SlideShare a Scribd company logo
PERAWATAN LUKA
Pembimbing:
dr Wicaksono Probowoso,SpB
Disusun oleh:
Fairuz Febrita Dinarsari (H2A014058)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
DEFINISI
 Secara umum luka didefinisikan sebagai adanya
diskontinuitas &/ kerusakan jaringan tubuh yang
menyebabkan gangguan fungsi.
 Mulai dari luka pada kulit, otot, tulang, pembuluh
darah, maupun organ seperti jantung, usus, dsb,
semuanya melalui suatu proses reparatif yang
serupa (similar) & dapat diprediksi (predictable).
 Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
Hilangnya seluruh / sebagian fungsi organ, respon
stres simpatis, perdarahan & pembekuan darah,
kontaminasi bakteri,kematian sel
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan
menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses
penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjangmenambah ukuran dari luka itu
sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi & menurunnya
ketersediaan O2 & nutrisi untuk penyembuhan
luka.
4. Hematoma (bekuan darah). Darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tsb
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuhmenghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing, ex: pasir / mikroorganisme terbentuknya
abses sebelum benda tsb diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati & lekosit , yang
membentuk suatu cairan yang kentalnanah (“Pus”).
6. Iskemia, :p suplai darah pada bagian tubuh akibat dari
obstruksi dari aliran darahbalutan pada luka terlalu
ketatfaktor internal:obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan
mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme
peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik :
efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika
diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.
MACAM-MACAM LUKA
Berdasarkan Mekanismenya:
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris o/ instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup o/ sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan o/ suatu
tekanan & dikarakteristikkan o/ cedera pada jaringan lunak,
perdarahan & bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru / pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti o/ kaca/ kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
MENURUT TINGKAT KONTAMINASI TERHADAP LUKA :
a) Clean Wounds (Luka bersih), y/ luka bedah tak terinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) & infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital & urinari tidak terjadi.
Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital /
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka : 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan & operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik / kontaminasi dari saluran
cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi non
purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
BERDASARKAN KEDALAMAN & LUASNYA LUKA:
1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : y/
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : y/ hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis & bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial & adanya tanda klinis seperti
abrasi, lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : y/ hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan / nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis & fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
/ tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai
lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA:
Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni:
1. Fase inflamasi: berupa hemostasis &
inflamasi
2. Fase proliferatif: terdiri dari epitelialisasi,
angiogenesis, pembentukan jaringan
granulasi, & deposisi kolagen
3. Fase maturasi: kontraksi, pembentukan
jaringan parut (scar tissue), remodeling
FASE PENYEMBUHAN LUKA SERTA WAKTU YANG
DIBUTUHKAN TIAP FASE:
Fase Penyembuhan
Luka
Waktu Sel yang Terlibat
Hemostasis Segera (menit) Patelet
Inflamasi Hari 1-3 Neutrofil, Makrofag
Proliferasi sel Hari 3-21 Makrofag
Granulasi & matrix
repair
Hari 7-21 Limfosit, Angiosit
Neurosit, Fibroblast
Epitelisasi Hari 3-21 Keratinosit
Remodeling/
pembentukan scar
Hari 21-beberapa
tahun
Fibrosit
JENIS DARI PENYEMBUHAN LUKA TERDIRI DARI:
1. Primary wound healing: penyembuhan luka primer – terjadi saat
pinggiran luka (wound edges) yang bersih & masih vital (tidak
iskemik/nekrosis) ditemukan dengan aproksimasi yang baik
(biasanya dengan penjahitan) sehingga fase pembentukan
jaringan granulasi lebih cepat & epitelialisasi langsung terjadi
dalam beberapa hari (1-3 hari).
2. Secondary wound healing: penyembuhan luka sekunder – terjadi
pada luka yang cukup dalam/ lebar & jarak antara ujung2 luka
terlalu jauh, sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara
langsung. Seluruh fase penyembuhan luka secara spontan akan
dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka & tergantung dari
penyakit yang mendasarinya.
