SlideShare a Scribd company logo
http://www.slideshare.net/NabilaArifannisa/laporan-ilmiah-pertumbuhan-kecambah/download

inrinsik dan ekstrinsik pada novel Siti Nurbaya

Data Novel:
Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )

Pengarang : Marah Rusli

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1992

Tempat Terbit : Jakarta

Tebal : 271 halaman

Pelaku : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan

       Mahmud.

IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:

   Tokoh dan Karakter Tokoh

     Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat
dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai
pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum
kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.

   Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:

   Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.

   Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.

   Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.

   Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.

   Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.

   Latar (Setting)

    Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada
dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:

    Latar Tempat
        Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-
        tempat dengan nama tertentu.

Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)

    Latar Waktu
        Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.

Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih
bobrok.

    Latar Sosial
        Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat
        yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan,
        pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.

Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.

   Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi,
akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu,
alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian
cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya
masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti
cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang
terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk
Maringgih.)


- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha
perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih.
Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik
Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar
hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak
Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas,
asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)


- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis
menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka
dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di
stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan
kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti
Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)


- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian,
dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya.
Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya
menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa
berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat
membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)

- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya
tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah
sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu
merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)

   Sudut Pandang (Point of View)

   Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut
pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut
pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang
peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.

   Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.

   Gaya Bahasa

     Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam
tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni
pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.

Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.

   Tema

   Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan
pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah
membaca cerita tersebut secara keseluruhan.

Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan
Samsulbahri.
Amanat

         Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata
    lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan
    yang ada dalam cerita.

    Amanat yang terkandung dalam Novel:

ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat
   merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.

ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta
    yang murni tak akan padam sampai mati.

ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.

ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka
   sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.

ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.

ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.

    IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:

    Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
    bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.

    1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.

    Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan
    melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh
    inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.


    2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.

    Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku
    novel, “Siti Nurbaya”.

    3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.

    Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan
    sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.

    4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.

    Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi
    Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Laskar Pelangi"

   A. Unsur Intrinsik
1. Tema


             Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini
   diselingi oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota „Laskar Pelangi‟. Tema pendidikan ini sendiri
   dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah yang lebih menonjol.


2. Plot (alur)


a. Pengenalan Situasi Cerita
   `      Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di Desa Gantung,
   Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya
   yaitu timah. Belitong merupakan daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan menghasilkan
   banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang
   miskin.
          Pagi itu, satu demi satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya berdatangan mendaftarkan diri di
   sekolah yang hampir roboh dan mungkin sudah tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar.


b. Menuju Adanya Konflik
             Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik.
   Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak
   mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar
   kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.


c. Puncak Konflik
       Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan
   orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak
   Harfan sang kepala sekolah dan Bu Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk
   memberikan pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
          Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun konflik selanjutnya yang
   secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya lomba karnaval dan cerdas cermat
   antar sekolah.


d. Penyelesaian
          Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di
   SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap
   keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan,
   Bu Muslimah dan juga para calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk
   menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan.
          Sekolah yang jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan belajar-mengajar
   meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD
Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu
   Muslimah bersikeras mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai
   murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan karnaval. Dengan ide cemerlang
   dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring teman-temannya merebut piala kemenangan.
            SD Muhammadiyah kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu
   Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan dimulai namun ujung
   tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang
   (Lintang). Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada
   saat memasuki soal yang berbau angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai
   juara.
3. Latar Cerita
a. Latar Tempat
       Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang
   terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya
   adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.


b. Latar Waktu
       Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski ada bumbu
   imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.


c. Latar Suasana
       Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga beragam. Ada
   kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
   Suasana Sedih
            Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu
   Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang
   ditinggal mati ayahnya.


   Suasana Senang
            Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas cermat SD
   Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
   Suasana Cemas
            Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan
   calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang
   mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
4. Penokohan
   Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel „Laskar Pelangi‟ antara lain :
a) Ikal
   Ikal atau yang di dalam novel ini berperan sebagai „aku‟ merupakan tokoh utama. Ikal adalah salah seorang
   anggota „Laskar Pelangi‟. Di sekolah ia termasuk murid yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di
   bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk
   orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu
menyukai dunia sastra terutama puisi. Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis keturunan
     Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling.
b) Taprani
     Taprani merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara seperlunya (pendiam), santun,
     sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk memajukan
     pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus
     selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c) Sahara
     Sahara merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Tubuhnya ramping dan
     selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski pun ia adalah sosok yang perhatian, namun
     ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara
     Sangat menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam novel ini dicritakan bahwa ia
     bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau satu pemikiran dengannya.
d) A Kiong
     A Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Sifatnya begitu
     polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia
     Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali bertengkar dengan
     Sahara.
e) Harun
     Harun yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas tahun ini mengidap
     keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut
     seperti Chairil Anwar ini hobi sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia
     sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun sering kali bercerita tentang kucing
     belang tiganya yang melahirkan tiga anak yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang.
f)   Borek
     Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan tergila-gila
     dengan citra cowok macho.
g) Syahdan
     Karakter Syahdan tidak begitu menonjol dalam novel ini. Ia adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang selalu
     setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling. Syahdan merupakan saksi
     cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita sebagai aktor.
h) Kucai
     Kucai adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika
     menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang menderita
     rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak
     bicara dan susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus.
i)   Lintang
     Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya dari
     sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang.
     Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang
     nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang tinggal di rumahnya. Di sekolah,
     Lintang begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah
menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai ilmu
     penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya. Idenya sangat kreatif. Lucunya,
     kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi dengan tulisan tangan yang indah.
j)   Mahar
     Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain sebagainya.
     Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk orang yang menggemari dongeng-dongeng yang
     tak masuk akal (mungkin karena ia terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya
     karena pemikirannya dianggap aneh.
k) Bu Muslimah
     Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam
     mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap
     jiwa mengajar murid-murid di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian
     yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati.
l)   Pak Harfan
     Pria bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD Muhammadiyah. Bersama Bu
     Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga
     memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan.
m) A Ling
     Gadis keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang ramping dan tinggi. Anak dari
     pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta.
n) Flo
     Ia merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh
     terakhir yang muncul sebagai anggota „Laskar Pelangi‟.


5. Sudut Pandang yang Digunakan
           Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena
     dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata „aku‟. Tokoh „aku‟ dalam novel ini diceritakan paling
     dominan sehingga si tokoh „aku‟ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.


6. Amanat
     Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
     Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa)
     Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru
     jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang
     kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan
     keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan
     untuk tidak belajar.
     Jauhi sifat pesimis
     Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan
     lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas.
     Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan
bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah)
   biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
   Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
   Dalam novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan
   kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi
   guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di sebuah kampug
   kecil.


   B. Unsur Ekstrinsik
            Selain unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh unsur ekstrinsik.
   Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi
   budaya yang dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa unsur
   ekstrinsik yang dibahas antara lain :
1. Latar Belakang Tempat Tinggal
            Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar
   Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal
   pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata
   benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.


2. Latar Belakang Sosial dan Budaya
            Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di
   Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh
   tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan
   saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang
   komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.


3. Latar Belakang Religi (agama)
            Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar
   Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali
   menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
4. Latar Belakang Ekonomi
            Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan
   dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat
   Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di
   tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong
   kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
5. Latar Belakang Pendidikan
            Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang
   tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu
   banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi).
   Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini
   menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
                (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)


A. Sekolah Induk
   Nama Sekolah          : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
   Nama Kepala Sekolah   : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
   Jumlah                : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
   Murid                 : Jurusan IPA/ IPS     Kelas X         jlh rombel 6   jlh murid 40 orang
                                                Kelas XI        jlh rombel 5   jlh murid 40 orang
                                                Kelas XII       jlh rombel 4   jlh murid 40 orang
   Alamat                : Desa/ Kel. Karang Agung,     Kec. Lubai      Kode Pos. 31173
                           Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)


B. Individu
Nama                    : Uswatun Khasanah,S.Hi                          (Gelar ditulis dibelakang)
   NIP/ NIGB               :                                                (Khusus guru PNS dan guru bantu)
   Jenis Kelamin           : Pria / Wanita                                  (coret yang tidak sesuai)
   Tempat, Tgl Lahir       : Sridadi, 24 Juli 1984                          (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
   No. Rekening            :                                                (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
   Agama                   : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
   Status Perkawinan       : Kawin / Janda / Duda / Belum                   (coret yang tidak sesuai)
   Status Pegawai, pilih   : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag                   (coret yang tidak sesuai)
                                    TMT                                    (TMT SK CPNS)
                                 Golongan………… TMT………………….                            (Sesuai SK Pangkat terakhir)
                             2. Non PNS TMT Juli 2009                       ( Sesuai SK pengangkatan)
   Jabatan, pilih          : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru                     (Coret yang tidak sesuai)
                                - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, Juli 2007                        (Sejak Tugas disekolah ini)
                               - Mengajar, SEJARAH                     = 12 Jam
                            2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
                               Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
                               - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
   Pendidikan              : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
                             2. SD Muhammadiyah OKU Timur,                       Tahun 1990 s/d 1996
                             3. SMP Muhammadiyah OKU Timur,                      Tahun 1996 s/d 1996
                             4. MA NU OKU Timur          ,                       Tahun 1999 s/d 2002
                             5. DII……………………….,                                   Tahun …… s/d ……..
                             6. DIII ……………………..,                                 Tahun …… s/d ……..
                             7. S1 Syari‟ah/ Muamalah,                           Tahun 2002 s/d 2008
                             8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
                             9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
   Keluarga                : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah            (sesuai kartu keluarga)
                             2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md     NIP : ……………..(Jika PNS)
                             3. Anak               :
                              No              Nama              Tempat, Tanggal Lahir       AK/ AA   Sekolah
                              1     Elvia Meylinda            Pagar Dewa, 03 Mei 2007         AK        -




   Alamat                  : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45                         (Tempat tinggal sekarang)
                             Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
                             Enim, Kode Pos 31173



                     Mengetahui,                                             Karang Agung, ……Agustus 2011
                    Kepala Sekolah                                                Yang Bersangkutan




              Drs. H. Imron Rozami, M.Si                                         Uswatun Khasanah, S.Hi
              NIP. 19630120 199002 1 001


            FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
                (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)


A. Sekolah Induk
   Nama Sekolah            : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
   Nama Kepala Sekolah     : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
   Jumlah                  : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
   Murid                   : Jurusan IPA/ IPS     Kelas X         jlh rombel 6   jlh murid 40 orang
                                                  Kelas XI        jlh rombel 5   jlh murid 40 orang
                                                  Kelas XII       jlh rombel 4   jlh murid 40 orang
   Alamat                  : Desa/ Kel. Karang Agung,     Kec. Lubai      Kode Pos. 31173
                             Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
B. Individu
   Nama                    : Mastidawatty, S,Psi                            (Gelar ditulis dibelakang)
   NIP/ NIGB               :                                                (Khusus guru PNS dan guru bantu)
   Jenis Kelamin           : Pria / Wanita                                  (coret yang tidak sesuai)
   Tempat, Tgl Lahir       : Palembang, 24 Juli 1971                        (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
   No. Rekening            :                                                (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
   Agama                   : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
   Status Perkawinan       : Kawin / Janda / Duda / Belum                   (coret yang tidak sesuai)
   Status Pegawai, pilih   : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag                   (coret yang tidak sesuai)
                                    TMT                                    (TMT SK CPNS)
                                 Golongan………… TMT………………….                            (Sesuai SK Pangkat terakhir)
                             2. Non PNS TMT ………………………………….                            ( Sesuai SK pengangkatan)
   Jabatan, pilih          : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru                     (Coret yang tidak sesuai)
                                - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, ……………………..                                      (Sejak Tugas disekolah ini)
                               - Mengajar, …………………………………….                            = …. Jam
                            2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
                               Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
                               - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
   Pendidikan              : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
                             2. SDN …………………….,                           Tahun …… s/d …….
                             3. SMP……………………..,                           Tahun 1996 s/d 1996
                             4. SMA NU OKU Timur         ,                        Tahun 1999 s/d 2002
                             5. DII……………………….,                                    Tahun …… s/d ……..
                             6. DIII ……………………..,                                  Tahun …… s/d ……..
                             7. S1 Syari‟ah/ Muamalah,                            Tahun 2002 s/d 2008
                             8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
                             9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
   Keluarga                : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah            (sesuai kartu keluarga)
                             2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md     NIP : ……………..(Jika PNS)
                             3. Anak               :
                              No              Nama              Tempat, Tanggal Lahir       AK/ AA    Sekolah
                              1     Elvia Meylinda            Pagar Dewa, 03 Mei 2007         AK         -




   Alamat                  : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45                         (Tempat tinggal sekarang)
                             Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
                             Enim, Kode Pos 31173



                     Mengetahui,                                             Karang Agung, ……Agustus 2011
                    Kepala Sekolah                                                Yang Bersangkutan




              Drs. H. Imron Rozami, M.Si                                         Uswatun Khasanah, S.Hi
              NIP. 19630120 199002 1 001


            FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN
                (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar)


A. Sekolah Induk
   Nama Sekolah            : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049
   Nama Kepala Sekolah     : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004
   Jumlah                  : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang
   Murid                   : Jurusan IPA/ IPS     Kelas X         jlh rombel 6   jlh murid 40 orang
                                                  Kelas XI        jlh rombel 5   jlh murid 40 orang
                                                  Kelas XII       jlh rombel 4   jlh murid 40 orang
   Alamat                  : Desa/ Kel. Karang Agung,     Kec. Lubai      Kode Pos. 31173
                             Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
B. Individu
   Nama                    : Jeni Febriani                  (Gelar ditulis dibelakang)
   NIP/ NIGB               :                                                     (Khusus guru PNS dan guru bantu)
   Jenis Kelamin           : Pria / Wanita                                       (coret yang tidak sesuai)
   Tempat, Tgl Lahir       : Karang Agung, 03 Januari 1991                       (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK)
   No. Rekening            :                                                     (Bank Sumsel Cab. Muara Enim)
   Agama                   : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai)
   Status Perkawinan       : Kawin / Janda / Duda / Belum                        (coret yang tidak sesuai)
   Status Pegawai, pilih   : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag                        (coret yang tidak sesuai)
                                    TMT                                         (TMT SK CPNS)
                                 Golongan………… TMT………………….                                 (Sesuai SK Pangkat terakhir)
                             2. Non PNS TMT Juli 2009                            ( Sesuai SK pengangkatan)
   Jabatan, pilih          : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru                         (Coret yang tidak sesuai)
                                - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, Juli 2009                        (Sejak Tugas disekolah ini)
                               - Mengajar, SEJARAH                     = 12 Jam
                            2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel /
                               Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai)
                               - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai)
                               - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini)
   Pendidikan              : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d ……..
                             2. SDN 2 Karang Agung       ,                   Tahun 1997 s/d 2003
                             3. SMPN 3 Karang Agung      ,                   Tahun 2003 s/d 2006
                             4. SMEA 1 Prabumulih        ,                   Tahun 2006 s/d 2009
                             5. DII……………………….,                               Tahun …… s/d ……..
                             6. DIII ……………………..,                             Tahun …… s/d ……..
                             7. S1 ………………………..,                              Tahun …… s/d ……..
                             8. S2 ………………………., Tahun …… s/d ……..
                             9. S3 ………………………., Tahun …… s/d ……..
   Keluarga                : 1. Nama ibu kandung : Yulisni          (sesuai kartu keluarga)
                             2. Nama istri/ suami : ………………..         NIP : ……………..(Jika PNS)
                             3. Anak               :
                              No              Nama         Tempat, Tanggal Lahir       AK/ AA    Sekolah




   Alamat                  : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45                            (Tempat tinggal sekarang)
                             Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara
                             Enim, Kode Pos 31173



                     Mengetahui,                                                Karang Agung, ……Agustus 2011
                    Kepala Sekolah                                                   Yang Bersangkutan




              Drs. H. Imron Rozami, M.Si                                                   Jeni Febriani
              NIP. 19630120 199002 1 001


                                                               BAB I


                                                       PENDAHULUAN


1. Latar Belakang


       Karya sastra adalah karya manusia yang sifatnya rekaan dengan menggunakan medium bahasa yang

baik secara implisit maupun eksplisit dianggap mempunyai nilai estetis atau keindahan (Teeuw, 1984 : 22).
Karya tersebut pada hakikatnya merupakan luapan perasaan, ide-ide, pengalaman, semangat, keyakinan dan

   pemikiran dari pengarangnya. Cerita rekaan yang dibuat merupakan hasil dari segala interaksi, aksi dan reaksi

   pengarang dengan dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya. Oleh karena itu karya sastra banyak mengisahkan

   problematika kehidupan dalam hubungannya dengan dirinya, dengan sesama, dengan makluknya dan dengan

   sang Khalik. Pendektan yang digunakan untuk menelitinya pun berbeda-beda, sesuai dengan keberadaan karya

   sastra tersebut. Karya sastra yang mengisahkan tentang kehidupan pribadinya lebih mengarah kepada

   pendekatan objektif, yang mengisahkan hubungannya dengan sesama makhluknya lebih berpendekatan sosial

   psikologis, dan pendekatan lain yang sesuai dengan eksistensi manusia, dan yang berhubungan dengan

   Tuhannya lebih ke pendekatan riligius. Jadi, tidaklah benar bahwa karya sastra merupakan hasil lamunan tanpa

   arti, namun melalui proses penghayatan dan perenungan yang sarat dengan nilai-nilai yang akan disampaikan

   oleh pengarangnya.


           B


                                                           1
ila sebuah karya sastra tanpa diapresiasikan, tidak akan bernilai apa-apa. Manfaat dan kenikmatan (usefullnes and
pleasure) tidak dapat diperoleh dari hasil karya tersebut. Menurut Renne Wellek dan Austin Warren, fungsi sastra
adalah dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Oleh karena itu, agar sebuah karya sastra dapat bernilai sastra
maka perlu digauli secara sungguh-sungguh sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
berpikir dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Dermawan, 1988 : 6). Dari
pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan apresiasi terhadap karya sastra dapat tumbuh dengan
baik apabila pembaca merasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasikan, bersikap sungguh-sungguh serta
melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya. Untuk dapat mengapresiasikan suatu karya
sastra dengan baik, pembaca sebaiknya telah memiliki bekal tertentu. Bekal yang harus dimiliki oleh seseorang
dalam mengapresiasikan suatu karya sastra menurut Aminudin (1987 : 38) yang dikutip oleh Anggraeni dalam
Penelitian Tindakan Kelas, harus memiliki kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami
dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra; memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan secara
intensif-kontemplatif maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas;
memiliki pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan memiliki pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta
rasa yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra

           Unsur intrinsik karya sastra adalah unsur yang secara langsung membangun karya sastra. Adapun unsur

   intrinsik prosa fiksi meliputi: tema, fakta cerita, dan sarana cerita (Nurgiyantoro dalam Dermawan 1998 : 8).

   Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam karya sastra

   yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Fakta cerita terdiri dari alur,

   tokoh/penokohan, dan latar. Sedangkan sarana cerita meliputi judul, simbolisme, dan pusat pengisahan.


           Salah satu cara dalam mengapresiasikan karya sastra, yaitu dengan menggunakan pendekatan

   struktural. Pendekatan ini peneliti anggap memiliki relevansi yang tinggi terhadap karya sastra yang berupa

   novel, karena karya sastra fiksi memiliki struktur tema, fakta-fakta cerita, dan sarana-sarana sastra yang tidak

   dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dari unsur-unsurnya yang padu.
Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia memiliki struktur yang lengkap. Tema disajikan

secara jelas, nama tokoh mudah diingat dan karakter tokoh disajikan secara deskriptif, latar yang digunakan

berupa latar tempat, waktu, dan sosial. Rangkaian peristiwa disusun oleh pengarang dalam urutan waktu (alur

maju). Semua unsur itu oleh pengarang disajikan secara sistimatis, terpadu dan mudah dipahami.


        Alasan penulis memilih novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini, selain memiliki unsur

cerita yang menarik untuk diteliti, karya sastra yang relatif baru yaitu terbitan tahun 2007, juga memiliki

pesan-pesan moral yang mestinya mendapat perhatian dan menjadikan pelajaran bagi masyarakat. Pengarang

mengangkat suatu realita kehidupan yang sering terjadi di masyarakat dewasa ini dan memberikan gambaran

kepada masyarakat tentang satu sisi buram kehidupan akibat noda dan dosa. Novel ini cukup relevan untuk

disimak terutama oleh para remaja, agar memiliki sikap waspada, pengendalian diri, taat pada norma susila,

dan memiliki pendirian atau sikap hidup yang mantap, sehingga tidak terjerumus pada jalan yang sesat dan

menyesatkan.




2. Identifikasi Masalah


       Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah, yaitu

bagaimana unsur intrinsik novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia. Masalah-masalah tersebut dapat

dirinci sebagai berikut:


1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

5. Bagaimana sudut pandang dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

6. Bagaimana gaya bahasa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

7. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya ?




3. Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, agar lebih spesifik dalam penelitian ini, perlu diberi batasan

masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

5. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?




4. Rumusan Masalah


       Berdasarkan batasan masalah diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?

5. Bagaimana hubungan antarunsur intirinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya?




5. Tujuan Penelitian


       Penelitian novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini bertujuan untuk:




1. Mendeskripsikan tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.

2. Mendeskripsikan alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.

3. Mendeskripsikan tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.

4. Mendeskripsikan latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.

5. Mendeskripsikan hubungan antarunsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya.


6. Manfaat Penelitian


       Penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi/manfaat yang maksimal baik secara teoritis,

praktis, maupun didaktis.
1. Manfaat Teoretis


         Secara teroritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama

  dibidang ilmu sastra khususnya tentang unsur-unsur instrinsik tema, alur / plot, tokoh, dan latar cerita.


2. Manfaat Praktis


         Secara praktis diharapkan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan penikmat sastra untuk

  lebih menggauli karya sastra yang lain, memberikan motivasi kepada pembaca untuk meneliti novel Tak

  Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia dengan pendekatan lain, dan memberikan teladan kepada pembaca

  dalam berperilaku hidup sehari-hari.




3. Manfaat Didaktis


      1. Menambah kepekaan para pembaca dan penikmat sastra terhadap masalah-masalah sosial, memiliki

          kewaspadaan, berperasaan halus, memiliki solidaritas tinggi, dapat membedakan antara hak dan

          bathil, dan dapat menetapi jalan hidup yang lurus.

      2. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan ajar, terutama dalam kajian unsur intrinsik karya sastra.

      3. Memberikan gambaran dari sisi buram kehidupan yang sering terjadi di masyarakat yang perlu

          mendapat perhatian, yakni pergaulan bebas, samen leven, kehamilan di luar nikah, aborsi, dan

          kawin cerai.
BAB II


                                            LANDASAN TEORETIK




        Bagian ini berisi uraian tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan unsur-unsur intrinsik

pembangun struktur. Pendekatan penelitian berisi teori-teori mengenai pendekatan struktural sedangkan unsur-

unsur pembangun struktur berisi uraian unsur-unsur intrinsik prosa fiksi yang terdiri dari tema, tokoh / penokohan,

alur, latar, dan hubungan tiap unsurnya.




    1. Pendekatan Struktural


            Novel sebagai karya sastra hakekatnya merupakan stuktur yang padu dari kesatuan unsur-unsur

    pembangunnya. Unsur-unsur pembangun karya sastra berupa unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur

    intrinsik berkaitan dengan bentuk karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik berkaitan dengan isi dari karya

    sastra tersebut.


            U


8
nsur intrinsik prosa fiksi yang meliputi tema, fakta cerita, dan sarana cerita merupakan cerminan dari struktur
pembangunnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stanton yang menyatakan bahwa struktur cerita rekaan terdiri
dari (1) tema, (2) fakta cerita, dan (3) sarana–sarana cerita. Pengarang mengembangkan tema dan fakta cerita
dengan menggunakan sarana-sarana cerita yang ada. Unsur ekstrinsik prosa fiksi meliputi sejarah, ekonomi, sosial,
budaya, politik, ideologi, dan riligi. Kedua unsur pembangun prosa fiksi tersebut sungguh tidak bisa dipisahkan,
karena keduanya saling mendukung satu dengan lainnya. Unsur bentuk menyatu dalam unsur isi, dan unsur isi
menyatu dengan unsur bentuknya. Oleh karena itu, menganalisis karya fiksi tidak bisa dilakukan secara partial
atau bagiannya saja, karena setiap unsur tidak memiliki makna sendiri-sendiri, dapat menghilangkan hakikat sastra
sebagai sebuah struktur yang padu dan menyeluruh.

           Menganalisis Novel sebagai suatu karya sastra dengan pendekatan struktural berarti menguraikan karya

   sastra tersebut atas unsur-unsurnya untuk mengetahui ciri-ciri dan memahami hubungan unsur-unsur tersebut.

   Inti dari analisis dengan pendekatan struktural pada prosa fiksi adalah untuk mendapatkan secermat mungkin

   hubungan unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut sehingga menghasilkan sebuah kajian yang

   menyeluruh.


           Damono dalam Dermawan ( 2000 : 38 ) mengemukakan ciri struktural yang secara ringkas

   dikemukakan sebagai berikut.


           1. Mengutamakan analisis tentang keterkaitan unsur-unsur yang membangun totalitas sebuah struktur

              yang utuh.

           2. Menelaah struktur berdasarkan kenyataan empiris.
           3. Analisis yang dilakukan menyangkut struktur yang sinkronik. Struktur sinkronik tidak ditentukan

              oleh proses historis, melainkan ditentukan oleh jaringan hubungan struktur yang ada.

           4. Tidak mengenal adanya hubungan sebab akibat atau kausalitas.


           Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menganalisis novel berarti menguraikan

   suatu novel atas unsur-unsur yang membangunnya untuk mengetahui ciri-ciri dan hubungan antar unsur dalam

   keseluruhan.


   2. Unsur-unsur Intrinsik Pembangun Struktur.


           Unsur-unsur instrinsik pembangun struktur novel meliputi tema, alur, tokoh/penokohan, dan latar.


           1. Tema


                  Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam

        cipta karya sastra yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Tema bersifat

        netral dan belum memiliki tendensi/kecenderungan apapun, karena ia merupakan persoalan. Persoalan

        tersebut diselesaikan oleh pengarang. Penyelesaian tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.

        Penyelesaian positif berarti dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dijadikan teladan
oleh manusia. Sebaliknya, penyelesaian yang negatif tidak perlu untuk diteladani dan hanya bisa

dijadikan pelajaran berharga. Penyelesaian yang disampaikan oleh pengarang berdasarkan persoalan

inilah yang disebut amanat. Amanat yang baik memberikan dampak positif bagi manusia dan

kemanusiaan.


        Tema cerita berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tema mayor dan

tema minor. Tema mayor adalah permasalahan yang paling dominan menjiwai karya sastra, sedangkan

tema minor adalah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor (Suhariyanto, 1982 : 38 ).

Tema sebuah novel menyangkut segala persoalan kehidupan, baik persoalan kemanusiaan, kekuasaan,

kasih sayang, kecemburuan, ekonomi, maupun sosial.


  2. Alur


       Alur adalah sambung sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat yang tidak hanya

mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah mengapa hal itu terjadi (Ali dalam

Waluyo, 1994 : 145). Sedangkan Hartoko dalam Waluyo (1994 : 145) memberi batasan alur adalah

deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan, dan bersifat kausalitas sesuai apa yang dialami oleh

pelaku cerita. Alur cerita meliputi: (1) eksposisi; (2) inciting moment (saat terjadi); (3) rising action; (4)

complication; (5) climac; (6) falling action; dan (7) denouement (Waluyo, 1994 : 147).


       Ada bermacam-macam jenis alur. Dilihat dari urutan peristiwa, alur dibedakan atas alur maju, alur

mundur, dan alur maju mundur. Sebuah prosa fiksi dikatakan beralur maju apabila peristiwa disajikan

berdasarkan urutan waktu, dari peristiwa awal, mulai memuncak, klimaks, dan berakhir dengan

penyelesaian. Prosa fiksi dikatakan beralur mundur apabila peristiwa diawali dari penyelesaian dan

diakhiri dengan peristiwa-peristiwa awal. Sedangkan alur maju mundur adalah urutan peristiwa yang

disajikan secara acak. Dilihat dari kwantitasnya, alur dibedakan atas alur tunggal dan alur jamak. Sebuah

prosa fiksi dikatakan beralur tunggal apabila hanya terdapat satu alur saja. Sedangkan disebut alur jamak

apabila terdapat lebih dari satu alur.


       Dilihat dari kualitasnya, alur dibedakan atas alur ketat dan alur longgar. Sebuah prosa fiksi

dikatakan beralur ketat jika sebagian alur dihilangkan maka keutuhan cerita dapat terganggu. Alur

dikatakan longgar jika sebagian alur dihilangkan maka tidak akan berpengaruh pada keutuhan cerita.


       Dilihat dari cara mengakhiri cerita, alur dibedakan atas alur tertutup dan alur terbuka. Prosa fiksi

dikatakan beralur tertutup apabila pengarang dalam mengakhiri cerita dengan memberikan penyelesaian
akhir dan kesimpulan-kesimpulan. Cerita beralur tertutup berarti cerita itu benar-benar telah selesai.

Sedangkan alur terbuka berarti akhir cerita yang disajikan belum benar-benar berakhir. Artinya, pembaca

masih diberi kesempatan untuk menentukan penyelesaiannya sendiri.


  3. Tokoh / Penokohan


        Dalam arti sempit, tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh merupakan salah satu unsur penting dalam

karya sastra yang berupa prosa fiksi. Tanpa ada tokoh, maka cerita tak akan terwujud. Tokoh seringkali

dilukiskan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, dan sosialogis (Waluyo, 1994 : 171). Ada

berbagai cara pengarang untuk menggambarkan watak tokohnya. Dimensi fisik artinya keadaan fisik

tokoh, yang meliputi usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek, pincang,

gagah, tampan, menarik, dan sebagainya), ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri

khas yang spesifik. Dimensi psikhis berkenaan dengan latar belakang kejiwaan, kebiasaan, sifat, dan

karakter, yang meliputi (1) mentalitas, moral, dan kecerdasan; (2) temperamen, keinginan, dan perasaan

pribadi; dan (3) kecakapan dan keahlian khusus. Sedangkan dimensi sosiologis berkaitan dengan latar

belakang kedudukan tokoh dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh lain, yang meliputi (1)

status sosial: kaya, miskin, golongan menengah; (2) pekerjaan, jabatan, dan peranan dalam masyarakat;

(3) pendidikan; (4) pandangan hidup, kepercayaan, agama, idiologi; (5) aktivitas sosial, organisasi, dan

kesenangan; dan (6) suku, bangsa, dan keturunan (Waluyo, 1994 :171– 172).


        Nurgiyantoro (1998 : 176 – 194) menyatakan bahwa tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat

dibedakan dalam berbagai jenis penamaan. Berdasarkan peranannya, tokoh dibedakan atas tokoh utama

dan tokoh tambahan. Tokoh utama disebut juga tokoh sentral atau tokoh protagonis, yaitu tokoh yang

memegang peranan yang dominan dalam cerita. Sedangkan tokoh tambahan atau tokoh antagonis adalah

tokoh yang kurang dominan dan biasanya berkonflik dengan tokoh utama. Salah satu kriteria yang dapat

digunakan sebagai tokoh utama adalah melalui frekuensi pemunculannya yang tinggi.


        Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan

tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan

watak tokoh-tokoh itu (Waluyo, 1944 : 165). Watak dan sifat tokoh bisa saja berubah. Ini biasa dilakukan

oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya. Tokoh yang berubah perwatakan dan sifatnya disebut

tokoh berkembang. Sebaliknya tokoh yang memiliki perwatakan dan sifat yang relativ tetap, disebut

tokoh statis.
4. Latar


      Latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan

hidup tokoh. Lingkungan alam sebagai setting material dan yang lain sebagai setting sosial (Hudson

dalam Waluyo, 1994 : 198). Latar berfungsi sebagai (1) metafora yang dapat dihayati pembaca setelah

membaca keseluruhan dari cerita yang mendasari waktu, tempat, watak pelaku, dan peristiwa yang

terjadi; (2) sebagai atmosphere atau sebagai kreasi yang memberi kesan dan tekanan kepada sesuatu; (3)

sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan penokohan (Kenney dalam Waluyo, 1994 : 198).


       Latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok , yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial

(Nurgiyantoro, 1988 : 227). Latar tempat berkaitan dengan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa.

Misalnya di suatu kota, pegunungan, persawahan, lapangan, pedesaan, ruang kelas, halaman sekolah,

tempat parkir, rumah sakit, dan mungkin juga di dalam lautan. Latar waktu berkaitan dengan kapan

peristiwa terjadi. Misalnya malam hari, siang hari, sore hari, saat terik matahari, tengah malam, dini hari,

waktu hujan, saat istirahat, dulu kala, dan keterangan lain yang menunjukkan waktu. Sedangkan latar

sosial berkaitan dengan nilai-nilai sosial masyarakat tertentu, misalnya kebiasaan hidup, keyakinan,

idealisme masyarakat, norma, dan adat istiadat.


  5. Hubungan antarunsur Pembangun Struktur Prosa Fiksi.


       Karya sastra hakikatnya merupakan kesatuan unsur-unsur pembangunnya yang saling

berhubungan dan saling menentukan. Unsur-unsur sebuah kesatuan tidak memiliki makna sendiri-sendiri.

Ia akan memiliki makna apabila sudah dihubungkan dengan unsur lain secara keseluruhan sebagai

kesatuan struktur.


       Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan

dengan persepsi dan deskripsi benda-benda (Hawkes dalam Darmawan, 2000 : 38).


       Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis struktur bukanlah penguraian atas

unsur-unsur yang membangunnya saja, tetapi lebih dari itu untuk mengetahui hubungan antarunsur

pembangunnya.
BAB III


                                           METODOLOGI PENELITIAN




                    1. Jenis Penelitian


            Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan

     secara sistematis dan objektif untuk memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

     mengembangkan prinsip-prinsip umum (KBBI, 1993 : 920).


            Berdasarkan sifatnya, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif.

     Penelitian kualitatif menekankan pada proses penyimpulan data. Penelitian ini memiliki ciri-ciri (1) berlatar

     alamiah, (2) manusia sebagai alat/instrumen, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teorinya

     dari dasar, (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan prosedur dari pada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan

     oleh fokus, ( 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain yang bersifat sementara, dan (11)

     hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moeloeng dalam Darmawan, 2000 : 2), sedangkan

     penelitian kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal.


            Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena tidak adanya data-data numerikal. Data yang

     diperoleh berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang disajikan dengan deskripsi-deskripsi verbal, sehingga

     dapat dikatakan bahwa metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.


16


                    2. Data dan Sumber Data
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 187) data adalah keterangan atau bahan nyata

yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi dua

yaitu data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diungkap secara langsung dari sumbernya.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diungkap tidak secara langsung dari sumbernya. Menurut sifatnya,

data dibedakan menjadi dua yaitu data faktual dan data valensi. Data faktual yaitu data yang didasarkan pada

fakta yang ada pada sumber data, sedangkan data valensi adalah data yang didasarkan pada pendapat yang

dikemukakan oleh sumber data (Supriyoko : 1997 : 2).


       Di samping pengertian di atas, ada pula data relevan, yaitu data yang ada hubungannya langsung

dengan persoalan yang sedang diteliti (KBBI, 1993 : 187). Data yang baik adalah data yang valid dan reliabel.


       Penelitian ini menggunakan data primer karena informasi diperoleh langsung dari subjek penelitian.

Data tersebut berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang mengandung gagasan tentang tema, tokoh, alur, dan

latar, dan hubungan antar unsurnya.


       Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia,

penerbit Yoga Pratama Jakarta, cetakan pertama tahun 2007, ukuran buku 11,5 cm X 17,5 cm dan tebal 128

halaman.




               3. Instrumen Penelitian


       Instrumen penelitian adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk

memperoleh data sebagai bahan pengolahan (KBBI, 1993 : 334 - 335). Menentukan instrumen merupakan

langkah penting dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian meliputi metode atau langkah yang harus

dilakukan dan alat ukur yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis.


       Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengumpulan, analisis, dan pengolahan data yang semua dilakukan oleh peneliti.


       Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena setiap langkah penelitian dilakukan oleh

peneliti sendiri. Peneliti menggunakan bekal teori-teori mengenai unsur intrinsik karya fiksi yang meliputi

tema, tokoh, alur, dan latar serta hubungan unsur-unsur intrinsik tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data


       Mengumpulkan data berarti mencari dan mencatat data yang telah terkumpul kemudian identifikasikan

sesuai dengan keperluan. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengamatan (observation) dan dokumentatif (documentation). Pengamatan dilakukan secara langsung oleh

peneliti untuk memeroleh data yang terkait dengan tema, tokoh, alur, dan latar. Peneliti dalam hal ini juga

bertindak sebagai pengamat. Data juga diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen yang ada kemudian dicatat

untuk mendeskripsikan data yang berikutnya.


               5. Teknik Analisis Data.


       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 32) analisis karya sastra berarti penguraian karya

sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur-unsur tersebut.


       Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif karena data-data yang

diperlukan berupa kalimat dan paragraf-paragraf dalam sebuah novel.


       Secara garis besar, analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.


       1. Membaca novel

       2. Mengumpulkan data dengan memberi tanda-tanda tertentu pada novel yang berkaitan dengan tema,

           tokoh, alur dan latar serta hubungan antar unsurnya.

