SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
   Krisan (Chrysanthemum sp.) di Indonesia dikenal dengan nama krisan atau
seruni.   Krisan   termasuk   famili   Compositae   yang merupakan      keluarga
Dicotyledonae terbesar di mana satu persepuluh bunga di dunia termasuk ke
dalamnya (Perry dan Greenwood dalam Lisan, 2005). Bunga krisan di Indonesia
termasuk bunga potong yang cukup tinggi nilai ekonomisnya sebab memiliki
warna, bentuk dan ukuran yang beragam serta daya simpan yang lama. Selain
berfungsi sebagai bunga potong, krisan dapat pula digunakan sebagai krisan pot.
Krisan pot dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan rangkaian bunga
potong.
   Tanaman krisan umumnya diperbanyak dengan stek pucuk yang berasal dari
tanaman induk. Karena itu pertumbuhan tanaman induk harus diusahakan berada
pada fase vegetatif dan dalam kondisi sehat. Perbanyakan krisan melalui setek
pucuk mempunyai kelemahan yaitu penyediaan bibit yang terbatas dan tejadinya
penurunan kualitas bibit. Hal ini ditandai dengan menurunnya bobot segar dan
diameter batang yang mengecil (De Reuter dalam Lisan, 2005).
   Warna-warni krisan yang elok memang cocok untuk hiasan berbagai acara.
Kesukaan orang terhadap bunga plastik mulai bergeser, dan lebih memilih bunga
segar sebagai hiasan. Biasanya, permintaan bunga krisan mencapai puncak
bertepatan dengan berlangsungnya hari-hari besar, upacara adat, serta hari raya
keagamaan. Selain itu, krisan juga kerap dibutuhkan untuk acara-acara lain, meski
diakui volumenya tidak cukup besar, seperti hiasan untuk ruang seminar,
peluncuran produk, pembukaan gedung maupun lainnya. Sehingga menyebabkan
meningkatkan permintaan konsumen terhadap bunga krisan.
   Pemakaian bibit yang bermutu tinggi dan tersedia dalam jumlah banyak
merupakan langkah yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh
sebab itu salah satu cara yang harus ditempuh adalah penggunaan metode kultur
jaringan. Perbanyakan bibit melalui kultur jaringan bertujuan untuk mendapatkan
2



bibit dalam jumlah besar dan seragam, bebas hama penyakit, waktu relatif singkat
dan tidak tergantung musim (Sriyanti dan Wijayani, dalam Lisan, 2005).
   Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
   Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu
yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit
lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Tahapan yang
dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah
pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi.
   Melalui teknik subkultur, sel atau jaringan tanaman yang diisolasi dari bagian
tanaman, seperti protoplasma, sel atau sekelompok sel, yang selanjutnya disebut
eksplan distimulasi untuk membentuk tanaman secara utuh menggunakan media
dan lingkungan tumbuh yang sesuai (Gunawan, 1988).
   Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan ialah
lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh tersebut meliputi temperatur atau suhu,
ukuran wadah kultur, dan penyinaran (panjang penyinaran, intensitas penyinaran,
dan kualitas sinar). Temperatur memegang peranan yang penting terutama pada
kultur jaringan untuk tujuan pembentukan umbi mikro. Pada kultur-kultur yang
lain, umumnya temperatur berkisar antara 25-280C. Pada penyimpanan plasma
nutfah dalam bentuk pucuk temperatur ruang kultur dapat mencapai hingga 40C.
3



