Laporan praktikum uji impak logam menjelaskan tentang pengujian ketangguhan logam dengan metode charpy dan izod. Tujuan praktikum adalah mengetahui temperatur transisi perilaku kegetasan logam dan menganalisis permukaan patahan pada berbagai temperatur.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan materi teknik yang mencakup jenis-jenis material seperti logam, keramik, polimer, dan komposit serta struktur dan ikatan atom yang membentuk material. Dibahas pula sifat-sifat mekanik material seperti kekuatan, kekerasan, dan ketangguhan yang ditentukan oleh komposisi, struktur mikro, serta hasil uji tarik dan lainnya. Diagram fasa juga dibahas sebagai
Laporan ini membahas tentang praktikum pengujian kekerasan logam yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode Rockwell B dan Rockwell C dengan perlakuan panas annealing pada baja. Hasilnya menunjukkan nilai kedalaman yang didapatkan lebih besar menggunakan metode Rockwell C karena proses pendinginan annealing yang menyebabkan baja menjadi lebih lunak. N
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)p4n71
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian cacat pada benda kerja menggunakan metode Magnetic Particle Inspection (MPI). Laporan ini menjelaskan teori dasar MPI, jenis-jenis magnet serta prosedur pengujian menggunakan metode MPI Dry Visible, MPI Wet Visible, dan MPI Wet Fluorescent.
Dokumen tersebut membahas tentang kelelahan logam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara ringkas, kelelahan logam dipengaruhi oleh jenis dan besar beban, kondisi material, proses pengerjaan, temperatur operasi, dan lingkungan. Kelelahan logam diawali dengan retak mikro dan berlanjut dengan penjalaran retakan hingga terjadi patah.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan materi teknik yang mencakup jenis-jenis material seperti logam, keramik, polimer, dan komposit serta struktur dan ikatan atom yang membentuk material. Dibahas pula sifat-sifat mekanik material seperti kekuatan, kekerasan, dan ketangguhan yang ditentukan oleh komposisi, struktur mikro, serta hasil uji tarik dan lainnya. Diagram fasa juga dibahas sebagai
Laporan ini membahas tentang praktikum pengujian kekerasan logam yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode Rockwell B dan Rockwell C dengan perlakuan panas annealing pada baja. Hasilnya menunjukkan nilai kedalaman yang didapatkan lebih besar menggunakan metode Rockwell C karena proses pendinginan annealing yang menyebabkan baja menjadi lebih lunak. N
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)p4n71
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian cacat pada benda kerja menggunakan metode Magnetic Particle Inspection (MPI). Laporan ini menjelaskan teori dasar MPI, jenis-jenis magnet serta prosedur pengujian menggunakan metode MPI Dry Visible, MPI Wet Visible, dan MPI Wet Fluorescent.
Dokumen tersebut membahas tentang kelelahan logam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara ringkas, kelelahan logam dipengaruhi oleh jenis dan besar beban, kondisi material, proses pengerjaan, temperatur operasi, dan lingkungan. Kelelahan logam diawali dengan retak mikro dan berlanjut dengan penjalaran retakan hingga terjadi patah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat mekanik material yang penting untuk perancangan mesin.
2. Sifat mekanik yang dijelaskan meliputi modulus elastisitas, batas elastis, kekuatan luluh, kekuatan tarik ultimat, dan lainnya.
3. Jenis-jenis uji sifat mekanik dijelaskan seperti uji tarik, tekan, tekuk, puntir, keras
Terima Kasih Sudah Mau Berkunjung dan Membaca Artikel Yang Kami Share ini.
Semoga Bermanfaat.
Layanan Informasi Kami.
Facebook : teacher@aprinr.id.ai
E-Mail : Hiroapriito@outlook.com
YouTube : https://www.youtube.com/channel/UCFzllPihZiwrHwyjPd6KwIw || HAI TV
Laporan ini membahas hasil uji kekerasan logam yang dilakukan di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako. Uji kekerasan dilakukan menggunakan metode Brinell dan Vickers pada spesimen baja yang dirawat dengan pemanasan dan pendinginan menggunakan solar dan minyak tanah serta spesimen standar. Hasilnya menunjukkan spesimen yang dirawat dengan solar memiliki kekerasan tertinggi.
