SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ELPSA
DENGAN MEDIA PION CATUR UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PELUANG
Ishak
SMP Negeri Bulo, Bulo Kec.Bulo, Polewali Mandar Sulbar; ishaqulhaq_82@yahoo.com
Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi nyata bahwa siswa kurang
memahami konsep peluang dan guru berusaha untuk mengupayakan meningkatkan
pemahaman konsep tersebut. Alternatif untuk mengatasi permasalahan ini, dengan
menerapkan model pembelajaran experiences, language, pictures, symbols, aplication
(ELPSA) dengan media pion catur. PTK ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada materi Peluang dalam mata pelajaran matematika SMP. Subjek
penelitian, siswa SMP Negeri Bulo semester genap tahun pelajaran 2018/2019 kelas IX
A terdiri dari 30 siswa. Metode pengumpulan data, observasi, tes, angket dan catatan
lapangan. Pelaksanaan dilaksanakan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran
dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Analisis kualitatif dengan metode alir,
yaitu reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh tes hasil belajar pada siklus I sebesar 50%, siklus II sebesar 60%
dan siklus III mengalami peningkatan sebesar 76%. Kesimpulan (1) Pembelajaran
dengan model ELPSA dengan media pion catur dapat meningkatkan konsep peluang
pada siswa SMPN Bulo kelas IX A. (2) Model pembelajaran ELPSA dengan media
pion catur dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Peluang siswa SMPN Bulo
kelas IX A.
Kata Kunci. Elpsa, pion catur, peluang.
1. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat perlu diajarkan pada semua
siswa yang dimulai dari sekolah dasar. Dalam pedoman pegangan guru kurikulum 2013
satuan pendidikan sekolah menengah pertama dijelaskan salah satu tujuan pelajaran
matematika agar siswa dapat memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah (Abdur Rahman As’ari, 2017:14).
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam mengajar matematika
selama ini, ada beberapa hal yang menjadi kendala dialami siswa. Diantaranya, siswa
masih sangat kurang memahami materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan
keterampilan siswa kurang berkembang dalam memecahkan masalah matematika.
Pengalaman juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum memuaskan. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) satuan pendidikan SMPN Bulo
tahun pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran matematika materi statistika dan
peluang dengan indikator soal yang diuji menentukan peluang terambilnya bola
bernomor genap/ganjil/prima pada pengambilan bola adalah 11,36
(www.puspendik.kemdikbud.go.id/hasil/un). Data ini menunjukkan rendahnya daya
serap siswa dari minimal 55,00 yang dipersyaratkan. Dari pengamatan dan data
tersebut, tampak gejala-gejala kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika yang diberikan rendah. Siswa belum mampu berfikir kritis dan
sistematis. Mengingat masalah tersebut, jika tidak diselesaikan akan berakibat munculnya
masalah-masalah baru seperti, siswa akan kesulitan menerima materi dan berakibat pada
rendahnya hasil belajar. Karena itu, salah satu tindakan yang dapat diambil yaitu penulis
membelajarkan matematika dengan menggunakan model pembelajaran ELPSA (experiences,
language, pictures, symbols, aplication) dengan bantuan media Pion catur. Dengan model
pembelajaran ELPSA berbantuan Pion catur, guru dapat mengenalkan konsep yang abstrak
dengan sesuatu yang konkrit.
Menurut Adi Wijaya (2014:7), Model Pembelajaran ELPSA memandang bahwa
pembelajaran sebagai suatu proses aktif dimana para siswa mengkonstruksi sendiri caranya
dalam memahami sesuatu melalui proses pemikiran individu dan interaksi sosial dengan
orang lain. John A. Van de Walle (2012:23) mengatakan bahwa untuk menkonstruksi atau
membangun suatu ide diperlukan pemahaman ide-ide yang telah ada. Desain pembelajaran
model ELPSA terdiri dari 5 komponen yang meliputi: 1) pengalaman; 2) bahasa; 3) gambar;
4) simbol; dan 5) aplikasi pengetahuan. Mengingat pembelajaran adalah proses kompleks
yang tidak dapat diprediksi serta tidak terjadi dalam urutan linear, maka komponen-
komponen dari model ELPSA tidak dapat dilihat sebagai proses linear, tetapi dapat dilihat
sebagai komponen yang saling berhubungan dan melengkapi. Penggunaan model
pembelajaran ELPSA ini diharapkan dapat menjadi jembatan dalam memahami konsep
matematika. Abdur Rahman As’ari, dkk (2017:11) mengatakan bahwa dalam pembelajaran,
pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengamatan pola atau fenomena,
pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
Berdasarkan observasi (pengamatan) awal, ada permasalahan yang mendesak untuk segera
diatasi. Permasalahan tersebut berawal dari nilai ulangan tengah semester siswa kelas SMP
Negeri Bulo yang tuntas hanya 26%. Penyebab permasalahannya yaitu kualitas siswa yang
baru masuk sangat rendah, mengingat letak geografis sekolah-sekolah asal siswa berada pada
daerah pegunungan jauh dari pusat kota dengan keterbatasan sumber daya guru dan
