Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai gizi buruk. Gizi buruk dapat terjadi akibat kekurangan protein, karbohidrat atau kalori, dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan pada anak. Faktor penyebab gizi buruk antara lain asupan makanan yang kurang, sering terkena infeksi, dan faktor sosial ekonomi keluarga.
1. Gizi buruk merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendapatan, pengetahuan ibu, dan akses pelayanan kesehatan.
2. Terdapat tiga jenis gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, dengan gejala klinis yang berbeda untuk setiap jenisnya.
3. Upaya pemerintah untuk menanggulangi gizi bur
Dokumen tersebut membahas tentang kekurangan gizi protein dan kalori (KEP) pada anak, termasuk penyebab, gejala klinis, dan patofisiologi berbagai bentuk KEP seperti marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Dokumen ini juga membahas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta penjelasan medis mengenai berbagai gejala yang muncul pada pasien KEP.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kwashiorkor, termasuk pengertian, sejarah, kelompok yang rentan, prevalensi, dan cara penanggulangannya. Kwashiorkor adalah gangguan yang disebabkan kekurangan protein dan sering menyerang anak-anak. Prevalensi kwashiorkor di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada anak balita. Untuk mencegah kwashiorkor, perlu mengkonsumsi makanan yang kaya protein dan kalori.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai gizi buruk. Gizi buruk dapat terjadi akibat kekurangan protein, karbohidrat atau kalori, dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan pada anak. Faktor penyebab gizi buruk antara lain asupan makanan yang kurang, sering terkena infeksi, dan faktor sosial ekonomi keluarga.
1. Gizi buruk merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendapatan, pengetahuan ibu, dan akses pelayanan kesehatan.
2. Terdapat tiga jenis gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, dengan gejala klinis yang berbeda untuk setiap jenisnya.
3. Upaya pemerintah untuk menanggulangi gizi bur
Dokumen tersebut membahas tentang kekurangan gizi protein dan kalori (KEP) pada anak, termasuk penyebab, gejala klinis, dan patofisiologi berbagai bentuk KEP seperti marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Dokumen ini juga membahas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta penjelasan medis mengenai berbagai gejala yang muncul pada pasien KEP.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kwashiorkor, termasuk pengertian, sejarah, kelompok yang rentan, prevalensi, dan cara penanggulangannya. Kwashiorkor adalah gangguan yang disebabkan kekurangan protein dan sering menyerang anak-anak. Prevalensi kwashiorkor di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada anak balita. Untuk mencegah kwashiorkor, perlu mengkonsumsi makanan yang kaya protein dan kalori.
Dokumen tersebut membahas tentang anemia pada ibu hamil, yang dijelaskan dalam 3 kalimat: (1) Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat serta dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin; (2) Gejala anemia ibu hamil bervariasi mulai dari ringan hingga berat seperti pusing dan lemah; (3) Pencegahan anemia ibu hamil dapat dilakukan dengan men
Dokumen tersebut membahas tentang kekurangan energi protein (KEP) pada anak balita. Secara umum dijelaskan bahwa KEP disebabkan oleh konsumsi makanan yang rendah baik energi maupun protein sehingga menyebabkan gangguan gizi seperti marasmus, kwashiorkor, atau keduanya. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, penyebab, patofisiologi, dan patogenesis dari KEP."
Dokumen tersebut membahas tentang malnutrisi energi-protein (MEP) pada anak, khususnya kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan. Diagnosa dan penatalaksanaannya mencakup pemberian nutrisi seimbang serta pencegahan
Modul ini membahas tiga masalah gizi utama di Indonesia yaitu kurang energi protein, anemia defisiensi besi, dan gangguan akibat kekurangan yodium beserta gejala dan penatalaksanaannya. Masalah gizi lebih yang dihadapi adalah obesitas."
KEP (kurang energi protein) adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. KEP dapat menyebabkan marasmus, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak dan otot secara progresif. KEP memiliki berbagai dampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak, seperti menghambat pertumbuhan, menurunkan daya tahan tubuh, dan men
Bab ini membahas tinjauan pustaka tentang gizi dan fungsinya bagi tubuh, jenis-jenis zat gizi yang dibutuhkan, serta penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi seperti kurang kalori dan protein, anemia, dan lainnya. Kelompok rentan gizi seperti bayi, balita, ibu hamil dan menyusui juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan penatalaksanaan diabetes melitus. Secara khusus membahas tentang pengaruh diabetes terhadap kehamilan, persalinan, dan masa nifas serta pengaruhnya pada janin dan bayi.
