SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI PADA
ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta
memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi
menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab
langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause)
dan penyebab dasar (basic cause).
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat
yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi
dianggap kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya.
Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit
perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan
yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi,
mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan
kurang nutrisi, terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP)
merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor.
Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas
maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein.
B. Etiologi
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup,
informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene jelek.
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari keluarga
sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan metabolik atau malformasi
congenital. Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan
malnutrisi.
Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan
kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein
tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein
terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal
pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal
mensintesis protein seperti pada penyakit hati kronik.
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan
masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik
yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral
dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk
malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama
berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak
tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak
masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari
ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan,
ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara
tetap bergizi baik.
C. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan
untuk melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
D.Patofisiologi
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar
proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang,
sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat
menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit,
dan lain-lain. Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dengan sosial-ekonomi yang rendah karena tidak mampu membeli bahan
makanan yang mengandung protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu,
dsb.). Sebenarnya protein nabati yang terdapat pada kedelai, kacang-kacangan
juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan,
tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi
protein ini. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur
tertentu, yaitu bayi pada masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena
pada umur ini relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-
baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini,
namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada kwashiorkor
yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam
serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar
sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke depot
lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
E.Klasifikasi
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan
kwashiorkor.
a. Marasmus
adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai
berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan
yang kurang.
9. Urbanisasi.
b. Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar.
Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :
Klasifikasi IMT (kg/ m2)
Malnutrisi berat < 16,0
Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan kurang ≥ 23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30
F.Tanda dan Gejala
Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai
defisiensi nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul
bergantung pada jenis nutrient yang kurang di dalam dietnya, seperti :
1. Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia).
Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila
mata terkena cahaya). Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta).
2. Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai
koenzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan
penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung.
3. Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin
berfungsi sebagai koenzim pernapasan.
Kekurangan vitamin B2 menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak pada
sudut mulut), glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12 dianggap
sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.
6. Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik
megaloblastik, granulositopenia, dan trombositopenia.
7. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan
untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan
bagian dalam pembentukan zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan
mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan pula pada proses
pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin C mempunyai
peranan penting dalam respirasi jaringan.
8. Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan
segala akibatnya missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius
adalah kekurangan yodium karena dapat menyebabkan gondok (goiter) yang
merugikan tumbuh kembang anak.
G. Gambaran Klinis
Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut:
1.Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan
dengan anak normal.
2. Perubahan mental (cengeng dan apatis).
3. Edema ringan maupun berat.
4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga berbagai
makanan ditolak. Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde.
Terkadang makanan yang sudah masuk dimuntahkan kembali. Diare hampir
selalu ada. Hal tersebut mungkin karena adanya gangguan fungsi hati,
pancreas, dan usus. Sering terjadi intoleransi susu sehingga pemberian susu
menyebabkan diare bertambah.
5. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna.
Khas pada pasien kwashiorkor, rambut kepala mudah dicabut, tampak kusam,
kering, halus, jarang, dan berubah warnanya menjadi putih. Tetapi pada bulu
mata lebih panjang dari anak normal.
6. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
dalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan bersisik. Yang khas
untuk penyakit kwashiorkor yaitu crazy pavement dermatosis berupa bercak-
bercak putih merah muda dengan tepi hitam yang ditemukan pada bagian
tubuh yang sering tertekan, misalnya di bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki,
dan lipat paha.
7. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba
kenyal, permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar
terdapat perlemakan hebat begitupun hati yang tidak membesar.
8. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat. Jenis
anemia pada pasien kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom,
jumlah sel sistim eritropoietik berkurang dalam sumsum tulang. Hypoplasia
atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan oleh defisiensi protein dan infeksi
yang menahun, defisiensi zat besi, kerusakan hati, insufisiensi hormon, dan
sebagainya.
9. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal
atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan albumin/globulin terbalik
kurang dari 1. Kadar kolestrerol serum rendah.
10. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian
hebat, hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar, sering
ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.
11. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua
organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, dan sebagainya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan
yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan
tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir.Harga glukosa darah rendah,
tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe diabetic.
Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun.
Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam
amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium
dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini
kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase,
esterase, kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun.
Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka ini
kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositil,
mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral
biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon
pertumbuhan mungkin bertambah.
Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang
menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan
keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali
yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau
melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan anak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak
berkaitan dengan malnutrisi (khas), sebagai berikut.
Anamnesa :
1. Identitas.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan yang lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik :
a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Muka sembab.
2) Letargi.
3) Edema.
4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
5) Alopesia (botak).
6) Anoreksia (kurang nafsu makan).
7) Anemia (anemis).
8) Apatis.
9) Gagal tumbuh.
10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan
mengalami keterlambatan.
11) Jaringan otot mengecil (atrofi).
12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.
13) Kulit bersisik.
b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Kurus (perubahan berat badan).
2) Tampak seperti orang tua (old face).
3) Letargi.
4) Ubun-ubun cekung pada bayi.
5) Malaise.
6) Asites.
7) Apatis dan kelaparan.
8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.
9) Turgor kulit rusak.
10) Kulit berkeriput.
11) Jaringan subkutan hilang.
Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :
a) Hb dan eritrosit menurun.
b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.
c) Kadar albumin rendah.
d) Kadar glukosa darah rendah.
e) Kadar kolesterol serum rendah.
2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil :
a) Berat jenis urin.
b) pH urin.
c) Ketonuria.
d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin turun.
3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.
B. Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi
energi protein (kwashiorkor dan marasmus) antara lain :
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).
2. Kurang volume cairan.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Risiko infeksi.
5. Kurang pengetahuan.
C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)
Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi
energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan
menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan,
kurangnya enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga
adanya atrofi vili usus sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan
rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang
nutrisi (kurang dari kebutuhan) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali
normal..
2. Kurang Volume Cairan
Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan
karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya
flora usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan
yang dapat dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui
peningkatan hidrasi. Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan
dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane
mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.
3. Gangguan Integritas Kulit
Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami
kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi
kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut,
integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit
yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.
4. Risiko Infeksi
Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein
karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler,
mengingat kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti
bronkopneumonia, dan tuberculosis.
5. Kurang Pengetahuan
Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini
banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan
sosial ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya
informasi tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi
yang seimbang. Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan pengetahuan keluarga.
D. Implementasi/Tindakan Keperawatan
a. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :
1) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/
hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/
hari pada marasmus.
2) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein
(160-175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta
berikan mineral dan vitamin.
3) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml
susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari
kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
4) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai
dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.
5) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital.
b. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :
1) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.
2) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan
keluaran, dengan cara mengukur berat jenis urin.
3) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.
4) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu
proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin,
dan mineral.
5) Lihat pengelolaan diare.
1.Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :
1) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan
dua kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti
pakaian. Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).
2) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan
pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan
alat matras yang lembut.
3) Berikan suplemen vitamin.
4) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat
mengiritasi kulit.
5) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.
d. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :
1) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti
dalam mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan
menghindarkan anak dari penyakit infeksi.
2) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan
jadwal imunisasi.
3) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi,
leukosit, atau tanda infeksi lainnya.
e. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :
1) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan
contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan
pengganti protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau
makanan yang dibuat dari kacang-kacangan.
2) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status
gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi
dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan
proses metabolisme dalam tubuh kembali normal.
2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-
ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat
jenis urin kembali normal.
3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak
kering, dan elastisitasnya normal.
4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan
peningkatan daya tahan tubuh.
5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara
pencegahan, dan cara mengatasinya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Bayi dan Anak-anak mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka
beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak
malnutrisi. Salah satu indicator yang sangat penting pada status nutrisi adalah
berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bayi
dan anak-anak terutama di Rumah Sakit.
Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting
dalam kehidupan sebagian bayi dan anak-anak saat bersantap menjadi bagian
penting yang dialami bayi dan anak-anak setiap harinya.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Askep Malnutrisii.pptx

Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
Septian Muna Barakati
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Operator Warnet Vast Raha
 
KEP
KEPKEP
Askep anak-malnutrisi-1
Askep anak-malnutrisi-1 Askep anak-malnutrisi-1
Askep anak-malnutrisi-1
lambas123
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
150995358 case
150995358 case150995358 case
150995358 case
homeworkping4
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Septian Muna Barakati
 
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxTugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
NormanDelVano1
 
5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt
intanmega2
 
Epid kesling
Epid keslingEpid kesling
Epid kesling
Diana Eka Sari
 
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRINKELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
Nindi Yulianti
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude News
UDE-NEWS
 
Bab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatanBab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatan
Budi Hermono
 

Similar to Askep Malnutrisii.pptx (20)

Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Klb
KlbKlb
Klb
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
KEP
KEPKEP
KEP
 
Askep anak-malnutrisi-1
Askep anak-malnutrisi-1 Askep anak-malnutrisi-1
Askep anak-malnutrisi-1
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
 
Askep anak-malnutrisi
Askep anak-malnutrisiAskep anak-malnutrisi
Askep anak-malnutrisi
 
150995358 case
150995358 case150995358 case
150995358 case
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxTugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt5-Masalah Gizi.ppt
5-Masalah Gizi.ppt
 
Epid kesling
Epid keslingEpid kesling
Epid kesling
 
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
 
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRINKELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude News
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Bab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatanBab 11 pend. kesehatan
Bab 11 pend. kesehatan
 

Recently uploaded

Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 

Recently uploaded (20)

Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 

Askep Malnutrisii.pptx

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI PADA ANAK BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause). Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
  • 2. Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang nutrisi, terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. B. Etiologi Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene jelek.
  • 3. Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari keluarga sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan metabolik atau malformasi congenital. Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi. Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada penyakit hati kronik. Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.
  • 4. C. Manifestasi klinis Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut: 1. Kelelahan dan kekurangan energi 2. Pusing 3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi) 4. Kulit yang kering dan bersisik 5. Gusi bengkak dan berdarah 6. Gigi yang membusuk 7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat 8. Berat badan kurang 9. Pertumbuhan yang lambat 10. Kelemahan pada otot 11. Perut kembung 12. Tulang yang mudah patah 13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
  • 5. D.Patofisiologi Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit, dan lain-lain. Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang rendah karena tidak mampu membeli bahan makanan yang mengandung protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu, dsb.). Sebenarnya protein nabati yang terdapat pada kedelai, kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi protein ini. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur tertentu, yaitu bayi pada masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena pada umur ini relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik- baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini, namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
  • 6. Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam hepar. E.Klasifikasi Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor. a. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut : 1. Intake kalori yang sedikit. 2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral. 3. Kelainan struktur bawaan.
  • 7. 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates 5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan 6. Gangguan metabolism. 7. Tumor hipotalamus. 8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang. 9. Urbanisasi. b. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah : 1. Intake protein yang buruk. 2. Infeksi suatu penyakit. 3. Masalah penyapihan.
  • 8. Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO : Klasifikasi IMT (kg/ m2) Malnutrisi berat < 16,0 Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7 Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5 Berat badan normal 18,5 – 22,9 Berat badan kurang ≥ 23 Dengan resiko 23 – 24,9 Obes I 25 – 29,9 Obes II ≥ 30
  • 9. F.Tanda dan Gejala Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai defisiensi nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul bergantung pada jenis nutrient yang kurang di dalam dietnya, seperti : 1. Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia). Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta). 2. Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung. 3. Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin berfungsi sebagai koenzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut), glositis, kelainan kulit dan mata. 4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf. 5. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12 dianggap sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.
  • 10. 6. Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik megaloblastik, granulositopenia, dan trombositopenia. 7. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan pula pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting dalam respirasi jaringan. 8. Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan segala akibatnya missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius adalah kekurangan yodium karena dapat menyebabkan gondok (goiter) yang merugikan tumbuh kembang anak. G. Gambaran Klinis Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut: 1.Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak normal. 2. Perubahan mental (cengeng dan apatis). 3. Edema ringan maupun berat.
  • 11. 4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga berbagai makanan ditolak. Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde. Terkadang makanan yang sudah masuk dimuntahkan kembali. Diare hampir selalu ada. Hal tersebut mungkin karena adanya gangguan fungsi hati, pancreas, dan usus. Sering terjadi intoleransi susu sehingga pemberian susu menyebabkan diare bertambah. 5. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna. Khas pada pasien kwashiorkor, rambut kepala mudah dicabut, tampak kusam, kering, halus, jarang, dan berubah warnanya menjadi putih. Tetapi pada bulu mata lebih panjang dari anak normal. 6. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih dalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan bersisik. Yang khas untuk penyakit kwashiorkor yaitu crazy pavement dermatosis berupa bercak- bercak putih merah muda dengan tepi hitam yang ditemukan pada bagian tubuh yang sering tertekan, misalnya di bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, dan lipat paha. 7. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba kenyal, permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar terdapat perlemakan hebat begitupun hati yang tidak membesar.
  • 12. 8. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat. Jenis anemia pada pasien kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom, jumlah sel sistim eritropoietik berkurang dalam sumsum tulang. Hypoplasia atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan oleh defisiensi protein dan infeksi yang menahun, defisiensi zat besi, kerusakan hati, insufisiensi hormon, dan sebagainya. 9. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan albumin/globulin terbalik kurang dari 1. Kadar kolestrerol serum rendah. 10. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebat, hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar, sering ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. 11. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, dan sebagainya. H. Pemeriksaan Diagnostik Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir.Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe diabetic.
  • 13. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon pertumbuhan mungkin bertambah. Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein. Penatalaksanaan Keperawatan Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan anak.
  • 14. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan malnutrisi (khas), sebagai berikut. Anamnesa : 1. Identitas. 2. Keluhan utama. 3. Riwayat kesehatan sekarang. 4. Riwayat kesehatan yang lalu. 5. Riwayat kesehatan keluarga. Pemeriksaan fisik : a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu : 1) Muka sembab. 2) Letargi. 3) Edema. 4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
  • 15. 5) Alopesia (botak). 6) Anoreksia (kurang nafsu makan). 7) Anemia (anemis). 8) Apatis. 9) Gagal tumbuh. 10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan mengalami keterlambatan. 11) Jaringan otot mengecil (atrofi). 12) Jaringan subkutan tipis dan lembut. 13) Kulit bersisik. b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu : 1) Kurus (perubahan berat badan). 2) Tampak seperti orang tua (old face). 3) Letargi. 4) Ubun-ubun cekung pada bayi. 5) Malaise. 6) Asites. 7) Apatis dan kelaparan. 8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.
  • 16. 9) Turgor kulit rusak. 10) Kulit berkeriput. 11) Jaringan subkutan hilang. Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil : a) Hb dan eritrosit menurun. b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat. c) Kadar albumin rendah. d) Kadar glukosa darah rendah. e) Kadar kolesterol serum rendah. 2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil : a) Berat jenis urin. b) pH urin. c) Ketonuria. d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin turun. 3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.
  • 17. B. Diagnosis/Masalah Keperawatan Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein (kwashiorkor dan marasmus) antara lain : 1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan). 2. Kurang volume cairan. 3. Gangguan integritas kulit. 4. Risiko infeksi. 5. Kurang pengetahuan. C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan 1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan) Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga adanya atrofi vili usus sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali normal..
  • 18. 2. Kurang Volume Cairan Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi. Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal. 3. Gangguan Integritas Kulit Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut, integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal. 4. Risiko Infeksi Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler, mengingat kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti bronkopneumonia, dan tuberculosis.
  • 19. 5. Kurang Pengetahuan Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan sosial ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya informasi tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang. Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan keluarga. D. Implementasi/Tindakan Keperawatan a. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan : 1) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/ hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/ hari pada marasmus. 2) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160-175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan mineral dan vitamin. 3) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
  • 20. 4) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari. 5) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan tanda vital. b. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan : 1) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi. 2) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran, dengan cara mengukur berat jenis urin. 3) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi. 4) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin, dan mineral. 5) Lihat pengelolaan diare. 1.Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan : 1) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti pakaian. Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).
  • 21. 2) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan alat matras yang lembut. 3) Berikan suplemen vitamin. 4) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit. 5) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam. d. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan : 1) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti dalam mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan menghindarkan anak dari penyakit infeksi. 2) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi. 3) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit, atau tanda infeksi lainnya. e. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan : 1) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau makanan yang dibuat dari kacang-kacangan.
  • 22. 2) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi. E. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut. 1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan proses metabolisme dalam tubuh kembali normal. 2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun- ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal. 3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal. 4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan peningkatan daya tahan tubuh. 5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara pencegahan, dan cara mengatasinya.
  • 23. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Bayi dan Anak-anak mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indicator yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bayi dan anak-anak terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan sebagian bayi dan anak-anak saat bersantap menjadi bagian penting yang dialami bayi dan anak-anak setiap harinya.