1. Novel ini menceritakan kisah persahabatan kelompok anak-anak di Desa Gantung yang bernama Laskar Pelangi saat bersekolah di SD Muhammadiyah.
2. Mereka harus berjuang keras untuk mempertahankan sekolahnya yang hampir ditutup karena calon siswa baru tidak mencukupi syarat minimum.
3. Tema utama novel ini adalah pendidikan dan persahabatan erat antara anggota Laskar Pelangi meskipun berasal d
Cara menemukan unsur intrinsik dalam cerpen, BAHASA INDONESIAAnnisa Muliani
Cerpen ini menceritakan tentang dilema yang dihadapi oleh Fee untuk menghadiri acara kumpul bersama teman-temannya karena kondisi ekonomi keluarganya yang sedang tidak baik. Akhirnya Fee memutuskan untuk menjual ponselnya agar bisa ikut acara tersebut. Setelah acara selesai, Fee dikejutkan oleh kabar baik dari mamanya bahwa ayahnya akan bekerja lagi.
Novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodhihardjo menggambarkan persahabatan tiga remaja yaitu Sudira, Marsini, dan Prawita di desa Paron pada tahun 1960-an. Sudira berasal dari keluarga bangsawan sementara Prawita dan Marsini dari keluarga biasa. Kisah ini menggambarkan gejolak sosial ekonomi masyarakat pedesaan Jawa saat itu dan konflik yang muncul dari perbedaan latar belakang
1. Tulisan tersebut merangkum genre sastra tradisional Melayu seperti puisi, prosa, dan perkembangan kesusasteraan Melayu pada abad ke-20 hingga kini. Beberapa genre sastra yang masih populer di Indonesia dijelaskan seperti novel, cerpen, drama, sajak, dan pantun. Teori-teori mengenai puisi dan prosa tradisional Melayu juga dibahas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Kesusasteraan Melayu tradisional mencerminkan kehidupan masyarakat Melayu pada masa itu dan mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan seperti agama, sosial, ekonomi, dan budaya.
2) Kesusasteraan Melayu modern berbeda dengan tradisional karena lebih terfokus pada tatapan umum seperti novel dan cerita pendek.
3) Unsur-unsur penting dalam kesus
Konsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraanDoreen Agatha
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar ilmu budaya dalam kesusastraan. Terdapat pembahasan mengenai pendekatan kesusastraan, pengertian sastra dan seni, hubungan antara ilmu budaya dasar dengan prosa dan puisi, serta contoh prosa dan puisi.
Cara menemukan unsur intrinsik dalam cerpen, BAHASA INDONESIAAnnisa Muliani
Cerpen ini menceritakan tentang dilema yang dihadapi oleh Fee untuk menghadiri acara kumpul bersama teman-temannya karena kondisi ekonomi keluarganya yang sedang tidak baik. Akhirnya Fee memutuskan untuk menjual ponselnya agar bisa ikut acara tersebut. Setelah acara selesai, Fee dikejutkan oleh kabar baik dari mamanya bahwa ayahnya akan bekerja lagi.
Novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodhihardjo menggambarkan persahabatan tiga remaja yaitu Sudira, Marsini, dan Prawita di desa Paron pada tahun 1960-an. Sudira berasal dari keluarga bangsawan sementara Prawita dan Marsini dari keluarga biasa. Kisah ini menggambarkan gejolak sosial ekonomi masyarakat pedesaan Jawa saat itu dan konflik yang muncul dari perbedaan latar belakang
1. Tulisan tersebut merangkum genre sastra tradisional Melayu seperti puisi, prosa, dan perkembangan kesusasteraan Melayu pada abad ke-20 hingga kini. Beberapa genre sastra yang masih populer di Indonesia dijelaskan seperti novel, cerpen, drama, sajak, dan pantun. Teori-teori mengenai puisi dan prosa tradisional Melayu juga dibahas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Kesusasteraan Melayu tradisional mencerminkan kehidupan masyarakat Melayu pada masa itu dan mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan seperti agama, sosial, ekonomi, dan budaya.
2) Kesusasteraan Melayu modern berbeda dengan tradisional karena lebih terfokus pada tatapan umum seperti novel dan cerita pendek.
3) Unsur-unsur penting dalam kesus
Konsepsi Imu Budaya Dasar dalam kesusastraanDoreen Agatha
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar ilmu budaya dalam kesusastraan. Terdapat pembahasan mengenai pendekatan kesusastraan, pengertian sastra dan seni, hubungan antara ilmu budaya dasar dengan prosa dan puisi, serta contoh prosa dan puisi.
Novel Tok Guru karya Shahnon Ahmad menggambarkan kehidupan sebuah keluarga yang taat kepada ajaran seorang alim bernama Tok Guru. Walaupun Tok Guru menekankan keadilan dalam berpoligami, beliau sendiri tidak adil dalam mengatur giliran bermalam bersama isteri-isterinya. Analisis menunjukkan novel ini lebih menggambarkan penyelewengan dalam amalkan poligami daripada kebahagiaan seperti yang d
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )nuniek20
Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah. Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")RizkaAfdhalia
Cerpen merupakan karangan fiksi pendek yang berfokus pada satu tokoh, sumbernya dari kehidupan sehari-hari, dibaca sekaligus, dan meninggalkan kesan mendalam pada pembaca. Terdapat unsur-unsur seperti tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan pesan moral.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri bahasa sastera dan unsur-unsur yang membentuk bahasa sastera seperti penggunaan bahasa hiasan, perlukisan gambaran yang jelas, dan penggunaan bahasa baku.
2. Unsur-unsur bahasa sastera yang dibahas meliputi perbandingan, hiperbola, simile, metafora, analogi, dan berbagai jenis sindiran se
Cerpen merupakan cerita pendek yang memiliki beberapa ciri khas seperti bisa dibaca dalam satu kali bacaan, memiliki panjang antara 1500-3000 kata, hanya memiliki satu tema dan konflik utama, serta menceritakan sepenggal peristiwa. Unsur-unsur penting yang perlu dianalisis dalam sebuah cerpen meliputi tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, amanat, dan nilai-nilai yang tersirat. Cerpen
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"AmeliaTifany
Novel ini menceritakan kisah Chiara yang hidupnya penuh dengan masalah setelah mengetahui bahwa dirinya adalah anak haram. Chiara diangkat menjadi anak angkat oleh paman Henry bersama anaknya Rico yang tidak menyukai Chiara. Novel ini menggambarkan perjalanan Chiara memecahkan teka-teki masa lalunya serta mendapatkan cinta sejati.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang remaja yang merasa kesal karena tidak memiliki uang saku yang cukup untuk membeli aksesoris seperti teman-temannya. Ia kemudian pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan kelompok sekolahnya dan melihat seorang anak kecil yang bekerja membantu toko di sudut pasar untuk mendapatkan uang. Cerita ini mengangkat tema kesulitan ekonomi dan kerja anak.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang kabaretisasi cerpen, pengertian cerpen dan kabaret, serta perkembangan cerpen di Indonesia. Cerpen didefinisikan sebagai prosa fiksi pendek sedangkan kabaret adalah bentuk hiburan yang menggabungkan berbagai seni seperti musik dan drama. Cerpen Indonesia mengalami masa keemasan pada tahun 1950-an didukung publikasi di media massa.
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuJessyca Ungat
Kesusasteraan Melayu dapat dibahagikan kepada tiga kategori utama iaitu kesusasteraan Melayu tradisional, kesusasteraan Melayu klasik, dan kesusasteraan Melayu moden. Kesusasteraan Melayu tradisional terdiri daripada sastera lisan rakyat seperti mitos, legenda, dan puisi rakyat, manakala kesusasteraan Melayu klasik terdiri daripada sastera tulisan istana seperti hikayat. Kesusasteraan Melay
Maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan reflektif tersebut karena saya hanyalah sebuah asisten virtual yang tidak memiliki pengalaman pribadi. Saya hanya dapat memahami informasi yang diberikan melalui interaksi dengan pengguna.
Novel Tok Guru karya Shahnon Ahmad menggambarkan kehidupan sebuah keluarga yang taat kepada ajaran seorang alim bernama Tok Guru. Walaupun Tok Guru menekankan keadilan dalam berpoligami, beliau sendiri tidak adil dalam mengatur giliran bermalam bersama isteri-isterinya. Analisis menunjukkan novel ini lebih menggambarkan penyelewengan dalam amalkan poligami daripada kebahagiaan seperti yang d
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )nuniek20
Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah. Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")RizkaAfdhalia
Cerpen merupakan karangan fiksi pendek yang berfokus pada satu tokoh, sumbernya dari kehidupan sehari-hari, dibaca sekaligus, dan meninggalkan kesan mendalam pada pembaca. Terdapat unsur-unsur seperti tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan pesan moral.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri bahasa sastera dan unsur-unsur yang membentuk bahasa sastera seperti penggunaan bahasa hiasan, perlukisan gambaran yang jelas, dan penggunaan bahasa baku.
2. Unsur-unsur bahasa sastera yang dibahas meliputi perbandingan, hiperbola, simile, metafora, analogi, dan berbagai jenis sindiran se
Cerpen merupakan cerita pendek yang memiliki beberapa ciri khas seperti bisa dibaca dalam satu kali bacaan, memiliki panjang antara 1500-3000 kata, hanya memiliki satu tema dan konflik utama, serta menceritakan sepenggal peristiwa. Unsur-unsur penting yang perlu dianalisis dalam sebuah cerpen meliputi tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, amanat, dan nilai-nilai yang tersirat. Cerpen
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"AmeliaTifany
Novel ini menceritakan kisah Chiara yang hidupnya penuh dengan masalah setelah mengetahui bahwa dirinya adalah anak haram. Chiara diangkat menjadi anak angkat oleh paman Henry bersama anaknya Rico yang tidak menyukai Chiara. Novel ini menggambarkan perjalanan Chiara memecahkan teka-teki masa lalunya serta mendapatkan cinta sejati.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang remaja yang merasa kesal karena tidak memiliki uang saku yang cukup untuk membeli aksesoris seperti teman-temannya. Ia kemudian pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan kelompok sekolahnya dan melihat seorang anak kecil yang bekerja membantu toko di sudut pasar untuk mendapatkan uang. Cerita ini mengangkat tema kesulitan ekonomi dan kerja anak.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang kabaretisasi cerpen, pengertian cerpen dan kabaret, serta perkembangan cerpen di Indonesia. Cerpen didefinisikan sebagai prosa fiksi pendek sedangkan kabaret adalah bentuk hiburan yang menggabungkan berbagai seni seperti musik dan drama. Cerpen Indonesia mengalami masa keemasan pada tahun 1950-an didukung publikasi di media massa.
