SlideShare a Scribd company logo
MODUL PEMBELAJARAN 
ILMU KELAKUAN HEWAN 
(ANIMAL BEHAVIOUR) 
OLEH: 
SUHARA 
Jurusan Pendidikan Biologi 
FPMIPA UPI 
2010 
1
BAB I 
ETOLOGI: STUDI OBJEKTIF MENGENAI PERILAKU 
2 
Pendahuluan 
Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan 
lingkungannya. Hal itu merupakan kegiatan yang diarahklan dari luar dan tidak mencakup 
banyak perubahan di dalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup. 
Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan 
untuk mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respons, efektor 
itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari 
dalam. Hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah 
memperoleh makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat 
gabungan stimulus dari luar dan dari dalam. 
Jadi, berdasarkan pernyataan di atas hubungan timbal balik antara stimulus dan 
respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi mengenai perilaku. Studi 
lainnya menyangkut masalah pertumbuhan dan mekanisme evolusioner dari organisme dan 
sekaligus evolusi perilakunya. 
Pada dasarnya studi mengenai perilaku sangat erat kaitannya dengan cabang disiplin 
ilmu lainnya. Misalnya di dalam mempelajari mekanisme kerja suatu hewan tertentu erat 
kaitannya dengan pengetahuan mengenai fisiologi alat indera, khususnya neurofisiologi, 
dengan endokrinologi, dan fisiologi otot itu sendiri. Semuanya bertumpu pada masalah studi 
mengenai sistem koordinasi. Studi mengenai evolusi berhubungan erat dengan ilmu 
taksonomi, ekologi, dan genetika. Dan studi mengenai fungsi-fungsi perilaku erat kaitannya 
dengan masalah aspek ekologis dan sosiologis. 
Tujuan, Scope, dan Keterbatasan mengenai Studi Sebab Akibat dalam Perilaku 
Bawaan. 
Tujuan dari studi ini adalah mengenai perilaku bawaan, maka dibatasi pada masalah-masalah: 
1. Objek yang akan dibahas adalah mengenai perilaku bawaan. 
2. Struktur yang mendasari fenomena yang diobservasi. 
Ilmu Lainnya mengenai Perilaku Bawaan 
Dua aspek penting dalam perilaku bawaan, yaitu: 1) directiveness dan 2) fenomena 
subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa objek etoligis adalah gabungan dari kedua aspek 
tersebut dalam mempelajari sebab akibat dari perilaku. 
Directiveness 
Fakta menunjukkan bahwa perilaku merupakan suatu proses yangs ecara langsung 
berhubungan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu. Tujuan atau maksud tersebut 
merupakan faktor yang mengontrol semua aktivitasnya. Dengan demikian directiveness 
merupakan suatu bentuk perilaku, seperti juga proses-proses kehidupan lainnya. 
Fenomena Subjektif 
Peneliti-peneliti lain menekankan pada aspek tertentu yang lain dari perilaku. Salah 
satu contoh fenomena subjektif adalah perilaku “emosional”. Fenomena subjektif tidak mudah 
atau tidak dapat diobservasi secara objektif. Sebagai contoh: hewan akan berburu jika ia
lapar, dan fenomena subjektif ini yang menyebabkan perilaku mencari makan pada hewan 
tersebut. 
3 
Penyebab Perilaku Lainnya 
Fisiologi. Pengetahuan mengenai fisiologis mengenai kerja saraf dan otot saja tidak 
cukup untuk mengerti mengenai gerak pada hewan. Hal ini disebabkan karena perilaku 
merupakan suatu proses yang kompleks pada kontraksi otot. 
Psikologis. Kategori kedua mengenai perilaku adalah psikologi yang memiliki 
Pengertian yang berbeda dengan fisiologis. Di Amerika kebanyakan psikolog menggunakan 
metode “behavioristik” yang pada dasarnya merupakan metode objektif sedangkan perilaku 
merupakan bagian yang bersifat subjektif. 
Studi Objektif mengenai Perilaku 
Beberapa Karakteristik Studi Objektif Tentang Insting 
Deskripsi 
Beberapa karakteristik penting: 
1. Pentingnya mengetahui mekanisme aktivitas otot secara menyeluruh 
2. Untuk beberapa tujuan, deskripsi mengenai perilaku tidak perlu menyeluruh cukup dengan 
mengamati suatu faktor penyebab yang dapat menimbulkan suatu reaksi tertentu. 
Misalnya proses pelepasan stimulus mematuk pada anak itik. 
3. Aktivitas suatu jenis hewan akan mengakibatkan suatu respons pada hewan lainnya. 
Etnograms 
Spesies hewan tertentu memiliki pola perilaku yang khas, misalnya penampakan 
warna. Sebagai contoh: 
1. Diskriminasi warna oleh lebah madu 
Von Hess (1913) menemukan dari eksperimennya dengan menggunakan dua sumber 
cahaya yang berbeda warna dan intensitasnya ternyata lebah madu mendatangi cahaya 
yang lebih terang, terlepas dari warnanya. Selanjutnya ia memasang warna merah 
dengan hijau, lebah akan memilah salah satu warna dengan mengubah intesitasnya. 
Sehingga disimpulkan secara alamiah lebah madu adalah buta warna. 
Dengan demikian untuk memperoleh kesimpulan yang akurat maka diperlukan 
penelitian yang lebih seksama. 
2. Reaksi yang diperlambat (Delayed Respons) 
Delayed Respons (Carr, Hunter) asalnya digunakan untuk menguji daya ingat hewan 
tertentu. Saat ini digunakan sebagai suatu metode untuk menguji memori. Sebagai contoh 
adalah perilaku memberi makan dari parasitoid Ammophila campestris. Hewan ini 
memiliki perilaku yang khas pada saat memberi makan larvanya. 
Hewan betina Ammophila campestris sebelum bertelur menggali lubang terlebih dahulu, 
kemudian membunuh atau melemahkan ulat sebagai bahan makanan bagi larva yang 
disimpan dalam tubuh ulat tersebut. Selesai bertelur dengan cara menyuntikan telur ke 
tubuh ulat, si betina akan menggali lubang yang baru untuk menyimpan ulat yang baru 
yang berisi telur-telurnya. Selanjutnya induk betina tersebut datang pada lubang-lubang 
yang telah dibuatnya secara bergiliran dan memasukkan ulat dengan jumlah antara 6 – 7 
ekor. Baerends (1941) menemukan bahwa si betina tidak pernah salah mengenai jumlah 
ulat yang harus dimasukkan ke dalam masing-masing lubang. Dengan melakukan suatu 
perlakuan merubah jumlah ulat yang ada pada lubang tersebut, Baerends menyimpulkan
1) dengan mengurangi (dicuri) jumlah ulat dalam lubang akan mendorong si betina 
menyimpan ulat lebih dari biasanya, 2) dengan menambahkan ulat pada lubang si betina 
akan mengurangi jumlah ulat yang dibawanya. Akan tetapi perubahan tersebut baru terjadi 
dan berpengaruh pada perilaku si betina jika dilakukan sebelum kunjungan yang pertama. 
Perubahan pada situasi lain tidak akan berpengaruh. 
4 
Kebutuhan dasar untuk Generalisasi 
Perilaku bawaan ditemukan pada berbagai jenis hewan. Misalnya perilaku hewan-hewan 
tertentu yang termasuk taksis (gerak mendekati atau menjauhi sumber stimulus) 
berbeda dengan gerak refleks yang dimiliki hewan lainnya. Kadang-kadang suatu gerakan 
yang dilakukan oleh hewan tertentu merupakan gabungan antara gerak tropisme dan gerak 
refleks atau hanya tropisme saja, misalnya gerakan Planaria dan Daphnia. 
Prosedur Eksperimen 