3. Tertiary wound healing: penyembuhan luka tersier – terjadi pada
luka yang kurang vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka
cukup dalam/luka kotor, & memerlukan tindakan
debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka waktu
tertentu (hingga luka cukup vital & bersih), untuk kemudian
melewati fase2 penyembuhan luka.
PENYEMBUHAN SEKUNDER, JARINGAN GRANULASI
BEBERAPA PRINSIP PERAWATAN LUKA:
1.Debridement:
Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik  “debris” & dapat
menghambat penyembuhan luka  diperlukan tindakan untuk
membersihkan luka dari semua materi asing ini. Nekrotomi (pembuangan
jaringan nekrotik) juga termasuk ke dalam debridemen luka. Debridemen
dapat dilakukan berkali-kali (bertahap) sampai seluruh dasar luka (wound
bed) bersih & vital.
2. Moist wound bed:
Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan berarti basah.
Kassa yang direndam dalam larutan seperti NaCl itu “basah” & bukan
“lembab”, karena kassa yang basah dapat menjadi kering, sehingga tidak
pernah menjadi lembab. Lembab yang dimaksud adalah adanya eksudat
yang berasal dari sel di dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih,
growth factors, & enzim2 yang berguna dalam proses penyembuhan luka.
Suasana lembab ini harus dipertahankan dengan diikuti pencegahan infeksi
& pembentukan pus.
3.Prevent further injury:
Jaringan di sekitar luka biasanya mengalami inflamasi
sehingga ikatan antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka,
sangat dianjurkan untuk tidak membuat luka/kerusakan yang
baru pada jaringan di sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lainnya misalnya terbentuk
ulkus dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia dll.
4.Nutritional therapy:
Nutrisi : suatu terapi & bukan hanya sebagai
suplemen/tambahan. Terapi nutrisi sangat penting dalam
proses penyembuhan luka sebab komponen jaringan yang
rusak & harus diganti pada setiap luka memerlukan elemen
pengganti yang didapatkan dari asupan nutrisi.
5. Treat underlying disease(s):
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
penyembuhan luka : penyakit yang mendasari luka
tersebut, mis., diabetes mellitus, chronic venous
insufficiency. Jika penyakit yang mendasarinya tidak
diatasi, kemungkinan besar luka akan sulit sembuh.
6. Work with the law of nature:
“Time heals all wounds”. Sesungguhnya penyembuhan
luka dilakukan oleh tubuh penderita itu sendiri, yang
dapat kita lakukan : memberikan suasana & kondisi yang
ideal agar luka dapat sembuh tanpa adanya
hambatan/gangguan. Jika seluruh faktor yang
menghambat penyembuhan luka dapat diatasi (mulai
dari faktor sistemik sampai keadaan status lokalis luka
itu sendiri), maka tidak ada alasan luka tidak dapat
sembuh.
5-D TAHAPAN PERAWATAN LUKA SECARA UMUM
1. Describe: Luka akut/ kronis, luas/ kecil, permukaan /
dalam, terbuka / tertutup (punctured wound), dengan atau
tanpa underlying diseases, dsb.
2. Debridement (necrotomy, irrigation, drainage): buang
semua debris, pus, jaringan nekrotik, corpus alienum, &
semua hal yang menghambat penyembuhan luka. Jika
perlu, lakukan debridement dengan anestesi umum agar
pasien tidak kesakitan & debridement dapat dilakukan
dengan sempurna. Hindari injury terhadap jaringan sehat
di sekitar luka. Irigasi cukup dengan cairan berupa NaCl
fisiologis 0,9% / aqua (H2O). Hindari pemakaian
antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan yang
sehat (H2O2, povidone iodine, alkohol, dll). Debridement
hendaknya dilakukan bertahap untuk mencegah kerusakan
jaringan sehat yang berlebihan.
3. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan balutan
yang memenuhi prinsip perawatan luka yakni “moist” /
lembab, bukan “wet” atau basah. Jika memungkinkan,
pilih dressing yang dapat menciptakan suasana tekanan
negatif pada dasar luka (negative pressure), artinya
debris/pus/eksudat di dasar luka diangkat/dikeluarkan
secara kontinu. Pilih tipe wound dressing yang paling
ideal & memenuhi prinsip penanganan luka.
4. Disease: selama penyakit yang mendasari (underlying
disease) timbulnya luka tidak diobati dengan benar (mis.
diabetes mellitus, dll), luka tidak akan dapat sembuh
dengan sempurna.
5. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam proses
penyembuhan luka.
PERAWATAN LUKAAKUT
 Luka akut yaitu luka yang terjadi dalam hitungan jam (s/d
8 jam). Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam dinamakan
neglected wound (luka yang terabaikan).
 Secara umum waktu 8 jam ditentukan sebagai “golden
period” untuk luka. Jaringan tubuh yang dibiarkan iskemik
(tidak mendapatkan asupan O2 dari darah) selama lebih
dari 8 jam akan menjadi nekrosis & kerusakannya tidak
dapat dikembalikan ke keadaan normal (sering disebut
irreversible injury). Maka dari itu sebaiknya perawatan
luka dimulai secepatnya sejak luka/injury terjadi & tidak
menunggu hingga nekrosis.
 Luka akut yang bersih (acute clean wounds) misalnya luka
akibat sayatan pisau yang bersih, dapat dengan segera
ditutup/ dijahit sehingga terjadi penyembuhan luka secara
primer (primary wound healing). Luka akut yang kotor
