SlideShare a Scribd company logo
I-1
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank memiliki peran sebagai lembaga intermediasi antara nasabah yang
kelebihan dana (surplus unit) dengan nasabah yang kekurangan dana (defisit unit).
Tentu saja peran bank sebagai lembaga intermediasi ini akan berjalan apabila
kedua unit mempunyai kepercayaan terhadap bank, serta bank juga dapat menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh nasabahnya, sehingga tidak berlebihan bahwa
bank dikatakan menjalankan bisnis kepercayaan.
Menurut Darmin Nasution (2010), 80% aset yang dimiliki oleh industri
keuangan di Indonesia masih dimiliki industri perbankan. Dengan demikian
perbankan mempunyai pangsa pasar sebesar 80% dari keseluruhan sistem
keuangan yang ada. Besarnya jumlah ini menunjukan bahwa sektor keuangan
khususnya perbankan memiliki perkembangan yang sangat pesat, namun sejalan
dengan perkembangannya yang pesat tersebut menjadikan perbankan juga
dianggap mempunyai peran besar sebagai faktor pemicu krisis moneter yang
melanda Indonesia (Abdurrohman, 2003).
Gejolak krisis keuangan 2008 sempat memberikan sentimen buruk pada
perekonomian Indonesia. Melemahnya daya beli masyarakat AS Akibat dari krisis
menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian
ekspor Indonesia pun menurun. Hal ini menyebabkan Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) menduduki posisi defisit (Siti Fatimah, 2014).
Tingginya suku bunga mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor
usaha. Hal ini telah mengakibatkan kredit dari bank turun secara drastis sementara
disisi lain sistem perbankan diwajibkan untuk memberikan imbalan kepada
depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Kondisi tersebut
mengakibatkan fungsi sistem perbankan sebagai lembaga intermediasi dalam
kegiatan investasi berkurang. Selain itu tingginya tingkat suku bunga juga
I-2
mengakibatkan fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan dengan optimal. Hal
ini terjadi karena dana perbankan banyak dialihkan pada instrumen moneter
seperti SUN, SBI dan instrumen lainnya daripada ke sektor riil sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Ali (2008), hal ini berbeda sekali
dengan perbankan syariah yang tidak ikut merasakan dampak dari krisis tersebut.
Hal ini disebabkan karena bank syariah tidak dibebani oleh nasabah untuk
membayar bunga simpanannya, melainkan bank syariah hanya membayar bagi
hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
sistem pengelolaan bank syariah. Selain itu menurut Tobin (2009), hal ini berlaku
karena garis panduan yang ditetapkan oleh Islam menjadikan pendekatan investasi
yang digunakan lebih beretika dan kurang beresiko dibandingkan dengan bank
konvensional. Skenario ini telah membuka ruang penerimaan yang lebih baik
terhadap keuangan islam umumnya dan perbankan syariah khususnya dan
menjadikan alternatif kepada sistem konvensional (Smolo, 2009).
Perkembangan perbankan syariah dekade ini semakin nyata setelah
disahkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang
terbit pada tangal 16 juli 2008 yang telah diperbaharui kembali, dengan terbitnya
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/3/PBI/2009 yang memuat tentang
prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang. Dengan diberlakukannya
UU itu, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat, tidak hanya menyangkut produk dan jasa yang ditransaksikan,
melainkan juga nilai transaksinya. Dukungan pemerintah dalam hal ini juga
ditandai dengan adanya Undang-undang No 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Nasional, adanya Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Perbankan
Syariah, dan adanya Forum Komunikasi Ekonomi Syariah, Masyarakat Ekonomi
Syariah dan penyelenggaraan berbagai Festival Ekonomi Syariah yang
diselenggarakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia.
Kinerja perbankan syariah di Indonesia relatif baik yang dipacu oleh
populasi Muslim yang besar dan adanya dukungan pemerintah melalui peraturan
perbankan dan peranan ulama, cendekiawan Muslim dan organisasi-organisasi
islam telah menginspirasi tumbuh pesatnya lembaga perbankan syariah (Ismail,
I-3
2011). Jumlah perbankan syariah di Indonesia terus mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Peluang pengembangan perbankan syariah semakin besar pasca
penetapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dengan besarnya kenaikan
jumlah perbankan syariah. Perkembangan jumlah kantor perbankan syariah
selama 7 tahun terakhir dari rentang tahun 2008-2014 dapat dilihat dalam tabel
1.1. Bank Indonesia mencatatkan jumlah peningkatan yang signifikan dimana
pada tahun 2014 Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah 12 buah, dengan jumlah
kantor sebanyak 2.151 kantor dibandingkan dengan tahun 2008 dimana hanya
terdapat 5 BUS dengan jumlah kantor sebanyak 581 kantor, sedangkan untuk Unit
Usaha Syariah (UUS) mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 terdapat 27
buah UUS dengan jumlah kantor sebanyak 241 kantor dibandingkan dengan tahun
2014 dimana hanya terdapat 22 buah UUS dengan jumlah kantor sebanyak 320
kantor.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan Syariah Nasinoal
Tahun 2008-2014
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah
jumlah Bank 5 6 11 11 11 11 12
jumlah Kantor 581 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151
Unit Usaha Syariah
jumlah Bank Konvensional
yang memiliki UUS 27 25 23 24 24 23 22
jumlah Kantor 241 287 262 336 517 590 320
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
jumlah Bank 131 138 150 155 158 163 163