Prosedur eksperimen yang digunakan dalam penelitian didasarkan atas pengetahuan 
mengenai pola perilaku secara keseluruhan dari suatu spesies yang akan diteliti. Jadi, metode 
penelitian yang sama tidak bisa digunakan untuk membandingkan dua jenis hewan yang 
berbeda. 
Hubungan dengan Kajian Zoologi yang lain. 
Penelitian mengenai kajian “objektif” mengenai perilaku bawaan sangat berhubungan 
dengan fisiologi, neurofisiologi, sensori (alat indera), fisiologi otot, dan endokrinologi. 
Jadi, kajian mengeani perilaku sangat berhubungan dengan displin ilmu biologi 
lainnya. Misalnya dengan Ekologi ( contoh perilaku adaptif hewan), Sosiologi (contoh 
perilaku sosial hewan tertentu, misalnya semut), Taksonomi (contohnya pengenalan karakter 
morfologis untuk mengetahui perilaku dari hewan “sibling species” yang erlihat secara 
morfologi hampir serupa, tetapi memiliki perilku yang sangat berbeda, terutama dalam hal 
reproduksi, ternyata berasal dari spesies yang berbeda) dan Evolusi (contohnya kajian 
mengenai proses divergensi organ-organ homolog yang akan menentukan perilaku hewan 
yang memiliki kesamaan secara anatomi dan morfologis). 
BAB II 
PERILAKU SEBAGAI REAKSI TERHADAP STIMULUS 
YANG DATANG DARI LUAR 
Perilaku “Spontan” dan “Reaktif” 
Salah satu perdebatan pada kajian mengenai perilaku hewan yang sudah lama 
berlangsung adalah suatu pertanyaan mengenai apakah perilaku merupakan sesuatu yang 
bersifat ’spontan” atau merupakan kombinasi dari reaksi-reaksi sederhana terhadap 
lingkngan. Kebanyakan ahli fisiologis, secara objektif mengklaim bahwa perilaku adalah 
semua ‘reaksi’. Hal ini sejalan dengan penemuan adanya gerak refleks yang ditemukan pada 
hewan. Pada akhirnya para ahli fisiologis menyimpulkan bahwa refleks dan refleks yang 
dikondisikan hanyalah merupakan elemen dari perilaku. Pavlop mengidentifikasi “insting” 
dan “refleks” sebagai contohnya adalah kecenderungan seseorang untuk mengumpulkan uang 
adalah “ suatu insting atau refleks”. 
Ada dua opini tentang perilaku, bahwa perilaku merupakan reaksi terhadap mstimulus 
eksternal. Sementara perilaku “spontan” dipengaruhi faktor dari dalam, misalnya faktor 
motivasi. Kajian selanjuntnya akan dibuat menjadi dua tahap. Pertama ingin diketahui
mengenai stimulus apa yang dapat diterima alat indera suatu hewan. Kedua, stimulus yang 
efektif yang menyebabkan timbulnya masing-masing reaksi. 
5 
Kapasitas Potensi dari Organ Sensori 
Kenyataan menunjukkan bahwa alat indera hewan berbeda dengan alat indera 
manusia. Misalnya beberapa hewan tidak memiliki penglihatan yang sempurna akan tetapi 
beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat tajam, misalnya kelelawar. Berdasarkan 
suatu kajian yang sangat hati-hati mengenai kapasitas sensori hampir tidak ada dua spesies 
yang memiliki kapasitas yang sama. Uexkull (1921) menyatakan bahwa setiap hewan 
memiliki masing-masing ‘merkwelt’ (persepsi). 
Suatu metode klasik yang digunakan untuk tujuan mengetahui kapasitas sensori adalah 
metode kondisioning (pengkondisian). Pertama kali dikembangkan oleh Von Frisch yang 
melakukan pengkondisian pada binatang tertentu untuk memperlihatkan respons terhadap 
stimulus yang diberikan. Misalnya untuk mengathui respons melarikan diri, atau proses 
makan. Mungkin yang paling dikenal adalah percobaan Pavlop dengan anjingnya untuk 
mengetahui reaksi terhadap pemberian makanan. 
Peneliti lain, Dijkgraaf (1934) menemukan bahwa organ gurat sisi dari ikan minnow 
(Phoxinus laevis) merupakan organ yang sensitif terhadap stimulus mekanis terhadap gerakan 
air. Contoh lainnya adalah orientasi lebah madu terhadap matahari, Walaupun matahari 
sendiri belum tampak. 
Sensitivitas 
Pertama kali yang ingin diketahui adalah batas sensitivitas organ sensori. Batasnya 
adalah: intensitas dan kualitas. 
Reseptor visual memiliki ambang batas sampai batas cahaya yang tidak efektif lagi 
sebagai satu stimulus. Sebagai contoh, seekor serigala (Strix varia) dapat menerkam secara 
langsung mangsanya yang berjarak 6 kaki ketika intensitas cahaya turun sampai 0, 000.000.73 
kandela yang sama besarnya dengan 0,01 – 0,1 intensitas cahaya yang diperlukan manusia 
untuk dapat melihat. 
Penelitian terakhir mengungkapkan bahwa beberapa jenis hewan memiliki sensitivitas 
terhadap spectrum cahaya yang berbeda dengan mata manusia. Misalnya lebah madu, kurang 
sensitif terhadap cachaya yang memiliki panjang gelombang yang besar dibandingkan mata 
manusia. 
Masalah yang sama ditemukan juga pada intensitas dan kualitas suara. Batas bawah 
terhadap sensitivitas suara pada setiap hewan berbeda-beda. Yang paling mencolok yaitu 
pada kelelawar yang dapat mendeteksi suara dengan frekuensi 50.000 gel/det. Begitu pula 
intensitas dan kualitas stimulus kimia yang dapat diterima oleh kemoreseptor. 
Diskriminasi 
Kemampuan untuk membedakan stimulus yang berbeda dari satu organ sangat 
tergantung pada intensitas dan kualitas stimulus. Kemampuan membedakan tersebut bisa 
untuk mendeteksi cahaya, suara, bahan kimia, atau gabungan beberapa senyawa kimia. 
Contoh: anjing memiliki penciuman yang sangat tajam sehingga mampu membedakan bau 
yang berbeda dari campuran bau-bauan yang berbeda. 
Lokalisasi 
Kemampuan menentukan lokasi sumber stimulus sangat penting sebab kemampuan 
tersebut dapat digunakan untuk membedakan organ-organ tingkat “tinggi” daripada tingkat 
yang lebih “rendah”. Lokalisasi mempunyai dua aspek yaitu: arah dan jarak.
Contohnya pada perkembangan kemampuan organ visual mata. Euglena memiliki 
mata dengan tingkatan yang paling rendah disusul oleh Planaria dalam kemampuannya 
mendeteksi cahaya. Mollusca memiliki perkembangan mata yang paling maju diantara 
invertebrata. Mata manusi merupakan mata yang paling maju dalam perkembangannya. 
Demikian pula untuk organ lainnya yang mampu membedakan lokasi sumber 
stimulus. Misalnya telinga, yang memiliki kemampuan untuk membedakan arah datangnya 
suara. Sementara organ penciuman sangat tergantung pada kontak dengan sumber stimulus 
tersebut. 
AKTUAL ATAU POTENSIAL STIMULUS 
6 
Stimulus Tanda 
Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa tidak semua stimulus yang diterima organ 
sensori cukup untuk menghasilkan suatu reaksi sebagai tanggapan terhadap stimulus tersebut. 
Menurut Tinbergen stimulus eksternal ini tidak perlu sesuai agar efektif. Contohnya, ikan 
berduri punggung tiga yang betina biasanya mengikuti ikan jantan berperut merah ke sarang 
yang telah disiapkan oleh jantan dan meletakkan telur di dalamnya. Akan tetapi, si betina 
akan mengikuti hampir setiap benda merah kecil yang diberikan kepadanya. Begitu ia ada di 
dalam sarang, tidak perlu lagi adanya si jantan atau benda merah. Benda apa pun yang 
