Dokumen tersebut membahas latar belakang permasalahan pembelajaran Fiqih di MI Al-Hidayah Sidoarjo. Permasalahannya adalah hasil belajar siswa yang masih rendah dalam menjelaskan ketentuan zakat. Guru berniat menerapkan model pembelajaran Think Pair Share untuk meningkatkan kemampuan siswa.
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
SISWA KELAS V MI NU TERATE GRESIK MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
A. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
SISWA KELAS V MI NU TERATE GRESIK MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
A. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis
1. Bincangkan TIGA permasalahan yang dihadapi dalam sistem Pendidikan Islam. Cadangkan langkah penyelesaian yang boleh diambil bagi menangani permasalahn tersebut.
2. Terkini, banyak diperkata dan dipersoalkan tentang Penilaian Berasaskan Sekolah (PBS). Pada pandangan anda, bersertakan hujah-hujah yang kukuh, apakah kelemahan dan kekuatan PBS? Sejauhmanakah langkah yang diambil oleh kerajaan dapat menyelesaikan kekalutan yang timbul?.
3. Bincangkan transformasi yang berlaku ke atas kurikulum Pendidikan Islam apabila Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) diperkenalkan. Sejauhmanakah ia dapat dilaksanakan di sekolah?
1. Bincangkan TIGA permasalahan yang dihadapi dalam sistem Pendidikan Islam. Cadangkan langkah penyelesaian yang boleh diambil bagi menangani permasalahn tersebut.
2. Terkini, banyak diperkata dan dipersoalkan tentang Penilaian Berasaskan Sekolah (PBS). Pada pandangan anda, bersertakan hujah-hujah yang kukuh, apakah kelemahan dan kekuatan PBS? Sejauhmanakah langkah yang diambil oleh kerajaan dapat menyelesaikan kekalutan yang timbul?.
3. Bincangkan transformasi yang berlaku ke atas kurikulum Pendidikan Islam apabila Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) diperkenalkan. Sejauhmanakah ia dapat dilaksanakan di sekolah?
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syari’ah, yang
berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun
perbuatan. Pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali
siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam
secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau naqli.1
Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama
Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut
pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai
dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai
dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan
minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.
Bidang studi Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah dapat diberi pengertian
sebagai bidang studi dalam kelompok pendidikan agama Islam yang
memberikan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam segi hukum Syara’ dan
membimbing anak didik ke arah timbulnya keyakinan dan kebenaran hukum-hukum
tersebut serta membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya.
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) bidang studi
Fiqh dicantumkan tujuan kurikuler sebagai berikut: “Murid mengetahui,
1 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), 21
1
2. 2
memahami, menghayati hukum-hukum Islam serta melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari.” Dengan rumusan tujuan kurikuler tersebut diketahui
bahwa setelah menyelesaikan seluruh program-program bidang studi Fiqh,
murid Madrasah Ibtidaiyah diharapkan memiliki pengetahuan, pemahaman,
penghayatan, serta keterampilan melaksanakan hukum-hukum Islam. Sudah
tentu bahan yang harus dikuasai oleh murid Madrasah Ibtidaiyah tidak
mencakup seluruh materi Fiqh atau hukum Islam, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Peraturan
Menteri Agama RI. Peraturan Menteri Agama RI sebagaiman dimaksud
adalah kurikulum operasional yang telah disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Sehingga kurikulum ini sangat beragam.
Pengembangan Kurikulum PERMENAG yang beragam ini tetap mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,
lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
tingkat kelulusan minimal, sesuai dengan tujuan dan fungsi pembelajaran
fiqih.
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali siswa agar dapat:
1. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum islam baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
3. 3
2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar
dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri
manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya.
Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut agar murid menjadi muslim
yang baik, bidang studi Fiqih memberikan sumbangan dalam pengenalan
tentang hukum Islam, keterampilan melaksanakannya, dan penanaman
kebiasaan dan kesetiaan melaksanakan hukum-hukum tersebut dalam
kehidupan sehari-hari agar murid menjadi warga Negara Indonesia yang baik.
Bidang studi Fiqih memberikan sumbangan dalam melatih kedisiplinan dan
ketaatan melaksanakan peraturan. Kebiasaan disiplin dan taat melaksanakan
hukum-hukum Islam yang diperoleh dalam bidang studi Fiqh sangat
membantu dalam membentuk pribadi warga Negara yang baik.