jumlah Kantor 202 225 286 364 401 402 439
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014, data diolah.
Perkembangan kinerja perbankan syariah setelah dikeluarkannya berbagai
kebijakan termasuk API, juga terus mengalami peningkatan yang dilihat dari
indikator kenaikan jumlah aset, DPK, dan pembiayaan yang diberikan. Secara
spesifik kinerja pertumbuhan perbankan syariah nasional menunjukkan
pertumbuhan yang cukup pesat. Perkembangan bank syariah selama ini cukup
menggembirakan, yaitu rata-rata pertumbuhan bank syariah mencapai 30% per
I-4
tahun. Indikasi perkembangan perbankan syariah dari tahun 2008-2014 secara
lebih rinci dapat dilihat dari Tabel 1.2. Dari Tabel 1.2 dapat kita ketahui bahwa
perbankan syariah di Indonesia memiliki pertumbuhan yang cukup pesat. Hal itu
dapat dilihat dari jumlah aset perbankan syariah sebesar Rp. 49.555 miliar pada
tahun 2008, meningkat menjadi Rp. 272.343 miliar pada bulan desember 2014.
Sementara pertumbuhan jumlah DPK perbankan syariah sebesar Rp. 36.852
miliar pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 217.858 miliar. Tabel 1.2
menunjukkan bahwa FDR mencapai pertumbuhan sangat baik dengan rata-rata
94,83% pertahun, sedangkan untuk NPF perbankan syariah dalam tujuh tahun
terakhir rata-rata sebesar 2,88% tidak melebihi batas normal yaitu kurang dari
5%.
Tabel 1.2
Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2008-2014
Indikator
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Aset
(milyar) 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 272.343
DPK
(milyar) 36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858
Pembiayaan
(milyar) 38.195 46.886 102.655 147.505 184.122 181.398 199.330
Pendapatan
Operasional 5.093 6.620 8.757 1.790 16.939 23.251 32.615
Beban
Operasional 2.603 3.135 4.472 907 8.750 14.021 16.644
NPF 1,42% 4,01% 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% 4,33%
FDR 103,65% 89,70% 89,67% 88,94% 100,00% 100,32% 91,50%
BOPO 81,75% 84,39% 80,54% 78,41% 74,97% 78,21% 79,28%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014, data diolah.
Keterangan: *) Data meliputi BUS dan UUS (Tidak termasuk BPRS).
Penetapan selanjutnya terkait dengan pengembangan perbankan syariah,
yaitu membuat program akselarasi pengembangan perbankan syariah di Indonesia
yang diperkenalkan sejak akhir tahun 2006. Kebijakan program akselarasi
pengembangan perbankan syariah 2007-2008 lebih difokuskan pada pencapaian
target kuantitatif melalui terobosan paket kebijakan dan program inisiatif yang
dapat memberikan perubahan pertumbuhan aset secara signifikan dalam jangka
pendek. Tujuan dari program ini adalah pencapaian market share perbankan
I-5
syariah sebesar 5 persen pada akhir tahun 2008 dengan tetap mempertahankan
prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap prinsip syariah (Bank Indonesia,
2009).
Pada kenyataannya, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia hingga
akhir tahun 2014, market share perbankan syariah masih belum mencapai target 5
persen. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (2014) menunjukkan bahwa
jumlah aset hanya mencapai Rp. 272.343 miliar (4,85 persen dari total aset
perbankan nasional), sedangkan untuk pembiayaan mencapai Rp. 217.858 miliar
(5,29 persen dari total pembiayaan perbankan nasional), sementara untuk DPK
hanya mencapai Rp. 199.330 miliar (3,64 persen dari total DPK perbankan
nasional).
Tabel 1.3
Perbandingan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Terhadap Total Bank
(Tahun 2011-2014)
bank syariah (2011)
Total Bank
bank syariah (2012)
Total
Bank
bank syariah (2013)
Total Bank
bank syariah (2014)
Total Bank
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
Total
Assets
146.467 4,01% 3.652.832 195.018 4,58% 4.262.587 242.276 4,89% 4.954.467 272.343 4,85% 5.615.150
Deposit
Fund
115.415 4,14% 2.784.912 147.512 4,57% 3.225.198 183.534 5,01% 3.663.968 217.858 5,29% 4.114.420
Credit
Financial
Extended
102.655 3,01% 3.412.463 147.505 3,54% 4.172.672 184.122 3,82% 4.823.303 199.330 3,64% 5.468.910
FDR/LDR 78,41% - 78,77% 74,97% - 83,59% 78,21% - 89,70% 91,50% - 89,42%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia: 2011-2014,data diolah
Industri perbankan baik syariah maupun konvensional tidak lepas dari hal
kepercayaan dari konsumen atau masyarakat. Semakin bank itu dipercaya oleh
masyarakat, mencerminkan bank tersebut memiliki kinerja yang baik dan kredibel
dimata masyarakat. Kepercayaan dari masyarakat disini adalah masyarakat
merasa aman saat menyimpan dana yang diamanahkan kepada bank tersebut dan
mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak bank. Untuk mendapatkan
kepercayaan nasabah, bank harus mampu membuktikan melalui kinerja bank yang
baik. Selain itu perbankan sebagai lembaga intermediasi memegang fungsi
strategis dalam memajukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran strategis
inilah yang menyebabkan kesinambungan usaha suatu bank perlu pertahankan.
I-6
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka kesehatan suatu bank perlu
dijaga.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, digunakan untuk menemukan jawaban atas kesulitan-kesulitan
dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Indikator efisiensi dapat
dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Non Performing Financing (NPF).
Kinerja perbankan dapat dikatakan melakukan efisiensi apabila rasio BOPO
dan NPF mengalami penurunan (Hadad, dkk, 2003). Selain itu efisiensi juga dapat
dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat indikator kinerja bank seperti
jumlah dana pihak ketiga, pembiayaan dan total aktiva. Semakin besar jumlah