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
Dokumen tersebut membahas tiga jenis baja karbon berdasarkan kadar karbonnya yaitu baja karbon rendah, menengah, dan tinggi. Baja karbon rendah memiliki kadar karbon hingga 0,3% dan digunakan untuk konstruksi umum. Baja karbon menengah memiliki kadar karbon 0,3-0,7% dan digunakan untuk komponen mesin. Baja karbon tinggi memiliki kadar karbon di atas 0,7% dan digunakan unt
Dokumen tersebut menjelaskan pengujian tarik yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu bahan seperti kekuatan elastis, kekakuan, dan ketangguhan dengan mengukur tegangan dan regangan pada bahan uji. Pengujian ini akan menghasilkan kurva tegangan-regangan dan nilai-nilai sifat mekanik seperti modulus elastisitas, kekuatan tarik, keuletan, dan ketangguhan.
Teks ini membahas tentang cacat kristal dan dislokasi pada bahan padat. Dijelaskan berbagai jenis cacat kristal seperti cacat titik, cacat bidang, dan cacat ruang. Dislokasi didefinisikan sebagai pergeseran atom-atom akibat tegangan mekanik yang dapat menyebabkan deformasi plastis pada logam."
Dokumen tersebut membahas tentang Ilmu Bahan Teknik. Secara umum membahas tentang pengertian ilmu bahan, klasifikasi bahan teknik, pemilihan bahan, dan sifat-sifat mekanik bahan seperti kekuatan, kekerasan, kekakuan dan elastisitas."
1. Mekanisme penguatan pada logam meliputi pengerasan regangan, penguatan larutan padat, dan penguatan presipitasi.
2. Pengerasan presipitasi melibatkan pembentukan partikel endapan halus melalui tahapan solusi, pendinginan cepat, dan penuaan untuk meningkatkan kekuatan logam.
3. Contohnya adalah paduan aluminium seri 2xxx yang diperkuat oleh endapan CuAl2 yang dihasilkan melalui proses pen
Dokumen ini merupakan laporan praktikum fisika dasar II tentang pelengkungan batang yang dilakukan oleh kelompok 4B. Laporan ini berisi latar belakang, tujuan, metodologi percobaan, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dari percobaan pelengkungan batang menggunakan batang logam dan kayu.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, penggolongan, faktor yang memengaruhi sifat, proses pembentukan (polimerisasi), kegunaan, dan dampak penggunaan polimer. Polimer adalah senyawa besar yang terbentuk dari gabungan monomer dan memiliki berbagai jenis serta kegunaan luas namun juga berdampak negatif terhadap lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat mekanik material yang penting untuk perancangan mesin.
2. Sifat mekanik yang dijelaskan meliputi modulus elastisitas, batas elastis, kekuatan luluh, kekuatan tarik ultimat, dan lainnya.
3. Jenis-jenis uji sifat mekanik dijelaskan seperti uji tarik, tekan, tekuk, puntir, keras
Terima Kasih Sudah Mau Berkunjung dan Membaca Artikel Yang Kami Share ini.
Semoga Bermanfaat.
Layanan Informasi Kami.
Facebook : teacher@aprinr.id.ai
E-Mail : Hiroapriito@outlook.com
YouTube : https://www.youtube.com/channel/UCFzllPihZiwrHwyjPd6KwIw || HAI TV
Laporan ini membahas hasil uji kekerasan logam yang dilakukan di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako. Uji kekerasan dilakukan menggunakan metode Brinell dan Vickers pada spesimen baja yang dirawat dengan pemanasan dan pendinginan menggunakan solar dan minyak tanah serta spesimen standar. Hasilnya menunjukkan spesimen yang dirawat dengan solar memiliki kekerasan tertinggi.
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
Dokumen tersebut membahas tiga jenis baja karbon berdasarkan kadar karbonnya yaitu baja karbon rendah, menengah, dan tinggi. Baja karbon rendah memiliki kadar karbon hingga 0,3% dan digunakan untuk konstruksi umum. Baja karbon menengah memiliki kadar karbon 0,3-0,7% dan digunakan untuk komponen mesin. Baja karbon tinggi memiliki kadar karbon di atas 0,7% dan digunakan unt
Dokumen tersebut menjelaskan pengujian tarik yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu bahan seperti kekuatan elastis, kekakuan, dan ketangguhan dengan mengukur tegangan dan regangan pada bahan uji. Pengujian ini akan menghasilkan kurva tegangan-regangan dan nilai-nilai sifat mekanik seperti modulus elastisitas, kekuatan tarik, keuletan, dan ketangguhan.
