Dokumen ini membahas tentang alih fungsi lahan terbuka hijau, khususnya persawahan, menjadi perumahan di kawasan Padang Bulan, Kota Medan. Lahan persawahan di daerah ini secara perlahan dialihfungsikan menjadi perumahan tanpa memenuhi persyaratan ruang terbuka hijau yang diperlukan untuk kota. Hal ini berpotensi memengaruhi lingkungan dan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
Outrigger adalah suatu struktur tambahan berbentuk rangka batang berdimensi besar, yang dipasang menghubungkan core dengan kolom-kolom eksterior suatu bangunan gedung. Pemakaiannya telah cukup terbukti efektif dalam mengurangi simpangan lateral suatu bangunan tingkat tinggi, khususnya pada bangunan yang memiliki lebih dari 40 lantai.
Green Material memiliki pengertian lebih luas selain hanya dari sisi produk materialnya saja yang ramah lingkungan. Material ramah lingkungan pada umumnya menyangkut dari sisi produk material.
Material ramah lingkungan adalah material yang pada saat digunakan dan dibuang, tidak memiliki potensi merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan.
Urban design merupakan cara untuk mengembangkan kerangka kebijakan dalam menyusun rancangan fisik, pada rancangan elemen utama wujud kota, yang didistribusikan dalam ruang dan dibangun pada waktu yang berbeda oleh orang yang berbeda (Shirvani; 1985). Disamping itu, urban design ini merupakan bagian dari proses perencanaan kota yang menyangkut aspek tiga dimensi dan non visual: kebisingan, aroma, rasa nyaman, bahaya, rasa aman; aspek sosial, ekonomi, kebijakan (Gosling dan Maitland; 1984). Menurut Trancik pendekatan, pendekatan figure/gound, linkage, and place merupakan landasan yang dapat digunakan untuk melakukan perancangan kota, baik secara historis maupun modern. Ketiga pendekatan tersebut secara bersamaan memiliki potensi sebagai salah satu strategi perancangan kota yang menekankan produk rancang kota secara terpadu. Ketidak pahaman terhadap tiga pendekatan ini (Zahnd; 1999) seringkali menyebabkan kegagalan dalam mendesain kawasan kota dengan baik, terutama terhadap hubungan-hubungan antara tiga pendekatan tersebut
Setelah menggambarkan kondisi faktual elemen-elemen urban design berupa solid-void-lingkage kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) pada tugas sebelumnya, maka pada tugas kali ini akan membahas mengenai rencana MERR International Shopping Belt (MISB) pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR). Menurut Kevin Lynch, rencana identitas yang digunakan pada suatu kawasan dibentuk oleh lima elemen yakni landmark, path, nodes, district. Wujud dari citra kota terbentuk dari keteraturan dan ketertiban rancangan ruang yang ada dalam kota tersebut.
Perencanaan dan perancangan tata ruang Kota Surabaya mengacu pada arahan Rencana Tata Ruang Kota Surabaya, dimana seluruh ketentuan peruntukan lahan di Kota Surabaya diatur di dalam RTRW ini. Secara detail bangunan arahan pengembangan yang terdapat pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) ini diatur dalam RDTRK UP II Kertajaya. Dengan demikian, rencana perancangan MERR International Shopping Belt (MISB) pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) yang kami sajikan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan arahan pengembangan yang terdapat dalam produk perencanaan tersebut.
Wilayah studi dalam penulisan makalah ini yaitu kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR), yang merupakan salah satu akses penting yang berada di Surabaya bagian timur. Pada Kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) terdapat karakteristik yang berasal dari potensi dan permasalahan yang ada. Dari karakteristik tersebut dibutuhkan suatu rencana yang mungkin dapat diimplementasikan dalam bentuk tiga dimensi berdasarkan Solid-Void-Linkage dan Place.
Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering bertabrakan dengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan sawah bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak prilaku “spekulan tanah” yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut.
Outrigger adalah suatu struktur tambahan berbentuk rangka batang berdimensi besar, yang dipasang menghubungkan core dengan kolom-kolom eksterior suatu bangunan gedung. Pemakaiannya telah cukup terbukti efektif dalam mengurangi simpangan lateral suatu bangunan tingkat tinggi, khususnya pada bangunan yang memiliki lebih dari 40 lantai.
Green Material memiliki pengertian lebih luas selain hanya dari sisi produk materialnya saja yang ramah lingkungan. Material ramah lingkungan pada umumnya menyangkut dari sisi produk material.
Material ramah lingkungan adalah material yang pada saat digunakan dan dibuang, tidak memiliki potensi merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan.