Ukuran wadah yang digunakan mempengaruhi jumlah regenerasi yang terbentuk,
terutama pada tipe regenerasi melalui pucuk adventif dan pucuk aksilar. Jumlah
regenerasi lebih banyak pada wadah kultur yang berukuran lebih besar dalam
periode kultur yang sama.
   Sedangkan panjang atau lama penyinaran umumnya dianjurkan mengikuti
kebutuhan cahaya tanaman di lapangan. Panjang penyinaran dapa berlangsung
sekitar 10-24 jam, biasanya diberikan 16 jam. Nyala dan padamnya lampu dapat
diukur dengan menggunakan timer. Kualitas cahaya yang digunakan dapat
mempengaruhi kemampuan regenerasi. Penelitian kualitas cahaya menunjukkan
bahwa pada kultur tembakau, cahaya biru merangsang pertumbuhan pucuk,
sedangkan cahaya merah merangsang pertumbuhan akar. Namun, yang paling
umum digunakan pada ruang kultur ialah cahaya putih.
   Penyinaran kultur biasanya diberikan dengan menggunakan lampu TL (neon)
atau Fluorescent dengan intensitas berkisar antar 600-1.000 lux. Intensitas yang
tinggi dapat menghambat pembentukkan pucuk dalam kalus. Pedoman yang
digunakan biasanya menggunakan dua buah lampu TL 20 watt dan dipasang pada
ketinggian 40 cm di atas kultur untuk rak yang berukuran lebar 40-50 cm dan
panjang 100 cm.       Intensitas cahaya     yang rendah dapat mempertinggi
embriogenesis dan organogenesis, serta dapat mendorong pertumbuhan dan
pembentukan tunas dan kalus. Sebaliknya pada intensitas yang tinggi proses
tersebut akan terhambat, karena pembentukan kalus maksimum sering terjadi di
tempat yang gelap (Gunawan, 1995).
   Namun biasanya penyinaran lampu TL dalam laboratorium tidaklah merata
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas yang dihasilkan. Oleh karena
itu untuk mengetahui apakah intensitas lampu yang terdapat di laboratorium
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, maka penulis mengadakan studi
dengan melakukan percobaan tentang pengaruh faktor cahaya terhadap
pertumbuhan hasil subkultur tanaman krisan (Chrysanthemum sp.). Sehingga
penulis berinisiatif untuk mengambil judul penelitian:
     “Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman
krisan (Chrysanthemum sp.) hasil subkultur kelima belas”.
4



B. Identifikasi Masalah
   Berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam latar belakang masalah di atas,
maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahnya sebagai berikut.
1. Tanaman krisan banyak diminati konsumen, sehingga perlu diadakan
   perbanyakan bibit yang cepat dan berkualitas.
2. Perbanyakan krisan secara konvensional umumnya melalui stek pucuk
   mempunyai kelemahan yaitu penyediaan bibit yang terbatas dan terjadinya
   penurunan kualitas bibit.
3. Salah satu cara yang harus ditempuh adalah penggunaan metode kultur
   jaringan karena kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
   perbanyakan konvensional.
4. keberhasilan kultur jaringan ditentukan pula oleh faktor lingkungan tumbuh
   yang harus sesuai.
5. Salah satu faktor lingkungan tumbuh ialah cahaya, yang merupakan faktor luar
   terpenting dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan.


C. Pembatasan Masalah
   Kegiatan praktek kerja lapangan dibatasi pada penelitian mengenai:
1. Teknik kultur jaringan tanaman krisan (Chrysanthemum sp.).
2. Pengaruh faktor lingkungan tumbuh terhadap pertumbuhan subkultur tanaman
   krisan (Chrysanthemum sp.) di Laboratorium Pusat Pengembangan Benih
   Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan Lebak Bulus.


D. Rumusan Masalah
   Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan
intensitas   cahaya   terhadap   pertumbuhan   tinggi   tunas   tanaman   krisan
(Chrysanthemum sp.) hasil subkultur kelima belas?”
5



E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap
pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) pada hasil
subkultur kelimabelas.
   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang
bersangkutan dalam penelitian ini, beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
   mengenai teknik kultur jaringan tanaman krisan, dan bagaimana pengaruh
   cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum
   sp.) hasil subkultur kelima belas.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis
   maupun sebagai referensi untuk kajian studi berikutnya.
3. Bagi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, hasil penelitian ini dapat
   memberikan sumbangan pemikiran bagi study atau kajian ilmiah.

More Related Content

What's hot

Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
Ali Babang
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan RaunkierMorfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
Annas Kurniawan
 
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
Repository Ipb
 
66931668 perbanyakan-vegetatif
66931668 perbanyakan-vegetatif66931668 perbanyakan-vegetatif
66931668 perbanyakan-vegetatif
Seno San
 
Bioteknologi Kultur Jaringan
Bioteknologi Kultur JaringanBioteknologi Kultur Jaringan
Bioteknologi Kultur Jaringan
Fierdha Yantie
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Febrina Tentaka
 
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
UlfahNurul11
 

What's hot (8)

Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan RaunkierMorfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
Morfologi Tumbuhan 1. Kasifikasi Klasik dan Raunkier
 
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
INDUKSI KALUS TIGA KULTIVAR LILI (Lilium sp) DARI PETAL BUNGA PADA BEBERAPA M...
 