       3. Identifikasi data dengan mengklasifikasi data berdasarkan tema, tokoh, alur, dan latar.

       4. Seleksi data dengan membuang data yang kurang penting dan hanya mengambil data yang penting

           saja.

       5. Membuat hubungan antarunsur menjadi kalimat-kalimat yang padu.

       6. Menyimpulkan hasil analisis menjadi sebuah temuan penelitian.




                                                  BAB IV


                                                 PEMBAHASAN
1. Sinopsis


          Pada bagian awal novel ini menceritakan perjalanan seorang wanita muda yang pergi ke Jakarta dengan

   membawa nasib yang tak berketentuan. Ia berjalan terseok-seok sambil menjinjing koper berisi pakaian.

   Memandang kesibukan kota Jakarta, seperti yang pernah dibacanya di surat kabar. Mobil yang berlalu lalang

   dan gedung-gedung pencakar langit, membuat semakin terbuang hidupnya di antara semua itu.


          Ketika Ia hendak menyeberang untuk melepas lelahnya di sebuah rumah makan, sebuah mobil nyaris

   menabraknya. Koper terpental dan beberapa orang mengerubungi wanita itu. Pengemudi mobil tersebut turun

   menanyakan keadaan wanita muda itu dan menawarkan jasa untuk mengantarkannya. Penawaran yang baik

   itu, yang sebetulnya sangat dibutuhkannya, Ia tolak mengingat pengalaman pahit yang pernah dialami

   sebelumnya. Lebih baik memerangi nasib sendiri daripada minta bantuan orang lain yang belum dikenalnya.

   Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya dan pengemudipun kembali melanjutkan kendaraannya setelah

   bunyi klakson mobil lain bersahut-sahutan dari belakangnya.


          W


20
anita muda itu bernama Kania. Gadis desa anak seorang pengusaha tembakau dan cengkeh yang telah berbadan
dua itu kini menjadi pemurung, rendah diri, dan tidak pernah memperlihatkan senyuman yang manis itu. Ia hamil
di luar nikah. Lelaki yang diharapkan ternyata lepas dari tanggung jawabnya. Lelaki itu bernama Gunawan. Kania
sudah berkorban segalanya untuk dia. Rumah pemberian ayahnya sudah terjual, uang ayahnya banyak dipakai
untuk biaya kuliah dan sogokan agar ia bekerja. Belum lagi kegadisannya sudah Kania persembahkan untuknya.
Namun, balasannya sungguh menyakitkan. Ia menyadari bahwa semua itu adalah kesalahannya sendiri, tetapi
penyesalan memang datangnya selalu terlambat. Kania ingin menggugurkan bayi yang ada dikandungannya
karena itu akan membuat malu keluarga. Ia tak punya lagi harapan untuk meminta perlindungan kepada siapapun.
Jangankan perlindungan, memberitahu kehamilannyapun sudah memalukan. Akhirnya Ia pergi ke dokter untuk
menggugurkan kandungannya. Namun dokter tak berkenan untuk menggugurkannya. Akhirnya Kania harus pergi
ke dukun bayi atas saran temannya, Lastri. Semula Lastri terkejut dan tak percaya ketika Kania memberitahu dan
memintanya untuk mencarikan dukun pijat yang bisa menggugurkan kandungannya. Kania yang pendiam, anak
seorang haji dan tak pernah meninggalkan sholat lima waktu itu, sampai berbuat zina, mengandung, dan tega hati
akan menggugurkan kandungannya. Ketika di tempat dukun pijat, Ia pasrah akan nasib yang menimpanya. Sakit,
hidup, atau mati sekalipun akan ia hadapi.

          Proses aborsi gagal, dan memaksa Kania untuk dilarikan ke rumah sakit. Karena hari masih malam,

   ditundanya hingga esok paginya. Kania tak punya biaya untuk perawatannya selama di rumah sakit, sehingga

   meminta bantuan kepada Karina, adiknya. Kabar tentang keberadaanya di rumah sakit diterimanya dari Lastri

   yang selama ini merawat Kania.
Setelah enam hari di rumah sakit, Kania diperbolehkan pulang. Keberadaannya di rumah sakit benar-

benar Ia sembunyikan. Cukup Lastri dan Karina sajalah yang tahu. Orang tuanya tak boleh tahu. Apalagi

Gunawan, lelaki yang telah memporakporandakan kehidupannya.


       Setelah kesehatannya pulih, Kania berusaha mencari pekerjaan. Tak mungkin berdiam diri terus,

hanyut dalam kesedihan dan kepahitan hidupnya. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Soni, seorang

manajer hotel dan restoran lantaran Hernoto, sepupu Kania. Dan di restoran inilah Kania mulai bekerja.


       Suatu ketika, restoran tempat Kania bekerja itu disewa untuk pesta ulang tahun. Suasana ketika itu

meriah sekali. Di saat kemeriahan itulah Soni, manajer restoran tersebut mulai tertarik dan mendekati Kania.

Kania bersikap dingin dan tidak ingin membuat persoalan baru di tempatnya bekerja karena tahu bahwa Soni

adalah pacar Winda. Ia tidak mau merusak hubungan mereka. Ia juga telah berjanji pada dirinya sendiri tidak

akan jatuh cinta lagi kepada lelaki manapun.


       Kecemburuan Winda kepada Kania semakin menjadi-jadi. Hujatan, fitnahan, dan kata-kata kasar

lainnya sering dilontarkan kepadanya sehingga membuat Kania tidak kerasan lagi bekerja di restoran itu.

Ditambah Soni yang selalu mengejarnya membuat Winda semakin cemburu.


       Saat ada perjamuan para insinyur di restoran tempat Kania bekerja, Kania kembali bertemu dengan

Pandu, orang yang pernah menyerempet dirinya ketika di Jakarta dulu. Namun mereka belum saling percaya

atas pertemuannya itu. Pandu mencoba mengingat-ingatnya. Ia mengingat-ingat di mana pernah bertemu gadis

itu. Ya. Rasa-rasanya pernah ketemu. Di mana ya? Barangkali di salah satu kantor? Di mana ya? Ah, mungkin

serupa tapi tak sama. Akhirnya Pandu memberanikan diri untuk menanyakannya. Kania ingat betul kejadian

waktu itu ketika diserempet mobilnya. Lalu ia menyalami semua teman Pandu. Kania menjadi sorotan teman-

teman sekerjanya. Ia merasa risih terlebih satu diantara temannya itu adalah Winda. Sampai akhir jamuan,

seluruh insinyur menginggalkan ruangan. Pandu sempat melambaikan tangan kepada Kania sebelum pergi

melanjutkan perjalanan ke tempat penyuluhan. Kania membalasnya dengan malu-malu.


       Sampailah Pandu di desa tujuannya, ia menanyakan dulu alamat yang dituju kepada pemilik warung

makanan dan minuman yang ada di desa Yomani. Yang dicari Pandu adalah Haji Anwar, seorang juragan

tembakau dan cengkeh. Haji Anwar dengan ramahnya menawarkan Pandu untuk tinggal di rumahnya.

Bersamaan dengan itu, Karina, adik Kania, pulang dengan mengendarai motornya. Pandu menolehnya. Pandu

menyangka kalau gadis itu adalah Kania yang ditemuinya di restoran tadi. Wajahnya mirip sekali.
Setelah berbincang-bincang dengan Haji Anwar, pandu berpamitan untuk melapor dan menyampaikan

maksud kedatangannya menemui pak Lurah.Ia ditemani oleh Karina. Mereka diterima oleh pak Lurah dengan

hangatnya. Inti dari hasil kunjungan, prinsipnya pak Lurah sangat gembira dengan rencana Pandu. Mendukung

sepenuhnya gagasannya untuk memberikan penyuluhan di desanya.


       Sementara itu, Kania terus berusaha agar bisa menghindar dari Soni. Untuk bisa menghindar ia harus

berpura-pura sudah punya pacar. Tetapi ia bingung siapa lelaki yang mau untuk berpura-pura jadi pacarnya.

Belum selesai ia memikirkan hal itu, sepupunya mengajaknya bicara. Inti dari pembicaraan itu adalah bahwa

Soni ingin menikahi Kania. Kania terperanjat, sekujur tubuhnya gemetar, dan denyut jantungnya menjadi tak

beraturan. Kania berusaha meminta maaf pada sepupunya dengan berbagai alasan agar hal itu tidak sampai

terjadi karena Soni telah memiliki Winda. Hernoto menghela nafas berat. Dia sebenarnya kecewa, tetapi ia

sadar bahwa cinta memang tidak dapat dipaksakan.


       Hari-hari itu Kania rasakan dengan penuh kegelisahan. Terutama bila ia sedang di tempat kerja. Sore

itu saatnya pulang kerja. Ketika ia menatap lewat kaca jendela terlihat seorang lelaki muda berwajah tampan

dan gagah. Ia adalah Pandu. Kania berpikir, Pandu dapat dimanfaatkan sebagai pacar bayangannya. Kania

bergerak menyambut kedatangan Pandu. Kedatangan Pandu disambut dengan senyuman manis. Semua ini

Kania lakukan untuk membuktikan pada Winda bahwa dirinya tidak ada apa-apa dengan Soni. Kemesraan

Kania pada Pandu membuat dadanya berdebar-debar. Rangkulan pada lengannya membuat pijar-pijar hangat

pada darahnya. Tidak salahkah yang apa yang dilakukan ia padanya? Baru beberapa hari ketemu sudah

semesra ini? Apakah gadis ini memang terlalu gampang untuk diajak kencan?


       Akhirnya, Kania pulang juga diantar oleh Pandu. Sikap Kania berubah dinging, diam, dan murung.

Tidak seceria tadi sewaktu di restoran. Setelah sampai di rumahnya, Kania turun tanpa mempersilakan pandu

singgah. Pandu segera meluncurkan mobilnya. Pulang. Gila barangkali gadis itu, mudah-mudahan sih tidak,

sangkanya.


       Pandu begitu bingung melihat tingkah Kania yang aneh itu. Namun tingkah aneh Kania kepada Pandu

membuatnya semakin bergejolak keinginannya bertemu Kania. Seperti sebuah mimpi yang cuma bisa

direnungi, namun sulit untuk menjadi kenyataan. Pasti dia mengalami sesuatu. Ya, itu pasti. Ia sedang

mengalami masalah. Untuk mengurangi kebingungannya, ia mencoba mengobrol dengan Karina. Siapa tahu

ada sesuatu yang bisa digali dari Karina tentang Kania. Betul, merekapun bercerita. Ayah Karina ikut serta

dalam pembicaraan itu. Diceritakannya panjang lebar tentang Kania. Tentang nasehatnya yang sering tidak

dipatuhi, tentang sifatnya yang hanya mengejar kesenangan saja, tentang Gunawan pacarnya yang telah

membuatnya menderita, tentang keluarnya Ia sebagai guru karena pengaruh temannya, dan tentang
pengusirannya dari rumah. Pandupun memohon kepada Haji Anwar untuk memaafkan Kania dan memohon

untuk bisa menemui Kania. Begitu perhatiannya Pandu pada Kania membuat Haji Anwar dan istrinya

menduga akan adanya sesuatu dari Pandu pada Kania. Dugaan mereka ditentangnya sendiri. Ah, di Jakarta

banyak gadis-gadis cantik. Apalah artinya Kania.


       Pandu segera meluncur ke rumah Hernoto, sepupu Kania. Bersamaan dengan kedatangannya, Soni

muncul masuk ke halaman dengan mobil corollanya. Jantung Kania jadi berdebar-debar. Rasa gelisah dan

cemas meloncak-loncak dalam dadanya. Aku harus berubah sikap kepada Pandu. Kania mendadak tersenyum.

Sikapnya yang dingin menjadi lebih supel, romantis, mesra dan lembut. Malah ia mengajaknya menonton film

kepada Pandu. Namun setelah diperjalanan sikap Kania dingin kembali. Lagi-lagi Pandu dibuat bingung.


       Siang itu banyak tamu di hotel dan makan siangnya di restoran. Dari logat bicaranya mereka

kebanyakan dari Jawa Barat. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Riska. Sosok wanita muda yang tidak

jauh beda nasibnya dengan Kania. Seorang penyanyi di night club beranak satu. Tinggal di Surabaya, namun

saat itu sedang menengok anaknya yang tinggal bersama orang tuanya di Tegal. Riska inilah yang akan banyak

memengaruhi hidup Kania. Karena Riska pulalah ia pindah kerja di sebuah restoran juga di Surabaya.

Kepindahan Kania ke Surabaya, membuat Soni kalang kabut. Soni segera mencari tahu tentang

keberadaannya. Karena banyak kenalan di Surabaya, Sonipun lebih cepat menemukan Kania di tempat

kerjanya. Namun ajakan Soni kepada Kania untuk kembali ke Tegal membuat mereka bertengkar dan

memaksa Kania untuk kabur dari tempat tersebut. Kania kabur bersama Riska ke Jakarta. Mereka tinggal di

tempat kost di Jakarta Pusat. Kehidupan Kania bertambah parah. Ia mulai terpengaruh dengan kehidupan yang

tidak beres. Di tempat inilah Kania bertemu Diana, seorang gadis lesbian. Ia bertemu pula dengan Faizal,

seorang yang telah menjerumuskan kania ke dunia narkoba. Keadaan seperti inilah yang sebetulnya

dikhawatirkan Pandu. Oleh karena itu, seselesainya tugas memberikan penyuluhan, Ia langsung ke Jakarta

untuk mencari Kania. Ia tahu alamat Kania dari Karina, sesaat sebelum Pandu berpamitan pulang. Alamat yang

dimaksud bagi Pandu bukan merupakan sesuatu yang sulit. Apalagi hanya wilayah Jakarta.


       Betullah apa yang dikhawatirkan Pandu. Kania bekerja menjadi hostes yang harus siap menerima tamu-

tamu. Susah sekali untuk bisa bertemu Kania. Ia harus booking jauh-jauh hari. Setelah bertemu Kania di hotel

tempat ia mangkal, segala nasehat ditumpahkan padanya. Hubungannya dengan Diana harus dihentikan. Tetapi

Kania tetap pada sifatnya yang keras kepala. Ia tidak mau menerima nasehatnya yang panjang lebar itu.


       Akhirnya Pandu pulang dengan langkah gontai. Hatinya murung dan sedih. Tapi kemurungan itu

mendadak sirna ketika menyadari Diana dan beberapa teman lelakinya menghadangnya karena cemburu.
Perkelahian tak dapat dihindari. Pandu terkena tusuk oleh salah seorang teman Diana. Pandu terhuyung-

huyung lemas digotong petugas keamanan ke dalam mobil. Sementara Diana dan kawan-kawan dibawa ke

kantor polisi. Kania tak henti-hentinya mendoakan Pandu untuk keselamatannya. Air matanya menetes

membasahi pipinya. Tangannya menggenggam erat jari-jemari Pandu seraya berjanji untuk mematuhi segala

apa yang telah dinasehatkan Pandu kepadanya. Kania menyandarkan kepalanya di dada Pandu, pasrah.




2. Tema dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.


       Novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki dua macam tema, yaitu tema mayor yang paling dominan

menjiwai isi cerita yaitu tak semua lelaki buaya dan tema minor yang merupakan cabang permasalahan dari

tema mayor yaitu penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap antipati perempuan kepada

lelaki. Lelaki buaya yang dimaksud dalam novel ini adalah Gunawan. Ia telah menghancurkan kehidupan

Kania sehancur-hancurnya. Rasa cinta yang diberikan kepada Kania hanya untuk kepentingan dan nafsu

pribadi semata. Tak semua lelaki buaya digambarkan oleh tokoh Pandu yang mencintai Kania apa adanya.

Masa lalu Kania yang buram tak mengurangi rasa cinta Pandu kepada Kania.


       Penghianatan lelaki yang dimaksud dalam novel ini adalah memperalat seorang perempuan untuk

pemenuhan kebutuhan materi dan immateri/biologis. Kerugian yang diderita oleh tokoh Kania berupa rumah

pemberian ayahnya, uang untuk keperluan membeli buku-buku dan biaya kuliah, uang untuk sogokan agar

lelaki itu bisa diterima bekerja. Lebih dari itu kegadisan Kaniapun direnggutnya tanpa ada rasa dosa dan salah,

yang membuat hidup Kania terasa pahit, kotor, dosa, dan menderita.


       Gagasan utama dalam novel ini diperjelas dari kutipan data berikut:


                      1. “Tidak, Mas. Aku mohon jangan paksa aku. Belum lama hati yang luka sembuh,
                         sudah akan kambuh lagi. Dan hatiku sudah beku untuk menerima kehadiran pria
                         manapun. Biarkanlah aku mencari hidupku sendiri, karena rasa kepercayaanku
                         terhadap semua pria sudah hilang. Sulit bagiku untuk mencintai pria lagi,” kata
                         Kania bagai ratap yang minta pengertian (halaman 54)



       Kutipan tersebut adalah pernyataan Kania kepada sepupunya yang memberitahukan bahwa Soni ingin

menikahinya. Kania tolak mentah-mentah karena ia sudah banyak menderita karena lelaki. Rumah pemberian

ayahnya dijual, uang digunakan untuk keperluan lelaki idamannya, kegadisannya direnggut, mengandung dan

menggugurkan bayinya, namanya menjadi cemar dan dianggap sebagai pelacur, masuk ke kamar tahanan dan
keluar dari pekerjaan sebagai guru adalah akibat dari lelaki yang menghianatinya. Akibat kekecewaannya pula

pada lelaki, ia berhubungan dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba.


       Kekecewaan Kania bukan saja kepada lelaki yang pernah menodai dan memperalatnya, namun juga

kepada semua lelaki. Semua lelaki dianggapnya sama, penghianat. Bahkan permintaan Pandu, seorang yang

dengan tulus ikhlas mencintai dan menyayangi Kania dengan segala noda, dosa, dan kekurangan yang melekat

padanya untuk membalas cintanya, Kaniapun menolaknya seperti pada kutipan data berikut.


                      2. ”Kamu tidak mau membalas cintaku, Nia?”

           “Lupakan Nia, Mas. Nia tak pantas untuk Mas miliki. Dan maafkanlah aku bila membuat kecewa
           mas Pandu. Karena dalam diri Nia telah berlumur noda dan dosa.”

           ”Aku tidak mempersoalkan apa pun yang terlah terjadi pada dirimu. Aku hanya mengharapkan
           balasan cintamu. Ingin menyingkapkan tirai di hatimu yang selama ini menghalangi kehadiranku.”

           ”Jangan, Mas. Aku tak pantas untuk mendampingi hidupmu. Lupakan saja aku,” pinta Kania sambil
           terisak-isak (halaman 123).



       Demikianlah, rasa kecewa yang mendalam terhadap seseorang yang telah menghianatinya,

menumbuhkan rasa benci yang mendalam kepada lelaki.


3. Alur dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.


       Rangkaian peristiwa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini menggunakan

urutan maju atau progresif. Cerita dimulai dari awal, masuk ke permasalahan, permasalah memuncak, dan

berakhir dengan penyelesaian.


