SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
askep dehidrasi
1.

PENGERTIAN
Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat
dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

2.

ETIOLOGI
Dehidrasi terjadi karena:
Muntah
Diare
Hilangnya nafsu makan karena sakit
Berkeringat berlebihan
Sakit tenggorokan
Tubuh kehilangan air dan garam seperti natrium, kalium, kalsium bikarbonat dan fosfat
3. TANDA DAN GEJALA
a. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dn pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

b. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)

1) Tekanan darah menurun
2) Pingsan
3) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, punggung
4) Kejang
5) Perut kembung
6) Gagal jantung
7) Ubun-ubun cekung
8) Denyut nadi cepat dan lemah

c. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan)

1) Kesadaran berkurang
2) Tidak buang air kecil
3) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
4) Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
5) Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
6) Ujung kuku, mulut, dab lidah berwarna kebiruan

4. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Data Subjektif (DS) :
1) Kaji batasan karakteristik :
a) Asupan cairan (jumlah dan jenis)
b) Kulit (kering dan turgor)
c) Penurunan berat badan (jumlah dan lamanya)
d) Haluaran urine (berkurang dan meningkat)

2) Kaji faktor-faktor yang berhubungan

a) Diabetes melitus (diagnosa dan riwayat keluarga/diabetes insipdus)
b) Penyakit jantung
c) Penyakit ginjal
d) Gangguan atau bedah gastrointestinal
e) Pengobatan: laksatif/enema, diuretik dan efek samping yang mengiritasi saluran pencernaan
(antibiotik dan kemoterapi)
f) Penggunaan alcohol
g) Alergi (makanan dan susu)
h) Panas tinggi/kelembaban
i) Olahraga yang terlalu banyak mengeluarkan keringat
j) Depresi
k) Nyeri

Data objective (DO):

1) Kaji batasan karakteristik

a) Berat badan sekarang dan sebelum sakit
b) Asupan (1-2 hari terakhir)
c) Haluaran (1-2 hari terakhir)
d) Tanda-tanda dehidrasi :
- Kulit : mukosa bibir kering, lidah berkerut atau kering, turgor kulit kurang elastis, warna
kulit pucat atau memerah, kelembaban kering atau diforesis, fontanel bayi cekung dan bola mata
cekung.
-Haluaran

urine

:

jumlah

bervariasi

sangat

banyak

atau

sedikit,

warna

kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun.

2) Kaji faktor-faktor yang berhubungan

a) Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase intestinal.
b) Kehilangan kulit abnormal: diaforesis berlebihan sekunder terhadap demam atau latihan, luka
bakar, ibrosis sistik.
c) Kehilangan ginjal abnormal: terapi diuretik, diabetes insipidus, diures osmotik (bentuk
poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM tak terkontrol, pasca penggunaan zat
kontras.

b. Diagnosa keperawatan

Kehilangan cairan yang berlebihan berhubungan dengan sesuatu yang mengakibatkan kekurangn
cairan (demam, diare, DHF, haluaran urine berlebih karena terapi diuretik, luka bakar, muntah).

c. Intervensi keperawatan

Tujuan: Menyeimbangkan volume cairan sesuai dg. Kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:

Individu akan:

1) Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi).
2) Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau panas.
3)Meningkatkan berat jenis urine dalam batas normal
4)Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

d.Implementasi kepeearawatan

1) Beri minuman kesukaan dalam batasan diet
Rasional: agar klien mau minum banyak
2) Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml
sore dan 200 ml malam hari).
Rasional: agar kebutuhan cairan klien terpenuhi
3) Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan
meoda-metoda

untuk

mencapai

tujuan

masukan

cairan.

Rasional: agar klien mengerti dan memahami pentingnya masukan cairan yang seimbang.
4) Untuk anak-anak, tawarkan: bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin,
es berbentuk kerucut), wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan), dengan sebuah
permainan

atau

aktivitas

(suruh

anak

minum

jika

tiba

giliran

anak).

Rasional: penambahan cairan dengan cara ini dapat meningkatkan minat anak untuk memenuhi
cairan yang hilang.
5) Anjurkan individu mempertahankan laporan yang tertulis dari masukan cairan dan haluaran urin,
jika perlu.
Rasional: agar perawat mengetahui berapa cairan yang masuk dan keluar jika pasien minum
diluar dari yang diberikan perawat.
6) Pantau masukan pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam, pantau haluaran sedikitnya
1000-1500

ml

setiap

24

jam

dan

pantau

berat

jenis

urine.

Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan.
7) Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang sama. Kehilangan berat badan 2%-4%
menunjukkan

dehidrasi

ringan,

5%-9%

dehidrasi

sedang.

Rasional: kehilangan berat badan dapat menggambarkan kehilangan cairan berlebih.
8)

Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis dan dapat menambah
kehilangan cairan.
Rasional: agar klien mengetahui jenis minuman yang dapat menambah kehilangan cairan

9)

Pantau kadar elektrolit darah nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin,
hematrokit, dan hemoglobin.
Rasional: untuk mengetahui kadar elektrolit darah nitrogen urea darah, urine dan serum
osmolalitas, kreatinin, hematrokit, dan hemoglobin pada pasien.

10) Ukur tanda-tanda vital dengan ketat
11) Rasional: karena kita harus waspada terhadap nadi yang lemah, cepat dan penurunan suhu
kecuali jika ada infeksi.

d. Evaluasi keperawatan
Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
Klien minum ± 2000 ml/hari.
Klien

mengerti

tentang

pentingnya

meningkatkan

masukan

cairan

selama

stress.
Berat jenis urine normal.
Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit
elastis)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEHIDRASI

A.

Pengertian
Berikut adalah beberapa pengertian tentang dehidrasi :
1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa
mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler
(Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).
2. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak
dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003).
3. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output
yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 :
3).
4. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi adalah
kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atau hilang dari
tubuh.
Klasifikasi
dehidrasi
menurut
Donna
D.
Ignatavicus
ada
3
jenis
:
a. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya
tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke
ICF.
b.

Dehidrasi
Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan,
sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan
cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan
sel.
c.

Dehidrasi
Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non
osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.
B.

Etiologi
Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut
Donna D. Ignatavicus, 1991 : 253).
1. Dehidrasi
a.
b.
c.
d.
e.
Ileustomy
Diaporesis

f.
g.
h.

i.
j.
k. Suction gastrointestinal (cuci lambung)
2. Dehidrasi hipotonik
a.
b.
Rehidrasi
c. Mal nutrisi berat dan kronis

(pemotongan
(keringat
Luka
Terapi

Penyakit
cairan

Perdarahan
Muntah
Diare
Hipersalivasi
Fistula
usus)
berlebihan)
bakar
Puasa
hipotonik

DM
berlebih

3. Dehidrasi hipertonik
a.
b.
c.

Diabetes
d.
f.

Insipedus
(
Rehidrasi
e.
Gangguan

Diare
hormon
ADH
cairan
rasa

Hiperventilasi
air
menurun
)
berlebihan
Disfagia
haus
h.

g.
Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.

Gangguan

kesadaran

C.

Patofisiologi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan
dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal
atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah
tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran
cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan
menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat
dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi
volume
sirkulasi
darah
efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70
m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1
L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak
mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar
dirawat
dengan
metode
terbuka.
Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan
yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik
sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan
kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma
hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau
parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.
Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu
curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan
curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan
curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor
pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian
menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang
normal.
Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin
merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal.
Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi yang
diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju
ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif
dipertahankan.
D.

Manifestasi
Klinis
Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :
1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
a.
Haus,
b.
Denyut
nadi
90-110
x/menit,
nafas
c.
Turgor
kulit
d.
Pengeluaran
urine
(1300

gelisah
normal
normal
ml/hari)
e.

Kesadaran

f. Denyut jantung meningkat
2.
Dehidrasi
sedang
(kehilangan
cairan
5%
dari
BB
a.
Haus
b.
Nadi
cepat
dan
c.
Turgor
kulit
kering,
membran
mukosa
d.
Pengeluaran
urien
e. Suhu tubuh meningkat
3.
Dehidrasi
berat
(kehilangan
cairan
8%
dari
BB
a.
Penurunan
b.
Lemah,
c.
d.
Mata
e.
Pengeluaran
urine
tidak
f.
g.
Nadi
cepat
dan
h.
Ekstremitas

baik
semula)
meningkat
lemah
kering
berkurang
semula)
kesadaran
lesu
Takikardi
cekung
ada
Hipotensi
halus
dingin

E.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):
1.
Obat-obatan
Antiemetik
(
Untuk
mengatasi
muntah
)
2.
Obat-obatan
anti
diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat
diberikan
oralit.
3. Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk
mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
4.
Pemberian
cairan
intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan
garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium
mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai
normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi
sel-sel
dan
membantu
pembuangan
produk-produk
sisa
metabolisme.
5.
Pemberian
bolus
cairan
IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah
aliran
kemih
akan
meningkat,
yang
menunjukkan
fungsi
ginjal
normal.
F.

