SlideShare a Scribd company logo
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fatigue
Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya
tegangan yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari tegangan tarik
maksimum (ultimate tensile strength) (u) maupun tegangan luluh (yield) material
yang diberikan beban konstan.
Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik yaitu :
1. Permulaan retak
Mekanisme fatik umumnya dimulai dari crack initiation yang terjadi di
permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi
tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya
pembebanan berulang.
2. Penyebaran retak
Crack initiation ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau
perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan
berujung pada failure.
7
3. Patah
Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan
regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.
Fatigue atau kelelahan menurut ASM (1975) didefinisikan sebagai proses
perubahan struktur permanen progressive localized pada kondisi yang
menghasilkan fluktuasi regangan dan tegangan dibawah kekuatan tariknya dan
pada satu titik atau banyak titik yang dapat memuncak menjadi retak (crack) atau
patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi tertentu.
Progressive mengandung pengertian proses fatigue terjadi selama jangka waktu
tertentu atau selama pemakaian, sejak komponen atau struktur digunakan.
Localized berarti proses fatigue beroperasi pada luasan lokal yang mempunyai
tegangan dan regangan yang tinggi karena pengaruh beban luar, perubahan
geometri, perbedaan temperatur, tegangan sisa dan tidak kesempurnaan diri.
Crack merupakan awal terjadinya kegagalan fatigue dimana kemudian crack
merambat karena adanya beban berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari
proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan tegangan dan regangan yang
ada sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih.
Kegagalan akibat fatigue telah diteliti lebih dari 150 tahun lalu. Salah satu studi
paling awal dilakukan W.A.J. Albert, dengan menguji beban siklik pada rantai
pengangkat di Jerman tahun 1828. Istilah fatigue digunakan pertama tahun 1839
pada mekanika oleh J.V Poncelet dari Prancis. A. Wohler dari Jerman, mulai
meneliti fatigue tahun 1850 dan menguji beberapa besi baja dan logam lain
8
dengan beban aksial, lentur dan torsi. Wohler juga menunjukan bahwa fatigue
tidak hanya dipengaruhi oleh beban siklik namun juga oleh besar tegangan rerata
(mean stress). Studi dilanjutkan oleh Soderberg, Geber dan Goodman untuk
memprediksi pengaruh mean stress terhadap umur fatigue.
Collins (1981) menyatakan bahwa ketidakteraturan dan kekasaran permukaan
secara umum mengakibatkan sifat fatigue lebih rendah daripada permukaan yang
halus. Pada beberapa pelapisan (chromizing) menyebabkan kekuatan fatigue
menjadi lebih rendah dibanding dengan tanpa pelapisan.
Hotta et al (1995) meneliti pengaruh kombinasi teknik pelapisan terhadap
ketahanan fatigue baja karbon rendah. Thermocreative deposition (TRD) untuk
lapisan vanadium carbida dan chromium carbida, chemical vapour deposition
(CVD) untuk titanium carbida, physical vapour deposition (PVD) untuk titanium
nitrida dan chromium plating.
Secara alami logam berbentuk kristalin artinya atom-atom disusun berurutan.
Kebanyakan struktur logam berbentuk poli kristalin yaitu terdiri atas sejumlah
besar kristal-kristal yang tersusun individu. Tiap-tiap butir memiliki sifat mekanik
yang khas, arah susunan dan susunan tiap arah, dimana beberapa butir
diorientasikan sebagai bidang-bidang yang mudah slip atau meluncur dalam arah
tegangan geser maksimum. Slip terjadi pada logam-logam liat dengan gerakan
dislokasi sepanjang bidang kristalografi. Slip terjadi disebabkan oleh beban siklik
monotonik.
9
Ketahanan fatigue suatu bahan tergantung dari perlakuan permukaan atau kondisi
permukaan dan temperatur operasi. Perlakuan permukaan merubah kondisi
permukaan dan tegangan sisa di permukaan. Perlakuaan permukaan shoot peening
menghasilkan tegangan sisa tekan yang mengakibatkan ketahan lelah yang
meningkat ( Collins,1981).
Sedangkan perlakuan permukaan yang menghasilkan tegangan sisa tarik
menurunkan ketahanan fatigue-nya (Hanshem and Aly, 1994, Hotta at al, 1995).
Hal itu terjadi karena pada permukaan terjadi konsentrasi tegangan tekan atau
tarik yang paling tinggi. Pada kondisi permukaan sedang menerima tegangan tarik
maka tegangan sisa tekan pada permukaan akan menghasilkan resultan tegangan
tekan yang semakin besar. Tegangan tekan akan menghambat terjadinya initial
crack atau laju perambatan retak. Sehingga ketahanan lelah meningkat, dan akan