menyentuhnya di dekat dasar ekornya akan menyebabkan ikan betina itu bertelur. Seolah-olah 
ikan betina berduri punggung tiga ini dipancing dari dalam untuk setiap hal perilaku dan 
hanya memerlukan satu isyarat khusus untuk melepaskan pola perilakunya. Isyarat yang 
memicu aksi naluriah tersebut disebut pelepas (release). Begitu respons tertentu dilepaskan, 
biasanya langsung selesai Walaupun stimulus efektif segera ditiadakan. 
Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting untuk serangga sosial: 
semut, lebah, dan rayap. Banyak diantara hewan-hewan ini mengeluarkan berbagai macam 
feromon, ada yang mengeluarkan perilaku peringatan bahaya (alarm), perilaku kawin, 
perilaku mencari makanan, dan lain-lain, pada anggota-anggota lain spesiesnya. 
Contoh lainnya adalah bunyi tanda bahaya yang diberikan bebek domestik untuk 
memberikan panggilan peringatan ketika ada burung pemangsa terbang mendekat. Bunyi 
tanda peringatan tidak hnya dibunyikan jika ada burung pemangsa saja tetapi jika ada benda 
yang melayang mirip dengan burung pemangsa ataupun ada burung merpati yang lewat. 
Berbagai model burung dibuat oleh Lorenz dan Tinbergen diberikan untuk meneliti respons 
terhadap burung pemangsa. 
Selain itu faktor pelepas bisa juga berupa stimulus kimia, misalnya pada sejenis kupu-kupu 
Saturnia pyri dimana yang betina meelepaskan stimulus kimia untuk merangsang 
jantang melakukan kopulasi. 
Suara juga bisa menjadi faktor pelepas. Bruckner (1933) melakukan percobaan pada 
kelompok induk ayam dengan anaknya. Induk ayam akan bereaksi mencari anaknya jika 
mendengar suara anaknya walaupun anaknya tidak terlihat. Percobaan lainnya menunjukkan 
si induk tetap tidak peduli terhadap anaknya yang dikurung dalam kurungan kaca, walaupun 
terlihat anak ayam sedang memanggil-manggil induknya karena tidak terdengan suara 
anaknya memanggil. 
Banyak contoh-contoh lainnya yang memiliki pola yang sama dalam hal faktor 
pelepas stimulus ini. Misalnya bunyi hewan jantan secara buatan dapat memanggil hewan 
betinanya, contoh pada belalang atau jangkrik. 
Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa perbedaan antara Umwelth, 
khususnya Merkwelt, dan lingkungan (Von Uexkull) didasarkan atas kenyataan bahwa 
spesies-spesies yang berbeda memiliki kapasitas sensori yang berbeda pula.
7 
Mekanisme Pelepas Bawaan (Naluriah) 
Telah dijelaskan di bagian depan mengenai perilaku kawin ikan berduri punggung tiga 
bahwa perilaku perkawinan stimulus eksternal ini tidak perlu sesuai agar efektif. Penelitian 
Tibergen dan lain-lainnya menunjukkan bahwa hewan dapt dengan mudah diinduksi 
(dirangsang) untuk bereaksi terhadap pelepas yang tidak sesuai. Sebagai contoh, burung robin 
jantan mempertahankan wilayahnya akan berulang-ulang menyerang segumpal bulu daripada 
robin palsu yang tidak memiliki dada merah burung jantan. 
. Beberapa stimulus yang tidak sesuai bahkan lebih merupakan pelepas yang efektif 
daripada stimulus yang normal. Misalnya pada perilaku burung pemakan tiram akan mencoba 
mengerami sebuah telur raksasa yang bukannya telurnya sendiri atau telur camar. Sepintas 
tampaknya perilaku seperti itu tidak adaptif, tetapi dua hal perlu dipertimbangkan sebelum 
membuat penilaian akhir. Pertama, stimulus yang tidak sesuai yang diciptakan agaknya tidak 
akan dijumpai di alam. Kedua, keefektifan stimulus yang ternyata sama sekali tidak sesuai 
bagi mata kita menyingkapkan suatu sifat yang penting sekali dari semua perilaku hewan. 
Hewan merespons secara selektif terhadap aspek-aspek tertentu dari masukan seluruh 
sensori yang diterimanya. Semua hewan menjalani hidupnya diserang oleh beribu-ribu 
pemandangan, bunyi, bau dan lain-lain. Tetapi melalui evolusi, mereka telah mengembangkan 
saraf yang menyaring data yang mengenai alat inderanya, dan mereka bereaksi untuk 
mempertahankan hidupnya sepanjang masa. 
Perilaku Bawaan pada Mammalia 
Lashley (1938) mempelajari perilaku mammalia, khususnya tikus, dan mengambil 
kesimpulan bahwa perilaku instingtif pada mammalia dipengaruhi oleh stimulus yang 
kompleks. Tetapi kesimpulan tersebut baru cocok untuk perilaku kawin, seperti pada ikan 
berduri punggung tiga, tetapi tidak cocok untuk setiap bagian dari elemen tersebut. 
Bawaan atau Pengkondisian? 
Sejauh ini diskusi yang dilakukan mengenai problem yang menentukan apakah reaksi 
yang diberikan pada stimulus merupakan faktor bawaan atau bukan. Hal ini sering tidak 
memungkinkan untuk diputuskan pada hewan mammalia. Sebagai contoh, pada seluruh 
spesies dimana induknya yang mengasuh anak, perilakunya pada akhirnya mungkin 
dikondisikan oleh hewan dewasa dengan berbagai cara. Tetapi bagi individu-individu 
tersebut mungkin juga belajar dari pengalaman dengan bagian lain dari lingkungannya, seperti 
makanan atau predatornya. 
Pada buku-buku lama mengenai perilaku bawaan ini menyatakan bahwa perilaku 
seluruh anggota dari suatu spesies adalah sama karena perilaku bawaan. Tetapi penelitian 
selanjutnya menunjukkan bahwa terdapat kesalahan pada kesimpulan tersebut. Sebagai 
contoh, anak burung penyanyi akan melakukan pengkondisian dan belajar dari spesies yang 
sama. 
Contoh lainnya, misalnya perilaku memelihara anak dari sejenis ikan. Noble dan 
Curtis (1939) berkolaborasi dengan Baerends dan Baerends (1950), yang meneliti sejenis 
ikan yang melakukan aktivitas pengasuhan terhadap spesiesnya selama waktu awal 
kehidupannya semenjak menetas. Jika sepasang ikan muda diberikan telur dari spesies yang 
berbeda, mereka mengambil telur-telur tersebut , tetapi segera membunuh anak-anak ikan dari 
spesies yang berbeda tersebut segera setelah lahir. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku 
tersebut merupakan perilaku bawaan bukan karena pengkondisian.
8 
Apakah yang dimaksud dengan Reaksi? 
Selama ini ‘reaksi’ dikenal sebagai setiap gerakan yang dilakukan sebagai respons 
terhadap stimulus yang datang dari luar. Pada beberapa kasus hasil dari stimulus tersebut 
hanya menghasilkan respons gerakan otot yang sederhana. Misalnya jika kita sentuh antena 
seekor belalang, maka antena tersebut akan digerakkan. Beberapa perilaku sebagai respons 
terhadap stimulus yang datang dari luar akan menghasilkan respons yang kompleks, misalnya 
perilaku tarian lebah untuk menentukan arah mencari makanan sesuai dengan sudut datangnya 
sinar matahari. Jadi respons perilaku yang timbul bisa sederhana atau sangat kompleks. 
Pelepas Sosial 
Banyak respons-respons bawaan yang tergantung pada stimulus yang diberikan oleh 
individu-individu lain dari spesies yang sama. Telah dijelaskan bahwa perilaku sosial semut, 
rayap dan lebah. Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting untuk 
serangga sosial: semut, lebah, dan rayap.

