SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT
DARURATAN DENGAN TRAUMA KEPALA
PENGERTIAN
• Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai
daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang
terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala (Suriadi, 2001).
• Cedera kepala adalah trauma yang mengenai kulit
kepala, tengkorak, dan otak yang disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tembus ( Mansjoer,
2000; Brunner & Soddarth, 2002 )
• Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik
yang serius di antara penyakit neurologik, dan
merupakan proporsi epidemik sebagai hasil dari
kecelakaan jalan raya ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
• Cedera kepala merupakan adaya pukulan/benturan
mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran. Traumatik yang terjadi pada otak yang
mampu menghasilkan perubahan pada phisik,
intelektual, emosional, sosial, dan vocational (Susan
Martin, 1999)
• Trauma atau cedera kepala (brain injury) adalah salah
satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan
otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat
dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang
dapat menimbulkan perubahan – perubahan fungsi otak
(black, 2005)
ETIOLOGI
a. Trauma oleh benda tajam
• Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera
lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom
serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan
cedera menyeluruh (difusi)
• Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4
bentuk : cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada
otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer
cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
• Etiologi lainnya:
• a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau
sepeda, dan mobil.
• b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan
ketergantungan.
• c. Cedera akibat kekerasan.
KLASIFIKASI
• a. Menurut Jenis Cedera
• Cedera Kepala terbuka
Dapat menyebabkan fraktur pada tulang
tengkorak dan jaringan otak
• Cedera kepala tertutup
Dapat disamakan dengan keluhan geger otak
ringan dan oedem serebral yang luas
Next..
• b. Menurut berat ringannya
berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
• Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
- GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
- Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang
30 mnt
- Tak ada fraktur tengkorak
- Tak ada contusio serebral (hematom)
- Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat
terlarang
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau
hematoma kulit kepala
- Tidak adanya criteria cedera sedang-berat
• Cedera kepala sedang
- GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt /
kurang dari 24 jam (konkusi)
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Kejang
next
• Cedera kepala berat
- GCS 3-8 (koma)
- Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam
(penurunan kesadaran progresif)
- Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma
intracranial
- Tanda neurologist fokal
- Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur
kranium
Lanjut
• Menurut morfologi
• Fraktur tengkorak
- Kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi;
terbuka/tertutup
- Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan
serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan
nervus VII
- Fokal: epidural, subdural, intraserebral
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera
aksonal difus
Next..
• Menurut patofisiologi
• Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi -
decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada
jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
- Gegar kepala ringan
- Memar otak
- Laserasi
• Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
- Hipotensi sistemik
- Hipoksia
- Hiperkapnea
- Udema otak
- Komplikasi pernapasan
- Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
Akibat Trauma Kepala
• Kerusakan Pada Bagian Otak Tertentu
• Kerusakan pada lapisan otak paling atas (korteks serebri biasanya
akan mempengaruhi kemampuan berfikir, emosi dan perilaku
seseorang. Daerah tertentu pada korteks serebri biasanya
bertanggungjawab atas perilaku tertentu, lokasi yang pasti dan
beratnya cedera menentukan jenis kelainan yang terjadi.
a. Kerusakan Lobus Frontalis
• Lobus frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan
keahlian motorik (misalnya menulis
• Memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu)
• Kerusakan yang kecil, jika hanya mengelai satu sisi otak,
menyebabkan kejang.
• Kerusakan luas yang mengarah ke bagian belakang lobus frontalis
bisa menyebabkan apati, ceroboh, lalai dan kadang inkontinensia.
• Kerusakan luas yang mengarah ke bagian depan atau samping lobus
frontalis menyebabkan perhatian penderita mudah teralihkan,
kegembiraan yang berlebihan, suka menentang, kasar dan kejam;
penderita mengabaikan akibat yang terjadi akibat perilakunya.
Next..
• b. Kerusakan Lobus Parietalis
• Kerusakan kecil di bagian depan lobus parietalis menyebabkan mati rasa
pada sisi tubuh yang berlawanan. Kerusakan yang agak luas bisa
menyebabkan hilangnya kemampuan untuk melakukan serangkaian
pekerjaan (keadaan ini disebut apraksia) dan untuk menentukan arah kiri-
kanan.
• Kerusakan yang luas bisa mempengaruhi kemampuan penderita dalam
