1. Dr. Herry Setya Yudha Utama lahir di Sumedang pada 1962 dan merupakan spesialis bedah serta memiliki berbagai pengalaman kerja di rumah sakit dan organisasi kesehatan di Jawa Barat.
2. Beliau juga aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi kesehatan di Cirebon dan memiliki gelar magister hukum kesehatan.
3. Dr. Herry memiliki banyak pengalaman dalam menangani berbagai jen
Dokumen tersebut membahas tentang konsep perawatan luka dalam praktik kebidanan. Ia menjelaskan pengertian luka, jenis-jenis luka berdasarkan sifat kejadian dan penyebabnya, stadium luka, prinsip penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, komplikasi penyembuhan luka, macam-macam luka dalam praktik kebidanan, dan perawatan luka melalui penjahitan luka.
1. Dr. Herry Setya Yudha Utama lahir di Sumedang pada 1962 dan merupakan spesialis bedah serta memiliki berbagai pengalaman kerja di rumah sakit dan organisasi kesehatan di Jawa Barat.
2. Beliau juga aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi kesehatan di Cirebon dan memiliki gelar magister hukum kesehatan.
3. Dr. Herry memiliki banyak pengalaman dalam menangani berbagai jen
Dokumen tersebut membahas tentang konsep perawatan luka dalam praktik kebidanan. Ia menjelaskan pengertian luka, jenis-jenis luka berdasarkan sifat kejadian dan penyebabnya, stadium luka, prinsip penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, komplikasi penyembuhan luka, macam-macam luka dalam praktik kebidanan, dan perawatan luka melalui penjahitan luka.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, meliputi definisi luka, jenis-jenis luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, serta komplikasi yang mungkin timbul.
1. Dokumen tersebut membahas tentang standar asuhan keperawatan luka. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian luka, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Juga dibahas mengenai komplikasi, konsep dasar keperawatan luka, dan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang luka dan perawatannya. Secara singkat, dibahas mengenai pengertian luka, jenis-jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasi dan kedalaman, mekanisme terjadinya luka, serta tahapan penyembuhan luka yang terdiri dari fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar perawatan luka. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian luka dan penyembuhan luka, faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, tahapan penyembuhan luka, dan cara penanganan berbagai jenis luka.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar perawatan luka dalam praktik kebidanan, meliputi proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, teknik penjahitan luka dan pengangkatan jahitan. Secara khusus membahas tentang jenis-jenis luka, proses penyembuhannya, dan prinsip perawatan luka.
Luka traumatis adalah luka yang disebabkan oleh cedera fisik seperti sayatan, abrasi, atau luka tusukan yang merusak kulit dan jaringan di bawahnya. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis luka traumatis seperti luka akut, luka potong, dan luka tembus, serta klasifikasinya berdasarkan tingkat kontaminasi dan kedalaman luka. Proses penyembuhan dan penatalaksanaan luka traumatis juga diuraikan
Luka berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan
2. Luka kronis adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
Modul ini membahas tentang perawatan luka dan pemberian obat, meliputi pengertian luka, mekanisme terjadinya luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Tujuannya adalah agar mahasiswa memahami konsep dan praktik perawatan luka.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, mulai dari pengertian luka, mekanisme terjadinya luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, komplikasi luka, asuhan keperawatan klien dengan luka.
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptxfernaldoworiwun
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, meliputi proses penyembuhan luka, jenis-jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasi, kedalaman, dan waktu penyembuhan, serta tahapan perawatan luka mulai dari persiapan, pemeriksaan, pembersihan, hingga penutupan luka.
Modul ini membahas tentang penanganan luka dan cedera. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu definisi luka dan jenis-jenisnya, prinsip penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, serta cara menangani berbagai jenis luka. Modul ini bertujuan memberikan pemahaman dasar kepada pembaca tentang pengertian dan penanganan luka.
Makalah ini membahas tentang perawatan luka, dengan menjelaskan pengertian luka, proses penyembuhan luka, dan faktor yang mempengaruhinya. Juga dijelaskan tentang perawatan luka bersih, luka basah, menjahit luka, dan mengangkat jahitan.