       Peristiwa awal dari novel ini yaitu Kania yang mencari Gunawan di ibukota, lelaki yang sudah

membuat dirinya berbadan dua. Ternyata Gunawan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu, malah

ia sudah beristri dan tinggal di Jakarta. Nasibnya semakin tak berketentuan. Kehamilannya semakin bertambah

usia, sehingga memaksa dirinya untuk segera menggugurkannya. Hal itu dilakukan supaya tidak membuat

malu keluarga seperti dalam kutipan data berikut.


                      3. ”Aku harus menggugurkan bayi ini. Aku tidak ingin membuat malu nama baik
                         keluargaku. Itulah tekad Kania, karena sudah tak punya harapan lagi untuk minta
                         perlindungan siapapun. Jangankan minta perlindungan, memberi tahu keadaannya
                         yang hamil saja sudah memalukan.” (halaman 9).



                      4. ”Demi nama baik keluargaku. Demi kelangsungan hidupku agar tidak semakin
                         dibenci orang tuaku. Aku tidak tahu apa yang akan tejadi, Cuma kengerian yang ada
dalam benakku. Pasti aku akan diusir dari rumah dan tidak diakui lagi sebagai
                          anaknya.” (halaman 16)



       Peristiwa selanjutnya adalah pertemuan Kania dengan Soni, manager tempat ia bekerja yang membuat

hidupnya kembali tersiksa. Tersiksa bukan karena perlakuannya, namun dari Winda pacar Soni dan teman-

teman sekerjanya. Dituduh merebut dan merusak hubungan Soni dan Winda. Winda cemburu dan membuat

Kania tidak kerasan bekerja di restoran itu. Kania berhenti bekerja dan pindah ke Surabaya atas ajakan Riska.


       Puncak masalah terjadi ketika perseteruan antara Soni dan Kania di Surabaya. Kania tetap dikejar-kejar

oleh Soni agar pulang ke Tegal, sehingga memaksa ia untuk kabur ke Jakarta. Bukan nasib baik yang dialami

Kania, Ia malah bergaul dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba.


       Penyelesaian masalah dalam novel ini disampaikan oleh pengarang melalui nasehat Pandu pada Kania

di akhir cerita. Walaupun didahului dengan perkelahian dan pertumpahan darah namun pada akhirnya Kania

bersedia menuruti apa yang dinasehatkan oleh Pandu. Adapun nasehat Pandu yang terlihat sebagai

penyelesaian masalah seperti kutipan data berikut.


                      5. ”Manusia manapun tidak bisa akan bisa memperbaiki diri tanpa masa lampau. Dan
                         belum cukupkah masa lampau yang kamu lalui dengan getir itu? (halaman 120)



                      6. ”Aku tidak punya maksud begitu. Kamu jangan salah mengerti, Nia. Semua ini
                         kulakukan demi kebaikanmu. Dan aku tidak rela dirimu jatuh ke dalam pelukan laki-
                         laki lain. Ke dalam pelukan Diana.”

           ”Kau mau menguasai hidupku?”

           ”Sama sekali tidak. Cuma di sini aku punya hak untuk bisa bicara denganmu. Sebab selama ini aku
           merasa sukar menemuimu di luar tempat ini. Tidakkah terketuk dinding hatimu untuk menerima
           kehadiranku dalam hidupmu, Nia? (halaman 122).



       Dilihat dari cara mengakhiri cerita, novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki alur terbuka. Cerita itu

masih bisa dilanjutkan, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pembaca sebagai penikmat karya sastra.

Alternatif yang bisa digunakan antara lain.


1. Kania menikah dengan Pandu. Hidup penuh dengan konflik karena Kania tidak bisa mengubah sifatnya

   yang dingin dan Pandu hidup sakit-sakitan.

2. Kania menikah dengan Pandu. Hidup bahagia namun tidak segera mendapatkan keturunan karena proses

   aborsi yang gagal. Konflik muncul dan Pandu mulai beralih ke lain hati.
3. Kania menikah dengan Pandu dan mendapatkan keturunan, namun bayi yang dilahirkan cacat karena

   pengaruh narkoba ibunya. Hidup penuh konflik dan saling menyalahkan dengan latar belakang masing-

   masing.

4. Kania menikah dengan Pandu, bertobat, berusaha melupakan masa lalunya dan dengan sepenuh hati

   melayani suaminya. Namun Pandu mencintai wanita lain. Hidup penuh konflik dan Kania kembali terjun

   ke dunia narkoba.


       Dilihat dari kualitasnya, alur dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya termasuk alur rapat. Setiap

rangkaian peristiwa merupakan sambung sinambung ceritanya. Jika ada bagian dalam cerita yang dihilangkan

akan mengganggu keutuhan cerita secara keseluruhan.


4. Tokoh / Penokohan dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya.

       1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan.


          Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania,

   Karina, Haji Anwar, Mariah, Pak Lurah, Lastri, Sarti, Winda, Hernoto, Soni, Gunawan, Pandu, Suyadi,

   Johny, Riska, Diana, Elina, dan Faizal.




       1. Tokoh Utama


       Tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania. Ia memenuhi

       syarat-syarat sebagai tokoh utama baik sebagai pelaku kejadian maupun penderita kejadian. Kania

       memenuhi syarat sebagai tokoh utama karena hal-hal sebagai berikut.


              1. Tokoh yang Paling Banyak Terlibat dengan Tema.


                  Tema yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah tak semua lelaki buaya.

          Tema itu dikembangkan menjadi penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap

          antipati perempuan kepada lelaki. Rasa antipati dilakukan oleh tokoh Kania hampir kepada setiap

          lelaki. Ia menganggap semua lelaki adalah penghianat yang membuat hidup menderita. Tokoh

          Kania pula yang sering merasakan penderitaan akibat penghianatan lelaki. Penderitaan lahir

          maupun batin ia rasakan selama berhubungan dengan lelaki sehingga membuat antipatinya kepada

          lelaki. Tokoh kedua yang paling banyak terlibat dengan tema adalah Pandu. Tokoh Pandu

          merupakan tokoh lelaki yang tidak termasuk kategori buaya dalam novel ini.
Penderitaan Kania dapat dilihat dari kutipan data berikut.


           7. ”Dia tidak mengakui. Di depan istrinya dia berlagak alim dan dermawan. Tak
              kusangka Gunawan semunafik itu. Bahkan mereka menuduhku ingin memfitnah dan
              menghancurkan rumah tangga mereka. Apakah ini tidak terlalu menyakitkan?
              Mereka malah tega mengusirku,” tutur Kania ( halaman 17).



       Data di atas terjadi ketika Kania menemui Gunawan di Jakarta. Gunawan tega mengusir

Kania dan memfitnah telah menghancurkan rumah tangganya.


           8. ”Betapapun sakitnya, aku pasrah, Lastri. Dan bila sampai terjadi apa-apa, secepatlah
              bawa aku ke rumah sakit. Tapi jangan ceritakan kepada siapapun kalau keadaanku
              hamil,” pinta Kania sembari menahan isaknya (halaman 19).



       Penderitaan Kania juga tergambar dari keadaan Kania yang membiru setelah melakukan

aborsi seperti pada kutipan data berikut.


           9. ”Mbah, bagaimana kalau sebaiknya dia kubawa saja ke dokter. Lihat, semua
              badannya sudah mulai membiru. Lihat, Mbah,” kata Lastri gemetar.

           “Tapi dia bisa mati nanti, Mbah. Biar sekarang juga akan saya bawa dia ke rumah sakit.”
           (halaman 21).



       Penderitaan Kania lengkap dalam kehidupan Kania seperti pada kutipan data berikut.


           10. Masa lalunya yang meninggalkan kegetiran. Penderitaan, noda serta dosa yang
               melekat dalam tubuhnya. Semua itu bagaikan seonggok empedu yang setiap saat
               diingat dan menimbulkan rasa teramat pahit dalam hidupnya. Semua pria yang
               pernah singgah di hatinya Cuma melibatkan nasibnya jadi sengsara (halaman 95 –
               96)




   2. Tokoh yang Paling Banyak Berhubungan dengan Tokoh Lain.


       Tokoh Kania paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Hal ini dapat dilihat melalui
keseluruhan bagian dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia yang menunjukkan
hubungan tokoh Kania dengan tokoh lain. Hubungan tokoh Kania dengan tokoh dokter dapat
terlihat dari kutipan data berikut.


           11. ”Sakit apa, Dik?” tanya dokter itu

              ”Saya ...” ucapan Kania. Kerongkongannya bagai tersekat.

              ”Kenapa?”

              Kania menundukkan muka. Malu bersitatap dengan dokter itu.
”Saya hamil,” suaranya lirih. ”Jadi mau periksa kehamilan? Sudah berapa bulan
     terlambat menstruasinya?”

     ”Empat bulan.” (halaman 10 ).



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Lastri dapat dilihat pada kutipan data berikut.


   12. ” Haii....Nia. Apa kabar?” sapa Lastri girang sekali. Kania memaksakan diri untuk
       tersenyum. Dia mengamati gadis itu dengan sorot mata sendu. Lalu menarik
       lengannya dan mengajak duduk di badukan teras rumah setinggi setengah meter.
       Tembok yang memang sengaja dibuat mengelilingi teras untuk duduk santai.

     ”Aku mau minta tolong,” kata Kania dengan binar-binar mata basah.

     ”Soal apa?”

     Kania mengedarkan pandangan sesaat ke dalam rumah Lastri. Tak ada orang yang
     tampak satupun.

     ”Kemana orang tuamu?”

     ”Sedang pergi ke Tegal. Ke rumah paman. Kenapa sih?” (halaman 14)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Sarti dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   13. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti.

     ”Empat bulan, Mbah.”

     Sarti manggut-manggut.

     ”Suamimu mana?” (halaman 18 – 19)

Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Karina dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   14. ”Karina, apakah kamu punya uang tabungan?”

     ”Punya. Kakak memerlukannya?”

     ”Ya. Untuk biaya pengobatanku selama dirawat di rumah sakit ini. Aku sudah malu
     karena seringkali meminta uang kepada orang tua (halaman 28).



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Hernoto dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   15. ”Kamu mau kerja sebagai pelayan restoran?” tanya Hernoto.

     ”Apa saja, Mas. Yang penting halal. Apa Mas bisa membantu saya?” (halaman 31)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Soni dapat dilihat pada kutipan data berikut.
16. ”Selamat siang, Pak.”

     ”Silakan duduk. Adiknya mas Noto, ya?”

     Kania mengangguk takzim, lantas duduk di kursi menghadap manajer itu.

     ”Sebelum menjadi karyawati di sini harus mengikuti training. Apakah anda bersedia
     mengikutinya?” tanya Soni sambil mengelus-elus kumisnya (halaman 32)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Nina dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   17. ”Karena kamu telah merebut Pak Soni dari tangan Winda,” kata Nina.

     Kania terperangah. Dia sampai terbatuk ketika menelan nasi. Buru-buru dia meneguk
     air putih.

     “Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa-
     biasa saja,” balas Kania (halaman 35 – 36)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Winda dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   18. ”Winda, aku tahu siapa yang kamu maksudkan,” sahut Kania lunak. Sebenarnya dia
       sudah kepingin menjerit di situ. Terlampau menyakitkan ucapan Winda.

     ”O, jadi kamu sudah merasa, ya? Teruskan saja hubunganmu itu,” kata Winda sinis
     (halaman 36)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Pandu dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   19. ”Memang sayalah orangnya, Pak.” Kania tersenyum ramah.

     ”Jadi kalau begitu saya tidak salah alamat?” suara Pandu girang (halaman 43)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Riska dapat dilihat dari kutipan data berikut.


   20. ”Mau pesan apa, Mba?”

     ”Coca cola saja. Selain itu aku ingin berkawan denganmu.”

     Kania termangu. Perempuan itu langsung mengulurkan telapak tangnnya. Kania
     menyalami.

     “Riska.”

     “Kania.”

     “Setelah mengambilkan minuman kita ngobrol sebentar ya?” (halaman 80)



Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Elina dapat dilihat dari kutipan data berikut.
21. Perempuan muda itu mengajak berjabatan tangan.

                “Elina.”

                “Kania.” (halaman 98)

           Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Diana dapat dilihat dari kutipan data berikut.


              22. “Sudah siap, Nia?” tanya Diana.

                Kania menggeleng lalu bangkit mengusap air matanya (halaman 114)

        3. Tokoh yang Paling Banyak Memerlukan Waktu Penceritaan.


           Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia terdiri dari 17 bagian, satu bagian

  pembuka, dan satu bagian penutup. Bagian pembuka terdiri dari 4 halaman dan bagian penutup

  terdiri dari 2 halaman. Bagian pembuka menceritakan awal pertemuan Kania dengan Pandu

  sedangkan bagian penutup berisi kesediaan Kania untuk hidup bersama Pandu. Tokoh Kania pada

  kedua bagian tersebut diceritakan sangat dominan karena memerlukan waktu penceritaan yang

  paling lama dan ada pada setiap halamannya.


           Dari 17 bagian yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, hanya ada 2 bagian saja

  yang tidak menceritakan tokoh Kania, yaitu bagian 6 dan 8 atau halaman 44 – 51 dan halaman 60 –

  67.


           Tokoh kedua yang memerlukan waktu penceritaan adalah Pandu. Waktu penceritaan Pandu

  ada di bagian pembuka, bagian tengah ketika menjalankan tugas di desa, dan dibagian akhir ketika

  memberikan nasehat kepada Kania hingga akhir cerita. Dari 17 bagian, ditambah bagian pembuka

  dan penutup yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, bagian yang menceritakan

  tentang tokoh Pandu sebanyak 12 bagian, yaitu bagian pembuka, bagian 5 – 10, bagian 14 – 17 dan

  bagian penutup.


           Dari uraian di atas, maka tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah Kania.


2. Tokoh Tambahan

        1. Pandu


           Pandu adalah tokoh yang sangat peduli dengan kehidupan tokoh utama. Ia pula yang telah

  mengentaskannya dari kehidupan yang tidak baik. Kepedulian Pandu pada tokoh utama terlihat dari
peryataan ayah Kania pada saat berbincang-bincang dengan Pandu. Penyataan ayah Kania seperti

pada kutipan data berikut.


           23. “Temuilah dia. Kalau Nak Pandu dapat mengarahkan ke jalan yang baik, bapak
               sebelumnya mengucapkan banyak terima kasih.” (halaman 66)



           24. “Kamu harus sembuh, Mas. Nia bersedia hidup bersamamu. Dan bawalah Nia
               pulang ke desa.”

             “Sungguhkah apa yang kamu ucapkan, Nia?”

             “Sungguh, Mas. Mulai saat ini Nia tak mau lagi dipisahkan dari Mas Pandu. Bawalah
             Nia ke mana Mas Pandu pergi.” (halaman 127)



       Pengarang tidak menceritakan apakah kepedulian Pandu pada tokoh utama didasarkan pada

iktikad baiknya untuk memperbaiki kehidupan tokoh utama, atau ada udang dibalik batu dari

semua kepeduliannya itu. Sama seperti lelaki lain yang pernah singgah di hati tokoh utama, yang

membuat hidupnya selalu menderita.


   2. Soni


       Soni adalah tokoh yang ikut mewarnai kehidupan tokoh utama. Walaupun perilaku Soni

tidak secara langsung berdampak pada kehidupan tokoh utama, tetapi lebih karena pengaruh orang-

orang terdekat Soni. Pengaruh Soni yang lebih menonjol mempengaruhi kehidupan Kania adalah

buayanya. Sebenarnya Soni telah memiliki Winda, namun ia harus mencintai Kania. Hal ini yang

tidak disukai oleh Kania, seperti dalam kutipan data berikut.


           25. Aku tidak akan membuat persoalan baru di sini, kata Kania dalam hati. Sebab dia
               tahu kalau Soni pacarnya Winda (halaman 34)



   3. Winda


       Winda adalah pacar Soni yang selalu cemburu dengan keberadaan Kania. Sebenarnya,

bukan perilaku Kania yang membuat kecemburuan Winda, namun lebih pada perilaku Soni yang

selalu mendekati Kania. Kecemburuan Winda terlihat pada kutipan data berikut.


           26. ”Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa-
               biasa saja,” balas Kania (halaman 36)
4. Karina


Karina adalah adik Kania. Ialah yang sangat peduli dengan keadaan Kania. Penderitaan yang

dialami Kania, sebagian dirasakan juga oleh Karina. Wajahnya mirip sekali, namun kedewasaannya

belum seperti Kania. Masih kekanak-kanakan dan lebih pemalu. Ini dapat dilihat pada kutipan data

berikut.


           27. Karina mengangguk. Pandu memperhatikan wajah Karina yang tertunduk malu-
               malu. Matanya, hidungnya, bibirnya persis seperti yang dimiliki Kania. Cuma
               bedanya sikap Karina masih kekanak-kanakan. Belum sematang Kania. Dan kalau
               diperhatikan kecantikan Kania lebih menonjol (halaman 63)



   5. Lastri


       Lastri adalah teman Kania yang sangat setia menemani Kania ketika berusaha ingin

menggugurkan kandungannya. Ia yang mengantarkan Kania ke dukun pijat, ke rumah sakit, dan

memberitahukan kepada Karina tentang keberadaan kakaknya.


   6. Haji Anwar dan Mariah


       Haji Anwar dan Mariah adalah orang tua Kania. Mereka adalah juragan tembakau dan

cengkeh yang baik hati dan terpandang di desanya. Namun mereka terpaksa mengusir anaknya

karena susah diatur. Ini terlihat dari kutipan data berikut.


           1. Apakah ini tidak mencoreng nama baikku? Kehormatanku? Maka dia tak akan
              kuizinkan lagi menginjak lantai rumah ini! Aku tidak mau menganggap dia sebagai
              anakku lagi! Sungguh memalukan! (halaman 65)

   7. Sarti


       Sarti adalah seorang perempuan tua yang rambutnya sudah memutih dan berbadan kurus. Ia

sebagai dukun pijat bayi yang sering menggugurkan kandungan. Ini terlihat dari kutipan data

berikut.


           29. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti.

              ”Empat bulan, Mbah.”

              Sarti manggut-manggut.

              ”Suaminya mana?”