minimnya fasilitas belajar. Dengan demikian, penulis selaku guru mata pelajaran matematika
berusaha agar pemahaman konsep dan hasil belajar siswa khususnya pada materi peluang
dapat meningkat.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep Peluang, penulis mencoba menerapkan model
pembelajaran ELPSA dengan bantuan media Pion catur. Dengan media ini siswa diajak
untuk melakukan eksplorasi yang dapat mengasah dan mengembangkan ide siswa dalam
menyusun ruang sampel. Media pion catur ini sangat sederhana. Bahan yang digunakan yaitu
beberapa pion dalam permainan catur dan dua buah dadu. Dalam kegiatan pembelajaran, ada
tiga aktvitas yang dilakukan siswa dengan memanfaatkan media Pion catur. Pertama,
melakukan permainan dengan menggunakan pion catur dan dua dadu. Kedua, menulisakan
hasil dari pelemparan mata dadu. Ketiga, membuta tabel peluang dari pelemparan mata dadu.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi penyebab masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dirumuskan masalah “apakah model pembelajaran experiences, language, pictures,
symbols, aplication (ELPSA) dengan media pion catur dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada materi peluang pada siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo?”. Sesuai
dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian tindakan
berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada materi peluang pada siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo melalui
penerapan model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur.
2. Metode Penelitian
2.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap
siklusnya memilki 4 tahapan, (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan evaluasi, dan
(4) Refleksi. Tahapan dalam siklus terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning). Tahapan ini berupa menyusun rencana tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan (Acting). Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan
pembelajaran yang diterapkan.
c. Pengamatan (Observing). Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Instrumen yang
digunakan sebagai alat pengamatan berupa lembar observasi dan catatan lapangan yang
dipakai untuk memperoleh data secara obyektif.
d. Refleksi (Reflection). Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dievaluasi untuk
menyempurnakan tindakan berikutnya.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila secara umum hasil tes
akhir rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah peluang dengan
menggunakan media pion catur mengalami peningkatan minimal 10%.
b. Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa telah mencapai
ketuntasan minimal yang ditetapkan.
2.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX A dengan jumlah 30 siswa Tahun Pelajaran
2018/2019 SMP Negeri Bulo Kec. Bulo, Kab. Polewali mandar, Sulawesi Barat. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IX A disamping peneliti mengajar di kelas ini, karena kelas tersebut
juga mempunyai masalah sesuai yang diteliti.
Penelitian ini melibatkan dua orang guru. Satu guru mata pelajaran matematika pada kelas
IX A SMP Negeri Bulo sebagai peneliti dan satu guru yang lain sebagai pengamat.
2.3. Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 1. Instrumen Pengumpulan Data
No Teknik Pengumpulan
Data
Instrumen
Pengumpulan Data
Data yang akan
diperoleh
1 Tes Soal tes isian singkat
(uraian)
Hasil belajar siswa sebagai
peningkatan pemahaman
konsep Peluang
2 Observasi Lembar observasi Respon siswa terhadap
penggunaan media ajar
3 Wawancara Pedoman wawancara Triangulasi dari hasil tes
belajar siswa, observasi dan
respon siswa
2.4. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan
kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi tentang kondisi pelaksanaan
pembelajaran, respon siswa, dan wawancara dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data
tentang hasil test dianalisis secara kuantitatif dengan mengunakan statistik deskriptif yaitu
skor rata-rata dan presentase, standar devisi, median, frekuensi, dan persentase nilai terendah
dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Deskripsi Awal
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo Kabupaten
Polewali Mandar. Jumlah siswa kelas IX A adalah 30 siswa. Terdiri dari 12 siswa laki-laki
dan 18 siswa perempuan yang umumnya memiliki tingkat kemampuan sedang. Letak
geografis SMP Negeri Bulo berada jauh dari pusat kota dengan kondisi perekonomian
masyarakat sekitar sekolah sangat lemah dan kesadaran pendidikan cukup rendah sehingga
ikut mempengaruhi budaya belajar yang sangat rendah. Hal ini menjadi faktor kemampuan
siswa dalam memahami konsep pembelajaran matematika cukup rendah.
Berdasarkan instrumen-instrumen yang disiapkan untuk menjaring data awal (pra-tindakan
penelitian) melalui dokumentasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika
di peroleh data rata-rata skor tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IX A tahun pelajaran
2017/2018 adalah 52 (7 siswa tuntas belajar) dengan tingkat prosentase ketunatasan belajar
26%.