Adanya anggapan bahwa fiqih hanyalah pelajaran yang dihafal dan
tidak termasuk pelajaran yang menentukan saat akhir sekolah. Inilah yang
membuat peserta didik statis dan kurang berprestasi. Berdasarkan hasil
ulangan harian diketahui bahwasannya MI Al-Hidayah Sidoarjo menghadapi
permasalahan dalam pembelajaran Fiqih. Dalam pembelajaran Fiqih sering
kali didapatkan siswa masih sukar menerima dan mempelajari mata pelajaran
Fiqih. Permasalahan ini didapatkan dari hasil ulangan harian siswa pada
kompetensi dasar menjelaskan ketentuan zakat. Dari hasil ulangan harian
4. 4
siswa diperoleh data rata-rata nilai yang diperoleh dari 28 siswa adalah 80-100
dengan kriteria nilai baik ada 5 siswa = 18%. 79-55 dengan kriteria nilai
cukup ada 3 siswa = 11%. 0-54 dengan kriteria nilai kurang ada 20 siswa =
71%. Data ini membuktikan bahwa pembelajaran Fiqih di kelas IV kurang
berhasil karena hasil belajar siswa masih sangat rendah dan dibawah KKM.
Sedangkan KKM yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah untuk mata
pelajaran Fiqih adalah 75.2
Beberapa wali murid mengeluh dengan hal ini. Keluhan diterima
langsung oleh guru kelas dan sebagian keluhan lain diterima kepala sekolah.
Guru dan kepala sekolah beberapa kali melakukan rapat khusus untuk
membahas masalah ini. Tetapi setelah diadakan remidi dan pengayaan
nilainya tetap saja rendah.3
Mata pelajaran fiqih cenderung menghafal daripada mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini masih sangat bergantung oleh
seorang guru. Pengalaman pembelajaran tersebut menumbuhkan pemikiran
baru bagaimana hal yang kurang baik itu dapat diubah untuk diperbaiki
kemudian muncul suatu gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi.
2 Sumber : Dokumen penilaian ulangan harian kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo
3 Sumber : Data hasil remidi
5. 5
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, model pembelajaran yang
digunakan guru merupakan salah satu faktor dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi belajar siswa. Apa yang diperoleh siswa dari guru agama
seringkali tidak mencerminkan perkembangan pendekatan dengan yang
mereka alami dalam kehidupan masyarakat.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung membuat siswa
pasif dalam proses belajar mengajar, dapat mempengaruhi hasil belajarnya
sehingga tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran tersebut. Oleh karena itu
guru harus terampil dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
Berdasarkan masalah yang didapatkan, tampaknya pembelajaran Fiqih kelas
IV MI Al-Hiadayah Sidoarjo terjadi karena kurang terampilnya guru
menggunakan Model pembelajaran. Guru hanya berceramah di depan kelas.
Guru kurang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri
konsep-konsep matematika, siswa hanya menyalin apa yang dikerjakan oleh
guru. Selain itu siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide
dan mengkonstruksi sendiri dalam menjawab soal latihan yang diberikan oleh
guru.
B. Rumusan Masalah
6. 6
Permasalahan yang terjadi di kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo dalam
pelajaran Fiqih adalah hasil belajar siswa yang masih kurang. Merujuk pada
latar belakang tersebut, masalah yang ditemukan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana kemampuan siswa dalam menjelaskan macam-macam zakat
pada siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo sebelum diberi tindakan?
2. Bagaimana penerapan model Think Pair Share dalam menjelaskan
macam-macam zakat pada siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menjelaskan macam-macam
zakat melalui model Think Pair Share?
C. Tindakan Yang di Pilih
Masalah yang telah dikemukakan di atas, guru MI Al-Hidayah
Sidoarjo perlu melakukan perbaikan dalam proses pengajaran. Salah satunya
dengan menerapkan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan
siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal melalui penelitian
tindakan kelas. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam
mengajarkan matematika adalah model Think Pair Share (TPS), karena model
pembelajaran ini dapat mendorong keaktifan siswa agar dapat meningkatkan
hasil belajarnya.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk memengaruhi pola interaksi
siswa. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat
memberikan siswa lebih banyak waktu berfikir untuk merespon dan saling
membantu. Dengan demikian Think Pair Share berpotensi untuk
7. 7
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Menjelaskan
Macam-Macam Zakat Mata Pelajaran Fiqih Melalui Model Think Pair
Share Pada Siswa Kelas IV MI AL-Hidayah Sidoarjo”.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjelaskan macam-macam
zakat pada siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo sebelum diberi
tindakan.
