Dokumen tersebut membahas tentang kesiapsiagaan rumah sakit di Indonesia dalam menghadapi peningkatan kasus varian Omicron. Rumah sakit perlu memperkuat kesiapsiagaannya dengan meningkatkan kapasitas ruang isolasi, persediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, oksigen, dan SDM kesehatan. Pemerintah perlu memastikan rumah sakit siap menangani peningkatan kasus dengan baik.
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
1. KESIAPAN RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI
PENINGKATAN VARIAN OMICRON
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
Dr. dr. EKA JUSUP SINGKA, M.Sc
KEPALA PUSAT KRISIS KESEHATAN
18 Januari 2022
2. PERKEMBANGAN KASUS VARIAN OMICRON
• Varian Omicron dilaporkan ke WHO pertama kali pada 24 November 2021
di Afrika Selatan.
• Di Indonesia, kasus konfirmasi pertama varian Omicron dilaporkan pada 16
Desember 2021.
• Saat ini jumlah kasus konfirmasi varian Omicron di Indonesia sebanyak
749 (data 16 Januari 2022).
• Pelacakan kontak erat yang diikuti dengan tes harus ditingkatkan di
kabupaten/kota dengan kenaikan ≥2 minggu berturut-turut.
• Perlu penyiapan rumah sakit dalam menghadapi varian Omicron terutama
di kabupaten/kota dengan kenaikan kasus ≥2 minggu berturut-turut.
3.
4. TANTANGAN PENGENDALIAN COVID-19
SEKTOR KESEHATAN
LAYANAN KESEHATAN
ESENSIAL NON COVID-19
HARUS TETAP BERJALAN
PENINGKATAN
PEMBIAYAAN
PELAYANAN
PEMENUHAN SDM
KESEHATAN
AKSES LAYANAN
TERGANGGU
MUTASI VIRUS DAN
MANIFESTASI KLINIS
TIDAK KHAS
KEMAMPUAN
DIAGNOSIS
LABORATORIUM
PEMENUHAN
SARPRAS
DAN APD
KOMUNIKASI RISIKO DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
5. Memperkuat Ketahanan Tanggap Darurat
Kerangka konsep
Ketahanan
Tanggap
Darurat
Kondisi
1. Informasi surveilans
belum realtime dan
terintegrasi.
2. Jejaring laboratorium
belum terintegrasi.
3. Screening di pintu
masuk belum optimal.
4. Tenaga relawan belum
terkoordinasi dengan
baik.
5. Respon tanggap
darurat masih belum
optimal.
6. Pemenuhan logistik
belum mencukupi.
Target Cara
1. Sistem informasi
surveilans (detect)
terintegrasi.
2. Menjaga pintu masuk
negara (tracing new
emerging diseases).
3. Disaster Management
Teams (DMTs) provinsi.
4. Terpenuhinya tenaga
cadangan tanggap
darurat.
5. Peningkatan kapasitas
daerah.
6. Manual/guidelines.
Integrasi, koordinasi, kolaborasi:
1. Pemerintah
2. Organisasi Masyarakat,
Organisasi Profesi, Lembaga
Swadaya Masyarakat
3. Akademisi
4. Pelaku usaha
5. Media
Health security is a collective responsibility among State, local, tribal, and territorial governments and public and
private partners, non-governmental organizations, academia, professional associations, communities, volunteers,
families, and individuals. (US National Health Security Strategy)
Non Alam
• COVID-19
• New Emerging Diseases
• KLB/Wabah penyakit
Alam
• Banjir
• Angin puting beliung
• Gempa bumi
• Tsunami
Sosial
• Aksi teror dan sabotase
• Konflik Sosial
Jenis
6. PENGELOLAAN KRISIS KESEHATAN
Definisi KRISIS KESEHATAN Peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit,
pengungsian, dan/atau adanya potensi
bahaya yang berdampak pada kesehatan
masyarakat yang membutuhkan respon cepat
di luar kebiasaan normal dan kapasitas
kesehatan tidak memadai.