              Kania menggeleng.
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz
Atunz

More Related Content

What's hot

Hbml4203(kesusateraan melayu)
Hbml4203(kesusateraan melayu)Hbml4203(kesusateraan melayu)
Hbml4203(kesusateraan melayu)
muhammad
 
Jakarta undercover 1
Jakarta undercover 1Jakarta undercover 1
Jakarta undercover 1Sherry James
 
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
KPM- ex KPLI students
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUMomee Rain
 
Ringkasan novel
Ringkasan novelRingkasan novel
Ringkasan novel
Mhd Ali
 
Intrinsik novel
Intrinsik novelIntrinsik novel
Intrinsik novel
Syamsul Wathoni Wathoni
 
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
nuniek20
 
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
RizkaAfdhalia
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Pungki Ariefin
 
Karya sastra klasik
Karya sastra klasikKarya sastra klasik
Karya sastra klasik
aadhe11
 
Menjelaskan unsur intrinsik novel
Menjelaskan unsur intrinsik novelMenjelaskan unsur intrinsik novel
Menjelaskan unsur intrinsik novel
Syamsul Wathoni Wathoni
 
Skmk, sastera kepahlawanan.
Skmk, sastera kepahlawanan.Skmk, sastera kepahlawanan.
Skmk, sastera kepahlawanan.
jimoh370
 
Bbm3103
Bbm3103 Bbm3103
Bbm3103
Jenny 美
 
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
suci_wandari16
 
Hikayat Raja Pasai
Hikayat Raja PasaiHikayat Raja Pasai
Hikayat Raja Pasai
Juliana Azrena
 
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
AmeliaTifany
 
Analisis cerpen
Analisis cerpenAnalisis cerpen
Analisis cerpen
Kay Nazarite
 
Kabaretisasi cerpen
Kabaretisasi cerpenKabaretisasi cerpen
Kabaretisasi cerpen
DHEluvELI
 
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuKesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Jessyca Ungat
 

What's hot (20)

Hbml4203(kesusateraan melayu)
Hbml4203(kesusateraan melayu)Hbml4203(kesusateraan melayu)
Hbml4203(kesusateraan melayu)
 
Jakarta undercover 1
Jakarta undercover 1Jakarta undercover 1
Jakarta undercover 1
 
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"contoh olahan karya novel "Tok Guru"
contoh olahan karya novel "Tok Guru"
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
 
Ringkasan novel
Ringkasan novelRingkasan novel
Ringkasan novel
 
Intrinsik novel
Intrinsik novelIntrinsik novel
Intrinsik novel
 
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka ( 20 )
 
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
 
Karya sastra klasik
Karya sastra klasikKarya sastra klasik
Karya sastra klasik
 
Menjelaskan unsur intrinsik novel
Menjelaskan unsur intrinsik novelMenjelaskan unsur intrinsik novel
Menjelaskan unsur intrinsik novel
 
Skmk, sastera kepahlawanan.
Skmk, sastera kepahlawanan.Skmk, sastera kepahlawanan.
Skmk, sastera kepahlawanan.
 
Bbm3103
Bbm3103 Bbm3103
Bbm3103
 
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
 
Radiatul fadillah putri (powerpoint)
Radiatul fadillah putri (powerpoint)Radiatul fadillah putri (powerpoint)
Radiatul fadillah putri (powerpoint)
 
Hikayat Raja Pasai
Hikayat Raja PasaiHikayat Raja Pasai
Hikayat Raja Pasai
 
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
tugas apresiasi sastra novel "separuh bintang"
 
Analisis cerpen
Analisis cerpenAnalisis cerpen
Analisis cerpen
 
Kabaretisasi cerpen
Kabaretisasi cerpenKabaretisasi cerpen
Kabaretisasi cerpen
 
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuKesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
 

Viewers also liked

Analisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novelAnalisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novel
Warnet Raha
 
Periodisasi sastra
Periodisasi sastraPeriodisasi sastra
Periodisasi sastra
stefaniandri
 
Contoh Rangkuman non - fiksi
Contoh Rangkuman non - fiksiContoh Rangkuman non - fiksi
Contoh Rangkuman non - fiksi
Felicia Dewi
 
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
Thoyib Antarnusa
 
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
Neneng Huwaidah
 
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
Dedi Irawan
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Utami Trianti
 
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMKSoal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
Sahman Kaelani
 

Viewers also liked (8)

Analisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novelAnalisis unsur intrinsik novel
Analisis unsur intrinsik novel
 
Periodisasi sastra
Periodisasi sastraPeriodisasi sastra
Periodisasi sastra
 
Contoh Rangkuman non - fiksi
Contoh Rangkuman non - fiksiContoh Rangkuman non - fiksi
Contoh Rangkuman non - fiksi
 
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
6 Soal UN Bahasa Indonesia Beserta Pembahasan
 
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
Latihan soal bahasa indonesia kelas 12
 
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
 
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMKSoal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
Soal dan Pembahasan UN Bahasa Indonesia SMK
 

Similar to Atunz

Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
LoveiArika
 
Teks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademikTeks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademik
NaeniSaqiya
 
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka
Periodisasi sastra angkatan balai pustakaPeriodisasi sastra angkatan balai pustaka
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka
ginanurulazhar
 
Analisis Cerita Jenaka Melayu
Analisis Cerita Jenaka MelayuAnalisis Cerita Jenaka Melayu
Analisis Cerita Jenaka Melayu
Universiti Brunei Darussalam
 
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARAKESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
ZulkiffliKutty
 
Analisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisAnalisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisSri Rejeki Manalu
 
9 penulisan feature
9 penulisan feature9 penulisan feature
9 penulisan featuredinnianggra
 
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera SelatanTugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Muthiara Azzahra
 
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptxBAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
wawan105766
 
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptxBAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
INDAHWATIHUTABARAT17
 
Slide drama melayu
Slide drama melayuSlide drama melayu
Slide drama melayu
HaizatulSyakilla
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabauOktari Aneliya
 
Tema
TemaTema
PPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptxPPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptx
KennethSitanggang
 
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Lisa Tri Setiawati
 
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
Rahmat Hidayat
 
Cerpen -Regina Ibrahim-
Cerpen -Regina Ibrahim-Cerpen -Regina Ibrahim-
Cerpen -Regina Ibrahim-
Umi Nurfarahin
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
NSS Slide
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
NSS Slide
 
Novel
NovelNovel

Similar to Atunz (20)

Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina dan Perihal orang Miskin
 
Teks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademikTeks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademik
 
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka
Periodisasi sastra angkatan balai pustakaPeriodisasi sastra angkatan balai pustaka
Periodisasi sastra angkatan balai pustaka
 
Analisis Cerita Jenaka Melayu
Analisis Cerita Jenaka MelayuAnalisis Cerita Jenaka Melayu
Analisis Cerita Jenaka Melayu
 
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARAKESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
KESUSASTERAAN TEMPATAN DAN LUAR NEGARA
 
Analisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisAnalisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesis
 
9 penulisan feature
9 penulisan feature9 penulisan feature
9 penulisan feature
 
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera SelatanTugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
 
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptxBAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL.pptx
 
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptxBAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
BAHASA_INDONESIA_NOVEL dari berbagai -- (2).pptx
 
Slide drama melayu
Slide drama melayuSlide drama melayu
Slide drama melayu
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabau
 
Tema
TemaTema
Tema
 
PPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptxPPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptx
 
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
 
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
 
Cerpen -Regina Ibrahim-
Cerpen -Regina Ibrahim-Cerpen -Regina Ibrahim-
Cerpen -Regina Ibrahim-
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 
Novel
NovelNovel
Novel
 