Teks ini membahas tentang cacat kristal dan dislokasi pada bahan padat. Dijelaskan berbagai jenis cacat kristal seperti cacat titik, cacat bidang, dan cacat ruang. Dislokasi didefinisikan sebagai pergeseran atom-atom akibat tegangan mekanik yang dapat menyebabkan deformasi plastis pada logam."
Dokumen tersebut membahas tentang Ilmu Bahan Teknik. Secara umum membahas tentang pengertian ilmu bahan, klasifikasi bahan teknik, pemilihan bahan, dan sifat-sifat mekanik bahan seperti kekuatan, kekerasan, kekakuan dan elastisitas."
1. Mekanisme penguatan pada logam meliputi pengerasan regangan, penguatan larutan padat, dan penguatan presipitasi.
2. Pengerasan presipitasi melibatkan pembentukan partikel endapan halus melalui tahapan solusi, pendinginan cepat, dan penuaan untuk meningkatkan kekuatan logam.
3. Contohnya adalah paduan aluminium seri 2xxx yang diperkuat oleh endapan CuAl2 yang dihasilkan melalui proses pen
Dokumen ini merupakan laporan praktikum fisika dasar II tentang pelengkungan batang yang dilakukan oleh kelompok 4B. Laporan ini berisi latar belakang, tujuan, metodologi percobaan, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dari percobaan pelengkungan batang menggunakan batang logam dan kayu.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, penggolongan, faktor yang memengaruhi sifat, proses pembentukan (polimerisasi), kegunaan, dan dampak penggunaan polimer. Polimer adalah senyawa besar yang terbentuk dari gabungan monomer dan memiliki berbagai jenis serta kegunaan luas namun juga berdampak negatif terhadap lingkungan.
1. Uji tarik digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan dengan memberikan beban gaya yang berlawanan arah secara linier.
2. Uji ini menghasilkan data kekuatan material seperti kekuatan tarik, kuat luluh, keuletan, dan ketangguhan.
3. Faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik antara lain kadar karbon, heat treatment, bidang slip, homogenitas, kecepatan pendinginan, dan unsur paduan.
Dokumen tersebut membahas tiga sifat utama material yaitu sifat mekanik, fisik, dan teknologi. Sifat mekanik meliputi kekuatan, kekerasan, dan kelenturan material. Sifat fisik meliputi temperatur cair dan konduktivitas panas. Sifat teknologi meliputi kemampuan material untuk dibentuk atau diproses."
Laporan ini membahas pengujian sifat mekanik logam, khususnya uji tarik dan uji kekerasan. Dilakukan pengukuran kekuatan tarik, batas luluh, dan persentase elongasi pada sampel silinder besi, aluminium, dan plat besi. Hasilnya digunakan untuk mengetahui sifat mekanis masing-masing bahan."
Teks tersebut membahas tentang pengujian tarik logam untuk mengetahui sifat-sifat mekaniknya. Pengujian tarik dapat mengungkap batas elastisitas, titik luluh, kekuatan tarik maksimum, keuletan, dan modulus elastisitas dari logam. Hasil pengujian digunakan untuk membandingkan sifat mekanik besi tuang, baja, tembaga, dan aluminium.
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Michael Kenny
Modul ini membahas pengukuran regangan menggunakan strain gauge. Terdapat tiga sistem pengujian yaitu sistem tarik, torsi, dan bending. Strain gauge ditempelkan pada benda uji untuk mendeteksi perubahan dimensi akibat beban. Hasil pengukuran dibandingkan dengan perhitungan teoritis menggunakan hukum Hooke dan persamaan regangan.
Dokumen tersebut membahas tentang bahan dan sifat-sifatnya, termasuk struktur intern, pembentukan, deformasi, dan sifat mekanik bahan. Dokumen juga menjelaskan bagaimana sifat bahan bergantung pada komposisi, struktur mikro, dan perlakuan termal, serta bagaimana sifat tersebut mempengaruhi proses pembentukan dan penggunaan bahan.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat mekanik bahan, termasuk kekerasan, keuletan dan ketangguhan. Ia menjelaskan konsep stress, strain, deformasi elastis dan plastis, serta cara mengukur sifat-sifat tersebut seperti modulus elastisitas, uji tarik, dan uji kekerasan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian mekanik yang meliputi pengujian kelelahan (fatigue test) dan pengujian kreep, serta menjelaskan alat dan prosedur yang digunakan dalam pengujian tersebut.