Pengkajian
Fokus
1.
Demografi
Jenis kelamin
: dehidrasi rentan terjadi pada wanita dari pada pria.
Umur
: sering terjadi pada usia di atas 65 tahun.
2.
Riwayat
Kesehatan
a.
Riwayat
penyakit
dahulu
1)
Fistula
2)
Ileustomy
3)
Suction
gastrointestinal
4)
5)

Diabetes
6)

b.
1)
c.

Pemeliharaan
Diet
rendah
Pemasukan
cairan
kurang

DM
insipedus
Perdarahan
kesehatan
garam
terpenuhi

2)
Pola cairan
Gejala : haus berkurang, cairan kurang
Tanda
: BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa

kering.
d.
1)
Kesadaran
2) Tekanan darah menurun
a. Nadi meningkat
b. Pernafasan cepat dan dalam
c.
Suhu
3)
5)

a)
b)
c)
e)

d)
e)

G.

Pemeriksaan
:

meningkat
BB
4)
mukosa
CVP
Pemeriksaan

pada

fisik
apatis-coma

waktu

awal
meningkat
Turgor
menurun
Membran
mulut
kering
6)
menurun
e.
penunjang
Laboratorium
1)
Urine
Osmolalilas
kemih
>
450
m
osmol
/
kg
Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)
d)
OJ
urine
meningkat
Jumlah
urine
menurun
(30-50
cc
/
jam)
2)
Darah
a)
Ht
meningkat
b)
Kadar
protein
serum
meningkat
c)
Na+
seruim
normal
Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
Glukosa
serum
:
normal
/
meningkat
f)
Hb
menurun.

Konsep Keperawatan
1.
Diangosa
Keperawatan
a.
Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang.
b.
Resiko penurunan perfusi jaringan b,d penurunan aliran darah.
c.
Resiko gangguan integritas kulit b.d turgor kulit menurun.
d.
Intoleransi
aktifitas
b.d
kelemahan
fisik.
e.
Resiko penurunan COP b.d penurunan tahanan vaskuler sistemik.
2.
Fokus
Intervensi
dan
Rasional
a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake
yang
kurang
(Doenges,
1999)
Tujuan : Volume cairan adekuat sehingga kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Kriteria
hasil
:
1)
Mempertahankan
keseimbangan
cairan
2)
Tanda vital (N = 80 – 100 x/menit, S = 36-37oC
3)
Capillary
refill
<
3
detik
4)
Akral
hangat
5)
Urine
output
1-2
cc/kg
BB/jam
Intervensi
:
1) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa.
2
2) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif / diuratik
3) Identifikasi rencana untuk meningkatkan keseimbangan cairan optimal.
4)
Kaji
hasil
tes
fungsi
elektrolit
/
ginjal
5)
Berikan
/
awasi
pemberian
cairan
IV
6) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi
b.
Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah.
Tujuan : Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan.
Kriteria
hasil
:
1) Tanda-tanda vital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat.
2)
Kulit
hangat
3)
Nadi
perifer
teraba
4)
Keluaran
urine
adekuat
0,5
–
1,5
cc
/
kg
/
BB
5)
CRT
<
2
detik.
6)
Kesadaran
composmentis
7)
Tidak
ada
nyeri
dada
Intervensi
:
1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.
2)
Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung / irama.
3)
Kaji
kulit
terhadap
dingin,
pucat,
berkeringat.
4)
Catat
haluran
urine
dan
BJ
5)
Observasi kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering.
6)
Awasi
nadi
oksimetri
7)
Berikan
cairan
IV
sesuai
indikasi
c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.
Tujuan :
Mengindentifikasi dan mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Kriteria
hasil
:
1)
Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan.
Intervensi
:
1)
Observasi
kemerahan,
pucat.
2)
Dorong
mandi
tiap
2
hari
1
x
3)
Gunakan
krim
kulit
2
x
sehari
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas.
5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,

Sri

Carpenito,

Lynda

Ayu.