mengenali bagian tubuhnya atau ruang di sekitarnya atau bahkan bisa
mempengaruhi ingatan akan bentuk yang sebelumnya dikenal dengan baik
(misalnya bentuk kubus atau jam dinding). Penderita bisa menjadi linglung
atau mengigau dan tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan
sehari-hari lainnya.
• c. Kerusakan Lobus Temporalis
• Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi dan
mengingatnya sebagai memori jangka panjang. Lobus temporalis juga
memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya
kembali serta menghasilkan jalur emosional. Kerusakan pada lobus
temporalis sebelah kanan menyebabkan terganggunya ingatan akan suara
dan bentuk
• Kerusakan pada lobus temporalis sebelah kiri menyebabkan gangguan
pemahaman bahasa yang berasal dari luar maupun dari dalam dan
menghambat penderita dalam mengekspresikan bahasanya. Penderita
dengan lobus temporalis sebelah kanan yang non-dominan, akan mengalami
perubahan kepribadian seperti tidak suka bercanda, tingkat kefanatikan
agama yang tidak biasa, obsesif dan kehilangan gairah seksual.
Cedera Spesifik Otak Kepala
• a. Fraktur Tengkorak
• Fraktur Linear : Kekuatan benturan lebih luas area
tengkorak
• Fraktur Basiler: Pada dasar tengkorak atau pada tulang
sepanjang bagian Frontal atau temporak
• Fraktur ini cukup serius karena menimbulkan kontak
antara CSS dan dunia luar melalui ruang
subarachnoid dan sinus yang mengandung udara
dari wajah atau tengkorak, memungkinkan bakteri
masuk & mengisi drainase sinus
• Patah tulang di dasar tengkorak bisa
merobek meningens (selaput otak). Cairan
serebrospinal(cairan yang beredar diantara otak dan
meningens) bisa merembes ke hidung atau telinga
Next..
• b. Geger Serebral (Contusio)
• Gegar otak (kontusio serebri) merupakan memar
pada otak, yang biasanya disebabkan oleh pukulan
langsung dan kuat ke kepala
• Hal ini menandakan terjadinya perdarahan pada
otak yang dapat menimbulkan pembengkakan
Bakteri ringan dari cedera otak menyebar, disfungsi
neurologis bersifat sementara dapat pulih
• Disorientasi dan bingung sesaat dengan gejala sakit
kepala, tak mampu konsentrasi gangguan memori
sementara pusing, peka omnesia retrograde.
•
Lanjut..
• c. Memar / Laserasi cerebral (Komosio)
• Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah
hilangnya fungsi neurologik sementara tanpa
kerusakan struktur. Umumnya meliputi sebuah
periode tidak sadarkan diri dalam beberapa
detik sampai beberapa menit. Jika jaringan otak
di lobus frontal terkena, pasien dapat
menunjukkan perilaku irasional yang aneh,
dimana keterlibatan lobus temporal dapat
menimbulkan amnesia atau disorientasi.
Lanjut.
• d. Hematom Epidural
• Adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara
tulang tengkorak bagian dalam danlapangan
meningens paling luar (dura), terjadi
karena robekan cabang kecil arteri meningeal
tengah atau frontal. Hal ini terjadi karena patah
tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di
dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga
lebih cepat memancar.
• Tanda dan gejala berupa sakit kepala hebat yang,
penurunan kesadaran ringan, diikuti periode lucid,
kemudian penurunan neurologi dari kacau mental
sampai coma, bentuk dekortikasi & deserebrasi,
pupil isokor sampai anisokor
Next..
• e. Hematoma Subdural
• Adalah akumulasi darah dibawah lapangan meningeal duramater
diatas lapangan arakhnoid yang menutupi otak. Penyebabnya
robekan permukaan dan lebih sering pada lansia dan alkoholik
gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang disfasia.
• Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala
bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan
lunak..
• Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:
• - sakit kepala yang menetap
• - rasa mengantuk yang hilang-timbul
• - linglung
• - perubahan ingatan
• - kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan
Lanjut,,
• a. Hematoma Intrakranial
• Adalah pengumpalan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim
otak, penyebabnya adalah fraktur depresi tulang tengkorak,
cedera penetrasi peluru dan gerakan aselerasi-deserasi tiba-
tiba tindakan bersifat kontroversial bedah atau medis, serta
bias juga terjadi karena cedera atau stroke.
• Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam
pembungkus otak sebelah luar (hematoma subdural) atau
diantara pembungkus otak sebelah luar dengan tulang
tengkorak (hematoma epidural).
• Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan
kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau
kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan atau gangguan
jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan
dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.
Lanjut..
• b. Konkusio
• Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang
ingatan) sekejap, setelah terjadinya cedera pada otak
yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang nyata.
Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak tetapi tidak
menyebabkan kerusakan struktural yang nyata.
• Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala
dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar
penderita mengalami penyembuhan total dalam
beberapa jam atau hari.
• Beberapa penderita merasakan pusing, kesulitan dalam
berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau
perasaannya berkurang dan kecemasan
• Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja,
belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma
pasca konkusio.
MANIFESTASI KLINIS
• 1. Gangguan kesadaran
• 2. Konfusi
• 3. Abnormalitas pupil
• 4. Piwitan tiba-tiba defisit neurologis
• 5. Perubahan TTV
• 6. Gangguan pergerakan
• 7. Gangguan penglihatan dan pendengaran
• 8. Disfungsi sensori
• 9. Kejang otot
Lanjut.
• 10. Sakit kepala
• 11. Vertigo
• 12. Kejang
• 13. Pucat
• 14. Mual dan muntah
• 15. Pusing kepala
• 16. Terdapat hematoma
• 17. Kecemasan
• 18. Sukar untuk dibangunkan
• 19. Bila fraktur, mungkin adanya ciran
serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur
tulang temporal.
Next
• Akibat Dari Trauma Otak Ini Tergantung Pada:
• 1. Kekuatan benturan
• Makin besar benturan makin parah kerusakan
• 2. Akselerasi / Deselerasi
• Akselerasi = Benda yang bergerak mengenai kepala yang
diam
• Desekrasi = Kepala membentur benda diam
• Keduanya bisa bersamaan terjadi bila gerakan kepala tiba-
tiba tanpa kontak langsung.
• 3. KUP dan Kontra KUP
• Cedera KUP Kerusakan pada daerah dekat yang terbentur
• Kontra KUP Kerusakan cedera berlawanan pada sisi
desakan benturan
Next..
• 4. Lokasi Benturan
• Bagi otak yang tersebar kemungkinan cedera kepala
terberat adalah bagian lotus anterior (Frontalis &
temporalis) Lobus posterior (oksipitalis dan atas
mesenfalon).
• 5. Rotasi
• Pengubahan posisi rotasi kepala menyebabkan trauma
regangan & robekan pada substansia alba dan batang
otak.
• 6. Fraktur Impresi
• Disebabkan oleh suatu kekuatan yang mendorong
fragmen tulang turun menekan otak yang lebih dalam.
Akibat fraktur ini kemungkinan CSS akan mengalir ke
hidung, telinga kemudian masuknya kuman dan
terkontaminasi dengan CSS dapat menimbulkan infeksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• 1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) :
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan
otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark /
iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah
injuri.
• 2. MRI :Digunakan sama seperti CT-Scan dengan
atau tanpa kontras radioaktif.
• 3. Cerebral Angiography :Menunjukan anomali
sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak
sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
• 4. Serial EEG :Dapat melihat perkembangan
gelombang yang patologis
• 5. X-Ray :Mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
lanjut
• 6. BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak
kecil
• 7. PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme
otak
• 8. CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga
terjadi perdarahan subarachnoid.
• 9. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau
masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi
peningkatan tekanan intracranial.
• 10. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan
elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan
intrkranial.
• 11. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat
sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
PENATALAKSANAAN
• 1. Observasi 24 jam
• 2. Jika pasien masih muntah sementara
dipuasakan terlebih dahulu.
• 3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
• 4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
• 5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
• 6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
• 7. Pemberian obat-obat analgetik.
• 8. Pembedahan bila ada indikasi.
Pedoman Resusitasi Dan Penilaian Awal
• Menilai jalan napas: bersihkan jalan napas dari debris
dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang
servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar
servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera
orofasial mengganggu jalan napas, maka pasien harus
diintubasi.
• Menilai pernapasan: tentukan apakah pasien bernapas
spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui
masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki
dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks,
pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang
oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga
saturasi oksigen minimum 95 %. Jika jalan napas pasien
tidak terlindung bahkan terancam, maka pasien harus
segera diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestersi.
next
• Pedoman Penatalaksanaan
• Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/ atau
leher, lakukan foto tulang belakang servikal
(proyeksi antero-posterior, lateral, dan odontoid).
• Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang
dan berat, lakukan prosedur berikut:
• Pasang jalur IV dengan larutan salin normal (NaCl
0.9 %) atau larutan Ringer Laktat: cairan isotonis
lebih efektif mengganti volume intravaskuler
daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak
menambah edema serebri.
• Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah
perifer lengkap, trombosit, kimia darah: glukosa,
ureum, dan kreatinin, masa protrombin atau masa
tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan
kadar alcohol bila perlu
Next.
• Lakukan CT Scan dengan jendela tulang: foto roentgen kepal tidak perlu
jika CT Scan dilakukan, karena CT Scan ini lebih sensitive untuk
mendeteksi fraktur. Pasien denga cedera kepala ringan, sedang, atau berat
harus dievaluasi adanya:
§ Hematoma epidural
§ Darah dalam subarakhnoid dan interventrikel
§ Kontusio dan perdarahan jaringan otak
§ Edema serebri
§ Obliterasi sisterna perimesenfalik