terjadi sebaliknya apabila terjadi tegangan sisa tarik di permukaan.
Pada dasarnya kegagalan fatigue dimulai dengan terjadinya retakan pada
permukaan benda uji. Hal ini membuktikan bahwa sifat-sifat fatigue sangat peka
terhadap kondisi permukaan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kekasaran permukaan, perubahan sifat-sifat permukaan dan tegangan sisa
permukaan (dieter,1992).
Penyajian data fatigue rekayasa adalah menggunakan kurva S-N yaitu pemetaan
tegangan (S) terhadap jumlah siklus sampai terjadi kegagalan (N). Kurva S-N ini
lebih diutamakan menggunakan skala semi log seperti ditunjukan pada gambar 1.
Untuk beberapa bahan teknis yang penting.
10
Gambar 1. Kurva S-N
Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan terhadp jumlah siklus sampai
terjadi kegagalan pada benda uji. Pada kurva ini siklus menggunakan skala
logaritma. Batas ketahan fatigue (endurance limit ) baja ditentukan pada jumlah
siklus N>107
(Dieter,1992).
Persamaan umum kurva S-N dinyatakan oleh persamaan ( dowling,1991).
S = B + C ln (Nf) ....................................................(1)
Dengan :
B dan C adalah konstanta empiris material
Pengujian fatigue dilakukan dengan cara memberikan stress level tertentu
sehingga spesimen patah pada siklus tertentu. Dieter (1992) menyatakan untuk
mendapatkan kurva S-N dibutuhkan 8-12 spesimen.
Retak fatigue biasanya dimulai pada permukaan di mana lentur dan torsi
menyebabkan terjadinya tegangan-tegangan yang tinggi atau di tempat-tempat
11
yang tidak rata menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan. Oleh karena itu,
batas ketahanan (endurance limit) sangat tergantung pada kualitas penyelesaian
permukaan (Van Vlack,2005).
Pengujian fatigue dilakukan dengan Rotary Bending Machine. Jika benda uji
diputar dan diberi beban, maka akan terjadi momen lentur pada benda uji. Momen
lentur ini menyebabkan terjadinya beban lentur pada permukaan benda uji dan
besarnya dihitung dengan persamaan (international for use of ONO’S,-).
=
/
/
/ …………..………………(2)
Dengan: σ = Tegangan lentur ( kg/cm2
)
W = Beban lentur (kg)
d = Diameter benda uji (cm)
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Lelah
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau cenderung mengubah kondisi kelelahan
atau kekuatan lelah yaitu tipe pembebanan, putaran, kelembaban lingkungan
(korosi), konsentarsi tegangan, suhu, kelelahan bahan, komposisi kimia bahan,
tegangan-tegangan sisa, dan tegangan kombinasi. Faktor-faktor yang cenderung
mengubah kekuatan lelah pada pengujian ini adalah kelembaban lingkungan
(korosi) dan tipe pembebanan sedangkan putaran, suhu, komposisi kimia dan
tegangan sisa sebagai variable yang konstan selama pengujian sehingga tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan lelah.
12
a. Faktor kelembaban lingkungan
Faktor kelembaban lingkungan sangat mempengaruhi kekuatan lelah
sebagaimana yang telah diteliti Haftirman (1995) bahwa pada kelembaban
relatif 70 % sampai 80%. Lingkungan kelembaban tinggi membentuk pit
korosi dan retak pada permukaan spesimen yang menyebabkan kegagalan
lebih cepat terjadi.
b. Tipe pembebanan
Tipe pembebanan ini sangat mempengaruhi kekuatan lelah sebagaimana yang
diteliti oleh Ogawa (1989) bahwa baja S45S yang diberikan tipe pembebanan
lentur putar dan pembebanan aksial mempunyai kekuatan lelah yang sangat
berbeda, baja S45S dengan pembebanan aksial mempunyai kekuatan lelah
lebih rendah dari baja yang menerima pembebanan lentur putar.
c. Faktor putaran
Sebagaimana yang telah diteliti oleh Iwamoto (1989) dengan hasil bahwa
putaran antara 750 rpm sanpai 1500 rpm mempunyai kekuatan lelah yang
hampir sama tetapi apabila putaran 50 rpm menurunkan kekuatan lelah jauh
lebih besar dari putaran 750 rpm dan 1500 rpm, sehingga putaran yang
berada diantara 750 rpm sampai 1500 rpm tidak mempengaruhi kekuatan
lelah dengan signifikan.
13
d. Faktor suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi kekuatan lelah karena suhu menaikan
konduktifitas elektrolit lingkungan sehingga dapat mempercepat proses
oksidasi. Untuk mengkondisikan pengujian standar terhadap suhu, pengujian
dilakukan pada temperatur kamar. Menurut Haftirman (1995) bahwa pada
pengujian di suhu 40o
C retakan pada spesimen memanjang dari pada
pengujian di suhu 20o
C dengan retakan yang halus, karena suhu yang tinggi
menyebabkan molekul air yang terbentuk mengecil di permukaan baja
sehingga mempercepat terjadinya reaksi oksidasi dan membuat jumlah pit
korosi jauh lebih banyak, akibatnya pit korosi cepat bergabung membentuk
retakan yang memanjang. Dieter (1986) mengemukakan secara umum
kekuatan lelah baja akan turun dengan bertambahnya suhu di atas suhu kamar