Dokumen tersebut membahas tentang kelainan metabolik dan endokrin pada neonatus. Secara garis besar dibahas tentang definisi, klasifikasi, faktor risiko, gejala, diagnosis, penatalaksanaan, dan asuhan bidan terhadap neonatus dengan kelainan tersebut. [ringkasan selesai]
Kekurangan energi protein (KEP) merupakan masalah gizi utama pada balita di Indonesia yang disebabkan oleh asupan makanan yang kurang. KEP dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak serta menurunkan tingkat kecerdasan. Penanganannya meliputi pemberian cairan dan makanan secara bertahap, mulai dari tahap stabilisasi hingga pembinaan, untuk memulihkan keadaan gizi anak. Pencegahannya
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan gizi remaja dan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Terdapat informasi mengenai zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, pengaruh gizi terhadap kesehatan, penyakit akibat kekurangan zat gizi seperti vitamin dan mineral, serta usaha-usaha perbaikan gizi yang telah dilakukan di Indonesia seperti UPGK dan pencegahan kekurangan vitamin A.
Dokumen tersebut membahas tentang anemia pada ibu hamil, yang dijelaskan dalam 3 kalimat: (1) Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat serta dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin; (2) Gejala anemia ibu hamil bervariasi mulai dari ringan hingga berat seperti pusing dan lemah; (3) Pencegahan anemia ibu hamil dapat dilakukan dengan men
Dokumen tersebut membahas tentang kekurangan energi protein (KEP) pada anak balita. Secara umum dijelaskan bahwa KEP disebabkan oleh konsumsi makanan yang rendah baik energi maupun protein sehingga menyebabkan gangguan gizi seperti marasmus, kwashiorkor, atau keduanya. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, penyebab, patofisiologi, dan patogenesis dari KEP."
Dokumen tersebut membahas tentang malnutrisi energi-protein (MEP) pada anak, khususnya kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan. Diagnosa dan penatalaksanaannya mencakup pemberian nutrisi seimbang serta pencegahan
Modul ini membahas tiga masalah gizi utama di Indonesia yaitu kurang energi protein, anemia defisiensi besi, dan gangguan akibat kekurangan yodium beserta gejala dan penatalaksanaannya. Masalah gizi lebih yang dihadapi adalah obesitas."
KEP (kurang energi protein) adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. KEP dapat menyebabkan marasmus, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak dan otot secara progresif. KEP memiliki berbagai dampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak, seperti menghambat pertumbuhan, menurunkan daya tahan tubuh, dan men
Bab ini membahas tinjauan pustaka tentang gizi dan fungsinya bagi tubuh, jenis-jenis zat gizi yang dibutuhkan, serta penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi seperti kurang kalori dan protein, anemia, dan lainnya. Kelompok rentan gizi seperti bayi, balita, ibu hamil dan menyusui juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan penatalaksanaan diabetes melitus. Secara khusus membahas tentang pengaruh diabetes terhadap kehamilan, persalinan, dan masa nifas serta pengaruhnya pada janin dan bayi.
Dokumen tersebut membahas tentang kelainan metabolik dan endokrin pada neonatus. Secara garis besar dibahas tentang definisi, klasifikasi, faktor risiko, gejala, diagnosis, penatalaksanaan, dan asuhan bidan terhadap neonatus dengan kelainan tersebut. [ringkasan selesai]
Kekurangan energi protein (KEP) merupakan masalah gizi utama pada balita di Indonesia yang disebabkan oleh asupan makanan yang kurang. KEP dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak serta menurunkan tingkat kecerdasan. Penanganannya meliputi pemberian cairan dan makanan secara bertahap, mulai dari tahap stabilisasi hingga pembinaan, untuk memulihkan keadaan gizi anak. Pencegahannya
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan gizi remaja dan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Terdapat informasi mengenai zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, pengaruh gizi terhadap kesehatan, penyakit akibat kekurangan zat gizi seperti vitamin dan mineral, serta usaha-usaha perbaikan gizi yang telah dilakukan di Indonesia seperti UPGK dan pencegahan kekurangan vitamin A.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI PADA
ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta
memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi
menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab
langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause)
dan penyebab dasar (basic cause).
