SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
PERMASALAHAN ETIKA
DALAM PRAKTEK
PELAYANAN KESEHATAN DI
RUMAH SAKIT
DR. ALIEFETY PUTU GARNIDA CHT.,SST.,SKM.,MH.KES
Materi Pembahasan
1. REPRODUKSI.
2. ABORSI.
3. KETENTUAN MATI.
4. EUTANASIA.
5. TRANSPLANTASI.
6. BEDAH MAYAT.
7. VISUM ET REPERTUM (VER).
8. PENELITIAN BIOMEDIS
Latar belakang Permasalahan
Etika
Masalah Etika Biomedis disatu sisi dan Bioetika dalam praktek
pelayanan.
Manusia sebagai entitas spiritual yang utuh memiliki nilai tapi secara
umum ada pandangan Realitas material yg dipengaruhi kapitalisme
Etika Kesehatan difokuskan pada implentasi etika bid pelayanan dan
pemeliharaan Kesehatan .
Pengertian Etika kedokteran sebagi aturan kesusilaan dan aturan sikap
dan perilaku yang berlaku khusus antara dokter degn pasien
Latar belakang Permasalahan
Etika
Etik sebagai refleksi dari pedoman dan norma perilaku para dokter
sesuai tugas dan kewajibannya .
Etik sebagai kesadaran bersama dalam hubungan dokter dengan pasien
sebagai partnership.
Etik Kesehatan dimana berbagai aspek perbuatan medis dipengaruhi
oleh kepentingan masyarakat.
Oleh sebab itu masalah etik dalam praktek menjadi persoalan yng
penting dirumuskan menjadi suatu bagian aturan yg berlaku.
Pengantar Umum
Permasalahan Etik dalam praktek Kesehatan perlu dipahami sebagai alat atau
pengaturan untuk membantu menciptakan dan memelihara budaya integritas
berwujud Etik yang benar, baik dan bermanfaat sesuai aturan yang berlaku agar
dapat menertibkan tata kehidupan masyarakat
Etik menjadi satu perangkat aturan yang secara jelas dan ringkas menguraikan
jenis perilaku yang sebaiknya ada di tempat kerja.
Sehingga pemahaman Etik, Hukum untuk membantu menciptakan bekerja
dengan baik,benar serta bermanfaat demi memelihara budaya integritas, serta
dapat menjabarkan bentuk-bentuk perilaku yang ada di tempat kerja secara
jelas dan ringkas.
Tujuan Etik dalam tugas
Terlaksananya pembinaan etika secara baik,benar dan tepat bagi
seluruh stakeholder di Rumah Sakit
Terciptanya dan terpeliharanya budaya integritas berwujud Etik yang
benar,dan bermanfaat serta perilaku yang baik di tempat kerja
dilingkungan Rumah sakit.
Terwujudnya kordinasi kerja yang menciptakan lingkungan yang positif
bagi semua pegawai Rumah Sakit dengan budaya yang mengoptimalkan
pelayanan, perawatan, kepuasan dan keselamatan pasien.
Terwujudnya persepsi semua karyawan tentang standar perilaku demi
menciptakan lingkungan kerja yang baik,aman dan tertib.
MANFAAT ETIK DALAM TUGAS
Menegakkan dan meningkatkan kesadaran Etik bagi seluruh pegawai dalam
upaya mencegah,meminimilasi terjadinya masalah di Rumah Sakit
Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal dilingkungan RS
Melindungi seluruh karyawan Rumah Sakit terhadap permasalahaan yang
berpotensi menjadi masalah etik ,hukum.
Menciptakan kerja yang harmonis sesuai budaya Etik ,Hukum di Rumah Sakit
Etik ,Hukum dalam Praktek Kesehatan
1. REPRODUKSI.
a. Fertilisasi in vitro atau Tehnologi
Reproduksi Buatan (TRB) Bayi Tabung
b. Keluarga Berencana (Program KB ) .
c. Pinjam rahim (perkembangan baru )
Hak –Hak Reproduksi
Hak Reproduksi adalah Hak azasi manusia :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat ,aman serta
bebas dari paksaaan dan /atau kekerasan pasangan yang sah.
b. Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas dr diskriminasi ,paksaan
dan/atau kekerasan yag menghormati nilai nilai luhur yg tidak
merendahkan manusia sesuai norma agama
c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin berproduksi sehat
secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama ,
d. Memperoleh informasi ,edukasi, dan konseling mengenai Kesehatan
reproduksi yg benar dab dapat dipertangggung jawabkan
1. REPRODUKSI
Kesehatan Reproduksi : keadaan sehat secara fisik dan sosial secara utuh tidak
semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi pada laki laki dan perempuan.
Reproduksi adalah kondisi dapat berkembang dan terjadinya kelahiran
Hak hak Reproduksi adalah merupakan Hak azasi manusia untuk hidup dan
berkembang yg meliputi :
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan
seksual yg aman serta bebasa dari paksaan danatau
kekerasan dengan pasangan yg sah .
REPRODUKSI
b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas.
dari diskriminasi,paksaaan dan/atau kekarasan yg.
menghormati nilai luhur yg tidak merendahkan.
martabat manusia sesuai norma agama.
c. Menentukan sendiri kapandan berapa sering
berproduksi sehat secara medis.
d. Memperoleh indormasi ,Edukasi dan konseling.
mengenasi kesehatan reproduksi
REPRODUKSI
Fertilisasi in vitro atau TRB (bayi Tabung ). Dalam UU Kesehatan diatur “
Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sbg upaya terkhir
membantu suami istri utk mendapatkan anak dgn cara :
‘’Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami
istri ybs ditamankan dalam rahim istri darimana
ovum berasal yg dilakukan tenaga kesehatan yg
mempunyai keahlian dan kewenangan (STR dan
SIP ) di sarana kesehatan yg ditentukan “
REPRODUKSI
Pengecualiannya diatur pasal 75(2 ) UU 36 Th 2009 berdasarkan :
a. indikasi kegawat daruratan medis yg dideteksi.
sejak usia dini baik yg mengancam nyawa ibu.
dan atau janin .
b. kehamilan akibat perkosaan dpt mengakibatkan.
trauma psikologis.
. Syaratnya (UU 36 th 2009 ps76 ) :
1.dilakukan sebelum berumur 6 minggu (haid akhir)
2. oleh tenaga kesehatan yg berkompeten.
3. persetujuan ibu hamil dan suami kecauli perkosaan
4. sarana kesehatan yg ditetapkan.
. Sanksi : kurungan 10 th dan denda 1 Milyar
Etik dan moral dalam
pelaksanaan
Etik dan moral dalam praktek menjadi hal yg penting mengingat
tanggung jawab dokter harus memastikan pasangan itu suami dan istri.
Harus menjaga identitas dan kerahasian pada proses pelaksanaan
sampai sepanjang masa .
Sangat memerlukan ketekunan dan ketaatan pasangan dalam
prosesmya
2. ABORTUS
Abortus : Keluarnya atau dikeluarkannya hasil
konsepsi dari kandungan ibunya sebelum waktunya .
Abortus pada kenyataanya ada 2 macam :
1, Abortus Spontan : mekanisme alamiah keluarnya .
hasil konsepsi abnormal ( keguguran ).
2. Abortus Buatan (terminasi kehamilan) ada 2 yaitu :
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi legal ).
b. Abortus provokatus criminalis ( abortus ilegal )
Abortus spontan
Abortus Imminens (theareted aborsion) adanya gejala
gejala yang mengancam Akan terjadi aborsi dan
biasanya kehamilan dapat diselamatkan .tapi Abortus
Incipiens ada gejala namun kehamilan tifak dapat
dipertahankan
Abortus Incompletus : pengeluaran sebagian buah
kehamilan dan siasa masih berada di rahim, sedangkan
Abortus Completus adalah pengeluaran seluruhnya.
buah kehamilan .
Missed Abortion: hasil pembuahan telah mati jadi
harus dikeluarkan
2. ABORTUS
Abortus Buatan ( terminasi kehamilan ) ada 2 yaitu :
a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi
legal ) dilakukan dokter yg berkompeten
berdasarkan indikasi medis dan dengan
persetujuan ibu yg hamil dan atau suami
2. ABORTUS
Syaratnya UU 36/2009 ps 75(1) ;
1. hanya dilakukan pd Tindakan teraupetik atau
indikasi medis
2. disetujui 2(dua ) dokter yg berkompeten
dibidangnya