Dokumen tersebut membahas klasifikasi material teknik menjadi logam dan non logam. Logam dibedakan menjadi logam besi dan non besi, sedangkan material non logam terdiri dari keramik, plastik, dan komposit. Dokumen juga menjelaskan beberapa sifat mekanik material antara lain kekuatan, kekakuan, keuletan, dan kegetasan beserta definisinya.
Dokumen tersebut membahas tentang elastisitas, termasuk pengertian, contoh, rumus, dan soal uji kompetensi mengenai elastisitas. Diberikan penjelasan tentang tegangan, regangan, modulus elastisitas, serta hubungan antara ketiganya. Diakhiri dengan ucapan terima kasih.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
1. LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN LOGAM
UJI IMPAK
Disusun oleh:
Zainun Walit (201910120311214)
Muhammad Sasmito (201910120311216)
Mohammad Fariz Maulana (201910120311217)
Canggih hari yubaqi (201910120311222)
Mohammad Faqih Maulana (201910120311223)
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah logam memiliki beberapa sifat yakni sifat fisik, mekanik, teknologi, dan
kimia. Salah satu yang memiliki nilai krusial pada sebuah industri utamanya sebagai
faktor yang mendasari dalam suatu perancangan adalah sifat mekanik. Sifat mekanik
didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk membawa atau menahangaya atau
tegangan. Pada saat menahan beban, atom-atom atau struktur molekul berada dalam
kesetimbangan. Gaya ikatan pada struktur menahan setiap usaha untuk mengganggu
kesetimbangan ini, misalnya gaya luar atau beban. Sifat mekanik ini terdiri dari keuletan,
kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan.
Dengan sifat pada masing-masing material berbeda, maka banyak metode untuk
menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material dan untuk mengetahui sifat
mekanik tersebut salah metode pengujiannya adalah dengan melakukakan pengujian
impak. Metode pengujian untuk ketangguhan dapat dilakukan dengan metode charpy
atau izod. Metode yang dipilih disesuaikan dengan standar pengujian yang dipakai.
Metode charpy banyak dilakukan di Amerika Serikat, sedangkan metode izzod banyak
dilakukan di Eropa. Dengan mengetahui sifat suatu material melalui pengujian, maka
dapat meminimalisir resiko kegagalan fungsi dari produk yang diciptakan dari material
tersebut. Keuletan material dapat diketahui apabila terjadi perpatahan. Ada dua golongan
patahan yaitu patah getas danpatah ulet. Maka daripada itu, praktikum pengujian impak
ini sangat diperlukan oleh mahasiswa agar mengetahui cara melakukan pengujian
keuletan material dan mengetahui cara melakukan perhitungan tingkat keuletan material
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana temperature transisi perilaku kegetasan sebuah material
2. Bagaimana karakteristik permukaan patahan (fractografi) sampel impak yang di uji
pada berbagai temperatur
1.3 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui temperature transisi perilaku kegetasan sebuah material
2. Untuk menganalisis permukaan patahan (fractografi) sampel impak yang diuji pada
berbagai temperature
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Suatu sifat material mekanik yang muncul sebagai respon terhadap gaya
impak disebut sebagai ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri disefinisikan
sebagai ukuran besarnya penyerapan energi yang diperlukan untuk mematahkan
logam. Ketangguhan suatu material sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan keuletan
material tersebut.
Pengujian Impak merupakan pengujian yang mengukur ketahanan bahan
tersebut terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan
pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahanlahan.
Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisioperasi
material yang sering ditemui dalam perlengkapan konstruksi dantreansportasi dimana
beban tidak selamanya terjadi secara perlahanlahanmelainkan dating secara tiba-tiba,
contoh deformasi pada bumper mobil padasaat kecelakaan. Dasar pengujian impak
ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbukbenda uji sehingga benda uji mengalami deformasi
maksimum hinggamengakibatkan perpatahan. Pada pengujian impak ini banyaknya
energy yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran
ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Suatu material dikatakan tangguh
bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa mengalami retak
atau deformasi dengan mudah.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan
dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial) petunjuk yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji.