kecuali baja lunak dan kekuatan lelah akan bertambah besar apabila suhu
turun.
e. Faktor tegangan sisa
Faktor tegangan sisa yang mungkin timbul pada saat pembuatan spesimen
direduksi dengan cara melakukan pemakanan pahat sehalus mungkin
terhadap spesimen sehingga pemakanan pahat tidak menimbulkan tegangan
sisa maupun tegangan lentur pada spesimen.
f. Faktor komposisi kimia
Pengaruh faktor komposisi kimia terhadap kekuatan lelah diharapkan sama
untuk seluruh spesimen uji dengan pemilihan bahan yang diproduksi dalam
14
satu kali proses pembuatan, sehingga didapat kondisi pengujian yang standar
untuk seluruh spesimen uji.
Fatigue life dapat ditingkatkan dengan :
1. Mengontrol tegangan
a. Peningkatan tegangan menurunkan umur fatik.
b. Pemicunya dapat secara mekanis (fillet atau alur pasak) maupun metalurgi
(porositas atau inklusi).
c. Kegagalan fatik selalu dimulai pada peningkatan tegangan.
2. Mengontrol struktur mikro
a. Meningkatnya ukuran benda uji, umur fatik kadang-kadang menurun.
b. Kegagalan fatik biasanya dimulai pada permukaan.
c. Penambahan luas permukaan dari benda uji besar meningkatkan
kemungkinan dimana terdapat suatu aliran, yang akan memulai kegagalan
dan menurunkan waktu untuk memulai retak.
3. Mengontrol penyelesaian permukaan
a. Dalam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian, tegangan maksimum
terjadi pada permukaan.
b. Umur fatik sensitif terhadap kondisi permukaan.
c. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah tegangan sisa permukaan
(http://luvlyly4.wordpress.com, 2009).
15
Sejak tahun 1830 telah diketahui bahwa logam yang dikenai tegangan berulang
akan rusak pada tegangan yang jauh lebih rendah dibanding yang dibutuhkan
untuk menimbulkan perpatahan pada beban tungggal. Kegagalan yang terjadi
pada keadaan beban dinamik dinamakan kegagalan lelah (fatigue failures),
barangkali karena pada umumnya kegagalan tersebut hanya terjadi setelah periode
pemakaian yang cukup lama. Kegagalan fatik semakin menonjol sejalan dengan
pengembangan teknologi seperti; pesawat, mobil, kompresor, pompa, dan lain-
lainnya. Kesemuanya mengalami beban berulang dan getaran. Hingga kini sering
dinyatakan bahwa kelelahan meliputi paling tidak 90% dari seluruh kegagalan
yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat mekanis.
Terdapat tiga faktor dasar yang diperlukan agar terjadi kegagalan lelah. Ketiga
faktor tersebut adalah:
1. Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi.
2. Variasi atau flutuasi tegangan yang cukup besar.
3. Siklus penerapan tegangan yang cukup besar.
Selain tiga faktor diatas terdapat sejumlah variable lain, yakni; konsentrasi
tegangan, korosi, suhu, kelebihan bahan, struktur metalurgis, tegangan sisa, dan
tegangan kombinasi yang cendrung untuk mengubah kondisi kelelahan
(http://aguskreatif.blogspot.com, 2009).
16
C. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik, atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
σ = …………………………………(3)
Dimana :
σu : Ultimate tensile strength
Pmaks : Beban maksimum
Ao : Luas penampang awal
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dilakukan sebagai hasil uji tarik,
tapi pada kenyataanya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya
dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu
untuk keadaan yang sangat terbatas.
Untuk beberapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur
pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecendrungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih
rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan
luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik
untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan
merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia, untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
17
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tarik tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas
antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan
fatigue, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik
merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancang.
D. Klasifikasi Baja Karbon
Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam
membuat paduan logam lain untuk mendapatkan sifat bahan yang diinginkan.
Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya seperti
Mn, P, Cu, S dan Si. Adapun pengaruh unsur paduan pada bahan baja karbon
adalah :
­ Carbon (C)
Karbon pada baja dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan tetapi jika
berlebihan akan menurunkan ketangguhan (toughness).
­ Mangan (Mn)
Mangan dapat mencegah terjadinya hot shortness (kegetasan pada suhu
tinggi) terutama pada saat pengerolan panas.