2. Untuk mengetahui penerapan model Think Pair Share dalam menjelaskan
macam-macam zakat pada siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menjelaskan
ketentuan zakat melalui model Think Pair Share.
E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menjelaskan ketentuan zakat mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MI Al-
Hidayah Sidoarjo. Subjek penelitiannya hanya ditujukan untuk siswa kelas IV
dengan jumlah siswa 40 anak, 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.
Tindakan penelitian ini menggunakan model pembelajaran Think Pair Share.
F. Manfaat Penelitian
Bagi siswa:
8. 8
1. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa tentang FPB dan KPK.
2. Memudahkan siswa dalam memahami pelajaran tentang FPB dan KPK.
3. Tercipta suasana yang menarik dan menyenangkan dalam proses belajar
mengajar.
4. Menigkatkan keaktifan siswa melalui model pembelajaran Think Pair
Share.
Bagi guru:
1. Meningkatkan pengetahuan penerapan model pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.
2. Sebagai alternatif untuk terampil dalam melakukan proses pembelajaran.
3. Dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi dan kondisi siswa.
4. Mengaplikasikan pembelajaran PAIKEM yang telah dipelajari selama
berada di bangku kuliah.
Bagi sekolah:
1. Memberikan peluang bagi siswa-siswi untuk mengembangkan potensinya.
2. Upaya peningkatan dalam mencapai standar proses pembelajaran.
3. Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan proses pembelajaran.
9. 9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interktif siswa. Think
Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki
tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau
pasangannya. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk
dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi
siswa.
Karakteristik model TPS, peserta didik dibimbing secara mandiri,
berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model
10. 10
ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan KBM juga
mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi peserta didik. Beberapa
akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah peserta didik dapat
berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi
informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan
pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga langkah yaitu Think
(berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi).
Langkah 1 : Think (Berpikir)
Guru menyampaikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri menemukan
10
jawaban.
Langkah 2 : Pairing (Berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari
4-5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Sharing (Berbagi)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan hasilnya. Langkah ini dapat
dilakukan hal – hal sebagai berikut :
1. Semua peserta didik menulis jawabannya di papan tulis pada saat
yang sama.
2. Para peserta didik memberikan jawaban dengan cepat dan peserta
didik lain menanggapi dengan cepat.
11. 11
3. Semua peserta didik memberikan jawabannya dengan cara berdiri
kemudian duduk kembali. Dan setiap peserta didik yang
memberikan jawaban yang sama dengan peserta didik yang
menulis di papan tulis ikut duduk. Proses ini dilanjutkan sampai
semua peserta didik duduk.
4. Setiap peserta didik berbagi jawaban dengan peserta didik dengan
kelompok yang lain.4
Think Pair Share memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa
mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan
kemampuan berkelompoknya serta keterampilan atau kecakapan sosial.
Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran tipe TPS antara lain:
1. Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek, yaitu:
Aspek bertanya
Keterampilan sosial siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam
satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta
bertanya pada diskusi kelas.
Aspek menyampaikan ide atau pendapat
Keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok
serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat
kelompok lain presentasi.
2. Keterampilan sosial aspek bekerjasama
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif, (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2010) hal 81-82
12. 12
Keterampilan sosial siswa pada aspek yang bekerjasama meliputi
keterampilan sosial siswa dalam hal bekerjasama dengan teman dalam
satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.
3. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik
Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik yaitu
keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain
saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain
berpendapat.
1) Tujuan Model Think Pair Share
Beberapa tujuan menggunakan TPS sebagai berikut :
1. Membantu menstrukturkan diskusi.
2. Meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya
informasi yang dapat diingat siswa.
3. Siswa dapat meningkatkan kecakapan sosial hidup mereka.
2) Kelebihan Model Think Pair Share
Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share antara lain sebagai
berikut:
1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena, serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
13. 13
2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat
dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan
dalam memecahkan masalah.
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari
2 orang.
4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran.
