SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA,
2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit
kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikro-
vaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang
kompleks disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan membrane
electron (Nasrul Effendi,1998). Diabetes mellitus seperti juga penyakit
degeneratif lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi
pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui
komplikasi-komplikasi (Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1987).
Gangguan kesehatan akibat komplikasi Diabetes Mellitus dapat berupa
gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh
darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering
muncul adalah perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008).
Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya
luka. Luka yang tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus
gangrene (Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan
berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Luka gangrene yang telah meluas
akan dilakukan amputasi (pemotongan jari kaki) untuk mencegah infeksi luka
menyebar ke bagian yang lain.
2
Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah, debridemen
(membuang jaringan yang rusak), pemberian antibiotik, dan obat-obat
vaskularisasi serta amputasi. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik
mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko
amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Komplikasi
kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat inap pasien
dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan
Inggris (Yunizone, 2008).
Kejadian kaki diabetik disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah dari
pasien diabetes. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan masalah pada
kaki pasien diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah
kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah membuat pasien
diabetes akan kehilangan sensasi sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.
Luka pada kaki dapat berkembang menjadi buruk karena pasien diabetes tidak
menyadari adanya luka tersebut. Kehilangan sensasi rasa pada pasien diabetes
disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry,
2007).
Neuropati diabetik terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Gejala yang
umum terjadi adalah rasa kebas dan kelemahan pada kaki dan tangan. Masalah
kedua adalah adanya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan
ketidakadekuatan sirkulasi darah ke kaki dan tangan. Sirkulasi darah perifer yang
buruk akan menyebabkan luka dan infeksi sulit untuk sembuh. Pasien diabetes
yang merokok akan semakin memperparah sirkulasi darah karena viskositas darah
meningkat sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian
ekstremitas tubuh. Luka akan sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang
diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry,
2007).
3
Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan
dalam perawatan luka diabetes mellitus (Suriadi, 2004). Berbagai penelitian
ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti
kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman
(Dixon, 2003). Madu memiliki sifat anti bakteri yang membantu mengatasi
infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan (Hamad,
2008). Pembalutan luka gangrene diabetic dengan madu alami akan mengurangi
infeksi, antibakteri, antiinflamasi, merangsang repon imun terhadap luka diabetes.
Pada pasien dengan DFU (Diabetic Foot Ulcus) perlu dilakukan 2 kali dressing,
dressing yang pertama dilakukan dengan normal saline, hidrogen peroksida dan
solusi pyodine dengan mengangkat jaringan nekrotik. Sedangkan pada dressing
kedua dilakukan pembalutan steril dengan madu alami yang ditempatkan di atas
luka. Kemudian seluruh kaki itu dibalut dengan kassa steril dan perban untuk
mencegah luka terkontaminasi. Penggantian balutan dilakukan setiap 24 jam, 48
jam dan 2 kali dalam seminggu tergantung pada perkembangan luka. Pada
beberapa penelitian, penggunaan pembalutan madu alami terbukti dapat
meningkatkan status vaskuler, kebersihan luka, mengurangi bau dan nyeri, serta
meningkatkan perubahan warna dasar luka yang mengarah pada kesembuhan.
Diharapkan penggunaan pembalutan madu alami dapat menjadi salah satu
pilihan dalam pengobatan pada pasien yang mengalami luka kaki diabetes karena
bahan yang digunakan merupakan bahan alami sehingga efek samping dapat
diminimalisir.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa penyakit diabetes,
komplikasi luka gangren diabetik dan terapi yang digunakan dalam menangani
luka gangren diabetik
4
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
klien diabetes dengan komplikasi luka gangren diabetik
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus
2. Mengetahui komplikasi luka gangren diabetik
3. Mengetahui dan menganalisa terapi perawatan luka gangren diabetik
4. Mengetahui penggunaan pembalutan madu alami sebagai salah satu
alternative terapi perawatan luka gangren diabetik
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI PENYAKIT
2.1 Definisi
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999).
Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu
sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya
sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis
dari insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pasien diabetes
mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap insulin atau penurunan
produksi insulin oleh pankreas. Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes yang
dapat mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Penyakit diabetes menyebabkan
juga penyakit makrovaskuler (penyakit ginjal dan mata) dan mikrovaskuler yang
mencakup infark miokard dan stroke (Smeltzer, 2000).