Urban design merupakan cara untuk mengembangkan kerangka kebijakan dalam menyusun rancangan fisik, pada rancangan elemen utama wujud kota, yang didistribusikan dalam ruang dan dibangun pada waktu yang berbeda oleh orang yang berbeda (Shirvani; 1985). Disamping itu, urban design ini merupakan bagian dari proses perencanaan kota yang menyangkut aspek tiga dimensi dan non visual: kebisingan, aroma, rasa nyaman, bahaya, rasa aman; aspek sosial, ekonomi, kebijakan (Gosling dan Maitland; 1984). Menurut Trancik pendekatan, pendekatan figure/gound, linkage, and place merupakan landasan yang dapat digunakan untuk melakukan perancangan kota, baik secara historis maupun modern. Ketiga pendekatan tersebut secara bersamaan memiliki potensi sebagai salah satu strategi perancangan kota yang menekankan produk rancang kota secara terpadu. Ketidak pahaman terhadap tiga pendekatan ini (Zahnd; 1999) seringkali menyebabkan kegagalan dalam mendesain kawasan kota dengan baik, terutama terhadap hubungan-hubungan antara tiga pendekatan tersebut
Setelah menggambarkan kondisi faktual elemen-elemen urban design berupa solid-void-lingkage kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) pada tugas sebelumnya, maka pada tugas kali ini akan membahas mengenai rencana MERR International Shopping Belt (MISB) pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR). Menurut Kevin Lynch, rencana identitas yang digunakan pada suatu kawasan dibentuk oleh lima elemen yakni landmark, path, nodes, district. Wujud dari citra kota terbentuk dari keteraturan dan ketertiban rancangan ruang yang ada dalam kota tersebut.
Perencanaan dan perancangan tata ruang Kota Surabaya mengacu pada arahan Rencana Tata Ruang Kota Surabaya, dimana seluruh ketentuan peruntukan lahan di Kota Surabaya diatur di dalam RTRW ini. Secara detail bangunan arahan pengembangan yang terdapat pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) ini diatur dalam RDTRK UP II Kertajaya. Dengan demikian, rencana perancangan MERR International Shopping Belt (MISB) pada kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) yang kami sajikan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan arahan pengembangan yang terdapat dalam produk perencanaan tersebut.
Wilayah studi dalam penulisan makalah ini yaitu kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR), yang merupakan salah satu akses penting yang berada di Surabaya bagian timur. Pada Kawasan Koridor Jalan Dr. H. Ir. Soekarno (MERR) terdapat karakteristik yang berasal dari potensi dan permasalahan yang ada. Dari karakteristik tersebut dibutuhkan suatu rencana yang mungkin dapat diimplementasikan dalam bentuk tiga dimensi berdasarkan Solid-Void-Linkage dan Place.
Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering bertabrakan dengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan sawah bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak prilaku “spekulan tanah” yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut.
alih fungsi lahan pada pegunungan Dieng di Wonosobo pasti menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Masyarakat Dieng mengubah fungsi hutan menjadi lahan pertanian kentang yang memang menguntungkan secara ekonomi.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad KennedyMuhammad Kennedy Ginting
Jenis - Jenis Perubahan Hutan merupakan salah satu materi dalam mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Disini akan membahas tentang lignkungan pada saat sekarang.
Presentasi #3 ; lesson plan ; penghijauan jakartamasrahmatmiftah
Presentasi ini dibuat oleh Rahmat Miftah. Guru PLKJ di SMP IHBS sekaligus sebagai LITBANG. Belajar gaya bajak laut, membuat saya bersemangat untuk mengenal ilmu pengetahuan lebih luas melalui sumber belajar yang bernama Internet..
Presentasi #3 ; lesson plan ; penghijauan jakartamasrahmatmiftah
Presentasi ini dibuat oleh Rahmat Miftah. Guru PLKJ di SMP IHBS sekaligus sebagai LITBANG. Belajar gaya bajak laut, membuat saya bersemangat untuk mengenal ilmu pengetahuan lebih luas melalui sumber belajar yang bernama Internet..
Contoh kerajinan daur ulang plastik, Kerajinan tangan daur ulang dan cara membuatnya, Contoh kerajinan daur ulang kertas, Contoh kerajinan daur ulang barang bekas, Contoh kerajinan daur ulang yang mudah, Contoh kerajinan daur ulang sederhana, Contoh kerajinan daur ulang dan cara membuatnya, Contoh kerajinan daur ulang dari kertas, contoh kerajinan daur ulang dari botol, contoh kerajinan daur ulang dari bahan bekas, contoh kerajinan daur ulang dari barang bekas
Ibu Kartika Ikasari
Jl. S.Supriadi 38 Malang
083 84 87 231 79
Pin BBm 52877DE6
Facebook Banksampahmalang
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!jong arsitek
pentingnya upaya pelestarian fungsi: PROSES alami rth DAN rtb dalam penerapan rtrw 2010-2030 DI dki jakarta
Bahan diskusi dari KOWAR2030, oleh Ning Purnomohadi.
