidaknya dipakai (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan dan (3) hubungannya degan proses belajar mengajar. a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
  • 15. 15 Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama 1) Sarana pendidikan yang habis dipakai Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat seperti kapur tulis, spidol, penghapus dan sapu, serta beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah bentuk misalnya kayu, besi, dan kertas karton. Adapun contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah pita mesin tulis, bola lampu, dan kertas. Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya. 2) Sarana pendidikan yang tahan lama Sarana pendidikan yang tahan lama yaitu keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama seperti bangku, kursi, mesin tulis, komputer dan peralatan olah raga. b. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan 1) Sarana pendidikan yang bergerak Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan keutuhan pemakaiannya seperti lemari arsip, bangku dan kursi yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja. 2) Sarana pendidikan yang tidak bergerak Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak yaitu semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan seperti tanah, bangunan, sumur dan menara serta saluran air dari PDAM/semua yang berkaitan dengan itu seperti pipanya, yang relative tidak mudah untuk dipindahkan ketempat-tempat tertentu.
  • 16. 16 c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar seperti kapur tulis, spidol (alat pelajaran), alat peraga, alat praktik dan media/sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru/dosen dalam mengajar. Kedua sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip dikantor. Sedangkan prasarana pendidikan bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan dan ruang laboatorium. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar seperti ruang kantor, kantin, masjid/mushola, tanah, jalan menuju lembaga, kamar kecil, ruang usaha kesehatan, ruang guru/dosen, ruang kepala lembaga, dan tempat parker kendaraan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungannya dengan proses belajar mengajar, sarana pendidikan ada 2 yakni sarana pendidikan langsung dan tidak langsung. Sedangkan prasarana pendidikan juga terbagi menjadi 2 yaitu prasarana pendidikan langsung dan tidak langsung. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.053/U/2001, sarana prasarana pendidikan salah satunya adalah: a. Ruang Secara umum jenis ruang ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam : ruang pendidikan, ruang administrasi, dan ruang penunjang. a. Ruang pendidikan
  • 17. 17 Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung kegiatan belajar mengajar teori dan praktek antara lain: a) Ruang teori b) Ruang laboratorium c) Ruang olahraga d) Ruang perpustakaan/media e) Ruang kesenian f) Ruang ketrampilan b. Ruang administrasi Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan kantor/administrasi. Ruang administrasi terdiri dari: a) Ruang kepala sekolah b) Ruang wakil kepala sekolah c) Ruang guru d) Ruang reproduksi/penggandaan e) Ruang tata usaha 3. Ruang penunjang Ruang penunjang berfungsi untuk menampung kegiatan yang mendukung KBM, antara lain: a) Ruang ibadah b) Ruang koperasi sekolah c) Ruang OSIS, Pramuka, PMR d) Ruang bimbingan e) Ruang serbaguna / umum f) Ruang kamar mandi / WC
  • 18. 18 g) Ruang UKS c. Alat dan media pendidikan d. Buku 1) Buku pelajaran pokok (guru dan siswa) 2) Buku pelajaran pelengkap 3) Buku bacaan 4) Buku sumber (referensi). Metode Penelitian Ada lima aspek yang terkait dengan metode penelitian ini, yaitu: pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai Implementasi Manajemen Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena pada umumnya permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori (Sugiyono 2006, hlm. 399). Selain alasan tersebut, peneliti juga mempunyai beberapa pertimbangan- pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
  • 19. 19 berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola- pola nilai yang dihadapi (Moleong 2004, hlm. 10). Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong 2004, hlm. 9). Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa Implementasi Manajemen Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan mendalam. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data-data yang disajikan dalam bentuk verbal (kata-kata), bukan dalam bentuk angka statistik yang biasa disebut data kuantitatif. Adapun Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto 2002, hlm. 107). Sedangkan menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong ( 2004, hlm. 157), menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  • 20. 20 1. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam (indept interview) dan observasi partisipasi. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara mendalam dilakukan kepada unsur guru sebanyak 4 orang, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari informan di lapangan, seperti dokumen. Dokumen tersebut dapat berupa buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa dokumen sekolah di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah pertama, metode purposive sampling, Menurut Sugiyono (2006, hlm. 300) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana serta Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Kedua, metode snowball sampling, menurut Sugiyono (2006, hlm. 300) menyatakan bahwa snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
  • 21. 21 karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini apabila informasi yang diperoleh dianggap belum lengkap, maka peneliti akan mencari informan lain yang dianggap lebih menguasai dari permasalahan tersebut. Misalnya dengan komite sekolah atau pihak-pihak lain yang berkompeten. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Partisipatif Dengan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Susan Stainback dalam Sugiyono (2006, hlm. 331) menyatakan “in participant observation the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” maksudnya dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Berkaitan dengan observasi ini, peneliti menggunakan metode partisipasi pasif (passive participation), jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang
  • 22. 22 diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka. Partisipasi pasif yang dilakukan oleh peneliti adalah menekankan fokus dari permasalahan yaitu mendengarkan informasi dari para guru, pegawai di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, kemudian melakukan pengamatan terhadap implementasi Manajemen Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. 2. Wawancara Mendalam (In Dept Interview) Wawancara menurut menurut Hadi (2004, hlm. 217), mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan suaranya dengan telinga. Wawancara merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes. Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam, selama melakukan observasi peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada didalamnnya. 3. Studi Dokumentasi Menurut Arikunto (2002, hlm. 206) studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kantor, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Sedangkan menurut Sugiyono (2006, hlm. 329) mengemukakan bahwa studi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
  • 23. 23 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Akan tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen- dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh peneliti awal. Peneliti harus memahami prosesnya secara utuh dan rinci, bukan pemahaman yang parsial atau sebagian. Salah satu perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif adalah proses analisisnya. Dalam penelitian kuantitatif antara pengumpulan data dan analisis data merupakan proses yang terpisah dimana setelah semua data terkumpul maka baru diadakan analisis, sedangkan dalam penelitian kualitatif proses analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban informan yang diwawancarai. Apabila jawaban informan, setelah dianalisis dianggap belum lengkap,
  • 24. 24 maka peneliti akan melanjutkan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai tahap tertentu diperoleh data yang lebih kredibel (Sugiyono 2006, hlm. 337). Miles dan Huberman (1974) sebagaimana dikutip oleh H.B Soetopo (2002, hlm. 94) menyatakan bahwa, ”Terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis), dan (2) model analisis interaktif.” H.B Soetopo (2002, hlm. 94) mengemukakan bahwa,”Proses analisis yang tiga komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data, merupakan model analisis jalinan.” Sedangkan model analisis interaktif menurut pendapat H.B Soetopo (2002, hlm. 95),”Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitianya. Proses ini disebut sebagai model analisis interaktif.” Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif. Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang akan ditempuh oleh peneliti, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasan dari langkah-langkah tersebut, yaitu: 1. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik pengumpulan. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara, observasi, dokumentasi atau arsip. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih mementingkan makna, hal ini sebagimana diungkapkan H.B Soetopo (2002, hlm. 48) bahwa, ”Penelitian kualitatif yang lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya jumlah (dalam bentuk angka) dan cara memandang atau perspektifnya.” Pengumpulan data
  • 25. 25 masih akan dilakukan jika data yang diperlukan belum memadai, dan pengumpulan data akan dihentikan jika data yang diperlukan sudah didapatkan. 2. Reduksi Data Dalam pengumpulan data, peneliti akan mendapatkan berbagai informasi yang diperoleh dari sumber data atau informan. Data yang telah dikumpulkan tidak semua dibutuhkan oleh peneliti, untuk itu data-data yang tidak mendukung dalam penelitian, maka data tersebut harus direduksi atau dihilangkan. Dalam reduksi data, maka peneliti harus mengkaji lebih cermat data atau informasi apa yang kurang, informasi apa yang perlu ditambahkan, sehingga peneliti kegiatan pengumpulan data akan dilakukan lagi oleh peneliti untuk mendapatkan atau melengkapi informasi. 3. Penyajian data Sajian data dilakukan setelah pengumpulan data dan reduksi data. Sajian data pada dasarnya merupakan menampilkan hasil pengumpulan data yang sudah direduksi dan menyajikan informasi secara sistematis dan dideskripsikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan. H.B Soetopo (2002, hlm. 92) mengemukakan bahwa,”Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.” 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data disajikan dalam bentuk narasi. Sajian dalam bentuk materi sangat memudahkan peneliti untuk membaca, memahami terhadap berbagai hal yang telah disusun secara sistematis kemudian menariknya dalam suatu kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan agar kesimpulan yang diambil cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data secara cepat.
  • 26. 26 Pengumpulan data masih diperlukan jika informasi yang diharapkan atau informasi yang dianggap penting belum diperoleh. Teknis Penulisan Teknis penulisan yang dipakai dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Tesis, yang diterbitkan oleh Program Pascasarjana (PPs) IAIN Raden Fatah Palembang dan buku-buku pedoman penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Sistematika Pembahasan Tesis ini secara keseluruhan terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh, menyeluruh dan terpadu maka susunan bab per babnya disistematiskan sebagai berikut: Bab 1 berisi pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan secara umum seluruh isi tesis, meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2 berisi tentang landasan teori yang terdiri dari antara lain, Pertama tinjauan mengenai Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan yang meliputi pengertian Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana, Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan, Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Prinsip- Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Macam-Macam Sarana Prasarana Pendidikan, Kedua, tinjauan mengenai Kualitas Pendidikan di sekolah yang meliputi antara lain Pengertian Kualitas Pendidikan, Aspek-aspek Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kualitas Pendidikan dalam
  • 27. 27 Perspektif Islam, Upaya-upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan, dan Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Bab 3 menguraikan tentang kondisi objektif Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Dalam bab ini dikemukakan hal-hal penting yang berkenaan dengan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, meliputi : Sejarah singkat perkembangan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, Keadaan Gedung Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, Visi dan Misi Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur, dan daftar guru, pegawai tata usaha, dan daftar jumlah siswa per program keahlian. Bab 4 Hasil penelitian (Deskripsi Permasalahan Penelitian) yang meliputi : Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur dan Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana di Aliyah Al-Ikhlas Pemetung Basuki Kecamatan BP. Peliung Kabupaten OKU Timur. Bab 5 penutup merupakan bagian akhir laporan penelitian ini yang memuat kesimpulan, implikasi dan saran. Pada bagian paling akhir dicantumkan referensi sebagai rujukan penulisan, dan lampiran-lampiran.
