Dokumen tersebut membahas kesiapan Indonesia dalam menghadapi virus corona, mencakup penyampaian surat edaran ke berbagai instansi terkait seperti dinas kesehatan dan rumah sakit rujukan, serta pendataan sumber daya kesehatan untuk penanganan wabah.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
3. DEFINISI
• PNEUMONIA CORONA VIRUS DESEASE 2019 ( COVID-19 ) :
• PERADANGAN PADA PARENKIM PARU YANG DISEBABKAN OLEH SEVERE ACUTE
RESPIRATORY SYNDROME CORONAVIRUS 2 ( SARS –CoV-2).
• SINDROMA GEJALA KLINIS YANG MUNCUL BERAGAM DARI MULAI TIDAK
BERKOMPLIKASI ( RINGAN ) SAMPAI SYOK SEPTIK ( BERAT ).
• MANIFESTASI KLINIS BIASANYA MUNCUL DALAM 2 SAMPAI 14 HARI SETELAH
PAPARAN
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinik : Pneumonia 2019-nCoV.PDPI: Jakarta; 2020
4.
5. STATEMENTWHO 23 JANUARI2020
• WHO telah mengumumkan bahwa nCoV saat ini belum bisa dikategorikan sebagai
public health emergency of international concern (PHEIC), namun merupakan
kasus high risk di Cina, regional dan global, sehingga WHO tetap terus memantau
perkembangan penyakit ini
• Tidak ada bukti kuat penularan antar manusia, namun bukan berarti hal ini tidak
akan terjadi karena masih banyak hal yang belum diketahui mengenai penyakit
ini, seperti sumber penularan dan tingkat keparahannya.
• WHO tidak merekomendasikan restriksi perjalanan ke Cina terutama Wuhan,
namun diharapkan semua negara tetap meningkatkan kewaspadaannya terhadap
pelaku perjalanan yang baru tiba dari Cina
• informasi mengenai corona virus dan pedoman teknis dan rekomendasi untuk
mencegah penularan tersedia di website WHO
3
6. SITUASI GLOBAL NOVEL CORONAVIRUS
sd 23 Januari 2020
2
• Total 584 kasus, tersebar di Cina,
Thailand (4), Jepang (1), Korea
Selatan (1), Singapura(1) dan
Amerika Serikat (1).
• Semua kasus ada riwayat
perjalanan ke Wuhan
• Kasus di Cina:
 Dilaporkan dari 25 wilayah
 Total 575 kasus, dimana 375
kasus dilaporkan dari Provinsi
Hubei
 95 kasus parah
 17 kematian
26. CORONA VIRUS
• VIRUS RNA
• STRAIN TUNGGAL POSITIF
• BERKAPSUL
• TIDAK BERSEGMEN
• ORDO NIDOVIRALES
• FAMILY CORONAVIRIDAE
• EMPAT GENUS :
• ALPHA CORONAVIRUS
• BETACORONAVIRUS
• DELTACORONAVIRUS
• GAMMACORONAVIRUS
27. SIFAT/KARAKTERISTIK CORONAVIRUS
• SENSITIF TERHADAP PANAS
• LEBIH SUKA SUHU DINGIN, KELEMBABAN TIDAK TERLALU TINGGI
• SECARA EFEKTIF DAPAT DIINAKTIFKAN OLEH :
• DESINFEKTAN MENGANDUNG KLORIN, PELARUT LIPID DENGAN SUHU
56 DERAJAT CELCIUS SELAMA 30 MENIT, ETER, ALKOHOL, ASAM
PERIOKSIASETAT, DETERGEN NON IONIK, FORMALIN, OXIDIZING
AGENT KLOROFORM
• KHLORHEXIDIN TIDAK EFEKTIF DALAM MENONAKTIFKAN VIRUS
39. DEFINISI
• PNEUMONIA CORONA VIRUS DESEASE 2019 ( COVID-19 ) :
• PERADANGAN PADA PARENKIM PARU YANG DISEBABKAN OLEH SEVERE ACUTE
RESPIRATORY SYNDROME CORONAVIRUS 2 ( SARS –CoV-2).
• SINDROMA GEJALA KLINIS YANG MUNCUL BERAGAM DARI MULAI TIDAK
BERKOMPLIKASI ( RINGAN ) SAMPAI SYOK SEPTIK ( BERAT ).