dana pihak ketiga (simpanan), pembiayaan dan total aktiva menunjukkan semakin
baik dan produktif bank dalam kegiatan operasionalnya karena peningkatan yang
terjadi pada jumlah dana pihak ketiga, pembiayaan, dan total aktiva menunjukkan
tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat kepada pihak bank syariah
dengan memilih bank syariah sebagai lembaga yang dipercaya dalam mengelola
dana yang ia amanahkan.
Dengan paparan beberapa data tersebut, maka pengukuran tingkat efisiensi
semakin dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan dengan mengetahui tingkat
efisiensi suatu bank syariah, maka kita dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan bank tersebut dalam mengoptimalkan seluruh sumber daya yang
dimilikinya dan memberikan manfaat yang lebih besar pada masyarakat sebagai
nasabahnya baik sebagai nasabah penabung maupun nasabah pembiayaan
(Muhammad F.F dan Muhammad N, 2013). Meningkatkan pangsa pasar
perbankan syariah sendiri diperlukan adanya pengukuran kinerja diantaranya
melalui ukuran efisiensi, sehingga pada akhirnya tujuan perbankan syariah dapat
tercapai (Ascarya, dkk, 2008)
Efisiensi sendiri dapat dikatakan sebagai suatu rasio antara keluaran
(output) dengan masukan (input). Suatu bank dapat dikatakan efisien apabila
menghasilkan output yang besar dengan input yang lebih kecil atau menghasilkan
output yang sama dengan nilai input yang lebih kecil (Iswardono S.P. dan
Darmawan, 2000). Pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi
I-7
mempunyai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan non-
parametrik (Hadad, dkk, 2003). Pendekatan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah non-parametrik. Pendekatan parametrik meliputi Stochastic
Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier
Approach (TFA) sedangkan non-parametrik terdapat pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Pendekatan DEA akan digunakan dalam penelitian
ini karena pendekatan non-parametrik memiliki kelebihan yaitu tidak
membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier
produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat
dieliminasi (Ascarya, Diana Y. Dan Guruh S. R, 2008).
Dengan maraknya kehadiran bank berprinsip syariah, tentu saja memicu
adanya persaingan antar bank. Terutama bagi bank umum syariah (BUS),
persaingan tidak hanya dengan bank konvensional saja, tetapi juga dengan bank
konvensional yang mempunyai unit syariah serta bank lainnya. Keadaan tersebut
tentu menuntut bank umum syariah untuk ekstra keras dalam meningkatkan
efisiensinya. Penjabaran tersebut mengarahkan penelitian ini untuk mengukur
efisiensi dari perbankan syariah. Studi penelitian ini meliputi 10 bank umum
syariah di Indonesia, dimana sampel bank-bank yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan bank-bank yang memiliki progres perkembangan yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan nilai aset lebih dari 71% pertahun dari
kurun waktu tahun 2011 – 2014 dari jumlah seluruh aset Bank Umum Syariah di
seluruh indonesia.
I-8
Tabel 1.4
Perkembangan jumlah aset 10 Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2014
Sumber: Laporan Keuangan 10 Bank Umum Syariah tahun 2011-2014 dan Statistik Perbankan
Syariah Indonesia Tahun 2014, data diolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian
ini mengambil judul “ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)”
1.2 Batasan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka akan dilakukan pembatasan
masalah dengan tujuan dalam pembahasan selanjutnya tidak mengalami
perluasan. Adapun batasan masalah tersebut adalah :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 10 Bank Umum Syariah di Indonesia
2. Penelitian hanya dilakukan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014,
penelitian ini menggunakan periode tahunan 2011 sampai 2014 karena
tahun ini merupakan penerbitkan laporan keuangan terbaru dan terlengkap
di Bank Indonesia.
Nama Bank
Periode
2011 2012 2013 2014
Bank Muammalat Indonesia (BMI) 32.479.500 44.205.554 53.723.979 62.413.310
Bank Syariah Mandiri (BSM) 48.672.568 54.229.567 63.965.361 66.942.422
Bank Mega Syariah (BMS) 5.564.662 8.163.668 9.121.576 7.042.486
Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah 8.466.887 10.645.313 14.708.504 19.492.112
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah 11.200.823 14.088.914 17.409.914 20.343.249
Bank Bukopin Syariah 2.730.026 3.616.108 4.343.069 5.161.300
Bank Victoria Syariah 642.046 939.472 1.323.396 1.439.983
Bank Central Asia (BCA) Syariah 381.908 442.994 496.305 552.424
Bank Jabar (Bjb) Syariah 2.849.451 4.239.449 4.695.088 6.090.945
Panin Bank Syariah 1.106.878 2.140.482 4.052.701 6.207.678
Jumlah Aset 10 Bank Umum Syariah 114.094.749 142.711.521 173.839.893 195.685.909
jumlah aset bank Umum syariah lainnya 32.373.159 52.306.479 68.436.107 76.657.091
Jumlah aset Bank Umum Syariah
(termasuk UUS)
146.467.908 195.018.000 242.276.000 272.343.000
I-9
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini memiliki rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2011-2014?
2. Apakah faktor-faktor penyebab ketidakefisienan Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2011-2014.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakefisienan Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2011-2014
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Bank
Umum Syariah untuk meningkatkan efisiensi pada periode yang akan
datang.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain
sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut.
I-10