  • 28. 28 BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien. Jadi pengertian manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut (Hasibuan 1990, hlm. 2). Menurut Harold Kontz dan Cyril O‟Donnel (1972), sebagaimana dikutip oleh Marno dan Supriyanto (2008, hlm. 1), manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan, dan pengendalian. Sedangkan menurut Mulyono (2008, hlm. 8), manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Secara lebih rinci pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisir dalam rangka mencapai tujuan.
  • 29. 29 2. Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin. 3. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispliner dengan menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi dan lain-lain. 4. Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum, dan sebagainya. 5. Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan (Mulyono 2008, hlm. 19). Dengan demikian, jika dikaitkan dengan pendidikan adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan evaluasi dalam kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk peserta didik yang berkualitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga, dan lain-lain. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang proses belajar-mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya(Tim Dosen Malang: IKIP, 1989, hlm. 135). Definisi di atas hampir sama dengan pendapat Tholib Kasan (Tholib Kasan 2007, hlm. 91), sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan
  • 30. 30 pendidikan misalnya: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium, dan sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya (Tholib Kasan 2007, hlm. 91). Menurut Suharsimi Arikunto (1990, hlm. 82), sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Dari pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan di atas secara sederhana dapat dipahami bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka pada hakikatnya menajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah (Ali Imron at.al 2003, hlm. 85). Sedangkan menurut Mulyono (2008, hlm. 184), manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan serta continue terhadap benda- benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bisa diartikan sebagai proses pengurusan mulai dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana
  • 31. 31 madrasah perlu dilakukan secara profesional agar semua sarana dan prasarana yang tersedia pada lembaga pendidikan madrasah bisa digunakan untuk mendukung efektivitas pencapaian target pembelajaran, serta pengembangan madrasah secara kelembagaan (Djamas 2005, hlm. 182). Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap benda- benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana Pendidikan Klasifikasi sarana pendidikan menurut Nawawi sebagaimana dikutip oleh Bafadal (2003,hlm. 2) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : 1. Ditinjau Dari Habis Tidaknya Dipakai Bila dilihat dari habis pakai tidaknya dipakai, ada dua jenis sarana pendidikan, yaitu : a) Sarana Pendidikan Yang Habis Pakai Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh: kapur tulis yang biasa digunakan oleh guru dan siswa dalam pelajaran, apabila dipakai sekali atau beberapa kali bisa habis pakai atau berubah sifatnya. b) Sarana Pendidikan Yang Tahan Lama Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Contoh : bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olahraga. 2. Ditinjau Dari Bergerak Tidaknya
  • 32. 32 Bila dilihat dari bergerak tidaknya, ada dua jenis sarana pendidikan, yaitu : a) Sarana Pendidikan Yang Bergerak Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Contoh : bangku sekolah yang dapat digerakkan atau dipindah ke mana saja sesuai dengan kebutuhan. b) Sarana Pendidikan Yang Tidak Bergerak Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Contoh : suatu sekolah yang telah memiliki saluran Perusahaan daerah Air Minum (PDAM). Semua yang berkaitan dengan itu relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu. 3. Ditinjau Dari Hubungan Dengan Proses Belajar Mengajar Dalam hubungannya dalam proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan, yaitu : a) Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Contoh : kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lain yang digunakan guru dalam mengajar. b) Sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar. Contoh : almari arsip di kantor sekolah. Menurut Suharsimi Ari Kunto (1979) sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto (2004, hlm. 114-115) sarana pendidikan jika ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar ,mengajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Alat Pelajaran Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Contoh : buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktek.
  • 33. 33 2. Alat Peraga Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai kepada yang konkret. 3. Media Pelajaran Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Adapun menurut keputusan menteri P dan K no. 079/175, sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu : a) Bangunan dan perabot sekolah b) Alat pelajaran yang terdiri dari, pembukuan dan alat-alat peraga, dam laboratorium. c) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audio-visual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil (Daryonto 1998, hlm. 51). Sedangkan Nurhayati Djamas (2005, hlm 91), mengatakan bahwa sarana pendidikan jika ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar maka sarana pendidikan dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Alat Pelajaran Alat pelajaran adalah alat atau benda yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses pembelajaran. Alat pelajaran terdiri dari:
  • 34. 34 a) Buku-buku. Buku perpustakaan, buku pegangan guru, buku paket pelajaran untuk siswa. b) Kamus-kamus, kitab suci Al-Qur‟an dan lain-lain. c) Alat-alat peraga Alat-alat peraga adalah semua alat yang digunakan oleh guru pada waktu mengajar, baik sifatnya tahan lama dan disimpan di madrasah maupun yang diadakan seketika oleh guru pada jam digunakan. Misalnya: air sebagai alat peraga dalam pelajaran IPA materi air, buah-buahan dalam materi IPA atau kesehatan. Alat peraga yang tahan lama misalnya bangun-bangun geometri dalam pelajaran matematika, peta atau globe, gambar pahlawan dan lain-lain. d) Alat-alat praktek Alat-alat praktek adalah semua alat yang ada dalam laboratorium, bengkel kerja dan ruang praktek olahraga, keterampilan memasak, menjahit dan lain-lain. e) Alat tulis menulis Alat tulis menulis dalam proses pembelajaran meliputi papan tulis, buku tulis, pencil, pulpen, kapur tulis, spidol, mesin tulis (mesin tik manual, komputer) dan lain-lain. 2. Media Pendidikan Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat medorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak.