Dalam penyembuhan luka membutuhkan proses dan tahap sehingga dibutuhkan waktu, kesabaran dan pengobatan serta asuhan selama proses penyembuhan berlangsung, harus diketahui juga kriteria luka yang dijumpai, ukuran, jenis luka. peniliaian luka dapat diketahui dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi), kedalaman luka, eksudat, daerah luka. Sebagai seorang perawat harus juga mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, mekanisme terjadinya luka, tipe penyembuhan luka, fase penyembuhan luka.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, meliputi definisi luka, jenis-jenis luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, serta komplikasi yang mungkin timbul.
1. Dokumen tersebut membahas tentang standar asuhan keperawatan luka. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian luka, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Juga dibahas mengenai komplikasi, konsep dasar keperawatan luka, dan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang luka dan perawatannya. Secara singkat, dibahas mengenai pengertian luka, jenis-jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasi dan kedalaman, mekanisme terjadinya luka, serta tahapan penyembuhan luka yang terdiri dari fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar perawatan luka. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian luka dan penyembuhan luka, faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, tahapan penyembuhan luka, dan cara penanganan berbagai jenis luka.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar perawatan luka dalam praktik kebidanan, meliputi proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, teknik penjahitan luka dan pengangkatan jahitan. Secara khusus membahas tentang jenis-jenis luka, proses penyembuhannya, dan prinsip perawatan luka.
Luka traumatis adalah luka yang disebabkan oleh cedera fisik seperti sayatan, abrasi, atau luka tusukan yang merusak kulit dan jaringan di bawahnya. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis luka traumatis seperti luka akut, luka potong, dan luka tembus, serta klasifikasinya berdasarkan tingkat kontaminasi dan kedalaman luka. Proses penyembuhan dan penatalaksanaan luka traumatis juga diuraikan
Luka berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan
2. Luka kronis adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
Modul ini membahas tentang perawatan luka dan pemberian obat, meliputi pengertian luka, mekanisme terjadinya luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Tujuannya adalah agar mahasiswa memahami konsep dan praktik perawatan luka.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, mulai dari pengertian luka, mekanisme terjadinya luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, komplikasi luka, asuhan keperawatan klien dengan luka.
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptxfernaldoworiwun
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka, meliputi proses penyembuhan luka, jenis-jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasi, kedalaman, dan waktu penyembuhan, serta tahapan perawatan luka mulai dari persiapan, pemeriksaan, pembersihan, hingga penutupan luka.
Modul ini membahas tentang penanganan luka dan cedera. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu definisi luka dan jenis-jenisnya, prinsip penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, serta cara menangani berbagai jenis luka. Modul ini bertujuan memberikan pemahaman dasar kepada pembaca tentang pengertian dan penanganan luka.
Makalah ini membahas tentang perawatan luka, dengan menjelaskan pengertian luka, proses penyembuhan luka, dan faktor yang mempengaruhinya. Juga dijelaskan tentang perawatan luka bersih, luka basah, menjahit luka, dan mengangkat jahitan.
Dalam penyembuhan luka membutuhkan proses dan tahap sehingga dibutuhkan waktu, kesabaran dan pengobatan serta asuhan selama proses penyembuhan berlangsung, harus diketahui juga kriteria luka yang dijumpai, ukuran, jenis luka. peniliaian luka dapat diketahui dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi), kedalaman luka, eksudat, daerah luka. Sebagai seorang perawat harus juga mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, mekanisme terjadinya luka, tipe penyembuhan luka, fase penyembuhan luka.
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
411943908-Perawatan-Luka-Pptpptpptppt.pptx
1. PERAWATAN LUKA
Pembimbing:
dr Wicaksono Probowoso,SpB
Disusun oleh:
Fairuz Febrita Dinarsari (H2A014058)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
2. DEFINISI
Secara umum luka didefinisikan sebagai adanya
diskontinuitas &/ kerusakan jaringan tubuh yang
menyebabkan gangguan fungsi.
Mulai dari luka pada kulit, otot, tulang, pembuluh
darah, maupun organ seperti jantung, usus, dsb,
semuanya melalui suatu proses reparatif yang
serupa (similar) & dapat diprediksi (predictable).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
Hilangnya seluruh / sebagian fungsi organ, respon
stres simpatis, perdarahan & pembekuan darah,
kontaminasi bakteri,kematian sel
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan
menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses
penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjangmenambah ukuran dari luka itu
sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi & menurunnya
ketersediaan O2 & nutrisi untuk penyembuhan
luka.