• MANIFESTASI KLINIS BIASANYA MUNCUL DALAM 2 SAMPAI 14 HARI SETELAH
PAPARAN
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinik : Pneumonia 2019-nCoV.PDPI: Jakarta; 2020
40. GEJALA KLINIS
• GEJALA KLINIS UTAMA
• DEMAM ( > 38 c )
• BATUK
• KESULITAN BERNAFAS
• DAPAT DISERTAI SESAK MEMBERAT, FATIQUE, MIALGIA, GEJALA
GASTROINTESTINAL, DIARE, DAN GEJALA SALURAN NAFAS LAINNYA
• SESAK MUNCUL DALAM SATU MINGGU
• PADA KASUS BERAT PERBURUKAN SECARA CEPAT DAN PROGRESIF SEPERTI ARDS,
SYOK SEPTIK, ASIDOSIS METABOLIK, PERDARAHAN, DISFUNGSI KOAGULASI.
• KEBANYAKAN GEJALA YANG MUNCUL RINGAN, BAHKAN TANPA DEMAM,
DENGAN PROGNOSIS BAIK.
• SEBAGIAN KECIL DALAM KONDISI KRITIS BAHKAN MENINGGAL.
41. KLASIFIKASI KLINIS
• SINDROMA KLINIS YANG DAPAT MUNCUL :
• TIDAK BERKOMPLIKASI
• PNEUMONIA RINGAN
• PNEUMONIA BERAT
• ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
• SEPSIS
• SYOK SEPTIK
50. PENUNJANG DIAGNOSIS
• PEMERIKSAAN RADIOLOGI : THORAX FOTO, USG THORAX, CT SCAN THORAX
• PEMERIKSAAN SPESIMEN SALURAN NAFAS ATAS DAN BAWAH UNTUK RT-PCR SARS-CoV-2 ATAU
SEROLOGI
• SWAB TENGGOROK
• SPUTUM, BILASAN BRONKHUS, BAL, DAPAT BERUPA ASPIRAT ENDOTRAKEAL
• BRONKOSKOPI
• PUNKSI PLEURA
• PEMERIKSAAN KIMIA DARAH : DARAH PERIFER LENGKAP, LED,CRP
• ANALISA GAS DARAH
• FUNGSI HATI, GINJAL, GULA DARAH, ELEKTROLIT, FAAL HEMOSTASIS, PROKALSITONIN, LAKTAT
• BIAKAN MIKROORGANISME/ KUL.TUR DARAH
• PEMERIKSAAN FESES, URINE
67. TATALAKSANA
• DETEKSI DINI DAN PEMILAHAN PASIEN YANG BERKAITAN DENGAN INFEKSI COVID 19
• TRIAGE PENTING
• PENTINGNYA PPI
• MANAJEMEN KLINIS
• ISOLASI PASIEN DI RUMAH (KASUS RINGAN) ATAU DI RS
• PPI
• HAND HYGIENE
• APD
• CEGAH TERTUSUK JARUM
• MANAJEMEN LIMBAH MEDIS
• PEMBERSIHAN PERALATAN
101. Deteksi Dini dan Respon di Pintu MasukNegara
Jika memenuhi kriteria kasus suspek maka dilakukan
respon berupa:
• Tatalaksana kasus dan rujuk ke RS rujukan
• Lakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan
alat angkut
• Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak
erat)
• Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan
kiri) dilakukan: karantina minimal 1 kali masa inkubasi
terpanjang, pemberian HAC dan komunikasi risiko
• Notifikasi ke Ditjen P2P melalui PHEOC ditembuskan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan dilakukan pencatatan
menggunakan formulir (terlampir)
Jika tidak memenuhi kriteria kasus suspek maka dilakukan respon
sebagai berikut:
• Tatalaksana kasus sesuai diagnosis yang ditetapkan
• Orang tersebut dapat dinyatakan laik/tidak laik melanjutkan
perjalanan dengan suatu alat angkut sesuai dengan kondisi hasil
pemeriksaan
• Pemberian HAC dan komunikasi risiko mengenai infeksi
coronavirus, informasi bila selama masa inkubasi mengalami
gejala sesuai definisi kasus maka segera memeriksakan ke
fasyankes dengan menunjukkan HAC kepada petugas kesehatan.