  • 35. 35 Memperhatikan apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan mereka dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai dengan yang menjadi tujuan program instruksional bersangkutan. Jenis-jenis media pendidikan yaitu: a) Media audio (media untuk pendengaran) contoh: radio, tape recorder. b) Media visual (media untuk penglihatan), contoh: film, graft, globe, spanduk, tabel, poster, papan buletin, OHV dan lain-lain. c) Media audio-visual (media untuk pendengaran maupun penglihatan) contoh: TV, VCD, film bunyi dan gerak (Djamas 2005, hlm. 183-185). Prasarana Pendidikan Adapun parasarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut : 1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar. Contoh : ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan, ruang laboratorium, dan sebagainya. 2. Prasarana pendidikan ynag keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Contoh : ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan (Bafadal 2003, hlm. 3). Suharsimi Ari Kunto (1990, hlm. 114), mengatakan bahwa prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperanan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung. Lebih lanjut Nurhayati Djamas (2005, hlm. 185-187), mengatakan bahwa prasarana pendidikan semua fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk
  • 36. 36 mencapai tujuan pendidikan secara tidak langsung dapat disebut sebagai prasarana pendidikan. Prasarana pendidikan dapat dibedakan atas: 1. Bangunan Madrasah Bangunan madrasah terdiri dari kelompok ruang-ruang: a) Ruang teori atau kelas: (1) Ruang laboratorium (2) Ruang khusus/bidang studi (3) Ruang keterampilan/bengkel (4) Ruang perpustakaan (5) Ruang serbaguna/aula (6) Ruang belajar b) Ruang administrasi/kantor (1) Ruang kepala madrasah (2) Ruang wakil kepala madrasah (3) Ruang guru-guru (4) Ruang sidang (5) Ruang tata usaha (6) Ruang tamu/piket (7) Ruang arsip/dokumentasi (8) Ruang pengadaan/reproduksi (9) Ruang/gudang tata usaha c) Ruang penunjang (1) Ruang UKS/PMR (2) Ruang BP/BK (3) Ruang OSIS (4) Ruang kantin/koperasi (5) Ruang masjid/musholla (6) Ruang ganti/KM/WC (7) Ruang penjaga madrasah (8) Gardu jaga (9) Bangsal kendaraan d) Prasarana lingkungan/infrastruktur (1) Jalan/jembatan masuk madrasah (2) Lapangan (upacara, olah raga) (3) Halaman (parkir, taman, kebun) (4) Saluran air (5) Resapan air (6) Sumur/pompa/menara air
  • 37. 37 2. Perabot Madrasah Perabot madrasah atau lazim disebut mebeler madrasah adalah segala perlengkapan yang tidak terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Artinya bukan alat yang dipakai oleh pengajar untuk menjelaskan konsep atau sarana yag di pakai oleh siswa untuk dapat menerapkan suatu konsep atau memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu, melainkan sebagai perlengkapan penunjang. Jenis perabot madrasah misalnya: meja belajar, kursi, lemari buku, meja dan kursi guru, papan tulis, meja tamu, percetakan dan lain-lain (Djamas 2005, hlm. 185-187). Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Lebih lanjut Bafadal menyebutkan (2003, hlm.5), secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan sekolah dan dengan dana yang efisien. 2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien. 3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.
  • 38. 38 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen sarana dan prasarana adalah supaya perencanaan, pengadaan, pemakaian, dan pemeliharaan sarana dan prasarana dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Agar tujuan-tujuan dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat tercapai, menurut Ali Imron at.al (2003, hlm. 5-6), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud sebagai berikut: a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian proses belajar mengajar; b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah, dan pemakaiannya pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi keborosan; c. Prinsip administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwewenang; d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak. e. Prinsip kekohesifan, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.
  • 39. 39 Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah/madrasah harus diperhatikan, agar tujuan dari sarana dan prasarana dapat dicapai yang meliputi: tujuan, efisiensi, administratif, tanggung jawab, dan kekohesifan. Manajemaen Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta didik yang menuntut pendidikan. Sekolah berfungsi sebagai tempat pembinaan dan pengembangan semua potensi individu terutama pengembangan potensi fisik, intelektual dan moral peserta didik. Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang memperoleh status selalu dalam ikatannya dengan sekolah. Sedangkan guru adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat sebagai pengajar peserta didik. Selain guru dan peserta didik, sarana dan prasarana juga merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam proses pembelajaran. Tanpa itu pendidikan tidak akan tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Sarana dan prasarana tidak akan berjalan tanpa adanya manajemen yang baik. Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun peserta didik untuk berada di lingkungan sekolah.