3. disetujui ibu hamil dan atau suaminya
4. dilakukan disarana Kesehatan tertentu .
2. ABORTUS
b. Abortus provokatus criminalis
( abortus ilegal ) yang dilakukan oleh
tenaga medis atau orang lain yg tidak
kompeten dan cara cara diluar medis
(pijat,jamu,ramuan dll ).Pengguguran
kandungan ini sangat membahayakan
ibu/wanita yang mengandung.
. Ancaman pidana .Ps 346,347,348,349
KUHP
Resiko pelaksanaan Aborsi
Kematian mendadak krn pendarahan hebat.
Kematian mendadak krn pembiusan yg gagal
Kematian secara lambat krn infeksi
Kerusakan rahim
Dapat menimbulkan kanker dll.
Kehamilan akibat perkosaan
(incest )
Elective Abortion adalah aborsi sukarela atau pengahiran kehamilan krn
alasan tertentu.
Eugenic abortion alalah pengguguran kandungan karena janini yang
cacat.
Aspek moral sering juga menjadi dasar pertimbangan dalam kondisi ini
dan petimbangan Hukum
3.Ketentuan Mati
Tanatologi : salah satu cabang ilmu kedokteran forensik yg
mempelajari kematian dan perubahan setelah kematian.
Konsep mati ( PP 18 th 1988 )
a.Mati sbg berhentinya darah mengalir .
b.Mati sbg saat terlepasnya nyawa dari tubuh.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara
permanen.
d. Hilangnya manusia secara permanen
kesadaran.
3.Ketentuan Mati
. 1. Mati Somatis.adalah mati klinis akibat terhentinya ketiga sistem
penunjang kehidupan (Susunan syaraf atau otak,jantung dan pembuluh
darah dan sistem pernafasan
2. Mati Suri. adalah terhentinya sistem penunjang kehidupan yg
ditentukan alat kedokteran sederhana namun diperiksa kedokteran
canggih msh dapat dibuktikan sistem penunjang kehidupan berfungsi
(kerancunan,kena listik,obat tidur dan tenggelam )
3. Mati Seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh beberapa
saat setelah kematian somatis Pada kondisi ini kematian setiap organ
tdk bersamaan
3.Ketentuan Mati
4. Mati Serebral adalah kerusakan menetap bagian kanan dan
kiri otak dimana kedua sistem penunjang kehidupan masih
berfungsi.
5.Mati Batang Otak (MBO ) : adalah terjadi kerusakan pada
batang otak serebelum maka secara keseluruhan tidak bisa hidup
lagi
Ketentuan Mati
Ps 117 UU no 36 th 2009 Ttg Kesehatan “ seseorang
dikatakan mati apabila fungsi sistem jantung ,sirkulasi
dan system pernafasan terbukti telah berhenti secara
permanen atau apabila kematian batang otak telah
dibuktikan
Dalam prakteknya yg prinsip MBO yang dipakai sbg dasar utk
mementukan seseorang apakah sudah mati apa belum
4.EUTHANASIA
Euthanasia (Yunani)- Euthanathos
Euthanasia : mati tanpa menderita /mati cepat tanpa derita .
Euthanasia : dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu
memperpendek hidup pasien dan ini dilakukan utk kepentingan pasien
sendiri (Amir dan Hanafiah )
Euthanasia sesuai pelaksanaannya
1 Eutanasia Passif : Perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yg perlu utk mempertahankan hidup manusia.
2. Eutanasia Aktif : Perbuatan yg dilakukan scara medis melalui
intervensi aktif oleh dokter atau perawat dengan tujuan utk mengakhiri
hidup pasien .
a.Eutanasia aktif langsung :tindakan medis terarah.
utk mengakhiri hidup pasien ( mercy killing ).
b.Eutanasia aktif tdk langsung : tindakan medis meringankan
penderitaan pasien (obat penenang dll )
Eutanasia sesuai permintaannya
Eutanasia Voluntair : dilakukan petugas medis berdasakan permintaan
pasien sendiri dalam keadaan sadar secara berulang ulang tanpa
tekanan siapapun.
Eutanasia Involuntair : dilakukan petugas medis kepada pasien tdk
sadar atas permintaan keluarga pasien dengan berbagai alasan mis
biaya ,kasihan pada pasien dll.
Aspek Hukum . Ps 344,340,359 KUHP
Aspek etik dan moral
Penentuan hidup dan mati tidak ditangan manusia namun sisi lainnya
hak pasien untuk menentukan nasib sendiri.
Nilai insani manusia dan fitrah manusi utk tetatp berjuang
mempertahankan hidupnya dan menghadapi tantangan dan
penderiataan.
Aspek kehidupan manusia tidak bisa dinilai secara individual krn baik
hidup dan mati berkaitan dengan orang lain,
5. Transplantasi Organ
Transplantasi : Tindakan medis utk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia lain atau tubuhnya
sendiri. Pertimbanganya disamping medis harus dipertimbangkan dari
segi non medis yakni agama ,kepercayaan, hukum ,etik dll.(PP 18 th
1981 ttg Bedah mayat klinis ,bedah mayat anatomis dan transpalntasi
alat dan jaringan tubuh manusia )
Jenis jenis tranplantasi : Autograf,Allograf,Isograf dan Xenograf.
Transplantasi organ
Autograf : pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke
tempat lain dalam tubuh sendiri (dari pantat ke pipi dll).
Allograf : pemindahan jaringan atau organ dari tubuh yg lain yg sama
spesiesnya yakni antara manusia dgn manusia (ginjal,mata hati dll ).
Isograf : pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yg lain yg identik .
Xenograf : pemindahan dari satu tubuh ke tubuh yg lain yg tdk sama
spesiesnya (manusia dgn binatang
Transplantasi organ
Donor hidup : Kulit ,ginjal,darah,sumsum tulang dll..
Donor mati/jenazah : Jantung,hati, ginjal,kornea mata ,paru
paru,pancreas .
Aspek Hukum : PP 18 th 1981 (lihat pasal 1 sd pasal 17. )
6. Bedah Mayat
Bedah Mayat : suatu tindakan medis pasca pelayanan kesehatan yg
bertujuan utk memastikan penyebab kematian dan utk kepentingan
penelitian.
Dibedakan sesuai tujuan bedahnya :
1 Bedah mayat klinis .
2.Bedah mayat Anatomis.
3. Bedah mayat Forensik
4. Bedah mayat sbg Donor
Bedah Mayat
Bedah mayat Klinis : dilakukan utk kepentingan penelitian dan
pengembangan pelayanan kesehatan dgn tujuan menegakkan
diagnonis,penyimpulkan penyebab kematian syaratnya : persetujuan
tertulis keluarga
Bedah mayat Anatomis : dilakukan utk kepentingan pendidikan
kedokteran dan biomedik Syaratnya : ada persetujuan dari keluarga dan
dilakukan di RS Pendidikan oleh dokter sesuai keahlianya dan mayat
diawetkan.
Bedah Mayat
Bedah mayat Forensik : Dilakukan guna kepentingan penegakan
hukum. Syarat dilakukan dokter forensik atau dokter lain bila tdk ada
dokter forensik di wilayah itu.
Bedah mayat sbg Donor : Dilakukan bagi seseorang dalam hidupnya
bersedia utk mendonorkan organ tubuhnya apabila meninggal dunia
Tujuannya : mengambil organ tubuh dipindahkanke tubuh org lain
Syaratnya : persetujuanybs sblm meninggal dan dilakukan oleh dokter
yg berkompeten dan memenuhi norma agama ,etika dan hukum.
7.VISUM ET REPERTUM
VISUM ET REPERTUM (VER)
Visual : Melihat .
Reperta : Melaporkan
VER : Menerangkan, menjelaskan, mengungkapkan
VER : Suatu keterangan dokter tentang apa yang dilihat,
ditentukan dalam melakukan pemeriksaan
terhadap orang atau mayat
Surat keterangan dokter yang membuat
kesimpulan pemeriksaan yang telah dilakukan
Autopsi
Autopsi (lihat dengan mata sendiri ): pemeriksaan kematian atau
investigasi medis jenazah atau Nekropsi (melihat mayat),
Ada 2 macam :
Forensik : Tujuan medis bersifat legal.
Clinical : Tujuan riset medis
UNSUR UNSUR VER
1. Laporan tertulis
2. Dibuat oleh dokter (STR/SIP)
3. Permintaan yang berwajib
4. Obyek yang dilihat, diperiksa berdasarkan keilmuan atau
keahlian
5. Dilaksanakan berdasarkan sumpah
6. Untuk kepentingan hukum (pro justitita)
VER SEBAGAI ALAT BUKTI