TUJUAN PENGELOLAAN KRISIS KESEHATAN:
1. Meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antar pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan pemangku
kepentingan dalam pengelolaan krisis kesehatan;
2. Mencegah faktor risiko krisis kesehatan dan transmisi penyakit
menular pada masyarakat yang terdampak;
3. Memberikan dan memastikan pelayanan dan perlindungan
kesehatan kepada masyarakat dan relawan kesehatan;
4. Mencegah, mendeteksi, dan merespon kejadian luar biasa,
wabah penyakit, pandemi global dan kedaruratan nuklir, biologi
dan kimia untuk mendukung dan menjaga ketahanan
kesehatan (health security); dan
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik, baik pada tingkat
nasional, regional, maupun global.
Pengelolaan krisis kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
penanggulangan bencana secara umum.
DARI TUJUAN DI ATAS, DAPAT DISIMPULKAN BAHWA PERLU PENGELOLAAN
(MANAJEMEN) YANG KOMPREHENSIF DALAM PENGELOLAAN KRISIS
KESEHATAN DI INDONESIA
7. Pandemi COVID-19 menunjukan bahwa investasi pada kesiapsiagaan adalah
kunci sukses dalam penanganan pandemi dan ancaman bencana
Rencana operasi penanganan pandemi yang dimiliki RS perlu adalah dokumen hidup dan perlu
diperbaharui secara regular dengan mempertimbangkan situasi kekinian dari pandemi COVID-19.
Respon pandemi COVID-19 terintegrasi dengan penanganan bencana. RS juga perlu menyiapkan
komponennya dalam merespon kejadian gawat darurat lain, seperti kejadian korban massal,
emergency yang diakibatkan oleh hydrometeorological hazard, dan chemical hazards.
Memastikan RS tetap dapat melanjutkan pelayananannya dengan adanya jaminan bangunan aman
dan tahan dari lokal hazard (gempa bumi, longsor, atau tsunami).
Logistik Kesehatan mencukupi apabila ada lonjakan kasus, berikut human resources yang terlatih,
dan sarana pendukung seperti laboratorium, dan ruang perawatan.
8. Strategi Penanganan Pandemi
DETEKSI
• Meningkatkan tes
epidemiologi vs tes
screening.
• Meningkatkan rasio
kontak erat yang dilacak
dengan melibatkan
Babinsa/
Bhabinkamtibmas.
• Surveilans genomik di
daerah-daerah berpotensi
lonjakan kasus.
• Penguatan surveilans di
pintu masuk negara.
TERAPEUTIK
• Konversi TT 30-40% dari total
kapasitas RS & pemenuhan suplai
(termasuk oksigen), alkes, & SDM.
• Mengerahkan tenaga cadangan:
dokter internsip, koas, mahasiswa
tingkat akhir.
• Pengetatan syarat masuk RS:
saturasi <95%, sesak napas. Diawasi
oleh tenaga aparat atau relawan, agar
hanya kasus sedang, berat, kritis di RS.
• Meningkatkan pemanfaatan isolasi
terpusat.
VAKSINASI
• Alokasi vaksin 50% di
daerah-daerah dengan
kasus & mobilitas tinggi.
• Sentra vaksinasi di
berbagai tempat yang
mudah diakses oleh publik.
• Syarat kartu vaksinasi
bagi pelaku perjalanan dan
di ruang/fasilitas publik.
• Percepatan vaksinasi
pada kelompok rentan,
termasuk lansia & orang
dengan komorbid.
PROTOKOL KESEHATAN
• Implementasi PPKM Level 1-4
• Pemanfaatan teknologi digital dalam implementasi protokol kesehatan
2
9. Omicron mengkombinasi mutasi yang sebelumnya dimiliki oleh
Variant of Concern (VoC) lain
Peningkatan transmisi penularan, penurunan kemampuan netralisasi antibodi. Namun tidak ada
bukti dalam peningkatan keparahan, terutama pada individu yang telah divaksin
Tingkat Keparahan Preliminary informasi dari Afrika Selatan menunjukkan tidak ada
perbedaan gejala dan mirip dengan varian lain. Beberapa individu
diketahui tidak bergejala.
Transmisi Penularan Kemungkinan lebih cepat menular dibanding varian delta dan re-
infeksi.
Escape Immunity Beberapa mutasi di protein Spike menunjukkan efek yang signifikan
terhadap penurunan kemampuan antibodi dalam menetralisasi
virus. Efek resistensi terhadap vaksinasi belum diketahui.