2.2 Epidemiologi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12
juta orang. Tujuh juta dari 12 juta orang tersebut telah terdiagnosis, selebihnya belum
terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru
didiagnosis setiap tahunnya (Healthy People 2000, 1990). Sebagian besar penderita
diabetes berusia lebih dari 65 tahun, dengan proporsi diabetes tipe II sebanyak 8,6%.
Di Amerika Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika
memiliki angka insidens diabetes yang lebih tinggi daripada penduduk kulit putih. Di
Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan dan amputasi.
6
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang menyebabkan komplikasi yang cukup
serius dan berakibat pada kematian. Komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes
berkontribusi terhadap angka rawat inap sehingga biaya medis yang dikeluarkan akan
meningkat pula. (Smeltzer, 2000).
Pada pasien diabetes, salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah neuropati
diabetic yang terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Beberapa penelitian di
Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penyandang
diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-
30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat
dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik (Monalisa, 2004). Studi epidemiologi
melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes
khususnya diakibatkan oleh gangren diseluruh dunia.
2.3 Etiologi
Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi, diabetes mellitus tipe I, diabetes
mellitus tipe II, diabetes gestasional dan diabetes dengan tipe spesifik lain.
Diabetes tipe I adalah disebabkan sel beta pankreas yang dirosakkan secara
permanen akibat proses autoimun. Diabetes mellitus tipe II mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi dan merupakan akibat dari resistensi insulin.
Diabetes gestasional pula merupakan diabetes yang didapat sewaktu hamil dan
yang terakhir adalah diabetes dengan tipe spesifik yang lain. Diabetes ini terjadi
akibat sekunder dari penyakit-penyakit lain, contohnya sindrom Cushing’s,
pankreatitis dan akromegali (NIH, 2008).
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
7
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II
disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor
risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
2.4 Tanda dan gejala
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
a. Keluhan TRIAS yaitu banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat
badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus adalah poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan
menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, dan dapat timbul luka
8
2.5 Patofisiologi
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan
makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur
karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
9
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).
Pada pasien diabetes, terjadi suatu kondisi hiperglikemia atau peningkatan
kadar glukosa. Akibat dari hiperglikemia akan menimbulkan peningkatan
viskositas darah. Pada saat pasien diabetes mengalami luka, maka luka tidak akan
cepat sembuh karena sirkulasi darah tidak lancar akibat peningkatan viskositas
darah. Selain itu, resistensi vaskuler yang meningkat akibat aterosklerosis yang
berasal dari gangguan metabolisme pada pasien diabetes juga akan memberikan
dampak pada kesembuhan luka. Ditambah pula dengan komplikasi neuropati atau
kerusakan saraf perifer akan membuat pasien menjadi lebih rentan untuk
mengalami luka karena pasien kehilangan sensasi panas, dingin dan sebagainya.
Pada pasien diabetes yang mengalami luka, bila tidak dirawat dengan baik akan
berkembang menjadi gangrene dan berakibat pada kejadian amputasi. Bagian
tubuh yang paling sering mengalami luka adalah kaki dan tangan.
DM Tipe I DM Tipe II
Idiopatik, usia, genetik, dllReaksi Autoimun
sel β pancreas hancur Jmh sel β pancreas menurun
Defisiensi insulin
10
2.6 Komplikasi dan Prognosis
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a) Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
Hiperglikemia Lipolisis meningkatKatabolisme protein meningkat
Penurunan BB polipagi
Glukoneogenesis
meningkat
Gliserol asam lemak
bebas meningkat
Glukosuria
KetogenesisKehilangan elektrolit urineDiuresis Osmotik
Kehilangan cairan hipotonik
ketoasidosisHiperosmolaritasPolidipsi ketonuria
coma
11
b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a. Grade 0 : tidak ada luka
b. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d. Grade III : terjadi abses
e. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
f. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal
Sekitar 60 % pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti
orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan
kemungkinan untuk meninggal lebih cepat (Mansjoer, 2000)
2.7 Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
a. Obat Hipoglikemik Oral
1. Golongan sulfonilurea/ sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel – sel beta pankreas.
12
2. Golongan biguanad/metformin
Obat ini mempunyai efek memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan
(glukosa perifer )
3. Golongan inhibitor alfa glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100 UI/ml
injeksi) Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara dratis.
2. Jenis insulin
a. insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin cristalin zink, dan
semilente
b. insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c. insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
1. Diet
Mengurangi makanan yang berlemak, menghindari makanan manis dan
perbanyak konsumsi serat. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan.