2001.

Juall.

http://www.kompas.com/kesadaran/0307/14/103451

1997.

Diagnosa

Keperawatan.

Jakarta

:

EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta

:

EGC.

Ignatavicus, Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing,
WB
Saunders
Company

Inc.

Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Diposkan oleh ILMU KEPERAWATAN di 02.27
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berb

More Related Content

What's hot

Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptTYASLARASATI
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaCha Cha
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Kwashiorkor
KwashiorkorKwashiorkor
KwashiorkorKindal
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Septian Muna Barakati
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Kampus-Sakinah
 

What's hot (20)

PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.pptPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI.ppt
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan gea
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Resume pasien ny. j
Resume pasien ny. jResume pasien ny. j
Resume pasien ny. j
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Kwashiorkor
KwashiorkorKwashiorkor
Kwashiorkor
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 

Similar to Askep dehidrasi AKPER PEMKAB MUNA

Similar to Askep dehidrasi AKPER PEMKAB MUNA (20)

Makalah tanda baca
Makalah tanda bacaMakalah tanda baca
Makalah tanda baca
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Dehidrasi ratri
Dehidrasi ratriDehidrasi ratri
Dehidrasi ratri
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Cairan dan elektrolit.ppt
Cairan dan elektrolit.pptCairan dan elektrolit.ppt
Cairan dan elektrolit.ppt
 
DIARE
DIAREDIARE
DIARE
 
PPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptxPPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptx
 
Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diare
 
CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)CAIRAN_TUBUH (download from internet)
CAIRAN_TUBUH (download from internet)
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhfAsuhan keperawatan pada klien dengan dhf
Asuhan keperawatan pada klien dengan dhf
 
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
 
Dehidrasi
DehidrasiDehidrasi
Dehidrasi
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.pptKeseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
 
Pemeriksaan fisikpada diare
Pemeriksaan fisikpada diarePemeriksaan fisikpada diare
Pemeriksaan fisikpada diare
 
Pemeriksaan fisikpada diare
Pemeriksaan fisikpada diarePemeriksaan fisikpada diare
Pemeriksaan fisikpada diare
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit 1
 