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat
yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi
dianggap kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya.
Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit
perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
2. Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan
yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi,
mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan
kurang nutrisi, terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP)
merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor.
Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas
maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein.
B. Etiologi
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup,
informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene jelek.
3. Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari keluarga
sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan metabolik atau malformasi
congenital. Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan
malnutrisi.
Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan
kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein
tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein
terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal
pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal
mensintesis protein seperti pada penyakit hati kronik.
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan
masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik
yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral
dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk
malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama
berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak
tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak
masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari
ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan,
ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara
tetap bergizi baik.
4. C. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan
untuk melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
5. D.Patofisiologi
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar
proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang,
sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat
menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit,
dan lain-lain. Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dengan sosial-ekonomi yang rendah karena tidak mampu membeli bahan
makanan yang mengandung protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu,
dsb.). Sebenarnya protein nabati yang terdapat pada kedelai, kacang-kacangan
juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan,
tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi
protein ini. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur
tertentu, yaitu bayi pada masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena
pada umur ini relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-
baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini,
namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada kwashiorkor
yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
6. Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam
serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar
sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke depot
lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
E.Klasifikasi
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan
kwashiorkor.
a. Marasmus
adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai
berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
7. 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan
yang kurang.
9. Urbanisasi.
b. Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar.
Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
8. Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :
Klasifikasi IMT (kg/ m2)
Malnutrisi berat < 16,0
Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan kurang ≥ 23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30
9. F.Tanda dan Gejala
Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai
defisiensi nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul
bergantung pada jenis nutrient yang kurang di dalam dietnya, seperti :
1. Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia).
Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila
mata terkena cahaya). Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta).
2. Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai
koenzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan
penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung.
3. Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin
berfungsi sebagai koenzim pernapasan.
Kekurangan vitamin B2 menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak pada
sudut mulut), glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12 dianggap
sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.
10. 6. Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik
megaloblastik, granulositopenia, dan trombositopenia.
7. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan
untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan
bagian dalam pembentukan zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan
mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan pula pada proses
pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin C mempunyai
peranan penting dalam respirasi jaringan.
8. Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan
segala akibatnya missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius
adalah kekurangan yodium karena dapat menyebabkan gondok (goiter) yang
merugikan tumbuh kembang anak.
G. Gambaran Klinis
Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut:
1.Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan
dengan anak normal.
2. Perubahan mental (cengeng dan apatis).
3. Edema ringan maupun berat.
11. 4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga berbagai
makanan ditolak. Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde.
Terkadang makanan yang sudah masuk dimuntahkan kembali. Diare hampir
selalu ada. Hal tersebut mungkin karena adanya gangguan fungsi hati,
pancreas, dan usus. Sering terjadi intoleransi susu sehingga pemberian susu
menyebabkan diare bertambah.
5. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna.
Khas pada pasien kwashiorkor, rambut kepala mudah dicabut, tampak kusam,
kering, halus, jarang, dan berubah warnanya menjadi putih. Tetapi pada bulu
mata lebih panjang dari anak normal.
6. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
dalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan bersisik. Yang khas
untuk penyakit kwashiorkor yaitu crazy pavement dermatosis berupa bercak-
bercak putih merah muda dengan tepi hitam yang ditemukan pada bagian
tubuh yang sering tertekan, misalnya di bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki,
dan lipat paha.
7. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba
kenyal, permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar
terdapat perlemakan hebat begitupun hati yang tidak membesar.
12. 8. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat. Jenis
anemia pada pasien kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom,
jumlah sel sistim eritropoietik berkurang dalam sumsum tulang. Hypoplasia
atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan oleh defisiensi protein dan infeksi
yang menahun, defisiensi zat besi, kerusakan hati, insufisiensi hormon, dan
sebagainya.
9. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal
atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan albumin/globulin terbalik
kurang dari 1. Kadar kolestrerol serum rendah.
10. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian
hebat, hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar, sering
ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.
11. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua
organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, dan sebagainya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan
yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan
tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir.Harga glukosa darah rendah,
tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe diabetic.
13. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun.
Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam
amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium
dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini
kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase,
esterase, kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun.
Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka ini
kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositil,
mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral
biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon
pertumbuhan mungkin bertambah.
Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang
menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan
keadaan ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali
yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau
melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan anak.
14. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak
berkaitan dengan malnutrisi (khas), sebagai berikut.
Anamnesa :
1. Identitas.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan yang lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik :
a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Muka sembab.
2) Letargi.
3) Edema.
4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
15. 5) Alopesia (botak).
6) Anoreksia (kurang nafsu makan).
7) Anemia (anemis).
8) Apatis.
9) Gagal tumbuh.
10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan
mengalami keterlambatan.
11) Jaringan otot mengecil (atrofi).
12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.
13) Kulit bersisik.
b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
1) Kurus (perubahan berat badan).
2) Tampak seperti orang tua (old face).
3) Letargi.
4) Ubun-ubun cekung pada bayi.
5) Malaise.
6) Asites.
7) Apatis dan kelaparan.
8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.
16. 9) Turgor kulit rusak.
10) Kulit berkeriput.
11) Jaringan subkutan hilang.
Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :
a) Hb dan eritrosit menurun.
b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.
c) Kadar albumin rendah.
d) Kadar glukosa darah rendah.
e) Kadar kolesterol serum rendah.
2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil :
a) Berat jenis urin.
b) pH urin.
c) Ketonuria.
d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin turun.
3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.
17. B. Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi
energi protein (kwashiorkor dan marasmus) antara lain :
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).
2. Kurang volume cairan.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Risiko infeksi.
5. Kurang pengetahuan.
C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)
Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi
energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan
menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan,
kurangnya enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga
adanya atrofi vili usus sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan
rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang
nutrisi (kurang dari kebutuhan) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali
normal..
18. 2. Kurang Volume Cairan
Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan
karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya
flora usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan
yang dapat dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui
peningkatan hidrasi. Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan
dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane
mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.
3. Gangguan Integritas Kulit
Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami
kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi
kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut,
integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit
yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.
4. Risiko Infeksi
Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein
karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler,
mengingat kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti
bronkopneumonia, dan tuberculosis.
19. 5. Kurang Pengetahuan
Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini
banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan
sosial ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya
informasi tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi
yang seimbang. Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan pengetahuan keluarga.
D. Implementasi/Tindakan Keperawatan
a. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :
1) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/
hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/
hari pada marasmus.
2) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein
(160-175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta
berikan mineral dan vitamin.
3) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml
susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari
kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
20. 4) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai
dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.
5) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital.
b. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :
1) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.
2) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan
keluaran, dengan cara mengukur berat jenis urin.
3) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.
4) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu
proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin,
dan mineral.
5) Lihat pengelolaan diare.
1.Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :
1) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan
dua kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti
pakaian. Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).
21. 2) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan
pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan
alat matras yang lembut.
3) Berikan suplemen vitamin.
4) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat
mengiritasi kulit.
5) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.
d. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :
1) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti
dalam mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan
menghindarkan anak dari penyakit infeksi.
2) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan
jadwal imunisasi.
3) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi,
leukosit, atau tanda infeksi lainnya.
e. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :
1) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan
contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan
pengganti protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau
makanan yang dibuat dari kacang-kacangan.
22. 2) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status
gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi
dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan
proses metabolisme dalam tubuh kembali normal.
2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-
ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat
jenis urin kembali normal.
3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak
kering, dan elastisitasnya normal.
4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan
peningkatan daya tahan tubuh.
5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara
pencegahan, dan cara mengatasinya.
23. BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Bayi dan Anak-anak mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka
beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak
malnutrisi. Salah satu indicator yang sangat penting pada status nutrisi adalah
berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bayi
dan anak-anak terutama di Rumah Sakit.
Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting
dalam kehidupan sebagian bayi dan anak-anak saat bersantap menjadi bagian
penting yang dialami bayi dan anak-anak setiap harinya.