3.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian setiap siklus disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel 2. Pemahaman Konsep Peluang
Tindakan
Indikator Pemahaman Konsep
Kemampuan
menyatakan
ulang sebuah
konsep
Kemampuan
memberi contoh
dan bukan
contoh
Kemampuan
memilih dan
menggunakan
prosedur tertentu
Kemampuan
mengaplikasikan
konsep ke
pemecahan
masalah
Siklus I
16 siswa
(53%)
17 siswa (56%) 15 siswa (50%) 15 siswa (50%)
Siklus II
18 siswa
(60%)
18 siswa (60%) 19 siswa (63%) 17 siswa (56%)
Siklus III
23 siswa
(76%)
20 siswa (66%) 21 siswa (70%) 23 siswa (76%)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Siklus I Siklus II Siklus III
Presentase
(%)
Grafik peningkatan Hasil tes belajar siswa
Pre-tes (tuntas)
Tugas Individu (Tuntas)
Tes Akhir Tindakan
(Tuntas)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
siklus I siklus II siklus III
Presenatse
(%)
Grafik Pemahaman Konsep Peluang siswa
Kemampuan menyatakan
ulang sebuah konsep
Kemampuan memberi
contoh dan bukan contoh
Kemampuan memilih dan
menggunakan prosedur
tertentu
Kemampuan
mengaplikasikan konsep
ke pemecahan masalah
Gambar 1. Grafik pemahaman konsep Peluang siswa kelas IX A
Tabel 3. Hasil Tes Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri Bulo
Tindakan
Pre-tes
(tuntas)
Tugas Individu
(Tuntas)
Tes Akhir Tindakan
(Tuntas)
Siklus I
12 siswa
(40%)
20 siswa (66%) 15 siswa (50%)
Siklus II
16 siswa
(53%)
22 siswa (73%) 18 siswa (60%)
Siklus III
21 Siswa
(70%)
23 siswa (76%) 23 siswa (76%)
Gambar 2. Grafik peningkatan hasil tes belajar siswa kelas IX A
3.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, siswa kelas IX A yang mampu menyatakan ulang konsep
mengalami peningkatan, yaitu sebelum penelitian terdapat 7 siswa (26%) yang tuntas,
setelah siklus I menjadi 16 siswa (53%), setelah siklus II menjadi 18 siswa (60%) dan setelah
siklus III menjadi 23 siswa (76%).
Peningkatan kemampuan siswa kelas IX A menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari,
siswa kelas IX A dari sebelum penelitian sampai akhir siklus I dapat dikatakan masih rendah.
Hal ini dikarenakan baik guru maupun siswa baru penyesuaian dan belum meminimalkan
bias dari faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi dalam pembelajaran. Namun, dari
siklus I sampai Siklus III sudah dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan 75%.
Sehingga, dapat dikatakan pembelajaran dengan model ELPSA dengan media Pion catur
dapat meningkatkan kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari siswa. Hal
ini sesuai dengan salah salah indikator dalam tujuan mata pelajaran matematika bahwa agar
siswa mampu memahami konsep matematika salah satu indikatornya adalah siswa mampu
menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari (Abdur Rahman As’ari, 2017:14).
Pada Indikator kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, terdapat 13 siswa atau 43%
siswa kelas IX A yang tuntas (sebelum tindakan). Pada siklus I terjadi peningkatan menjadi
17 siswa atau 56%, setelah siklus II meningkat 18 siswa (60%) dan setelah siklus III
meningkat menjadi 20 siswa (66%). Pada indikator ini belum mencapai tolak ukur yang
dipersyaratkan 75%. Hal ini karena dipengaruhi belum siapnya guru mengelola pembelajaran
ELPSA dengan menggunakan media Pion catur dengan tingkat kemampuan siswa yang
berbeda-beda. Selain guru, kesiapan siswa mengikuti model pembelajaran ELPSA dengan
media Pion catur masih belum sempurna.
Siswa kelas IX A yang mampu memilih, menggunakan dan memanfaatkan prosedur tertentu
mengalami peningkatan, yaitu dari sebelum penelitian 11 siswa (36%), setelah siklus I
menjadi sebanyak 15 siswa (50%), setelah siklus II meningkat menjadi 19 siswa (63%) dan
setelah siklus III meningkat menjadi 21 siswa (70%). Peningkatan pemahaman konsep pada
indiktor kemampuan memilih dan menggunakan prosedur tertentu, siswa kelas IX A dari
sebelum penelitian sampai akhir siklus I dapat dikatakan masih sedikit siswa yang memenuhi
ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan siswa dalam menerjemahkan kalimat kedalam model
matematika masih sangat terbatas. Namun, Peningkatan kemampuan memilih dan
menggunakan prosedur tertentu, dari siklus I sampai siklus III dapat dikatakan sudah
mencapai tolak ukur yang dipersyaratkan 75%. Dengan demikian, dapat dikatakan
pembelajaran dengan model ELPSA berbantuan media Pion catur dapat meningkatkan
kemampuan memilih dan menggunakan prsedur tertentu dalam menyelesaikan soal dari
suatu konsep. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar model pembelajaran ELPSA
yaitu Experiencies (Pengalaman), membangun pengetahuan baru secara aktif dan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa (Adi Wijaya, 2014:4). Menurut Turmudi
(2009:8) bahwa belajar matematika dengan pemahaman dan menjadikan siswa mampu
menerapkan prosedur, konsep-konsep, dan proses matematika sangat penting untuk
menghadapi abad 21.
Siswa kelas IX A yang mampu mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah mengalami
peningkatan, yaitu dari sebelum penelitian terdapat 11 siswa (36%), setelah siklus I menjadi
sebanyak 15 siswa (50%), akhir siklus II menjadi 17 siswa (56%) dan setelah siklus III