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuJessyca Ungat
Kesusasteraan Melayu dapat dibahagikan kepada tiga kategori utama iaitu kesusasteraan Melayu tradisional, kesusasteraan Melayu klasik, dan kesusasteraan Melayu moden. Kesusasteraan Melayu tradisional terdiri daripada sastera lisan rakyat seperti mitos, legenda, dan puisi rakyat, manakala kesusasteraan Melayu klasik terdiri daripada sastera tulisan istana seperti hikayat. Kesusasteraan Melay
Maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan reflektif tersebut karena saya hanyalah sebuah asisten virtual yang tidak memiliki pengalaman pribadi. Saya hanya dapat memahami informasi yang diberikan melalui interaksi dengan pengguna.
contoh rangkuman buku ilmu pengetahuan non - fiksi (berjudul Fundamentals of English Grammar)
Follow me on twitter @fdewi11 bila ada request tugas seputar pelajaran kelas 10 :)
Dokumen tersebut berisi kompetensi dan indikator soal bahasa Indonesia yang mencakup membaca, menulis, dan menganalisis berbagai teks seperti artikel, laporan, puisi, novel, dan drama. Kompetensi membaca mencakup memahami isi dan unsur teks, sementara kompetensi menulis meliputi mengungkapkan gagasan dalam berbagai jenis teks seperti paragraf, pidato, dan karya ilmiah. Beberapa contoh soal
Surat kasih antara penulis dengan penerima surat. Penulis memuji kemajuan penerima surat dalam studi dan karier tulis menulis serta organisasi universitas. Penulis merasa bangga atas pencapaian penerima surat.
Puisi "Karawang Bekasi" menceritakan tentang perjuangan para pejuang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka yang telah gugur memohon agar perjuangan mereka tidak dilupakan dan semangat perjuangan terus dilanjutkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin LoveiArika
Cerita ini menceritakan tentang Sulaiman yang pergi ke Tanjung Cina bersama kelompoknya. Cerita ini menjelaskan latar belakang dan karakter tokoh, serta konflik yang dihadapi Sulaiman sebagai pelarian yang dituduh merusak hutan sebelum akhirnya dapat diselesaikan.
Balai Pustaka didirikan pada masa kolonial Belanda untuk mencegah pengaruh buruk sastra Melayu Rendah dan mengisi waktu luang rakyat dengan bacaan-bacaan bermutu. Angkatan Balai Pustaka memperkenalkan prosa sebagai genre utama dan mengangkat isu-isu sosial seperti adat istiadat dan kawin paksa. Karya-karya sastrawan seperti Marah Roesli dan Merari Siregar menjadi cikal bak
Kajian ringkas melihat unsur pengajaran dan kritik sosial di dalam cerita-cerita jenaka melayu lama. Terhasilnya cerita jenaka ini kerana ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis-penulisnya.
Cerita berlatar di puncak gunung Carstensz Piramid pada pagi hari. Menceritakan perbincangan antara Kapten Ismail dan Daud di bawah sinar matahari pagi. Tokoh utama tidak disebutkan namun dijelaskan sedang mendengarkan pembicaraan kedua tokoh lainnya sambil menatap pemandangan.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara novel dan teks sejarah. Novel umumnya memiliki alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah kata lebih banyak daripada teks sejarah, sedangkan teks sejarah menyajikan peristiwa secara kronologis berdasarkan urutan waktu dan menggunakan bahasa yang lebih faktual. Contoh novel dan teks sejarah yang dibahas adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck kary
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Lisa Tri Setiawati
Cerpen ini menceritakan kisah cinta antara Sulaiman dan Zhu Ni Xia di Lampung pada masa kolonial. Sulaiman adalah pemberani yang melawan penjajah dengan membela petani, sementara itu Zhu Ni Xia jatuh cinta padanya. Mereka akhirnya menikah, namun pernikahan mereka berakhir tragis karena Sulaiman dibunuh oleh tentara Belanda.
Cerita pendek ini mengangkat tema keutamaan sedekah. Cerita dimulai dengan tokoh utama bernama Pak Bejo yang mengalami kesulitan penjualan. Suatu hari, ia bertemu nenek tua yang membutuhkan uang ongkos pulang meski kesulitan. Pak Bejo memberikan sedekah walau sedikit. Setelah mengantar nenek, dagangannya laku habis diborong pembeli. Cerita ini menyampaikan bahwa sedekah dapat melancarkan rezeki
Dokumen tersebut membahas pengertian novel dan unsur-unsur intrinsik novel seperti tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Juga dibahas perbedaan antara novel dan cerpen berdasarkan panjang, kompleksitas cerita, dan jumlah kata. Diakhiri dengan beberapa contoh ciri khas novel. [/ringkasan]
1. http://www.slideshare.net/NabilaArifannisa/laporan-ilmiah-pertumbuhan-kecambah/download
inrinsik dan ekstrinsik pada novel Siti Nurbaya
Data Novel:
Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1992
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 271 halaman
Pelaku : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan
Mahmud.
IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat
dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai
pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum
kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada
dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih
bobrok.
Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
Alur (Plot)
2. Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi,
akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu,
alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian
cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya
masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti
cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang
terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk
Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha
perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih.
Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik
Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar
hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak
Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas,
asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis
menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka
dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di
stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan
kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti
Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian,
dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya.
Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya
menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa
berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat
membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya
tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah
sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu
merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut
pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut
pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang
peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam
tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni
pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan
pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah
membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan
Samsulbahri.
3. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata
lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan
yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat
merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta
yang murni tak akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka
sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan
melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh
inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku
novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan
sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi
Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Laskar Pelangi"
A. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini
diselingi oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota „Laskar Pelangi‟. Tema pendidikan ini sendiri
dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah yang lebih menonjol.
2. Plot (alur)
a. Pengenalan Situasi Cerita
` Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya
yaitu timah. Belitong merupakan daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan menghasilkan
banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang
miskin.
Pagi itu, satu demi satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya berdatangan mendaftarkan diri di
sekolah yang hampir roboh dan mungkin sudah tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar.
b. Menuju Adanya Konflik
Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik.
Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak
mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar
kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.
c. Puncak Konflik
Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan
orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak
Harfan sang kepala sekolah dan Bu Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk
memberikan pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun konflik selanjutnya yang
secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya lomba karnaval dan cerdas cermat
antar sekolah.
d. Penyelesaian
Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di
SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap
keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan,
Bu Muslimah dan juga para calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk
menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan.
Sekolah yang jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan belajar-mengajar
meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD
5. Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu
Muslimah bersikeras mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai
murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan karnaval. Dengan ide cemerlang
dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring teman-temannya merebut piala kemenangan.
SD Muhammadiyah kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu
Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan dimulai namun ujung
tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang
(Lintang). Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada
saat memasuki soal yang berbau angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai
juara.
3. Latar Cerita
a. Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang
terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya
adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.
b. Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski ada bumbu
imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.
c. Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga beragam. Ada
kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu
Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang
ditinggal mati ayahnya.
Suasana Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas cermat SD
Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
Suasana Cemas
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan
calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang
mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
4. Penokohan
Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel „Laskar Pelangi‟ antara lain :
a) Ikal
Ikal atau yang di dalam novel ini berperan sebagai „aku‟ merupakan tokoh utama. Ikal adalah salah seorang
anggota „Laskar Pelangi‟. Di sekolah ia termasuk murid yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di
bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk
orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu
6. menyukai dunia sastra terutama puisi. Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis keturunan
Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling.
b) Taprani
Taprani merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara seperlunya (pendiam), santun,
sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk memajukan
pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus
selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c) Sahara
Sahara merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Tubuhnya ramping dan
selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski pun ia adalah sosok yang perhatian, namun
ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara
Sangat menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam novel ini dicritakan bahwa ia
bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau satu pemikiran dengannya.
d) A Kiong
A Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Sifatnya begitu
polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia
Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali bertengkar dengan
Sahara.
e) Harun
Harun yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas tahun ini mengidap
keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut
seperti Chairil Anwar ini hobi sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia
sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun sering kali bercerita tentang kucing
belang tiganya yang melahirkan tiga anak yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang.
f) Borek
Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan tergila-gila
dengan citra cowok macho.
g) Syahdan
Karakter Syahdan tidak begitu menonjol dalam novel ini. Ia adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang selalu
setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling. Syahdan merupakan saksi
cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita sebagai aktor.
h) Kucai
Kucai adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika
menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang menderita
rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak
bicara dan susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus.
i) Lintang
Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya dari
sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang.
Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang
nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang tinggal di rumahnya. Di sekolah,
Lintang begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah
7. menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai ilmu
penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya. Idenya sangat kreatif. Lucunya,
kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi dengan tulisan tangan yang indah.
j) Mahar
Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain sebagainya.
Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk orang yang menggemari dongeng-dongeng yang
tak masuk akal (mungkin karena ia terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya
karena pemikirannya dianggap aneh.
k) Bu Muslimah
Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam
mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap
jiwa mengajar murid-murid di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian
yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati.
l) Pak Harfan
Pria bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD Muhammadiyah. Bersama Bu
Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga
memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan.
m) A Ling
Gadis keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang ramping dan tinggi. Anak dari
pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta.
n) Flo
Ia merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh
terakhir yang muncul sebagai anggota „Laskar Pelangi‟.
5. Sudut Pandang yang Digunakan
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena
dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata „aku‟. Tokoh „aku‟ dalam novel ini diceritakan paling
dominan sehingga si tokoh „aku‟ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
6. Amanat
Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa)
Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru
jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang
kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan
keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan
untuk tidak belajar.
Jauhi sifat pesimis
Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan
lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas.
Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan
8. bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah)
biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
Dalam novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan
kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi
guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di sebuah kampug
kecil.
B. Unsur Ekstrinsik
Selain unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh unsur ekstrinsik.
Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi
budaya yang dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa unsur
ekstrinsik yang dibahas antara lain :
1. Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar
Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal
pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata
benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.
2. Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di
Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh
tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan
saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang
komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.