Dalam Pasal 184 KUHAP diatur alat bukti yang sah adalah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VER dijadikan sebagai alat bukti keterangan ahli
Sebagai hasil pemeriksaan dokter/ahli lain diminta menyampaikan suatu KETERANGAN
AHLI kepada Penyidik sesuai KUHAP pasal 133 ayat (1).
KETERANGAN AHLI
"Keterangan ahli", yaitu pada KUHAP pasal 1 ayat (28) yang
berbunyi: ‘’Keterangan ahli adalah keterangan yang dibelikan oleh
orang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
KUHAP pasal 179 dan pasal 186 menegaskan, bahwa keterangan
ahli itu diberikan secara lisan di sidang Pengadilan, sedangkan
untuk yang tertulis. KUHAP pasal 187 ayat (c) memakai istilah
"Surat Keterangan dari seorang ahli".
KETERANGAN AHLI
Keterangan Ahli dalam KUHAP pasal 133 ayat(l) dapat dikatakan sudah jelas harus dalam
bentuk tertulis, karena ini antara lain dipakai untuk:
melihat kejahatan atau tidak;
Bila terjadi kematian itu baik kematian alamiah atau karena suatu tindak pidana, maka
Penyidik harus memberi tahukan hal itu (secara tertulis) kepada Penuntut Umum sesuai
KUHAP pasal 109 ayat (2).
melakukan penahanan terhadap terdakwa
Bila diduga seseorang pelaku tindak pidana akan ditahan demi proses penyidikan maka
tidak mungkin penahanan itu dilakukan berdasarkan pemberitahuan lisan dari dokter
harus ada dasar secara tertulis.
Dengan demikian istilah "keterangan ahli” pada KUHAP pasal ayat (1) tidak sinkron
dengan KUHAP pasal 179 dan pasal 186.
PENJELASAN KETERANGAN AHLI
"Visum et Repertum1' merupakan keterangan tertulis yang dibuat
oleh dokter atau apa dilihat ditemukan dalam proses pemeriksaan
Kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan yang ditentukan oleh Ps
322 KUHP:
(1)dengan sengaja membuka rahasia yang la wajib
menyimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya sembllan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
sembllan ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan Itu dilakukan terhadap seseorang tertentu,
maka perbuatan Itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu.
Isi Visum et Repentum
I Pro Justitia Visum et Repertum
II.Pendahuluan
a. memuat keterangan tentang: identitas:
yang meminta pemeriksaan dan yang
melakukan pemeriksaan serta identitas
yang diperiksa (nama, umur, jenis
kelamin, alamat pekerjaan)
b. jenis pemeriksaan yang dilakukan
sesuai yang diatur dalam KUHAP pasal
133 serta keterangan-keterangan lainnya
ISI VISUM ET REPERTUM
III Pemberitaan
Hal-hal yang ditemukan baru objektif sesuai fakta dan Kondisi objek secara
jelas (luka, jenis luka, kekerasan, luka tembak atau pukulan dan lain-lain
IV Kesimpulan
Kesimpulan penyebab utama atas suatu
kejadian atau peristiwa yang terjadi, pendapat
dokter/ahli sesuai KUHAP Pasal 120 (1)
V. Sumpah /Jannji
Dibuat atas sumpah (sesuai KUHAP pasal 120 ayat (2)) .Pencantuman kata-
kata PRO JUSTITIA adalah untuk mendapat pembebasan bea meterai.
VER DIBUAT DIATAS SUMPAH
Kedudukan ahli/dokter dalam KUHAP sama dengan Saksi (
KUHAP pasal 179) : Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demikian demi
keadilan.Sumpah saksi ahli berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya.
Dokter harus datang di sidang pengadilan sebagai Saksi wajib di
sumpah sedangkan dokter membuat Visum et Repertum atas
sumpah dan karenanya ia tidak perlu lagi hadir di sidang pe-
ngadin kecuali ada yang belum/kurang jelas maka dapat di
panggil ke sidang pengadilan untuk memberi keterangan lebih
lanjut.
SUMPAH UNTUK MENANDATANGANI
VISUM ET REPERTUM
Jenis dan lafal sumpah sudah tentu harus disesuaikan dengan keperluan dan
tujuannya.
1,Sumpah asertoris untuk: menjadi saksi dan ahli.
Jika sumpah ini dilanggar (sengaja memberi
keterangan palsu) akan dikenakan sanksi pidana
menurut pasal 242 KUHP.
2,Sumpah Promisoris untuk menerima suatu
pekerjaan (dokter,dokter gigi, apoteker, bidan,
perawat, memangku suatu jabatan (ambil); menjadi
warga negara melalui naturalisasi.
SUMPAH DALAM JABATAN
Sumpah ini bersifat etik dan pelanggaran terhadap ini baru dikenakan
sanksi pidana, misalnya seorang dokter membuka rahasia dan
diadukan oleh pasiennya pasal 322 KUHP.
Sumpah apakah yang seharusnya dipakai untuk menandatangani suatu
Visum et Repertum
KUHAP ps 120(2) seorang ahli/dokter harus mengangkat sumpah di
muka penyidik dan berarti satu sumpah untuk satu pemeriksaan.
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan
oleh penyidik atau penuntut umum yang dltuangkan dalam suatu bentuk
laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu la menerima
jabatan atau pekerjaan.
Sisi Etik dan moral Sumpah
Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpahi, adalah surat keterangan dari seorang ahli yang
memuai pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu
hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi dari
padanya;
Perlu dipikirkan untuk membuat suatu aturan tentang
sumpah khusus bagi ahli/dokter yang diucapkan cukup
sekali saja untuk seumur hidup dan berlaku
Jadi sumpah/janji bahwa keterangan-keterangan tertulis
tentang pendapat sebagal ahli /dokter dapat dipergunakan
untuk dipakai dalam hukum sebagal alat bukti yang sah,
8. Penelitian Biomedis
Penelitian biomedis didorong penyakit degeratif,namun sering timbul
masalah dalam tehnologi baru yang digunakan tanpa diketaui efek
sampingnya .
Penelitian biomedis mengakibatkan berkembang metode pengobatan
baru ,namun untuk itu perlu adanya Penafisan tehnogie
Metode baru dan tehnologi baru harus diuji secara klinis agar dpt
diketahui efek sampingnya
Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum
Kriteria kepatutan ;
1.Bahwa penelitian ini akan memberi harapan dan pandangan baru dan tidak
dapat ditempuh dengan cara lain. Validitasnya ditentukan obyek penelitiannya
yaitu manusia
2. Bahwa hasil penelitian harus lebih berharga dibanding dengan resikonya
3.Kepentingan responden selalu harus diprioritaskan dibanding dengan
kemanjuan ilmu pengetahuan .
4.Penelitian harus memenuhi prinsip dan ketentuan ilmiah yg didasarkan pd
hasil laboratorium ,jurnal ilmiah ,hasil percobaan biologi thd hewan,pengetahuan
yg memadai dari kepustaaan ilmiah.
5. Bentuk dan cara pelaksanaan penelitian harus jelas dan tertulis dan harus
dinilai oleh panitia khusus yg memiliki kompetensi
Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum
6. Penelitian harus dilakukan oleh peneliti yg memeliki kualitas yg baik dan
pekerjaannya diawasi oleh ahli ahli medis yg kompeten.
7.Penelitian yg menggunakan manusia sbg obyeknya berlaku standar profesi
tertinggi bukan oleh dokter yg hanya memilik kompetensi rata rata
8.Peneliti bertanggaung jawab sepenuhnya secara pribadi baik hukum dan
etikanya .
9. Integritas pkisis dan fisik dari percobaan harus dijaga dan dilindungi
10. Privacy responden harus dijunjungi tinggi.
11. Penderitaan rohaniah dan fisik responden harus dibatasi maksimal .
12. Harus dilakukan usaha pencegahan kerugian ,invaliditas dan kematian
responden.
13. Tiap penelitian harus diakhiri dengan baik
Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum
Kriteria Persetujuan.
Penelitian harus ada persetujuan(Informed Consent) dengan penjelasan
yg cukup dan informasi yang benar dan pemahanan mengenai resiko
dan manfaat penelitian
53