memerlukan penanganan debridemen terlebih dahulu
sebelum penjahitan luka, sesuai dengan prinsip perawatan
luka secara umum.
 Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera
mungkin setelah luka terjadi. Penggunaan
antiseptik pada luka masih kontroversial karena
beberapa pendapat mengatakan bahwa luka tidak
perlu harus steril, & flora normal pada luka masih
diperlukan untuk melawan kuman patogen.
 Drosou et al. mengatakan bahwa penggunaan
antiseptik seperti betadine, alkohol, atau peroksida
(H2O2) dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan pada
luka terbuka.
 Larutan yang ideal digunakan untuk
debridemen luka adalah cairan fisiologis (NaCl
0.9%) sebanyak mungkin sampai luka menjadi
bersih.
 Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut
steril, sehingga dapat dipertahankan sampai 3 hari untuk
kemudian dilakukan penggantian dressing. Waktu 3 hari
dipakai sebagai patokan sesuai dengan waktu yang
diperlukan bagi luka untuk melewati fase proliferasi &
epitelisasi pada luka akut tipe primary healing/repair.
 Saat epitelisasi ujung-ujung luka terjadi, luka tersebut
bukan lagi dinamakan luka terbuka, oleh karena itu
dapat dilakukan wound dressing & pencucian.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air / NaCl
fisiologis untuk mencuci krusta & kemungkinan adanya
kuman yang menempel saat dressing dibuka.
PERAWATAN LUKA KRONIS
 Luka kronis : luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu
tanpa melewati fase-fase penyembuhan secara sempurna.
Mungkin saja suatu luka kronis melewati seluruh fase
penyembuhan namun tanpa mempertahankan fungsi &
struktur anatomis yang benar. Luka dapat menjadi kronis
jika terdapat hambatan/gangguan pada saat melewati fase-
fase penyembuhan, misalnya adanya penyakit yang
mendasari (biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes,
dll.), nutrisi yang kurang, / akibat perawatan luka yang
tidak benar.
 Gangren diabetikum  salah 1 luka kronis yang paling
sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan
amputasi. Perawatan luka secara baik & benar yang
dibarengi dengan kontrol glukosa darah yang teratur
sesungguhnya dapat mencegah tindakan amputasi yang
berlebihan.
 Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak berbeda
dengan luka akut. Debridemen dan nekrotomi harus
dilakukan secara rutin untuk menghilangkan faktor
penghambat penyembuhan luka. Debridemen dapat
dilakukan secara bertahap untuk mengurangi kemungkinan
further injury pada jaringan sehat disekitar luka. Prinsip
moist wound bed pun harus dilakukan dengan pemilihan
wound dressing yang tepat. Nutrisi & pengobatan penyakit
yang mendasari juga harus selalu dievaluasi supaya pasien
memperoleh asupan gizi yang baik untuk mempercepat
penyembuhan luka.
 Luka maligna (malignant wound), suatu luka yang timbul
akibat adanya sel-sel neoplasma maligna di sekitar luka
tersebut, juga dapat dikategorikan sebagai luka kronis.
Meskipun demikian, penanganan luka yang mengikuti
prinsip-prinsip di atas dapat menghasilkan penyembuhan
luka yang baik.
MOIST WOUND HEALING
 Moist Wound Healing adalah mempertahankan
isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan
menggunakan balutan penahan-kelembaban,
oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat
ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti
”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot
ulcers”.
 Dan metode moist wound healing adalah metode
untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban,
sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami.
Keuntungan dari permukaan luka yang lembab:
 Mengurangi pembentukan jaringan parut
 Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
 Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat
jaringan devitalisasi/yang mati
 Menambah pertahanan immun permukaan luka
 Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi
fibroblast
 Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel
disekitar lapisan air yang tipis
 Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih
mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi dengan
mengurangi frekuensi penggantian balutan dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat
biaya yang dibutuhkan.
Balutan Luka
 Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate,
hydrocolloid, hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid
merupakan balutan yang tahan terhadap air yang
membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid
menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka
secara alami.
 Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan
kelembaban pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka
dan melunakkan jaringan nekrotik.
 Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air
yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui
permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga
dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap
lembab.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to 411943908-Perawatan-Luka-Pptpptpptppt.pptx