3. Latar Belakang Religi (agama)
Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar
Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali
menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
4. Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan
dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat
Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di
tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong
kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
5. Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang
tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu
banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi).
Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini
menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
9. FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
(Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)
A. Sekolah Induk
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang
Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang
Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang
Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173
Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
B. Individu
10. Nama : Uswatun Khasanah,S.Hi (Gelar ditulis dibelakang)
NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu)
Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai)
Tempat, Tgl Lahir : Sridadi, 24 Juli 1984 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai)
Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)
TMT (TMT SK CPNS)
Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir)
2. Non PNS TMT Juli 2009 ( Sesuai SK pengangkatan)
Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, Juli 2007 (Sejak Tugas disekolah ini)
- Mengajar, SEJARAH = 12 Jam
2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
2. SD Muhammadiyah OKU Timur, Tahun 1990 s/d 1996
3. SMP Muhammadiyah OKU Timur, Tahun 1996 s/d 1996
4. MA NU OKU Timur , Tahun 1999 s/d 2002
5. DII………………………., Tahun …… s/d ……..
6. DIII …………………….., Tahun …… s/d ……..
7. S1 Syari‟ah/ Muamalah, Tahun 2002 s/d 2008
8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah (sesuai kartu keluarga)
2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md NIP : ……………..(Jika PNS)
3. Anak :
No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah
1 Elvia Meylinda Pagar Dewa, 03 Mei 2007 AK -
Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang)
Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
Enim, Kode Pos 31173
Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011
Kepala Sekolah Yang Bersangkutan
Drs. H. Imron Rozami, M.Si Uswatun Khasanah, S.Hi
NIP. 19630120 199002 1 001
FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
(Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)
A. Sekolah Induk
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang
Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang
Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang
Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173
Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
11. B. Individu
Nama : Mastidawatty, S,Psi (Gelar ditulis dibelakang)
NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu)
Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai)
Tempat, Tgl Lahir : Palembang, 24 Juli 1971 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai)
Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)
TMT (TMT SK CPNS)
Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir)
2. Non PNS TMT …………………………………. ( Sesuai SK pengangkatan)
Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, …………………….. (Sejak Tugas disekolah ini)
- Mengajar, ……………………………………. = …. Jam
2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
2. SDN ……………………., Tahun …… s/d …….
3. SMP…………………….., Tahun 1996 s/d 1996
4. SMA NU OKU Timur , Tahun 1999 s/d 2002
5. DII………………………., Tahun …… s/d ……..
6. DIII …………………….., Tahun …… s/d ……..
7. S1 Syari‟ah/ Muamalah, Tahun 2002 s/d 2008
8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah (sesuai kartu keluarga)
2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md NIP : ……………..(Jika PNS)
3. Anak :
No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah
1 Elvia Meylinda Pagar Dewa, 03 Mei 2007 AK -
Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang)
Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
Enim, Kode Pos 31173
Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011
Kepala Sekolah Yang Bersangkutan
Drs. H. Imron Rozami, M.Si Uswatun Khasanah, S.Hi
NIP. 19630120 199002 1 001
FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
(Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)
A. Sekolah Induk
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang
Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang
Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang
Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173
Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
12. B. Individu
Nama : Jeni Febriani (Gelar ditulis dibelakang)
NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu)
Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai)
Tempat, Tgl Lahir : Karang Agung, 03 Januari 1991 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai)
Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)
TMT (TMT SK CPNS)
Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir)
2. Non PNS TMT Juli 2009 ( Sesuai SK pengangkatan)
Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, Juli 2009 (Sejak Tugas disekolah ini)
- Mengajar, SEJARAH = 12 Jam
2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
- Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
- TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
2. SDN 2 Karang Agung , Tahun 1997 s/d 2003
3. SMPN 3 Karang Agung , Tahun 2003 s/d 2006
4. SMEA 1 Prabumulih , Tahun 2006 s/d 2009
5. DII………………………., Tahun …… s/d ……..
6. DIII …………………….., Tahun …… s/d ……..
7. S1 ……………………….., Tahun …… s/d ……..
8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Yulisni (sesuai kartu keluarga)
2. Nama istri/ suami : ……………….. NIP : ……………..(Jika PNS)
3. Anak :
No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah
Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang)
Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
Enim, Kode Pos 31173
Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011
Kepala Sekolah Yang Bersangkutan
Drs. H. Imron Rozami, M.Si Jeni Febriani
NIP. 19630120 199002 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karya sastra adalah karya manusia yang sifatnya rekaan dengan menggunakan medium bahasa yang
baik secara implisit maupun eksplisit dianggap mempunyai nilai estetis atau keindahan (Teeuw, 1984 : 22).
13. Karya tersebut pada hakikatnya merupakan luapan perasaan, ide-ide, pengalaman, semangat, keyakinan dan
pemikiran dari pengarangnya. Cerita rekaan yang dibuat merupakan hasil dari segala interaksi, aksi dan reaksi
pengarang dengan dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya. Oleh karena itu karya sastra banyak mengisahkan
problematika kehidupan dalam hubungannya dengan dirinya, dengan sesama, dengan makluknya dan dengan
sang Khalik. Pendektan yang digunakan untuk menelitinya pun berbeda-beda, sesuai dengan keberadaan karya
sastra tersebut. Karya sastra yang mengisahkan tentang kehidupan pribadinya lebih mengarah kepada
pendekatan objektif, yang mengisahkan hubungannya dengan sesama makhluknya lebih berpendekatan sosial
psikologis, dan pendekatan lain yang sesuai dengan eksistensi manusia, dan yang berhubungan dengan
Tuhannya lebih ke pendekatan riligius. Jadi, tidaklah benar bahwa karya sastra merupakan hasil lamunan tanpa
arti, namun melalui proses penghayatan dan perenungan yang sarat dengan nilai-nilai yang akan disampaikan
oleh pengarangnya.
B
1
ila sebuah karya sastra tanpa diapresiasikan, tidak akan bernilai apa-apa. Manfaat dan kenikmatan (usefullnes and
pleasure) tidak dapat diperoleh dari hasil karya tersebut. Menurut Renne Wellek dan Austin Warren, fungsi sastra
adalah dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Oleh karena itu, agar sebuah karya sastra dapat bernilai sastra
maka perlu digauli secara sungguh-sungguh sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
berpikir dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Dermawan, 1988 : 6). Dari
pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan apresiasi terhadap karya sastra dapat tumbuh dengan
baik apabila pembaca merasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasikan, bersikap sungguh-sungguh serta
melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya. Untuk dapat mengapresiasikan suatu karya
sastra dengan baik, pembaca sebaiknya telah memiliki bekal tertentu. Bekal yang harus dimiliki oleh seseorang
dalam mengapresiasikan suatu karya sastra menurut Aminudin (1987 : 38) yang dikutip oleh Anggraeni dalam
Penelitian Tindakan Kelas, harus memiliki kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami
dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra; memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan secara
intensif-kontemplatif maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas;
memiliki pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan memiliki pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta
rasa yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra
Unsur intrinsik karya sastra adalah unsur yang secara langsung membangun karya sastra. Adapun unsur
intrinsik prosa fiksi meliputi: tema, fakta cerita, dan sarana cerita (Nurgiyantoro dalam Dermawan 1998 : 8).
Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam karya sastra
yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Fakta cerita terdiri dari alur,
tokoh/penokohan, dan latar. Sedangkan sarana cerita meliputi judul, simbolisme, dan pusat pengisahan.
Salah satu cara dalam mengapresiasikan karya sastra, yaitu dengan menggunakan pendekatan
struktural. Pendekatan ini peneliti anggap memiliki relevansi yang tinggi terhadap karya sastra yang berupa
novel, karena karya sastra fiksi memiliki struktur tema, fakta-fakta cerita, dan sarana-sarana sastra yang tidak
dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dari unsur-unsurnya yang padu.
14. Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia memiliki struktur yang lengkap. Tema disajikan
secara jelas, nama tokoh mudah diingat dan karakter tokoh disajikan secara deskriptif, latar yang digunakan
berupa latar tempat, waktu, dan sosial. Rangkaian peristiwa disusun oleh pengarang dalam urutan waktu (alur
maju). Semua unsur itu oleh pengarang disajikan secara sistimatis, terpadu dan mudah dipahami.
Alasan penulis memilih novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini, selain memiliki unsur
cerita yang menarik untuk diteliti, karya sastra yang relatif baru yaitu terbitan tahun 2007, juga memiliki
pesan-pesan moral yang mestinya mendapat perhatian dan menjadikan pelajaran bagi masyarakat. Pengarang
mengangkat suatu realita kehidupan yang sering terjadi di masyarakat dewasa ini dan memberikan gambaran
kepada masyarakat tentang satu sisi buram kehidupan akibat noda dan dosa. Novel ini cukup relevan untuk
disimak terutama oleh para remaja, agar memiliki sikap waspada, pengendalian diri, taat pada norma susila,
dan memiliki pendirian atau sikap hidup yang mantap, sehingga tidak terjerumus pada jalan yang sesat dan
menyesatkan.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah, yaitu
bagaimana unsur intrinsik novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia. Masalah-masalah tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
5. Bagaimana sudut pandang dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
6. Bagaimana gaya bahasa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
7. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya ?
3. Batasan Masalah
15. Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, agar lebih spesifik dalam penelitian ini, perlu diberi batasan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
5. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
5. Bagaimana hubungan antarunsur intirinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?
5. Tujuan Penelitian
Penelitian novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.
2. Mendeskripsikan alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.
3. Mendeskripsikan tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.
4. Mendeskripsikan latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.
5. Mendeskripsikan hubungan antarunsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.
6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi/manfaat yang maksimal baik secara teoritis,
praktis, maupun didaktis.
16. 1. Manfaat Teoretis
Secara teroritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama
dibidang ilmu sastra khususnya tentang unsur-unsur instrinsik tema, alur / plot, tokoh, dan latar cerita.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan penikmat sastra untuk
lebih menggauli karya sastra yang lain, memberikan motivasi kepada pembaca untuk meneliti novel Tak
Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia dengan pendekatan lain, dan memberikan teladan kepada pembaca
dalam berperilaku hidup sehari-hari.
3. Manfaat Didaktis
1. Menambah kepekaan para pembaca dan penikmat sastra terhadap masalah-masalah sosial, memiliki
kewaspadaan, berperasaan halus, memiliki solidaritas tinggi, dapat membedakan antara hak dan
bathil, dan dapat menetapi jalan hidup yang lurus.
2. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan ajar, terutama dalam kajian unsur intrinsik karya sastra.
3. Memberikan gambaran dari sisi buram kehidupan yang sering terjadi di masyarakat yang perlu
mendapat perhatian, yakni pergaulan bebas, samen leven, kehamilan di luar nikah, aborsi, dan
kawin cerai.
17. BAB II
LANDASAN TEORETIK
Bagian ini berisi uraian tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan unsur-unsur intrinsik
pembangun struktur. Pendekatan penelitian berisi teori-teori mengenai pendekatan struktural sedangkan unsur-
unsur pembangun struktur berisi uraian unsur-unsur intrinsik prosa fiksi yang terdiri dari tema, tokoh / penokohan,
alur, latar, dan hubungan tiap unsurnya.
1. Pendekatan Struktural
Novel sebagai karya sastra hakekatnya merupakan stuktur yang padu dari kesatuan unsur-unsur
pembangunnya. Unsur-unsur pembangun karya sastra berupa unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik berkaitan dengan bentuk karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik berkaitan dengan isi dari karya
sastra tersebut.
U
8
18. nsur intrinsik prosa fiksi yang meliputi tema, fakta cerita, dan sarana cerita merupakan cerminan dari struktur
pembangunnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stanton yang menyatakan bahwa struktur cerita rekaan terdiri
dari (1) tema, (2) fakta cerita, dan (3) sarana–sarana cerita. Pengarang mengembangkan tema dan fakta cerita
dengan menggunakan sarana-sarana cerita yang ada. Unsur ekstrinsik prosa fiksi meliputi sejarah, ekonomi, sosial,
budaya, politik, ideologi, dan riligi. Kedua unsur pembangun prosa fiksi tersebut sungguh tidak bisa dipisahkan,
karena keduanya saling mendukung satu dengan lainnya. Unsur bentuk menyatu dalam unsur isi, dan unsur isi
menyatu dengan unsur bentuknya. Oleh karena itu, menganalisis karya fiksi tidak bisa dilakukan secara partial
atau bagiannya saja, karena setiap unsur tidak memiliki makna sendiri-sendiri, dapat menghilangkan hakikat sastra
sebagai sebuah struktur yang padu dan menyeluruh.
Menganalisis Novel sebagai suatu karya sastra dengan pendekatan struktural berarti menguraikan karya
sastra tersebut atas unsur-unsurnya untuk mengetahui ciri-ciri dan memahami hubungan unsur-unsur tersebut.
Inti dari analisis dengan pendekatan struktural pada prosa fiksi adalah untuk mendapatkan secermat mungkin
hubungan unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut sehingga menghasilkan sebuah kajian yang
menyeluruh.
Damono dalam Dermawan ( 2000 : 38 ) mengemukakan ciri struktural yang secara ringkas
dikemukakan sebagai berikut.
1. Mengutamakan analisis tentang keterkaitan unsur-unsur yang membangun totalitas sebuah struktur
yang utuh.
2. Menelaah struktur berdasarkan kenyataan empiris.
3. Analisis yang dilakukan menyangkut struktur yang sinkronik. Struktur sinkronik tidak ditentukan
oleh proses historis, melainkan ditentukan oleh jaringan hubungan struktur yang ada.
4. Tidak mengenal adanya hubungan sebab akibat atau kausalitas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menganalisis novel berarti menguraikan
suatu novel atas unsur-unsur yang membangunnya untuk mengetahui ciri-ciri dan hubungan antar unsur dalam
keseluruhan.
2. Unsur-unsur Intrinsik Pembangun Struktur.
Unsur-unsur instrinsik pembangun struktur novel meliputi tema, alur, tokoh/penokohan, dan latar.
1. Tema
Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam
cipta karya sastra yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Tema bersifat
netral dan belum memiliki tendensi/kecenderungan apapun, karena ia merupakan persoalan. Persoalan
tersebut diselesaikan oleh pengarang. Penyelesaian tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.
Penyelesaian positif berarti dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dijadikan teladan
19. oleh manusia. Sebaliknya, penyelesaian yang negatif tidak perlu untuk diteladani dan hanya bisa
dijadikan pelajaran berharga. Penyelesaian yang disampaikan oleh pengarang berdasarkan persoalan
inilah yang disebut amanat. Amanat yang baik memberikan dampak positif bagi manusia dan
kemanusiaan.
Tema cerita berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tema mayor dan
tema minor. Tema mayor adalah permasalahan yang paling dominan menjiwai karya sastra, sedangkan
tema minor adalah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor (Suhariyanto, 1982 : 38 ).
Tema sebuah novel menyangkut segala persoalan kehidupan, baik persoalan kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, kecemburuan, ekonomi, maupun sosial.
2. Alur
Alur adalah sambung sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat yang tidak hanya
mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah mengapa hal itu terjadi (Ali dalam
Waluyo, 1994 : 145). Sedangkan Hartoko dalam Waluyo (1994 : 145) memberi batasan alur adalah
deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan, dan bersifat kausalitas sesuai apa yang dialami oleh
pelaku cerita. Alur cerita meliputi: (1) eksposisi; (2) inciting moment (saat terjadi); (3) rising action; (4)
complication; (5) climac; (6) falling action; dan (7) denouement (Waluyo, 1994 : 147).
Ada bermacam-macam jenis alur. Dilihat dari urutan peristiwa, alur dibedakan atas alur maju, alur
mundur, dan alur maju mundur. Sebuah prosa fiksi dikatakan beralur maju apabila peristiwa disajikan
berdasarkan urutan waktu, dari peristiwa awal, mulai memuncak, klimaks, dan berakhir dengan
penyelesaian. Prosa fiksi dikatakan beralur mundur apabila peristiwa diawali dari penyelesaian dan
diakhiri dengan peristiwa-peristiwa awal. Sedangkan alur maju mundur adalah urutan peristiwa yang
disajikan secara acak. Dilihat dari kwantitasnya, alur dibedakan atas alur tunggal dan alur jamak. Sebuah
prosa fiksi dikatakan beralur tunggal apabila hanya terdapat satu alur saja. Sedangkan disebut alur jamak
apabila terdapat lebih dari satu alur.
Dilihat dari kualitasnya, alur dibedakan atas alur ketat dan alur longgar. Sebuah prosa fiksi
dikatakan beralur ketat jika sebagian alur dihilangkan maka keutuhan cerita dapat terganggu. Alur
dikatakan longgar jika sebagian alur dihilangkan maka tidak akan berpengaruh pada keutuhan cerita.
Dilihat dari cara mengakhiri cerita, alur dibedakan atas alur tertutup dan alur terbuka. Prosa fiksi
dikatakan beralur tertutup apabila pengarang dalam mengakhiri cerita dengan memberikan penyelesaian
20. akhir dan kesimpulan-kesimpulan. Cerita beralur tertutup berarti cerita itu benar-benar telah selesai.
Sedangkan alur terbuka berarti akhir cerita yang disajikan belum benar-benar berakhir. Artinya, pembaca
masih diberi kesempatan untuk menentukan penyelesaiannya sendiri.
3. Tokoh / Penokohan
Dalam arti sempit, tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh merupakan salah satu unsur penting dalam
karya sastra yang berupa prosa fiksi. Tanpa ada tokoh, maka cerita tak akan terwujud. Tokoh seringkali
dilukiskan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, dan sosialogis (Waluyo, 1994 : 171). Ada
berbagai cara pengarang untuk menggambarkan watak tokohnya. Dimensi fisik artinya keadaan fisik
tokoh, yang meliputi usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek, pincang,
gagah, tampan, menarik, dan sebagainya), ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri
khas yang spesifik. Dimensi psikhis berkenaan dengan latar belakang kejiwaan, kebiasaan, sifat, dan
karakter, yang meliputi (1) mentalitas, moral, dan kecerdasan; (2) temperamen, keinginan, dan perasaan
pribadi; dan (3) kecakapan dan keahlian khusus. Sedangkan dimensi sosiologis berkaitan dengan latar
belakang kedudukan tokoh dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh lain, yang meliputi (1)
status sosial: kaya, miskin, golongan menengah; (2) pekerjaan, jabatan, dan peranan dalam masyarakat;
(3) pendidikan; (4) pandangan hidup, kepercayaan, agama, idiologi; (5) aktivitas sosial, organisasi, dan
kesenangan; dan (6) suku, bangsa, dan keturunan (Waluyo, 1994 :171– 172).
Nurgiyantoro (1998 : 176 – 194) menyatakan bahwa tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat
dibedakan dalam berbagai jenis penamaan. Berdasarkan peranannya, tokoh dibedakan atas tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama disebut juga tokoh sentral atau tokoh protagonis, yaitu tokoh yang
memegang peranan yang dominan dalam cerita. Sedangkan tokoh tambahan atau tokoh antagonis adalah
tokoh yang kurang dominan dan biasanya berkonflik dengan tokoh utama. Salah satu kriteria yang dapat
digunakan sebagai tokoh utama adalah melalui frekuensi pemunculannya yang tinggi.
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan
tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan
watak tokoh-tokoh itu (Waluyo, 1944 : 165). Watak dan sifat tokoh bisa saja berubah. Ini biasa dilakukan
oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya. Tokoh yang berubah perwatakan dan sifatnya disebut
tokoh berkembang. Sebaliknya tokoh yang memiliki perwatakan dan sifat yang relativ tetap, disebut
tokoh statis.
21. 4. Latar
Latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan
hidup tokoh. Lingkungan alam sebagai setting material dan yang lain sebagai setting sosial (Hudson
dalam Waluyo, 1994 : 198). Latar berfungsi sebagai (1) metafora yang dapat dihayati pembaca setelah
membaca keseluruhan dari cerita yang mendasari waktu, tempat, watak pelaku, dan peristiwa yang
terjadi; (2) sebagai atmosphere atau sebagai kreasi yang memberi kesan dan tekanan kepada sesuatu; (3)
sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan penokohan (Kenney dalam Waluyo, 1994 : 198).
Latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok , yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial
(Nurgiyantoro, 1988 : 227). Latar tempat berkaitan dengan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa.