More Related Content

What's hot

Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentralDwi Anita
 
Skripsi Manajemen Keuangan
Skripsi Manajemen KeuanganSkripsi Manajemen Keuangan
Skripsi Manajemen Keuangan
Skripsi Manajemen
 
Bank indonesia
Bank indonesiaBank indonesia
Bank indonesia
Gilang Pandu
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
Vero Nika
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Dolores Silvia
 
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan keduaMateri pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Chairul Pane
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
Fenti Anita Sari
 
Skripsi 11160186 ani nuraeni copy
Skripsi 11160186 ani nuraeni   copySkripsi 11160186 ani nuraeni   copy
Skripsi 11160186 ani nuraeni copy
aninuraeniani
 
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
Ria Angela
 
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
Ria Angela
 
Bank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPSBank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPS
Fair Nurfachrizi
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesia
Nisa Ell
 
JURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILAJURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILA
Gilang Mt
 
jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan
RAHMATWAHYUDI2020
 
Peran BI dalam Sistemn Pembayaran
Peran BI dalam Sistemn PembayaranPeran BI dalam Sistemn Pembayaran
Peran BI dalam Sistemn Pembayaran
Nurqanaah M
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERHeny Larasatii
 
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankPengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankIffa Tabahati
 
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 

What's hot (20)

Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
 
Skripsi Manajemen Keuangan
Skripsi Manajemen KeuanganSkripsi Manajemen Keuangan
Skripsi Manajemen Keuangan
 
Bank indonesia
Bank indonesiaBank indonesia
Bank indonesia
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i vi
Bab i viBab i vi
Bab i vi
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
 
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan keduaMateri pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
Materi pengantar-bank-sentral-pertemuan kedua
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Skripsi 11160186 ani nuraeni copy
Skripsi 11160186 ani nuraeni   copySkripsi 11160186 ani nuraeni   copy
Skripsi 11160186 ani nuraeni copy
 
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)
 
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
Tugas uas (_bank_mandiri_syariah)[2]
 
Bank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPSBank Indonesia & LPS
Bank Indonesia & LPS
 
makalah bank indonesia
makalah bank indonesiamakalah bank indonesia
makalah bank indonesia
 
JURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILAJURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILA
 
jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan jenis-jenis kegiatan perbankan
jenis-jenis kegiatan perbankan
 
Peran BI dalam Sistemn Pembayaran
Peran BI dalam Sistemn PembayaranPeran BI dalam Sistemn Pembayaran
Peran BI dalam Sistemn Pembayaran
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
 
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankPengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
 