Fisioterapi dada
Fisioterapi dadaFisioterapi dada
Fisioterapi dada
 
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitGangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep dehidrasi AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. askep dehidrasi 1. PENGERTIAN Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. 2. ETIOLOGI Dehidrasi terjadi karena: Muntah Diare Hilangnya nafsu makan karena sakit Berkeringat berlebihan Sakit tenggorokan Tubuh kehilangan air dan garam seperti natrium, kalium, kalsium bikarbonat dan fosfat 3. TANDA DAN GEJALA a. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan) Muka memerah Rasa sangat haus Kulit kering dn pecah-pecah Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya Pusing dan lemah Kram otot terutama pada kaki dan tangan Kelenjar air mata berkurang kelembabannya Sering mengantuk Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang b. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan) 1) Tekanan darah menurun 2) Pingsan
  • 2. 3) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, punggung 4) Kejang 5) Perut kembung 6) Gagal jantung 7) Ubun-ubun cekung 8) Denyut nadi cepat dan lemah c. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan) 1) Kesadaran berkurang 2) Tidak buang air kecil 3) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab 4) Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba 5) Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur 6) Ujung kuku, mulut, dab lidah berwarna kebiruan 4. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Data Subjektif (DS) : 1) Kaji batasan karakteristik : a) Asupan cairan (jumlah dan jenis) b) Kulit (kering dan turgor) c) Penurunan berat badan (jumlah dan lamanya) d) Haluaran urine (berkurang dan meningkat) 2) Kaji faktor-faktor yang berhubungan a) Diabetes melitus (diagnosa dan riwayat keluarga/diabetes insipdus) b) Penyakit jantung c) Penyakit ginjal
  • 3. d) Gangguan atau bedah gastrointestinal e) Pengobatan: laksatif/enema, diuretik dan efek samping yang mengiritasi saluran pencernaan (antibiotik dan kemoterapi) f) Penggunaan alcohol g) Alergi (makanan dan susu) h) Panas tinggi/kelembaban i) Olahraga yang terlalu banyak mengeluarkan keringat j) Depresi k) Nyeri Data objective (DO): 1) Kaji batasan karakteristik a) Berat badan sekarang dan sebelum sakit b) Asupan (1-2 hari terakhir) c) Haluaran (1-2 hari terakhir) d) Tanda-tanda dehidrasi : - Kulit : mukosa bibir kering, lidah berkerut atau kering, turgor kulit kurang elastis, warna kulit pucat atau memerah, kelembaban kering atau diforesis, fontanel bayi cekung dan bola mata cekung. -Haluaran urine : jumlah bervariasi sangat banyak atau sedikit, warna kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun. 2) Kaji faktor-faktor yang berhubungan a) Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase intestinal. b) Kehilangan kulit abnormal: diaforesis berlebihan sekunder terhadap demam atau latihan, luka bakar, ibrosis sistik.
  • 4. c) Kehilangan ginjal abnormal: terapi diuretik, diabetes insipidus, diures osmotik (bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM tak terkontrol, pasca penggunaan zat kontras. b. Diagnosa keperawatan Kehilangan cairan yang berlebihan berhubungan dengan sesuatu yang mengakibatkan kekurangn cairan (demam, diare, DHF, haluaran urine berlebih karena terapi diuretik, luka bakar, muntah). c. Intervensi keperawatan Tujuan: Menyeimbangkan volume cairan sesuai dg. Kebutuhan tubuh. Kriteria hasil: Individu akan: 1) Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi). 2) Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau panas. 3)Meningkatkan berat jenis urine dalam batas normal 4)Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi. d.Implementasi kepeearawatan 1) Beri minuman kesukaan dalam batasan diet Rasional: agar klien mau minum banyak 2) Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml sore dan 200 ml malam hari). Rasional: agar kebutuhan cairan klien terpenuhi
  • 5. 3) Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan meoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan. Rasional: agar klien mengerti dan memahami pentingnya masukan cairan yang seimbang. 4) Untuk anak-anak, tawarkan: bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es berbentuk kerucut), wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan), dengan sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak). Rasional: penambahan cairan dengan cara ini dapat meningkatkan minat anak untuk memenuhi cairan yang hilang. 5) Anjurkan individu mempertahankan laporan yang tertulis dari masukan cairan dan haluaran urin, jika perlu. Rasional: agar perawat mengetahui berapa cairan yang masuk dan keluar jika pasien minum diluar dari yang diberikan perawat. 6) Pantau masukan pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam, pantau haluaran sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam dan pantau berat jenis urine. Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan. 7) Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang sama. Kehilangan berat badan 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan, 5%-9% dehidrasi sedang. Rasional: kehilangan berat badan dapat menggambarkan kehilangan cairan berlebih. 8) Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis dan dapat menambah kehilangan cairan. Rasional: agar klien mengetahui jenis minuman yang dapat menambah kehilangan cairan 9) Pantau kadar elektrolit darah nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematrokit, dan hemoglobin. Rasional: untuk mengetahui kadar elektrolit darah nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematrokit, dan hemoglobin pada pasien. 10) Ukur tanda-tanda vital dengan ketat 11) Rasional: karena kita harus waspada terhadap nadi yang lemah, cepat dan penurunan suhu kecuali jika ada infeksi. d. Evaluasi keperawatan Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
  • 6. Klien minum ± 2000 ml/hari. Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan selama stress. Berat jenis urine normal. Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEHIDRASI A. Pengertian Berikut adalah beberapa pengertian tentang dehidrasi : 1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139). 2. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003). 3. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3). 4. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atau hilang dari tubuh.