• KKP mengidentifikasi daftar penumpang pesawat, dengan
maksud bila kasus tersebut mengalami perubahan manifestasi
klinis sesuai definisi kasus suspek maka dapat dilakukan contact
tracing.
• Pada penumpang dan kru lainnya yang tidak berisiko juga
dilakukan pemeriksaan suhu menggunakan thermal scanner,
pemberian HAC dan komunikasi risiko.
102. Deteksi Dini dan Respon di Wilayah
Bila fasyankes menemukan kasus yang memenuhi
kriteria kasus suspek maka perlu melakukankegiatan
sebagai berikut:
• Tatalaksana kasus sesuai kondisi pasien dan rujuk
pasien ke rumah sakit rujukan menggunakan mobil
ambulans
• Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit
nCov
• Fasyankes melakukan notifikasi ke dinas kesehatan
setempat, untuk selanjutnya dinas kesehatan
memberikan notifikasi secara berjenjang
• Melakukan penyelidikan epidemiologi selanjutnya
dilakukan mengidentiikasi dan pemantauan kontak erat
• Pengambilan spesimen dilakukan di rumah sakit
rujukan yang selanjutnya rumah sakit berkoordinasi
dengan dinas ksesehatan setempat untuk pengirman
sampel dengan menyertakan surat pengantar dinkes
Bila kasus tidak memenuhi kriteria kasussuspek,
maka dilakukan hal-hal berikut:
• Tatalaksana kasus sesuai kondisi pasien
• Komunikasi risiko kepada pasien
103. KESIAPAN INDONESIA (1)
1. Penyampaian Surat Edaran Dirjen P2P No. SR.0364/II/55/2020 tanggal 6 Januari 2020 mengenai
Kesiapsiagaan dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Pneumonia dari Negara Republik Rakyat
Tiongkok ke Indonesia kepada Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, KKP, B/BTKL-PP, dan seluruh rumah
sakit rujukan nasional dan regional.
2. Penyampaian Surat Edaran Dirjen Yankes No. YR.01.02/III/0027/2020 tanggal 7 Januari 2020 mengenai
Kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam Penanganan Penyakit Infeksi Emerging ke 100 rumah sakit rujukan flu
burung (berdasarkan Kepmenkes No. 414 Tahun 2007 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan
Penanggulangan Flu Burung (Avian Influenza). Diikuti dengan penyampaian surat kepada rumah sakit
rujukan flu burung untuk melakukan pendataan ulang terkait sumber daya yang ada di rumah sakit.
3. Penyiapan Pedoman Kesiapsiagaan dalam menghadapi nCoV yang meliputi deteksi, manajemen klinis,
pemeriksaan laboratorium, dan komunikasi risiko.
4. Penyampaian press release terkait nCoV sebagai salah satu upaya komunikasi risiko kepada masyarakat
dan dan terus melakukan tindakan edukasi yang massive sebagai upaya promotif dan preventif.
10
104. KESIAPAN INDONESIA (2)
5. Laboratorium Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (BTDK) Balitbangkes dan 5
laboratorium regional influenza (BBTKL-PP Jakarta, UI, Unhas, BBLK Palembang, dan BBLK
Makassar) sudah memiliki kemampuan untuk konfirmasi nCoV. Namun saat ini pemeriksaan
baru akan dilakukan oleh Balitbangkes
6. Identifikasi daerah-daerah berisiko yang memiliki akses langsung dari dan ke Tiongkok baik
melalui darat, laut, dan udara yaitu Jakarta, Tangerang, Bandar Lampung, Padang, Tarakan,
Balikpapan, Manokwari, Sampit, Bandung, Jambi, Tanjung Balai Karimun, Samarinda,
Palembang, Tanjung Pinang, Denpasar, Surabaya, Batam, Bitung, dan Manado.
7. Tersedia dan berfungsinya 195 thermal scanner Di 135 pintu masuk negara untuk
mengidentifikasi secara cepat gejala awal peningkatan suhu tubuh pelaku perjalanan.
8. Tersedia logistik kesiapsiagaan dan penanganan kasus nCoV terutama di daerah-daerah
berisiko yang memiliki akses langsung dari Tiongkok melalui darat, laut, dan udara (Alat
Pelindung Diri lengkap, masker N-95, dan health alert card )
11