6. Proses kegiatan belajar mengajar tidak bergantung pada guru.
Dengan demikian, peserta didik dirangsang untuk lebih aktif
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan
berpikir sendiri, menemukan informasi dari beberapa sumber, dan
dapat saling dan bertukar informasi antar peserta didik.
3) Kelemahan Model Think Pair Share
Kelemahan dari model Think Pair Share antara lain:
1. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan.
2. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
14. 14
4. Menggantungkan pada pasangan.
5. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan
muridnya rendah.
6. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
7. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga, untuk itu guru harus membuat
perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah
waktu yang terbuang.
8. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.
4) Manfaat Model Think Pair Share
Manfaat dari Model Think Pair Share antara lain:
1. Para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain
ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak
peserta didik yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab
setelah berlatih dalam pasangannya. Para peserta didik mungkin
mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan
kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat
berkonsentrasi mendengarkan jawaban peserta didik, mengamati
reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
5) Model Think Pair Share sebagai Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Belajar kooperatif bukanlah hal baru. Dalam belajar kooperatif siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk bekerja sama dalam
15. 15
menguasai materi yang diberikan oleh guru. Dalam belajar kooperatif
siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok untuk mencapai tujuan bersama dan setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika merasa saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Tujuan pokok dari belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar
siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim
maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan antara para siswa
dari berbagai latar belakang dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi
kesenjangan pendidik khususnya dalam wujud input pada level
individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan
solidaritas sosial dikalnagan siswa. Dengan belajar kooperatif
diharapkan kelak akan muncul geberasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang tinggi.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
16. 16
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang.
Menurut Johnson dan Sutton terdapat lima unsur penting dalam
pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja
sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadpa suksesnya
kelompok.
2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Hal ini akan
terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan
akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang
dlam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah saling tukar
menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari.
3. Tanggung jawab individual. Belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan siswa tidak adapat hanya sekedar
membonceng pada hasil kerja teman.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kooperatif selain dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi
17. 17
dengan siswa lain dalam kelompoknya, siswa sebagai anggota
kelompok juga harus juga harus menyampaikan ide dalam
kelompok.
5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung
tanpa proses kelompok. Proses kelompok ini terjadi jika anggota
kelompok mendiskusikan bagaimana mereka membuat hubungan
kerja yang baik.
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai
berikut:
1. Penghargaan kelompok yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk
membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok
telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
secara bersama-sama dalam menyelesaikan masalah.5
B. Kemampuan Menjelaskan
1) Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti dapat
atau bisa. Ada beberapa istilah tentang kemampuan diantaranya adalah
5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif ..... hal 56-61
18. 18
kesanggupan, sanggup, dapat melakukan sesuatu, dan memecahkan
masalah. Ditinjau dari segi bahasa Indonesia kemampuan merupakan
kesanggupan seseorang berinteraksi di suatu masyarakat dalam berbahasa
antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran bercakap-cakap.
Kemampuan didefinisikan sebagai kecakapan sseorang untuk
mempergunakan bahasa yang secara sosial dapat diterima dan memadai.6
Kemampuan didefinisikan sebagai perwujudan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam
pembelajaran, kemapuan siswa dapat diwujudkan dengan nilai yang
diperoleh siswa untuk mengukur tingkat kognitifnya.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar
yang perlu dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam
satu mata pelajaran pada jenjang tertentu.
2) Pengertian Menjelaskan
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu
menjadi jelas. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian
informasi secara sitematis sehingga yang menerima penjelasan
mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu
dengan yang lainnya.7
Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diinformasikan
secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan
6 Lihat: http://www.scribd.com/doc/57852571/3/Hakekat-Kemampuan-dalam-Pembelajaran
7 Udin S Winata Putra, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hal.
7.60.
19. 19
memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan
indoktrinasi.8
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hokum-hukum
yang berlaku.9
Pada kenyataannya kebanyakan siswa belum terbiasa belajar secara
mandiri dan mampu memahami yang dipelajarinya secara lebih baik.
Disamping itu tidak sedikit para siswa dihadapkan pada keterbatasan
sumber belajar, terutama buku-buku yang dimilikinya. Dengan demikian
kemampuan menjelaskan berbagai konsep dan topik secara tepat sehingga
dapat dipahami oleh siswa.10
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956.Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan
penyajian ke dalam bentuk system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan
untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah
pembelajaran.