More Related Content

What's hot

Kelompok 2b hewan
Kelompok 2b hewanKelompok 2b hewan
Kelompok 2b hewan
Billqis yh
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologiRuang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
Dewi Ayu Pratiwi
 
Pendekatan etologi
Pendekatan etologiPendekatan etologi
Modul smk ipa 1
Modul smk ipa 1Modul smk ipa 1
Modul smk ipa 1
Casini Mu'thi
 
BIOLOGI_M3KB4
BIOLOGI_M3KB4BIOLOGI_M3KB4
BIOLOGI_M3KB4
ppghybrid4
 
Materi IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMKMateri IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMK
Dhodik Kurniawan
 
Rangkuman ipa biologi 1 smp
Rangkuman ipa biologi 1 smpRangkuman ipa biologi 1 smp
Rangkuman ipa biologi 1 smp
Mohamad Sadikin
 
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 201401 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
Shohib Uddin
 
Ciri-ciri makhluk hidup
Ciri-ciri makhluk hidupCiri-ciri makhluk hidup
Ciri-ciri makhluk hidup
dio persada
 
Materi 5 Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Materi 5  Klasifikasi Keanekaragaman HayatiMateri 5  Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Materi 5 Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
MagdaNae
 
Perilaku Hewan
Perilaku HewanPerilaku Hewan
Perilaku Hewan
yuliartiramli
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
LutfiaAyu
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologiRuang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
ganish anggraeni
 
Ruang Lingkup Biologi ppt
Ruang Lingkup Biologi pptRuang Lingkup Biologi ppt
Ruang Lingkup Biologi ppt
Slidestock
 
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGIPPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
AnggraeniKusumaWarda
 
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAHMAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
yuanitaandriani
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasar
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (18)

Kelompok 2b hewan
Kelompok 2b hewanKelompok 2b hewan
Kelompok 2b hewan
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologiRuang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
 
Pendekatan etologi
Pendekatan etologiPendekatan etologi
Pendekatan etologi
 
Modul smk ipa 1
Modul smk ipa 1Modul smk ipa 1
Modul smk ipa 1
 
BIOLOGI_M3KB4
BIOLOGI_M3KB4BIOLOGI_M3KB4
BIOLOGI_M3KB4
 
Materi IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMKMateri IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMK
 
Rangkuman ipa biologi 1 smp
Rangkuman ipa biologi 1 smpRangkuman ipa biologi 1 smp
Rangkuman ipa biologi 1 smp
 
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 201401 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
01 biologi 10 a kur 2013 peminatan edisi 2014
 
Ciri-ciri makhluk hidup
Ciri-ciri makhluk hidupCiri-ciri makhluk hidup
Ciri-ciri makhluk hidup
 