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
 

Viewers also liked

Christian gonzalez vera cv con certificado
Christian gonzalez vera cv con certificadoChristian gonzalez vera cv con certificado
Christian gonzalez vera cv con certificado
Angel Blanco Las Palmas
 
Primero e
Primero ePrimero e
Primero e
EvelynLegarda6
 
Rosa
RosaRosa
Apresentação diálogos 1
Apresentação diálogos 1Apresentação diálogos 1
Apresentação diálogos 1Gisele Silva
 
Tecnología y sociedad danna
Tecnología y sociedad dannaTecnología y sociedad danna
Tecnología y sociedad dannaDannaGonzalez97
 

Viewers also liked (7)

MichaelC1of3
MichaelC1of3MichaelC1of3
MichaelC1of3
 
Christian gonzalez vera cv con certificado
Christian gonzalez vera cv con certificadoChristian gonzalez vera cv con certificado
Christian gonzalez vera cv con certificado
 
Test
TestTest
Test
 
Primero e
Primero ePrimero e
Primero e
 
Rosa
RosaRosa
Rosa
 
Apresentação diálogos 1
Apresentação diálogos 1Apresentação diálogos 1
Apresentação diálogos 1
 
Tecnología y sociedad danna
Tecnología y sociedad dannaTecnología y sociedad danna
Tecnología y sociedad danna
 

Similar to BAB I

ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
Abida Muttaqiena
 
Perkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPerkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPatrysio Patti
 
Proposal fenty
Proposal fentyProposal fenty
Proposal fenty
Sapto Jumono
 
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
faisalpiliang1
 
Proosal lina
Proosal linaProosal lina
Proosal lina
Sapto Jumono
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
MelyndaSriWulandari
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkmFaktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Annisa Nurlestari
 
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditasPengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
nurkholissyukron2
 
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
miraokta16
 
PERAN SISTEM PEMBAYARAN
PERAN SISTEM PEMBAYARANPERAN SISTEM PEMBAYARAN
PERAN SISTEM PEMBAYARAN
M Zikril Hakim
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
Yusuf Darismah
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
Indra Saputra
 
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA, DER DAN CAR TE...
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA,  DER DAN CAR TE...Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA,  DER DAN CAR TE...
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA, DER DAN CAR TE...
Yudy Yunardy
 
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptxPPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
reynaldi53
 
Propopsal ernaw
Propopsal ernawPropopsal ernaw
Propopsal ernaw
Sapto Jumono
 
Skripsi Bab 1
Skripsi Bab 1Skripsi Bab 1
Skripsi Bab 1
Yusuf Darismah
 

Similar to BAB I (20)

ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
 
Perkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesiaPerkembangn bank syariah di indonesia
Perkembangn bank syariah di indonesia
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Proposal fenty
Proposal fentyProposal fenty
Proposal fenty
 
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
 
Proosal lina
Proosal linaProosal lina
Proosal lina
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 
Bab i btn
Bab i btnBab i btn
Bab i btn
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkmFaktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
Faktor faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit umkm
 
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditasPengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
Pengaruh dpk dan tingkat suku bunga terhadap likuiditas
 
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
 
Jurnal perbankan
Jurnal perbankanJurnal perbankan
Jurnal perbankan
 
PERAN SISTEM PEMBAYARAN
PERAN SISTEM PEMBAYARANPERAN SISTEM PEMBAYARAN
PERAN SISTEM PEMBAYARAN
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA, DER DAN CAR TE...
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA,  DER DAN CAR TE...Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA,  DER DAN CAR TE...
Thesis Journal - ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, ROA, DER DAN CAR TE...
 
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
 
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptxPPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
PPT KEL. 1 MNJ PERBANKAN.pptx
 