meningkat menjadi 23 siswa (76%).
Kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, siswa kelas IX A dari
sebelum penelitian sampai pada akhir siklus I dan dari siklus I sampai akhir siklus II dapat
dikatakan belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan indikator
kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah termasuk kemampuan tingkat
yang paling sulit dibandingkan dengan indikator lain dari pemahaman konsep. Hal yang
sama dikatakan Turmudi (2009;29) bahwa pemecahan masalah matematika melibatkan
metode dan cara yang tidak standar. Untuk mencari penyelesaiannya para siswa harus
memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses ini mereka akan sering
mengemabangkan pemahaman matematika yang baru. Namun kemampuan mengaplikasikan
konsep ke pemecahan masalah pada siklus II sampai akhir siklus III mengalami peningkatan
dan sudah memenuhi tolak ukur yang dipersyaratkan 75%. Jadi dapat dikatakan dengan
model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur dapat meningkatkan kemampuan
mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar elpsa
yang ke lima yaitu Application (Aplikasi Pengetahuan). Penerapan pengetahuan merupakan
kegiatan pembelajaran yang berusaha memahami signifikansi proses belajar dengan dengan
mengaplikasikan pengetahuan baru dalam memecahkan masalah dalam konteks yang
bermakna (Adi Wijaya, 2014:4).
Berdasarkan data pada meningkatnya masing-masing indikator pemahaman konsep, maka
dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran ELPSA dengan bantuan media Pion catur dapat
meningkatkan pemahaman konsep materi peluang siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo.
Selain hal tersebut diatas, melalui pengamatan aktivitas belajar siswa meningkat dari
tindakan I sampai tindakan III. Hal ini terjadi karena pada saat tindakan kelas senantiasa
diberi dorongan secara terus menerus dan diperhatikan kebutuhan serta kesanggupan siswa
dalam belajar.
Berdasarkan hasil angket juga diperoleh bahwa penggunaan media Pion catur dapat
membantu dalam mengembangkan alur pikir untuk menyelesaikan tugas dan dapat
membantu dalam mempresentasikan hasil kerja. Hal ini tentunya memberikan dampak
positif bagi siswa. Namun, keterbatasan dalam penelitian ini tetap tidak bisa terhindarkan.
Keterbatasan penelitian ini salah satu yang paling dominan, yaitu membeda-bedakan siswa
sebagai mahluk sosial.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh guru terhadap siswa menyatakan senang dengan
model pembelajaran ELPSA dengan menggunakan media Pion catur ada 80%, yang
menyatakan senang banyak strategi yang dilakukan oleh guru untuk menanamkan konsep
Peluang ada 65%. Guru dalam pembelajaran memberikan perlakuan yang berbeda sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Bagi siswa yang tuntas belajar tidak jenuh karena ada
pengaturan kondisi kelas, dimana mereka dilibatkan sebagai fasilitator sebaya. Hal ini
tergambar dengan hasil 75% merasa senang.
Dari analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa model pembelajaran ELPSA sudah baik,
walau belum semua siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok. Manajemen
waktu perlu diperhatikan agar efektif, motivasi siswa untuk bertanya, mengemukakan
pendapat, menyelesaikan masalah, dan mengemukakan ide masih perlu ditingkatkan dan
perlu divariasi agar daya serap tinggi.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Pembelajaran dengan model Pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur dapat
meningkatkan pemahaman konsep Peluang siswa kelas IX A SMP Negeri bulo. Kemampuan
pemahaman konsep siswa, diamati melalui indikator (1) kemampuan menyatakan ulang
konsep, (2) kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, (3) kemampuan menggunakan
dan memilih prosedur tertentu, dan (4) kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan
masalah materi Peluang. Media Pion catur dapat membantu siswa dalam mengembangkan
alur pikir untuk menyelesaikan tugas dan mempresentasikan hasil kerja.
4.2. Saran
Kepada pengguna dalam hal ini baik guru maupun siswa, hendaknya dapat
mengimplementasikan model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Guru hendaknya setiap mengajar memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Peneliti berikut juga dapat melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki desain
pembelajaran dan sistem penilaiannya. Begitu pun untuk mengetahui kemampuan model
ELPSA dengan media Pion catur, peneliti berikutnya dapat melakukan eksperimen
membandingkan dengan pendekatan lain.
Daftar Pustaka
As’ari, Abdur Rahman, dkk. (2017). Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Van De Walle, John A. (2012). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan dan
Pengajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berpradigma Eksploratif
dan Investigatif. Jakarta Pusat: PT Leuser Cita Pustaka.
Wijaya, Adi. (2014). Pengenalan Desain Pembelajaran ELPSA. Pusat Pengembangan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, http://p4tkmatematika.org, di
unduh di Polewali, 5 Agustus 2017.
www.puspendik.kemdikbud.go.id/hasil/un