Misalnya di suatu kota, pegunungan, persawahan, lapangan, pedesaan, ruang kelas, halaman sekolah,
tempat parkir, rumah sakit, dan mungkin juga di dalam lautan. Latar waktu berkaitan dengan kapan
peristiwa terjadi. Misalnya malam hari, siang hari, sore hari, saat terik matahari, tengah malam, dini hari,
waktu hujan, saat istirahat, dulu kala, dan keterangan lain yang menunjukkan waktu. Sedangkan latar
sosial berkaitan dengan nilai-nilai sosial masyarakat tertentu, misalnya kebiasaan hidup, keyakinan,
idealisme masyarakat, norma, dan adat istiadat.
5. Hubungan antarunsur Pembangun Struktur Prosa Fiksi.
Karya sastra hakikatnya merupakan kesatuan unsur-unsur pembangunnya yang saling
berhubungan dan saling menentukan. Unsur-unsur sebuah kesatuan tidak memiliki makna sendiri-sendiri.
Ia akan memiliki makna apabila sudah dihubungkan dengan unsur lain secara keseluruhan sebagai
kesatuan struktur.
Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan
dengan persepsi dan deskripsi benda-benda (Hawkes dalam Darmawan, 2000 : 38).
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis struktur bukanlah penguraian atas
unsur-unsur yang membangunnya saja, tetapi lebih dari itu untuk mengetahui hubungan antarunsur
pembangunnya.
22. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan
secara sistematis dan objektif untuk memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum (KBBI, 1993 : 920).
Berdasarkan sifatnya, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian kualitatif menekankan pada proses penyimpulan data. Penelitian ini memiliki ciri-ciri (1) berlatar
alamiah, (2) manusia sebagai alat/instrumen, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teorinya
dari dasar, (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan prosedur dari pada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan
oleh fokus, ( 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain yang bersifat sementara, dan (11)
hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moeloeng dalam Darmawan, 2000 : 2), sedangkan
penelitian kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena tidak adanya data-data numerikal. Data yang
diperoleh berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang disajikan dengan deskripsi-deskripsi verbal, sehingga
dapat dikatakan bahwa metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
16
2. Data dan Sumber Data
23. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 187) data adalah keterangan atau bahan nyata
yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi dua
yaitu data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diungkap secara langsung dari sumbernya.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diungkap tidak secara langsung dari sumbernya. Menurut sifatnya,
data dibedakan menjadi dua yaitu data faktual dan data valensi. Data faktual yaitu data yang didasarkan pada
fakta yang ada pada sumber data, sedangkan data valensi adalah data yang didasarkan pada pendapat yang
dikemukakan oleh sumber data (Supriyoko : 1997 : 2).
Di samping pengertian di atas, ada pula data relevan, yaitu data yang ada hubungannya langsung
dengan persoalan yang sedang diteliti (KBBI, 1993 : 187). Data yang baik adalah data yang valid dan reliabel.
Penelitian ini menggunakan data primer karena informasi diperoleh langsung dari subjek penelitian.
Data tersebut berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang mengandung gagasan tentang tema, tokoh, alur, dan
latar, dan hubungan antar unsurnya.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia,
penerbit Yoga Pratama Jakarta, cetakan pertama tahun 2007, ukuran buku 11,5 cm X 17,5 cm dan tebal 128
halaman.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk
memperoleh data sebagai bahan pengolahan (KBBI, 1993 : 334 - 335). Menentukan instrumen merupakan
langkah penting dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian meliputi metode atau langkah yang harus
dilakukan dan alat ukur yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan, analisis, dan pengolahan data yang semua dilakukan oleh peneliti.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena setiap langkah penelitian dilakukan oleh
peneliti sendiri. Peneliti menggunakan bekal teori-teori mengenai unsur intrinsik karya fiksi yang meliputi
tema, tokoh, alur, dan latar serta hubungan unsur-unsur intrinsik tersebut.
24. 4. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data berarti mencari dan mencatat data yang telah terkumpul kemudian identifikasikan
sesuai dengan keperluan. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengamatan (observation) dan dokumentatif (documentation). Pengamatan dilakukan secara langsung oleh
peneliti untuk memeroleh data yang terkait dengan tema, tokoh, alur, dan latar. Peneliti dalam hal ini juga
bertindak sebagai pengamat. Data juga diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen yang ada kemudian dicatat
untuk mendeskripsikan data yang berikutnya.
5. Teknik Analisis Data.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 32) analisis karya sastra berarti penguraian karya
sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur-unsur tersebut.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif karena data-data yang
diperlukan berupa kalimat dan paragraf-paragraf dalam sebuah novel.
Secara garis besar, analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca novel
2. Mengumpulkan data dengan memberi tanda-tanda tertentu pada novel yang berkaitan dengan tema,
tokoh, alur dan latar serta hubungan antar unsurnya.
3. Identifikasi data dengan mengklasifikasi data berdasarkan tema, tokoh, alur, dan latar.
4. Seleksi data dengan membuang data yang kurang penting dan hanya mengambil data yang penting
saja.
5. Membuat hubungan antarunsur menjadi kalimat-kalimat yang padu.
6. Menyimpulkan hasil analisis menjadi sebuah temuan penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
25. 1. Sinopsis
Pada bagian awal novel ini menceritakan perjalanan seorang wanita muda yang pergi ke Jakarta dengan
membawa nasib yang tak berketentuan. Ia berjalan terseok-seok sambil menjinjing koper berisi pakaian.
Memandang kesibukan kota Jakarta, seperti yang pernah dibacanya di surat kabar. Mobil yang berlalu lalang
dan gedung-gedung pencakar langit, membuat semakin terbuang hidupnya di antara semua itu.
Ketika Ia hendak menyeberang untuk melepas lelahnya di sebuah rumah makan, sebuah mobil nyaris
menabraknya. Koper terpental dan beberapa orang mengerubungi wanita itu. Pengemudi mobil tersebut turun
menanyakan keadaan wanita muda itu dan menawarkan jasa untuk mengantarkannya. Penawaran yang baik
itu, yang sebetulnya sangat dibutuhkannya, Ia tolak mengingat pengalaman pahit yang pernah dialami
sebelumnya. Lebih baik memerangi nasib sendiri daripada minta bantuan orang lain yang belum dikenalnya.
Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya dan pengemudipun kembali melanjutkan kendaraannya setelah
bunyi klakson mobil lain bersahut-sahutan dari belakangnya.
W
20
anita muda itu bernama Kania. Gadis desa anak seorang pengusaha tembakau dan cengkeh yang telah berbadan
dua itu kini menjadi pemurung, rendah diri, dan tidak pernah memperlihatkan senyuman yang manis itu. Ia hamil
di luar nikah. Lelaki yang diharapkan ternyata lepas dari tanggung jawabnya. Lelaki itu bernama Gunawan. Kania
sudah berkorban segalanya untuk dia. Rumah pemberian ayahnya sudah terjual, uang ayahnya banyak dipakai
untuk biaya kuliah dan sogokan agar ia bekerja. Belum lagi kegadisannya sudah Kania persembahkan untuknya.
Namun, balasannya sungguh menyakitkan. Ia menyadari bahwa semua itu adalah kesalahannya sendiri, tetapi
penyesalan memang datangnya selalu terlambat. Kania ingin menggugurkan bayi yang ada dikandungannya
karena itu akan membuat malu keluarga. Ia tak punya lagi harapan untuk meminta perlindungan kepada siapapun.
Jangankan perlindungan, memberitahu kehamilannyapun sudah memalukan. Akhirnya Ia pergi ke dokter untuk
menggugurkan kandungannya. Namun dokter tak berkenan untuk menggugurkannya. Akhirnya Kania harus pergi
ke dukun bayi atas saran temannya, Lastri. Semula Lastri terkejut dan tak percaya ketika Kania memberitahu dan
memintanya untuk mencarikan dukun pijat yang bisa menggugurkan kandungannya. Kania yang pendiam, anak
seorang haji dan tak pernah meninggalkan sholat lima waktu itu, sampai berbuat zina, mengandung, dan tega hati
akan menggugurkan kandungannya. Ketika di tempat dukun pijat, Ia pasrah akan nasib yang menimpanya. Sakit,
hidup, atau mati sekalipun akan ia hadapi.
Proses aborsi gagal, dan memaksa Kania untuk dilarikan ke rumah sakit. Karena hari masih malam,
ditundanya hingga esok paginya. Kania tak punya biaya untuk perawatannya selama di rumah sakit, sehingga
meminta bantuan kepada Karina, adiknya. Kabar tentang keberadaanya di rumah sakit diterimanya dari Lastri
yang selama ini merawat Kania.
26. Setelah enam hari di rumah sakit, Kania diperbolehkan pulang. Keberadaannya di rumah sakit benar-
benar Ia sembunyikan. Cukup Lastri dan Karina sajalah yang tahu. Orang tuanya tak boleh tahu. Apalagi
Gunawan, lelaki yang telah memporakporandakan kehidupannya.
Setelah kesehatannya pulih, Kania berusaha mencari pekerjaan. Tak mungkin berdiam diri terus,
hanyut dalam kesedihan dan kepahitan hidupnya. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Soni, seorang
manajer hotel dan restoran lantaran Hernoto, sepupu Kania. Dan di restoran inilah Kania mulai bekerja.
Suatu ketika, restoran tempat Kania bekerja itu disewa untuk pesta ulang tahun. Suasana ketika itu
meriah sekali. Di saat kemeriahan itulah Soni, manajer restoran tersebut mulai tertarik dan mendekati Kania.
Kania bersikap dingin dan tidak ingin membuat persoalan baru di tempatnya bekerja karena tahu bahwa Soni
adalah pacar Winda. Ia tidak mau merusak hubungan mereka. Ia juga telah berjanji pada dirinya sendiri tidak
akan jatuh cinta lagi kepada lelaki manapun.
Kecemburuan Winda kepada Kania semakin menjadi-jadi. Hujatan, fitnahan, dan kata-kata kasar
lainnya sering dilontarkan kepadanya sehingga membuat Kania tidak kerasan lagi bekerja di restoran itu.
Ditambah Soni yang selalu mengejarnya membuat Winda semakin cemburu.