Propopsal ernaw
Propopsal ernawPropopsal ernaw
Propopsal ernaw
 
Skripsi Bab 1
Skripsi Bab 1Skripsi Bab 1
Skripsi Bab 1
 

BAB I

  • 1. I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki peran sebagai lembaga intermediasi antara nasabah yang kelebihan dana (surplus unit) dengan nasabah yang kekurangan dana (defisit unit). Tentu saja peran bank sebagai lembaga intermediasi ini akan berjalan apabila kedua unit mempunyai kepercayaan terhadap bank, serta bank juga dapat menjaga kepercayaan yang diberikan oleh nasabahnya, sehingga tidak berlebihan bahwa bank dikatakan menjalankan bisnis kepercayaan. Menurut Darmin Nasution (2010), 80% aset yang dimiliki oleh industri keuangan di Indonesia masih dimiliki industri perbankan. Dengan demikian perbankan mempunyai pangsa pasar sebesar 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Besarnya jumlah ini menunjukan bahwa sektor keuangan khususnya perbankan memiliki perkembangan yang sangat pesat, namun sejalan dengan perkembangannya yang pesat tersebut menjadikan perbankan juga dianggap mempunyai peran besar sebagai faktor pemicu krisis moneter yang melanda Indonesia (Abdurrohman, 2003). Gejolak krisis keuangan 2008 sempat memberikan sentimen buruk pada perekonomian Indonesia. Melemahnya daya beli masyarakat AS Akibat dari krisis menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia pun menurun. Hal ini menyebabkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menduduki posisi defisit (Siti Fatimah, 2014). Tingginya suku bunga mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha. Hal ini telah mengakibatkan kredit dari bank turun secara drastis sementara disisi lain sistem perbankan diwajibkan untuk memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Kondisi tersebut mengakibatkan fungsi sistem perbankan sebagai lembaga intermediasi dalam kegiatan investasi berkurang. Selain itu tingginya tingkat suku bunga juga
  • 2. I-2 mengakibatkan fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan dengan optimal. Hal ini terjadi karena dana perbankan banyak dialihkan pada instrumen moneter seperti SUN, SBI dan instrumen lainnya daripada ke sektor riil sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Ali (2008), hal ini berbeda sekali dengan perbankan syariah yang tidak ikut merasakan dampak dari krisis tersebut. Hal ini disebabkan karena bank syariah tidak dibebani oleh nasabah untuk membayar bunga simpanannya, melainkan bank syariah hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam sistem pengelolaan bank syariah. Selain itu menurut Tobin (2009), hal ini berlaku karena garis panduan yang ditetapkan oleh Islam menjadikan pendekatan investasi yang digunakan lebih beretika dan kurang beresiko dibandingkan dengan bank konvensional. Skenario ini telah membuka ruang penerimaan yang lebih baik terhadap keuangan islam umumnya dan perbankan syariah khususnya dan menjadikan alternatif kepada sistem konvensional (Smolo, 2009). Perkembangan perbankan syariah dekade ini semakin nyata setelah disahkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang terbit pada tangal 16 juli 2008 yang telah diperbaharui kembali, dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang. Dengan diberlakukannya UU itu, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat, tidak hanya menyangkut produk dan jasa yang ditransaksikan, melainkan juga nilai transaksinya. Dukungan pemerintah dalam hal ini juga ditandai dengan adanya Undang-undang No 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Nasional, adanya Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Perbankan Syariah, dan adanya Forum Komunikasi Ekonomi Syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah dan penyelenggaraan berbagai Festival Ekonomi Syariah yang diselenggarakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia. Kinerja perbankan syariah di Indonesia relatif baik yang dipacu oleh populasi Muslim yang besar dan adanya dukungan pemerintah melalui peraturan perbankan dan peranan ulama, cendekiawan Muslim dan organisasi-organisasi islam telah menginspirasi tumbuh pesatnya lembaga perbankan syariah (Ismail,
  • 3. I-3 2011). Jumlah perbankan syariah di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Peluang pengembangan perbankan syariah semakin besar pasca penetapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dengan besarnya kenaikan jumlah perbankan syariah. Perkembangan jumlah kantor perbankan syariah selama 7 tahun terakhir dari rentang tahun 2008-2014 dapat dilihat dalam tabel 1.1. Bank Indonesia mencatatkan jumlah peningkatan yang signifikan dimana pada tahun 2014 Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah 12 buah, dengan jumlah kantor sebanyak 2.151 kantor dibandingkan dengan tahun 2008 dimana hanya terdapat 5 BUS dengan jumlah kantor sebanyak 581 kantor, sedangkan untuk Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 terdapat 27 buah UUS dengan jumlah kantor sebanyak 241 kantor dibandingkan dengan tahun 2014 dimana hanya terdapat 22 buah UUS dengan jumlah kantor sebanyak 320 kantor. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan Syariah Nasinoal Tahun 2008-2014 Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Umum Syariah jumlah Bank 5 6 11 11 11 11 12 jumlah Kantor 581 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151 Unit Usaha Syariah jumlah Bank Konvensional yang memiliki UUS 27 25 23 24 24 23 22 jumlah Kantor 241 287 262 336 517 590 320 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah jumlah Bank 131 138 150 155 158 163 163 jumlah Kantor 202 225 286 364 401 402 439 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014, data diolah. Perkembangan kinerja perbankan syariah setelah dikeluarkannya berbagai kebijakan termasuk API, juga terus mengalami peningkatan yang dilihat dari indikator kenaikan jumlah aset, DPK, dan pembiayaan yang diberikan. Secara spesifik kinerja pertumbuhan perbankan syariah nasional menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat. Perkembangan bank syariah selama ini cukup menggembirakan, yaitu rata-rata pertumbuhan bank syariah mencapai 30% per