More Related Content

Similar to 14_SMP Negeri Bulo_Ishak.docx

Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
pendidikan ekonomi
pendidikan ekonomipendidikan ekonomi
pendidikan ekonomipascasarjan
 
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...Ira Asyura
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pbCha Aisyah
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).mansur p5
 
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxOutline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxsarwani sarwani
 
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxOutline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxsarwani sarwani
 
PPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxPPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxRhaja1
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...girisatria
 
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelas
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelasPengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelas
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelasAmalinaAzizah
 
Abstrak ipa
Abstrak ipaAbstrak ipa
Abstrak ipamustlist
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfAnastasya161
 

Similar to 14_SMP Negeri Bulo_Ishak.docx (20)

karil revisi4.docx
karil revisi4.docxkaril revisi4.docx
karil revisi4.docx
 
Ipi350130
Ipi350130Ipi350130
Ipi350130
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
pendidikan ekonomi
pendidikan ekonomipendidikan ekonomi
pendidikan ekonomi
 
Ipi6884
Ipi6884Ipi6884
Ipi6884
 
Demostratos
DemostratosDemostratos
Demostratos
 
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Konstruktivisme pada Mate...
 
widyaa.pdf
widyaa.pdfwidyaa.pdf
widyaa.pdf
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
 
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxOutline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
 
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docxOutline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
Outline-Penelitian-IKIP-PGRI-Pontianak.docx
 
PPT PTK.pptx
PPT PTK.pptxPPT PTK.pptx
PPT PTK.pptx
 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KON...
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
karya ilmiah
karya ilmiahkarya ilmiah
karya ilmiah
 
Jurnal MPG
Jurnal MPGJurnal MPG
Jurnal MPG
 
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelas
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelasPengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelas
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah kelas
 
Abstrak ipa
Abstrak ipaAbstrak ipa
Abstrak ipa
 
eva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdfeva sutriana 162050701068.pdf
eva sutriana 162050701068.pdf
 