Materi 5 Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Materi 5  Klasifikasi Keanekaragaman HayatiMateri 5  Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Materi 5 Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
 
Perilaku Hewan
Perilaku HewanPerilaku Hewan
Perilaku Hewan
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologiRuang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
 
Ruang Lingkup Biologi ppt
Ruang Lingkup Biologi pptRuang Lingkup Biologi ppt
Ruang Lingkup Biologi ppt
 
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGIPPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
PPT RUANG LINGKUP BIOLOGI
 
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAHMAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
MAKHLUK HIDUP DAN METODE ILMIAH
 
Iad
IadIad
Iad
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasar
 

Similar to Bab 1 animal behaviour

Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptxEkologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
LarasatiAuliaEkaPutr
 
Konsep dasar perilaku
Konsep dasar perilakuKonsep dasar perilaku
Konsep dasar perilaku
meallhatthaway
 
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologiBhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
Lupita Pemba
 
Psikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
Psikologi Perkembangan: Evolusi & SosiobiologiPsikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
Psikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
ajengseptiana
 
Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
Refleksisme, Psikologi Purposif dan BehaviorismeRefleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
Wulandari Rima Kumari
 
Teori behavioristik545
Teori behavioristik545Teori behavioristik545
Teori behavioristik545
Cipooel Jong
 
PERILAKU HEWAN.pptx
PERILAKU HEWAN.pptxPERILAKU HEWAN.pptx
PERILAKU HEWAN.pptx
RizkaIrsalina2005111
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarRifqi 8
 
Padlan
PadlanPadlan
Pa
PaPa
ciri - ciri mahluk hidup
ciri - ciri mahluk hidupciri - ciri mahluk hidup
ciri - ciri mahluk hidup
universitas kutai kartanegara
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Yunita Siswanti
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
Operator Warnet Vast Raha
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
Operator Warnet Vast Raha
 
Psikolinguistik
PsikolinguistikPsikolinguistik
Psikolinguistik
سيتي ايش نرهد
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantarModul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantarsuher lambang
 
Ciri ciri makluk hidup
Ciri ciri makluk hidupCiri ciri makluk hidup
Ciri ciri makluk hidup
Agustinus Wiyarno
 

Similar to Bab 1 animal behaviour (20)

Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptxEkologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
Ekologi Perilaku Satwa Liar (ESL-7).pptx
 
Konsep dasar perilaku
Konsep dasar perilakuKonsep dasar perilaku
Konsep dasar perilaku
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologiBhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
Bhn ajar bab i. ruanglingkupbiologi
 
Psikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
Psikologi Perkembangan: Evolusi & SosiobiologiPsikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
Psikologi Perkembangan: Evolusi & Sosiobiologi
 
Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
Refleksisme, Psikologi Purposif dan BehaviorismeRefleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme
 
Teori behavioristik545
Teori behavioristik545Teori behavioristik545
Teori behavioristik545
 
PERILAKU HEWAN.pptx
PERILAKU HEWAN.pptxPERILAKU HEWAN.pptx
PERILAKU HEWAN.pptx
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
 
Padlan
PadlanPadlan
Padlan
 
Pa
PaPa
Pa
 
ciri - ciri mahluk hidup
ciri - ciri mahluk hidupciri - ciri mahluk hidup
ciri - ciri mahluk hidup
 
Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi Ruang lingkup biologi
Ruang lingkup biologi
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Psikolinguistik
PsikolinguistikPsikolinguistik
Psikolinguistik
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantarModul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
 
Ciri ciri makluk hidup
Ciri ciri makluk hidupCiri ciri makluk hidup
Ciri ciri makluk hidup
 

Recently uploaded

Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
muhammadfauzi951
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
attikahgzl
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
RizkyAji15
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
Muhammad Nur Hadi
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
tobol95991
 
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
ephy3
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
unikbetslotbankmaybank
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
muhandhis1
 

Recently uploaded (8)

Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
 
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.pptslide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
slide_13_Pengamanan_Jaringan_Komputer.ppt
 
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
3. Menganalisis CP dan Menyusun TP, ATP.pptx
 
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
UNIKBET : Link Slot Resmi Pragmatic Play Bisa Deposit Via Bank Bengkulu 24 Ja...
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
 