10. Beberapa laboratorium yang punya kapasitas pemeriksaan S-Gene Target Failure
(SGTF) diminta untuk melakukan pemeriksaan sampel pelaku perjalanan luar negeri
• SGTF adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi suspek atau kasus probable varian Omicron.
• Jika dalam sampel tes PCR S-Gene tidak terdeteksi, maka kemungkinan besar kasus tersebut adalah varian
Omicron.
• Perlu dilakukan pemeriksaan SGTF karena varian Omicron mudah sekali menular, maka kasus probable yang
terdeteksi lebih dini bisa segera di isolasi agar tidak menyebar.
Pintu Masuk/Perbatasan Nama Laboratorium
Jakarta (Bandar Udara Soekarno-Hatta) Litbangkes, Labkesda DKI Jakarta, Pusat Riset Biologi
Molekuler-BRIN
Batam BTKLPP Batam
Aruk, Entikong, Badau Universitas Tanjungpura
Nunukan RSUD Nunukan
Bali (Bandar Udara Ngurah Rai) Labkes Provinsi Bali
Manado (Bandar Udara Sam Ratulangi) BBTKLPP Manado
11. ADAPTASI KEBIASAAN BARU/
NEW NORMAL
Kondisi dimana rumah sakit harus beradaptasi
dalam memberikan pelayanan sehari-hari untuk
mengantisipasi penularan COVID-19 baik
kepada petugas, pasien dan lingkungan
RS harus tetap melayani pasien tanpa atau
dengan COVID-19
(berlaku untuk seluruh RS)
• Pasien, petugas & lingkungan masyarakat
terlindungi.
• RS aman dan nyaman.
Perawatan Pasien Rumah Sakit di Masa Pandemi
1. Mempunyai ruang isolasi tekanan negative/non tekanan
negatif.
2. Kecukupan dan penggunaan APD standar sesuai risiko
paparan.
3. Kecukupan dan penggunaan APD standar sesuai risiko
paparan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit.
5. Tata laksana terapi secara multidisiplin
6. Meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi nakes dan
peningkatan imunitas.
Perubahan Layanan Rumah Sakit
12. Prinsip Utama Pengaturan Rumah Sakit
Pada Masa Pandemi Covid-19
1. Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan
menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus.
2. Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan
pengguna layanan.
3. Menerapkan protokol pencegahan COVID-19.
4. Menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien
kasus COVID-19.
5. Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-19 di daerah.
6. Melaksanakan kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemik
COVID-19.
13. RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19
132 RS Rujukan COVID-19 SK Menkes
879 RS Rujukan COVID-19 SK Gubernur
Sumber : RS Online Yankes 29 Desember 2021 dan Dinkes Prov
ACEH
21 RS
SUMUT
12 RS
SUMBAR
22 RS
RIAU
48 RS
KEPRI
32 RS
JAMBI
26 RS
BABEL
21 RS
SUMSEL
48 RS
LAMPUNG
30 RS
BANTEN
5 RS
DKI
101 RS
JABAR
105 RS
JATENG
65 RS
DIY
28 RS
JATIM
164 RS
BALI
14 RS
NTB
27 RS
NTT
22 RS
KALBAR
18 RS
KALTENG
4 RS
KALTARA
8 RS
KALTIM
16 RS
KALSEL
7 RS
SULBAR
2 RS
GORONTALO
2 RS
SULUT
18 RS
SULTENG
18 RS
SULTRA
7 RS
SULSEL
46 RS
MALUKU UTARA
7 RS
MALUKU
18 RS
PAPUA
BARAT
14 RS
PAPUA
16 RS
1.011 RS
No. Kepemilikan Jumlah
1 Kemenkes 29
2 Kementerian Lain 14
3 Pemda 519
4 TNI POLRI 86
5 BUMN 15
6 Swasta 348
Total 1.011
TOTAL RS DI INDONESIA = 3.114
TOTAL TT = 387.222
TOTAL TT COVID = 82.168
14. PENGATURAN ALUR LAYANAN
ALUR
PASIEN
SKRINING
LANGSUNG KE RS
(skrining)
MELALUI RUJUKAN
• pasien suspek atau konfirmasi COVID-
19 langsung ke triase COVID-19.
• pasien kasus non COVID-19 yang
harus melewati proses skrining.