Atunz

  • 1. http://www.slideshare.net/NabilaArifannisa/laporan-ilmiah-pertumbuhan-kecambah/download inrinsik dan ekstrinsik pada novel Siti Nurbaya Data Novel: Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai ) Pengarang : Marah Rusli Penerbit : Balai Pustaka Tahun Terbit : 1992 Tempat Terbit : Jakarta Tebal : 271 halaman Pelaku : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan Mahmud. IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK: Tokoh dan Karakter Tokoh Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel: Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya. Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya. Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang. Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan. Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah. Latar (Setting) Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut: Latar Tempat Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat- tempat dengan nama tertentu. Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok. Latar Sosial Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya. Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu. Alur (Plot)
  • 2. Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi: - mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.) - peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.) - keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.) - mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.) - pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.) Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran. Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya. Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu. Tema Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan. Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
  • 3. Amanat Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Amanat yang terkandung dalam Novel: ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya. ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati. ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga. ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga. ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya. ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup. IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK: Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut. 1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup. Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama. 2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya. Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”. 3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial. Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya. 4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya. Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
  • 4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Laskar Pelangi" A. Unsur Intrinsik 1. Tema Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini diselingi oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota „Laskar Pelangi‟. Tema pendidikan ini sendiri dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah yang lebih menonjol. 2. Plot (alur) a. Pengenalan Situasi Cerita ` Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang ada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu timah. Belitong merupakan daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan menghasilkan banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang miskin. Pagi itu, satu demi satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya berdatangan mendaftarkan diri di sekolah yang hampir roboh dan mungkin sudah tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar. b. Menuju Adanya Konflik Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau konflik-konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup. c. Puncak Konflik Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah dan Bu Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk memberikan pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan. Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari masing-masing tokoh. Namun konflik selanjutnya yang secara garis besar melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya lomba karnaval dan cerdas cermat antar sekolah. d. Penyelesaian Sesaat hampir saja Pak Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya (Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu Muslimah dan juga para calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan. Sekolah yang jika malam dipakai sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan belajar-mengajar meski dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti karnaval antar sekolah. Keikutsertaan SD
  • 5. Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena ketidakadaan dana dan sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah bersikeras mengikutkan murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan karnaval. Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring teman-temannya merebut piala kemenangan. SD Muhammadiyah kembali mengikuti perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu Muslimah, Ikal dan kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan dimulai namun ujung tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya si cerdas itu pun datang (Lintang). Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada saat memasuki soal yang berbau angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai juara. 3. Latar Cerita a. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong. b. Latar Waktu Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974. c. Latar Suasana Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel : Suasana Sedih Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya. Suasana Senang Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan. Suasana Cemas Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup. 4. Penokohan Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel „Laskar Pelangi‟ antara lain : a) Ikal Ikal atau yang di dalam novel ini berperan sebagai „aku‟ merupakan tokoh utama. Ikal adalah salah seorang anggota „Laskar Pelangi‟. Di sekolah ia termasuk murid yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu
  • 6. menyukai dunia sastra terutama puisi. Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling. b) Taprani Taprani merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara seperlunya (pendiam), santun, sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk memajukan pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya. c) Sahara Sahara merupakan satu-satunya murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Tubuhnya ramping dan selalu berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski pun ia adalah sosok yang perhatian, namun ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus, skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara Sangat menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam novel ini dicritakan bahwa ia bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau satu pemikiran dengannya. d) A Kiong A Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Sifatnya begitu polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali bertengkar dengan Sahara. e) Harun Harun yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas tahun ini mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut seperti Chairil Anwar ini hobi sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun sering kali bercerita tentang kucing belang tiganya yang melahirkan tiga anak yang juga bebelang tiga secara berulang-ulang. f) Borek Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan tergila-gila dengan citra cowok macho. g) Syahdan Karakter Syahdan tidak begitu menonjol dalam novel ini. Ia adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling. Syahdan merupakan saksi cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita sebagai aktor. h) Kucai Kucai adalah salah satu anggota „Laskar Pelangi‟ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang menderita rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak bicara dan susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus. i) Lintang Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi datang. Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang tinggal di rumahnya. Di sekolah, Lintang begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah
  • 7. menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai ilmu penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya. Idenya sangat kreatif. Lucunya, kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi dengan tulisan tangan yang indah. j) Mahar Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain sebagainya. Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk orang yang menggemari dongeng-dongeng yang tak masuk akal (mungkin karena ia terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya karena pemikirannya dianggap aneh. k) Bu Muslimah Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar murid-murid di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati. l) Pak Harfan Pria bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan. m) A Ling Gadis keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang ramping dan tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta. n) Flo Ia merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai anggota „Laskar Pelangi‟. 5. Sudut Pandang yang Digunakan Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata „aku‟. Tokoh „aku‟ dalam novel ini diceritakan paling dominan sehingga si tokoh „aku‟ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama. 6. Amanat Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Diantaranya adalah : Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan putus asa) Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar. Jauhi sifat pesimis Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan
  • 8. bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN). Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan. Dalam novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di sebuah kampug kecil. B. Unsur Ekstrinsik Selain unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain : 1. Latar Belakang Tempat Tinggal Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya. 2. Latar Belakang Sosial dan Budaya Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka. 3. Latar Belakang Religi (agama) Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman. 4. Latar Belakang Ekonomi Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi. 5. Latar Belakang Pendidikan Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
  • 9. FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar) A. Sekolah Induk Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049 Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004 Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173 Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai) B. Individu
  • 10. Nama : Uswatun Khasanah,S.Hi (Gelar ditulis dibelakang) NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu) Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai) Tempat, Tgl Lahir : Sridadi, 24 Juli 1984 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK) No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim) Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai) Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai) Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)  TMT (TMT SK CPNS)  Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir) 2. Non PNS TMT Juli 2009 ( Sesuai SK pengangkatan) Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, Juli 2007 (Sejak Tugas disekolah ini) - Mengajar, SEJARAH = 12 Jam 2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel / Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini) Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d …….. 2. SD Muhammadiyah OKU Timur, Tahun 1990 s/d 1996 3. SMP Muhammadiyah OKU Timur, Tahun 1996 s/d 1996 4. MA NU OKU Timur , Tahun 1999 s/d 2002 5. DII………………………., Tahun …… s/d …….. 6. DIII …………………….., Tahun …… s/d …….. 7. S1 Syari‟ah/ Muamalah, Tahun 2002 s/d 2008 8. S2 ………………………., Tahun …… s/d …….. 9. S3 ………………………., Tahun …… s/d …….. Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah (sesuai kartu keluarga) 2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md NIP : ……………..(Jika PNS) 3. Anak : No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah 1 Elvia Meylinda Pagar Dewa, 03 Mei 2007 AK - Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang) Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara Enim, Kode Pos 31173 Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011 Kepala Sekolah Yang Bersangkutan Drs. H. Imron Rozami, M.Si Uswatun Khasanah, S.Hi NIP. 19630120 199002 1 001 FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar) A. Sekolah Induk Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049 Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004 Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173 Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
  • 11. B. Individu Nama : Mastidawatty, S,Psi (Gelar ditulis dibelakang) NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu) Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai) Tempat, Tgl Lahir : Palembang, 24 Juli 1971 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK) No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim) Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai) Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai) Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)  TMT (TMT SK CPNS)  Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir) 2. Non PNS TMT …………………………………. ( Sesuai SK pengangkatan) Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, …………………….. (Sejak Tugas disekolah ini) - Mengajar, ……………………………………. = …. Jam 2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel / Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini) Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d …….. 2. SDN ……………………., Tahun …… s/d ……. 3. SMP…………………….., Tahun 1996 s/d 1996 4. SMA NU OKU Timur , Tahun 1999 s/d 2002 5. DII………………………., Tahun …… s/d …….. 6. DIII …………………….., Tahun …… s/d …….. 7. S1 Syari‟ah/ Muamalah, Tahun 2002 s/d 2008 8. S2 ………………………., Tahun …… s/d …….. 9. S3 ………………………., Tahun …… s/d …….. Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Mukarromah (sesuai kartu keluarga) 2. Nama istri/ suami : Andi Pantri, A.Md NIP : ……………..(Jika PNS) 3. Anak : No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah 1 Elvia Meylinda Pagar Dewa, 03 Mei 2007 AK - Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang) Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara Enim, Kode Pos 31173 Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011 Kepala Sekolah Yang Bersangkutan Drs. H. Imron Rozami, M.Si Uswatun Khasanah, S.Hi NIP. 19630120 199002 1 001 FORMAT INSTRUMENT PROFIL PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN (Semua data harus diisi/ dipilih/ ditulis lengkap, jelas, rapi, dan benar) A. Sekolah Induk Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lubai Muara Enim (sesuai cap) NSS : 301110416049 Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Imron Rozami, M.Si, Tanggal Pendirian Sekolah : 20 Juli 2004 Jumlah : Guru 29 orang, Jumlah Tenaga Kependidikan (selain guru) : 6 orang Murid : Jurusan IPA/ IPS Kelas X jlh rombel 6 jlh murid 40 orang Kelas XI jlh rombel 5 jlh murid 40 orang Kelas XII jlh rombel 4 jlh murid 40 orang Alamat : Desa/ Kel. Karang Agung, Kec. Lubai Kode Pos. 31173 Telp………………….. Lokasi: Pedesaan/ Perkotaan (coret yang tidak sesuai)
  • 12. B. Individu Nama : Jeni Febriani (Gelar ditulis dibelakang) NIP/ NIGB : (Khusus guru PNS dan guru bantu) Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak sesuai) Tempat, Tgl Lahir : Karang Agung, 03 Januari 1991 (Sesuai Akta/ KTP/ Ijazah/ SK) No. Rekening : (Bank Sumsel Cab. Muara Enim) Agama : Islam/ Kristen / Katholik / Budha / Hindu / Konghucu (coret yang tidak sesuai) Status Perkawinan : Kawin / Janda / Duda / Belum (coret yang tidak sesuai) Status Pegawai, pilih : 1. PNS / PNS Dpk / PNS Depag (coret yang tidak sesuai)  TMT (TMT SK CPNS)  Golongan………… TMT…………………. (Sesuai SK Pangkat terakhir) 2. Non PNS TMT Juli 2009 ( Sesuai SK pengangkatan) Jabatan, pilih : 1. Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah / Guru (Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / GB / GH / GTT / GTY / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, Juli 2009 (Sejak Tugas disekolah ini) - Mengajar, SEJARAH = 12 Jam 2. Staf TU / Penjaga sekolah / Bendahara / Laboran / Pustakawan / Juru Bengkel / Petugas instalasi / Lainnya ……………….(Coret yang tidak sesuai) - Status : PNS / PNS Dpk / Honores / PTY (Coret yang tidak sesuai) - TMT, ………………………………. (sejak tugas disekolah ini) Pendidikan : 1. TK ………………………, Tahun …… s/d …….. 2. SDN 2 Karang Agung , Tahun 1997 s/d 2003 3. SMPN 3 Karang Agung , Tahun 2003 s/d 2006 4. SMEA 1 Prabumulih , Tahun 2006 s/d 2009 5. DII………………………., Tahun …… s/d …….. 6. DIII …………………….., Tahun …… s/d …….. 7. S1 ……………………….., Tahun …… s/d …….. 8. S2 ………………………., Tahun …… s/d …….. 9. S3 ………………………., Tahun …… s/d …….. Keluarga : 1. Nama ibu kandung : Yulisni (sesuai kartu keluarga) 2. Nama istri/ suami : ……………….. NIP : ……………..(Jika PNS) 3. Anak : No Nama Tempat, Tanggal Lahir AK/ AA Sekolah Alamat : Jln. Raya Baturaja Prabumulih KM. 45 (Tempat tinggal sekarang) Ds. Karang Agung Kec. Lubai Kab. Muara Enim, Kode Pos 31173 Mengetahui, Karang Agung, ……Agustus 2011 Kepala Sekolah Yang Bersangkutan Drs. H. Imron Rozami, M.Si Jeni Febriani NIP. 19630120 199002 1 001 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra adalah karya manusia yang sifatnya rekaan dengan menggunakan medium bahasa yang baik secara implisit maupun eksplisit dianggap mempunyai nilai estetis atau keindahan (Teeuw, 1984 : 22).
  • 13. Karya tersebut pada hakikatnya merupakan luapan perasaan, ide-ide, pengalaman, semangat, keyakinan dan pemikiran dari pengarangnya. Cerita rekaan yang dibuat merupakan hasil dari segala interaksi, aksi dan reaksi pengarang dengan dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya. Oleh karena itu karya sastra banyak mengisahkan problematika kehidupan dalam hubungannya dengan dirinya, dengan sesama, dengan makluknya dan dengan sang Khalik. Pendektan yang digunakan untuk menelitinya pun berbeda-beda, sesuai dengan keberadaan karya sastra tersebut. Karya sastra yang mengisahkan tentang kehidupan pribadinya lebih mengarah kepada pendekatan objektif, yang mengisahkan hubungannya dengan sesama makhluknya lebih berpendekatan sosial psikologis, dan pendekatan lain yang sesuai dengan eksistensi manusia, dan yang berhubungan dengan Tuhannya lebih ke pendekatan riligius. Jadi, tidaklah benar bahwa karya sastra merupakan hasil lamunan tanpa arti, namun melalui proses penghayatan dan perenungan yang sarat dengan nilai-nilai yang akan disampaikan oleh pengarangnya. B 1 ila sebuah karya sastra tanpa diapresiasikan, tidak akan bernilai apa-apa. Manfaat dan kenikmatan (usefullnes and pleasure) tidak dapat diperoleh dari hasil karya tersebut. Menurut Renne Wellek dan Austin Warren, fungsi sastra adalah dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Oleh karena itu, agar sebuah karya sastra dapat bernilai sastra maka perlu digauli secara sungguh-sungguh sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan berpikir dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Dermawan, 1988 : 6). Dari pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan apresiasi terhadap karya sastra dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca merasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasikan, bersikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya. Untuk dapat mengapresiasikan suatu karya sastra dengan baik, pembaca sebaiknya telah memiliki bekal tertentu. Bekal yang harus dimiliki oleh seseorang dalam mengapresiasikan suatu karya sastra menurut Aminudin (1987 : 38) yang dikutip oleh Anggraeni dalam Penelitian Tindakan Kelas, harus memiliki kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra; memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan secara intensif-kontemplatif maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas; memiliki pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan memiliki pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta rasa yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra Unsur intrinsik karya sastra adalah unsur yang secara langsung membangun karya sastra. Adapun unsur intrinsik prosa fiksi meliputi: tema, fakta cerita, dan sarana cerita (Nurgiyantoro dalam Dermawan 1998 : 8). Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam karya sastra yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Fakta cerita terdiri dari alur, tokoh/penokohan, dan latar. Sedangkan sarana cerita meliputi judul, simbolisme, dan pusat pengisahan. Salah satu cara dalam mengapresiasikan karya sastra, yaitu dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan ini peneliti anggap memiliki relevansi yang tinggi terhadap karya sastra yang berupa novel, karena karya sastra fiksi memiliki struktur tema, fakta-fakta cerita, dan sarana-sarana sastra yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dari unsur-unsurnya yang padu.
  • 14. Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia memiliki struktur yang lengkap. Tema disajikan secara jelas, nama tokoh mudah diingat dan karakter tokoh disajikan secara deskriptif, latar yang digunakan berupa latar tempat, waktu, dan sosial. Rangkaian peristiwa disusun oleh pengarang dalam urutan waktu (alur maju). Semua unsur itu oleh pengarang disajikan secara sistimatis, terpadu dan mudah dipahami. Alasan penulis memilih novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini, selain memiliki unsur cerita yang menarik untuk diteliti, karya sastra yang relatif baru yaitu terbitan tahun 2007, juga memiliki pesan-pesan moral yang mestinya mendapat perhatian dan menjadikan pelajaran bagi masyarakat. Pengarang mengangkat suatu realita kehidupan yang sering terjadi di masyarakat dewasa ini dan memberikan gambaran kepada masyarakat tentang satu sisi buram kehidupan akibat noda dan dosa. Novel ini cukup relevan untuk disimak terutama oleh para remaja, agar memiliki sikap waspada, pengendalian diri, taat pada norma susila, dan memiliki pendirian atau sikap hidup yang mantap, sehingga tidak terjerumus pada jalan yang sesat dan menyesatkan. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah, yaitu bagaimana unsur intrinsik novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia. Masalah-masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 5. Bagaimana sudut pandang dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 6. Bagaimana gaya bahasa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 7. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya ? 3. Batasan Masalah
  • 15. Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, agar lebih spesifik dalam penelitian ini, perlu diberi batasan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 5. Bagaimana hubungan tiap unsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 2. Bagaimana alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 3. Bagaimana tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 4. Bagaimana latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 5. Bagaimana hubungan antarunsur intirinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya? 5. Tujuan Penelitian Penelitian novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan tema dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya. 2. Mendeskripsikan alur cerita/plot dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya. 3. Mendeskripsikan tokoh/penokohan dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya. 4. Mendeskripsikan latar cerita dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya. 5. Mendeskripsikan hubungan antarunsur intrinsik dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya. 6. Manfaat Penelitian Penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi/manfaat yang maksimal baik secara teoritis, praktis, maupun didaktis.