Bab 1 animal behaviour

  • 1. MODUL PEMBELAJARAN ILMU KELAKUAN HEWAN (ANIMAL BEHAVIOUR) OLEH: SUHARA Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI 2010 1
  • 2. BAB I ETOLOGI: STUDI OBJEKTIF MENGENAI PERILAKU 2 Pendahuluan Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan lingkungannya. Hal itu merupakan kegiatan yang diarahklan dari luar dan tidak mencakup banyak perubahan di dalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dari dalam. Jadi, berdasarkan pernyataan di atas hubungan timbal balik antara stimulus dan respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi mengenai perilaku. Studi lainnya menyangkut masalah pertumbuhan dan mekanisme evolusioner dari organisme dan sekaligus evolusi perilakunya. Pada dasarnya studi mengenai perilaku sangat erat kaitannya dengan cabang disiplin ilmu lainnya. Misalnya di dalam mempelajari mekanisme kerja suatu hewan tertentu erat kaitannya dengan pengetahuan mengenai fisiologi alat indera, khususnya neurofisiologi, dengan endokrinologi, dan fisiologi otot itu sendiri. Semuanya bertumpu pada masalah studi mengenai sistem koordinasi. Studi mengenai evolusi berhubungan erat dengan ilmu taksonomi, ekologi, dan genetika. Dan studi mengenai fungsi-fungsi perilaku erat kaitannya dengan masalah aspek ekologis dan sosiologis. Tujuan, Scope, dan Keterbatasan mengenai Studi Sebab Akibat dalam Perilaku Bawaan. Tujuan dari studi ini adalah mengenai perilaku bawaan, maka dibatasi pada masalah-masalah: 1. Objek yang akan dibahas adalah mengenai perilaku bawaan. 2. Struktur yang mendasari fenomena yang diobservasi. Ilmu Lainnya mengenai Perilaku Bawaan Dua aspek penting dalam perilaku bawaan, yaitu: 1) directiveness dan 2) fenomena subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa objek etoligis adalah gabungan dari kedua aspek tersebut dalam mempelajari sebab akibat dari perilaku. Directiveness Fakta menunjukkan bahwa perilaku merupakan suatu proses yangs ecara langsung berhubungan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu. Tujuan atau maksud tersebut merupakan faktor yang mengontrol semua aktivitasnya. Dengan demikian directiveness merupakan suatu bentuk perilaku, seperti juga proses-proses kehidupan lainnya. Fenomena Subjektif Peneliti-peneliti lain menekankan pada aspek tertentu yang lain dari perilaku. Salah satu contoh fenomena subjektif adalah perilaku “emosional”. Fenomena subjektif tidak mudah atau tidak dapat diobservasi secara objektif. Sebagai contoh: hewan akan berburu jika ia
  • 3. lapar, dan fenomena subjektif ini yang menyebabkan perilaku mencari makan pada hewan tersebut. 3 Penyebab Perilaku Lainnya Fisiologi. Pengetahuan mengenai fisiologis mengenai kerja saraf dan otot saja tidak cukup untuk mengerti mengenai gerak pada hewan. Hal ini disebabkan karena perilaku merupakan suatu proses yang kompleks pada kontraksi otot. Psikologis. Kategori kedua mengenai perilaku adalah psikologi yang memiliki Pengertian yang berbeda dengan fisiologis. Di Amerika kebanyakan psikolog menggunakan metode “behavioristik” yang pada dasarnya merupakan metode objektif sedangkan perilaku merupakan bagian yang bersifat subjektif. Studi Objektif mengenai Perilaku Beberapa Karakteristik Studi Objektif Tentang Insting Deskripsi Beberapa karakteristik penting: 1. Pentingnya mengetahui mekanisme aktivitas otot secara menyeluruh 2. Untuk beberapa tujuan, deskripsi mengenai perilaku tidak perlu menyeluruh cukup dengan mengamati suatu faktor penyebab yang dapat menimbulkan suatu reaksi tertentu. Misalnya proses pelepasan stimulus mematuk pada anak itik. 3. Aktivitas suatu jenis hewan akan mengakibatkan suatu respons pada hewan lainnya. Etnograms Spesies hewan tertentu memiliki pola perilaku yang khas, misalnya penampakan warna. Sebagai contoh: 1. Diskriminasi warna oleh lebah madu Von Hess (1913) menemukan dari eksperimennya dengan menggunakan dua sumber cahaya yang berbeda warna dan intensitasnya ternyata lebah madu mendatangi cahaya yang lebih terang, terlepas dari warnanya. Selanjutnya ia memasang warna merah dengan hijau, lebah akan memilah salah satu warna dengan mengubah intesitasnya. Sehingga disimpulkan secara alamiah lebah madu adalah buta warna. Dengan demikian untuk memperoleh kesimpulan yang akurat maka diperlukan penelitian yang lebih seksama. 2. Reaksi yang diperlambat (Delayed Respons) Delayed Respons (Carr, Hunter) asalnya digunakan untuk menguji daya ingat hewan tertentu. Saat ini digunakan sebagai suatu metode untuk menguji memori. Sebagai contoh adalah perilaku memberi makan dari parasitoid Ammophila campestris. Hewan ini memiliki perilaku yang khas pada saat memberi makan larvanya. Hewan betina Ammophila campestris sebelum bertelur menggali lubang terlebih dahulu, kemudian membunuh atau melemahkan ulat sebagai bahan makanan bagi larva yang disimpan dalam tubuh ulat tersebut. Selesai bertelur dengan cara menyuntikan telur ke tubuh ulat, si betina akan menggali lubang yang baru untuk menyimpan ulat yang baru yang berisi telur-telurnya. Selanjutnya induk betina tersebut datang pada lubang-lubang yang telah dibuatnya secara bergiliran dan memasukkan ulat dengan jumlah antara 6 – 7 ekor. Baerends (1941) menemukan bahwa si betina tidak pernah salah mengenai jumlah ulat yang harus dimasukkan ke dalam masing-masing lubang. Dengan melakukan suatu perlakuan merubah jumlah ulat yang ada pada lubang tersebut, Baerends menyimpulkan
  • 4. 1) dengan mengurangi (dicuri) jumlah ulat dalam lubang akan mendorong si betina menyimpan ulat lebih dari biasanya, 2) dengan menambahkan ulat pada lubang si betina akan mengurangi jumlah ulat yang dibawanya. Akan tetapi perubahan tersebut baru terjadi dan berpengaruh pada perilaku si betina jika dilakukan sebelum kunjungan yang pertama. Perubahan pada situasi lain tidak akan berpengaruh. 