PASIEN DAN
PENGUNJUNG
PETUGAS
TRIASE
TRIASE IGD
TRIASE RAWAT JALAN
REGISTRASI ONLINE
(isian self assessment)
15. STRATEGI PELAYANAN RUMAH SAKIT
• Gejala sedang
danberat/kritis dirawat
di rumah sakit
• Kriteria awal untuk
memisahkan : (a).sesak
napas, (b).Saturasi
oksigen <95%,(c).Rapid
antigen (+) atau PCR
(+)
• Menambah Tenda
perawatan di IGD.
Pasien yang sudah
dinyatakan selesai
isolasi/sembuh,
diarahkan pulang.
• Dinas Kesehatan,
Kementerian
Kesehatan, dan
pihaklain (termasuk
TNI/POLRI) perlu
memonitor agar
pemisahan efektif
• Melakukan Update RS
Online Setiap Hari
• Layanan telekonsultasi
untuk smeua pasien
positif COVID-19 untuk
skrinning awal gejala
sedang/berat
• Perbaikan regulasi agar
pembiayaan layanan
telekonsultasi dan
paket obat dapat
ditanggung
kementerian kesehatan
• Identifikasi lokasi
Isolasi Terpusat bagi
pasien yang sudah
rawat jalan
• Mengupayakan
fasilitas isolasi
terpusat bagi SDM
rumah sakit.
• Update Data
Kebutuhan dan
Ketersediaan Oksigen
di RS Online.
• Meningkatkan
penggunaan Oxgen
Consentrator.
TRIASE/PEMISAHAN
PASIEN COVID-19/
IGD
SELESAI
PERAWATAN
MONITORING
RUMAH SAKIT
IMPLEMENTASI
TELEMEDICINE
PENAMBAHAN
KAPASITAS ISOLASI
TERPUSAT
PEMENUHAN
OKSIGEN
16. Komponen kunci kesiapsiagaan
RS terhadap COVID-19
Incident Management System
(DHMT)
Komunikasi
Layanan
esensial dan
perawatan
Surge
capacity
Human
resources
Manajemen
logistic, supplies
dan obat-obatan
Layanan
pendukung
lainnya
PPI
Manajemen
kasus
Surveillance:
deteksi dini dan
monitoring
Layanan
laboratorium
• Mendukung berlangsungnya operasi emergensi secara
efektif
• IMS yang telah ada dari rencana operasi bencana
sebelumnya dapat diaktivasi atau disesuaikan (apabila
perlu tim ad-hoc)
• Memiliki ruang untuk koordinasi (hospital emergency
operation centre) dan didukung dengan perlengkapan
komunikasi yang memadai
• Anggota terdiri dari direktur RS, direktur perawatan,
CEO, bagian humas/komunikasi, perwakilan dokter,
perawat, dari unit emergensi atau intensive care, dan
ruang lainnya bila diperlukan, PPI, petugas lab, logitik,
keamanan dan lainnya.
• Kemampuan pelayanan Kesehatan untuk melakukan
pelayanan diluar kapasitas normalnya, untuk
memenuhi permintaan untuk penanganan kasus
COVID-19 terutama pada masa-masa kenaikan kasus
seperti varian Delta sebelumnya.
• Memahami karakteristik varian COVID-19, cara
penyebarannya, tingkat keparahannya, ketahanan
vaksin terhadap jenis VoC, obat dan alat diagnostik
yang diperlukan dalam mendeteksi varian baru.
• Identifikasi gap layanan, komunikasi dan koordinasikan
kebutuhan kepada pemerintah lokal, identifikasi
layanan pendukung lainnya. Pasien dengan gejala
ringan di karantina dirumah didukung telemedicine.
• Meminimalisir
risiko penularan
infeksi terkait
layanan
kesehatan
kepada pasien,
staf rumah
sakit, dan
pengunjung.
• Membuat
standar PPI
yang sesuai
dengan
karakteristik
COVID-19
• Rutin melakukan
pelatihan dan update
kepada tenaga
Kesehatan dan tenaga
pendukung Kesehatan
• Sistem triase yang efisien dan akurat
serta manajemen rawat inap yang
terorganisir diperlukan strategi untuk
memastikan perawatan yang
memadai untuk penyakit pernapasan
akut COVID-19
• Tenaga kesehatan mampu
mengenali dan melaporkan
adanya kasus, sebagai upaya
peringatan dini.