Recently uploaded

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 

Recently uploaded (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 

14_SMP Negeri Bulo_Ishak.docx

  • 1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ELPSA DENGAN MEDIA PION CATUR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PELUANG Ishak SMP Negeri Bulo, Bulo Kec.Bulo, Polewali Mandar Sulbar; ishaqulhaq_82@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi nyata bahwa siswa kurang memahami konsep peluang dan guru berusaha untuk mengupayakan meningkatkan pemahaman konsep tersebut. Alternatif untuk mengatasi permasalahan ini, dengan menerapkan model pembelajaran experiences, language, pictures, symbols, aplication (ELPSA) dengan media pion catur. PTK ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi Peluang dalam mata pelajaran matematika SMP. Subjek penelitian, siswa SMP Negeri Bulo semester genap tahun pelajaran 2018/2019 kelas IX A terdiri dari 30 siswa. Metode pengumpulan data, observasi, tes, angket dan catatan lapangan. Pelaksanaan dilaksanakan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Analisis kualitatif dengan metode alir, yaitu reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tes hasil belajar pada siklus I sebesar 50%, siklus II sebesar 60% dan siklus III mengalami peningkatan sebesar 76%. Kesimpulan (1) Pembelajaran dengan model ELPSA dengan media pion catur dapat meningkatkan konsep peluang pada siswa SMPN Bulo kelas IX A. (2) Model pembelajaran ELPSA dengan media pion catur dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Peluang siswa SMPN Bulo kelas IX A. Kata Kunci. Elpsa, pion catur, peluang. 1. Pendahuluan Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat perlu diajarkan pada semua siswa yang dimulai dari sekolah dasar. Dalam pedoman pegangan guru kurikulum 2013 satuan pendidikan sekolah menengah pertama dijelaskan salah satu tujuan pelajaran matematika agar siswa dapat memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Abdur Rahman As’ari, 2017:14). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam mengajar matematika selama ini, ada beberapa hal yang menjadi kendala dialami siswa. Diantaranya, siswa masih sangat kurang memahami materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa kurang berkembang dalam memecahkan masalah matematika. Pengalaman juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) satuan pendidikan SMPN Bulo
  • 2. tahun pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran matematika materi statistika dan peluang dengan indikator soal yang diuji menentukan peluang terambilnya bola bernomor genap/ganjil/prima pada pengambilan bola adalah 11,36 (www.puspendik.kemdikbud.go.id/hasil/un). Data ini menunjukkan rendahnya daya serap siswa dari minimal 55,00 yang dipersyaratkan. Dari pengamatan dan data tersebut, tampak gejala-gejala kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan rendah. Siswa belum mampu berfikir kritis dan sistematis. Mengingat masalah tersebut, jika tidak diselesaikan akan berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti, siswa akan kesulitan menerima materi dan berakibat pada rendahnya hasil belajar. Karena itu, salah satu tindakan yang dapat diambil yaitu penulis membelajarkan matematika dengan menggunakan model pembelajaran ELPSA (experiences, language, pictures, symbols, aplication) dengan bantuan media Pion catur. Dengan model pembelajaran ELPSA berbantuan Pion catur, guru dapat mengenalkan konsep yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit. Menurut Adi Wijaya (2014:7), Model Pembelajaran ELPSA memandang bahwa pembelajaran sebagai suatu proses aktif dimana para siswa mengkonstruksi sendiri caranya dalam memahami sesuatu melalui proses pemikiran individu dan interaksi sosial dengan orang lain. John A. Van de Walle (2012:23) mengatakan bahwa untuk menkonstruksi atau membangun suatu ide diperlukan pemahaman ide-ide yang telah ada. Desain pembelajaran model ELPSA terdiri dari 5 komponen yang meliputi: 1) pengalaman; 2) bahasa; 3) gambar; 4) simbol; dan 5) aplikasi pengetahuan. Mengingat pembelajaran adalah proses kompleks yang tidak dapat diprediksi serta tidak terjadi dalam urutan linear, maka komponen- komponen dari model ELPSA tidak dapat dilihat sebagai proses linear, tetapi dapat dilihat sebagai komponen yang saling berhubungan dan melengkapi. Penggunaan model pembelajaran ELPSA ini diharapkan dapat menjadi jembatan dalam memahami konsep matematika. Abdur Rahman As’ari, dkk (2017:11) mengatakan bahwa dalam pembelajaran, pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengamatan pola atau fenomena, pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Berdasarkan observasi (pengamatan) awal, ada permasalahan yang mendesak untuk segera diatasi. Permasalahan tersebut berawal dari nilai ulangan tengah semester siswa kelas SMP Negeri Bulo yang tuntas hanya 26%. Penyebab permasalahannya yaitu kualitas siswa yang baru masuk sangat rendah, mengingat letak geografis sekolah-sekolah asal siswa berada pada daerah pegunungan jauh dari pusat kota dengan keterbatasan sumber daya guru dan
  • 3. minimnya fasilitas belajar. Dengan demikian, penulis selaku guru mata pelajaran matematika berusaha agar pemahaman konsep dan hasil belajar siswa khususnya pada materi peluang dapat meningkat. Untuk meningkatkan pemahaman konsep Peluang, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran ELPSA dengan bantuan media Pion catur. Dengan media ini siswa diajak untuk melakukan eksplorasi yang dapat mengasah dan mengembangkan ide siswa dalam menyusun ruang sampel. Media pion catur ini sangat sederhana. Bahan yang digunakan yaitu beberapa pion dalam permainan catur dan dua buah dadu. Dalam kegiatan pembelajaran, ada tiga aktvitas yang dilakukan siswa dengan memanfaatkan media Pion catur. Pertama, melakukan permainan dengan menggunakan pion catur dan dua dadu. Kedua, menulisakan hasil dari pelemparan mata dadu. Ketiga, membuta tabel peluang dari pelemparan mata dadu. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi penyebab masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah “apakah model pembelajaran experiences, language, pictures, symbols, aplication (ELPSA) dengan media pion catur dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi peluang pada siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo?”. Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi peluang pada siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo melalui penerapan model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur. 2. Metode Penelitian 2.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklusnya memilki 4 tahapan, (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan evaluasi, dan (4) Refleksi. Tahapan dalam siklus terdiri dari: a. Perencanaan (Planning). Tahapan ini berupa menyusun rencana tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. b. Tindakan (Acting). Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang diterapkan. c. Pengamatan (Observing). Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Instrumen yang digunakan sebagai alat pengamatan berupa lembar observasi dan catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif.