4 Kebutuhan dasar untuk Generalisasi Perilaku bawaan ditemukan pada berbagai jenis hewan. Misalnya perilaku hewan-hewan tertentu yang termasuk taksis (gerak mendekati atau menjauhi sumber stimulus) berbeda dengan gerak refleks yang dimiliki hewan lainnya. Kadang-kadang suatu gerakan yang dilakukan oleh hewan tertentu merupakan gabungan antara gerak tropisme dan gerak refleks atau hanya tropisme saja, misalnya gerakan Planaria dan Daphnia. Prosedur Eksperimen Prosedur eksperimen yang digunakan dalam penelitian didasarkan atas pengetahuan mengenai pola perilaku secara keseluruhan dari suatu spesies yang akan diteliti. Jadi, metode penelitian yang sama tidak bisa digunakan untuk membandingkan dua jenis hewan yang berbeda. Hubungan dengan Kajian Zoologi yang lain. Penelitian mengenai kajian “objektif” mengenai perilaku bawaan sangat berhubungan dengan fisiologi, neurofisiologi, sensori (alat indera), fisiologi otot, dan endokrinologi. Jadi, kajian mengeani perilaku sangat berhubungan dengan displin ilmu biologi lainnya. Misalnya dengan Ekologi ( contoh perilaku adaptif hewan), Sosiologi (contoh perilaku sosial hewan tertentu, misalnya semut), Taksonomi (contohnya pengenalan karakter morfologis untuk mengetahui perilaku dari hewan “sibling species” yang erlihat secara morfologi hampir serupa, tetapi memiliki perilku yang sangat berbeda, terutama dalam hal reproduksi, ternyata berasal dari spesies yang berbeda) dan Evolusi (contohnya kajian mengenai proses divergensi organ-organ homolog yang akan menentukan perilaku hewan yang memiliki kesamaan secara anatomi dan morfologis). BAB II PERILAKU SEBAGAI REAKSI TERHADAP STIMULUS YANG DATANG DARI LUAR Perilaku “Spontan” dan “Reaktif” Salah satu perdebatan pada kajian mengenai perilaku hewan yang sudah lama berlangsung adalah suatu pertanyaan mengenai apakah perilaku merupakan sesuatu yang bersifat ’spontan” atau merupakan kombinasi dari reaksi-reaksi sederhana terhadap lingkngan. Kebanyakan ahli fisiologis, secara objektif mengklaim bahwa perilaku adalah semua ‘reaksi’. Hal ini sejalan dengan penemuan adanya gerak refleks yang ditemukan pada hewan. Pada akhirnya para ahli fisiologis menyimpulkan bahwa refleks dan refleks yang dikondisikan hanyalah merupakan elemen dari perilaku. Pavlop mengidentifikasi “insting” dan “refleks” sebagai contohnya adalah kecenderungan seseorang untuk mengumpulkan uang adalah “ suatu insting atau refleks”. Ada dua opini tentang perilaku, bahwa perilaku merupakan reaksi terhadap mstimulus eksternal. Sementara perilaku “spontan” dipengaruhi faktor dari dalam, misalnya faktor motivasi. Kajian selanjuntnya akan dibuat menjadi dua tahap. Pertama ingin diketahui
  • 5. mengenai stimulus apa yang dapat diterima alat indera suatu hewan. Kedua, stimulus yang efektif yang menyebabkan timbulnya masing-masing reaksi. 5 Kapasitas Potensi dari Organ Sensori Kenyataan menunjukkan bahwa alat indera hewan berbeda dengan alat indera manusia. Misalnya beberapa hewan tidak memiliki penglihatan yang sempurna akan tetapi beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat tajam, misalnya kelelawar. Berdasarkan suatu kajian yang sangat hati-hati mengenai kapasitas sensori hampir tidak ada dua spesies yang memiliki kapasitas yang sama. Uexkull (1921) menyatakan bahwa setiap hewan memiliki masing-masing ‘merkwelt’ (persepsi). Suatu metode klasik yang digunakan untuk tujuan mengetahui kapasitas sensori adalah metode kondisioning (pengkondisian). Pertama kali dikembangkan oleh Von Frisch yang melakukan pengkondisian pada binatang tertentu untuk memperlihatkan respons terhadap stimulus yang diberikan. Misalnya untuk mengathui respons melarikan diri, atau proses makan. Mungkin yang paling dikenal adalah percobaan Pavlop dengan anjingnya untuk mengetahui reaksi terhadap pemberian makanan. Peneliti lain, Dijkgraaf (1934) menemukan bahwa organ gurat sisi dari ikan minnow (Phoxinus laevis) merupakan organ yang sensitif terhadap stimulus mekanis terhadap gerakan air. Contoh lainnya adalah orientasi lebah madu terhadap matahari, Walaupun matahari sendiri belum tampak. Sensitivitas Pertama kali yang ingin diketahui adalah batas sensitivitas organ sensori. Batasnya adalah: intensitas dan kualitas. Reseptor visual memiliki ambang batas sampai batas cahaya yang tidak efektif lagi sebagai satu stimulus. Sebagai contoh, seekor serigala (Strix varia) dapat menerkam secara langsung mangsanya yang berjarak 6 kaki ketika intensitas cahaya turun sampai 0, 000.000.73 kandela yang sama besarnya dengan 0,01 – 0,1 intensitas cahaya yang diperlukan manusia untuk dapat melihat. Penelitian terakhir mengungkapkan bahwa beberapa jenis hewan memiliki sensitivitas terhadap spectrum cahaya yang berbeda dengan mata manusia. Misalnya lebah madu, kurang sensitif terhadap cachaya yang memiliki panjang gelombang yang besar dibandingkan mata manusia. Masalah yang sama ditemukan juga pada intensitas dan kualitas suara. Batas bawah terhadap sensitivitas suara pada setiap hewan berbeda-beda. Yang paling mencolok yaitu pada kelelawar yang dapat mendeteksi suara dengan frekuensi 50.000 gel/det. Begitu pula intensitas dan kualitas stimulus kimia yang dapat diterima oleh kemoreseptor. Diskriminasi Kemampuan untuk membedakan stimulus yang berbeda dari satu organ sangat tergantung pada intensitas dan kualitas stimulus. Kemampuan membedakan tersebut bisa untuk mendeteksi cahaya, suara, bahan kimia, atau gabungan beberapa senyawa kimia. Contoh: anjing memiliki penciuman yang sangat tajam sehingga mampu membedakan bau yang berbeda dari campuran bau-bauan yang berbeda. Lokalisasi Kemampuan menentukan lokasi sumber stimulus sangat penting sebab kemampuan tersebut dapat digunakan untuk membedakan organ-organ tingkat “tinggi” daripada tingkat yang lebih “rendah”. Lokalisasi mempunyai dua aspek yaitu: arah dan jarak.
  • 6. Contohnya pada perkembangan kemampuan organ visual mata. Euglena memiliki mata dengan tingkatan yang paling rendah disusul oleh Planaria dalam kemampuannya mendeteksi cahaya. Mollusca memiliki perkembangan mata yang paling maju diantara invertebrata. Mata manusi merupakan mata yang paling maju dalam perkembangannya. Demikian pula untuk organ lainnya yang mampu membedakan lokasi sumber stimulus. Misalnya telinga, yang memiliki kemampuan untuk membedakan arah datangnya suara. Sementara organ penciuman sangat tergantung pada kontak dengan sumber stimulus tersebut. AKTUAL ATAU POTENSIAL STIMULUS 6 Stimulus Tanda Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa tidak semua stimulus yang diterima organ sensori cukup untuk menghasilkan suatu reaksi sebagai tanggapan terhadap stimulus tersebut. Menurut Tinbergen stimulus eksternal ini tidak perlu sesuai agar efektif. Contohnya, ikan berduri punggung tiga yang betina biasanya mengikuti ikan jantan berperut merah ke sarang yang telah disiapkan oleh jantan dan meletakkan telur di dalamnya. Akan tetapi, si betina akan mengikuti hampir setiap benda merah kecil yang diberikan kepadanya. Begitu ia ada di dalam sarang, tidak perlu lagi adanya si jantan atau benda merah. Benda apa pun yang menyentuhnya di dekat dasar ekornya akan menyebabkan ikan betina itu bertelur. Seolah-olah ikan betina berduri punggung tiga ini dipancing dari dalam untuk setiap hal perilaku dan hanya memerlukan satu isyarat khusus untuk melepaskan pola perilakunya. Isyarat yang memicu aksi naluriah tersebut disebut pelepas (release). Begitu respons tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai Walaupun stimulus efektif segera ditiadakan. Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting untuk serangga sosial: semut, lebah, dan rayap. Banyak diantara hewan-hewan ini mengeluarkan berbagai macam feromon, ada yang mengeluarkan perilaku peringatan bahaya (alarm), perilaku kawin, perilaku mencari makanan, dan lain-lain, pada anggota-anggota lain spesiesnya. Contoh lainnya adalah bunyi tanda bahaya yang diberikan bebek domestik untuk memberikan panggilan peringatan ketika ada burung pemangsa terbang mendekat. Bunyi tanda peringatan tidak hnya dibunyikan jika ada burung pemangsa saja tetapi jika ada benda yang melayang mirip dengan burung pemangsa ataupun ada burung merpati yang lewat. Berbagai model burung dibuat oleh Lorenz dan Tinbergen diberikan untuk meneliti respons terhadap burung pemangsa. Selain itu faktor pelepas bisa juga berupa stimulus kimia, misalnya pada sejenis kupu-kupu Saturnia pyri dimana yang betina meelepaskan stimulus kimia untuk merangsang jantang melakukan kopulasi. Suara juga bisa menjadi faktor pelepas. Bruckner (1933) melakukan percobaan pada kelompok induk ayam dengan anaknya. Induk ayam akan bereaksi mencari anaknya jika mendengar suara anaknya walaupun anaknya tidak terlihat. Percobaan lainnya menunjukkan si induk tetap tidak peduli terhadap anaknya yang dikurung dalam kurungan kaca, walaupun terlihat anak ayam sedang memanggil-manggil induknya karena tidak terdengan suara anaknya memanggil. Banyak contoh-contoh lainnya yang memiliki pola yang sama dalam hal faktor pelepas stimulus ini. Misalnya bunyi hewan jantan secara buatan dapat memanggil hewan betinanya, contoh pada belalang atau jangkrik. Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa perbedaan antara Umwelth, khususnya Merkwelt, dan lingkungan (Von Uexkull) didasarkan atas kenyataan bahwa spesies-spesies yang berbeda memiliki kapasitas sensori yang berbeda pula.
  • 7. 7 Mekanisme Pelepas Bawaan (Naluriah) Telah dijelaskan di bagian depan mengenai perilaku kawin ikan berduri punggung tiga bahwa perilaku perkawinan stimulus eksternal ini tidak perlu sesuai agar efektif. Penelitian Tibergen dan lain-lainnya menunjukkan bahwa hewan dapt dengan mudah diinduksi (dirangsang) untuk bereaksi terhadap pelepas yang tidak sesuai. Sebagai contoh, burung robin jantan mempertahankan wilayahnya akan berulang-ulang menyerang segumpal bulu daripada robin palsu yang tidak memiliki dada merah burung jantan. . Beberapa stimulus yang tidak sesuai bahkan lebih merupakan pelepas yang efektif daripada stimulus yang normal. Misalnya pada perilaku burung pemakan tiram akan mencoba mengerami sebuah telur raksasa yang bukannya telurnya sendiri atau telur camar. Sepintas tampaknya perilaku seperti itu tidak adaptif, tetapi dua hal perlu dipertimbangkan sebelum membuat penilaian akhir. Pertama, stimulus yang tidak sesuai yang diciptakan agaknya tidak akan dijumpai di alam. Kedua, keefektifan stimulus yang ternyata sama sekali tidak sesuai bagi mata kita menyingkapkan suatu sifat yang penting sekali dari semua perilaku hewan. Hewan merespons secara selektif terhadap aspek-aspek tertentu dari masukan seluruh sensori yang diterimanya. Semua hewan menjalani hidupnya diserang oleh beribu-ribu pemandangan, bunyi, bau dan lain-lain. Tetapi melalui evolusi, mereka telah mengembangkan saraf yang menyaring data yang mengenai alat inderanya, dan mereka bereaksi untuk mempertahankan hidupnya sepanjang masa. Perilaku Bawaan pada Mammalia Lashley (1938) mempelajari perilaku mammalia, khususnya tikus, dan mengambil kesimpulan bahwa perilaku instingtif pada mammalia dipengaruhi oleh stimulus yang kompleks. Tetapi kesimpulan tersebut baru cocok untuk perilaku kawin, seperti pada ikan berduri punggung tiga, tetapi tidak cocok untuk setiap bagian dari elemen tersebut. Bawaan atau Pengkondisian? Sejauh ini diskusi yang dilakukan mengenai problem yang menentukan apakah reaksi yang diberikan pada stimulus merupakan faktor bawaan atau bukan. Hal ini sering tidak memungkinkan untuk diputuskan pada hewan mammalia. Sebagai contoh, pada seluruh spesies dimana induknya yang mengasuh anak, perilakunya pada akhirnya mungkin dikondisikan oleh hewan dewasa dengan berbagai cara. Tetapi bagi individu-individu tersebut mungkin juga belajar dari pengalaman dengan bagian lain dari lingkungannya, seperti makanan atau predatornya. Pada buku-buku lama mengenai perilaku bawaan ini menyatakan bahwa perilaku seluruh anggota dari suatu spesies adalah sama karena perilaku bawaan. Tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa terdapat kesalahan pada kesimpulan tersebut. Sebagai contoh, anak burung penyanyi akan melakukan pengkondisian dan belajar dari spesies yang sama. Contoh lainnya, misalnya perilaku memelihara anak dari sejenis ikan. Noble dan Curtis (1939) berkolaborasi dengan Baerends dan Baerends (1950), yang meneliti sejenis ikan yang melakukan aktivitas pengasuhan terhadap spesiesnya selama waktu awal kehidupannya semenjak menetas. Jika sepasang ikan muda diberikan telur dari spesies yang berbeda, mereka mengambil telur-telur tersebut , tetapi segera membunuh anak-anak ikan dari spesies yang berbeda tersebut segera setelah lahir. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku bawaan bukan karena pengkondisian.
  • 8. 8 Apakah yang dimaksud dengan Reaksi? Selama ini ‘reaksi’ dikenal sebagai setiap gerakan yang dilakukan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar. Pada beberapa kasus hasil dari stimulus tersebut hanya menghasilkan respons gerakan otot yang sederhana. Misalnya jika kita sentuh antena seekor belalang, maka antena tersebut akan digerakkan. Beberapa perilaku sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar akan menghasilkan respons yang kompleks, misalnya perilaku tarian lebah untuk menentukan arah mencari makanan sesuai dengan sudut datangnya sinar matahari. Jadi respons perilaku yang timbul bisa sederhana atau sangat kompleks. Pelepas Sosial Banyak respons-respons bawaan yang tergantung pada stimulus yang diberikan oleh individu-individu lain dari spesies yang sama. Telah dijelaskan bahwa perilaku sosial semut, rayap dan lebah. Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting untuk serangga sosial: semut, lebah, dan rayap.