  • 40. 40 Adapun pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada dasarnya meliputi: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan. 1. Perencanaan Suatu kegiatan manajemen yang baik tentu diawali dengan suatu perencanaan yang matang dan baik. Perencanaan dilakukan demi menghindarkan terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan progam pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Keefektifan suatu perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat dinilai atau dilihat dari seberapa jauh pengadaannya itu dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dalam periode tertentu. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip: a) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual. b) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan. c) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran. d) Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya (Ibrahim Bafadal 2003, hlm. 27). R. Freedman sebagaimana dikutip Gunawan (1996, hlm. 117), yang mengartikan rencana/ perencanaan sebagai pengetrapan secara sistematik daripada pengetahuan yang
  • 41. 41 tepat guna untuk mengontrol dan menentukan arah kecenderungan perubahan, menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut tersirat dua fungsi pokok dari perencanaan, yaitu: a) Suatu rencana/perencanaan dapat digunakan untuk mengontrol setiap langkah kegiatan pekerjaan. b) Bila terpaksa terjadi hambatan/kendala, demi tetap tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka rencana/perencanaan dapat digunakan untuk memberi arah perubahan seperlunya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan sarana dan prasarana dilaksanakan untuk memudahkan kegiatan pengadaan barang sesuai dengan anggaran yang tersedia di sekolah. 2. Pengadaan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya merupakan usaha merealisasikan rencana pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun sebelumnya. Setiap usaha untuk mengadakan sarana dan prasarana tidak dapat dilakukan sendiri oleh kepala sekolah atau bendahara. Usaha pengadaan harus dilakukan bersama akan memungkinkan pelaksanaannya lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas (Gunawan 1996, hlm. 135). Dalam pengadaan sarana dan prasarana perlu diperhatikan segi kualitas dan kuantitas, juga diperhatikan prosedur atas dasar hukum yang berlaku, sehingga sarana yang sudah ada tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008, hlm. 275-276), untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap tertentu:
  • 42. 42 a) Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat- alat/media apa yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guru-guru bidang studi. b) Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya. Kebutuhan lain dapat dipenuhi pada kesempatan lain. c) Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan reinventarisasi. Alat yang perlu diperbaiki atau diubah disendirikan untuk diserahkan kepada orang yang dapat memperbaiki. d) Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak. e) Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin maupun non rutin. Jika suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah dan ska-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan macam alat/media yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yang disetujui. f) Menunjuk seseorang untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan sebaiknya mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan, berkomunikasi, kejujuran dan tidak hanya seorang Jadi dapat disimpulkan bahwa pengadaan sarana dan prasarana sekolah sebelumnya harus dilaksanakan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian
  • 43. 43 sarana dan prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana merupakan upaya untuk merealisasikan rencana kebutuhan barang yang telah direncanakan sebelumnya. 3. Inventarisasi Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendiddikan di sekolah adalah mencatat semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Lazimnya, kegiatan pencatatan semua sarana dan prasarana disebut dengan istilah inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Secara definitif, inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku (Ibrahim Bafadal 2003, hlm. 55). Adapun kegiatan inventarisasi meliputi dua hal, yaitu pencatatan perlengkapan, pembuatan kode barang dan pelaporan barang. a) Pencatatan perlengkapan Tugas dari pengelola mencatat semua perlengkapan yang ada dalam buku inventaris baik itu barang yang bersifat inventaris maupun non inventaris. Barang inventaris, seperti meja, bangku, papan tulis dan sebagainya. Sedangkan barang non inventaris, seperti barang-barang yang habis dipakai: kapur tulis, karbon, kertas dan sebagainya. b) Pembuatan kode barang Kode barang merupakan sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang. Dan tujuannya untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan, baik dilihat dari segi kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya (Gunawan 1996, hlm. 141). c) Pelaporan barang
  • 44. 44 Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya (Ibrahim Bafadal 2003, hlm.61). Dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan inventaris sarana dan prasarana pendidikan di sekolah diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan uang, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. 4. Penyimpanan Ada beberapa prinsip manajemen penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah menurut Daryanto (1998, hlm. 52-53): a) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga. b) Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat. c) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. d) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu dipergunakan. e) Harus diadakan inventarisasi secara berkala f) Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peralatan dan perlengkapan yang ada di lembaga pendidikan/sekolah harus disimpan dengan baik dan penuh tanggung jawab sehingga sewaktu-waktu diperlukan dalam keadaan baik dan siap digunakan. 5. Penataan
  • 45. 45 Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan penataan sehingga fungsional, aman dan atraktif untuk keperluan proses pembelajaran di sekolah. Secara fisik sarana dan prasarana harus menjamin adanya kondisi higienik dan secara psikologis dapat menimbulkan minat belajar. Hampir dari separuh waktunya peserta didik belajar dan bermain di sekolah. Karena itu lingkungan sekolah (sarana dan prasarana) harus aman, sehat dan menimbulkan persepsi positif bagi peserta didik (Tim Dosen 2003, hlm. 127-128). 6. Penggunaan Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua penggunaan harus ditujukan semata-mata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun, prinsip efisiensi adalah, penggunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua sarana dan prasarana yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang. 7. Pemeliharaan/perawatan Program pemeliharaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, melestarikan kerapian dan keindahan, serta menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan. Program pemeliharaan/perawatan ini dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut ini: a) Membentuk tim pelaksana perawatan di sekolah. b) Membuat daftar sarana dan prasarana, termasuk seluruh perawatan yang ada di sekolah.
  • 46. 46 c) Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan fasilitas sekolah. d) Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing- masing bagian di sekolah. e) Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah (Mujamil Qomar hlm. 175). Kegiatan pemeliharaan/perawatan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah siap pakai dalam proses pembelajaran. 8. Penghapusan Penghapusan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga dari daftar inventaris berdasarkan peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku. Adapun tujuan dari penghapusan barang yaitu; mencegah atau membatasi kerugian terhadap barang yang memerlukan dana besar dalam pemeliharaannya, mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang tidak berguna lagi, membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan, meringankan beban inventarisasi. Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih syarat-syarat berikut ini: a) Dalam keadaan rusak berat, yang tidak mungkin diperbaiki lagi. b) Perbaikan akan menelan biaya besar. c) Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan. d) Tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang. e) Barang kelebihan, jika disimpan dalam jangka yang lama akan rusak.