Perawatan luka
Perawatan luka Perawatan luka
Perawatan luka
Dent Yuli Onseven
 
INTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdfINTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdf
DidikSusetiyanto
 
Askep vulnus luka
Askep vulnus lukaAskep vulnus luka
Askep vulnus luka
Operator Warnet Vast Raha
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Sulistia Rini
 
Merawat luka
Merawat lukaMerawat luka
Merawat luka
Ahmad Alwy Baharuddin
 
Perawatan luka dasar
Perawatan luka dasarPerawatan luka dasar
Perawatan luka dasar
icha582186
 
Luka dan perawatan nya
Luka dan perawatan nyaLuka dan perawatan nya
Luka dan perawatan nya
Valny Majid
 
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
AstriYuliaSariLubis1
 
Konsep luka traumatic
Konsep luka traumaticKonsep luka traumatic
Konsep luka traumatic
Army Of God
 
Konsep luka traumatic
Konsep luka traumaticKonsep luka traumatic
Konsep luka traumatic
Army Of God
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
AnggerRizkaVirgianti
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
pjj_kemenkes
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
pjj_kemenkes
 
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdfPPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
IraAnggriani
 
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
fernaldoworiwun
 
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cederaModul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
pjj_kemenkes
 
Perawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotorPerawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotor
Khomsha Sholikhah
 
Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348
job Titri company
 

Similar to 411943908-Perawatan-Luka-Pptpptpptppt.pptx (20)

Perawatan luka
Perawatan luka Perawatan luka
Perawatan luka
 
INTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdfINTEGRITAS KULIT.pdf
INTEGRITAS KULIT.pdf
 
Askep vulnus luka
Askep vulnus lukaAskep vulnus luka
Askep vulnus luka
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Merawat luka
Merawat lukaMerawat luka
Merawat luka
 
Perawatan luka dasar
Perawatan luka dasarPerawatan luka dasar
Perawatan luka dasar
 
Luka dan perawatan nya
Luka dan perawatan nyaLuka dan perawatan nya
Luka dan perawatan nya
 
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
 
Konsep luka traumatic
Konsep luka traumaticKonsep luka traumatic
Konsep luka traumatic
 
Konsep luka traumatic
Konsep luka traumaticKonsep luka traumatic
Konsep luka traumatic
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
 
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdfPPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
PPT PERAWATAN LUKA. IRA ANGGRIANI.pdf
 
WOUND_LUKA.pptx
WOUND_LUKA.pptxWOUND_LUKA.pptx
WOUND_LUKA.pptx
 
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
 
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cederaModul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
 
Perawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotorPerawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotor
 
Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1
 
Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348
 

Recently uploaded

PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptxPPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
shiran23
 
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New HotKumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
MuhammadZufaldi
 
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptxakreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
badzwow1
 
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
sigitpurwanto62
 
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHANPAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
AnandaFitriaRahmadan
 
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptxMateri Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
nurmaladewiwatukila
 
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage TheoryMateri Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
NizaNurAzizah
 

Recently uploaded (7)

PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptxPPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
PPD Pertemuan 12 (Klasifikasi Tes Psikologi HIMPSI).pptx
 
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New HotKumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
Kumpulan Latihan Soal SKD CPNS 2024 New Hot
 
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptxakreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
akreditasi fktp bahan ajar dari lembaga.pptx
 
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
4657_ACC Sesditjen_surat edaran SIAR 2024.pdf
 
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHANPAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), BEA PEROLEHAN
 