4. 4. Hematoma (bekuan darah). Darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tsb
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuhmenghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing, ex: pasir / mikroorganisme terbentuknya
abses sebelum benda tsb diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati & lekosit , yang
membentuk suatu cairan yang kentalnanah (“Pus”).
6. Iskemia, :p suplai darah pada bagian tubuh akibat dari
obstruksi dari aliran darahbalutan pada luka terlalu
ketatfaktor internal:obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
5. 7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan
mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme
peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik :
efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika
diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.
6. MACAM-MACAM LUKA
Berdasarkan Mekanismenya:
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris o/ instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup o/ sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan o/ suatu
tekanan & dikarakteristikkan o/ cedera pada jaringan lunak,
perdarahan & bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru / pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti o/ kaca/ kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
7. MENURUT TINGKAT KONTAMINASI TERHADAP LUKA :
a) Clean Wounds (Luka bersih), y/ luka bedah tak terinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) & infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital & urinari tidak terjadi.
Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital /
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka : 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan & operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik / kontaminasi dari saluran
cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi non
purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
8. BERDASARKAN KEDALAMAN & LUASNYA LUKA:
1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : y/
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : y/ hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis & bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial & adanya tanda klinis seperti
abrasi, lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : y/ hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan / nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis & fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
/ tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai
lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
9.
10. PROSES PENYEMBUHAN LUKA:
Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni:
1. Fase inflamasi: berupa hemostasis &
inflamasi
2. Fase proliferatif: terdiri dari epitelialisasi,
angiogenesis, pembentukan jaringan
granulasi, & deposisi kolagen
3. Fase maturasi: kontraksi, pembentukan
jaringan parut (scar tissue), remodeling
11. FASE PENYEMBUHAN LUKA SERTA WAKTU YANG
DIBUTUHKAN TIAP FASE:
Fase Penyembuhan
Luka
Waktu Sel yang Terlibat
Hemostasis Segera (menit) Patelet
Inflamasi Hari 1-3 Neutrofil, Makrofag
Proliferasi sel Hari 3-21 Makrofag
Granulasi & matrix
repair
Hari 7-21 Limfosit, Angiosit
Neurosit, Fibroblast
Epitelisasi Hari 3-21 Keratinosit
Remodeling/
pembentukan scar
Hari 21-beberapa
tahun
Fibrosit
12. JENIS DARI PENYEMBUHAN LUKA TERDIRI DARI:
1. Primary wound healing: penyembuhan luka primer – terjadi saat
pinggiran luka (wound edges) yang bersih & masih vital (tidak
iskemik/nekrosis) ditemukan dengan aproksimasi yang baik
(biasanya dengan penjahitan) sehingga fase pembentukan
jaringan granulasi lebih cepat & epitelialisasi langsung terjadi
dalam beberapa hari (1-3 hari).
2. Secondary wound healing: penyembuhan luka sekunder – terjadi
pada luka yang cukup dalam/ lebar & jarak antara ujung2 luka
terlalu jauh, sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara
langsung. Seluruh fase penyembuhan luka secara spontan akan
dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka & tergantung dari
penyakit yang mendasarinya.
3. Tertiary wound healing: penyembuhan luka tersier – terjadi pada
luka yang kurang vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka
cukup dalam/luka kotor, & memerlukan tindakan
debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka waktu
tertentu (hingga luka cukup vital & bersih), untuk kemudian
melewati fase2 penyembuhan luka.
14. BEBERAPA PRINSIP PERAWATAN LUKA:
1.Debridement:
Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik “debris” & dapat
menghambat penyembuhan luka diperlukan tindakan untuk
membersihkan luka dari semua materi asing ini. Nekrotomi (pembuangan
jaringan nekrotik) juga termasuk ke dalam debridemen luka. Debridemen
dapat dilakukan berkali-kali (bertahap) sampai seluruh dasar luka (wound
bed) bersih & vital.
2. Moist wound bed:
Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan berarti basah.