  • 47. 47 f) Ada penurunan efektivitas kerja. g) Dicuri, terbakar atau musnah akibat bencana alam (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2008. hlm. 281-282). Penghapusan atau penyingkiran barang dapat melalui tahap-tahap berikut ini: a) Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan. b) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan ditinjau dari segi nilai uang. c) Membuat perencanaan. d) Membuat surat pemberitahuan terhadap barang-barang yang akan dihapus. e) Mengadakan lelang, hibah, membakar dan sebagainya f) Disaksikan oleh atasan. g) Membuat berita acara tentang pelaksanaan penghapusan Dapat disimpulan, dengan adanya penghapusan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah akan mengurangi; biaya pemeliharaan/ perawatan, meringankan beban kerja inventaris dan membebaskan tanggung jawab sekolah terhadap sarana dan prasarana tersebut. Tindak lanjut dari penghapusan sarana dan prasarana bisa dilelang, hibah, dibakar, dimanfaatkan untuk kepentingan dinas/sosial atau dirumahkan, dan sebagainya. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Peran manajemen sarana dan prasarana pendidikan sangat terkait dengan kondisi dan ukuran sekolah yang bersangkutan. Bagi sekolah yang tergolong kecil, maka sarana dan prasarana pendidikan dapat langsung ditangani oleh kepala sekolah atau ditangani oleh guru yang diberi tugas dalam tersebut. Sedangkan untuk sekolah yang tergolong maju
  • 48. 48 dan besar, maka manajemen sarana dan prasarana pendidikan harus ditangani oleh beberapa pegawai yang ahli dalam bidangnya agar dapat mengelola sarana dan prasarana yang menjadi tanggung jawabnya secara optimal sekaligus dapat menunjang kegiatan pendidikan secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana pendidikan yang menbutuhkan keahlian khusus adalah seperti pengelolaan sarana transportasi, komputer, internet, telepon, listrik, air, perpustakaan, UKS, laboratorium, koperasi, bagian konsumsi/gizi, dan sebagainya. Semakin besar dan maju lembaga pendidikan tentunya semakin banyak sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga membutuhkan manajemen yang memiliki tanggung jawab yang luas dan besar. James J. Jones, at.al sebagaimaan dikutip Tim Dosen Jurusan Administrasi FIP IKIP Malang hlm. 134), bahwa salah satu tanggung jawab seorang kepala sekolah adalah pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Definisi di atas dapat dipahami bahwa orang yang paling berhak dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di madrasah adalah kepala madrasahnya sendiri, kemudian para staf/bidang yang ditunjuk untuk mengurusi dan mengatur proses jalannya manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada madrasah masing-masing. Macam-Macam Sarana Prasarana Pendidikan Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa bertukar pikir untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan
  • 49. 49 efisien antara lain disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa serta kurangnya minat dan kegairahan salah satu usaha untuk mengatasi keadaan tersebut dengan penggunaan sarana prasarana pendidikan secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar (Usman dan Asnawi 2002, hlm. 19). Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.053/U/2001, sarana prasarana pendidikan salah satunya adalah : a. Ruang Secara umum jenis ruang ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam : ruang pendidikan, ruang administrasi, dan ruang penunjang. 1) Ruang Pendidikan Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung kegiatan belajar mengajar teori dan praktek antara lain : (1) Ruang teori (2) Ruang laboratorium (3) Ruang olahraga (4) Ruang perpustakaan/media (5) Ruang kesenian (6) Ruang ketrampilan 2) Ruang Administrasi Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan kantor/administrasi. Ruang administrasi terdiri dari : (1) Ruang kepala sekolah (2) Ruang wakil kepala sekolah (3) Ruang guru (4) Ruang reproduksi/penggandaan (5) Ruang tata usaha 3) Ruang Penunjang
  • 50. 50 Ruang penunjang berfungsi untuk menampung kegiatan yang mendukung KBM, antara lain : (1) Ruang ibadah (2) Ruang koperasi sekolah (3) Ruang OSIS, Pramuka, PMR (4) Ruang bimbingan (5) Ruang serbaguna / umum (6) Ruang kamar mandi / WC (7) Ruang UKS b. Alat dan media pendidikan c. Buku 1) Buku pelajaran pokok (guru dan siswa) 2) Buku pelajaran pelengkap 3) Buku bacaan 4) Buku sumber (referensi). Hubungan antara Sarana Prasarana dengan Kualitas Pendidikan di Sekolah Sarana Prasarana pendidikan sebagai salah satu penunjang keberhasilan pendidikan, yang mengacu pada Standar sarana dan prasarana yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri, seringkali menjadi kendala dalam proses penyelenggaraan pendidikan di Sekolah ( Djamarah, at.al 2000, hlm.6 ). Kendala-kendala yang dihadapi antara lain adalah adanya penyediaan sarana yang belum memadai atau lengkap. Permasalahan sarana dan prasarana sangat penting untuk ditangani lebih serius, karena sangat berpengaruh dalam kelancaran proses belajar mengajar, karena disamping menjadi lebih nyaman, juga sekaligus menjadi media pembelajaran dengan peralatan yang harus disesuaikan termasuk penyediaan fasilitas yang mutlak harus dipenuhi, yang tentunya kesemuanya itu harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan.