• Mekanisme
komunikasi di
internal
(pengambil
keputusan) dan
eksternal (untuk
peningkatan
kepercayaan
public)
•Memiliki logistic system
yang terintegrasi dan
regularly updated
•Memiliki kontijensi plan
terkait pemenuhan
kebutuhan logistic
Kesehatan
•Ruang penyimpanan yg
dikelola dengan baik
• Keberlangsungan
layanan laboratorium
baik untuk pasien
dengan COVID-19
atau pasien lainnya
• Triage system
dalam
pengelolaan
kasus pandemic
dan non
pandemik
17. Logistik kesehatan yang telah didistribusikan oleh Pusat Krisis Kesehatan ke
Rumah Sakit di 34 Provinsi dalam menghadapi Pandemi COVID-19
(tahun 2020 – Januari 2022)
No Nama Barang Jumlah
1 Oxygen Concentrator 4.869
2 Ventilator 455
3 BPAP, VPAP, CPAP 144
4 Tabung oksigen 1.570
5 Regulator 75
6 Oxymeter 680
7 APD 1.046.332
8 Masker Bedah 4.247.350
9 Masker Bedah Anak 113.500
10 Masker N95 2.149.570
11 Gown 125.900
12 Handscoon Non-Steril 652.700
• Penyiapan dan pendistribusian logistik kesehatan terus berjalan sesuai kebutuhan dan perkembangan kasus.
18. 26
KESIMPULAN
1. Penguatan Deteksi
• Seluruh kedatangan luar negeri dites PCR dengan SGTF.
• Seluruh kedatangan luar negeri yang PCR positif dites WGS.
• Percepatan standar lama pemeriksaan (turn around time) WGS: 3-5 hari vs
14 hari.
• Percepatan kedatangan 14 mesin WGS bantuan Global Fund, 1 mesin WGS
bantuan US Chamber dan Reagen PCR bantuan CDC.
2. Percepatan & Perluasan Vaksinasi
• Pemberian vaksin Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun.
• Percepatan vaksinasi untuk lansia agar segera melampaui 60%.
• Percepatan vaksinasi seluruh propinsi agar segera melampaui 70%.
3. Persiapan RS
• Mempunyai ruang isolasi tekanan negatif/non tekanan negatif.
• Kecukupan dan penggunaan APD standar sesuai risiko paparan.
• Pengaturan jam kerja tenaga kesehatan.
• Meningkatkan mutu pelayanan dalam PPI di RS.
• Tatalaksana terapi secara multidisplin.
• Meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi nakes dan peningkatan imunitas.
• Memantau ketersediaan logistik kesehatan.
Editor's Notes
Saudara-Saudara yang saya hormati,
Tantangan Pengendalian Covid-19 Sektor Kesehatan antara lain:
layanan kesehatan esensial non covid harus tetap berjalan
pemenuhan sarpras dan apd
komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat
peningkatan pembiayaan pelayanan
pemenuhan sdm kesehatan
mutasi virus dan manifestasi klinis tidak khas
kemampuan diagnosis laboratorium
akses layanan terganggu
Strategi Layanan Rumah Sakit
Triase/Pemisahan pasien COVID-19/IGD
Gejala sedang danberat/kritis dirawat di rumah sakit
Kriteria awal untuk memisahkan : (a).sesak napas, (b).Saturasi oksigen <95%,(c).Rapid antigen (+) atau PCR (+)
Menambah Tenda perawatan di IGD
Selesai Perawatan
Pasien yang sudah dinyatakan selesai isolasi/sembuh, diarahkan pulang
Monitoring rumah sakit
Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan pihaklain (termasuk TNI/POLRI) perlu memonitor agar pemisahan efektif
Melakukan Update RS Online Setiap Hari
Implementasi Telemedicine
Layanan telekonsultasi untuk smeua pasien positif COVID-19 untuk skrinning awal gejala sedang/berat
Perbaikan regulasi agar pembiayaan layanan telekonsultasi dan paket obat dapat ditanggung kementerian kesehatan
Penambahan kapasitas isolasi terpusat
Identifikasi lokasi Isolasi Terpusat bagi pasien yang sudah rawat jalan
Mengupayakan fasilitas isolasi terpusat bagi SDM RS yang isoman
Pemenuhan oksigen
Update Data Kebutuhan dan Ketersediaan Oksigen di RS Online
Meningkatkan penggunaan Oxgen Consentrator