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
13
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi,
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya.
14
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat
badan. Bagi penderita DM melakukan ohlaraga dengan teratur tetapi jangan
melakukan olahraga yang terlalu berat. Latihan
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
15
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-
macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
16
2.9 Pathway
Rasa Haus meningkatGangguan Pola Eliminasi
Osmotik diuresisPoliuri
Kerusakan integritas kulit
Diuresis
Luka tidak sembuh
Volume urine meningkat
Terdapat lukaOsmolaritas urine meningkat
Resiko Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Suplai O2 kejaringan
menurun
Glukosuria
Nutrisi Tidak masuk ke sel
Peningkatan kadar gula
darah
Polifagi
Hiperglikemia
Transport glukosa ke sel
menurun
Peningkatan Glukogenesis
Diabetes Melitus
DEFISIENSI INSULIN
Viskositas
darah >>>
17
BAB 3
INTERVENSI YANG DISARANKAN
3.1 PICOT FRAME WORK
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berbagai macam komplikasi
akibat penyakit Diabetes mellitus antara lain ulkus, gangren. Gangren adalah
proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis,
namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar
di tungkai.
Pada pasien Diabetes Mellitus, luka atau jaringan tubuh yang rusak akan lebih
sulit sembuh karena ketidakseimbangan fungsi organ tubuhnya, yaitu
vaskularisasi (gangguan saraf tepi) dan sistem peredaran darah. Luka di tubuh
pasien menjadi membusuk karena tidak mendapatkan asupan darah yang cukup.
Tekhnik perawatan luka diabetik dengan menggunakan madu telah banyak
digunakan diberbagai Negara. Penggunaan madu dalam dunia medis adalah
sebagai antibakteri karena dengan madu memiliki tekanan osmotik yang tinggi,
madu memiliki effect terhadap Hydrogen Peroxide, dan madu memiliki Ph antara
3.2-4.5 yang dapat mencegah per-tumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan
infeksi. Selain itu madu memiliki osmolaritas yang tinggi, kadar glukosa yang
tinggi dan beberapa komponen organik lain, kandungan madu juga memiliki
komposisi yang sesuai dengan zat yang dibutuhkan oleh manusia sehingga madu
tidak dianggap sebagai benda asing. Dengan kandungan tersebut madu memiliki
kemampuan untuk membersihkan luka, menyerap cairan edema, memicu
granulasi jaringan, epitelialisasi dan peningkatan nutrisi. Oleh karena itu
18
kelompok bermaksud untuk melakukan literatur view terhadap penggunaan madu
apakah terdapat pengaruh perawatan luka dengan penggunaan madu terhadap
penyembuhan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus.
3.2 Sumber Literatur
Kami mendapatkan literatur dari web yang berjudul Pengaruh Perawatan
Luka dengan Penggunaan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Diabetik pada
Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Ulin Banjarmasin oleh penulis jurnal
Hammad. Dan jurnal pendukung lain yang berjudul Efek Hepatoprotektif Dan
Hepatoregeneratif Madu Sari Paliasa Yang Dihasilkan Oleh Apis Mellifera L.