66931668 perbanyakan-vegetatif
66931668 perbanyakan-vegetatif66931668 perbanyakan-vegetatif
66931668 perbanyakan-vegetatif
 
Bioteknologi Kultur Jaringan
Bioteknologi Kultur JaringanBioteknologi Kultur Jaringan
Bioteknologi Kultur Jaringan
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
IPA BIOLOGI "KULTUR JARINGAN"
 

Similar to Bab i laporan-pkl_ipit

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIFLAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
Hasanuddin University
 
KULTUR JARINGAN.pptx
KULTUR JARINGAN.pptxKULTUR JARINGAN.pptx
KULTUR JARINGAN.pptx
1026ArnaNingsih
 
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptxPERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
amalia592254
 
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptxPENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
ElfisRidi
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
Operator Warnet Vast Raha
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Annisa Dinandya
 
Paper Kultur
Paper KulturPaper Kultur
Paper Kultur
Febrina Tentaka
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaLaporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaAngga Oktyashari
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
Fauzia Hidayati
 
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docxproposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
serlinhae5
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanFirlita Nurul Kharisma
 
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahayaLaporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
ChristianTarigan3
 
Tugas diskusi biology
Tugas diskusi biologyTugas diskusi biology
Tugas diskusi biology
Olga Tiara
 
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptxPPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
HeriS12
 
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
tani57
 
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
Yosua Silalahi
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Dewi Ayu Maryati
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Andria Bin Muhayat
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 

Similar to Bab i laporan-pkl_ipit (20)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIFLAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN MEMBIAK VEGETATIF
 
KULTUR JARINGAN.pptx
KULTUR JARINGAN.pptxKULTUR JARINGAN.pptx
KULTUR JARINGAN.pptx
 
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptxPERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN.pptx
 
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptxPENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI.pptx
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
 
Paper Kultur
Paper KulturPaper Kultur
Paper Kultur
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
 
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaLaporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
 
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docxproposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
proposal penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.docx
 
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanamanLaporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
Laporan pengaruh cahaya terhadap tanaman
 
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahayaLaporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
Laporan biologi perkecambahan kacang hijau dengan faktor cahaya
 
Tugas diskusi biology
Tugas diskusi biologyTugas diskusi biology
Tugas diskusi biology
 
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptxPPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
PPT KULTUR JARINGAN KELOMPOK 4.pptx
 
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
Teknologi informasi penyuluhan pertanian. Kartina (Pertanian 3C)
 
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
Kultur Jaringan XI IPA 2 SMAN 31
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 

Bab i laporan-pkl_ipit

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisan (Chrysanthemum sp.) di Indonesia dikenal dengan nama krisan atau seruni. Krisan termasuk famili Compositae yang merupakan keluarga Dicotyledonae terbesar di mana satu persepuluh bunga di dunia termasuk ke dalamnya (Perry dan Greenwood dalam Lisan, 2005). Bunga krisan di Indonesia termasuk bunga potong yang cukup tinggi nilai ekonomisnya sebab memiliki warna, bentuk dan ukuran yang beragam serta daya simpan yang lama. Selain berfungsi sebagai bunga potong, krisan dapat pula digunakan sebagai krisan pot. Krisan pot dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan rangkaian bunga potong. Tanaman krisan umumnya diperbanyak dengan stek pucuk yang berasal dari tanaman induk. Karena itu pertumbuhan tanaman induk harus diusahakan berada pada fase vegetatif dan dalam kondisi sehat. Perbanyakan krisan melalui setek pucuk mempunyai kelemahan yaitu penyediaan bibit yang terbatas dan tejadinya penurunan kualitas bibit. Hal ini ditandai dengan menurunnya bobot segar dan diameter batang yang mengecil (De Reuter dalam Lisan, 2005). Warna-warni krisan yang elok memang cocok untuk hiasan berbagai acara. Kesukaan orang terhadap bunga plastik mulai bergeser, dan lebih memilih bunga segar sebagai hiasan. Biasanya, permintaan bunga krisan mencapai puncak bertepatan dengan berlangsungnya hari-hari besar, upacara adat, serta hari raya keagamaan. Selain itu, krisan juga kerap dibutuhkan untuk acara-acara lain, meski diakui volumenya tidak cukup besar, seperti hiasan untuk ruang seminar, peluncuran produk, pembukaan gedung maupun lainnya. Sehingga menyebabkan meningkatkan permintaan konsumen terhadap bunga krisan. Pemakaian bibit yang bermutu tinggi dan tersedia dalam jumlah banyak merupakan langkah yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh sebab itu salah satu cara yang harus ditempuh adalah penggunaan metode kultur jaringan. Perbanyakan bibit melalui kultur jaringan bertujuan untuk mendapatkan
  • 2. 2 bibit dalam jumlah besar dan seragam, bebas hama penyakit, waktu relatif singkat dan tidak tergantung musim (Sriyanti dan Wijayani, dalam Lisan, 2005). Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian- bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi. Melalui teknik subkultur, sel atau jaringan tanaman yang diisolasi dari bagian tanaman, seperti protoplasma, sel atau sekelompok sel, yang selanjutnya disebut eksplan distimulasi untuk membentuk tanaman secara utuh menggunakan media dan lingkungan tumbuh yang sesuai (Gunawan, 1988). Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan ialah lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh tersebut meliputi temperatur atau suhu, ukuran wadah kultur, dan penyinaran (panjang penyinaran, intensitas penyinaran, dan kualitas sinar). Temperatur memegang peranan yang penting terutama pada kultur jaringan untuk tujuan pembentukan umbi mikro. Pada kultur-kultur yang lain, umumnya temperatur berkisar antara 25-280C. Pada penyimpanan plasma nutfah dalam bentuk pucuk temperatur ruang kultur dapat mencapai hingga 40C.
  • 3. 3 Ukuran wadah yang digunakan mempengaruhi jumlah regenerasi yang terbentuk, terutama pada tipe regenerasi melalui pucuk adventif dan pucuk aksilar. Jumlah regenerasi lebih banyak pada wadah kultur yang berukuran lebih besar dalam periode kultur yang sama. Sedangkan panjang atau lama penyinaran umumnya dianjurkan mengikuti kebutuhan cahaya tanaman di lapangan. Panjang penyinaran dapa berlangsung sekitar 10-24 jam, biasanya diberikan 16 jam. Nyala dan padamnya lampu dapat diukur dengan menggunakan timer. Kualitas cahaya yang digunakan dapat mempengaruhi kemampuan regenerasi. Penelitian kualitas cahaya menunjukkan bahwa pada kultur tembakau, cahaya biru merangsang pertumbuhan pucuk, sedangkan cahaya merah merangsang pertumbuhan akar. Namun, yang paling umum digunakan pada ruang kultur ialah cahaya putih. Penyinaran kultur biasanya diberikan dengan menggunakan lampu TL (neon) atau Fluorescent dengan intensitas berkisar antar 600-1.000 lux. Intensitas yang tinggi dapat menghambat pembentukkan pucuk dalam kalus. Pedoman yang digunakan biasanya menggunakan dua buah lampu TL 20 watt dan dipasang pada ketinggian 40 cm di atas kultur untuk rak yang berukuran lebar 40-50 cm dan panjang 100 cm. Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan organogenesis, serta dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dan kalus. Sebaliknya pada intensitas yang tinggi proses tersebut akan terhambat, karena pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang gelap (Gunawan, 1995). Namun biasanya penyinaran lampu TL dalam laboratorium tidaklah merata sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas yang dihasilkan. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah intensitas lampu yang terdapat di laboratorium berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, maka penulis mengadakan studi dengan melakukan percobaan tentang pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan hasil subkultur tanaman krisan (Chrysanthemum sp.). Sehingga penulis berinisiatif untuk mengambil judul penelitian: “Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) hasil subkultur kelima belas”.
  • 4. 4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahnya sebagai berikut. 1. Tanaman krisan banyak diminati konsumen, sehingga perlu diadakan perbanyakan bibit yang cepat dan berkualitas. 2. Perbanyakan krisan secara konvensional umumnya melalui stek pucuk mempunyai kelemahan yaitu penyediaan bibit yang terbatas dan terjadinya penurunan kualitas bibit. 3. Salah satu cara yang harus ditempuh adalah penggunaan metode kultur jaringan karena kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. 4. keberhasilan kultur jaringan ditentukan pula oleh faktor lingkungan tumbuh yang harus sesuai. 5. Salah satu faktor lingkungan tumbuh ialah cahaya, yang merupakan faktor luar terpenting dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan. C. Pembatasan Masalah Kegiatan praktek kerja lapangan dibatasi pada penelitian mengenai: 1. Teknik kultur jaringan tanaman krisan (Chrysanthemum sp.). 2. Pengaruh faktor lingkungan tumbuh terhadap pertumbuhan subkultur tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) di Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan Lebak Bulus. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) hasil subkultur kelima belas?”
  • 5. 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) pada hasil subkultur kelimabelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik kultur jaringan tanaman krisan, dan bagaimana pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) hasil subkultur kelima belas. 2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi untuk kajian studi berikutnya. 3. Bagi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi study atau kajian ilmiah.