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptxMateri Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen 2829 Mei 24.pptx
 
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage TheoryMateri Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
Materi Kuliah Pemasaran Teori RATOC - Resource Advantage Theory
 

411943908-Perawatan-Luka-Pptpptpptppt.pptx

  • 1. PERAWATAN LUKA Pembimbing: dr Wicaksono Probowoso,SpB Disusun oleh: Fairuz Febrita Dinarsari (H2A014058) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2019
  • 2. DEFINISI  Secara umum luka didefinisikan sebagai adanya diskontinuitas &/ kerusakan jaringan tubuh yang menyebabkan gangguan fungsi.  Mulai dari luka pada kulit, otot, tulang, pembuluh darah, maupun organ seperti jantung, usus, dsb, semuanya melalui suatu proses reparatif yang serupa (similar) & dapat diprediksi (predictable).  Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : Hilangnya seluruh / sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan & pembekuan darah, kontaminasi bakteri,kematian sel
  • 3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA 1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan 2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjangmenambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. 3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi & menurunnya ketersediaan O2 & nutrisi untuk penyembuhan luka.
  • 4. 4. Hematoma (bekuan darah). Darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tsb memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuhmenghambat proses penyembuhan luka. 5. Benda asing, ex: pasir / mikroorganisme terbentuknya abses sebelum benda tsb diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati & lekosit , yang membentuk suatu cairan yang kentalnanah (“Pus”). 6. Iskemia, :p suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darahbalutan pada luka terlalu ketatfaktor internal:obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
  • 5. 7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh. 8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,• Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
  • 6. MACAM-MACAM LUKA Berdasarkan Mekanismenya: 1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris o/ instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup o/ sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi) 2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan o/ suatu tekanan & dikarakteristikkan o/ cedera pada jaringan lunak, perdarahan & bengkak. 3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru / pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti o/ kaca/ kawat. 6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. 7. Luka Bakar (Combustio)
  • 7. MENURUT TINGKAT KONTAMINASI TERHADAP LUKA : a) Clean Wounds (Luka bersih), y/ luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) & infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital & urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%. b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital / perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka : 3% – 11%. c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan & operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik / kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi non purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%. d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
  • 8. BERDASARKAN KEDALAMAN & LUASNYA LUKA: 1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : y/ luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. 2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : y/ hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis & bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial & adanya tanda klinis seperti abrasi, lubang yang dangkal. 3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : y/ hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan / nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis & fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan / tanpa merusak jaringan sekitarnya. 4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
  • 9.
  • 10. PROSES PENYEMBUHAN LUKA: Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni: 1. Fase inflamasi: berupa hemostasis & inflamasi 2. Fase proliferatif: terdiri dari epitelialisasi, angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, & deposisi kolagen 3. Fase maturasi: kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue), remodeling
  • 11. FASE PENYEMBUHAN LUKA SERTA WAKTU YANG DIBUTUHKAN TIAP FASE: Fase Penyembuhan Luka Waktu Sel yang Terlibat Hemostasis Segera (menit) Patelet Inflamasi Hari 1-3 Neutrofil, Makrofag Proliferasi sel Hari 3-21 Makrofag Granulasi & matrix repair Hari 7-21 Limfosit, Angiosit Neurosit, Fibroblast Epitelisasi Hari 3-21 Keratinosit Remodeling/ pembentukan scar Hari 21-beberapa tahun Fibrosit