Saat ada perjamuan para insinyur di restoran tempat Kania bekerja, Kania kembali bertemu dengan
Pandu, orang yang pernah menyerempet dirinya ketika di Jakarta dulu. Namun mereka belum saling percaya
atas pertemuannya itu. Pandu mencoba mengingat-ingatnya. Ia mengingat-ingat di mana pernah bertemu gadis
itu. Ya. Rasa-rasanya pernah ketemu. Di mana ya? Barangkali di salah satu kantor? Di mana ya? Ah, mungkin
serupa tapi tak sama. Akhirnya Pandu memberanikan diri untuk menanyakannya. Kania ingat betul kejadian
waktu itu ketika diserempet mobilnya. Lalu ia menyalami semua teman Pandu. Kania menjadi sorotan teman-
teman sekerjanya. Ia merasa risih terlebih satu diantara temannya itu adalah Winda. Sampai akhir jamuan,
seluruh insinyur menginggalkan ruangan. Pandu sempat melambaikan tangan kepada Kania sebelum pergi
melanjutkan perjalanan ke tempat penyuluhan. Kania membalasnya dengan malu-malu.
Sampailah Pandu di desa tujuannya, ia menanyakan dulu alamat yang dituju kepada pemilik warung
makanan dan minuman yang ada di desa Yomani. Yang dicari Pandu adalah Haji Anwar, seorang juragan
tembakau dan cengkeh. Haji Anwar dengan ramahnya menawarkan Pandu untuk tinggal di rumahnya.
Bersamaan dengan itu, Karina, adik Kania, pulang dengan mengendarai motornya. Pandu menolehnya. Pandu
menyangka kalau gadis itu adalah Kania yang ditemuinya di restoran tadi. Wajahnya mirip sekali.
27. Setelah berbincang-bincang dengan Haji Anwar, pandu berpamitan untuk melapor dan menyampaikan
maksud kedatangannya menemui pak Lurah.Ia ditemani oleh Karina. Mereka diterima oleh pak Lurah dengan
hangatnya. Inti dari hasil kunjungan, prinsipnya pak Lurah sangat gembira dengan rencana Pandu. Mendukung
sepenuhnya gagasannya untuk memberikan penyuluhan di desanya.
Sementara itu, Kania terus berusaha agar bisa menghindar dari Soni. Untuk bisa menghindar ia harus
berpura-pura sudah punya pacar. Tetapi ia bingung siapa lelaki yang mau untuk berpura-pura jadi pacarnya.
Belum selesai ia memikirkan hal itu, sepupunya mengajaknya bicara. Inti dari pembicaraan itu adalah bahwa
Soni ingin menikahi Kania. Kania terperanjat, sekujur tubuhnya gemetar, dan denyut jantungnya menjadi tak
beraturan. Kania berusaha meminta maaf pada sepupunya dengan berbagai alasan agar hal itu tidak sampai
terjadi karena Soni telah memiliki Winda. Hernoto menghela nafas berat. Dia sebenarnya kecewa, tetapi ia
sadar bahwa cinta memang tidak dapat dipaksakan.
Hari-hari itu Kania rasakan dengan penuh kegelisahan. Terutama bila ia sedang di tempat kerja. Sore
itu saatnya pulang kerja. Ketika ia menatap lewat kaca jendela terlihat seorang lelaki muda berwajah tampan
dan gagah. Ia adalah Pandu. Kania berpikir, Pandu dapat dimanfaatkan sebagai pacar bayangannya. Kania
bergerak menyambut kedatangan Pandu. Kedatangan Pandu disambut dengan senyuman manis. Semua ini
Kania lakukan untuk membuktikan pada Winda bahwa dirinya tidak ada apa-apa dengan Soni. Kemesraan
Kania pada Pandu membuat dadanya berdebar-debar. Rangkulan pada lengannya membuat pijar-pijar hangat
pada darahnya. Tidak salahkah yang apa yang dilakukan ia padanya? Baru beberapa hari ketemu sudah
semesra ini? Apakah gadis ini memang terlalu gampang untuk diajak kencan?
Akhirnya, Kania pulang juga diantar oleh Pandu. Sikap Kania berubah dinging, diam, dan murung.
Tidak seceria tadi sewaktu di restoran. Setelah sampai di rumahnya, Kania turun tanpa mempersilakan pandu
singgah. Pandu segera meluncurkan mobilnya. Pulang. Gila barangkali gadis itu, mudah-mudahan sih tidak,
sangkanya.
Pandu begitu bingung melihat tingkah Kania yang aneh itu. Namun tingkah aneh Kania kepada Pandu
membuatnya semakin bergejolak keinginannya bertemu Kania. Seperti sebuah mimpi yang cuma bisa
direnungi, namun sulit untuk menjadi kenyataan. Pasti dia mengalami sesuatu. Ya, itu pasti. Ia sedang
mengalami masalah. Untuk mengurangi kebingungannya, ia mencoba mengobrol dengan Karina. Siapa tahu
ada sesuatu yang bisa digali dari Karina tentang Kania. Betul, merekapun bercerita. Ayah Karina ikut serta
dalam pembicaraan itu. Diceritakannya panjang lebar tentang Kania. Tentang nasehatnya yang sering tidak
dipatuhi, tentang sifatnya yang hanya mengejar kesenangan saja, tentang Gunawan pacarnya yang telah
membuatnya menderita, tentang keluarnya Ia sebagai guru karena pengaruh temannya, dan tentang
28. pengusirannya dari rumah. Pandupun memohon kepada Haji Anwar untuk memaafkan Kania dan memohon
untuk bisa menemui Kania. Begitu perhatiannya Pandu pada Kania membuat Haji Anwar dan istrinya
menduga akan adanya sesuatu dari Pandu pada Kania. Dugaan mereka ditentangnya sendiri. Ah, di Jakarta
banyak gadis-gadis cantik. Apalah artinya Kania.
Pandu segera meluncur ke rumah Hernoto, sepupu Kania. Bersamaan dengan kedatangannya, Soni
muncul masuk ke halaman dengan mobil corollanya. Jantung Kania jadi berdebar-debar. Rasa gelisah dan
cemas meloncak-loncak dalam dadanya. Aku harus berubah sikap kepada Pandu. Kania mendadak tersenyum.
Sikapnya yang dingin menjadi lebih supel, romantis, mesra dan lembut. Malah ia mengajaknya menonton film
kepada Pandu. Namun setelah diperjalanan sikap Kania dingin kembali. Lagi-lagi Pandu dibuat bingung.
Siang itu banyak tamu di hotel dan makan siangnya di restoran. Dari logat bicaranya mereka
kebanyakan dari Jawa Barat. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Riska. Sosok wanita muda yang tidak
jauh beda nasibnya dengan Kania. Seorang penyanyi di night club beranak satu. Tinggal di Surabaya, namun
saat itu sedang menengok anaknya yang tinggal bersama orang tuanya di Tegal. Riska inilah yang akan banyak
memengaruhi hidup Kania. Karena Riska pulalah ia pindah kerja di sebuah restoran juga di Surabaya.
Kepindahan Kania ke Surabaya, membuat Soni kalang kabut. Soni segera mencari tahu tentang
keberadaannya. Karena banyak kenalan di Surabaya, Sonipun lebih cepat menemukan Kania di tempat
kerjanya. Namun ajakan Soni kepada Kania untuk kembali ke Tegal membuat mereka bertengkar dan
memaksa Kania untuk kabur dari tempat tersebut. Kania kabur bersama Riska ke Jakarta. Mereka tinggal di
tempat kost di Jakarta Pusat. Kehidupan Kania bertambah parah. Ia mulai terpengaruh dengan kehidupan yang
tidak beres. Di tempat inilah Kania bertemu Diana, seorang gadis lesbian. Ia bertemu pula dengan Faizal,
seorang yang telah menjerumuskan kania ke dunia narkoba. Keadaan seperti inilah yang sebetulnya
dikhawatirkan Pandu. Oleh karena itu, seselesainya tugas memberikan penyuluhan, Ia langsung ke Jakarta
untuk mencari Kania. Ia tahu alamat Kania dari Karina, sesaat sebelum Pandu berpamitan pulang. Alamat yang
dimaksud bagi Pandu bukan merupakan sesuatu yang sulit. Apalagi hanya wilayah Jakarta.
Betullah apa yang dikhawatirkan Pandu. Kania bekerja menjadi hostes yang harus siap menerima tamu-
tamu. Susah sekali untuk bisa bertemu Kania. Ia harus booking jauh-jauh hari. Setelah bertemu Kania di hotel
tempat ia mangkal, segala nasehat ditumpahkan padanya. Hubungannya dengan Diana harus dihentikan. Tetapi
Kania tetap pada sifatnya yang keras kepala. Ia tidak mau menerima nasehatnya yang panjang lebar itu.
Akhirnya Pandu pulang dengan langkah gontai. Hatinya murung dan sedih. Tapi kemurungan itu
mendadak sirna ketika menyadari Diana dan beberapa teman lelakinya menghadangnya karena cemburu.
29. Perkelahian tak dapat dihindari. Pandu terkena tusuk oleh salah seorang teman Diana. Pandu terhuyung-
huyung lemas digotong petugas keamanan ke dalam mobil. Sementara Diana dan kawan-kawan dibawa ke
kantor polisi. Kania tak henti-hentinya mendoakan Pandu untuk keselamatannya. Air matanya menetes
membasahi pipinya. Tangannya menggenggam erat jari-jemari Pandu seraya berjanji untuk mematuhi segala
apa yang telah dinasehatkan Pandu kepadanya. Kania menyandarkan kepalanya di dada Pandu, pasrah.
2. Tema dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.
Novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki dua macam tema, yaitu tema mayor yang paling dominan
menjiwai isi cerita yaitu tak semua lelaki buaya dan tema minor yang merupakan cabang permasalahan dari
tema mayor yaitu penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap antipati perempuan kepada
lelaki. Lelaki buaya yang dimaksud dalam novel ini adalah Gunawan. Ia telah menghancurkan kehidupan
Kania sehancur-hancurnya. Rasa cinta yang diberikan kepada Kania hanya untuk kepentingan dan nafsu
pribadi semata. Tak semua lelaki buaya digambarkan oleh tokoh Pandu yang mencintai Kania apa adanya.
Masa lalu Kania yang buram tak mengurangi rasa cinta Pandu kepada Kania.
Penghianatan lelaki yang dimaksud dalam novel ini adalah memperalat seorang perempuan untuk
pemenuhan kebutuhan materi dan immateri/biologis. Kerugian yang diderita oleh tokoh Kania berupa rumah
pemberian ayahnya, uang untuk keperluan membeli buku-buku dan biaya kuliah, uang untuk sogokan agar
lelaki itu bisa diterima bekerja. Lebih dari itu kegadisan Kaniapun direnggutnya tanpa ada rasa dosa dan salah,
yang membuat hidup Kania terasa pahit, kotor, dosa, dan menderita.