­ Phospor (P)
Unsur ini membuat baja mengalami retak dingin (cold shortness) atau getas
pada suhu rendah, sehingga tidak baik untuk baja yang diberi beban benturan
pada suhu rendah. Tetapi efek baiknya adalah dapat menaikkan fluiditas yang
18
membuat baja mudah dirol panas. Kadar phospor dalam baja biasanya kurang
dari 0,05 %.
­ Sulfur (S)
Sulfur dapat menjadikan baja getas pada suhu tinggi, karena itu dapat
merugikan baja yang dipakai pada suhu tinggi, disamping menyulitkan
pengerjaan seperti dalam pengerolan panas atau proses lainnya. Kadar sulfur
harus dibuat serendah-rendahnya yaitu lebih rendah dari 0,05 %.
Tabel 1. klasifikasi baja karbon
jenis kelas
Kadar
karbon
(%)
Kekuatan
luluh
(kg/mm)
Kekuatan
tarik
(kg/mm)
Perpanj
angan
(%)
Kekerasa
n brinel
Baja
karbon
rendah
-Baja lunak
khusus
-Baja sangat
lunak
-Baja lunak
-Baja setenga
lunak
0,08
0,08-0,12
0,12-0,20
0,20-0,30
18-28
20-29
22-30
24-36
32-36
36-42
38-48
44-55
40-30
40-30
36-24
32-22
95-100
80-120
100-130
112-145
Baja
karbon
sedang
Baja setengah
keras
0,30-0,40 30-40 50-60 30-17 140-170
Baja
karbon
tinggi
-Baja keras
-Baja sangat
keras
0,04-0,05
0,50-0,80
34-46
36-100
58-70
65-100
26-14
20-11
160-200
180-235
19
1. Baja Karbon Rendah ( low carbon steel )
Baja dengan kandungan karbon < 0,3 %, memiliki kekuatan sedang dengan
keuletan yang baik dan sesuai tujuan fabrikasi digunakan dalam kondisi anil
atau nomalisasi untuk tujuan konstruksi atau struktural seperti ; jembatan,
bangunan gedung, kendaraan bermotor dan kapal laut. Biasanya dibuat dengan
pengerjaan akhir rol dingin dan kondisi dianil. Klasifikasi baja ini termasuk
dalam AISI (American Iron and Steel Institute) 1016, 1018, 1019, 1020. Dalam
perdagangan contoh produknya dibuat dalam bentuk plat, profil, batangan
untuk keperluan tempa, pekerjaan mesin.
Sifat-sifat baja karbon rendah :
1. Mampu tempa
2. Mampu mesin tinggi
3. Mampu bentuk tinggi
4. Kekuatan tarik dan batas regang rendah serta tidak dapat dikeraskan
Penggunaan baja karbon rendah :
1. Sebagai plat pada kendaraan
2. Profil, batangan untuk keperluan tempa
3. Pekerjaan mesin dan kontruksi bangunan
20
2. Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel )
Baja ini mengandung karbon antara 0,30 s/d 0,60 %. Baja karbon sedang
dalam perdagangan biasanya digunakan sebagai alat-alat perkakas, baut, poros
engkol, roda gigi, ragum, pegas, dan lain-lain.
3. Baja karbon tinggi( high carbon steel )
Baja yang mengandung karbon antara 0,70 s/d 1,5 %. Baja karbon ini banyak
digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat konstruksi yang berhubungan
dengan panas yang tinggi atau dalam penggunaannya akan menerima dan
mengalami panas, misalnya landasan, palu, gergaji, pahat, kikir, mata bor,
bantalan peluru, dan sebagainya.
E. Klasifikasi dan Standarisasi Baja
Ada bermacarn-macam klasifikasi dari baja paduan, diantaranya adalah DIN
(Deutsche Industrie Norm) Jerman, BS (British Standard) Inggris, ASTM
(American Society for Testing and Materials) Amerika, SAE (Society of
Automotive Engineers) Amerika, AISI (American Iron and Steel Institute)
Amerika dan JIS (Japan Industrial Standard).
21
F. Klasifikasi Mesin Uji Fatik
1. Axial (Direct-Stress)
Mesin uji fatik ini memberikan tegangan ataupun regangan yang uniform ke
penampangnya. Untuk penampang yang sama mesin penguji ini harus dapat
memberikan beban yang lebih besar dibandingkan mesin lentur statik dengan
maksud untuk mendapatkan tegangan yang sama.
2. Bending Fatique Machines
Cantilever Beam Machines dimana spesimen memiliki bagian yang mengecil
baik pada lebar, tebal maupun diameternya, yang mengakibatkan bagian
daerah yang diuji memiliki tegangan seragam hanya dengan pembebanan yang
rendah dibandingkan lenturan fatik yang seragam dengan ukuran bagian yang
sama.
Gambar 2. Moore-Type Machines
Moore-Type Machines dapat beroperasi sampai 10.000 rpm. Dalam seluruh
pengujian, tipe lenturan hanya material yang didekat permukaan yang
22
mendapat tegangan maksimum. Karena itu, pada spesimen yang berdiameter
kecil volume material yang diuji.
3. Torsional Fatik Testing Machines
Sama dengan mesin tipe Axial hanya saja menggunakan penjepit yang sesuai
jika puntiran maksimum. Gambar dibawah ini adalah “Mesin Uji Fatik akibat
Torsi” yang dirancang khusus.
Gambar 3. Torsional Fatik Testing Machines
4. Special Purpose Fatique Testing Machines
Dirancang khusus untuk tujuan tertentu. Kadang-kadang merupakan
modifikasi dari mesin penguji fatik yang suda ada. Penguji kawat adalah
modifikasi dari “Rotating Beam Machines”.
23
5. Multiaxial Fatique Testing Machines
Dirancang untuk pembebanan atau lebih dengan maksud untuk menentukan
sifat logam dibawah tegangan biaxial/triaxial.