2.2 Metode Pengujian Impak
Secara umum, pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan baja yaitu
pengujian dengan metode Charpy yang banyak di gunakan di Amerika Serikat dan
Izod yang lazim digunakan di Inggris dan Eropa, mengikuti Standar ASTM E23.
1. Metoda Charpy
Metoda Charpy menggunakan batang impak biasa, biasa digunakan di Amerika
Serikat. Benda uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x
10 mm) dan mengandung takik V-45o , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman + 2 mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan
bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan
impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah padalaju
regangan yang tinggi, kira-kira 103 detik-1
4. Gambar 2.1 Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy.
2. Metode Izod
Metode izod menggunakan batang impak kontiveler. Benda uji izod lazim
digunakan di Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Benda uji izod
mempunyai 4 penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di
dekat ujung yang dijepit.
Gambar 2.2 Peletakan spesimen berdasarkan metode izod.
2.3 Mesin Uji Impak
Mesin uji impact adalah mesin uji untuk mengetahui harga impak suatu beban
yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji tersebut. tipe dan bentuk
konstruksi mesin uji bentur beraneka ragam, yaitu mulai dari jenis konvensional
sampai dengan sistemdigital yang lebih maju. Dalam pembebanan statis dapat
juga terjadi laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan. Semakin
tajam takikan, maka akan semakin besar deformasi yang terkonsentrasikan pada
takikan, yang memungkinkan peningkatan laju regangan beberapa kali lipat.
Patah getas menjadi permasalahan penting pada baja dan besi. Pengujian impact
dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V
yang mempunyai keadaan takikan 2 mm banyak dipakai. Mesin uji impact
charpydapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini
5. Gambar 2.3 Mesin Uji Charpy
Apabila pendulum dengan berat G dan pada kedudukan h1 dilepaskan,maka akan
mengayun sampai kedudukan posisi akhir 4 pada ketinggian h2 yang juga hampir
sama dengan tinggi semula (h1), dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji
yang baik, skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram meter (kg m)
pada saat pendulum mencapai kedudukan 4. Apabila batang uji dipasang pada
kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji
dan selanjutnya pendulum akan mengayun sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2.
Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap
benda uji sampai patah dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:
Keterangan :
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h1 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ = sudut posisi awal pendulum
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut:
6. Keterangan :
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h2 = jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cos β = sudut posisi akhir pendulum
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat
diketahui melalui rumus sebagai berikut :
Keterangan :
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
W1= usaha yang dilakukan (kg m)
W2= sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
Λ = jarak lengan pengayun (m)
cos λ= sudut posisi awal pendulum
cos β= sudut posisi akhir pendulum
Pengujian yang dilakukan dengan metode Charpyakan menghasilkan harga
impak yang lebih valid dibandingkan bila dilakukan dengan metode Izod, karena
energi yang diserap penyangga tidak terlalu besar sehingga tidak banyak
mempengaruhi harga impak. Praktikum ini menggunakan spesimen Charpy dengan
takikan V.Selain harga impak, pengujian ini juga dapat menentukan nilai temperatur
transisi. Temperatur transisi adalah jangkauan temperatur dimana suatu material
mengalami perubahan jenis patahan dari ulet menjadi getas. Temperatur transisi
ditentukan dengan banyak cara. Pertama FATT (Fracture Appearance Transition
Temperature), yaitu temperatur dimana permukaan patahan 50% getas dan 50% ulet.
Kedua memperhatikan nilai FTP (Fracture Transiton Plastic) dan NDT (Nil Ductile
Temperature). FTP adalah temperatur dimana suatu patahan dari ulet sempurna
menjadi getas. Sedang NDT adalah temperatur saat tidak ada lagi deformasi plastis
lagi yang terjadi sehingga suatu material langsung mengalami patah getas. Jangkauan
temperatur antara FTP dan NDT inilah yang disebut dengan temperatur transisi.
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan beban dan
menghitung energi yang diserap oleh spesimen.
7. Saat beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki enegi potensial,
kemudian saat menumbuk spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Energi
yang diserap spesimen akan menyebabkan spesimen mengalami kegagalan. Bentuk
kegagalan itu tergantung pada jenis materialnya, apakah patah getas atau patah ulet.