  • 7. Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis : a. Dehidrasi Isotonik Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF. b. Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel. c. Dehidrasi Hipertonik Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF. B. Etiologi Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna D. Ignatavicus, 1991 : 253). 1. Dehidrasi a. b. c. d. e. Ileustomy Diaporesis f. g. h. i. j. k. Suction gastrointestinal (cuci lambung) 2. Dehidrasi hipotonik a. b. Rehidrasi c. Mal nutrisi berat dan kronis (pemotongan (keringat Luka Terapi Penyakit cairan Perdarahan Muntah Diare Hipersalivasi Fistula usus) berlebihan) bakar Puasa hipotonik DM berlebih 3. Dehidrasi hipertonik a. b. c. Diabetes d. f. Insipedus ( Rehidrasi e. Gangguan Diare hormon ADH cairan rasa Hiperventilasi air menurun ) berlebihan Disfagia haus
  • 8. h. g. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat. Gangguan kesadaran C. Patofisiologi Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik. Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal. Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal. Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan. D. Manifestasi Klinis Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) : 1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula) a. Haus, b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas c. Turgor kulit d. Pengeluaran urine (1300 gelisah normal normal ml/hari)
  • 9. e. Kesadaran f. Denyut jantung meningkat 2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB a. Haus b. Nadi cepat dan c. Turgor kulit kering, membran mukosa d. Pengeluaran urien e. Suhu tubuh meningkat 3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB a. Penurunan b. Lemah, c. d. Mata e. Pengeluaran urine tidak f. g. Nadi cepat dan h. Ekstremitas baik semula) meningkat lemah kering berkurang semula) kesadaran lesu Takikardi cekung ada Hipotensi halus dingin E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson): 1. Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah ) 2. Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit. 3. Pemberian air minum Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi. 4. Pemberian cairan intravena Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme. 5. Pemberian bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal. F. Pengkajian Fokus 1. Demografi Jenis kelamin : dehidrasi rentan terjadi pada wanita dari pada pria. Umur : sering terjadi pada usia di atas 65 tahun. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat penyakit dahulu 1) Fistula 2) Ileustomy 3) Suction gastrointestinal
  • 10. 4) 5) Diabetes 6) b. 1) c. Pemeliharaan Diet rendah Pemasukan cairan kurang DM insipedus Perdarahan kesehatan garam terpenuhi 2) Pola cairan Gejala : haus berkurang, cairan kurang Tanda : BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa kering. d. 1) Kesadaran 2) Tekanan darah menurun a. Nadi meningkat b. Pernafasan cepat dan dalam c. Suhu 3) 5) a) b) c) e) d) e) G. Pemeriksaan : meningkat BB 4) mukosa CVP Pemeriksaan pada fisik apatis-coma waktu awal meningkat Turgor menurun Membran mulut kering 6) menurun e. penunjang Laboratorium 1) Urine Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal) Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal) d) OJ urine meningkat Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam) 2) Darah a) Ht meningkat b) Kadar protein serum meningkat c) Na+ seruim normal Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1) Glukosa serum : normal / meningkat f) Hb menurun. Konsep Keperawatan 1. Diangosa Keperawatan a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang. b. Resiko penurunan perfusi jaringan b,d penurunan aliran darah. c. Resiko gangguan integritas kulit b.d turgor kulit menurun. d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik. e. Resiko penurunan COP b.d penurunan tahanan vaskuler sistemik.
  • 11. 2. Fokus Intervensi dan Rasional a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang (Doenges, 1999) Tujuan : Volume cairan adekuat sehingga kekurangan volume cairan dapat teratasi. Kriteria hasil : 1) Mempertahankan keseimbangan cairan 2) Tanda vital (N = 80 – 100 x/menit, S = 36-37oC 3) Capillary refill < 3 detik 4) Akral hangat 5) Urine output 1-2 cc/kg BB/jam Intervensi : 1) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa. 2 2) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif / diuratik 3) Identifikasi rencana untuk meningkatkan keseimbangan cairan optimal. 4) Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal 5) Berikan / awasi pemberian cairan IV 6) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi b. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah. Tujuan : Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan. Kriteria hasil : 1) Tanda-tanda vital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat. 2) Kulit hangat 3) Nadi perifer teraba 4) Keluaran urine adekuat 0,5 – 1,5 cc / kg / BB 5) CRT < 2 detik. 6) Kesadaran composmentis 7) Tidak ada nyeri dada Intervensi : 1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing. 2) Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung / irama. 3) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat. 4) Catat haluran urine dan BJ 5) Observasi kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering. 6) Awasi nadi oksimetri 7) Berikan cairan IV sesuai indikasi c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun. Tujuan : Mengindentifikasi dan mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh. Kriteria hasil : 1) Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan. Intervensi : 1) Observasi kemerahan, pucat. 2) Dorong mandi tiap 2 hari 1 x 3) Gunakan krim kulit 2 x sehari
  • 12. 4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas. 5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Sri Carpenito, Lynda Ayu. 2001. Juall. http://www.kompas.com/kesadaran/0307/14/103451 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. jakarta : EGC. Ignatavicus, Donna D. Bayne, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical Nursing, WB Saunders Company Inc. Prince, Sylive A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzzone, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC. Diposkan oleh ILMU KEPERAWATAN di 02.27 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berb