More Related Content

What's hot

Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untag
wennma
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012
Yadi Kusmayadi
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
Rumah Belajar
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
Feby Aulia
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
Jaka Jaka
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
RachmadiAdy Hatedeui
 
geser langsung
geser langsunggeser langsung
geser langsung
Nurul Rahayu Baso Amir
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarik
Badrul Qomar
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Adolvin Mahadiputra
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
Lailatul Arofah
 
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughnessMechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Islahun Nihayah
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian materialOmpu Kurniawan
 
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iiiAlen Pepa
 
Sifat termal-bahan
Sifat termal-bahanSifat termal-bahan
Sifat termal-bahan
agusdwisaputra8
 
BAB V
BAB VBAB V

What's hot (20)

Material teknik dan proses
Material teknik dan prosesMaterial teknik dan proses
Material teknik dan proses
 
Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untag
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012
 
D047268825
D047268825D047268825
D047268825
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
geser langsung
geser langsunggeser langsung
geser langsung
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarik
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
 
Dislokasi slide
Dislokasi slideDislokasi slide
Dislokasi slide
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
 
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughnessMechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
 
Sifat termal-bahan
Sifat termal-bahanSifat termal-bahan
Sifat termal-bahan
 
BAB V
BAB VBAB V
BAB V
 

Similar to 14. bab ii oke

Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Rumah Belajar
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggi
daswan wawan
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
Devi Diansyah
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahanTian Jonathan
 
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptxSifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
NabilRamadhan13
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
NirmayaIndiani
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
lina meliana
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Michael Kenny
 
3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm
kurniawanxxx
 
TEMBUS PADA GAS
TEMBUS PADA GASTEMBUS PADA GAS
Sifat material1
Sifat material1Sifat material1
Sifat material1
Indra Septiawan
 
Teori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasiTeori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasi
sevirarh
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
RismanYusuf1
 
LAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docxLAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docx
SasKba
 
Konsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pauKonsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pau
FAUZIYAH NUSTYANI
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngFransiska Puteri
 
Unit1 Kaji Daya Bahan
Unit1 Kaji Daya BahanUnit1 Kaji Daya Bahan
Unit1 Kaji Daya Bahan
Malaysia
 
Testing
TestingTesting
Testing
K .
 

Similar to 14. bab ii oke (20)

Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggi
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
 
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptxSifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
Sifat mekanik bahanhbvvhhhehjdbdbbebs.pptx
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
 
3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm
 
TEMBUS PADA GAS
TEMBUS PADA GASTEMBUS PADA GAS
TEMBUS PADA GAS
 
Sifat material1
Sifat material1Sifat material1
Sifat material1
 
Teori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasiTeori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasi
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
 
LAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docxLAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docx
 
Konsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pauKonsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pau
 
Pengenalan Bahan
Pengenalan BahanPengenalan Bahan
Pengenalan Bahan
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
 
Unit1 Kaji Daya Bahan
Unit1 Kaji Daya BahanUnit1 Kaji Daya Bahan
Unit1 Kaji Daya Bahan
 
Testing
TestingTesting
Testing
 

Recently uploaded

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 

Recently uploaded (20)

Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 

14. bab ii oke

  • 1. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fatigue Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya tegangan yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari tegangan tarik maksimum (ultimate tensile strength) (u) maupun tegangan luluh (yield) material yang diberikan beban konstan. Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik yaitu : 1. Permulaan retak Mekanisme fatik umumnya dimulai dari crack initiation yang terjadi di permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya pembebanan berulang. 2. Penyebaran retak Crack initiation ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan berujung pada failure.
  • 2. 7 3. Patah Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen. Fatigue atau kelelahan menurut ASM (1975) didefinisikan sebagai proses perubahan struktur permanen progressive localized pada kondisi yang menghasilkan fluktuasi regangan dan tegangan dibawah kekuatan tariknya dan pada satu titik atau banyak titik yang dapat memuncak menjadi retak (crack) atau patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi tertentu. Progressive mengandung pengertian proses fatigue terjadi selama jangka waktu tertentu atau selama pemakaian, sejak komponen atau struktur digunakan. Localized berarti proses fatigue beroperasi pada luasan lokal yang mempunyai tegangan dan regangan yang tinggi karena pengaruh beban luar, perubahan geometri, perbedaan temperatur, tegangan sisa dan tidak kesempurnaan diri. Crack merupakan awal terjadinya kegagalan fatigue dimana kemudian crack merambat karena adanya beban berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan tegangan dan regangan yang ada sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih. Kegagalan akibat fatigue telah diteliti lebih dari 150 tahun lalu. Salah satu studi paling awal dilakukan W.A.J. Albert, dengan menguji beban siklik pada rantai pengangkat di Jerman tahun 1828. Istilah fatigue digunakan pertama tahun 1839 pada mekanika oleh J.V Poncelet dari Prancis. A. Wohler dari Jerman, mulai meneliti fatigue tahun 1850 dan menguji beberapa besi baja dan logam lain
  • 3. 8 dengan beban aksial, lentur dan torsi. Wohler juga menunjukan bahwa fatigue tidak hanya dipengaruhi oleh beban siklik namun juga oleh besar tegangan rerata (mean stress). Studi dilanjutkan oleh Soderberg, Geber dan Goodman untuk memprediksi pengaruh mean stress terhadap umur fatigue. Collins (1981) menyatakan bahwa ketidakteraturan dan kekasaran permukaan secara umum mengakibatkan sifat fatigue lebih rendah daripada permukaan yang halus. Pada beberapa pelapisan (chromizing) menyebabkan kekuatan fatigue menjadi lebih rendah dibanding dengan tanpa pelapisan. Hotta et al (1995) meneliti pengaruh kombinasi teknik pelapisan terhadap ketahanan fatigue baja karbon rendah. Thermocreative deposition (TRD) untuk lapisan vanadium carbida dan chromium carbida, chemical vapour deposition (CVD) untuk titanium carbida, physical vapour deposition (PVD) untuk titanium nitrida dan chromium plating. Secara alami logam berbentuk kristalin artinya atom-atom disusun berurutan. Kebanyakan struktur logam berbentuk poli kristalin yaitu terdiri atas sejumlah besar kristal-kristal yang tersusun individu. Tiap-tiap butir memiliki sifat mekanik yang khas, arah susunan dan susunan tiap arah, dimana beberapa butir diorientasikan sebagai bidang-bidang yang mudah slip atau meluncur dalam arah tegangan geser maksimum. Slip terjadi pada logam-logam liat dengan gerakan dislokasi sepanjang bidang kristalografi. Slip terjadi disebabkan oleh beban siklik monotonik.
  • 4. 9 Ketahanan fatigue suatu bahan tergantung dari perlakuan permukaan atau kondisi permukaan dan temperatur operasi. Perlakuan permukaan merubah kondisi permukaan dan tegangan sisa di permukaan. Perlakuaan permukaan shoot peening menghasilkan tegangan sisa tekan yang mengakibatkan ketahan lelah yang meningkat ( Collins,1981). Sedangkan perlakuan permukaan yang menghasilkan tegangan sisa tarik menurunkan ketahanan fatigue-nya (Hanshem and Aly, 1994, Hotta at al, 1995). Hal itu terjadi karena pada permukaan terjadi konsentrasi tegangan tekan atau tarik yang paling tinggi. Pada kondisi permukaan sedang menerima tegangan tarik maka tegangan sisa tekan pada permukaan akan menghasilkan resultan tegangan tekan yang semakin besar. Tegangan tekan akan menghambat terjadinya initial crack atau laju perambatan retak. Sehingga ketahanan lelah meningkat, dan akan terjadi sebaliknya apabila terjadi tegangan sisa tarik di permukaan. Pada dasarnya kegagalan fatigue dimulai dengan terjadinya retakan pada permukaan benda uji. Hal ini membuktikan bahwa sifat-sifat fatigue sangat peka terhadap kondisi permukaan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan, perubahan sifat-sifat permukaan dan tegangan sisa permukaan (dieter,1992). Penyajian data fatigue rekayasa adalah menggunakan kurva S-N yaitu pemetaan tegangan (S) terhadap jumlah siklus sampai terjadi kegagalan (N). Kurva S-N ini lebih diutamakan menggunakan skala semi log seperti ditunjukan pada gambar 1. Untuk beberapa bahan teknis yang penting.
  • 5. 10 Gambar 1. Kurva S-N Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan terhadp jumlah siklus sampai terjadi kegagalan pada benda uji. Pada kurva ini siklus menggunakan skala logaritma. Batas ketahan fatigue (endurance limit ) baja ditentukan pada jumlah siklus N>107 (Dieter,1992). Persamaan umum kurva S-N dinyatakan oleh persamaan ( dowling,1991). S = B + C ln (Nf) ....................................................(1) Dengan : B dan C adalah konstanta empiris material Pengujian fatigue dilakukan dengan cara memberikan stress level tertentu sehingga spesimen patah pada siklus tertentu. Dieter (1992) menyatakan untuk mendapatkan kurva S-N dibutuhkan 8-12 spesimen. Retak fatigue biasanya dimulai pada permukaan di mana lentur dan torsi menyebabkan terjadinya tegangan-tegangan yang tinggi atau di tempat-tempat