  • 4. d. Refleksi (Reflection). Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila secara umum hasil tes akhir rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah peluang dengan menggunakan media pion catur mengalami peningkatan minimal 10%. b. Tindakan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa telah mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan. 2.2. Subjek dan Objek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX A dengan jumlah 30 siswa Tahun Pelajaran 2018/2019 SMP Negeri Bulo Kec. Bulo, Kab. Polewali mandar, Sulawesi Barat. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX A disamping peneliti mengajar di kelas ini, karena kelas tersebut juga mempunyai masalah sesuai yang diteliti. Penelitian ini melibatkan dua orang guru. Satu guru mata pelajaran matematika pada kelas IX A SMP Negeri Bulo sebagai peneliti dan satu guru yang lain sebagai pengamat. 2.3. Instrumen Pengumpulan Data Tabel 1. Instrumen Pengumpulan Data No Teknik Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan Data Data yang akan diperoleh 1 Tes Soal tes isian singkat (uraian) Hasil belajar siswa sebagai peningkatan pemahaman konsep Peluang 2 Observasi Lembar observasi Respon siswa terhadap penggunaan media ajar 3 Wawancara Pedoman wawancara Triangulasi dari hasil tes belajar siswa, observasi dan respon siswa 2.4. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran, respon siswa, dan wawancara dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data
  • 5. tentang hasil test dianalisis secara kuantitatif dengan mengunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata dan presentase, standar devisi, median, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Awal Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo Kabupaten Polewali Mandar. Jumlah siswa kelas IX A adalah 30 siswa. Terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan yang umumnya memiliki tingkat kemampuan sedang. Letak geografis SMP Negeri Bulo berada jauh dari pusat kota dengan kondisi perekonomian masyarakat sekitar sekolah sangat lemah dan kesadaran pendidikan cukup rendah sehingga ikut mempengaruhi budaya belajar yang sangat rendah. Hal ini menjadi faktor kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran matematika cukup rendah. Berdasarkan instrumen-instrumen yang disiapkan untuk menjaring data awal (pra-tindakan penelitian) melalui dokumentasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika di peroleh data rata-rata skor tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IX A tahun pelajaran 2017/2018 adalah 52 (7 siswa tuntas belajar) dengan tingkat prosentase ketunatasan belajar 26%. 3.2. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian setiap siklus disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut: Tabel 2. Pemahaman Konsep Peluang Tindakan Indikator Pemahaman Konsep Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh Kemampuan memilih dan menggunakan prosedur tertentu Kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah Siklus I 16 siswa (53%) 17 siswa (56%) 15 siswa (50%) 15 siswa (50%) Siklus II 18 siswa (60%) 18 siswa (60%) 19 siswa (63%) 17 siswa (56%) Siklus III 23 siswa (76%) 20 siswa (66%) 21 siswa (70%) 23 siswa (76%)
  • 6. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Siklus I Siklus II Siklus III Presentase (%) Grafik peningkatan Hasil tes belajar siswa Pre-tes (tuntas) Tugas Individu (Tuntas) Tes Akhir Tindakan (Tuntas) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 siklus I siklus II siklus III Presenatse (%) Grafik Pemahaman Konsep Peluang siswa Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh Kemampuan memilih dan menggunakan prosedur tertentu Kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah Gambar 1. Grafik pemahaman konsep Peluang siswa kelas IX A Tabel 3. Hasil Tes Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri Bulo Tindakan Pre-tes (tuntas) Tugas Individu (Tuntas) Tes Akhir Tindakan (Tuntas) Siklus I 12 siswa (40%) 20 siswa (66%) 15 siswa (50%) Siklus II 16 siswa (53%) 22 siswa (73%) 18 siswa (60%) Siklus III 21 Siswa (70%) 23 siswa (76%) 23 siswa (76%) Gambar 2. Grafik peningkatan hasil tes belajar siswa kelas IX A
  • 7. 3.3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, siswa kelas IX A yang mampu menyatakan ulang konsep mengalami peningkatan, yaitu sebelum penelitian terdapat 7 siswa (26%) yang tuntas, setelah siklus I menjadi 16 siswa (53%), setelah siklus II menjadi 18 siswa (60%) dan setelah siklus III menjadi 23 siswa (76%). Peningkatan kemampuan siswa kelas IX A menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, siswa kelas IX A dari sebelum penelitian sampai akhir siklus I dapat dikatakan masih rendah. Hal ini dikarenakan baik guru maupun siswa baru penyesuaian dan belum meminimalkan bias dari faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi dalam pembelajaran. Namun, dari siklus I sampai Siklus III sudah dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan 75%. Sehingga, dapat dikatakan pembelajaran dengan model ELPSA dengan media Pion catur dapat meningkatkan kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari siswa. Hal ini sesuai dengan salah salah indikator dalam tujuan mata pelajaran matematika bahwa agar siswa mampu memahami konsep matematika salah satu indikatornya adalah siswa mampu menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari (Abdur Rahman As’ari, 2017:14). Pada Indikator kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, terdapat 13 siswa atau 43% siswa kelas IX A yang tuntas (sebelum tindakan). Pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 17 siswa atau 56%, setelah siklus II meningkat 18 siswa (60%) dan setelah siklus III meningkat menjadi 20 siswa (66%). Pada indikator ini belum mencapai tolak ukur yang dipersyaratkan 75%. Hal ini karena dipengaruhi belum siapnya guru mengelola pembelajaran ELPSA dengan menggunakan media Pion catur dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda. Selain guru, kesiapan siswa mengikuti model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur masih belum sempurna. Siswa kelas IX A yang mampu memilih, menggunakan dan memanfaatkan prosedur tertentu mengalami peningkatan, yaitu dari sebelum penelitian 11 siswa (36%), setelah siklus I menjadi sebanyak 15 siswa (50%), setelah siklus II meningkat menjadi 19 siswa (63%) dan setelah siklus III meningkat menjadi 21 siswa (70%). Peningkatan pemahaman konsep pada indiktor kemampuan memilih dan menggunakan prosedur tertentu, siswa kelas IX A dari sebelum penelitian sampai akhir siklus I dapat dikatakan masih sedikit siswa yang memenuhi ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan siswa dalam menerjemahkan kalimat kedalam model matematika masih sangat terbatas. Namun, Peningkatan kemampuan memilih dan menggunakan prosedur tertentu, dari siklus I sampai siklus III dapat dikatakan sudah mencapai tolak ukur yang dipersyaratkan 75%. Dengan demikian, dapat dikatakan