More Related Content

Similar to 3. PERMASALAHAN ETIKA DLM PRAKTEK PELY.DI RS.pptx

Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompokJawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompokRefriani Full
 
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxREGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxMuzdalifahKarinaDM
 
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppteeeeee35
 
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxSejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxpengelolaanbbbr
 
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hari
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hariKodeki dan Praktek kedokteran sehari-hari
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hariCharlie Windri
 
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...Operator Warnet Vast Raha
 
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...Operator Warnet Vast Raha
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxGabbyRachedia
 
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan KesehatanMoral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan KesehatanGiovanni Promesso
 
Islam dan kesehatan
Islam dan kesehatanIslam dan kesehatan
Islam dan kesehatanAnis Solihah
 
Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)asep nababan
 
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxBIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxUmmulSuna
 
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxBIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxUmmulSuna
 

Similar to 3. PERMASALAHAN ETIKA DLM PRAKTEK PELY.DI RS.pptx (20)

Uu kesehatan
Uu kesehatanUu kesehatan
Uu kesehatan
 
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompokJawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
Jawaban tugas-mch-aborsi-kelompok
 
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptxREGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
REGULASI PELAYANAN KEBIDANAN.pptx
 
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt
1A, INFORMED CONSENT, TEORI OK.ppt
 
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptxSejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
Sejarah Hukum Kesehatan yang ada di indonesia.pptx
 
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hari
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hariKodeki dan Praktek kedokteran sehari-hari
Kodeki dan Praktek kedokteran sehari-hari
 
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
 
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam  ...
Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam ...
 