  • 16. 1. Manfaat Teoretis Secara teroritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu sastra khususnya tentang unsur-unsur instrinsik tema, alur / plot, tokoh, dan latar cerita. 2. Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan penikmat sastra untuk lebih menggauli karya sastra yang lain, memberikan motivasi kepada pembaca untuk meneliti novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia dengan pendekatan lain, dan memberikan teladan kepada pembaca dalam berperilaku hidup sehari-hari. 3. Manfaat Didaktis 1. Menambah kepekaan para pembaca dan penikmat sastra terhadap masalah-masalah sosial, memiliki kewaspadaan, berperasaan halus, memiliki solidaritas tinggi, dapat membedakan antara hak dan bathil, dan dapat menetapi jalan hidup yang lurus. 2. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan ajar, terutama dalam kajian unsur intrinsik karya sastra. 3. Memberikan gambaran dari sisi buram kehidupan yang sering terjadi di masyarakat yang perlu mendapat perhatian, yakni pergaulan bebas, samen leven, kehamilan di luar nikah, aborsi, dan kawin cerai.
  • 17. BAB II LANDASAN TEORETIK Bagian ini berisi uraian tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan unsur-unsur intrinsik pembangun struktur. Pendekatan penelitian berisi teori-teori mengenai pendekatan struktural sedangkan unsur- unsur pembangun struktur berisi uraian unsur-unsur intrinsik prosa fiksi yang terdiri dari tema, tokoh / penokohan, alur, latar, dan hubungan tiap unsurnya. 1. Pendekatan Struktural Novel sebagai karya sastra hakekatnya merupakan stuktur yang padu dari kesatuan unsur-unsur pembangunnya. Unsur-unsur pembangun karya sastra berupa unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik berkaitan dengan bentuk karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik berkaitan dengan isi dari karya sastra tersebut. U 8
  • 18. nsur intrinsik prosa fiksi yang meliputi tema, fakta cerita, dan sarana cerita merupakan cerminan dari struktur pembangunnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stanton yang menyatakan bahwa struktur cerita rekaan terdiri dari (1) tema, (2) fakta cerita, dan (3) sarana–sarana cerita. Pengarang mengembangkan tema dan fakta cerita dengan menggunakan sarana-sarana cerita yang ada. Unsur ekstrinsik prosa fiksi meliputi sejarah, ekonomi, sosial, budaya, politik, ideologi, dan riligi. Kedua unsur pembangun prosa fiksi tersebut sungguh tidak bisa dipisahkan, karena keduanya saling mendukung satu dengan lainnya. Unsur bentuk menyatu dalam unsur isi, dan unsur isi menyatu dengan unsur bentuknya. Oleh karena itu, menganalisis karya fiksi tidak bisa dilakukan secara partial atau bagiannya saja, karena setiap unsur tidak memiliki makna sendiri-sendiri, dapat menghilangkan hakikat sastra sebagai sebuah struktur yang padu dan menyeluruh. Menganalisis Novel sebagai suatu karya sastra dengan pendekatan struktural berarti menguraikan karya sastra tersebut atas unsur-unsurnya untuk mengetahui ciri-ciri dan memahami hubungan unsur-unsur tersebut. Inti dari analisis dengan pendekatan struktural pada prosa fiksi adalah untuk mendapatkan secermat mungkin hubungan unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut sehingga menghasilkan sebuah kajian yang menyeluruh. Damono dalam Dermawan ( 2000 : 38 ) mengemukakan ciri struktural yang secara ringkas dikemukakan sebagai berikut. 1. Mengutamakan analisis tentang keterkaitan unsur-unsur yang membangun totalitas sebuah struktur yang utuh. 2. Menelaah struktur berdasarkan kenyataan empiris. 3. Analisis yang dilakukan menyangkut struktur yang sinkronik. Struktur sinkronik tidak ditentukan oleh proses historis, melainkan ditentukan oleh jaringan hubungan struktur yang ada. 4. Tidak mengenal adanya hubungan sebab akibat atau kausalitas. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menganalisis novel berarti menguraikan suatu novel atas unsur-unsur yang membangunnya untuk mengetahui ciri-ciri dan hubungan antar unsur dalam keseluruhan. 2. Unsur-unsur Intrinsik Pembangun Struktur. Unsur-unsur instrinsik pembangun struktur novel meliputi tema, alur, tokoh/penokohan, dan latar. 1. Tema Tema adalah suatu yang menjadi pikiran/persoalan bagi pengarang yang diungkapkannya dalam cipta karya sastra yang didalamnya berisi pandangan hidup dan cita-cita pengarangnya. Tema bersifat netral dan belum memiliki tendensi/kecenderungan apapun, karena ia merupakan persoalan. Persoalan tersebut diselesaikan oleh pengarang. Penyelesaian tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Penyelesaian positif berarti dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dijadikan teladan
  • 19. oleh manusia. Sebaliknya, penyelesaian yang negatif tidak perlu untuk diteladani dan hanya bisa dijadikan pelajaran berharga. Penyelesaian yang disampaikan oleh pengarang berdasarkan persoalan inilah yang disebut amanat. Amanat yang baik memberikan dampak positif bagi manusia dan kemanusiaan. Tema cerita berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah permasalahan yang paling dominan menjiwai karya sastra, sedangkan tema minor adalah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor (Suhariyanto, 1982 : 38 ). Tema sebuah novel menyangkut segala persoalan kehidupan, baik persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, ekonomi, maupun sosial. 2. Alur Alur adalah sambung sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat yang tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah mengapa hal itu terjadi (Ali dalam Waluyo, 1994 : 145). Sedangkan Hartoko dalam Waluyo (1994 : 145) memberi batasan alur adalah deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan, dan bersifat kausalitas sesuai apa yang dialami oleh pelaku cerita. Alur cerita meliputi: (1) eksposisi; (2) inciting moment (saat terjadi); (3) rising action; (4) complication; (5) climac; (6) falling action; dan (7) denouement (Waluyo, 1994 : 147). Ada bermacam-macam jenis alur. Dilihat dari urutan peristiwa, alur dibedakan atas alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur. Sebuah prosa fiksi dikatakan beralur maju apabila peristiwa disajikan berdasarkan urutan waktu, dari peristiwa awal, mulai memuncak, klimaks, dan berakhir dengan penyelesaian. Prosa fiksi dikatakan beralur mundur apabila peristiwa diawali dari penyelesaian dan diakhiri dengan peristiwa-peristiwa awal. Sedangkan alur maju mundur adalah urutan peristiwa yang disajikan secara acak. Dilihat dari kwantitasnya, alur dibedakan atas alur tunggal dan alur jamak. Sebuah prosa fiksi dikatakan beralur tunggal apabila hanya terdapat satu alur saja. Sedangkan disebut alur jamak apabila terdapat lebih dari satu alur. Dilihat dari kualitasnya, alur dibedakan atas alur ketat dan alur longgar. Sebuah prosa fiksi dikatakan beralur ketat jika sebagian alur dihilangkan maka keutuhan cerita dapat terganggu. Alur dikatakan longgar jika sebagian alur dihilangkan maka tidak akan berpengaruh pada keutuhan cerita. Dilihat dari cara mengakhiri cerita, alur dibedakan atas alur tertutup dan alur terbuka. Prosa fiksi dikatakan beralur tertutup apabila pengarang dalam mengakhiri cerita dengan memberikan penyelesaian
  • 20. akhir dan kesimpulan-kesimpulan. Cerita beralur tertutup berarti cerita itu benar-benar telah selesai. Sedangkan alur terbuka berarti akhir cerita yang disajikan belum benar-benar berakhir. Artinya, pembaca masih diberi kesempatan untuk menentukan penyelesaiannya sendiri. 3. Tokoh / Penokohan Dalam arti sempit, tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh merupakan salah satu unsur penting dalam karya sastra yang berupa prosa fiksi. Tanpa ada tokoh, maka cerita tak akan terwujud. Tokoh seringkali dilukiskan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, dan sosialogis (Waluyo, 1994 : 171). Ada berbagai cara pengarang untuk menggambarkan watak tokohnya. Dimensi fisik artinya keadaan fisik tokoh, yang meliputi usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek, pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya), ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang spesifik. Dimensi psikhis berkenaan dengan latar belakang kejiwaan, kebiasaan, sifat, dan karakter, yang meliputi (1) mentalitas, moral, dan kecerdasan; (2) temperamen, keinginan, dan perasaan pribadi; dan (3) kecakapan dan keahlian khusus. Sedangkan dimensi sosiologis berkaitan dengan latar belakang kedudukan tokoh dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh lain, yang meliputi (1) status sosial: kaya, miskin, golongan menengah; (2) pekerjaan, jabatan, dan peranan dalam masyarakat; (3) pendidikan; (4) pandangan hidup, kepercayaan, agama, idiologi; (5) aktivitas sosial, organisasi, dan kesenangan; dan (6) suku, bangsa, dan keturunan (Waluyo, 1994 :171– 172). Nurgiyantoro (1998 : 176 – 194) menyatakan bahwa tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan dalam berbagai jenis penamaan. Berdasarkan peranannya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama disebut juga tokoh sentral atau tokoh protagonis, yaitu tokoh yang memegang peranan yang dominan dalam cerita. Sedangkan tokoh tambahan atau tokoh antagonis adalah tokoh yang kurang dominan dan biasanya berkonflik dengan tokoh utama. Salah satu kriteria yang dapat digunakan sebagai tokoh utama adalah melalui frekuensi pemunculannya yang tinggi. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu (Waluyo, 1944 : 165). Watak dan sifat tokoh bisa saja berubah. Ini biasa dilakukan oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya. Tokoh yang berubah perwatakan dan sifatnya disebut tokoh berkembang. Sebaliknya tokoh yang memiliki perwatakan dan sifat yang relativ tetap, disebut tokoh statis.
  • 21. 4. Latar Latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup tokoh. Lingkungan alam sebagai setting material dan yang lain sebagai setting sosial (Hudson dalam Waluyo, 1994 : 198). Latar berfungsi sebagai (1) metafora yang dapat dihayati pembaca setelah membaca keseluruhan dari cerita yang mendasari waktu, tempat, watak pelaku, dan peristiwa yang terjadi; (2) sebagai atmosphere atau sebagai kreasi yang memberi kesan dan tekanan kepada sesuatu; (3) sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan penokohan (Kenney dalam Waluyo, 1994 : 198). Latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok , yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial (Nurgiyantoro, 1988 : 227). Latar tempat berkaitan dengan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa. Misalnya di suatu kota, pegunungan, persawahan, lapangan, pedesaan, ruang kelas, halaman sekolah, tempat parkir, rumah sakit, dan mungkin juga di dalam lautan. Latar waktu berkaitan dengan kapan peristiwa terjadi. Misalnya malam hari, siang hari, sore hari, saat terik matahari, tengah malam, dini hari, waktu hujan, saat istirahat, dulu kala, dan keterangan lain yang menunjukkan waktu. Sedangkan latar sosial berkaitan dengan nilai-nilai sosial masyarakat tertentu, misalnya kebiasaan hidup, keyakinan, idealisme masyarakat, norma, dan adat istiadat. 5. Hubungan antarunsur Pembangun Struktur Prosa Fiksi. Karya sastra hakikatnya merupakan kesatuan unsur-unsur pembangunnya yang saling berhubungan dan saling menentukan. Unsur-unsur sebuah kesatuan tidak memiliki makna sendiri-sendiri. Ia akan memiliki makna apabila sudah dihubungkan dengan unsur lain secara keseluruhan sebagai kesatuan struktur. Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan persepsi dan deskripsi benda-benda (Hawkes dalam Darmawan, 2000 : 38). Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis struktur bukanlah penguraian atas unsur-unsur yang membangunnya saja, tetapi lebih dari itu untuk mengetahui hubungan antarunsur pembangunnya.
  • 22. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (KBBI, 1993 : 920). Berdasarkan sifatnya, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada proses penyimpulan data. Penelitian ini memiliki ciri-ciri (1) berlatar alamiah, (2) manusia sebagai alat/instrumen, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teorinya dari dasar, (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan prosedur dari pada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus, ( 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moeloeng dalam Darmawan, 2000 : 2), sedangkan penelitian kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena tidak adanya data-data numerikal. Data yang diperoleh berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang disajikan dengan deskripsi-deskripsi verbal, sehingga dapat dikatakan bahwa metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 16 2. Data dan Sumber Data
  • 23. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 187) data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diungkap secara langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diungkap tidak secara langsung dari sumbernya. Menurut sifatnya, data dibedakan menjadi dua yaitu data faktual dan data valensi. Data faktual yaitu data yang didasarkan pada fakta yang ada pada sumber data, sedangkan data valensi adalah data yang didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh sumber data (Supriyoko : 1997 : 2). Di samping pengertian di atas, ada pula data relevan, yaitu data yang ada hubungannya langsung dengan persoalan yang sedang diteliti (KBBI, 1993 : 187). Data yang baik adalah data yang valid dan reliabel. Penelitian ini menggunakan data primer karena informasi diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data tersebut berupa kalimat dan paragraf-paragraf yang mengandung gagasan tentang tema, tokoh, alur, dan latar, dan hubungan antar unsurnya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia, penerbit Yoga Pratama Jakarta, cetakan pertama tahun 2007, ukuran buku 11,5 cm X 17,5 cm dan tebal 128 halaman. 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk memperoleh data sebagai bahan pengolahan (KBBI, 1993 : 334 - 335). Menentukan instrumen merupakan langkah penting dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian meliputi metode atau langkah yang harus dilakukan dan alat ukur yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan, analisis, dan pengolahan data yang semua dilakukan oleh peneliti. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena setiap langkah penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti menggunakan bekal teori-teori mengenai unsur intrinsik karya fiksi yang meliputi tema, tokoh, alur, dan latar serta hubungan unsur-unsur intrinsik tersebut.
  • 24. 4. Teknik Pengumpulan Data Mengumpulkan data berarti mencari dan mencatat data yang telah terkumpul kemudian identifikasikan sesuai dengan keperluan. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengamatan (observation) dan dokumentatif (documentation). Pengamatan dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk memeroleh data yang terkait dengan tema, tokoh, alur, dan latar. Peneliti dalam hal ini juga bertindak sebagai pengamat. Data juga diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen yang ada kemudian dicatat untuk mendeskripsikan data yang berikutnya. 5. Teknik Analisis Data. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993 : 32) analisis karya sastra berarti penguraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur-unsur tersebut. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif karena data-data yang diperlukan berupa kalimat dan paragraf-paragraf dalam sebuah novel. Secara garis besar, analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca novel 2. Mengumpulkan data dengan memberi tanda-tanda tertentu pada novel yang berkaitan dengan tema, tokoh, alur dan latar serta hubungan antar unsurnya. 3. Identifikasi data dengan mengklasifikasi data berdasarkan tema, tokoh, alur, dan latar. 4. Seleksi data dengan membuang data yang kurang penting dan hanya mengambil data yang penting saja. 5. Membuat hubungan antarunsur menjadi kalimat-kalimat yang padu. 6. Menyimpulkan hasil analisis menjadi sebuah temuan penelitian. BAB IV PEMBAHASAN
  • 25. 1. Sinopsis Pada bagian awal novel ini menceritakan perjalanan seorang wanita muda yang pergi ke Jakarta dengan membawa nasib yang tak berketentuan. Ia berjalan terseok-seok sambil menjinjing koper berisi pakaian. Memandang kesibukan kota Jakarta, seperti yang pernah dibacanya di surat kabar. Mobil yang berlalu lalang dan gedung-gedung pencakar langit, membuat semakin terbuang hidupnya di antara semua itu. Ketika Ia hendak menyeberang untuk melepas lelahnya di sebuah rumah makan, sebuah mobil nyaris menabraknya. Koper terpental dan beberapa orang mengerubungi wanita itu. Pengemudi mobil tersebut turun menanyakan keadaan wanita muda itu dan menawarkan jasa untuk mengantarkannya. Penawaran yang baik itu, yang sebetulnya sangat dibutuhkannya, Ia tolak mengingat pengalaman pahit yang pernah dialami sebelumnya. Lebih baik memerangi nasib sendiri daripada minta bantuan orang lain yang belum dikenalnya. Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya dan pengemudipun kembali melanjutkan kendaraannya setelah bunyi klakson mobil lain bersahut-sahutan dari belakangnya. W 20 anita muda itu bernama Kania. Gadis desa anak seorang pengusaha tembakau dan cengkeh yang telah berbadan dua itu kini menjadi pemurung, rendah diri, dan tidak pernah memperlihatkan senyuman yang manis itu. Ia hamil di luar nikah. Lelaki yang diharapkan ternyata lepas dari tanggung jawabnya. Lelaki itu bernama Gunawan. Kania sudah berkorban segalanya untuk dia. Rumah pemberian ayahnya sudah terjual, uang ayahnya banyak dipakai untuk biaya kuliah dan sogokan agar ia bekerja. Belum lagi kegadisannya sudah Kania persembahkan untuknya. Namun, balasannya sungguh menyakitkan. Ia menyadari bahwa semua itu adalah kesalahannya sendiri, tetapi penyesalan memang datangnya selalu terlambat. Kania ingin menggugurkan bayi yang ada dikandungannya karena itu akan membuat malu keluarga. Ia tak punya lagi harapan untuk meminta perlindungan kepada siapapun. Jangankan perlindungan, memberitahu kehamilannyapun sudah memalukan. Akhirnya Ia pergi ke dokter untuk menggugurkan kandungannya. Namun dokter tak berkenan untuk menggugurkannya. Akhirnya Kania harus pergi ke dukun bayi atas saran temannya, Lastri. Semula Lastri terkejut dan tak percaya ketika Kania memberitahu dan memintanya untuk mencarikan dukun pijat yang bisa menggugurkan kandungannya. Kania yang pendiam, anak seorang haji dan tak pernah meninggalkan sholat lima waktu itu, sampai berbuat zina, mengandung, dan tega hati akan menggugurkan kandungannya. Ketika di tempat dukun pijat, Ia pasrah akan nasib yang menimpanya. Sakit, hidup, atau mati sekalipun akan ia hadapi. Proses aborsi gagal, dan memaksa Kania untuk dilarikan ke rumah sakit. Karena hari masih malam, ditundanya hingga esok paginya. Kania tak punya biaya untuk perawatannya selama di rumah sakit, sehingga meminta bantuan kepada Karina, adiknya. Kabar tentang keberadaanya di rumah sakit diterimanya dari Lastri yang selama ini merawat Kania.
  • 26. Setelah enam hari di rumah sakit, Kania diperbolehkan pulang. Keberadaannya di rumah sakit benar- benar Ia sembunyikan. Cukup Lastri dan Karina sajalah yang tahu. Orang tuanya tak boleh tahu. Apalagi Gunawan, lelaki yang telah memporakporandakan kehidupannya. Setelah kesehatannya pulih, Kania berusaha mencari pekerjaan. Tak mungkin berdiam diri terus, hanyut dalam kesedihan dan kepahitan hidupnya. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Soni, seorang manajer hotel dan restoran lantaran Hernoto, sepupu Kania. Dan di restoran inilah Kania mulai bekerja. Suatu ketika, restoran tempat Kania bekerja itu disewa untuk pesta ulang tahun. Suasana ketika itu meriah sekali. Di saat kemeriahan itulah Soni, manajer restoran tersebut mulai tertarik dan mendekati Kania. Kania bersikap dingin dan tidak ingin membuat persoalan baru di tempatnya bekerja karena tahu bahwa Soni adalah pacar Winda. Ia tidak mau merusak hubungan mereka. Ia juga telah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan jatuh cinta lagi kepada lelaki manapun. Kecemburuan Winda kepada Kania semakin menjadi-jadi. Hujatan, fitnahan, dan kata-kata kasar lainnya sering dilontarkan kepadanya sehingga membuat Kania tidak kerasan lagi bekerja di restoran itu. Ditambah Soni yang selalu mengejarnya membuat Winda semakin cemburu. Saat ada perjamuan para insinyur di restoran tempat Kania bekerja, Kania kembali bertemu dengan Pandu, orang yang pernah menyerempet dirinya ketika di Jakarta dulu. Namun mereka belum saling percaya atas pertemuannya itu. Pandu mencoba mengingat-ingatnya. Ia mengingat-ingat di mana pernah bertemu gadis itu. Ya. Rasa-rasanya pernah ketemu. Di mana ya? Barangkali di salah satu kantor? Di mana ya? Ah, mungkin serupa tapi tak sama. Akhirnya Pandu memberanikan diri untuk menanyakannya. Kania ingat betul kejadian waktu itu ketika diserempet mobilnya. Lalu ia menyalami semua teman Pandu. Kania menjadi sorotan teman- teman sekerjanya. Ia merasa risih terlebih satu diantara temannya itu adalah Winda. Sampai akhir jamuan, seluruh insinyur menginggalkan ruangan. Pandu sempat melambaikan tangan kepada Kania sebelum pergi melanjutkan perjalanan ke tempat penyuluhan. Kania membalasnya dengan malu-malu. Sampailah Pandu di desa tujuannya, ia menanyakan dulu alamat yang dituju kepada pemilik warung makanan dan minuman yang ada di desa Yomani. Yang dicari Pandu adalah Haji Anwar, seorang juragan tembakau dan cengkeh. Haji Anwar dengan ramahnya menawarkan Pandu untuk tinggal di rumahnya. Bersamaan dengan itu, Karina, adik Kania, pulang dengan mengendarai motornya. Pandu menolehnya. Pandu menyangka kalau gadis itu adalah Kania yang ditemuinya di restoran tadi. Wajahnya mirip sekali.
  • 27. Setelah berbincang-bincang dengan Haji Anwar, pandu berpamitan untuk melapor dan menyampaikan maksud kedatangannya menemui pak Lurah.Ia ditemani oleh Karina. Mereka diterima oleh pak Lurah dengan hangatnya. Inti dari hasil kunjungan, prinsipnya pak Lurah sangat gembira dengan rencana Pandu. Mendukung sepenuhnya gagasannya untuk memberikan penyuluhan di desanya. Sementara itu, Kania terus berusaha agar bisa menghindar dari Soni. Untuk bisa menghindar ia harus berpura-pura sudah punya pacar. Tetapi ia bingung siapa lelaki yang mau untuk berpura-pura jadi pacarnya. Belum selesai ia memikirkan hal itu, sepupunya mengajaknya bicara. Inti dari pembicaraan itu adalah bahwa Soni ingin menikahi Kania. Kania terperanjat, sekujur tubuhnya gemetar, dan denyut jantungnya menjadi tak beraturan. Kania berusaha meminta maaf pada sepupunya dengan berbagai alasan agar hal itu tidak sampai terjadi karena Soni telah memiliki Winda. Hernoto menghela nafas berat. Dia sebenarnya kecewa, tetapi ia sadar bahwa cinta memang tidak dapat dipaksakan. Hari-hari itu Kania rasakan dengan penuh kegelisahan. Terutama bila ia sedang di tempat kerja. Sore itu saatnya pulang kerja. Ketika ia menatap lewat kaca jendela terlihat seorang lelaki muda berwajah tampan dan gagah. Ia adalah Pandu. Kania berpikir, Pandu dapat dimanfaatkan sebagai pacar bayangannya. Kania bergerak menyambut kedatangan Pandu. Kedatangan Pandu disambut dengan senyuman manis. Semua ini Kania lakukan untuk membuktikan pada Winda bahwa dirinya tidak ada apa-apa dengan Soni. Kemesraan Kania pada Pandu membuat dadanya berdebar-debar. Rangkulan pada lengannya membuat pijar-pijar hangat pada darahnya. Tidak salahkah yang apa yang dilakukan ia padanya? Baru beberapa hari ketemu sudah semesra ini? Apakah gadis ini memang terlalu gampang untuk diajak kencan? Akhirnya, Kania pulang juga diantar oleh Pandu. Sikap Kania berubah dinging, diam, dan murung. Tidak seceria tadi sewaktu di restoran. Setelah sampai di rumahnya, Kania turun tanpa mempersilakan pandu singgah. Pandu segera meluncurkan mobilnya. Pulang. Gila barangkali gadis itu, mudah-mudahan sih tidak, sangkanya. Pandu begitu bingung melihat tingkah Kania yang aneh itu. Namun tingkah aneh Kania kepada Pandu membuatnya semakin bergejolak keinginannya bertemu Kania. Seperti sebuah mimpi yang cuma bisa direnungi, namun sulit untuk menjadi kenyataan. Pasti dia mengalami sesuatu. Ya, itu pasti. Ia sedang mengalami masalah. Untuk mengurangi kebingungannya, ia mencoba mengobrol dengan Karina. Siapa tahu ada sesuatu yang bisa digali dari Karina tentang Kania. Betul, merekapun bercerita. Ayah Karina ikut serta dalam pembicaraan itu. Diceritakannya panjang lebar tentang Kania. Tentang nasehatnya yang sering tidak dipatuhi, tentang sifatnya yang hanya mengejar kesenangan saja, tentang Gunawan pacarnya yang telah membuatnya menderita, tentang keluarnya Ia sebagai guru karena pengaruh temannya, dan tentang