Dengan membuat variasi perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan
energi yang diserap oleh spesimen, lalu dibuat suatu kurva yang menghubungkan
antara temperatur dan energi yang diserapnya. Selain mendapat kurva energi yang
diserap-temperatur, dari praktikum ini juga bisa mendapat Harga Impak. Harga
Impak (HI) didapat dengan rumus
Keterangan :
HI = harga impak (joule/mm2)
E = energi impak (joule )
A = luas penampang ( mm2 )
2.4 Jenis Perpatahan Impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasiluji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis perpatahan, yaitu :
Perpatahan berserat (fibrousfracture),yang melibatkan mekanismepergeseran
bidang-bidang Kristal di dalam material / logam (logam) yang ulet (ductile).
Perpatahan granular / kristalin,yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
cleavage pada butir-butir dari material / logam (logam) yangrapuh (brittle).
Perpatahan campuran,merupakan kombinasi kedua jenis perpatahan diatas.
Informasi lain yang dapat diperoleh dari pengujian impak adalahtemperatur
transisi bahan.Temperaturtransisiadalah temperatur yangmenunjukkan transisi
perubahan jenis temperature yang berbeda-beda makaakan terlihat bahwa pada
temperature tinggi material akan bersifat ulet(ductile). Sedangkan pada temperatur
rendah material akan bersifat rapuh ataugetas (brittle). Fenomena ini berkaitan
dengan vibrasi atom-atom bahan padatemperature yang berbeda dimana pada
temperature kamar vibrasi itu beradadalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya
akan menjadi tinggi bilatemperature dinaikkan (ingatlah bahwa energy panas
merupakan suatu drivingforce terhadap pergerakkan partikelatom bahan). Vibrasi
atom inilah yangberperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan
dislokasipada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar.
8. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan disklokasi menjadirelatif sulit
sehingga dibutuhkan energy yang lebih besar untuk mematahkanbenda uji.
Sebaliknya pada temperature dibawah 0 derajat celcius, vibrasi atomrelatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasimenjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan denganenergy yang relative lebih rendah.
Informasi mengenai temperature transisimenjadi demikian penting bila suatu material
akan didesain untuk aplikasi yangmelibatkan rentang temperature yag besar,
misalnya dari temperature dibawah 0 derajat celcius hingga temperature tinggi diatas
100 derajat celcius. Contoh system penukar panas (hetaexchanger). Hamper semua
logam berkekuatanrendah dengan struktur Kristal F seperti tembaga dan alumunium
bersifat uletpada semua temperature sementara bahan dengan kekuatan luluh yang
tinggibersifat rapuh.Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan
kekuatan luluhyang rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperature
dinaikkan.Ha,pir semua baja karbon yang dipakai jembatan, kapal, jaringan pipa
dansebagainya bersifat rapuh pada temperature rendah. Gambar di bawah
inimemberikan ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan impak
beberapabahan
Gambar 2.4 Ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan impak beberapa bahan
2.5 Kegagalan Material Pada Pengujian Impak
Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak antara lain
ialah sebagai berikut:
1. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada
daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga
akan menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak
akan terjadi deformasi plastis dna menyebabkan material menjadi getas. Sehingga
tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
9. 2. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya
yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.
3. Strain rate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material
akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya
(dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah.
Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi
tidak sempat bergerak apalagi terjadi deformasi plastis,sehingga material akan
mengalami patah transgranular dengan struktur patahan ditengah-tengah atom
atau bagian bulan di batas butir karena dislokasi tidak sempat gerak ke batas butir
Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih
tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aluminium. Selain temperatur, hal lain yang mempengaruhi harga
impak suatu material adalah kadar karbonnya. Material yang memiliki kadar karbon
yang tinggi akan lebih getas. Hal ini akan mempengaruhi harga impaknya dan
temperature transisi. Material yang memiliki kadar karbon tinggi akan memiliki
temperatur transisi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan material yang
memiliki kadar karbon rendah. Temperatur transisi yang berbeda-beda ini akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Material yang memiliki
temperatur transisi rendah maka material tersebut tidak akan tehan terhadap perubahan
suhu. Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan
temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat. Gejala ini
biasa disebut transisi liat getas yang merupakan halpenting ditinjau dari penggunaan
praktis bahan. Patahan patah getas bersifat getas sempurna, yaitu tanpa adanya
deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda dengan bidang slip biasa, patah terjadi pada
bidang kristalografi spesifik pada bidang pecahan. Permukaan patah dari bidang
pecahan mempunyai kilapan yang menunjukkan pola chevron secara makrokospik pada
arah yang menuju titik permulaan patah. Berikut adalah gambar ilustrasi dari patahan
yang terjadi pada benda uji impak
Gambar 2.5 ilustrasi dari patahan yang terjadi pada benda uji impak
10. BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Model Obyek Praktikum
a = Tinggi sampel dibawah takik (mm)
b = Lebar sampel (mm)
A = Luas penampang di bawah takik = a x b (mm2
)
3.2 Peralatan dan Material
1. Impact testing machine JB-300
2. Caliper atau micrometer
3. Sampel uji impak besi fir (5 buah)
3.3 Prosedur Pengujian
1. Sebelum pengujian, mesin uji harus diperiksa apakah mesin dalam keadaan normal.
2. persiapkan sampel uji yang sudah dibentuk takiknya, sesuai dengan ukuran yang
telah diinginkan.
3. Dengan mengunakan Caliper/Mikrometer lakukan pengukuran luas area di bawah
takik dari sampel-sampel uji anda.Catatlah hasil pengukuran anda di dalam lembar
data.
4. Persiapkan sampel uji yang sudah dibentuk takiknya, sesuai dengan ukuran yang
telah diinginkan.
5. Ujilah satu demi satu sampel pada temperature ruang ±25o
C (T)
•Pastikan jarum skala berwarna merah sebagai penunjuk harga impak material
berada pada posisi nol (nilai terbesar dari pendulum yang digunakan).
•Letakkan benda uji pada tempatnya dengan takik membelakangi arah datangnya
pendulum. Pastikan benda uji tepat berada di tengah.
11. •Bila benda uji telah siap, tariklah pendulum sesuai sudut yang telah ditentukan.
•Berhati-hatilah, jangan berdiri pada garis ayunan gaya pendulum. Bersiaplah
melakukan pengujian pada posisi disamping alat uji.
•Lepaskan pendulum sehingga pendulum berayun dan menumbuk benda uji.
•Lakukan pengereman dengan menarik tuas rem sehingga ayunan pendulum dapat
dikurangi.
•Bacalah nilai energi yang diserap yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala
yang sesuai (300 Joule). Kemudian data dicatat pada lembar kerja. Hitung harga
impakmaterial dengan rumus dasar.
•Ambil benda uji dan amatilah permukaan patahannya di bawah stereoscan
macroscope. Buat sketsa patahannya di dalam lembar data anda. Ukurlah luas
area getas dan uletdari masing-masing sampel uji. Nyatakan dalam presentase
terhadap luas area total di bawah takik.
•Ulangi pengujian ntuk sampel-sampel lain. Tingkat kehati-hatian lebih tinggi
diperlukan
3.4 Data Pengujian
No. T (C) a (mm) b (mm2) A (mm2) E (Joule) HI (Joule/mm2)
1 25 3.1 7.8 24.18 28 1.15
2 25 3 7.8 23.4 38 1.62
3 25 3 7.8 23.4 40 1.7