Gagasan utama dalam novel ini diperjelas dari kutipan data berikut:
1. “Tidak, Mas. Aku mohon jangan paksa aku. Belum lama hati yang luka sembuh,
sudah akan kambuh lagi. Dan hatiku sudah beku untuk menerima kehadiran pria
manapun. Biarkanlah aku mencari hidupku sendiri, karena rasa kepercayaanku
terhadap semua pria sudah hilang. Sulit bagiku untuk mencintai pria lagi,” kata
Kania bagai ratap yang minta pengertian (halaman 54)
Kutipan tersebut adalah pernyataan Kania kepada sepupunya yang memberitahukan bahwa Soni ingin
menikahinya. Kania tolak mentah-mentah karena ia sudah banyak menderita karena lelaki. Rumah pemberian
ayahnya dijual, uang digunakan untuk keperluan lelaki idamannya, kegadisannya direnggut, mengandung dan
menggugurkan bayinya, namanya menjadi cemar dan dianggap sebagai pelacur, masuk ke kamar tahanan dan
30. keluar dari pekerjaan sebagai guru adalah akibat dari lelaki yang menghianatinya. Akibat kekecewaannya pula
pada lelaki, ia berhubungan dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba.
Kekecewaan Kania bukan saja kepada lelaki yang pernah menodai dan memperalatnya, namun juga
kepada semua lelaki. Semua lelaki dianggapnya sama, penghianat. Bahkan permintaan Pandu, seorang yang
dengan tulus ikhlas mencintai dan menyayangi Kania dengan segala noda, dosa, dan kekurangan yang melekat
padanya untuk membalas cintanya, Kaniapun menolaknya seperti pada kutipan data berikut.
2. ”Kamu tidak mau membalas cintaku, Nia?”
“Lupakan Nia, Mas. Nia tak pantas untuk Mas miliki. Dan maafkanlah aku bila membuat kecewa
mas Pandu. Karena dalam diri Nia telah berlumur noda dan dosa.”
”Aku tidak mempersoalkan apa pun yang terlah terjadi pada dirimu. Aku hanya mengharapkan
balasan cintamu. Ingin menyingkapkan tirai di hatimu yang selama ini menghalangi kehadiranku.”
”Jangan, Mas. Aku tak pantas untuk mendampingi hidupmu. Lupakan saja aku,” pinta Kania sambil
terisak-isak (halaman 123).
Demikianlah, rasa kecewa yang mendalam terhadap seseorang yang telah menghianatinya,
menumbuhkan rasa benci yang mendalam kepada lelaki.
3. Alur dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.
Rangkaian peristiwa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini menggunakan
urutan maju atau progresif. Cerita dimulai dari awal, masuk ke permasalahan, permasalah memuncak, dan
berakhir dengan penyelesaian.
Peristiwa awal dari novel ini yaitu Kania yang mencari Gunawan di ibukota, lelaki yang sudah
membuat dirinya berbadan dua. Ternyata Gunawan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu, malah
ia sudah beristri dan tinggal di Jakarta. Nasibnya semakin tak berketentuan. Kehamilannya semakin bertambah
usia, sehingga memaksa dirinya untuk segera menggugurkannya. Hal itu dilakukan supaya tidak membuat
malu keluarga seperti dalam kutipan data berikut.
3. ”Aku harus menggugurkan bayi ini. Aku tidak ingin membuat malu nama baik
keluargaku. Itulah tekad Kania, karena sudah tak punya harapan lagi untuk minta
perlindungan siapapun. Jangankan minta perlindungan, memberi tahu keadaannya
yang hamil saja sudah memalukan.” (halaman 9).
4. ”Demi nama baik keluargaku. Demi kelangsungan hidupku agar tidak semakin
dibenci orang tuaku. Aku tidak tahu apa yang akan tejadi, Cuma kengerian yang ada
31. dalam benakku. Pasti aku akan diusir dari rumah dan tidak diakui lagi sebagai
anaknya.” (halaman 16)
Peristiwa selanjutnya adalah pertemuan Kania dengan Soni, manager tempat ia bekerja yang membuat
hidupnya kembali tersiksa. Tersiksa bukan karena perlakuannya, namun dari Winda pacar Soni dan teman-
teman sekerjanya. Dituduh merebut dan merusak hubungan Soni dan Winda. Winda cemburu dan membuat
Kania tidak kerasan bekerja di restoran itu. Kania berhenti bekerja dan pindah ke Surabaya atas ajakan Riska.
Puncak masalah terjadi ketika perseteruan antara Soni dan Kania di Surabaya. Kania tetap dikejar-kejar
oleh Soni agar pulang ke Tegal, sehingga memaksa ia untuk kabur ke Jakarta. Bukan nasib baik yang dialami
Kania, Ia malah bergaul dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba.
Penyelesaian masalah dalam novel ini disampaikan oleh pengarang melalui nasehat Pandu pada Kania
di akhir cerita. Walaupun didahului dengan perkelahian dan pertumpahan darah namun pada akhirnya Kania
bersedia menuruti apa yang dinasehatkan oleh Pandu. Adapun nasehat Pandu yang terlihat sebagai
penyelesaian masalah seperti kutipan data berikut.
5. ”Manusia manapun tidak bisa akan bisa memperbaiki diri tanpa masa lampau. Dan
belum cukupkah masa lampau yang kamu lalui dengan getir itu? (halaman 120)
6. ”Aku tidak punya maksud begitu. Kamu jangan salah mengerti, Nia. Semua ini
kulakukan demi kebaikanmu. Dan aku tidak rela dirimu jatuh ke dalam pelukan laki-
laki lain. Ke dalam pelukan Diana.”
”Kau mau menguasai hidupku?”
”Sama sekali tidak. Cuma di sini aku punya hak untuk bisa bicara denganmu. Sebab selama ini aku
merasa sukar menemuimu di luar tempat ini. Tidakkah terketuk dinding hatimu untuk menerima
kehadiranku dalam hidupmu, Nia? (halaman 122).
Dilihat dari cara mengakhiri cerita, novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki alur terbuka. Cerita itu
masih bisa dilanjutkan, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pembaca sebagai penikmat karya sastra.
Alternatif yang bisa digunakan antara lain.
1. Kania menikah dengan Pandu. Hidup penuh dengan konflik karena Kania tidak bisa mengubah sifatnya
yang dingin dan Pandu hidup sakit-sakitan.
2. Kania menikah dengan Pandu. Hidup bahagia namun tidak segera mendapatkan keturunan karena proses
aborsi yang gagal. Konflik muncul dan Pandu mulai beralih ke lain hati.
32. 3. Kania menikah dengan Pandu dan mendapatkan keturunan, namun bayi yang dilahirkan cacat karena
pengaruh narkoba ibunya. Hidup penuh konflik dan saling menyalahkan dengan latar belakang masing-
masing.
4. Kania menikah dengan Pandu, bertobat, berusaha melupakan masa lalunya dan dengan sepenuh hati
melayani suaminya. Namun Pandu mencintai wanita lain. Hidup penuh konflik dan Kania kembali terjun
ke dunia narkoba.
Dilihat dari kualitasnya, alur dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya termasuk alur rapat. Setiap
rangkaian peristiwa merupakan sambung sinambung ceritanya. Jika ada bagian dalam cerita yang dihilangkan
akan mengganggu keutuhan cerita secara keseluruhan.
4. Tokoh / Penokohan dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.
1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania,
Karina, Haji Anwar, Mariah, Pak Lurah, Lastri, Sarti, Winda, Hernoto, Soni, Gunawan, Pandu, Suyadi,
Johny, Riska, Diana, Elina, dan Faizal.
1. Tokoh Utama
Tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania. Ia memenuhi
syarat-syarat sebagai tokoh utama baik sebagai pelaku kejadian maupun penderita kejadian. Kania
memenuhi syarat sebagai tokoh utama karena hal-hal sebagai berikut.
1. Tokoh yang Paling Banyak Terlibat dengan Tema.
Tema yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah tak semua lelaki buaya.
Tema itu dikembangkan menjadi penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap
antipati perempuan kepada lelaki. Rasa antipati dilakukan oleh tokoh Kania hampir kepada setiap
lelaki. Ia menganggap semua lelaki adalah penghianat yang membuat hidup menderita. Tokoh
Kania pula yang sering merasakan penderitaan akibat penghianatan lelaki. Penderitaan lahir
maupun batin ia rasakan selama berhubungan dengan lelaki sehingga membuat antipatinya kepada
lelaki. Tokoh kedua yang paling banyak terlibat dengan tema adalah Pandu. Tokoh Pandu
merupakan tokoh lelaki yang tidak termasuk kategori buaya dalam novel ini.
33. Penderitaan Kania dapat dilihat dari kutipan data berikut.
7. ”Dia tidak mengakui. Di depan istrinya dia berlagak alim dan dermawan. Tak
kusangka Gunawan semunafik itu. Bahkan mereka menuduhku ingin memfitnah dan
menghancurkan rumah tangga mereka. Apakah ini tidak terlalu menyakitkan?
Mereka malah tega mengusirku,” tutur Kania ( halaman 17).
Data di atas terjadi ketika Kania menemui Gunawan di Jakarta. Gunawan tega mengusir
Kania dan memfitnah telah menghancurkan rumah tangganya.
8. ”Betapapun sakitnya, aku pasrah, Lastri. Dan bila sampai terjadi apa-apa, secepatlah
bawa aku ke rumah sakit. Tapi jangan ceritakan kepada siapapun kalau keadaanku
hamil,” pinta Kania sembari menahan isaknya (halaman 19).
Penderitaan Kania juga tergambar dari keadaan Kania yang membiru setelah melakukan
aborsi seperti pada kutipan data berikut.
9. ”Mbah, bagaimana kalau sebaiknya dia kubawa saja ke dokter. Lihat, semua
badannya sudah mulai membiru. Lihat, Mbah,” kata Lastri gemetar.
“Tapi dia bisa mati nanti, Mbah. Biar sekarang juga akan saya bawa dia ke rumah sakit.”
(halaman 21).
Penderitaan Kania lengkap dalam kehidupan Kania seperti pada kutipan data berikut.