  • 6. 11 yang tidak rata menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan. Oleh karena itu, batas ketahanan (endurance limit) sangat tergantung pada kualitas penyelesaian permukaan (Van Vlack,2005). Pengujian fatigue dilakukan dengan Rotary Bending Machine. Jika benda uji diputar dan diberi beban, maka akan terjadi momen lentur pada benda uji. Momen lentur ini menyebabkan terjadinya beban lentur pada permukaan benda uji dan besarnya dihitung dengan persamaan (international for use of ONO’S,-). = / / / …………..………………(2) Dengan: σ = Tegangan lentur ( kg/cm2 ) W = Beban lentur (kg) d = Diameter benda uji (cm) B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Lelah Faktor-faktor yang mempengaruhi atau cenderung mengubah kondisi kelelahan atau kekuatan lelah yaitu tipe pembebanan, putaran, kelembaban lingkungan (korosi), konsentarsi tegangan, suhu, kelelahan bahan, komposisi kimia bahan, tegangan-tegangan sisa, dan tegangan kombinasi. Faktor-faktor yang cenderung mengubah kekuatan lelah pada pengujian ini adalah kelembaban lingkungan (korosi) dan tipe pembebanan sedangkan putaran, suhu, komposisi kimia dan tegangan sisa sebagai variable yang konstan selama pengujian sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan lelah.
  • 7. 12 a. Faktor kelembaban lingkungan Faktor kelembaban lingkungan sangat mempengaruhi kekuatan lelah sebagaimana yang telah diteliti Haftirman (1995) bahwa pada kelembaban relatif 70 % sampai 80%. Lingkungan kelembaban tinggi membentuk pit korosi dan retak pada permukaan spesimen yang menyebabkan kegagalan lebih cepat terjadi. b. Tipe pembebanan Tipe pembebanan ini sangat mempengaruhi kekuatan lelah sebagaimana yang diteliti oleh Ogawa (1989) bahwa baja S45S yang diberikan tipe pembebanan lentur putar dan pembebanan aksial mempunyai kekuatan lelah yang sangat berbeda, baja S45S dengan pembebanan aksial mempunyai kekuatan lelah lebih rendah dari baja yang menerima pembebanan lentur putar. c. Faktor putaran Sebagaimana yang telah diteliti oleh Iwamoto (1989) dengan hasil bahwa putaran antara 750 rpm sanpai 1500 rpm mempunyai kekuatan lelah yang hampir sama tetapi apabila putaran 50 rpm menurunkan kekuatan lelah jauh lebih besar dari putaran 750 rpm dan 1500 rpm, sehingga putaran yang berada diantara 750 rpm sampai 1500 rpm tidak mempengaruhi kekuatan lelah dengan signifikan.
  • 8. 13 d. Faktor suhu Faktor suhu sangat mempengaruhi kekuatan lelah karena suhu menaikan konduktifitas elektrolit lingkungan sehingga dapat mempercepat proses oksidasi. Untuk mengkondisikan pengujian standar terhadap suhu, pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Menurut Haftirman (1995) bahwa pada pengujian di suhu 40o C retakan pada spesimen memanjang dari pada pengujian di suhu 20o C dengan retakan yang halus, karena suhu yang tinggi menyebabkan molekul air yang terbentuk mengecil di permukaan baja sehingga mempercepat terjadinya reaksi oksidasi dan membuat jumlah pit korosi jauh lebih banyak, akibatnya pit korosi cepat bergabung membentuk retakan yang memanjang. Dieter (1986) mengemukakan secara umum kekuatan lelah baja akan turun dengan bertambahnya suhu di atas suhu kamar kecuali baja lunak dan kekuatan lelah akan bertambah besar apabila suhu turun. e. Faktor tegangan sisa Faktor tegangan sisa yang mungkin timbul pada saat pembuatan spesimen direduksi dengan cara melakukan pemakanan pahat sehalus mungkin terhadap spesimen sehingga pemakanan pahat tidak menimbulkan tegangan sisa maupun tegangan lentur pada spesimen. f. Faktor komposisi kimia Pengaruh faktor komposisi kimia terhadap kekuatan lelah diharapkan sama untuk seluruh spesimen uji dengan pemilihan bahan yang diproduksi dalam
  • 9. 14 satu kali proses pembuatan, sehingga didapat kondisi pengujian yang standar untuk seluruh spesimen uji. Fatigue life dapat ditingkatkan dengan : 1. Mengontrol tegangan a. Peningkatan tegangan menurunkan umur fatik. b. Pemicunya dapat secara mekanis (fillet atau alur pasak) maupun metalurgi (porositas atau inklusi). c. Kegagalan fatik selalu dimulai pada peningkatan tegangan. 2. Mengontrol struktur mikro a. Meningkatnya ukuran benda uji, umur fatik kadang-kadang menurun. b. Kegagalan fatik biasanya dimulai pada permukaan. c. Penambahan luas permukaan dari benda uji besar meningkatkan kemungkinan dimana terdapat suatu aliran, yang akan memulai kegagalan dan menurunkan waktu untuk memulai retak. 3. Mengontrol penyelesaian permukaan a. Dalam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian, tegangan maksimum terjadi pada permukaan. b. Umur fatik sensitif terhadap kondisi permukaan. c. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah tegangan sisa permukaan (http://luvlyly4.wordpress.com, 2009).
  • 10. 15 Sejak tahun 1830 telah diketahui bahwa logam yang dikenai tegangan berulang akan rusak pada tegangan yang jauh lebih rendah dibanding yang dibutuhkan untuk menimbulkan perpatahan pada beban tungggal. Kegagalan yang terjadi pada keadaan beban dinamik dinamakan kegagalan lelah (fatigue failures), barangkali karena pada umumnya kegagalan tersebut hanya terjadi setelah periode pemakaian yang cukup lama. Kegagalan fatik semakin menonjol sejalan dengan pengembangan teknologi seperti; pesawat, mobil, kompresor, pompa, dan lain- lainnya. Kesemuanya mengalami beban berulang dan getaran. Hingga kini sering dinyatakan bahwa kelelahan meliputi paling tidak 90% dari seluruh kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat mekanis. Terdapat tiga faktor dasar yang diperlukan agar terjadi kegagalan lelah. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi. 2. Variasi atau flutuasi tegangan yang cukup besar. 3. Siklus penerapan tegangan yang cukup besar. Selain tiga faktor diatas terdapat sejumlah variable lain, yakni; konsentrasi tegangan, korosi, suhu, kelebihan bahan, struktur metalurgis, tegangan sisa, dan tegangan kombinasi yang cendrung untuk mengubah kondisi kelelahan (http://aguskreatif.blogspot.com, 2009).