Rabu, Tgl 10 Feb.2010 di Galeri Salihara Psr Minggu, Jakarta Selatan
Alih Fungsi Lahan Terbuka Hijau menjadi Perumahan pada Kawasan Padang Bulan/Selayang
1.
2. Sebuah kawasan persawahan memiliki nilai yang penting dalam suatu daerah. Selain fungsi sawah yang sudah dijelaskan di atas, persawahan mempunyai fungsi yang lain.
3. Persawahan sebagai nilai ekonomi. Persawahan dipergunakan masyarakat sekitar untuk melakukan cocok tanam yang merupakan sumber mata pencaharian bagi beberapa masyarakat, khususnya masyarakat kota Medan.
4. Persawahan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Dari pengolahan persawahan ini akan dihasilkan beberapa hasil pertanian, yaitu Padi, Jagung, dll. Maupun hasil perikanan, misalnya ikan mas, ikan jair dan beberapa ikan air tawar. Dari hasil tersebut mampu membantu supply pangan pada suatu daerah.
5. Persawahan sebagai nilai estetika. Padatnya aktivitas maupun kondisi bangunan di kota Medan terkadang membuat manusia yang beraktivitas di dalamnya merasa jenuh. Persawahan mampu membantu masyarakat tersebut sehingga ketika berada di daerah persawahan dapat membantu secara psikologis untuk mendapat ketenangan dan keluasan pandangan.
6. Alih Fungsi Persawahan di Kawasan Padang BulanMEDAN-Tata ruang Kota Medan sudah lama melengceng dari aturan. Hal itu menjadi ancaman kelangsungan hidup di kota seluas 26.500 hektar ini. Suhu udara terus naik, iklim tak menentu, kadar oksigen berkurang sedangkan gas karbondioksida terus meningkat. Ruang terbuka hijau (RTH) yang ditumbuhi pohon besar seharusnya dapat memproduksi oksigen (O2) dan menyerap karbondioksida (CO2). (Harian Sumut Pos). Perumahan atau juga sering disebut juga permukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human).3 Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi Masalah yang terjadi secara perlahan-lahan tapi pasti terjadi di kawasan Padang Bulan. Dimana banyak lahan terbuka khususnya lahan persawahan yang dialihfungsikan menjadi perumahan. Daerah pesawahan di daerah ini satu demi satu diubah menjadi daerah perumahan dan bangunan komersial. Daerah yang menjadi perhatian penulis sendiri adalah di daerah Jalan Abdul Hakim dan Jalan Pembangunan, Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Dimana di daerah ini masih terdapat areal persawahan yang cukup luas bagi sebuah kota besar. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Hasil gambar dari google earth yang diambil pada tahun 2003, dimana di daerah Padang Bulan/Selayang, khususnya di sepanjang Jalan Abdul Hakim memiliki wilayah persawahan yang cukup luas. Gambar 1 Peta Wilayah Padang Bulan/Selayang (Sumber : Google Earth : Image 2003) Dari pantauan penulis bahwa pembangunan dilaksanakan secara bertahap. Dimulai dari lahan yang satu dan dilanjutkan dengan lahan yang lain disekitarnya. Walaupun demikian pembangunan perumahan dan permukiman tersebut memiliki pihak pengembang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan fungsi ruang terbuka hijau tersebut, antara lain :Terbatasnya lahan yang hendak dibangun pada daerah RTH yang mengalami perubahan; Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingin dibangun untuk melayani penduduk; Kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan RTH; Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan akan RTH; Kondisi perekonomian. Daerah Padang Bulan sendiri adalah daerah yang memliki potensi yang besar untuk dijadikan daerah perumahan dan permukiman karena daerah ini memliki kepadatan penduduk yang kecil. Berikut adalah beberapa contoh perumahan yang menggantikan persawahan. ` Gambar 2 : Perumahan yang sedang dibangun. (Sumber : Dokumentasi, 2009) Gambar 3 : Sawah yang sedang dibangun (Sumber : Domentasi, 2009) Kawasan yang berdekatan dengan daerah persawahan ini jarang sekali terjadi banjir, hal ini dikarenakan air hujan yang turun diserap oleh daerah persawahan. Pematang sawah mampu menahan jumlah air hujan yang turun. Padahal banyak daerah – daerah lain di kota Medan yang sering mengalami banjir pada musim penghujan baik karena system drainase yang tidak berfungsi atau bahkan tidak adanya daerah resapan air hujan di daerah tersebut. Selain sebagai daerah persawahan ada juga beberapa area sebagai kolam, baik sebagai penampung air maupun pengkaran ikan air tawar. Gambar 4 : Kolam di sekitar perumahan. (Sumber : Dokumentasi, 2009) Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa hampir di setiap kota padat penduduk memiliki ruang terbuka hijau yang sempit. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah baik dari dalam kota itu sendiri maupun urbanisasi penduduk. Hal ini tentu mengkhawatirkan, Kota Medan diprediksi hanya mempunyai 795 hektar ruang terbuka hijau dari total 26.500 hektar luas Kota Medan atau sekitar 3 persen saja. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan, Syaiful Bahri mengatakan, dalam rancangan pembangunan Kota Medan yang tengah disusun, direncanakan ruang terbuka hijau seluas 20 persen. Sedangkan 10 persen lagi dikelola pihak ketiga dan masyarakat atau pekarangan rumah. “Jadi dalam rancangan pembangunan Kota Medan ke depan, kami menyiapkan 20 persen ruang terbuka hijau,” kata Syaiful di Medan kemarin. Ia mengajak warga Kota Medan sama-sama membangun dan menjaga lingkungan, air dan kelestarian kota ini. Bagaimana mungkin pencapaian tersebut dapat dicapai apabila daerah persawahan yang merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau harus digantikan oleh perumahan-perumahan. Walau pemerintah sudah menetapkan beberapa lokasi yang akan dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau, yaitu total luasnya 5560 hektar dengan rincian hutan mangrove Belawan 1029 hektar, kawasan lindung sempadan sungai 666 hektar, sekitar danau (luasnya tak dicantumkan), taman kota dan taman lingkungan 612 hektar termasuk yang ada sekarang 22 hektar (betapa besarnya taman yang harus diadakan), sempadan jalan 3050 hektar (tidak jelas apakah maksudnya lahan pekarangan masyarakat yang dibuat hijau, karena kalau demikian bukan ruang terbuka hijau publik lagi namanya, tapi ruang terbuka privat). Tapi pada kenyataannya tidak semudah itu memperoleh jumlah luas lahan tersebut. Hal ini, berkaitan dengan masyarakat sendiri, dimana tidak semua masyarakat memahami dan mengerti pentingnya ruang terbuka sehingga terkadang mereka menolak untuk menjual lahan mereka atau bahkan menjual dengan harga yang mahal. KESIMPULAN Perumahan memang hal yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat yang tinggal dalam suatu kota. Perumahan merupakan salah satu aspek yang menjanjikan dalam suatu usaha. Persawahan sebagai ruang terbuka hijau juga tidak kalah penting dalam kehidupan suatu kota. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kedua komponen ini dapat saling mendukung satu dengan yang lain. Dimana kedua kebutuhan penting ini dapat saling terpenuhi. Dalam hal ini, pemerintah perlu membuat suatu atutan yang jelas dan tegas dalam pengaturan Tata Ruang Kota Medan sendiri. Sejauh ini banyak kejadian atau masalah dari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Medan. Banyak pembangunan yang tidak mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan pada awalnya tapi tetap saja dapat didirikan dan beroperasi. Dalam hal ini, Medan sudah memiliki masterplan (rencana tata ruang wilayah) 2 kali, yaitu 1975-2000 dan 1995-2005. Rencana tata ruang yang sekarang sudah kadaluwarsa dan syukur Pemko Medan telah mempersiapkan gantinya, yaitu masterplan Medan 2016 dan dalam proses pengesahan. Jadi, pembangunan perumahan itu memang penting dalam pertumbuhan suatu kota. Tetapi, kembali kepada pemerintah sebagai pemegang perkembangan suatu kota. Kiranya pemerintah semakin bijaksana dan tegas dalam mengerjakan setiap masterplan dan peraturan yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Aulia, Dwira N. dkk, 2009, Bahan Ajar Perumahan dan Permukiman.Medan : USU Press. http://www.hariansumutpos.com/2009/06/pemko-sedang-tenggelamkan-kota-Medan.html http://pkukmweb.ukm.my/~pkaukm/BUKU%201%20&%202/PDF_buku%20/16_Sains%20&%20Tech_Muchlis_Peran%20tak%20tergantikan%20kawasan%20terbuka%20hijau.pdf http://zarch.wordpress.com/2008/07/09/ruang-terbuka-publik kota/Sinkronisasi penataan ruang dengan Pembangunan perumahan dan permukiman. Wonorahardjo, Surjamanto. Dkk, 2008. Kebijakan pembangunan perumahan dan dampak lingkungan. Bandung: Institut Teknologi Bandiung.