8 JJ. Hasibuan, Dip. Ed, dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 70.
9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 80.
10 Ibid., hlm. 156.
20. 20
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yang
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual yaitu a)
mengingat, b) memahami, c) menerapkan, d) menganalisis, e)
mengevaluasi, f) mengkreasi.
b. Affective Domain (Ranah Afektif)
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ciri-ciri ranah afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku, seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran
agama di sekolah, dsb. Ranah Afektif ini ada lima tingkatan dari yang
paling sederhana ke yang kompleks yaitu a) reciving, b) responding,
c) valuing, d) organizing, e) caractirazation by value.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
Psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”,” sensory-moto”
r atau perceptual-motor.” Jadi ranah psikomotor berhubungan
erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerak tubuh atau bagian-bagiannya.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat 5 tingkatan yaitu a)
21. 21
persepsi, b) kesiapan, c) gerakan terbimbing, d) gerakan mekanisme,
e) respons yang kompleks, f) penyesuaian dan keaslian.11
Kemampuan menjelaskan merupakan kemampuan yang termasuk
dalam ranah kognitif. Dengan menjelaskan macam-macam zakat, siswa
diharapkan mampu mencapai indikator yang sudah ditentukan guru dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah
1) Pengertian Fiqih
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram,
khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya ataupun lingkungannya.12
11 Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
12 Permenag No. 2 tahun 2008
22. 22
2) Tujuan Fiqih
Dalam rangka pencapaian tujuan pemberian bekal kemampuan dasar
yang diperlukan untuk memasuki kehidupan di masyarakat, bidang studi
Fiqih memberikan kemampuan minimal yang diperlukan dalam
melaksanakan hukum Islam, sesuai dengan tingkat perkembangan dan
usianya. Dalam bidang studi Fiqih terdapat tujuan instruksional umum,
yaitu:
1. Murid dapat melafalkan dua kalimat syahadat dan artinya.
2. Murid mengetahui alat dan cara bersuci dari kotoran dan najis, adab
buang air, istinja’ dan berwudhu’.
3. Murid mengetahui tata cara melaksanakan shalat dan dapat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Murid mengetahui cara-cara melaksanakan puasa dan dapat
mengamalkannya.
5. Murid mengetahui pokok-pokok Syari’at Islam tentang zakat,
shadaqah, infaq dan waqaf.
6. Murid mengetahui pokok-pokok Syari’at Islam tentang ibadah haji.
7. Murid mengetahui pokok-pokok Syari’at Islam tentang hukum
makanan dan minuman.
8. Murid mengetahui pokok-pokok Syari’at Islam tentang binatang yang
halal dan yang haram serta cara penyembelihan.
9. Murid mengetahui pokok-pokok Syari’at Islam tentang jual-beli.13
3) Ruang Lingkup Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyyah meliputi:
1. Fiqh ibadah : yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
thaharah, shalat, puasa, zakat, ibadah haji.
13 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal 19
23. 23
2. Fiqh Muamalah : yang menyangkut pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.14
4) Materi Fiqih tentang Macam-Macam Zakat
Zakat menurut bahasa berarti suci, bersih, bertambah serta tumbuh
berkembang. Oleh karena itu, orang yang berzakat berarti membersihkan
dirinya dari sifat bakhil dan membersihkan harta dari hak orang lain.
Dengan membayar zakat akan menambah keberkahan harta dan usahanya
akan tumbuh berkembang.
Zakat menurut istilah berarti mengeluarkan sebagian harta yang
dimiliki untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya setelah
memenuhi nisab atau syarat tertentu. Zakat akan menyucikan dan
membersihkan harta kita dari hak orang lain maupun dari sesuatu yang
haram. Demikian pula jiwa kita yang menjadi bersih dan suci dengan
berzakat.
Zakat yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat Islam
dikelompokkkan menjadi 2 yaitu:
1. Zakat Fitrah yaitu zakat yang diwajibkan kepada umat Islam yang
memiliki kelebihan di akhir bulan Ramadhan.
2. Zakat Mall (harta) yaitu zakat yang berkaitan dengan harta benda yang
dimiliki dan telah mencapai syarat tertentu.