  • 11. 16 C. Kekuatan Tarik Kekuatan tarik, atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji. σ = …………………………………(3) Dimana : σu : Ultimate tensile strength Pmaks : Beban maksimum Ao : Luas penampang awal Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dilakukan sebagai hasil uji tarik, tapi pada kenyataanya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Untuk beberapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai. Kecendrungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia, untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
  • 12. 17 dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tarik tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan fatigue, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancang. D. Klasifikasi Baja Karbon Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam membuat paduan logam lain untuk mendapatkan sifat bahan yang diinginkan. Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya seperti Mn, P, Cu, S dan Si. Adapun pengaruh unsur paduan pada bahan baja karbon adalah : ­ Carbon (C) Karbon pada baja dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan tetapi jika berlebihan akan menurunkan ketangguhan (toughness). ­ Mangan (Mn) Mangan dapat mencegah terjadinya hot shortness (kegetasan pada suhu tinggi) terutama pada saat pengerolan panas. ­ Phospor (P) Unsur ini membuat baja mengalami retak dingin (cold shortness) atau getas pada suhu rendah, sehingga tidak baik untuk baja yang diberi beban benturan pada suhu rendah. Tetapi efek baiknya adalah dapat menaikkan fluiditas yang
  • 13. 18 membuat baja mudah dirol panas. Kadar phospor dalam baja biasanya kurang dari 0,05 %. ­ Sulfur (S) Sulfur dapat menjadikan baja getas pada suhu tinggi, karena itu dapat merugikan baja yang dipakai pada suhu tinggi, disamping menyulitkan pengerjaan seperti dalam pengerolan panas atau proses lainnya. Kadar sulfur harus dibuat serendah-rendahnya yaitu lebih rendah dari 0,05 %. Tabel 1. klasifikasi baja karbon jenis kelas Kadar karbon (%) Kekuatan luluh (kg/mm) Kekuatan tarik (kg/mm) Perpanj angan (%) Kekerasa n brinel Baja karbon rendah -Baja lunak khusus -Baja sangat lunak -Baja lunak -Baja setenga lunak 0,08 0,08-0,12 0,12-0,20 0,20-0,30 18-28 20-29 22-30 24-36 32-36 36-42 38-48 44-55 40-30 40-30 36-24 32-22 95-100 80-120 100-130 112-145 Baja karbon sedang Baja setengah keras 0,30-0,40 30-40 50-60 30-17 140-170 Baja karbon tinggi -Baja keras -Baja sangat keras 0,04-0,05 0,50-0,80 34-46 36-100 58-70 65-100 26-14 20-11 160-200 180-235
  • 14. 19 1. Baja Karbon Rendah ( low carbon steel ) Baja dengan kandungan karbon < 0,3 %, memiliki kekuatan sedang dengan keuletan yang baik dan sesuai tujuan fabrikasi digunakan dalam kondisi anil atau nomalisasi untuk tujuan konstruksi atau struktural seperti ; jembatan, bangunan gedung, kendaraan bermotor dan kapal laut. Biasanya dibuat dengan pengerjaan akhir rol dingin dan kondisi dianil. Klasifikasi baja ini termasuk dalam AISI (American Iron and Steel Institute) 1016, 1018, 1019, 1020. Dalam perdagangan contoh produknya dibuat dalam bentuk plat, profil, batangan untuk keperluan tempa, pekerjaan mesin. Sifat-sifat baja karbon rendah : 1. Mampu tempa 2. Mampu mesin tinggi 3. Mampu bentuk tinggi 4. Kekuatan tarik dan batas regang rendah serta tidak dapat dikeraskan Penggunaan baja karbon rendah : 1. Sebagai plat pada kendaraan 2. Profil, batangan untuk keperluan tempa 3. Pekerjaan mesin dan kontruksi bangunan
  • 15. 20 2. Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel ) Baja ini mengandung karbon antara 0,30 s/d 0,60 %. Baja karbon sedang dalam perdagangan biasanya digunakan sebagai alat-alat perkakas, baut, poros engkol, roda gigi, ragum, pegas, dan lain-lain. 3. Baja karbon tinggi( high carbon steel ) Baja yang mengandung karbon antara 0,70 s/d 1,5 %. Baja karbon ini banyak digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat konstruksi yang berhubungan dengan panas yang tinggi atau dalam penggunaannya akan menerima dan mengalami panas, misalnya landasan, palu, gergaji, pahat, kikir, mata bor, bantalan peluru, dan sebagainya. E. Klasifikasi dan Standarisasi Baja Ada bermacarn-macam klasifikasi dari baja paduan, diantaranya adalah DIN (Deutsche Industrie Norm) Jerman, BS (British Standard) Inggris, ASTM (American Society for Testing and Materials) Amerika, SAE (Society of Automotive Engineers) Amerika, AISI (American Iron and Steel Institute) Amerika dan JIS (Japan Industrial Standard).
  • 16. 21 F. Klasifikasi Mesin Uji Fatik 1. Axial (Direct-Stress) Mesin uji fatik ini memberikan tegangan ataupun regangan yang uniform ke penampangnya. Untuk penampang yang sama mesin penguji ini harus dapat memberikan beban yang lebih besar dibandingkan mesin lentur statik dengan maksud untuk mendapatkan tegangan yang sama. 2. Bending Fatique Machines Cantilever Beam Machines dimana spesimen memiliki bagian yang mengecil baik pada lebar, tebal maupun diameternya, yang mengakibatkan bagian daerah yang diuji memiliki tegangan seragam hanya dengan pembebanan yang rendah dibandingkan lenturan fatik yang seragam dengan ukuran bagian yang sama. Gambar 2. Moore-Type Machines Moore-Type Machines dapat beroperasi sampai 10.000 rpm. Dalam seluruh pengujian, tipe lenturan hanya material yang didekat permukaan yang
  • 17. 22 mendapat tegangan maksimum. Karena itu, pada spesimen yang berdiameter kecil volume material yang diuji. 3. Torsional Fatik Testing Machines Sama dengan mesin tipe Axial hanya saja menggunakan penjepit yang sesuai jika puntiran maksimum. Gambar dibawah ini adalah “Mesin Uji Fatik akibat Torsi” yang dirancang khusus. Gambar 3. Torsional Fatik Testing Machines 4. Special Purpose Fatique Testing Machines Dirancang khusus untuk tujuan tertentu. Kadang-kadang merupakan modifikasi dari mesin penguji fatik yang suda ada. Penguji kawat adalah modifikasi dari “Rotating Beam Machines”.
  • 18. 23 5. Multiaxial Fatique Testing Machines Dirancang untuk pembebanan atau lebih dengan maksud untuk menentukan sifat logam dibawah tegangan biaxial/triaxial.