  • 4. I-4 tahun. Indikasi perkembangan perbankan syariah dari tahun 2008-2014 secara lebih rinci dapat dilihat dari Tabel 1.2. Dari Tabel 1.2 dapat kita ketahui bahwa perbankan syariah di Indonesia memiliki pertumbuhan yang cukup pesat. Hal itu dapat dilihat dari jumlah aset perbankan syariah sebesar Rp. 49.555 miliar pada tahun 2008, meningkat menjadi Rp. 272.343 miliar pada bulan desember 2014. Sementara pertumbuhan jumlah DPK perbankan syariah sebesar Rp. 36.852 miliar pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 217.858 miliar. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa FDR mencapai pertumbuhan sangat baik dengan rata-rata 94,83% pertahun, sedangkan untuk NPF perbankan syariah dalam tujuh tahun terakhir rata-rata sebesar 2,88% tidak melebihi batas normal yaitu kurang dari 5%. Tabel 1.2 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2008-2014 Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Aset (milyar) 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 272.343 DPK (milyar) 36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 Pembiayaan (milyar) 38.195 46.886 102.655 147.505 184.122 181.398 199.330 Pendapatan Operasional 5.093 6.620 8.757 1.790 16.939 23.251 32.615 Beban Operasional 2.603 3.135 4.472 907 8.750 14.021 16.644 NPF 1,42% 4,01% 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% 4,33% FDR 103,65% 89,70% 89,67% 88,94% 100,00% 100,32% 91,50% BOPO 81,75% 84,39% 80,54% 78,41% 74,97% 78,21% 79,28% Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014, data diolah. Keterangan: *) Data meliputi BUS dan UUS (Tidak termasuk BPRS). Penetapan selanjutnya terkait dengan pengembangan perbankan syariah, yaitu membuat program akselarasi pengembangan perbankan syariah di Indonesia yang diperkenalkan sejak akhir tahun 2006. Kebijakan program akselarasi pengembangan perbankan syariah 2007-2008 lebih difokuskan pada pencapaian target kuantitatif melalui terobosan paket kebijakan dan program inisiatif yang dapat memberikan perubahan pertumbuhan aset secara signifikan dalam jangka pendek. Tujuan dari program ini adalah pencapaian market share perbankan
  • 5. I-5 syariah sebesar 5 persen pada akhir tahun 2008 dengan tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap prinsip syariah (Bank Indonesia, 2009). Pada kenyataannya, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia hingga akhir tahun 2014, market share perbankan syariah masih belum mencapai target 5 persen. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (2014) menunjukkan bahwa jumlah aset hanya mencapai Rp. 272.343 miliar (4,85 persen dari total aset perbankan nasional), sedangkan untuk pembiayaan mencapai Rp. 217.858 miliar (5,29 persen dari total pembiayaan perbankan nasional), sementara untuk DPK hanya mencapai Rp. 199.330 miliar (3,64 persen dari total DPK perbankan nasional). Tabel 1.3 Perbandingan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Terhadap Total Bank (Tahun 2011-2014) bank syariah (2011) Total Bank bank syariah (2012) Total Bank bank syariah (2013) Total Bank bank syariah (2014) Total Bank Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Total Assets 146.467 4,01% 3.652.832 195.018 4,58% 4.262.587 242.276 4,89% 4.954.467 272.343 4,85% 5.615.150 Deposit Fund 115.415 4,14% 2.784.912 147.512 4,57% 3.225.198 183.534 5,01% 3.663.968 217.858 5,29% 4.114.420 Credit Financial Extended 102.655 3,01% 3.412.463 147.505 3,54% 4.172.672 184.122 3,82% 4.823.303 199.330 3,64% 5.468.910 FDR/LDR 78,41% - 78,77% 74,97% - 83,59% 78,21% - 89,70% 91,50% - 89,42% Sumber: Statistik Perbankan Indonesia: 2011-2014,data diolah Industri perbankan baik syariah maupun konvensional tidak lepas dari hal kepercayaan dari konsumen atau masyarakat. Semakin bank itu dipercaya oleh masyarakat, mencerminkan bank tersebut memiliki kinerja yang baik dan kredibel dimata masyarakat. Kepercayaan dari masyarakat disini adalah masyarakat merasa aman saat menyimpan dana yang diamanahkan kepada bank tersebut dan mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak bank. Untuk mendapatkan kepercayaan nasabah, bank harus mampu membuktikan melalui kinerja bank yang baik. Selain itu perbankan sebagai lembaga intermediasi memegang fungsi strategis dalam memajukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran strategis inilah yang menyebabkan kesinambungan usaha suatu bank perlu pertahankan.