Harta benda yang wajib dizakati meliputi:
a. Zakat Nuquud yaitu zakat kekayaan seperti emas, perak.
b. Zakat Tijarah yaitu zakat perdagangan
14 Departemen Pendidikan Agama Islam, Permenag, (Jakarta, 2008)
24. 24
c. Zakat Al-An’am yaitu zakat binatang ternak seperti sapi, kambing,
unta.
d. Zakat Ziraah yaitu zakat pertanian dan perkebunan. 15
15 Ainul Yaqin Makky Abdullah, Fikih, (Sidoarjo : Media Ilmu, 2009), hal 1-4
25. 25
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis
penelitian kualitatif. Ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari istilah
Penelitian Tindakan Kelas yaitu
Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati sebuah objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data dan informasi dengan tujuan dan bermanfaat dalam
meningkatkan mutu bagi hal yang diamati.
Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian tersebut berbentuk
rangkaiansiklus kegiatan untuk siswa-siswi.
Kelas dalam hal ini tidak terikat pada ruang kelas tetapi dalam pengertian
pembelajaran yang lebih spesifik yakni sekelompok siswa-siswi yang
dalam waktu yang samadari guru yang sama pula.
Dari menggabungkan tiga istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
26. 26
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
secara bersama di kelas secara profesional.16
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan
cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat
penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin,
2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif
memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan.17
B. Setting Penelitian
28
Penelitian ini dilakukan di MI Al-Hidayah Sidoarjo. Waktu penelitian
ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014. Subjek
penelitiannya hanya ditujukan kepada siswa siswi kelas IV MI Al-Hidayah
Sidoarjo dengan jumlah siswa 40 anak, 18 siswa laki-laki dan 22 siswa
perempuan. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukakan atas dasar sekolah
dekat dari rumah peneliti sehingga mudah dijangkau. Masalah yang
ditemukan oleh peneliti yaitu model yang dipakai guru meggunakan ceramah
dan hasil belajar siswa-siswi tentang menjelaskan ketentuan zakat rata-rata
masih belum maksimal. Sehingga hal ini dapat menghambat hasil belajar
16 Modul Penelitian Tindakan Kelas paket 3 hal 9-10
17 Lihat : http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html (29 Juni
2013)
27. siswa dalam meningkatkan kemampuan menjelaskan ketentuan zakat mata
pelajaran Fiqih.
Identifikasi masalah
Identifikasi masalah
refleksi (reflecting)
observasi (observing)
tindakan (acting)
perencanaan (planning)
27
Siklus I
Siklus II
C. Variabel yang diselidiki
Variabel yang diteliti meliputi:
a. Variabel input yaitu siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo dengan
kompetensi dasar menjelaskan ketentuan zakat.
b. Variabel proses yaitu penyelenggaraan proses belajar mengajar
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share.
c. Variabel out put yaitu penelitian ini digunakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menjelaskan macam-macam zakat.
D. Rencana Tindakan
Dalam pelaksanaannya, PTK ini menggunakan model PTK Kurt
Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah
pokok yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi
(observing), refleksi (reflecting).
28. 28
dst
gambar 1.1 Model PTK Kurt Lewin
Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus
PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah
mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait
dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang
kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga dilaksanakan karena
siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu muga siklus-siklus berikutnya.
Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Menyusun perencanaan sebelum melakukan PTK. Kegiatan yang
harus dilakukan adalah:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di
kelas.
c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap ini melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada
RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
3. Observasi (observing)
Pada tahap ini melakukan pengamatan. Kegiatan yang dilakukan
adalah:
a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti pembelajaran.
b. Memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam
kelompok.
29. 29
c. Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi
pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.
4. Refleksi (reflecting)
Tahap ini melakukan refleksi. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Mencatat hasil observasi.
b. Mengevaluasi hasil observasi.
c. Menganalisis hasil pembelajaran.
d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan
rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK dapat dicapai.18
E. Data dan Cara Pengumpulannya
Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana
cara penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan data, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data
dalam sutau penelitian yang merupakan hasil perbuatan secara aktif dan
penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang
diinginkan atau studi yang sistematis tentang keadaan sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru melalui model Think Pair Share.
Dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu checklist atau skala
penilaian.19
18 Modul Penelitian Tindakan Kelas paket 5 hal 12-13
19 Mardalis, Metode Penelitian suatu Pendekatan Proporsional (Jakarta: Bumi Aksara
Jakarta, 1995) hal 63
30. 30
Lembar Pengamatan Aktifitas Guru
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas / Semester : IV / 1
Hari / Tanggal :
Hasil Checklist Aktivitas Guru
No Kegiatan Skor
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran
a.Menarik perhatian
b.Guru memberikan motivasi
c.Guru menyampaikan tujuan
2 Penguasaan materi ajar
a. Kelancaran
menyampaikan materi
b. Kecakupan
materi terhadap kompetensi.
c. Keluasan
materi ajar.
3 Model pembelajaran yang digunakan
a.Guru memberikan pertanyaan kepada peserta
didik untuk berpikir.
b.Guru menginstruksikan kepada peserta didik
untuk berdiskusi berpasangan.
31. 31
c.Guru menginstruksikan kepada peserta didik
untuk berkelompok dan melakukan sharing
tentang apa yang sudah dipikirkan dengan
membagikan lembar kerja.
d.Guru bersama siswa melakukan sharing sesuai
hasil kerja kelompoknya.
4 Performance
a.Guru menjelaskan dengan suara lantang dan jelas.
b.Guru melakukan interaksi kepada semua siswa.
c.Guru sangat berekspresi ketika menerangkan.
5 Penerapan Media
a.Media yang digunakan menarik
b.Media memperjelas materi
c.Kesesuaian Media dengan karakter peserta didik.
6 Bertanya
a. Pertanyaan jelas dan konkrit.
b.Pertanyaan memberikan waktu berfikir.
c. Pertanyaan sesuai indikator kompetensi.
7 Reinforment(memberi penguatan)
a.Guru memperjelas materi yang belum dipahami
siswa
b.Guru memberikan penguatan verbal.
c.Guru memberikan penguatan non verbal.
8 Menutup pembelajaran
a.Guru memberi reward / penghargaan pada siswa.
b.Guru menarik kesimpulan.
c.Guru memberi dorongan psikologis.
d.Guru melakukan evaluasi.
Skor perolehan
Persentase = x 100 =
32. 32
Skor maksimal
Tabel 3.1
Keterangan :
1 : jika ada satu dari empat butir
2 : jika ada dua dari empat butir
3 : jika ada tiga dari empat butir
4 : jika lengkap empat butir
Skor perolehan
5: Prosentase = x 100
Skor Maksimal
Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas / Semester : IV / 1
Hari / Tanggal :
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model Think
Pair Share
No Indikator / Aspek Yang Diamati Pengamat Skor
Skor
33. 33
Penilaian
1 2 3
1. Siswa berpikir sesuai pertanyaan yang
diberikan guru.
2. Siswa berdiskusi berpasangan sesuai dengan
jawaban
3. Siswa bekerjasama dengan satu kelompok
untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru.
4. Siswa menyampaikan ide atau pendapat saat
berdiskusi atau sharing.
5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaanya.
6. Siswa bertanya pada saat berdiskusi.
7. Siswa antusias menjawab pertanyaan dengan
cepat ketika sharing.
8. Siswa menanggapi jawaban dengan cepat
ketika sharing.
9. Siswa menjawab pertanyaan dengan angkat
tangan kemudian berdiri dan duduk lagi.
10. Siswa mendengarkan dengan baik ketika
kelompok lain atau temannya menyampaikan
pendapat.
Skor perolehan
Persentase = x 100 =
Skor Maksimal
Tabel 3.2
Keterangan:
Pengisian Lembar Observasi Guru dengan memberi tanda Checklist (√)
34. 34
1 : Jika aktivitas siswa sangat kurang.
2 : jika aktivitas siswa cukup.
3 : jika aktivitas siswa sangat baik.
Skor perolehan
4 : Persentase = x 100
Skor Maksimal
2) Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap
dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan
pada si peneliti.20
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data kemampuan
siswa dalam menjelaskan ketentuan zakat. Wawancara ini dilakukan
sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Berikut instrumen
wawancara:
1. Bagaimana kemampuan siswa kelas IV pada kompetensi dasar
menjelaskan ketentuan zakat?
2. Berapa persen siswa yang belum menguasai materi tersebut?
3. Bagaimana keaktifan siswa pada saat mengikuti pembelajaran?
4. Apakah siswa yang belum mengerti selalu bertanya kepada
teman atau guru?