Kassa yang direndam dalam larutan seperti NaCl itu “basah” & bukan
“lembab”, karena kassa yang basah dapat menjadi kering, sehingga tidak
pernah menjadi lembab. Lembab yang dimaksud adalah adanya eksudat
yang berasal dari sel di dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih,
growth factors, & enzim2 yang berguna dalam proses penyembuhan luka.
Suasana lembab ini harus dipertahankan dengan diikuti pencegahan infeksi
& pembentukan pus.
15. 3.Prevent further injury:
Jaringan di sekitar luka biasanya mengalami inflamasi
sehingga ikatan antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka,
sangat dianjurkan untuk tidak membuat luka/kerusakan yang
baru pada jaringan di sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lainnya misalnya terbentuk
ulkus dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia dll.
4.Nutritional therapy:
Nutrisi : suatu terapi & bukan hanya sebagai
suplemen/tambahan. Terapi nutrisi sangat penting dalam
proses penyembuhan luka sebab komponen jaringan yang
rusak & harus diganti pada setiap luka memerlukan elemen
pengganti yang didapatkan dari asupan nutrisi.
16. 5. Treat underlying disease(s):
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
penyembuhan luka : penyakit yang mendasari luka
tersebut, mis., diabetes mellitus, chronic venous
insufficiency. Jika penyakit yang mendasarinya tidak
diatasi, kemungkinan besar luka akan sulit sembuh.
6. Work with the law of nature:
“Time heals all wounds”. Sesungguhnya penyembuhan
luka dilakukan oleh tubuh penderita itu sendiri, yang
dapat kita lakukan : memberikan suasana & kondisi yang
ideal agar luka dapat sembuh tanpa adanya
hambatan/gangguan. Jika seluruh faktor yang
menghambat penyembuhan luka dapat diatasi (mulai
dari faktor sistemik sampai keadaan status lokalis luka
itu sendiri), maka tidak ada alasan luka tidak dapat
sembuh.
17. 5-D TAHAPAN PERAWATAN LUKA SECARA UMUM
1. Describe: Luka akut/ kronis, luas/ kecil, permukaan /
dalam, terbuka / tertutup (punctured wound), dengan atau
tanpa underlying diseases, dsb.
2. Debridement (necrotomy, irrigation, drainage): buang
semua debris, pus, jaringan nekrotik, corpus alienum, &
semua hal yang menghambat penyembuhan luka. Jika
perlu, lakukan debridement dengan anestesi umum agar
pasien tidak kesakitan & debridement dapat dilakukan
dengan sempurna. Hindari injury terhadap jaringan sehat
di sekitar luka. Irigasi cukup dengan cairan berupa NaCl
fisiologis 0,9% / aqua (H2O). Hindari pemakaian
antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan yang
sehat (H2O2, povidone iodine, alkohol, dll). Debridement
hendaknya dilakukan bertahap untuk mencegah kerusakan
jaringan sehat yang berlebihan.
18. 3. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan balutan
yang memenuhi prinsip perawatan luka yakni “moist” /
lembab, bukan “wet” atau basah. Jika memungkinkan,
pilih dressing yang dapat menciptakan suasana tekanan
negatif pada dasar luka (negative pressure), artinya
debris/pus/eksudat di dasar luka diangkat/dikeluarkan
secara kontinu. Pilih tipe wound dressing yang paling
ideal & memenuhi prinsip penanganan luka.
4. Disease: selama penyakit yang mendasari (underlying
disease) timbulnya luka tidak diobati dengan benar (mis.
diabetes mellitus, dll), luka tidak akan dapat sembuh
dengan sempurna.
5. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam proses
penyembuhan luka.
19. PERAWATAN LUKAAKUT
Luka akut yaitu luka yang terjadi dalam hitungan jam (s/d
8 jam). Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam dinamakan
neglected wound (luka yang terabaikan).
Secara umum waktu 8 jam ditentukan sebagai “golden
period” untuk luka. Jaringan tubuh yang dibiarkan iskemik
(tidak mendapatkan asupan O2 dari darah) selama lebih
dari 8 jam akan menjadi nekrosis & kerusakannya tidak
dapat dikembalikan ke keadaan normal (sering disebut
irreversible injury). Maka dari itu sebaiknya perawatan
luka dimulai secepatnya sejak luka/injury terjadi & tidak
menunggu hingga nekrosis.