4 25 3.1 7.8 24.18 42 1.73
5 25 3.1 7.8 24.18 49 2.02
Total 15.3 39 120.58 197 8.22
Rata-rata 3.06 7.8 24.116 39.4 1.644
3.5 Bentuk Patahan
1 2 3 4 5
Getas Getas Getas Getas Getas
12. BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data
No
T
(oC)
a
(mm)
b
(mm)
A
(mm2)
E
(Joule)
HI
(Joule/mm2)
(HI-HIavg) (HI-HIavg)2
1 ±25 3.1 7.8 24.18 28 1.15 -0.144 0.020736
2 ±25 3 7.8 23.4 38 1.62
-0.024 0.000576
3 ±25 3 7.8 23.4 40 1.7 0.056 0.003136
4 ±25 3.1 7.8 24.18 42 1.73 0.086 0.007396
5 ±25 3.1 7.8 24.18 49 2.02
0.376
0.141376
Total 15.3 39 120.58 197 8.22
0.35
0.17322
Rata-rata 3.06 7.8 24.116 39.4 1.644 0.07 0.034644
4.1.1 Luas penampang(A)
1. A = a x b = 3.1 x 7.8 = 24.18 mm2
2. A = a x b = 3 x 7.8 = 23.4 mm2
3. A = a x b = 3 x 7.8 = 23.4 mm2
4. A = a x b = 3.1 x 7.8 = 24.18 mm2
5. A = a x b = 3.1 x 7.8 = 24.18 mm2
13. 4.1.2 Harga impact (HI)
1. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 28/24.18 = 1.15 Joule/mm2
2. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 38/23.4 = 1.62 Joule/mm2
3. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 40/23.4 = 1.7 Joule/mm2
4. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 42/24.18 = 1.73 Joule/mm2
5. 𝐻𝐼 = 𝐸/𝐴 = 49/24.18 = 2.02 Joule/mm2
4.1.3 Harga Rata-Rata Impact (HIavg)
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 = ∑𝐻𝐼 / 𝑛 = 8.22 / 5 = 1.644
4.1.4 Standart Deviasi (SD)
𝑆𝐷 = √∑(HI − 𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔)2
/ 𝑛 = √0.17322 / 5 = 0.186128
4.1.5 Kegagalan Relatif (KR)
𝐾𝑅 = 𝑆𝐷 × 100% = 0.186128 × 100% = 11.321 %
𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 1.644
4.1.6 Keseksamaan (K)
𝐾 = 100% − 𝐾𝑅 = 100% − 11.321 % = 88.679 %
4.1.7 Hasil Pengukuran (HP)
𝐻𝑃 = 𝐻𝐼𝑎𝑣𝑔 ± 𝑆𝐷𝑎𝑣𝑔 = 1.644 ± 0.186128
4.2 Pembahasan
Berdasarkan teori diketahui bahwa hubungan antara Harga Impact (HI) dengan luas
penampang (A) adalah berbanding terbalik dimana semakin besar luas permukaan benda
uji maka harga impact atau energy yang diserap akan semakin kecil. Dapat diamati
bahwa pada data grafik di atas dimana tidak menunjukkan hasil yang sesuai teori yang
telah ada, sehingga kami menyimpulkan bahwa banyak terjadi kesalahan pada praktikum
ini.
14. BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, mampu ditarik kesimpulan bahwa bahwa hubungan
antara Harga Impact (HI) dengan luas penampang (A) adalah berbanding terbalik dimana
semakin besar luas permukaan benda uji maka harga impact atau energy yang diserap
akan semakin kecil
5.2 Saran 1.
1.Kepada petugas laboratorium supaya lebih menjelaskan tujuan dari praktikum, supaya
mahasiswa bisa lebih paham lagi dan tentang apa yang dilakukan selama praktikum
berlangsung.
2.Peralatan yang digunakan praktikum seharusnya dilakukan pembaruan maupun
perawatan secara berkala dengan baik dan benar, sehingga mampu menghasilkan data
yang valid.
15. Daftar Pustaka
Modul Praktikum Destructive Test. 2011. Depok : Laboratorium Metalografi dan HST
Departemen Metalurgi dan Material FTUI.
Callister, William D. 2007.Materials Science and Engineering:an Introduction.New
York: John Wiley & Sons, Inc
Dieter George E, University Of Maryland, 1987, ” Metalurgi mekanik ”, Halaman
91-117, Edisi ketiga, Jilid 1, Jakarta, Erlangga, 1042.
Lakhtin, Y., (1968), “ Engineering Physical Metallurgy “, MIR Published, Moscow.
Tim laboratorium metalurgi. 2012. ”Buku panduan praktikum Laboratorium
Metalurgi II”
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon
http://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujian-impak-dan- fenomena-
perpatahan/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2022
Ismail, 2012. “Rancang Bangun Mesin Uji Impak Charpy”.
http://eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf . Diakses pada
tanggal 26 Juni 2022.
Ramdaniawati, D.2012. “Laporan Praktikum Praktikum Pengujian Material”.
https://docplayer.info/55387865-Laporan-praktikum-praktikum-pengujian-
material-modul-3-pengujian-impak-deliana-ramdaniawati-kelompok- 7.html .
Diakses pada tanggal 26 Juni 2022.