  • 12. JENIS DARI PENYEMBUHAN LUKA TERDIRI DARI: 1. Primary wound healing: penyembuhan luka primer – terjadi saat pinggiran luka (wound edges) yang bersih & masih vital (tidak iskemik/nekrosis) ditemukan dengan aproksimasi yang baik (biasanya dengan penjahitan) sehingga fase pembentukan jaringan granulasi lebih cepat & epitelialisasi langsung terjadi dalam beberapa hari (1-3 hari). 2. Secondary wound healing: penyembuhan luka sekunder – terjadi pada luka yang cukup dalam/ lebar & jarak antara ujung2 luka terlalu jauh, sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara langsung. Seluruh fase penyembuhan luka secara spontan akan dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka & tergantung dari penyakit yang mendasarinya. 3. Tertiary wound healing: penyembuhan luka tersier – terjadi pada luka yang kurang vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka cukup dalam/luka kotor, & memerlukan tindakan debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu (hingga luka cukup vital & bersih), untuk kemudian melewati fase2 penyembuhan luka.
  • 14. BEBERAPA PRINSIP PERAWATAN LUKA: 1.Debridement: Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik  “debris” & dapat menghambat penyembuhan luka  diperlukan tindakan untuk membersihkan luka dari semua materi asing ini. Nekrotomi (pembuangan jaringan nekrotik) juga termasuk ke dalam debridemen luka. Debridemen dapat dilakukan berkali-kali (bertahap) sampai seluruh dasar luka (wound bed) bersih & vital. 2. Moist wound bed: Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan berarti basah. Kassa yang direndam dalam larutan seperti NaCl itu “basah” & bukan “lembab”, karena kassa yang basah dapat menjadi kering, sehingga tidak pernah menjadi lembab. Lembab yang dimaksud adalah adanya eksudat yang berasal dari sel di dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih, growth factors, & enzim2 yang berguna dalam proses penyembuhan luka. Suasana lembab ini harus dipertahankan dengan diikuti pencegahan infeksi & pembentukan pus.
  • 15. 3.Prevent further injury: Jaringan di sekitar luka biasanya mengalami inflamasi sehingga ikatan antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka, sangat dianjurkan untuk tidak membuat luka/kerusakan yang baru pada jaringan di sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan lainnya misalnya terbentuk ulkus dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia dll. 4.Nutritional therapy: Nutrisi : suatu terapi & bukan hanya sebagai suplemen/tambahan. Terapi nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka sebab komponen jaringan yang rusak & harus diganti pada setiap luka memerlukan elemen pengganti yang didapatkan dari asupan nutrisi.
  • 16. 5. Treat underlying disease(s): Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka : penyakit yang mendasari luka tersebut, mis., diabetes mellitus, chronic venous insufficiency. Jika penyakit yang mendasarinya tidak diatasi, kemungkinan besar luka akan sulit sembuh. 6. Work with the law of nature: “Time heals all wounds”. Sesungguhnya penyembuhan luka dilakukan oleh tubuh penderita itu sendiri, yang dapat kita lakukan : memberikan suasana & kondisi yang ideal agar luka dapat sembuh tanpa adanya hambatan/gangguan. Jika seluruh faktor yang menghambat penyembuhan luka dapat diatasi (mulai dari faktor sistemik sampai keadaan status lokalis luka itu sendiri), maka tidak ada alasan luka tidak dapat sembuh.
  • 17. 5-D TAHAPAN PERAWATAN LUKA SECARA UMUM 1. Describe: Luka akut/ kronis, luas/ kecil, permukaan / dalam, terbuka / tertutup (punctured wound), dengan atau tanpa underlying diseases, dsb. 2. Debridement (necrotomy, irrigation, drainage): buang semua debris, pus, jaringan nekrotik, corpus alienum, & semua hal yang menghambat penyembuhan luka. Jika perlu, lakukan debridement dengan anestesi umum agar pasien tidak kesakitan & debridement dapat dilakukan dengan sempurna. Hindari injury terhadap jaringan sehat di sekitar luka. Irigasi cukup dengan cairan berupa NaCl fisiologis 0,9% / aqua (H2O). Hindari pemakaian antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan yang sehat (H2O2, povidone iodine, alkohol, dll). Debridement hendaknya dilakukan bertahap untuk mencegah kerusakan jaringan sehat yang berlebihan.
  • 18. 3. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan balutan yang memenuhi prinsip perawatan luka yakni “moist” / lembab, bukan “wet” atau basah. Jika memungkinkan, pilih dressing yang dapat menciptakan suasana tekanan negatif pada dasar luka (negative pressure), artinya debris/pus/eksudat di dasar luka diangkat/dikeluarkan secara kontinu. Pilih tipe wound dressing yang paling ideal & memenuhi prinsip penanganan luka. 4. Disease: selama penyakit yang mendasari (underlying disease) timbulnya luka tidak diobati dengan benar (mis. diabetes mellitus, dll), luka tidak akan dapat sembuh dengan sempurna. 5. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam proses penyembuhan luka.