5. Apa yang melatar belakangi nilai siswa rata-rata di bawah KKM
pada kompetensi dasar menjelaskan ketentuan zakat?
20 Mardalis, Metode Penelitian ...... hal 64
35. 35
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai
dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh
melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.21
Adapun yang dimaksud disini adalah pengambilan data dengan cara
mencatat, mencetak dan merekam semua hal yang berhubungan dengan
siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo.
4) Tes hasil belajar
Tes adalah instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan
siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi
pembelajaran.22 Jenis tes yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) ini adalah tes individual.
Peneliti menentukan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah
memperoleh nilai diatas KKM yaitu > 70. Analisis dihitung dengan
menggunakan statistik sederhana, yaitu :
a. Nilai Tes Formatif
Untuk memperoleh nilai tes formatif dirumuskan dengan :
Nilai = Skor yang diperoleh x 100 %
Skor Maximum
b. Data Ketuntasan Siswa
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, peneliti
menggunakan rumus :
21 Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 143.
22 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009)
hal 99.
36. 36
T = Σ siswa yang tuntas x 100 %
Σ siswa
Tes yang diberikan kepada siswa MI Al-Hidayah Sidoarjo adalah tes
tertulis yaitu soal-soal dengan kompetensi dasar menjelaskan macam-macam
zakat. Sedangkan analisis ketuntasan belajar, dikategorikan secara
perseorangan dan secara klasikal. Pembelajaran ini dianggap berhasil jika
siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan ketentuan
zakat dan telah mencapai skor minimal 75. Adapun kriteria ketuntasan
belajar siswa secara perorangan adalah sebagai berikut:
Kriteria tingkat ketuntasan/kelulusan belajar siswa
Lulus ≥ 75 Sangat Baik 89 - 100
Baik 79 - 88
Cukup 68 - 78
Tidak lulus ≤ 75 Kurang 50 - 75
Sangat kurang 0 - 45
Tabel 3.3
F. Indikator Kinerja
Indikator berasal dari kata dasar bahasa inggris to indicate, artinya
menunjukkan. Dengan demikian maka indikator berarti alat penunjuk atau
“sesuatu yang menunjukkan kualitas sesuatu”.
Berdasarkan judul “Peningkatan Kemampuan Menjelaskan Macam-
Macam Zakat Mata Pelajaran Fiqih Melalui Model Think Pair Share (TPS)
Pada Siswa Kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo “, Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa pada
37. 37
kompetensi dasar menjelaskan macam-macam zakat hingga mencapai
presentase 100 %.
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam pelaksanaan PTK ini, peneliti bekerja sama dengan Ibu
Ma’rufah, S. Pd. I selaku guru mata pelajaran Fiqih sekaligus wali kelas pada
siswa kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo. Dan juga siswa siswi kelas IV MI Al-
Hidayah Sidoarjo sebagai subjek yang diteliti.
Guru dan peneliti merupakan kesatuan tim yang bertugas untuk
mengarahkan proses kegiatan pembelajaran agar berjalan efektif dan juga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi siswa untuk
turut aktif dalam kegiatan dengan nilai yang memuaskan. Sehingga akan
diketahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi macam-macam zakat
melalui metode Think Pair Share.
Peneliti disini bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kinerja guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan siswa. Selain itu peneliti
mempunyai tugas menyediakan perangkat pembelajaran (RPP). RPP yang
sudah dibuat dipraktikkan. Kemudian peneliti bersama guru malakukan
evaluasi terhadap kemampuan mengidentifikasi siswa. Sehingga peneliti dan
guru mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ainul Yaqin Makky Abdullah. 2009. Fikih. Sidoarjo : Media Ilmu.
38. 38
Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Data hasil remidi.
Departemen Pendidikan Agama Islam. 2008. Permenag. Jakarta.
Dokumen penilaian ulangan harian kelas IV MI Al-Hidayah Sidoarjo.
Hasibuan, Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html (29
Juni 2013).
http://www.scribd.com/doc/57852571/3/Hakekat-Kemampuan-dalam-Pembelajaran.
Mardalis 1995. Metode Penelitian suatu Pendekatan Proporsional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Modul Penelitian Tindakan Kelas paket 3 hal 9-10.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 2003. Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Permenag No. 2 tahun 2008.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
39. 39
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Winata Putra, Udin S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.