Vaksinsingkat
VaksinsingkatVaksinsingkat
Vaksinsingkat
 
Makalah aborsi menurut pandangan islam
Makalah aborsi menurut pandangan islamMakalah aborsi menurut pandangan islam
Makalah aborsi menurut pandangan islam
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan KesehatanMoral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
 
Hukum kesehatan
Hukum kesehatanHukum kesehatan
Hukum kesehatan
 
Makalah bioetik
Makalah bioetikMakalah bioetik
Makalah bioetik
 
Etika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum KedokteranEtika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum Kedokteran
 
Islam dan kesehatan
Islam dan kesehatanIslam dan kesehatan
Islam dan kesehatan
 
Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)Peraturan dan perundang1 (2)
Peraturan dan perundang1 (2)
 
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxBIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
 
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptxBIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
BIOETIK_KELOMPOK IV C.pptx
 

3. PERMASALAHAN ETIKA DLM PRAKTEK PELY.DI RS.pptx

  • 1. PERMASALAHAN ETIKA DALAM PRAKTEK PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT DR. ALIEFETY PUTU GARNIDA CHT.,SST.,SKM.,MH.KES
  • 2. Materi Pembahasan 1. REPRODUKSI. 2. ABORSI. 3. KETENTUAN MATI. 4. EUTANASIA. 5. TRANSPLANTASI. 6. BEDAH MAYAT. 7. VISUM ET REPERTUM (VER). 8. PENELITIAN BIOMEDIS
  • 3. Latar belakang Permasalahan Etika Masalah Etika Biomedis disatu sisi dan Bioetika dalam praktek pelayanan. Manusia sebagai entitas spiritual yang utuh memiliki nilai tapi secara umum ada pandangan Realitas material yg dipengaruhi kapitalisme Etika Kesehatan difokuskan pada implentasi etika bid pelayanan dan pemeliharaan Kesehatan . Pengertian Etika kedokteran sebagi aturan kesusilaan dan aturan sikap dan perilaku yang berlaku khusus antara dokter degn pasien
  • 4. Latar belakang Permasalahan Etika Etik sebagai refleksi dari pedoman dan norma perilaku para dokter sesuai tugas dan kewajibannya . Etik sebagai kesadaran bersama dalam hubungan dokter dengan pasien sebagai partnership. Etik Kesehatan dimana berbagai aspek perbuatan medis dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu masalah etik dalam praktek menjadi persoalan yng penting dirumuskan menjadi suatu bagian aturan yg berlaku.
  • 5. Pengantar Umum Permasalahan Etik dalam praktek Kesehatan perlu dipahami sebagai alat atau pengaturan untuk membantu menciptakan dan memelihara budaya integritas berwujud Etik yang benar, baik dan bermanfaat sesuai aturan yang berlaku agar dapat menertibkan tata kehidupan masyarakat Etik menjadi satu perangkat aturan yang secara jelas dan ringkas menguraikan jenis perilaku yang sebaiknya ada di tempat kerja. Sehingga pemahaman Etik, Hukum untuk membantu menciptakan bekerja dengan baik,benar serta bermanfaat demi memelihara budaya integritas, serta dapat menjabarkan bentuk-bentuk perilaku yang ada di tempat kerja secara jelas dan ringkas.
  • 6. Tujuan Etik dalam tugas Terlaksananya pembinaan etika secara baik,benar dan tepat bagi seluruh stakeholder di Rumah Sakit Terciptanya dan terpeliharanya budaya integritas berwujud Etik yang benar,dan bermanfaat serta perilaku yang baik di tempat kerja dilingkungan Rumah sakit. Terwujudnya kordinasi kerja yang menciptakan lingkungan yang positif bagi semua pegawai Rumah Sakit dengan budaya yang mengoptimalkan pelayanan, perawatan, kepuasan dan keselamatan pasien. Terwujudnya persepsi semua karyawan tentang standar perilaku demi menciptakan lingkungan kerja yang baik,aman dan tertib.
  • 7. MANFAAT ETIK DALAM TUGAS Menegakkan dan meningkatkan kesadaran Etik bagi seluruh pegawai dalam upaya mencegah,meminimilasi terjadinya masalah di Rumah Sakit Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal dilingkungan RS Melindungi seluruh karyawan Rumah Sakit terhadap permasalahaan yang berpotensi menjadi masalah etik ,hukum. Menciptakan kerja yang harmonis sesuai budaya Etik ,Hukum di Rumah Sakit
  • 8. Etik ,Hukum dalam Praktek Kesehatan 1. REPRODUKSI. a. Fertilisasi in vitro atau Tehnologi Reproduksi Buatan (TRB) Bayi Tabung b. Keluarga Berencana (Program KB ) . c. Pinjam rahim (perkembangan baru )
  • 9. Hak –Hak Reproduksi Hak Reproduksi adalah Hak azasi manusia : a. Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat ,aman serta bebas dari paksaaan dan /atau kekerasan pasangan yang sah. b. Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas dr diskriminasi ,paksaan dan/atau kekerasan yag menghormati nilai nilai luhur yg tidak merendahkan manusia sesuai norma agama c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin berproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama , d. Memperoleh informasi ,edukasi, dan konseling mengenai Kesehatan reproduksi yg benar dab dapat dipertangggung jawabkan
  • 10. 1. REPRODUKSI Kesehatan Reproduksi : keadaan sehat secara fisik dan sosial secara utuh tidak semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi pada laki laki dan perempuan. Reproduksi adalah kondisi dapat berkembang dan terjadinya kelahiran Hak hak Reproduksi adalah merupakan Hak azasi manusia untuk hidup dan berkembang yg meliputi : a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yg aman serta bebasa dari paksaan danatau kekerasan dengan pasangan yg sah .
  • 11. REPRODUKSI b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas. dari diskriminasi,paksaaan dan/atau kekarasan yg. menghormati nilai luhur yg tidak merendahkan. martabat manusia sesuai norma agama. c. Menentukan sendiri kapandan berapa sering berproduksi sehat secara medis. d. Memperoleh indormasi ,Edukasi dan konseling. mengenasi kesehatan reproduksi
  • 12. REPRODUKSI Fertilisasi in vitro atau TRB (bayi Tabung ). Dalam UU Kesehatan diatur “ Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sbg upaya terkhir membantu suami istri utk mendapatkan anak dgn cara : ‘’Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri ybs ditamankan dalam rahim istri darimana ovum berasal yg dilakukan tenaga kesehatan yg mempunyai keahlian dan kewenangan (STR dan SIP ) di sarana kesehatan yg ditentukan “
  • 13. REPRODUKSI Pengecualiannya diatur pasal 75(2 ) UU 36 Th 2009 berdasarkan : a. indikasi kegawat daruratan medis yg dideteksi. sejak usia dini baik yg mengancam nyawa ibu. dan atau janin . b. kehamilan akibat perkosaan dpt mengakibatkan. trauma psikologis. . Syaratnya (UU 36 th 2009 ps76 ) : 1.dilakukan sebelum berumur 6 minggu (haid akhir) 2. oleh tenaga kesehatan yg berkompeten. 3. persetujuan ibu hamil dan suami kecauli perkosaan 4. sarana kesehatan yg ditetapkan. . Sanksi : kurungan 10 th dan denda 1 Milyar
  • 14. Etik dan moral dalam pelaksanaan Etik dan moral dalam praktek menjadi hal yg penting mengingat tanggung jawab dokter harus memastikan pasangan itu suami dan istri. Harus menjaga identitas dan kerahasian pada proses pelaksanaan sampai sepanjang masa . Sangat memerlukan ketekunan dan ketaatan pasangan dalam prosesmya
  • 15. 2. ABORTUS Abortus : Keluarnya atau dikeluarkannya hasil konsepsi dari kandungan ibunya sebelum waktunya . Abortus pada kenyataanya ada 2 macam : 1, Abortus Spontan : mekanisme alamiah keluarnya . hasil konsepsi abnormal ( keguguran ). 2. Abortus Buatan (terminasi kehamilan) ada 2 yaitu : a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi legal ). b. Abortus provokatus criminalis ( abortus ilegal )
  • 16. Abortus spontan Abortus Imminens (theareted aborsion) adanya gejala gejala yang mengancam Akan terjadi aborsi dan biasanya kehamilan dapat diselamatkan .tapi Abortus Incipiens ada gejala namun kehamilan tifak dapat dipertahankan Abortus Incompletus : pengeluaran sebagian buah kehamilan dan siasa masih berada di rahim, sedangkan Abortus Completus adalah pengeluaran seluruhnya. buah kehamilan . Missed Abortion: hasil pembuahan telah mati jadi harus dikeluarkan
  • 17. 2. ABORTUS Abortus Buatan ( terminasi kehamilan ) ada 2 yaitu : a. Abortus provokatus therapeuticus (aborsi legal ) dilakukan dokter yg berkompeten berdasarkan indikasi medis dan dengan persetujuan ibu yg hamil dan atau suami
  • 18. 2. ABORTUS Syaratnya UU 36/2009 ps 75(1) ; 1. hanya dilakukan pd Tindakan teraupetik atau indikasi medis 2. disetujui 2(dua ) dokter yg berkompeten dibidangnya 3. disetujui ibu hamil dan atau suaminya 4. dilakukan disarana Kesehatan tertentu .
  • 19. 2. ABORTUS b. Abortus provokatus criminalis ( abortus ilegal ) yang dilakukan oleh tenaga medis atau orang lain yg tidak kompeten dan cara cara diluar medis (pijat,jamu,ramuan dll ).Pengguguran kandungan ini sangat membahayakan ibu/wanita yang mengandung. . Ancaman pidana .Ps 346,347,348,349 KUHP
  • 20. Resiko pelaksanaan Aborsi Kematian mendadak krn pendarahan hebat. Kematian mendadak krn pembiusan yg gagal Kematian secara lambat krn infeksi Kerusakan rahim Dapat menimbulkan kanker dll.
  • 21. Kehamilan akibat perkosaan (incest ) Elective Abortion adalah aborsi sukarela atau pengahiran kehamilan krn alasan tertentu. Eugenic abortion alalah pengguguran kandungan karena janini yang cacat. Aspek moral sering juga menjadi dasar pertimbangan dalam kondisi ini dan petimbangan Hukum
  • 22. 3.Ketentuan Mati Tanatologi : salah satu cabang ilmu kedokteran forensik yg mempelajari kematian dan perubahan setelah kematian. Konsep mati ( PP 18 th 1988 ) a.Mati sbg berhentinya darah mengalir . b.Mati sbg saat terlepasnya nyawa dari tubuh. c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen. d. Hilangnya manusia secara permanen kesadaran.
  • 23. 3.Ketentuan Mati . 1. Mati Somatis.adalah mati klinis akibat terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan (Susunan syaraf atau otak,jantung dan pembuluh darah dan sistem pernafasan 2. Mati Suri. adalah terhentinya sistem penunjang kehidupan yg ditentukan alat kedokteran sederhana namun diperiksa kedokteran canggih msh dapat dibuktikan sistem penunjang kehidupan berfungsi (kerancunan,kena listik,obat tidur dan tenggelam ) 3. Mati Seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh beberapa saat setelah kematian somatis Pada kondisi ini kematian setiap organ tdk bersamaan
  • 24. 3.Ketentuan Mati 4. Mati Serebral adalah kerusakan menetap bagian kanan dan kiri otak dimana kedua sistem penunjang kehidupan masih berfungsi. 5.Mati Batang Otak (MBO ) : adalah terjadi kerusakan pada batang otak serebelum maka secara keseluruhan tidak bisa hidup lagi
  • 25. Ketentuan Mati Ps 117 UU no 36 th 2009 Ttg Kesehatan “ seseorang dikatakan mati apabila fungsi sistem jantung ,sirkulasi dan system pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen atau apabila kematian batang otak telah dibuktikan Dalam prakteknya yg prinsip MBO yang dipakai sbg dasar utk mementukan seseorang apakah sudah mati apa belum
  • 26. 4.EUTHANASIA Euthanasia (Yunani)- Euthanathos Euthanasia : mati tanpa menderita /mati cepat tanpa derita . Euthanasia : dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu memperpendek hidup pasien dan ini dilakukan utk kepentingan pasien sendiri (Amir dan Hanafiah )
  • 27. Euthanasia sesuai pelaksanaannya 1 Eutanasia Passif : Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yg perlu utk mempertahankan hidup manusia. 2. Eutanasia Aktif : Perbuatan yg dilakukan scara medis melalui intervensi aktif oleh dokter atau perawat dengan tujuan utk mengakhiri hidup pasien . a.Eutanasia aktif langsung :tindakan medis terarah. utk mengakhiri hidup pasien ( mercy killing ). b.Eutanasia aktif tdk langsung : tindakan medis meringankan penderitaan pasien (obat penenang dll )