  • 51. 51 Standar Sarana Pendidikan Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: a. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. belajar untuk memahami dan menghayati, c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan e. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana.Standar sarana dan prasarana ini untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
  • 52. 52 Sebagaimana yang telah digambarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007, bahwa standar sarana dan prasarana ini mencakup: a. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, b. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Kontribusi Sarana terhadap Kualitas Pendidikan Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang berkualitas, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. Maka dari itu, semuanya harus berjalan dengan seimbang agar kualitas pendidikan dapat terwujud sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sendiri. Meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah merupakan suatu usaha yang selalu dilakukan oleh berbagai pihak dalam dunia pendidikan dan selalu dilakukan dari berbagai sudut pendidikan. Karena sarana dan prasarana pendidikan mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Sehingga jika kontribusi sarana dan prasarana pendidikan baik, maka proses belajar mengajar akan baik pula, dan akhirnya kualitas pendidikan dapat tercapai. Dengan adanya media pendidikan (termasuk sarana dan prasarana pendidikan) mempunyai dampak yang positif menurut Azhar Arsyad (1997, hlm. 2), diantaranya adalah: 1. Pembelajaran/pengajaran lebih menarik
  • 53. 53 2. Pembelajaran lebih interaktif 3. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan 4. Pengajaran dapat ditingkatkan kapan dan di mana saja 5. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif Dalam sistem pendidikan yang baru, di samping dibutuhkan guru-guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, juga diperlukan cara-cara dalam mempergunakan dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan yang ada di madrasah-madrasah. Karena sarana dan prasarana pendidikan tersebut yang sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Alat-alat dan perlengkapan pendidikan atau lebih dikenal dengan sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan demikian tentu saja kepada para guru diisyaratkan agar bisa dan dapat menggunakan perlengkapan tersebut sesuai dengan teknologi modern. Di madrasah yang maju atau yang berada di perkotaan telah digunakan berbagai macam sarana dan prasarana pendidikan untuk semua mata pelajaran dan segi-segi pendidikan. Bahkan dewasa ini telah mulai pula dicobakan penggunaan radio dan televisi pendidikan (Oemar Hamalik 1994, hlm. 3). Dengan guru menguasai dalam menggunaan media pembelajaran, maka siswa akan cepat memahami dan menangkap materi yang telah diberikan oleh guru. Terkadang ada siswa yang lebih cepat paham jika ada alat peraga , jika dibandingkan pemberian materi dengan ceramah tanpa alat peraga atau tidak menggunakan media pembelajaran. Jadi, cukup jelas bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang di dalamnya termasuk media pendidikan sangat penting dan diperlukan untuk kelancaran proses belajar mengajar di madrasah. Dengan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan tersebut, maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga kualitas pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan oleh masing-masing madrasah.
  • 54. 54 Penilaian Kelayakan Sarana Prasarana Pendidikan di Tingkat SMA/MA. Berbicara tentang sarana dan prasarana pendidikan, maka pengertian ini tidak hanya menyangkut gedungnya, akan tetapi termasuk juga berbagai komponen dan fasilitas yang terdapat di sekolah tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Sarana pendidikan merupakan semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yaitu: Pertama, ditinjau dari habis-tidaknya dipakai (sarana yang langsung habis di pakai dan sarana yang tahan lama). Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sarana merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap aktifitas pendidikan, maka keberadaannya merupakan factor penting dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian sarana atau alat adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 140). Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan,
  • 55. 55 ruang laboratorim. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar belajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 86). Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan, ruang laboratorim. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar belajar, tetapi sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan (Abu. Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1990, hlm. 86). Lebih lanjut Roestuyah Nk (1982, hlm. 69), mengatakan dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan. b. Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar mengajar. c. Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana. d. Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang diajarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang “Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)”. Pasal 1 ayat (1): Standar sarana dan prasarana untuk sekolah
  • 56. 56 Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Pasal 2: Penyelenggaraan pendidikan bagi satu kelompok pemukiman permanen dan terpencil yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh 3 (tiga) kilo meter melalui lintasan jalan kaki yang tidak membahayakan dapat menyimpang dari standar sarana dan prasarana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. Pengertian Kualitas Pendidikan Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang berkualitas, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. Maka dari itu, semuanya harus berjalan dengan seimbang agar kualitas pendidikan dapat terwujud sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sendiri. Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry (1994. hlm. 329), dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu”; baik buruknya barang” Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan. Menurut Supranta (1997, hlm. 288), kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono (1995, hlm. 51),
  • 57. 57 menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata kualitas seringkali disamakan dengan kata mutu. Terkadang, ada juga yang membedakan antara keduanya. Sebagaimana Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia (2008, hlm. 295) bahwa ”Mutu adalah gambaran dan karateristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Begitupula orang seringkali berbicara tentang kualitas pendidikan, tetapi yang sebenarnya adalah masih dirasakan kurang jelas pengertian soal itu. Kualitas atau mutu (produk) adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna tanpa kecuali. Produk yang bermutu memiliki nilai dan prestise bagi pemiliknya. Mutu bersinonim dengan kualitas tinggi atau kualitas puncak. Kualitas ini dapat diberikan pada suatu produk atau layanan yang memilki spesifikasi tertentu. Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar (1993, hlm. 159), merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses)
  • 58. 58 belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran. Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UAN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya (Umaedi 1999, hlm. 4). Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan system pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya. Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif.
