2. Definisi
• Defek septum atrium merupakan keadaan
dimana terjadi defek pada bagian septum
antar atrium sehingga terjadi komunikasi
langsung antara atrium kanan dan kiri.
3. Etiologi
• Adanya gangguan atau kegagalan
pembentukan dan perkembangan jantung
pada fasel awal kehidupan janin.
4. Klasifikasi
• Atrial septal defek sekundum 50-70% dari
seluruh ASD.
• Atrial septal defect primum 15% dari seluruh
ASD.
• Sinus venosus defect 10% dari seluruh ASD.
5.
6. Epidemiologi
• Defek septum atrium sekundum lebih sering
terjadi pada perempuan dengan rasio 2:1
• Tipe sinus venosus radio 1:1
7. Manifestasi klinis
• Bayi sdan anak dengan ASD biasanya
asimptomatik.
• Kurang dari 10% kasus ASD memperlihatkan
gejala aliran darah pulmoner yang berlebih,
seperti kesulitan menyusu, sering batuk
panas, dan pertumbuhan badan kurang pada
usia bayi
8. Pemeriksaan fisik
• Pulsasi ventrikel kanan pada daerah para
sternal kanan
• Wide fixed splitting bunyi jantung kedua
walaupun tidak selalu ada
• Bising sitolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal
pada garis sternal kiri atas
• Bising mid diastolik pada daerah trikuspid,
dapat menyebar ke apeks.
9. Pemeriksaan fisik
• Bunyi jantung kedua mengeras di daerah
pulmonal
• Sianosis jarang ditemukan.
10. EKG
• Menunjukan aksis ke kanan, blok bundel
kanan, hipertrovi ventrikel kanan, interval PR
memanjang, aksis gelombang P abnormal.
11.
12. Foto Rontgen Dada
• Pada foto lateral terlihat daerah retrosternal
terisi, akibat pembesaran ventrikel kanan.
• Dilatasi atrium kanan.
• Segmen pulmonal menonjol, corakan vaskular
paru prominen.
13.
14. Ekokardiografi
• Dengan menggunakan ETT dan doppler berwarna
dapat ditentukan lokasi defek septum, arah pirau,
ukuran atrium dan ventrikel kanan, keterlibatan
katup mitral misalnya prolaps yang memang
sering terjadi pada ASD
• ETE sangat bermanfaat untuk pengukuran besar
defek secara presisi, sehingga dapat membantu
dalam tindakan penutupan ASD perkutan, juga
kelainan yg menyertai.
15.
16. Kateterisasi jantung
• Pemeriksaan ini diperlukan guna
– Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di
atrium kanan
– Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal sistemik
(Qp/Qs)
– Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis
– Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis
– Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang
lebih tua, sebelum tindakan operasi penutupan ASD.
17. Magnetic Resonance Imaging
• Sebagai tambahan dalam menentukan adanya
dan lokasi ASD.
• Evaluasi anomali aliran vena, bila belum bisa
dibuktikan dengan modalitas lain
• Dapat dipakai untuk estimasi Qp/Qs
18. Tatalaksana
• Penutupan ASD
– Dianjurkan bila
• Aliran pirau cukup bermakna, yaitu terlihat tanda-tanda
pembebanan volum ventrikel kanan (Qp:Qs>= 1,5 atau
terlihat dilatasi ventrikel kanan)
• Pulmonary vascular resistance index (PARI) <=10
units/m2 atau <= units/m2 dengan tes oksigen atau
vasodilator
19. Tatalaksana
• Intervensi non bedah
– Penutupan ASD tanpa bedah hanya dimungkinkan
pada ASD sekundum ukuran 5-32mm dengan rim
yang adekuat
– Penutupan dengan cara ini tidak meninggalkan
jaringan parut
– Pasien perlu minum aspirin 80mg/hari sampai 6
bulan pasca procedur
– Besarnya sheath yang dipakai membatasi
pengunaannya pada bayi
20. Tatalaksana
• Intervensi bedah
– Pembedahan biasanya dilakukan pada usia 2-4
tahun.
– Keberhasilan bedah cukup tinggi dengan kematian
<0.5%, angka kematian meningkat bila
pembedaahan dilakukan pada bayi dan AS disertai
vaskular pulmoner yang tinggi.