§ Pergeseran garis tengah
§ Fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan pneumosefalus
• Pada pasien yang koma (Skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-tanda
herniasi, lakukan tindakan berikut ini:
§ Elevasi kepala 30°
§ Hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermitten
§ Pasang kateter Foley
§ Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural
yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan fraktur impresi
>1 diploe)
Next..
• Penatalaksanaan Khusus
• 1. Cedera kepala ringan
• Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat
dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan
pemeriksaan CT Scan bila memenuhi criteria
berikut:
• § Hasil pemeriksaan neurologist dalam batas
normal
• § Foto servikal jelas normal
• § Adanya orang yang bertanggung jawab untuk
mengamati pasien selama 24 jam pertama,
dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian
gawat darurat jika timbul gejala perburukan
Next..
• 2. Cedera kepala sedang
• Pasien yang sedang menderita konkusi otak, dengan GCS 15
dan CT Scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat
dipulangkan untuk observasi di rumah, meskipun terdapat
nyeri kepala, mual, muntah, pusing, atau amnesia. Risiko
timbulnya lesi intracranial lanjut yang bermakna pada pasien
dengan cedera kepala sedang adalah minimal.
• 3. Cedera kepala berat
• Setelah penilaian awal dan stabilisasi tanda vital, keputusan
segera pada pasien ini apakah terdapat indikasi interval
bedah saraf segera. Jika ada indikasi, harus segera
dikonsulkan ke bedah saraf untuk tindakan operasi.
Penatalaksanaan cedera kepala berat seyogyanya dilakukan di
unit rawat intensif. Walaupun sedikit sekali yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kerusakan primer akibat cedera,
tetapi setidaknya dapat mengurangi kerusakan otak sekunder
akibat hipoksia, hipotensi, atau peningkatan TIK. Kejang
umum yang terjadi setelah cedera kepala dapat menyebabkan
kerusakan otak sekunder karena hipoksia, sehingga terapi
anti konvulsan dapat dimulai.
Next..
• Tindakan terhadap penalaksanaan
peningkatan TIK
• 1. Mempertahankan oksigenasi adekuat.
• 2. Pemberian manitol untuk menurunkan
edema serebral.
• 3. Hiperventilasi
• 4. Penggunaan steroid
• 5. Meninggikan kepala tempat tidur
• 6. Kemungkinan intervensi bedah neuro
untuk evakuasi bekuan darah
Next.
• Tindakan pendukung lain
• 1. Ventilasi
• 2. Pencegahan kejang dengan antikonvulson
• 3. Pemeliharaan cairan dan elektrolit
• 4. Keseimbangan nutrisi
• 5. Mempertahankan jalan nafas.
KOMPLIKASI
• Komplikasi
• 1. Epilepsi Pasca Trauma
• 2. Afasia
• 3. Apraksia
• 4. Agnosis
• 5. Amnesia
• 6. Fistel Karotis-kavernosus
• 7. Diabetes Insipidus
• 8. Kejang pasca trauma
• 9. Kebocoran cairan serebrospinal
• 10. Edema serebral dan herniasi
• 11. Defisit Neurologis dan Psikologis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
· Airway
• Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan
jalan napas.
· Breathing
• Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman
pernapasan, irama pernapasan, tarikan dinding dada,
penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping
hidung.
· Circulation
• Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan,
kapiler refill.
· Disability
• Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.
• Tingkat Kesadaran
Next..
• Kualitatif dengan :
- CMC
• Reaksi segera dengan orientasi sempurna, sadar akan sekeliling ,
orientasi baik terhadap orang tempat dan waktu.
- Apatis
• Terlihat mengantuk saat terbangun klien terlihat acuh tidak acuh
terhadap lingkungannya.
- Confuse
• Klien tampak bingung, respon psikologis agak lambat.
- Samnolen
• Dapat dibangunkan jika rangsangan nyeri cukup kuat, bila
rangsangan hilang, klien tidur lagi.
- Soporous Coma
• Keadaan tidak sadar menyerupai koma, respon terhadap nyeri
masih ada, biasanya inkontinensia urine, belum ada gerakan
motorik sempurna.
- Koma
• Keadaan tidak sadar, tidak berespon dengan rangsangan.
next
• 2. Pengkajian Sekunder
• a. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana
mekanismenya. Apa penyebab nyeri/cedera: Peluru
kecepatan tinggi? Objek yang membentuk kepala ? Jatuh
? Darimana arah dan kekuatan pukulan?
• b. Riwayat Penyakit Dahulu
• Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera
sebelumnya, atau kejang/ tidak. Apakah ada penyakti
sistemik seperti DM, penyakit jantung dan pernapasan.
Apakah klien dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah
pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan
neurologis sebelumnya. Jika pernah kecelakaan
bagimana penyembuhannya. Bagaimana asupan nutrisi.
• c. Riwayat Keluarga
• Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/
eklamsia, penyakit sistemis seperti DM, hipertensi,
penyakti degeneratif lainnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kerusakan
neurovaskular (cedera pusat pernapasan di otak).
• 2. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan
neurovaskuler, obstruksi trakeabronkial
• 3. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d edema
serebral
• 4. Perubahan persepsi sensori b.d trauma defisit
neurologis
• 5. Resti infeksi b.d trauma jaringan, kerusakan kulit,
prosedur invasif.
• 6. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan
tubuh, cedera ortopedi.
• 7. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d penurunan tingkat kesadaran, mual, muntah.

More Related Content

Similar to askep cidera kepala.pptx

Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Alvian P Windiramadhan
 
Konsep dasar penyakit
Konsep dasar penyakitKonsep dasar penyakit
Konsep dasar penyakit
aniiyuliani
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Alvian P Windiramadhan
 
Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan stroke
Sujana Pkm
 

Similar to askep cidera kepala.pptx (20)

Mkla trauma in
Mkla trauma inMkla trauma in
Mkla trauma in
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
Cidera Kepala
Cidera KepalaCidera Kepala
Cidera Kepala
 
4. cidera kepala
4. cidera kepala4. cidera kepala
4. cidera kepala
 
Konsep dasar penyakit
Konsep dasar penyakitKonsep dasar penyakit
Konsep dasar penyakit
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Depressed Fracture of the skull in trauma.pptx
Depressed Fracture of the skull in trauma.pptxDepressed Fracture of the skull in trauma.pptx
Depressed Fracture of the skull in trauma.pptx
 
Neurosurgery
NeurosurgeryNeurosurgery
Neurosurgery
 
TRAUMA_KEPALA.ppt
TRAUMA_KEPALA.pptTRAUMA_KEPALA.ppt
TRAUMA_KEPALA.ppt
 
Presentase
PresentasePresentase
Presentase
 
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptNURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
 
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdfLaporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
 
Askep trauma kepala
Askep trauma kepalaAskep trauma kepala
Askep trauma kepala
 
Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan stroke
 
Makalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan strokeMakalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan stroke
 
Askep chefalgia
Askep chefalgiaAskep chefalgia
Askep chefalgia
 
Makalah trauma kapitis
Makalah  trauma kapitisMakalah  trauma kapitis
Makalah trauma kapitis
 
Emergancy Concept Of Cerebral Injury
Emergancy Concept Of Cerebral InjuryEmergancy Concept Of Cerebral Injury
Emergancy Concept Of Cerebral Injury
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 

More from elvira381479

BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptxBUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
elvira381479
 
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.pptKonsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
elvira381479
 
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptxKONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
elvira381479
 
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptxMANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
elvira381479
 
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptxDASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
elvira381479
 
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptxALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
elvira381479
 

More from elvira381479 (8)

BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptxBUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
BUATLAH FSRA_latihan K3RS TENTANG FASKES LAYANAN DI RS.pptx
 
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.pptKonsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
Konsep dasar dan pengertian komunikasi pada lansia.ppt
 
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptxKONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI.pptx
 
komunikasi pd bayi ppt.pptx
komunikasi pd bayi ppt.pptxkomunikasi pd bayi ppt.pptx
komunikasi pd bayi ppt.pptx
 
komunikasi remaja.pptx
komunikasi remaja.pptxkomunikasi remaja.pptx
komunikasi remaja.pptx
 
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptxMANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
MANAGEMENT PATIENT SAFETY.pptx
 
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptxDASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
DASAR-DASAR PRINSIP KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT.pptx
 
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptxALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
ALAT – PELINDUNG – DIRI.pptx
 

Recently uploaded

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Recently uploaded (20)

Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 

askep cidera kepala.pptx

  • 2. PENGERTIAN • Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi, 2001). • Cedera kepala adalah trauma yang mengenai kulit kepala, tengkorak, dan otak yang disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tembus ( Mansjoer, 2000; Brunner & Soddarth, 2002 ) • Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil dari kecelakaan jalan raya ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
  • 3. • Cedera kepala merupakan adaya pukulan/benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran. Traumatik yang terjadi pada otak yang mampu menghasilkan perubahan pada phisik, intelektual, emosional, sosial, dan vocational (Susan Martin, 1999) • Trauma atau cedera kepala (brain injury) adalah salah satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan – perubahan fungsi otak (black, 2005)
  • 4. ETIOLOGI a. Trauma oleh benda tajam • Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia. b. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi) • Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya. • Etiologi lainnya: • a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. • b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan. • c. Cedera akibat kekerasan.
  • 5.
  • 6.
  • 7. KLASIFIKASI • a. Menurut Jenis Cedera • Cedera Kepala terbuka Dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan jaringan otak • Cedera kepala tertutup Dapat disamakan dengan keluhan geger otak ringan dan oedem serebral yang luas
  • 8. Next.. • b. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale) • Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah) - GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif) - Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt - Tak ada fraktur tengkorak - Tak ada contusio serebral (hematom) - Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang - Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing - Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala - Tidak adanya criteria cedera sedang-berat
  • 9. • Cedera kepala sedang - GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor) - Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24 jam (konkusi) - Dapat mengalami fraktur tengkorak - Amnesia pasca trauma - Muntah - Kejang
  • 10. next • Cedera kepala berat - GCS 3-8 (koma) - Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran progresif) - Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial - Tanda neurologist fokal - Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium
  • 11. Lanjut • Menurut morfologi • Fraktur tengkorak - Kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup - Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII - Fokal: epidural, subdural, intraserebral - Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
  • 12. Next.. • Menurut patofisiologi • Cedera kepala primer Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi : - Gegar kepala ringan - Memar otak - Laserasi • Cedera kepala sekunder Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti : - Hipotensi sistemik - Hipoksia - Hiperkapnea - Udema otak - Komplikasi pernapasan - Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
  • 13. Akibat Trauma Kepala • Kerusakan Pada Bagian Otak Tertentu • Kerusakan pada lapisan otak paling atas (korteks serebri biasanya akan mempengaruhi kemampuan berfikir, emosi dan perilaku seseorang. Daerah tertentu pada korteks serebri biasanya bertanggungjawab atas perilaku tertentu, lokasi yang pasti dan beratnya cedera menentukan jenis kelainan yang terjadi. a. Kerusakan Lobus Frontalis • Lobus frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan keahlian motorik (misalnya menulis • Memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu) • Kerusakan yang kecil, jika hanya mengelai satu sisi otak, menyebabkan kejang. • Kerusakan luas yang mengarah ke bagian belakang lobus frontalis bisa menyebabkan apati, ceroboh, lalai dan kadang inkontinensia. • Kerusakan luas yang mengarah ke bagian depan atau samping lobus frontalis menyebabkan perhatian penderita mudah teralihkan, kegembiraan yang berlebihan, suka menentang, kasar dan kejam; penderita mengabaikan akibat yang terjadi akibat perilakunya.
  • 14. Next.. • b. Kerusakan Lobus Parietalis • Kerusakan kecil di bagian depan lobus parietalis menyebabkan mati rasa pada sisi tubuh yang berlawanan. Kerusakan yang agak luas bisa menyebabkan hilangnya kemampuan untuk melakukan serangkaian pekerjaan (keadaan ini disebut apraksia) dan untuk menentukan arah kiri- kanan. • Kerusakan yang luas bisa mempengaruhi kemampuan penderita dalam mengenali bagian tubuhnya atau ruang di sekitarnya atau bahkan bisa mempengaruhi ingatan akan bentuk yang sebelumnya dikenal dengan baik (misalnya bentuk kubus atau jam dinding). Penderita bisa menjadi linglung atau mengigau dan tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan sehari-hari lainnya. • c. Kerusakan Lobus Temporalis • Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi dan mengingatnya sebagai memori jangka panjang. Lobus temporalis juga memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta menghasilkan jalur emosional. Kerusakan pada lobus temporalis sebelah kanan menyebabkan terganggunya ingatan akan suara dan bentuk • Kerusakan pada lobus temporalis sebelah kiri menyebabkan gangguan pemahaman bahasa yang berasal dari luar maupun dari dalam dan menghambat penderita dalam mengekspresikan bahasanya. Penderita dengan lobus temporalis sebelah kanan yang non-dominan, akan mengalami perubahan kepribadian seperti tidak suka bercanda, tingkat kefanatikan agama yang tidak biasa, obsesif dan kehilangan gairah seksual.
  • 15. Cedera Spesifik Otak Kepala • a. Fraktur Tengkorak • Fraktur Linear : Kekuatan benturan lebih luas area tengkorak • Fraktur Basiler: Pada dasar tengkorak atau pada tulang sepanjang bagian Frontal atau temporak • Fraktur ini cukup serius karena menimbulkan kontak antara CSS dan dunia luar melalui ruang subarachnoid dan sinus yang mengandung udara dari wajah atau tengkorak, memungkinkan bakteri masuk & mengisi drainase sinus • Patah tulang di dasar tengkorak bisa merobek meningens (selaput otak). Cairan serebrospinal(cairan yang beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atau telinga
  • 16. Next.. • b. Geger Serebral (Contusio) • Gegar otak (kontusio serebri) merupakan memar pada otak, yang biasanya disebabkan oleh pukulan langsung dan kuat ke kepala • Hal ini menandakan terjadinya perdarahan pada otak yang dapat menimbulkan pembengkakan Bakteri ringan dari cedera otak menyebar, disfungsi neurologis bersifat sementara dapat pulih • Disorientasi dan bingung sesaat dengan gejala sakit kepala, tak mampu konsentrasi gangguan memori sementara pusing, peka omnesia retrograde. •
  • 17. Lanjut.. • c. Memar / Laserasi cerebral (Komosio) • Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah hilangnya fungsi neurologik sementara tanpa kerusakan struktur. Umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam beberapa detik sampai beberapa menit. Jika jaringan otak di lobus frontal terkena, pasien dapat menunjukkan perilaku irasional yang aneh, dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia atau disorientasi.
  • 18. Lanjut. • d. Hematom Epidural • Adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam danlapangan meningens paling luar (dura), terjadi karena robekan cabang kecil arteri meningeal tengah atau frontal. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar. • Tanda dan gejala berupa sakit kepala hebat yang, penurunan kesadaran ringan, diikuti periode lucid, kemudian penurunan neurologi dari kacau mental sampai coma, bentuk dekortikasi & deserebrasi, pupil isokor sampai anisokor
  • 19.
  • 20.
  • 21. Next.. • e. Hematoma Subdural • Adalah akumulasi darah dibawah lapangan meningeal duramater diatas lapangan arakhnoid yang menutupi otak. Penyebabnya robekan permukaan dan lebih sering pada lansia dan alkoholik gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang disfasia. • Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak.. • Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah: • - sakit kepala yang menetap • - rasa mengantuk yang hilang-timbul • - linglung • - perubahan ingatan • - kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan
  • 22.
  • 23. Lanjut,, • a. Hematoma Intrakranial • Adalah pengumpalan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim otak, penyebabnya adalah fraktur depresi tulang tengkorak, cedera penetrasi peluru dan gerakan aselerasi-deserasi tiba- tiba tindakan bersifat kontroversial bedah atau medis, serta bias juga terjadi karena cedera atau stroke. • Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). • Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.
  • 24. Lanjut.. • b. Konkusio • Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan) sekejap, setelah terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang nyata. Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. • Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari. • Beberapa penderita merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan • Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio.
  • 25. MANIFESTASI KLINIS • 1. Gangguan kesadaran • 2. Konfusi • 3. Abnormalitas pupil • 4. Piwitan tiba-tiba defisit neurologis • 5. Perubahan TTV • 6. Gangguan pergerakan • 7. Gangguan penglihatan dan pendengaran • 8. Disfungsi sensori • 9. Kejang otot
  • 26. Lanjut. • 10. Sakit kepala • 11. Vertigo • 12. Kejang • 13. Pucat • 14. Mual dan muntah • 15. Pusing kepala • 16. Terdapat hematoma • 17. Kecemasan • 18. Sukar untuk dibangunkan • 19. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
  • 27. Next • Akibat Dari Trauma Otak Ini Tergantung Pada: • 1. Kekuatan benturan • Makin besar benturan makin parah kerusakan • 2. Akselerasi / Deselerasi • Akselerasi = Benda yang bergerak mengenai kepala yang diam • Desekrasi = Kepala membentur benda diam • Keduanya bisa bersamaan terjadi bila gerakan kepala tiba- tiba tanpa kontak langsung. • 3. KUP dan Kontra KUP • Cedera KUP Kerusakan pada daerah dekat yang terbentur • Kontra KUP Kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan benturan
  • 28. Next.. • 4. Lokasi Benturan • Bagi otak yang tersebar kemungkinan cedera kepala terberat adalah bagian lotus anterior (Frontalis & temporalis) Lobus posterior (oksipitalis dan atas mesenfalon). • 5. Rotasi • Pengubahan posisi rotasi kepala menyebabkan trauma regangan & robekan pada substansia alba dan batang otak. • 6. Fraktur Impresi • Disebabkan oleh suatu kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun menekan otak yang lebih dalam. Akibat fraktur ini kemungkinan CSS akan mengalir ke hidung, telinga kemudian masuknya kuman dan terkontaminasi dengan CSS dapat menimbulkan infeksi
  • 29. PEMERIKSAAN PENUNJANG • 1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri. • 2. MRI :Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. • 3. Cerebral Angiography :Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. • 4. Serial EEG :Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis • 5. X-Ray :Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
  • 30. lanjut • 6. BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil • 7. PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak • 8. CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. • 9. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial. • 10. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial. • 11. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
  • 31. PENATALAKSANAAN • 1. Observasi 24 jam • 2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. • 3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi. • 4. Anak diistirahatkan atau tirah baring. • 5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi. • 6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi. • 7. Pemberian obat-obat analgetik. • 8. Pembedahan bila ada indikasi.
  • 32. Pedoman Resusitasi Dan Penilaian Awal • Menilai jalan napas: bersihkan jalan napas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu jalan napas, maka pasien harus diintubasi. • Menilai pernapasan: tentukan apakah pasien bernapas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernapas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga saturasi oksigen minimum 95 %. Jika jalan napas pasien tidak terlindung bahkan terancam, maka pasien harus segera diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestersi.
  • 33. next • Pedoman Penatalaksanaan • Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/ atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi antero-posterior, lateral, dan odontoid). • Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur berikut: • Pasang jalur IV dengan larutan salin normal (NaCl 0.9 %) atau larutan Ringer Laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskuler daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak menambah edema serebri. • Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa protrombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alcohol bila perlu
  • 34. Next. • Lakukan CT Scan dengan jendela tulang: foto roentgen kepal tidak perlu jika CT Scan dilakukan, karena CT Scan ini lebih sensitive untuk mendeteksi fraktur. Pasien denga cedera kepala ringan, sedang, atau berat harus dievaluasi adanya: § Hematoma epidural § Darah dalam subarakhnoid dan interventrikel § Kontusio dan perdarahan jaringan otak § Edema serebri § Obliterasi sisterna perimesenfalik § Pergeseran garis tengah § Fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan pneumosefalus • Pada pasien yang koma (Skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini: § Elevasi kepala 30° § Hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermitten § Pasang kateter Foley § Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan fraktur impresi >1 diploe)
  • 35. Next.. • Penatalaksanaan Khusus • 1. Cedera kepala ringan • Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan bila memenuhi criteria berikut: • § Hasil pemeriksaan neurologist dalam batas normal • § Foto servikal jelas normal • § Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien selama 24 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala perburukan
  • 36. Next.. • 2. Cedera kepala sedang • Pasien yang sedang menderita konkusi otak, dengan GCS 15 dan CT Scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat dipulangkan untuk observasi di rumah, meskipun terdapat nyeri kepala, mual, muntah, pusing, atau amnesia. Risiko timbulnya lesi intracranial lanjut yang bermakna pada pasien dengan cedera kepala sedang adalah minimal. • 3. Cedera kepala berat • Setelah penilaian awal dan stabilisasi tanda vital, keputusan segera pada pasien ini apakah terdapat indikasi interval bedah saraf segera. Jika ada indikasi, harus segera dikonsulkan ke bedah saraf untuk tindakan operasi. Penatalaksanaan cedera kepala berat seyogyanya dilakukan di unit rawat intensif. Walaupun sedikit sekali yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan primer akibat cedera, tetapi setidaknya dapat mengurangi kerusakan otak sekunder akibat hipoksia, hipotensi, atau peningkatan TIK. Kejang umum yang terjadi setelah cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan otak sekunder karena hipoksia, sehingga terapi anti konvulsan dapat dimulai.
  • 37. Next.. • Tindakan terhadap penalaksanaan peningkatan TIK • 1. Mempertahankan oksigenasi adekuat. • 2. Pemberian manitol untuk menurunkan edema serebral. • 3. Hiperventilasi • 4. Penggunaan steroid • 5. Meninggikan kepala tempat tidur • 6. Kemungkinan intervensi bedah neuro untuk evakuasi bekuan darah
  • 38. Next. • Tindakan pendukung lain • 1. Ventilasi • 2. Pencegahan kejang dengan antikonvulson • 3. Pemeliharaan cairan dan elektrolit • 4. Keseimbangan nutrisi • 5. Mempertahankan jalan nafas.
  • 39. KOMPLIKASI • Komplikasi • 1. Epilepsi Pasca Trauma • 2. Afasia • 3. Apraksia • 4. Agnosis • 5. Amnesia • 6. Fistel Karotis-kavernosus • 7. Diabetes Insipidus • 8. Kejang pasca trauma • 9. Kebocoran cairan serebrospinal • 10. Edema serebral dan herniasi • 11. Defisit Neurologis dan Psikologis
  • 40. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Primer · Airway • Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan napas. · Breathing • Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan, irama pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung. · Circulation • Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan, kapiler refill. · Disability • Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri. • Tingkat Kesadaran
  • 41. Next.. • Kualitatif dengan : - CMC • Reaksi segera dengan orientasi sempurna, sadar akan sekeliling , orientasi baik terhadap orang tempat dan waktu. - Apatis • Terlihat mengantuk saat terbangun klien terlihat acuh tidak acuh terhadap lingkungannya. - Confuse • Klien tampak bingung, respon psikologis agak lambat. - Samnolen • Dapat dibangunkan jika rangsangan nyeri cukup kuat, bila rangsangan hilang, klien tidur lagi. - Soporous Coma • Keadaan tidak sadar menyerupai koma, respon terhadap nyeri masih ada, biasanya inkontinensia urine, belum ada gerakan motorik sempurna. - Koma • Keadaan tidak sadar, tidak berespon dengan rangsangan.
  • 42. next • 2. Pengkajian Sekunder • a. Riwayat Kesehatan Sekarang • Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana mekanismenya. Apa penyebab nyeri/cedera: Peluru kecepatan tinggi? Objek yang membentuk kepala ? Jatuh ? Darimana arah dan kekuatan pukulan? • b. Riwayat Penyakit Dahulu • Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera sebelumnya, atau kejang/ tidak. Apakah ada penyakti sistemik seperti DM, penyakit jantung dan pernapasan. Apakah klien dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan neurologis sebelumnya. Jika pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya. Bagaimana asupan nutrisi. • c. Riwayat Keluarga • Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/ eklamsia, penyakit sistemis seperti DM, hipertensi, penyakti degeneratif lainnya.
  • 43. DIAGNOSA KEPERAWATAN • 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskular (cedera pusat pernapasan di otak). • 2. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler, obstruksi trakeabronkial • 3. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d edema serebral • 4. Perubahan persepsi sensori b.d trauma defisit neurologis • 5. Resti infeksi b.d trauma jaringan, kerusakan kulit, prosedur invasif. • 6. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan tubuh, cedera ortopedi. • 7. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan tingkat kesadaran, mual, muntah.