  • 59. 59 Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang (harapan bangsa). Hal demikian tidak dapat berhasil tanpa dukungan-dukungan dari manajemen yang terdapat di madrasah, salah satunya yaitu manajemen sarana dan prasarana. Secara garis besarnya terdapat kriteria pendidikan yang berkualitas sesuai dengan alam Indonesia, yaitu sebagai berikut: a. Madrasah yang mampu mendidik siswanya berkepribadian luhur, bermoral, bertaqwa, berwawasan nasional dan berkebangsaan.
  • 60. 60 b. Madrasah yang mampu menanamkan secara komprehensif atas keterampilan dasar uuntuk mencapai prestasi akademik berdasarkan kurikulum nasional serta mengembangkan minat dan bakat individu melalui pencapaian prestasi non akademik. c. Madrasah yang mampu menanamkan wawasan lingkungan dan system nilai yang merefleksi sosial kultural religius yang khas Indonesia yang bermuatan pada pemahaman konsep diri atau percaya diri. d. Madrasah yang mampu menjalin kelangsungan hubungan kemitraan yang harmonis dan sehat antara kepala madrasah yang accountable secara administratif dan akademik. e. Madrasah yang mampu menciptakan iklim yang sehat, bersemangat dan bermotivasi tinggi pada semua komunitas sekolah. f. Madrasah yang mampu mengembangkan kreatifitas guru dalam mengajar secara terus menerus melalui evaluasi, perubahan, dan perbaikan pengajaran. g. Madrasah yamg mampu membangkitkan semangat siswa untuk berpartisipasi dan memanfaatkan kompetisi akademik dan non akademik. Aspek-aspek Peningkatan Kualitas Pendidikan Dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, telah banyak sekali langkah- langkah yang dilakukan pemerintah guna memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada masyarakat seluru Indonesia. Diantara apek-aspek yang diprioritaskan pemerintah sebagai langkah utama dalam pilar penguat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, adalah sebagai berikut: a. Masalah kurikulum b. Masalah metode pembelajaran
  • 61. 61 c. Masalah fasilitas atau sarana dan prasarana d. Masalah guru atau tenaga pendidik e. Masalah evaluasi pembelajaran Upaya-upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 memuat cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu, harkat dan martabat seluruh warga negara akan dapat terwujud. Sekolah dan sistem sekolah sebagai suatu lembaga sosial dan pendidikan dipilih dan ditempatkan diantara sistem kelembagaan yang telah ada. Fungsi utama sekolah pada awalnya adalah pengajaran, setidak-tidaknya dalam terminologi. Namun, dalam perkembangannya sekolah berfungsi majemuk dalam pendidikan sebagai intinya. Persoalan jumlah dan siapa yang perlu memperoleh pendidikan kiranya cukup jelas, yaitu semua rakyat pembentuk bangsa Indonesia, sedangkan yang perlu dipikirkan dan diusahakan adalah kualifikasi dan kualitas, kecerdasannya, dan jalan serta cara mencapainya merupakan implikasi pesan utama cita-cita yang diletakkan oleh bapak-bapak pendiri Republik Indonesia dan pengisian pesan tersebut perlu dicari, dikaji, dan terus dikembangkan (Suyata 1998, hlm. 5-6). Kualitas di Indonesia pada saat sekarang dan beberapa tahun ke belakang rendah sekali. Maka dari itu, pemerintah terus berusaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di negara ini. Berbagai cara telah dilakukan, akan tetapi semuanya tidak merubah keadaan. Walaupun demikian, pemerintah tetap berusaha dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Tanggal 2 Mei 2002, Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan bahwa pada tahun 2002 merupakan tahun dimulainya gerakan peningkatan kualitas pendidikan. Dalam mengawali gerakan ini perlu kiranya diawali dengan mereformasi
  • 62. 62 penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sebagai lembaga yang memberikan pelayanan pendidikan apabila menghendaki pendidikan yang bermutu. Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain : a. Peningkatan Profesionalisme Guru Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan agama,perlu ditingkatkan melalui cara-cara antara lain: 1) Mengikuti Penataran Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri ditujukan : (1) Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing. (2) Meningkatkan efisiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal (3) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan (1998, hlm. hlm. 115). 2) Mengikuti Kursus-Kursus Kependidikan 3) Memperbanyak Membaca b. Peningkatan Materi Adapun usaha-usaha yang mungkin dilakukan adalah : 1) Menambah Jam Pelajaran 2) Pengorganisasian Materi 3) Menyesuaikan tingkat materi pendidikan dengan kemampuan siswa serta waktu yang tersedia. c. Peningkatan Sarana
  • 63. 63 Sarana adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Roestiyah NK 1982, hlm. 67). Dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan. 2) Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar mengajar. 3) Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana. 4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang diajarkan (Roestiyah NK 1982, hlm. 69). d. Membangkitkan Motivasi Belajar Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar murid- murid giat dalam belajar. Adapun motivasi yang dapat diberikan kepada siswa, antara lain : 1) Pemberian hadiah 2) Mengadakan persaingan atau kompetisi 3) Selalu mengadakan appersepsi dan evaluasi 4) Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan 5) Pemberian pujian 6) Pemberian minat belajar 7) Pemberian hukuman 8) Adanya suasana belajar yang menyenangkan (S. Nasution 1986, hlm. 81). Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan