Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang teknik penskoran dan pemeringkatan hasil akreditasi sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Terdapat delapan komponen akreditasi yang masing-masing memiliki bobot tertentu, dengan total butir soal sebanyak 169 butir. Skor akhir akreditasi ditentukan berdasarkan skor tertimbang per komponen dan digunakan untuk menentukan status serta peringkat akreditasi sekolah.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
More Related Content
Similar to 265043206 04-skoring-akreditasi-smp-mts
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
265043206 04-skoring-akreditasi-smp-mts
1. BADAN AKREDITASI NASIONALBADAN AKREDITASI NASIONAL
SEKOLAH/MADRASAHSEKOLAH/MADRASAH
Kompleks Ditjen Mandikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional,Gedung F Lantai 2
Jl. RS Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan, Telepon/Fax: 021-75914887
Website: http://www.ban-sm.or.id
Email: info@ban-sm.or.id
TEKNIK PENSKORAN DAN
PEMERINGKATAN
HASIL AKREDITASI SMP/MTs
(Permendiknas No. 12/2009)(Permendiknas No. 12/2009)
Disampaikan dalam
Rapat Koordinasi Nasional Tahun 2009
MATERI O4MATERI O4
7. Skor Butir dan Skor Tertimbang Maksimum
Instrumen Akreditasi SMP/MTs
2. Skor butir pernyataan yang dijawab A = 4 ; B = 3 ; C = 2 ; D = 1 ; atau
E = 0.
1. Setiap butir pernyataan memiliki lima opsi jawaban tertutup yaitu “A”, “B”,
“C”, “D”, atau “E”
3. Jadi untuk setiap pernyataan, skor butir maks = 4 ; dan skor butir min = 0.
Ket: * Jumlah Skor Tertimbang Maks = Skor Butir Maks x Jumlah Bobot Butir
No. Komponen Akreditasi
Skor Butir
Maksimum
Jumlah
Bobot Butir
Jumlah Skor
Tertimbang Maks*
1 Standar Isi 4 45 180
2 Standar Proses 4 34 136
3 Standar Kompetensi Lulusan 4 60 240
4 Standar Pendidik & Tendik 4 72 288
5 Standar Sarana & Prasarana 4 77 308
6 Standar Pengelolaan 4 61 244
7 Standar Pembiayaan 4 74 296
8 Standar Penilaian Pendidikan 4 61 244
8. CONTOH:
Penentuan Nilai Akhir Akreditasi Instrumen Akreditasi
SMP/MTs
1. Standar Isi
No.
Butir
Jawaban
Skor Butir
Perolehan
Bobot
Butir
Skor Tertimbang
Perolehan
1 A 4 3 12
2 A 4 3 12
3 A 4 3 12
4 C 2 3 6
5 B 3 3 9
6 A 4 2 8
7 B 3 2 6
8 B 3 2 6
9 B 3 3 9
10 C 2 3 6
11 A 4 3 12
12 D 1 2 2
13 B 3 2 6
14 C 2 3 6
15 A 4 3 12
16 E 0 3 0
17 C 2 2 4
Jumlah 128
Sebagai contoh jawaban butir pernyataan instrumen Akreditasi SMP/MTs
Standar Isi dan Standar Proses seperti ditunjukkan pada tabel berikut
9. CONTOH : (lanjutan)
Penentuan Nilai Akhir Akreditasi Instrumen Akreditasi
SMP/MTs
2. Standar Proses
No.
Butir
Jawaban
Skor Butir
Perolehan
Bobot
Butir
Skor Tertimbang
Perolehan*
18 C 2 3 6
19 A 4 3 12
20 B 3 3 9
21 A 4 3 12
22 A 4 3 12
23 A 4 3 12
24 A 4 3 12
25 A 4 3 12
26 A 4 3 12
27 B 3 2 6
28 A 4 2 8
29 A 4 3 12
Jumlah 125
Ket: * Skor Tertimbang Perolehan = Skor Butir Perolehan x Bobot butir
10. CONTOH : (lanjutan)
Penentuan Nilai Akhir Akreditasi Instrumen Akreditasi
SMP/MTs
No. Komponen Akreditasi
Bobot
Komponen
Jumlah Skor
Tertimbang
Maksimum
Jumlah Skor
Tertimbang
Perolehan
Nilai
Komponen
Akreditasi*
1 Standar Isi 13 180 128 9,24
2 Standar Proses 15 136 125 13,79
3 Standar Kompetensi Lulusan 13 240 208 11,27
4 Standar Pendidik & Tendik 15 288 244 12,71
5 Standar Sarana & Prasarana 12 308 296 11,53
6 Standar Pengelolaan 11 244 198 8,93
7 Standar Pembiayaan 10 296 210 7,09
8 Standar Penilaian Pendidikan 11 244 205 9,24
Nilai Akhir Akreditasi 83,80
Nilai Akhir Akreditasi (dibulatkan) 84
KomponenBobotx
MaksimummbangSkor TertiJumlah
PerolehanmbangSkor TertiJumlah
Ket: * Nilai Komponen Akreditasi =
Nilai Akhir Akreditasi = Jumlah nilai komponen akreditasi dari komponen 1 sampai 8
= 9,24 + 13,79 + 11,27 + 12,71 + 11,53 + 8,93 + 7,09 + 9,24
= 83,80
= 84 (dibulatkan)
11. CONTOH : (lanjutan)
Penentuan Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan
(0 – 100)
Nilai Akreditasi Komponen Skala Ratusan (0 – 100) merupakan nilai
persentase capaian untuk setiap komponen akreditasi.
No. Komponen Akreditasi
Bobot
Komponen
Nilai
Komponen
Akreditasi
Nilai Komponen
Akreditasi Skala
Ratusan*
1 Standar Isi 13 9,24 71
2 Standar Proses 15 13,79 92
3 Standar Kompetensi Lulusan 13 11,27 87
4 Standar Pendidik & Tendik 15 12,71 85
5 Standar Sarana & Prasarana 12 11,53 96
6 Standar Pengelolaan 11 8,93 81
7 Standar Pembiayaan 10 7,09 71
8 Standar Penilaian Pendidikan 11 9,24 84
Ket: * Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan = 100x
KomponenBobot
AkreditasiKomponenNilai
Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan = 100x
13
9,24
= 71,08
= 71 (dibulatkan)
12. Kriteria Status Akreditasi dan Pemeringkatan
Hasil Akreditasi
Sekolah/Madrasah dinyatakan Terakreditasi jika memenuhi
seluruh kriteria berikut.
1. Memperoleh Nilai Akhir Akreditasi sekurang-kurangnya 56.
2. Tidak lebih dari dua Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan
kurang dari 56.
3. Tidak ada Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan kurang
dari 40.
Sekolah/Madrasah dinyatakan Tidak Terakreditasi (TT), jika
tidak memenuhi kriteria di atas.
Kriteria Status Akreditasi
13. Kriteria Status Akreditasi dan Pemeringkatan
Hasil Akreditasi (lanjutan)
Pemeringkatan Hasil Akreditasi
Sekolah/Madrasah memperoleh peringkat akreditasi sebagai
berikut.
1. Peringkat akreditasi A (Sangat Baik), jika memperoleh Nilai
Akhir Akreditasi (NA) sebesar 86 sampai dengan 100,
atau 86 < NA < 100.
2. Peringkat akreditasi B (Baik), jika memperoleh Nilai Akhir
Akreditasi sebesar 71 sampai dengan 85, atau 71 < NA < 85.
3. Peringkat akreditasi C (Cukup Baik), jika memperoleh Nilai
Akhir Akreditasi sebesar 56 sampai dengan 70,
atau 56 < NA < 70.
14. Rekapitulasi Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan,
Nilai Akhir Akreditasi, dan Peringkat Akreditasi
No. Komponen Akreditasi
Nilai Komponen Akreditasi
Skala Ratusan
1 Standar Isi 71
2 Standar Proses 92
3 Standar Kompetensi Lulusan 87
4 Standar Pendidik & Tendik 85
5 Standar Sarana & Prasarana 96
6 Standar Pengelolaan 81
7 Standar Pembiayaan 71
8 Standar Penilaian Pendidikan 84
Nilai Akhir Akreditasi 84
Peringkat Akreditasi B
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:
2. seluruh Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan lebih besar dari 56.
1. nilai Akhir Akreditasi lebih besar dari 56 yaitu 84, dan
Maka sekolah/madrasah dinyatakan Terakreditasi dengan Peringkat B (Baik).
15. PEMBULATAN NILAI AKHIR
Pembulatan dilakukan pada hasil akhir, sehingga dalam
proses penghitungan tidak ada pembulatan
Pembulatan pada Nilai Akreditasi Komponen, ditulis 2
digit dibelakang koma
Nilai Akhir Hasil Akreditasi (NA) ditulis dalam bentuk
angka bulat tanpa koma
Proses Pembulatan dalam penentuan Nilai Akhir Hasil
Akreditasi
a. Bila di atas 0,50 menjadi 1
b. Bila sama dengan 0,50 menjadi 1
c. Bila di bawah 0,50 menjadi 0.
15