  • 8. pembelajaran dengan model ELPSA berbantuan media Pion catur dapat meningkatkan kemampuan memilih dan menggunakan prsedur tertentu dalam menyelesaikan soal dari suatu konsep. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar model pembelajaran ELPSA yaitu Experiencies (Pengalaman), membangun pengetahuan baru secara aktif dan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa (Adi Wijaya, 2014:4). Menurut Turmudi (2009:8) bahwa belajar matematika dengan pemahaman dan menjadikan siswa mampu menerapkan prosedur, konsep-konsep, dan proses matematika sangat penting untuk menghadapi abad 21. Siswa kelas IX A yang mampu mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah mengalami peningkatan, yaitu dari sebelum penelitian terdapat 11 siswa (36%), setelah siklus I menjadi sebanyak 15 siswa (50%), akhir siklus II menjadi 17 siswa (56%) dan setelah siklus III meningkat menjadi 23 siswa (76%). Kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, siswa kelas IX A dari sebelum penelitian sampai pada akhir siklus I dan dari siklus I sampai akhir siklus II dapat dikatakan belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan indikator kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah termasuk kemampuan tingkat yang paling sulit dibandingkan dengan indikator lain dari pemahaman konsep. Hal yang sama dikatakan Turmudi (2009;29) bahwa pemecahan masalah matematika melibatkan metode dan cara yang tidak standar. Untuk mencari penyelesaiannya para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses ini mereka akan sering mengemabangkan pemahaman matematika yang baru. Namun kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah pada siklus II sampai akhir siklus III mengalami peningkatan dan sudah memenuhi tolak ukur yang dipersyaratkan 75%. Jadi dapat dikatakan dengan model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar elpsa yang ke lima yaitu Application (Aplikasi Pengetahuan). Penerapan pengetahuan merupakan kegiatan pembelajaran yang berusaha memahami signifikansi proses belajar dengan dengan mengaplikasikan pengetahuan baru dalam memecahkan masalah dalam konteks yang bermakna (Adi Wijaya, 2014:4). Berdasarkan data pada meningkatnya masing-masing indikator pemahaman konsep, maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran ELPSA dengan bantuan media Pion catur dapat meningkatkan pemahaman konsep materi peluang siswa kelas IX A SMP Negeri Bulo.
  • 9. Selain hal tersebut diatas, melalui pengamatan aktivitas belajar siswa meningkat dari tindakan I sampai tindakan III. Hal ini terjadi karena pada saat tindakan kelas senantiasa diberi dorongan secara terus menerus dan diperhatikan kebutuhan serta kesanggupan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil angket juga diperoleh bahwa penggunaan media Pion catur dapat membantu dalam mengembangkan alur pikir untuk menyelesaikan tugas dan dapat membantu dalam mempresentasikan hasil kerja. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi siswa. Namun, keterbatasan dalam penelitian ini tetap tidak bisa terhindarkan. Keterbatasan penelitian ini salah satu yang paling dominan, yaitu membeda-bedakan siswa sebagai mahluk sosial. Hasil wawancara yang dilakukan oleh guru terhadap siswa menyatakan senang dengan model pembelajaran ELPSA dengan menggunakan media Pion catur ada 80%, yang menyatakan senang banyak strategi yang dilakukan oleh guru untuk menanamkan konsep Peluang ada 65%. Guru dalam pembelajaran memberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan karakteristik peserta didik. Bagi siswa yang tuntas belajar tidak jenuh karena ada pengaturan kondisi kelas, dimana mereka dilibatkan sebagai fasilitator sebaya. Hal ini tergambar dengan hasil 75% merasa senang. Dari analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa model pembelajaran ELPSA sudah baik, walau belum semua siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok. Manajemen waktu perlu diperhatikan agar efektif, motivasi siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, menyelesaikan masalah, dan mengemukakan ide masih perlu ditingkatkan dan perlu divariasi agar daya serap tinggi. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Pembelajaran dengan model Pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur dapat meningkatkan pemahaman konsep Peluang siswa kelas IX A SMP Negeri bulo. Kemampuan pemahaman konsep siswa, diamati melalui indikator (1) kemampuan menyatakan ulang konsep, (2) kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, (3) kemampuan menggunakan dan memilih prosedur tertentu, dan (4) kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah materi Peluang. Media Pion catur dapat membantu siswa dalam mengembangkan alur pikir untuk menyelesaikan tugas dan mempresentasikan hasil kerja.
  • 10. 4.2. Saran Kepada pengguna dalam hal ini baik guru maupun siswa, hendaknya dapat mengimplementasikan model pembelajaran ELPSA dengan media Pion catur untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Guru hendaknya setiap mengajar memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Peneliti berikut juga dapat melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki desain pembelajaran dan sistem penilaiannya. Begitu pun untuk mengetahui kemampuan model ELPSA dengan media Pion catur, peneliti berikutnya dapat melakukan eksperimen membandingkan dengan pendekatan lain. Daftar Pustaka As’ari, Abdur Rahman, dkk. (2017). Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Van De Walle, John A. (2012). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan dan Pengajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berpradigma Eksploratif dan Investigatif. Jakarta Pusat: PT Leuser Cita Pustaka. Wijaya, Adi. (2014). Pengenalan Desain Pembelajaran ELPSA. Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, http://p4tkmatematika.org, di unduh di Polewali, 5 Agustus 2017. www.puspendik.kemdikbud.go.id/hasil/un