  • 6. I-6 Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka kesehatan suatu bank perlu dijaga. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, digunakan untuk menemukan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Indikator efisiensi dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Non Performing Financing (NPF). Kinerja perbankan dapat dikatakan melakukan efisiensi apabila rasio BOPO dan NPF mengalami penurunan (Hadad, dkk, 2003). Selain itu efisiensi juga dapat dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat indikator kinerja bank seperti jumlah dana pihak ketiga, pembiayaan dan total aktiva. Semakin besar jumlah dana pihak ketiga (simpanan), pembiayaan dan total aktiva menunjukkan semakin baik dan produktif bank dalam kegiatan operasionalnya karena peningkatan yang terjadi pada jumlah dana pihak ketiga, pembiayaan, dan total aktiva menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat kepada pihak bank syariah dengan memilih bank syariah sebagai lembaga yang dipercaya dalam mengelola dana yang ia amanahkan. Dengan paparan beberapa data tersebut, maka pengukuran tingkat efisiensi semakin dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan dengan mengetahui tingkat efisiensi suatu bank syariah, maka kita dapat mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut dalam mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya dan memberikan manfaat yang lebih besar pada masyarakat sebagai nasabahnya baik sebagai nasabah penabung maupun nasabah pembiayaan (Muhammad F.F dan Muhammad N, 2013). Meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah sendiri diperlukan adanya pengukuran kinerja diantaranya melalui ukuran efisiensi, sehingga pada akhirnya tujuan perbankan syariah dapat tercapai (Ascarya, dkk, 2008) Efisiensi sendiri dapat dikatakan sebagai suatu rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input). Suatu bank dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output yang besar dengan input yang lebih kecil atau menghasilkan output yang sama dengan nilai input yang lebih kecil (Iswardono S.P. dan Darmawan, 2000). Pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi
  • 7. I-7 mempunyai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan non- parametrik (Hadad, dkk, 2003). Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah non-parametrik. Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach (TFA) sedangkan non-parametrik terdapat pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Pendekatan DEA akan digunakan dalam penelitian ini karena pendekatan non-parametrik memiliki kelebihan yaitu tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat dieliminasi (Ascarya, Diana Y. Dan Guruh S. R, 2008). Dengan maraknya kehadiran bank berprinsip syariah, tentu saja memicu adanya persaingan antar bank. Terutama bagi bank umum syariah (BUS), persaingan tidak hanya dengan bank konvensional saja, tetapi juga dengan bank konvensional yang mempunyai unit syariah serta bank lainnya. Keadaan tersebut tentu menuntut bank umum syariah untuk ekstra keras dalam meningkatkan efisiensinya. Penjabaran tersebut mengarahkan penelitian ini untuk mengukur efisiensi dari perbankan syariah. Studi penelitian ini meliputi 10 bank umum syariah di Indonesia, dimana sampel bank-bank yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bank-bank yang memiliki progres perkembangan yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan nilai aset lebih dari 71% pertahun dari kurun waktu tahun 2011 – 2014 dari jumlah seluruh aset Bank Umum Syariah di seluruh indonesia.
  • 8. I-8 Tabel 1.4 Perkembangan jumlah aset 10 Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014 Sumber: Laporan Keuangan 10 Bank Umum Syariah tahun 2011-2014 dan Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2014, data diolah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)” 1.2 Batasan Masalah Dari paparan latar belakang di atas, maka akan dilakukan pembatasan masalah dengan tujuan dalam pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah tersebut adalah : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 10 Bank Umum Syariah di Indonesia 2. Penelitian hanya dilakukan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, penelitian ini menggunakan periode tahunan 2011 sampai 2014 karena tahun ini merupakan penerbitkan laporan keuangan terbaru dan terlengkap di Bank Indonesia. Nama Bank Periode 2011 2012 2013 2014 Bank Muammalat Indonesia (BMI) 32.479.500 44.205.554 53.723.979 62.413.310 Bank Syariah Mandiri (BSM) 48.672.568 54.229.567 63.965.361 66.942.422 Bank Mega Syariah (BMS) 5.564.662 8.163.668 9.121.576 7.042.486 Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah 8.466.887 10.645.313 14.708.504 19.492.112 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah 11.200.823 14.088.914 17.409.914 20.343.249 Bank Bukopin Syariah 2.730.026 3.616.108 4.343.069 5.161.300 Bank Victoria Syariah 642.046 939.472 1.323.396 1.439.983 Bank Central Asia (BCA) Syariah 381.908 442.994 496.305 552.424 Bank Jabar (Bjb) Syariah 2.849.451 4.239.449 4.695.088 6.090.945 Panin Bank Syariah 1.106.878 2.140.482 4.052.701 6.207.678 Jumlah Aset 10 Bank Umum Syariah 114.094.749 142.711.521 173.839.893 195.685.909 jumlah aset bank Umum syariah lainnya 32.373.159 52.306.479 68.436.107 76.657.091 Jumlah aset Bank Umum Syariah (termasuk UUS) 146.467.908 195.018.000 242.276.000 272.343.000
  • 9. I-9 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014? 2. Apakah faktor-faktor penyebab ketidakefisienan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakefisienan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2014 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Bank Umum Syariah untuk meningkatkan efisiensi pada periode yang akan datang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut.
  • 10. I-10