  • 28. Eutanasia sesuai permintaannya Eutanasia Voluntair : dilakukan petugas medis berdasakan permintaan pasien sendiri dalam keadaan sadar secara berulang ulang tanpa tekanan siapapun. Eutanasia Involuntair : dilakukan petugas medis kepada pasien tdk sadar atas permintaan keluarga pasien dengan berbagai alasan mis biaya ,kasihan pada pasien dll. Aspek Hukum . Ps 344,340,359 KUHP
  • 29. Aspek etik dan moral Penentuan hidup dan mati tidak ditangan manusia namun sisi lainnya hak pasien untuk menentukan nasib sendiri. Nilai insani manusia dan fitrah manusi utk tetatp berjuang mempertahankan hidupnya dan menghadapi tantangan dan penderiataan. Aspek kehidupan manusia tidak bisa dinilai secara individual krn baik hidup dan mati berkaitan dengan orang lain,
  • 30. 5. Transplantasi Organ Transplantasi : Tindakan medis utk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia lain atau tubuhnya sendiri. Pertimbanganya disamping medis harus dipertimbangkan dari segi non medis yakni agama ,kepercayaan, hukum ,etik dll.(PP 18 th 1981 ttg Bedah mayat klinis ,bedah mayat anatomis dan transpalntasi alat dan jaringan tubuh manusia ) Jenis jenis tranplantasi : Autograf,Allograf,Isograf dan Xenograf.
  • 31. Transplantasi organ Autograf : pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh sendiri (dari pantat ke pipi dll). Allograf : pemindahan jaringan atau organ dari tubuh yg lain yg sama spesiesnya yakni antara manusia dgn manusia (ginjal,mata hati dll ). Isograf : pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yg lain yg identik . Xenograf : pemindahan dari satu tubuh ke tubuh yg lain yg tdk sama spesiesnya (manusia dgn binatang
  • 32. Transplantasi organ Donor hidup : Kulit ,ginjal,darah,sumsum tulang dll.. Donor mati/jenazah : Jantung,hati, ginjal,kornea mata ,paru paru,pancreas . Aspek Hukum : PP 18 th 1981 (lihat pasal 1 sd pasal 17. )
  • 33. 6. Bedah Mayat Bedah Mayat : suatu tindakan medis pasca pelayanan kesehatan yg bertujuan utk memastikan penyebab kematian dan utk kepentingan penelitian. Dibedakan sesuai tujuan bedahnya : 1 Bedah mayat klinis . 2.Bedah mayat Anatomis. 3. Bedah mayat Forensik 4. Bedah mayat sbg Donor
  • 34. Bedah Mayat Bedah mayat Klinis : dilakukan utk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan dgn tujuan menegakkan diagnonis,penyimpulkan penyebab kematian syaratnya : persetujuan tertulis keluarga Bedah mayat Anatomis : dilakukan utk kepentingan pendidikan kedokteran dan biomedik Syaratnya : ada persetujuan dari keluarga dan dilakukan di RS Pendidikan oleh dokter sesuai keahlianya dan mayat diawetkan.
  • 35. Bedah Mayat Bedah mayat Forensik : Dilakukan guna kepentingan penegakan hukum. Syarat dilakukan dokter forensik atau dokter lain bila tdk ada dokter forensik di wilayah itu. Bedah mayat sbg Donor : Dilakukan bagi seseorang dalam hidupnya bersedia utk mendonorkan organ tubuhnya apabila meninggal dunia Tujuannya : mengambil organ tubuh dipindahkanke tubuh org lain Syaratnya : persetujuanybs sblm meninggal dan dilakukan oleh dokter yg berkompeten dan memenuhi norma agama ,etika dan hukum.
  • 36. 7.VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM (VER) Visual : Melihat . Reperta : Melaporkan VER : Menerangkan, menjelaskan, mengungkapkan VER : Suatu keterangan dokter tentang apa yang dilihat, ditentukan dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang atau mayat Surat keterangan dokter yang membuat kesimpulan pemeriksaan yang telah dilakukan
  • 37. Autopsi Autopsi (lihat dengan mata sendiri ): pemeriksaan kematian atau investigasi medis jenazah atau Nekropsi (melihat mayat), Ada 2 macam : Forensik : Tujuan medis bersifat legal. Clinical : Tujuan riset medis
  • 38. UNSUR UNSUR VER 1. Laporan tertulis 2. Dibuat oleh dokter (STR/SIP) 3. Permintaan yang berwajib 4. Obyek yang dilihat, diperiksa berdasarkan keilmuan atau keahlian 5. Dilaksanakan berdasarkan sumpah 6. Untuk kepentingan hukum (pro justitita)
  • 39. VER SEBAGAI ALAT BUKTI Dalam Pasal 184 KUHAP diatur alat bukti yang sah adalah : 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan terdakwa VER dijadikan sebagai alat bukti keterangan ahli Sebagai hasil pemeriksaan dokter/ahli lain diminta menyampaikan suatu KETERANGAN AHLI kepada Penyidik sesuai KUHAP pasal 133 ayat (1).
  • 40. KETERANGAN AHLI "Keterangan ahli", yaitu pada KUHAP pasal 1 ayat (28) yang berbunyi: ‘’Keterangan ahli adalah keterangan yang dibelikan oleh orang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. KUHAP pasal 179 dan pasal 186 menegaskan, bahwa keterangan ahli itu diberikan secara lisan di sidang Pengadilan, sedangkan untuk yang tertulis. KUHAP pasal 187 ayat (c) memakai istilah "Surat Keterangan dari seorang ahli".
  • 41. KETERANGAN AHLI Keterangan Ahli dalam KUHAP pasal 133 ayat(l) dapat dikatakan sudah jelas harus dalam bentuk tertulis, karena ini antara lain dipakai untuk: melihat kejahatan atau tidak; Bila terjadi kematian itu baik kematian alamiah atau karena suatu tindak pidana, maka Penyidik harus memberi tahukan hal itu (secara tertulis) kepada Penuntut Umum sesuai KUHAP pasal 109 ayat (2). melakukan penahanan terhadap terdakwa Bila diduga seseorang pelaku tindak pidana akan ditahan demi proses penyidikan maka tidak mungkin penahanan itu dilakukan berdasarkan pemberitahuan lisan dari dokter harus ada dasar secara tertulis. Dengan demikian istilah "keterangan ahli” pada KUHAP pasal ayat (1) tidak sinkron dengan KUHAP pasal 179 dan pasal 186.