  • 19. PERAWATAN LUKAAKUT  Luka akut yaitu luka yang terjadi dalam hitungan jam (s/d 8 jam). Luka yang dibiarkan lebih dari 8 jam dinamakan neglected wound (luka yang terabaikan).  Secara umum waktu 8 jam ditentukan sebagai “golden period” untuk luka. Jaringan tubuh yang dibiarkan iskemik (tidak mendapatkan asupan O2 dari darah) selama lebih dari 8 jam akan menjadi nekrosis & kerusakannya tidak dapat dikembalikan ke keadaan normal (sering disebut irreversible injury). Maka dari itu sebaiknya perawatan luka dimulai secepatnya sejak luka/injury terjadi & tidak menunggu hingga nekrosis.  Luka akut yang bersih (acute clean wounds) misalnya luka akibat sayatan pisau yang bersih, dapat dengan segera ditutup/ dijahit sehingga terjadi penyembuhan luka secara primer (primary wound healing). Luka akut yang kotor memerlukan penanganan debridemen terlebih dahulu sebelum penjahitan luka, sesuai dengan prinsip perawatan luka secara umum.
  • 20.  Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera mungkin setelah luka terjadi. Penggunaan antiseptik pada luka masih kontroversial karena beberapa pendapat mengatakan bahwa luka tidak perlu harus steril, & flora normal pada luka masih diperlukan untuk melawan kuman patogen.  Drosou et al. mengatakan bahwa penggunaan antiseptik seperti betadine, alkohol, atau peroksida (H2O2) dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan pada luka terbuka.  Larutan yang ideal digunakan untuk debridemen luka adalah cairan fisiologis (NaCl 0.9%) sebanyak mungkin sampai luka menjadi bersih.
  • 21.  Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut steril, sehingga dapat dipertahankan sampai 3 hari untuk kemudian dilakukan penggantian dressing. Waktu 3 hari dipakai sebagai patokan sesuai dengan waktu yang diperlukan bagi luka untuk melewati fase proliferasi & epitelisasi pada luka akut tipe primary healing/repair.  Saat epitelisasi ujung-ujung luka terjadi, luka tersebut bukan lagi dinamakan luka terbuka, oleh karena itu dapat dilakukan wound dressing & pencucian. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air / NaCl fisiologis untuk mencuci krusta & kemungkinan adanya kuman yang menempel saat dressing dibuka.
  • 22. PERAWATAN LUKA KRONIS  Luka kronis : luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu tanpa melewati fase-fase penyembuhan secara sempurna. Mungkin saja suatu luka kronis melewati seluruh fase penyembuhan namun tanpa mempertahankan fungsi & struktur anatomis yang benar. Luka dapat menjadi kronis jika terdapat hambatan/gangguan pada saat melewati fase- fase penyembuhan, misalnya adanya penyakit yang mendasari (biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes, dll.), nutrisi yang kurang, / akibat perawatan luka yang tidak benar.  Gangren diabetikum  salah 1 luka kronis yang paling sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan amputasi. Perawatan luka secara baik & benar yang dibarengi dengan kontrol glukosa darah yang teratur sesungguhnya dapat mencegah tindakan amputasi yang berlebihan.
  • 23.  Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak berbeda dengan luka akut. Debridemen dan nekrotomi harus dilakukan secara rutin untuk menghilangkan faktor penghambat penyembuhan luka. Debridemen dapat dilakukan secara bertahap untuk mengurangi kemungkinan further injury pada jaringan sehat disekitar luka. Prinsip moist wound bed pun harus dilakukan dengan pemilihan wound dressing yang tepat. Nutrisi & pengobatan penyakit yang mendasari juga harus selalu dievaluasi supaya pasien memperoleh asupan gizi yang baik untuk mempercepat penyembuhan luka.  Luka maligna (malignant wound), suatu luka yang timbul akibat adanya sel-sel neoplasma maligna di sekitar luka tersebut, juga dapat dikategorikan sebagai luka kronis. Meskipun demikian, penanganan luka yang mengikuti prinsip-prinsip di atas dapat menghasilkan penyembuhan luka yang baik.
  • 24.
  • 25. MOIST WOUND HEALING  Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.  Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
  • 26. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab:  Mengurangi pembentukan jaringan parut  Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan  Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan devitalisasi/yang mati  Menambah pertahanan immun permukaan luka  Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast  Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis  Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya yang dibutuhkan.
  • 27. Balutan Luka  Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka secara alami.  Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.  Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.