10. Masa lalunya yang meninggalkan kegetiran. Penderitaan, noda serta dosa yang
melekat dalam tubuhnya. Semua itu bagaikan seonggok empedu yang setiap saat
diingat dan menimbulkan rasa teramat pahit dalam hidupnya. Semua pria yang
pernah singgah di hatinya Cuma melibatkan nasibnya jadi sengsara (halaman 95 –
96)
2. Tokoh yang Paling Banyak Berhubungan dengan Tokoh Lain.
Tokoh Kania paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Hal ini dapat dilihat melalui
keseluruhan bagian dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia yang menunjukkan
hubungan tokoh Kania dengan tokoh lain. Hubungan tokoh Kania dengan tokoh dokter dapat
terlihat dari kutipan data berikut.
11. ”Sakit apa, Dik?” tanya dokter itu
”Saya ...” ucapan Kania. Kerongkongannya bagai tersekat.
”Kenapa?”
Kania menundukkan muka. Malu bersitatap dengan dokter itu.
34. ”Saya hamil,” suaranya lirih. ”Jadi mau periksa kehamilan? Sudah berapa bulan
terlambat menstruasinya?”
”Empat bulan.” (halaman 10 ).
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Lastri dapat dilihat pada kutipan data berikut.
12. ” Haii....Nia. Apa kabar?” sapa Lastri girang sekali. Kania memaksakan diri untuk
tersenyum. Dia mengamati gadis itu dengan sorot mata sendu. Lalu menarik
lengannya dan mengajak duduk di badukan teras rumah setinggi setengah meter.
Tembok yang memang sengaja dibuat mengelilingi teras untuk duduk santai.
”Aku mau minta tolong,” kata Kania dengan binar-binar mata basah.
”Soal apa?”
Kania mengedarkan pandangan sesaat ke dalam rumah Lastri. Tak ada orang yang
tampak satupun.
”Kemana orang tuamu?”
”Sedang pergi ke Tegal. Ke rumah paman. Kenapa sih?” (halaman 14)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Sarti dapat dilihat dari kutipan data berikut.
13. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti.
”Empat bulan, Mbah.”
Sarti manggut-manggut.
”Suamimu mana?” (halaman 18 – 19)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Karina dapat dilihat dari kutipan data berikut.
14. ”Karina, apakah kamu punya uang tabungan?”
”Punya. Kakak memerlukannya?”
”Ya. Untuk biaya pengobatanku selama dirawat di rumah sakit ini. Aku sudah malu
karena seringkali meminta uang kepada orang tua (halaman 28).
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Hernoto dapat dilihat dari kutipan data berikut.
15. ”Kamu mau kerja sebagai pelayan restoran?” tanya Hernoto.
”Apa saja, Mas. Yang penting halal. Apa Mas bisa membantu saya?” (halaman 31)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Soni dapat dilihat pada kutipan data berikut.
35. 16. ”Selamat siang, Pak.”
”Silakan duduk. Adiknya mas Noto, ya?”
Kania mengangguk takzim, lantas duduk di kursi menghadap manajer itu.
”Sebelum menjadi karyawati di sini harus mengikuti training. Apakah anda bersedia
mengikutinya?” tanya Soni sambil mengelus-elus kumisnya (halaman 32)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Nina dapat dilihat dari kutipan data berikut.
17. ”Karena kamu telah merebut Pak Soni dari tangan Winda,” kata Nina.
Kania terperangah. Dia sampai terbatuk ketika menelan nasi. Buru-buru dia meneguk
air putih.
“Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa-
biasa saja,” balas Kania (halaman 35 – 36)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Winda dapat dilihat dari kutipan data berikut.
18. ”Winda, aku tahu siapa yang kamu maksudkan,” sahut Kania lunak. Sebenarnya dia
sudah kepingin menjerit di situ. Terlampau menyakitkan ucapan Winda.
”O, jadi kamu sudah merasa, ya? Teruskan saja hubunganmu itu,” kata Winda sinis
(halaman 36)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Pandu dapat dilihat dari kutipan data berikut.
19. ”Memang sayalah orangnya, Pak.” Kania tersenyum ramah.
”Jadi kalau begitu saya tidak salah alamat?” suara Pandu girang (halaman 43)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Riska dapat dilihat dari kutipan data berikut.
20. ”Mau pesan apa, Mba?”
”Coca cola saja. Selain itu aku ingin berkawan denganmu.”
Kania termangu. Perempuan itu langsung mengulurkan telapak tangnnya. Kania
menyalami.
“Riska.”
“Kania.”
“Setelah mengambilkan minuman kita ngobrol sebentar ya?” (halaman 80)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Elina dapat dilihat dari kutipan data berikut.
36. 21. Perempuan muda itu mengajak berjabatan tangan.
“Elina.”
“Kania.” (halaman 98)
Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Diana dapat dilihat dari kutipan data berikut.
22. “Sudah siap, Nia?” tanya Diana.
Kania menggeleng lalu bangkit mengusap air matanya (halaman 114)
3. Tokoh yang Paling Banyak Memerlukan Waktu Penceritaan.
Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia terdiri dari 17 bagian, satu bagian
pembuka, dan satu bagian penutup. Bagian pembuka terdiri dari 4 halaman dan bagian penutup
terdiri dari 2 halaman. Bagian pembuka menceritakan awal pertemuan Kania dengan Pandu
sedangkan bagian penutup berisi kesediaan Kania untuk hidup bersama Pandu. Tokoh Kania pada
kedua bagian tersebut diceritakan sangat dominan karena memerlukan waktu penceritaan yang
paling lama dan ada pada setiap halamannya.
Dari 17 bagian yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, hanya ada 2 bagian saja
yang tidak menceritakan tokoh Kania, yaitu bagian 6 dan 8 atau halaman 44 – 51 dan halaman 60 –
67.
Tokoh kedua yang memerlukan waktu penceritaan adalah Pandu. Waktu penceritaan Pandu
ada di bagian pembuka, bagian tengah ketika menjalankan tugas di desa, dan dibagian akhir ketika
memberikan nasehat kepada Kania hingga akhir cerita. Dari 17 bagian, ditambah bagian pembuka
dan penutup yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, bagian yang menceritakan
tentang tokoh Pandu sebanyak 12 bagian, yaitu bagian pembuka, bagian 5 – 10, bagian 14 – 17 dan
bagian penutup.
Dari uraian di atas, maka tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah Kania.
2. Tokoh Tambahan
1. Pandu
Pandu adalah tokoh yang sangat peduli dengan kehidupan tokoh utama. Ia pula yang telah
mengentaskannya dari kehidupan yang tidak baik. Kepedulian Pandu pada tokoh utama terlihat dari
37. peryataan ayah Kania pada saat berbincang-bincang dengan Pandu. Penyataan ayah Kania seperti
pada kutipan data berikut.
23. “Temuilah dia. Kalau Nak Pandu dapat mengarahkan ke jalan yang baik, bapak
sebelumnya mengucapkan banyak terima kasih.” (halaman 66)
24. “Kamu harus sembuh, Mas. Nia bersedia hidup bersamamu. Dan bawalah Nia
pulang ke desa.”
“Sungguhkah apa yang kamu ucapkan, Nia?”
“Sungguh, Mas. Mulai saat ini Nia tak mau lagi dipisahkan dari Mas Pandu. Bawalah
Nia ke mana Mas Pandu pergi.” (halaman 127)
Pengarang tidak menceritakan apakah kepedulian Pandu pada tokoh utama didasarkan pada
iktikad baiknya untuk memperbaiki kehidupan tokoh utama, atau ada udang dibalik batu dari
semua kepeduliannya itu. Sama seperti lelaki lain yang pernah singgah di hati tokoh utama, yang
membuat hidupnya selalu menderita.
2. Soni
Soni adalah tokoh yang ikut mewarnai kehidupan tokoh utama. Walaupun perilaku Soni
tidak secara langsung berdampak pada kehidupan tokoh utama, tetapi lebih karena pengaruh orang-
orang terdekat Soni. Pengaruh Soni yang lebih menonjol mempengaruhi kehidupan Kania adalah
buayanya. Sebenarnya Soni telah memiliki Winda, namun ia harus mencintai Kania. Hal ini yang
tidak disukai oleh Kania, seperti dalam kutipan data berikut.
25. Aku tidak akan membuat persoalan baru di sini, kata Kania dalam hati. Sebab dia
tahu kalau Soni pacarnya Winda (halaman 34)
3. Winda
Winda adalah pacar Soni yang selalu cemburu dengan keberadaan Kania. Sebenarnya,
bukan perilaku Kania yang membuat kecemburuan Winda, namun lebih pada perilaku Soni yang
selalu mendekati Kania. Kecemburuan Winda terlihat pada kutipan data berikut.
26. ”Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa-
biasa saja,” balas Kania (halaman 36)
38. 4. Karina
Karina adalah adik Kania. Ialah yang sangat peduli dengan keadaan Kania. Penderitaan yang
dialami Kania, sebagian dirasakan juga oleh Karina. Wajahnya mirip sekali, namun kedewasaannya
belum seperti Kania. Masih kekanak-kanakan dan lebih pemalu. Ini dapat dilihat pada kutipan data
berikut.
27. Karina mengangguk. Pandu memperhatikan wajah Karina yang tertunduk malu-
malu. Matanya, hidungnya, bibirnya persis seperti yang dimiliki Kania. Cuma
bedanya sikap Karina masih kekanak-kanakan. Belum sematang Kania. Dan kalau
diperhatikan kecantikan Kania lebih menonjol (halaman 63)
5. Lastri
Lastri adalah teman Kania yang sangat setia menemani Kania ketika berusaha ingin
menggugurkan kandungannya. Ia yang mengantarkan Kania ke dukun pijat, ke rumah sakit, dan
memberitahukan kepada Karina tentang keberadaan kakaknya.
6. Haji Anwar dan Mariah
Haji Anwar dan Mariah adalah orang tua Kania. Mereka adalah juragan tembakau dan
cengkeh yang baik hati dan terpandang di desanya. Namun mereka terpaksa mengusir anaknya
karena susah diatur. Ini terlihat dari kutipan data berikut.
1. Apakah ini tidak mencoreng nama baikku? Kehormatanku? Maka dia tak akan
kuizinkan lagi menginjak lantai rumah ini! Aku tidak mau menganggap dia sebagai
anakku lagi! Sungguh memalukan! (halaman 65)
7. Sarti
Sarti adalah seorang perempuan tua yang rambutnya sudah memutih dan berbadan kurus. Ia
sebagai dukun pijat bayi yang sering menggugurkan kandungan. Ini terlihat dari kutipan data
berikut.
29. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti.
”Empat bulan, Mbah.”
Sarti manggut-manggut.
”Suaminya mana?”
Kania menggeleng.