Luka akut yang bersih (acute clean wounds) misalnya luka
akibat sayatan pisau yang bersih, dapat dengan segera
ditutup/ dijahit sehingga terjadi penyembuhan luka secara
primer (primary wound healing). Luka akut yang kotor
memerlukan penanganan debridemen terlebih dahulu
sebelum penjahitan luka, sesuai dengan prinsip perawatan
luka secara umum.
20. Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera
mungkin setelah luka terjadi. Penggunaan
antiseptik pada luka masih kontroversial karena
beberapa pendapat mengatakan bahwa luka tidak
perlu harus steril, & flora normal pada luka masih
diperlukan untuk melawan kuman patogen.
Drosou et al. mengatakan bahwa penggunaan
antiseptik seperti betadine, alkohol, atau peroksida
(H2O2) dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan pada
luka terbuka.
Larutan yang ideal digunakan untuk
debridemen luka adalah cairan fisiologis (NaCl
0.9%) sebanyak mungkin sampai luka menjadi
bersih.
21. Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut
steril, sehingga dapat dipertahankan sampai 3 hari untuk
kemudian dilakukan penggantian dressing. Waktu 3 hari
dipakai sebagai patokan sesuai dengan waktu yang
diperlukan bagi luka untuk melewati fase proliferasi &
epitelisasi pada luka akut tipe primary healing/repair.
Saat epitelisasi ujung-ujung luka terjadi, luka tersebut
bukan lagi dinamakan luka terbuka, oleh karena itu
dapat dilakukan wound dressing & pencucian.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air / NaCl
fisiologis untuk mencuci krusta & kemungkinan adanya
kuman yang menempel saat dressing dibuka.
22. PERAWATAN LUKA KRONIS
Luka kronis : luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu
tanpa melewati fase-fase penyembuhan secara sempurna.
Mungkin saja suatu luka kronis melewati seluruh fase
penyembuhan namun tanpa mempertahankan fungsi &
struktur anatomis yang benar. Luka dapat menjadi kronis
jika terdapat hambatan/gangguan pada saat melewati fase-
fase penyembuhan, misalnya adanya penyakit yang
mendasari (biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes,
dll.), nutrisi yang kurang, / akibat perawatan luka yang
tidak benar.
Gangren diabetikum salah 1 luka kronis yang paling
sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan
amputasi. Perawatan luka secara baik & benar yang
dibarengi dengan kontrol glukosa darah yang teratur
sesungguhnya dapat mencegah tindakan amputasi yang
berlebihan.
23. Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak berbeda
dengan luka akut. Debridemen dan nekrotomi harus
dilakukan secara rutin untuk menghilangkan faktor
penghambat penyembuhan luka. Debridemen dapat
dilakukan secara bertahap untuk mengurangi kemungkinan
further injury pada jaringan sehat disekitar luka. Prinsip
moist wound bed pun harus dilakukan dengan pemilihan
wound dressing yang tepat. Nutrisi & pengobatan penyakit
yang mendasari juga harus selalu dievaluasi supaya pasien
memperoleh asupan gizi yang baik untuk mempercepat
penyembuhan luka.
Luka maligna (malignant wound), suatu luka yang timbul
akibat adanya sel-sel neoplasma maligna di sekitar luka
tersebut, juga dapat dikategorikan sebagai luka kronis.
Meskipun demikian, penanganan luka yang mengikuti
prinsip-prinsip di atas dapat menghasilkan penyembuhan
luka yang baik.
24.
25. MOIST WOUND HEALING
Moist Wound Healing adalah mempertahankan
isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan
menggunakan balutan penahan-kelembaban,
oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat
ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti
”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot
ulcers”.
Dan metode moist wound healing adalah metode
untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban,
sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami.
26. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab:
Mengurangi pembentukan jaringan parut
Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat
jaringan devitalisasi/yang mati
Menambah pertahanan immun permukaan luka
Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi
fibroblast
Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel
disekitar lapisan air yang tipis
Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih
mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi dengan
mengurangi frekuensi penggantian balutan dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat
biaya yang dibutuhkan.
27. Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate,
hydrocolloid, hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid
merupakan balutan yang tahan terhadap air yang
membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid
menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka
secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan
kelembaban pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka
dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air
yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui
permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga
dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap
lembab.