  • 42. PENJELASAN KETERANGAN AHLI "Visum et Repertum1' merupakan keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atau apa dilihat ditemukan dalam proses pemeriksaan Kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan yang ditentukan oleh Ps 322 KUHP: (1)dengan sengaja membuka rahasia yang la wajib menyimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembllan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembllan ribu rupiah. (2) Jika kejahatan Itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan Itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu.
  • 43. Isi Visum et Repentum I Pro Justitia Visum et Repertum II.Pendahuluan a. memuat keterangan tentang: identitas: yang meminta pemeriksaan dan yang melakukan pemeriksaan serta identitas yang diperiksa (nama, umur, jenis kelamin, alamat pekerjaan) b. jenis pemeriksaan yang dilakukan sesuai yang diatur dalam KUHAP pasal 133 serta keterangan-keterangan lainnya
  • 44. ISI VISUM ET REPERTUM III Pemberitaan Hal-hal yang ditemukan baru objektif sesuai fakta dan Kondisi objek secara jelas (luka, jenis luka, kekerasan, luka tembak atau pukulan dan lain-lain IV Kesimpulan Kesimpulan penyebab utama atas suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi, pendapat dokter/ahli sesuai KUHAP Pasal 120 (1) V. Sumpah /Jannji Dibuat atas sumpah (sesuai KUHAP pasal 120 ayat (2)) .Pencantuman kata- kata PRO JUSTITIA adalah untuk mendapat pembebasan bea meterai.
  • 45. VER DIBUAT DIATAS SUMPAH Kedudukan ahli/dokter dalam KUHAP sama dengan Saksi ( KUHAP pasal 179) : Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demikian demi keadilan.Sumpah saksi ahli berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Dokter harus datang di sidang pengadilan sebagai Saksi wajib di sumpah sedangkan dokter membuat Visum et Repertum atas sumpah dan karenanya ia tidak perlu lagi hadir di sidang pe- ngadin kecuali ada yang belum/kurang jelas maka dapat di panggil ke sidang pengadilan untuk memberi keterangan lebih lanjut.
  • 46. SUMPAH UNTUK MENANDATANGANI VISUM ET REPERTUM Jenis dan lafal sumpah sudah tentu harus disesuaikan dengan keperluan dan tujuannya. 1,Sumpah asertoris untuk: menjadi saksi dan ahli. Jika sumpah ini dilanggar (sengaja memberi keterangan palsu) akan dikenakan sanksi pidana menurut pasal 242 KUHP. 2,Sumpah Promisoris untuk menerima suatu pekerjaan (dokter,dokter gigi, apoteker, bidan, perawat, memangku suatu jabatan (ambil); menjadi warga negara melalui naturalisasi.
  • 47. SUMPAH DALAM JABATAN Sumpah ini bersifat etik dan pelanggaran terhadap ini baru dikenakan sanksi pidana, misalnya seorang dokter membuka rahasia dan diadukan oleh pasiennya pasal 322 KUHP. Sumpah apakah yang seharusnya dipakai untuk menandatangani suatu Visum et Repertum KUHAP ps 120(2) seorang ahli/dokter harus mengangkat sumpah di muka penyidik dan berarti satu sumpah untuk satu pemeriksaan. Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dltuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu la menerima jabatan atau pekerjaan.
  • 48. Sisi Etik dan moral Sumpah Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpahi, adalah surat keterangan dari seorang ahli yang memuai pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya; Perlu dipikirkan untuk membuat suatu aturan tentang sumpah khusus bagi ahli/dokter yang diucapkan cukup sekali saja untuk seumur hidup dan berlaku Jadi sumpah/janji bahwa keterangan-keterangan tertulis tentang pendapat sebagal ahli /dokter dapat dipergunakan untuk dipakai dalam hukum sebagal alat bukti yang sah,
  • 49. 8. Penelitian Biomedis Penelitian biomedis didorong penyakit degeratif,namun sering timbul masalah dalam tehnologi baru yang digunakan tanpa diketaui efek sampingnya . Penelitian biomedis mengakibatkan berkembang metode pengobatan baru ,namun untuk itu perlu adanya Penafisan tehnogie Metode baru dan tehnologi baru harus diuji secara klinis agar dpt diketahui efek sampingnya
  • 50. Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum Kriteria kepatutan ; 1.Bahwa penelitian ini akan memberi harapan dan pandangan baru dan tidak dapat ditempuh dengan cara lain. Validitasnya ditentukan obyek penelitiannya yaitu manusia 2. Bahwa hasil penelitian harus lebih berharga dibanding dengan resikonya 3.Kepentingan responden selalu harus diprioritaskan dibanding dengan kemanjuan ilmu pengetahuan . 4.Penelitian harus memenuhi prinsip dan ketentuan ilmiah yg didasarkan pd hasil laboratorium ,jurnal ilmiah ,hasil percobaan biologi thd hewan,pengetahuan yg memadai dari kepustaaan ilmiah. 5. Bentuk dan cara pelaksanaan penelitian harus jelas dan tertulis dan harus dinilai oleh panitia khusus yg memiliki kompetensi
  • 51. Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum 6. Penelitian harus dilakukan oleh peneliti yg memeliki kualitas yg baik dan pekerjaannya diawasi oleh ahli ahli medis yg kompeten. 7.Penelitian yg menggunakan manusia sbg obyeknya berlaku standar profesi tertinggi bukan oleh dokter yg hanya memilik kompetensi rata rata 8.Peneliti bertanggaung jawab sepenuhnya secara pribadi baik hukum dan etikanya . 9. Integritas pkisis dan fisik dari percobaan harus dijaga dan dilindungi 10. Privacy responden harus dijunjungi tinggi. 11. Penderitaan rohaniah dan fisik responden harus dibatasi maksimal . 12. Harus dilakukan usaha pencegahan kerugian ,invaliditas dan kematian responden. 13. Tiap penelitian harus diakhiri dengan baik
  • 52. Syarat penelitian Biomedis secara Etik dan Hukum Kriteria Persetujuan. Penelitian harus ada persetujuan(Informed Consent) dengan penjelasan yg cukup dan informasi yang benar dan pemahanan mengenai resiko dan manfaat penelitian
  • 53. 53