  • 28. pengusirannya dari rumah. Pandupun memohon kepada Haji Anwar untuk memaafkan Kania dan memohon untuk bisa menemui Kania. Begitu perhatiannya Pandu pada Kania membuat Haji Anwar dan istrinya menduga akan adanya sesuatu dari Pandu pada Kania. Dugaan mereka ditentangnya sendiri. Ah, di Jakarta banyak gadis-gadis cantik. Apalah artinya Kania. Pandu segera meluncur ke rumah Hernoto, sepupu Kania. Bersamaan dengan kedatangannya, Soni muncul masuk ke halaman dengan mobil corollanya. Jantung Kania jadi berdebar-debar. Rasa gelisah dan cemas meloncak-loncak dalam dadanya. Aku harus berubah sikap kepada Pandu. Kania mendadak tersenyum. Sikapnya yang dingin menjadi lebih supel, romantis, mesra dan lembut. Malah ia mengajaknya menonton film kepada Pandu. Namun setelah diperjalanan sikap Kania dingin kembali. Lagi-lagi Pandu dibuat bingung. Siang itu banyak tamu di hotel dan makan siangnya di restoran. Dari logat bicaranya mereka kebanyakan dari Jawa Barat. Dari sinilah awal pertemuan Kania dengan Riska. Sosok wanita muda yang tidak jauh beda nasibnya dengan Kania. Seorang penyanyi di night club beranak satu. Tinggal di Surabaya, namun saat itu sedang menengok anaknya yang tinggal bersama orang tuanya di Tegal. Riska inilah yang akan banyak memengaruhi hidup Kania. Karena Riska pulalah ia pindah kerja di sebuah restoran juga di Surabaya. Kepindahan Kania ke Surabaya, membuat Soni kalang kabut. Soni segera mencari tahu tentang keberadaannya. Karena banyak kenalan di Surabaya, Sonipun lebih cepat menemukan Kania di tempat kerjanya. Namun ajakan Soni kepada Kania untuk kembali ke Tegal membuat mereka bertengkar dan memaksa Kania untuk kabur dari tempat tersebut. Kania kabur bersama Riska ke Jakarta. Mereka tinggal di tempat kost di Jakarta Pusat. Kehidupan Kania bertambah parah. Ia mulai terpengaruh dengan kehidupan yang tidak beres. Di tempat inilah Kania bertemu Diana, seorang gadis lesbian. Ia bertemu pula dengan Faizal, seorang yang telah menjerumuskan kania ke dunia narkoba. Keadaan seperti inilah yang sebetulnya dikhawatirkan Pandu. Oleh karena itu, seselesainya tugas memberikan penyuluhan, Ia langsung ke Jakarta untuk mencari Kania. Ia tahu alamat Kania dari Karina, sesaat sebelum Pandu berpamitan pulang. Alamat yang dimaksud bagi Pandu bukan merupakan sesuatu yang sulit. Apalagi hanya wilayah Jakarta. Betullah apa yang dikhawatirkan Pandu. Kania bekerja menjadi hostes yang harus siap menerima tamu- tamu. Susah sekali untuk bisa bertemu Kania. Ia harus booking jauh-jauh hari. Setelah bertemu Kania di hotel tempat ia mangkal, segala nasehat ditumpahkan padanya. Hubungannya dengan Diana harus dihentikan. Tetapi Kania tetap pada sifatnya yang keras kepala. Ia tidak mau menerima nasehatnya yang panjang lebar itu. Akhirnya Pandu pulang dengan langkah gontai. Hatinya murung dan sedih. Tapi kemurungan itu mendadak sirna ketika menyadari Diana dan beberapa teman lelakinya menghadangnya karena cemburu.
  • 29. Perkelahian tak dapat dihindari. Pandu terkena tusuk oleh salah seorang teman Diana. Pandu terhuyung- huyung lemas digotong petugas keamanan ke dalam mobil. Sementara Diana dan kawan-kawan dibawa ke kantor polisi. Kania tak henti-hentinya mendoakan Pandu untuk keselamatannya. Air matanya menetes membasahi pipinya. Tangannya menggenggam erat jari-jemari Pandu seraya berjanji untuk mematuhi segala apa yang telah dinasehatkan Pandu kepadanya. Kania menyandarkan kepalanya di dada Pandu, pasrah. 2. Tema dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya. Novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki dua macam tema, yaitu tema mayor yang paling dominan menjiwai isi cerita yaitu tak semua lelaki buaya dan tema minor yang merupakan cabang permasalahan dari tema mayor yaitu penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap antipati perempuan kepada lelaki. Lelaki buaya yang dimaksud dalam novel ini adalah Gunawan. Ia telah menghancurkan kehidupan Kania sehancur-hancurnya. Rasa cinta yang diberikan kepada Kania hanya untuk kepentingan dan nafsu pribadi semata. Tak semua lelaki buaya digambarkan oleh tokoh Pandu yang mencintai Kania apa adanya. Masa lalu Kania yang buram tak mengurangi rasa cinta Pandu kepada Kania. Penghianatan lelaki yang dimaksud dalam novel ini adalah memperalat seorang perempuan untuk pemenuhan kebutuhan materi dan immateri/biologis. Kerugian yang diderita oleh tokoh Kania berupa rumah pemberian ayahnya, uang untuk keperluan membeli buku-buku dan biaya kuliah, uang untuk sogokan agar lelaki itu bisa diterima bekerja. Lebih dari itu kegadisan Kaniapun direnggutnya tanpa ada rasa dosa dan salah, yang membuat hidup Kania terasa pahit, kotor, dosa, dan menderita. Gagasan utama dalam novel ini diperjelas dari kutipan data berikut: 1. “Tidak, Mas. Aku mohon jangan paksa aku. Belum lama hati yang luka sembuh, sudah akan kambuh lagi. Dan hatiku sudah beku untuk menerima kehadiran pria manapun. Biarkanlah aku mencari hidupku sendiri, karena rasa kepercayaanku terhadap semua pria sudah hilang. Sulit bagiku untuk mencintai pria lagi,” kata Kania bagai ratap yang minta pengertian (halaman 54) Kutipan tersebut adalah pernyataan Kania kepada sepupunya yang memberitahukan bahwa Soni ingin menikahinya. Kania tolak mentah-mentah karena ia sudah banyak menderita karena lelaki. Rumah pemberian ayahnya dijual, uang digunakan untuk keperluan lelaki idamannya, kegadisannya direnggut, mengandung dan menggugurkan bayinya, namanya menjadi cemar dan dianggap sebagai pelacur, masuk ke kamar tahanan dan
  • 30. keluar dari pekerjaan sebagai guru adalah akibat dari lelaki yang menghianatinya. Akibat kekecewaannya pula pada lelaki, ia berhubungan dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba. Kekecewaan Kania bukan saja kepada lelaki yang pernah menodai dan memperalatnya, namun juga kepada semua lelaki. Semua lelaki dianggapnya sama, penghianat. Bahkan permintaan Pandu, seorang yang dengan tulus ikhlas mencintai dan menyayangi Kania dengan segala noda, dosa, dan kekurangan yang melekat padanya untuk membalas cintanya, Kaniapun menolaknya seperti pada kutipan data berikut. 2. ”Kamu tidak mau membalas cintaku, Nia?” “Lupakan Nia, Mas. Nia tak pantas untuk Mas miliki. Dan maafkanlah aku bila membuat kecewa mas Pandu. Karena dalam diri Nia telah berlumur noda dan dosa.” ”Aku tidak mempersoalkan apa pun yang terlah terjadi pada dirimu. Aku hanya mengharapkan balasan cintamu. Ingin menyingkapkan tirai di hatimu yang selama ini menghalangi kehadiranku.” ”Jangan, Mas. Aku tak pantas untuk mendampingi hidupmu. Lupakan saja aku,” pinta Kania sambil terisak-isak (halaman 123). Demikianlah, rasa kecewa yang mendalam terhadap seseorang yang telah menghianatinya, menumbuhkan rasa benci yang mendalam kepada lelaki. 3. Alur dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya. Rangkaian peristiwa dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia ini menggunakan urutan maju atau progresif. Cerita dimulai dari awal, masuk ke permasalahan, permasalah memuncak, dan berakhir dengan penyelesaian. Peristiwa awal dari novel ini yaitu Kania yang mencari Gunawan di ibukota, lelaki yang sudah membuat dirinya berbadan dua. Ternyata Gunawan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu, malah ia sudah beristri dan tinggal di Jakarta. Nasibnya semakin tak berketentuan. Kehamilannya semakin bertambah usia, sehingga memaksa dirinya untuk segera menggugurkannya. Hal itu dilakukan supaya tidak membuat malu keluarga seperti dalam kutipan data berikut. 3. ”Aku harus menggugurkan bayi ini. Aku tidak ingin membuat malu nama baik keluargaku. Itulah tekad Kania, karena sudah tak punya harapan lagi untuk minta perlindungan siapapun. Jangankan minta perlindungan, memberi tahu keadaannya yang hamil saja sudah memalukan.” (halaman 9). 4. ”Demi nama baik keluargaku. Demi kelangsungan hidupku agar tidak semakin dibenci orang tuaku. Aku tidak tahu apa yang akan tejadi, Cuma kengerian yang ada
  • 31. dalam benakku. Pasti aku akan diusir dari rumah dan tidak diakui lagi sebagai anaknya.” (halaman 16) Peristiwa selanjutnya adalah pertemuan Kania dengan Soni, manager tempat ia bekerja yang membuat hidupnya kembali tersiksa. Tersiksa bukan karena perlakuannya, namun dari Winda pacar Soni dan teman- teman sekerjanya. Dituduh merebut dan merusak hubungan Soni dan Winda. Winda cemburu dan membuat Kania tidak kerasan bekerja di restoran itu. Kania berhenti bekerja dan pindah ke Surabaya atas ajakan Riska. Puncak masalah terjadi ketika perseteruan antara Soni dan Kania di Surabaya. Kania tetap dikejar-kejar oleh Soni agar pulang ke Tegal, sehingga memaksa ia untuk kabur ke Jakarta. Bukan nasib baik yang dialami Kania, Ia malah bergaul dengan seorang lesbian dan terjun ke dunia narkoba. Penyelesaian masalah dalam novel ini disampaikan oleh pengarang melalui nasehat Pandu pada Kania di akhir cerita. Walaupun didahului dengan perkelahian dan pertumpahan darah namun pada akhirnya Kania bersedia menuruti apa yang dinasehatkan oleh Pandu. Adapun nasehat Pandu yang terlihat sebagai penyelesaian masalah seperti kutipan data berikut. 5. ”Manusia manapun tidak bisa akan bisa memperbaiki diri tanpa masa lampau. Dan belum cukupkah masa lampau yang kamu lalui dengan getir itu? (halaman 120) 6. ”Aku tidak punya maksud begitu. Kamu jangan salah mengerti, Nia. Semua ini kulakukan demi kebaikanmu. Dan aku tidak rela dirimu jatuh ke dalam pelukan laki- laki lain. Ke dalam pelukan Diana.” ”Kau mau menguasai hidupku?” ”Sama sekali tidak. Cuma di sini aku punya hak untuk bisa bicara denganmu. Sebab selama ini aku merasa sukar menemuimu di luar tempat ini. Tidakkah terketuk dinding hatimu untuk menerima kehadiranku dalam hidupmu, Nia? (halaman 122). Dilihat dari cara mengakhiri cerita, novel Tak Semua Lelaki Buaya memiliki alur terbuka. Cerita itu masih bisa dilanjutkan, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pembaca sebagai penikmat karya sastra. Alternatif yang bisa digunakan antara lain. 1. Kania menikah dengan Pandu. Hidup penuh dengan konflik karena Kania tidak bisa mengubah sifatnya yang dingin dan Pandu hidup sakit-sakitan. 2. Kania menikah dengan Pandu. Hidup bahagia namun tidak segera mendapatkan keturunan karena proses aborsi yang gagal. Konflik muncul dan Pandu mulai beralih ke lain hati.
  • 32. 3. Kania menikah dengan Pandu dan mendapatkan keturunan, namun bayi yang dilahirkan cacat karena pengaruh narkoba ibunya. Hidup penuh konflik dan saling menyalahkan dengan latar belakang masing- masing. 4. Kania menikah dengan Pandu, bertobat, berusaha melupakan masa lalunya dan dengan sepenuh hati melayani suaminya. Namun Pandu mencintai wanita lain. Hidup penuh konflik dan Kania kembali terjun ke dunia narkoba. Dilihat dari kualitasnya, alur dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya termasuk alur rapat. Setiap rangkaian peristiwa merupakan sambung sinambung ceritanya. Jika ada bagian dalam cerita yang dihilangkan akan mengganggu keutuhan cerita secara keseluruhan. 4. Tokoh / Penokohan dalam Novel Tak Semua Lelaki Buaya. 1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania, Karina, Haji Anwar, Mariah, Pak Lurah, Lastri, Sarti, Winda, Hernoto, Soni, Gunawan, Pandu, Suyadi, Johny, Riska, Diana, Elina, dan Faizal. 1. Tokoh Utama Tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia adalah Kania. Ia memenuhi syarat-syarat sebagai tokoh utama baik sebagai pelaku kejadian maupun penderita kejadian. Kania memenuhi syarat sebagai tokoh utama karena hal-hal sebagai berikut. 1. Tokoh yang Paling Banyak Terlibat dengan Tema. Tema yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah tak semua lelaki buaya. Tema itu dikembangkan menjadi penghianatan cinta oleh seorang lelaki yang menimbulkan sikap antipati perempuan kepada lelaki. Rasa antipati dilakukan oleh tokoh Kania hampir kepada setiap lelaki. Ia menganggap semua lelaki adalah penghianat yang membuat hidup menderita. Tokoh Kania pula yang sering merasakan penderitaan akibat penghianatan lelaki. Penderitaan lahir maupun batin ia rasakan selama berhubungan dengan lelaki sehingga membuat antipatinya kepada lelaki. Tokoh kedua yang paling banyak terlibat dengan tema adalah Pandu. Tokoh Pandu merupakan tokoh lelaki yang tidak termasuk kategori buaya dalam novel ini.
  • 33. Penderitaan Kania dapat dilihat dari kutipan data berikut. 7. ”Dia tidak mengakui. Di depan istrinya dia berlagak alim dan dermawan. Tak kusangka Gunawan semunafik itu. Bahkan mereka menuduhku ingin memfitnah dan menghancurkan rumah tangga mereka. Apakah ini tidak terlalu menyakitkan? Mereka malah tega mengusirku,” tutur Kania ( halaman 17). Data di atas terjadi ketika Kania menemui Gunawan di Jakarta. Gunawan tega mengusir Kania dan memfitnah telah menghancurkan rumah tangganya. 8. ”Betapapun sakitnya, aku pasrah, Lastri. Dan bila sampai terjadi apa-apa, secepatlah bawa aku ke rumah sakit. Tapi jangan ceritakan kepada siapapun kalau keadaanku hamil,” pinta Kania sembari menahan isaknya (halaman 19). Penderitaan Kania juga tergambar dari keadaan Kania yang membiru setelah melakukan aborsi seperti pada kutipan data berikut. 9. ”Mbah, bagaimana kalau sebaiknya dia kubawa saja ke dokter. Lihat, semua badannya sudah mulai membiru. Lihat, Mbah,” kata Lastri gemetar. “Tapi dia bisa mati nanti, Mbah. Biar sekarang juga akan saya bawa dia ke rumah sakit.” (halaman 21). Penderitaan Kania lengkap dalam kehidupan Kania seperti pada kutipan data berikut. 10. Masa lalunya yang meninggalkan kegetiran. Penderitaan, noda serta dosa yang melekat dalam tubuhnya. Semua itu bagaikan seonggok empedu yang setiap saat diingat dan menimbulkan rasa teramat pahit dalam hidupnya. Semua pria yang pernah singgah di hatinya Cuma melibatkan nasibnya jadi sengsara (halaman 95 – 96) 2. Tokoh yang Paling Banyak Berhubungan dengan Tokoh Lain. Tokoh Kania paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Hal ini dapat dilihat melalui keseluruhan bagian dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia yang menunjukkan hubungan tokoh Kania dengan tokoh lain. Hubungan tokoh Kania dengan tokoh dokter dapat terlihat dari kutipan data berikut. 11. ”Sakit apa, Dik?” tanya dokter itu ”Saya ...” ucapan Kania. Kerongkongannya bagai tersekat. ”Kenapa?” Kania menundukkan muka. Malu bersitatap dengan dokter itu.
  • 34. ”Saya hamil,” suaranya lirih. ”Jadi mau periksa kehamilan? Sudah berapa bulan terlambat menstruasinya?” ”Empat bulan.” (halaman 10 ). Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Lastri dapat dilihat pada kutipan data berikut. 12. ” Haii....Nia. Apa kabar?” sapa Lastri girang sekali. Kania memaksakan diri untuk tersenyum. Dia mengamati gadis itu dengan sorot mata sendu. Lalu menarik lengannya dan mengajak duduk di badukan teras rumah setinggi setengah meter. Tembok yang memang sengaja dibuat mengelilingi teras untuk duduk santai. ”Aku mau minta tolong,” kata Kania dengan binar-binar mata basah. ”Soal apa?” Kania mengedarkan pandangan sesaat ke dalam rumah Lastri. Tak ada orang yang tampak satupun. ”Kemana orang tuamu?” ”Sedang pergi ke Tegal. Ke rumah paman. Kenapa sih?” (halaman 14) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Sarti dapat dilihat dari kutipan data berikut. 13. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti. ”Empat bulan, Mbah.” Sarti manggut-manggut. ”Suamimu mana?” (halaman 18 – 19) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Karina dapat dilihat dari kutipan data berikut. 14. ”Karina, apakah kamu punya uang tabungan?” ”Punya. Kakak memerlukannya?” ”Ya. Untuk biaya pengobatanku selama dirawat di rumah sakit ini. Aku sudah malu karena seringkali meminta uang kepada orang tua (halaman 28). Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Hernoto dapat dilihat dari kutipan data berikut. 15. ”Kamu mau kerja sebagai pelayan restoran?” tanya Hernoto. ”Apa saja, Mas. Yang penting halal. Apa Mas bisa membantu saya?” (halaman 31) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Soni dapat dilihat pada kutipan data berikut.
  • 35. 16. ”Selamat siang, Pak.” ”Silakan duduk. Adiknya mas Noto, ya?” Kania mengangguk takzim, lantas duduk di kursi menghadap manajer itu. ”Sebelum menjadi karyawati di sini harus mengikuti training. Apakah anda bersedia mengikutinya?” tanya Soni sambil mengelus-elus kumisnya (halaman 32) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Nina dapat dilihat dari kutipan data berikut. 17. ”Karena kamu telah merebut Pak Soni dari tangan Winda,” kata Nina. Kania terperangah. Dia sampai terbatuk ketika menelan nasi. Buru-buru dia meneguk air putih. “Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa- biasa saja,” balas Kania (halaman 35 – 36) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Winda dapat dilihat dari kutipan data berikut. 18. ”Winda, aku tahu siapa yang kamu maksudkan,” sahut Kania lunak. Sebenarnya dia sudah kepingin menjerit di situ. Terlampau menyakitkan ucapan Winda. ”O, jadi kamu sudah merasa, ya? Teruskan saja hubunganmu itu,” kata Winda sinis (halaman 36) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Pandu dapat dilihat dari kutipan data berikut. 19. ”Memang sayalah orangnya, Pak.” Kania tersenyum ramah. ”Jadi kalau begitu saya tidak salah alamat?” suara Pandu girang (halaman 43) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Riska dapat dilihat dari kutipan data berikut. 20. ”Mau pesan apa, Mba?” ”Coca cola saja. Selain itu aku ingin berkawan denganmu.” Kania termangu. Perempuan itu langsung mengulurkan telapak tangnnya. Kania menyalami. “Riska.” “Kania.” “Setelah mengambilkan minuman kita ngobrol sebentar ya?” (halaman 80) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Elina dapat dilihat dari kutipan data berikut.
  • 36. 21. Perempuan muda itu mengajak berjabatan tangan. “Elina.” “Kania.” (halaman 98) Hubungan tokoh Kania dengan tokoh Diana dapat dilihat dari kutipan data berikut. 22. “Sudah siap, Nia?” tanya Diana. Kania menggeleng lalu bangkit mengusap air matanya (halaman 114) 3. Tokoh yang Paling Banyak Memerlukan Waktu Penceritaan. Novel Tak Semua Lelaki Buaya karya Maria Amelia terdiri dari 17 bagian, satu bagian pembuka, dan satu bagian penutup. Bagian pembuka terdiri dari 4 halaman dan bagian penutup terdiri dari 2 halaman. Bagian pembuka menceritakan awal pertemuan Kania dengan Pandu sedangkan bagian penutup berisi kesediaan Kania untuk hidup bersama Pandu. Tokoh Kania pada kedua bagian tersebut diceritakan sangat dominan karena memerlukan waktu penceritaan yang paling lama dan ada pada setiap halamannya. Dari 17 bagian yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, hanya ada 2 bagian saja yang tidak menceritakan tokoh Kania, yaitu bagian 6 dan 8 atau halaman 44 – 51 dan halaman 60 – 67. Tokoh kedua yang memerlukan waktu penceritaan adalah Pandu. Waktu penceritaan Pandu ada di bagian pembuka, bagian tengah ketika menjalankan tugas di desa, dan dibagian akhir ketika memberikan nasehat kepada Kania hingga akhir cerita. Dari 17 bagian, ditambah bagian pembuka dan penutup yang terdapat dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya, bagian yang menceritakan tentang tokoh Pandu sebanyak 12 bagian, yaitu bagian pembuka, bagian 5 – 10, bagian 14 – 17 dan bagian penutup. Dari uraian di atas, maka tokoh utama dalam novel Tak Semua Lelaki Buaya adalah Kania. 2. Tokoh Tambahan 1. Pandu Pandu adalah tokoh yang sangat peduli dengan kehidupan tokoh utama. Ia pula yang telah mengentaskannya dari kehidupan yang tidak baik. Kepedulian Pandu pada tokoh utama terlihat dari
  • 37. peryataan ayah Kania pada saat berbincang-bincang dengan Pandu. Penyataan ayah Kania seperti pada kutipan data berikut. 23. “Temuilah dia. Kalau Nak Pandu dapat mengarahkan ke jalan yang baik, bapak sebelumnya mengucapkan banyak terima kasih.” (halaman 66) 24. “Kamu harus sembuh, Mas. Nia bersedia hidup bersamamu. Dan bawalah Nia pulang ke desa.” “Sungguhkah apa yang kamu ucapkan, Nia?” “Sungguh, Mas. Mulai saat ini Nia tak mau lagi dipisahkan dari Mas Pandu. Bawalah Nia ke mana Mas Pandu pergi.” (halaman 127) Pengarang tidak menceritakan apakah kepedulian Pandu pada tokoh utama didasarkan pada iktikad baiknya untuk memperbaiki kehidupan tokoh utama, atau ada udang dibalik batu dari semua kepeduliannya itu. Sama seperti lelaki lain yang pernah singgah di hati tokoh utama, yang membuat hidupnya selalu menderita. 2. Soni Soni adalah tokoh yang ikut mewarnai kehidupan tokoh utama. Walaupun perilaku Soni tidak secara langsung berdampak pada kehidupan tokoh utama, tetapi lebih karena pengaruh orang- orang terdekat Soni. Pengaruh Soni yang lebih menonjol mempengaruhi kehidupan Kania adalah buayanya. Sebenarnya Soni telah memiliki Winda, namun ia harus mencintai Kania. Hal ini yang tidak disukai oleh Kania, seperti dalam kutipan data berikut. 25. Aku tidak akan membuat persoalan baru di sini, kata Kania dalam hati. Sebab dia tahu kalau Soni pacarnya Winda (halaman 34) 3. Winda Winda adalah pacar Soni yang selalu cemburu dengan keberadaan Kania. Sebenarnya, bukan perilaku Kania yang membuat kecemburuan Winda, namun lebih pada perilaku Soni yang selalu mendekati Kania. Kecemburuan Winda terlihat pada kutipan data berikut. 26. ”Aku tidak pernah merasa merebut pak Soni dari Winda, Nina. Selama ini aku biasa- biasa saja,” balas Kania (halaman 36)
  • 38. 4. Karina Karina adalah adik Kania. Ialah yang sangat peduli dengan keadaan Kania. Penderitaan yang dialami Kania, sebagian dirasakan juga oleh Karina. Wajahnya mirip sekali, namun kedewasaannya belum seperti Kania. Masih kekanak-kanakan dan lebih pemalu. Ini dapat dilihat pada kutipan data berikut. 27. Karina mengangguk. Pandu memperhatikan wajah Karina yang tertunduk malu- malu. Matanya, hidungnya, bibirnya persis seperti yang dimiliki Kania. Cuma bedanya sikap Karina masih kekanak-kanakan. Belum sematang Kania. Dan kalau diperhatikan kecantikan Kania lebih menonjol (halaman 63) 5. Lastri Lastri adalah teman Kania yang sangat setia menemani Kania ketika berusaha ingin menggugurkan kandungannya. Ia yang mengantarkan Kania ke dukun pijat, ke rumah sakit, dan memberitahukan kepada Karina tentang keberadaan kakaknya. 6. Haji Anwar dan Mariah Haji Anwar dan Mariah adalah orang tua Kania. Mereka adalah juragan tembakau dan cengkeh yang baik hati dan terpandang di desanya. Namun mereka terpaksa mengusir anaknya karena susah diatur. Ini terlihat dari kutipan data berikut. 1. Apakah ini tidak mencoreng nama baikku? Kehormatanku? Maka dia tak akan kuizinkan lagi menginjak lantai rumah ini! Aku tidak mau menganggap dia sebagai anakku lagi! Sungguh memalukan! (halaman 65) 7. Sarti Sarti adalah seorang perempuan tua yang rambutnya sudah memutih dan berbadan kurus. Ia sebagai dukun pijat bayi yang sering menggugurkan kandungan. Ini terlihat dari kutipan data berikut. 29. ”Sudah berapa bulan umur kandunganmu?” tanya Sarti. ”Empat bulan, Mbah.” Sarti manggut-manggut. ”Suaminya mana?” Kania menggeleng.