Terhadap Kerusakan Hati Tikus Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida Kajian
Mekanisme Kerja Madu Sari Paliasa Terhadap Perbaikan Fungsi Hati oleh
Aliyah , Using honey in wound care oleh P. C. Molan, A brief review of the use of
honey as a clinical dressing oleh P. C. Molan, Pengaruh Frekuensi Perawatan
Luka Bakar Derajat II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama
Penyembuhan Luka oleh Dina Dewi SLI, Sanarto, Barotut taqiyah, Management
Of Diabetic Foot By Natural Honey oleh J Ayub Med Coll Abbottabad, The Effect
of Honey on Granulating Tissue of The Mandibular Bone oleh Anastasia Dessy
Harsono dan Gentur Sudjatmiko
Literature didapat dengan cara melakukan searching di internet menggunakan
kata kunci luka diabetes, perawatan luka dengan madu, lama penyembuhan luka,
dan frekuensi penyembuhan luka. Dari beberapa kata kunci tersebut kemudian
dilakukan akses ke beberapa situs terkait sehingga diperoleh beberapa penelitian
terkait penggunaan terapi tersebut. Beberapa alamat dari literature yang kami
temukan adalah sebagai berikut :
a. http://ajcn.nutrition.org/content/20/11/1158.full.pdf+html,
b. http://www.aann.org/pdf/cpg/aannaneurysmalsah.pdf,
c. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/171092130_0854-1159.pdf,
19
d. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21171/1/ruf-nov2007-
2%20(2).pdf,
e. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/628/648
_umm_scientific_journal.pdf,
f. http://alulum.baak.web.id/files/1.%20hamad%20juli%202009.pdf,
g. ftp://www.hitl.washington.edu/pub/publications/r-2006-39/r-2006-39.pdf,
h. http://phytopharmacology.inforesights.com/files/pp3v1i17.pdf,
i. http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/handle/10289/2030/Mola
n%20%20sing%20honey%20in%20wound%20care.pdf?sequence=1,
j. http://www.aiuc.it/upload/documenti/7/47/POG_FINAL_JWCpubl.pdf,
k. http://www.woundsinternational.com/pdf/content_87.pdf,
l. http://www.klinion.nl/files/files/Brief%20review%20of%20the%20use%2
0&%20evidene%20for%20honey%20promoting%20wound%20healing.p
df?phpMyAdmin=e45916cab4b966193627d0ad8837577,
m. http://www.bioline.org.br/pdf?sr06036,
n. http://www.ahrq.gov/about/nursing/palliative.pdf,
o. http://www.acadjourn.org/JMPR/PDF/pdf2008/Jan/Odimegwu%20et%20
al.pdf, http://www.wounds-uk.com/pdf/content_9537.pdf,,,,
p. http://www.formatex.info/microbiology3/book/14-22.pdf,
q. http://www.woundsuk.com/pdf/content_9192.pdf,
r. http://www.jbclinpharm.com/Volume2Issue4Articles/PDF/JBCP_V2_I4_
Pr_61.pdf,
s. http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file/CD003861_revise
d.pdf,
t. http://www.myrenasys.com/downloads/NPWT_Clinical_Evidence_Chart.
pdf,
u. http://www.mylightwave.com/docs/HighBeam%20Research%20Lowlevel
%20laser%20therapy%20for%20diabetic%20foot%20wound%20healing.
_Wound%20care_.pdf,
20
v. http://ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/21-1/Makhdoom.pdf,
http://63.241.4.68/files/pdfs/publications/JWC_15_8_Teot.pdf,
https://www.walsallhealthcare.nhs.uk/media/91855/enc%2011%20%20wo
und%20management%20policy%20final.pdf
Literature yang diperoleh merupakan hasil penelitian terkini (5 tahun terakhir)
dan beberapa penelitian juga membahas terkait keefektifan perawatan luka
diabetes dengan terapi lain. Sehingga dapat dibuat perbandingan tingkat
keefektifan terapi madu dengan terapi komplementer lainnya terhadap
penyembuhan luka diabetes.
3.3 Teori dan Konsep Intervensi
3.3.1 Definisi
Pengaruh terapi madu untuk kesembuhan luka diabetes merupakan terapi terapi
komplementer dalam keperawatan luka. Di Indonesia, terdapat peraturan terapi
koplementer yang berlaku seperti pengobatan komplementer alternative berdasarkan
Permenkes RI, nomor: 1109/menkes/per/2007 sebagai berikut:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): hipnoterapi,
mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
2. System pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi, dan ayurveda.
Madu telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan
India) mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan merekomendasikan
penggunaannya sebagai pengobatan. Papyrus bahasa dari mesir kuno menyebutkan
pengobatan luka bakar menggunakan madu. Tentara Rusia dan tentara Cina juga
menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu telah
digunakan untuk Mengobati luka bakar dan ulkus untuk mengurangi dan
mempercepat penyembuhan luka. Dalam sebuah penelitian di India disebutkan bahwa
madu memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka bakar
derajat II dibandingkan cara konvensional atau terapi lainnya.
21
3.3.2 Mekanisme
Madu banyak mengandung glukosa, fruktosa, air, asam amino, vitamin biotin,
asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik, proksidin, tiamin, kalsium, zat besi,
magnesium, fosfor, dan kalium. Madu juga mangandung zat antioksidan dan H2O2.
Madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topical pada luka melalui peningkatan
jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan (Aljady et
al., 2000). Selain itu menurut Lusby (2006) madu juga dapat meningkatkan waktu
kontraksi pada luka. Madu juga merangsang pertumbuhan jaringan baru sehinga
selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka
pada kulit. Madu memiliki efek osmotic dengan tingginya kadar gula dalam madu
terutama fruktosa, dan kadar air yang sangat sedikit menyebabkan madu memiliki
efek osmotik yang tinggi. Dengan adanya efek tersebut memungkinkan
mikroorganisme yang ada dalam tubuh sukar tumbuh dan berkembang. Madu
memiliki kadar asam yang tingi dengan pH sekita antara 3.2-4.5 (sangat asam).
Dengan adanya kadar asam yang tingi inilah mikroorganisme yang tidak tahan asam
(seperti kuman TBC) akan mati. Madu mampu mengabsorbsi pus atau nanah atau
luka, sehingga secara tidak langsung madu akan membersihkan luka tersebut. Madu
menimbulkan efek analgetik (penghilang nyeri), mengurangi iritasi, dan dapat
mengeliminasi bau yang menyengat pada luka. Madu juga berfungsi sebagai
antioksidan karena adanya vitamin C yang banyak terkandung pada madu. Secara
tidak langsung madu mengeliminasi zat radikal bebas yang ada pada tubuh kita
(Abdillah, 2008).
3.3.3 Indikasi dan kontraindikasi
3.3.3.1 Indikasi
Menurut hasil penelitian beberapa jurnal indikasi penggunaan terapi madu
yaitu pada luka diabetes (gangren), luka yang mengalami nekrosis, luka dengan
kondisi kering yang membutuhkan kelembapan dalam proses penyembuhannya, luka
22
yang belum mendapat terapi pengobatan misalnya antibiotic, dan luka dengan bau
tidak sedap.
3.3.3.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi dari terapi madu pada luka yaitu jenis luka yang telah
mengalami kerusakan sampai pada saraf sehingga berpotensi untuk di amputasi.
Selain itu, kontraindikasi dari terapi madu adalah pasien yang mengalami inflamasi
dan nyeri akut, pada luka dengan kondisi balutan tidak dapat diganti dalam waktu
tertentu (Anonim, 2006).
3.3.4 Efek samping
Madu dengan cepat dapat membersihkan infeksi dari luka. Kemampuan madu
sangat efektif bahkan untuk strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu
tidak memiliki sifat seperti antiseptik atau antibiotik, sehingga madu tidak
menyebabkan kerusakan pada proses penyembuhan luka melalui efek samping
(Johnson, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu dalam perawatan
luka tidak memiliki efek samping apapun.
3.3.5 Efektivitas dan kemanan penggunaan
Pengkajian luka gangren meliputi beberapa factor yaitu warna dasar luka,
kebersihan luka, ada tidaknya nyeri pada luka, bau luka (pus di luka) dan keadaan
vaskulerisasi. Keefektifan penggunaan madu pada perawatan luka gangrene telah
banyak dibuktikan melalui beberapa penelitian baik di dalam maupun luar negeri.
Dari berbagai penelitian rata-rata penggunaan madu untuk perawatan luka gangren
memberikan hasil yang lebih baik pada semua faktor pengkajian tersebut daripada
dressing luka yang sudah umum dipakai. Begitu juga pada proses granulasi,
epitelisasi dan pencegahan infeksinya.
23
Beberapa pasien dengan gangrene berwarna dasar merah dan kuning dirawat
dengan madu menunjukkan peningkatan yang baik. Setelah dilakukan perawatan luka
gangrene dengan penggunaan madu ditemukan peningkatan dari warna dasar luka
merah menjadi 66.67% dari angka awal hanya 20%, warna dasar kuning berkurang
yaitu menjadi 26.66% dari angka awal 73.33%. Dari segi ada tidaknya pus pada luka,
luka gangrene yang dirawat dengan madu, 53.33% dari pasien tersebut lukanya bersih
dari pus, dan 33.33% pasien berkurang pusnya. Ada tidaknya pus ini juga
menentukan timbulnya bau pada luka gangrene, luka tanpa pus tidak berbau atau
baunya berkurang.
Nyeri yang timbul pada luka gangrene turut menjadi factor pengkajian kondisi
luka pada pasien diabetes, 60% dari pasien yang lukanya diobati dengan madu
menunjukkan hilangnya tanda-tanda nyeri. 80% pasien yang belum mendapat
intervensi perawatan luka dengan madu tidak ada ditemukan status vaskulernya, hal
ini menurun menjadi 50% setelah dilakukan perawatan dengna madu pada lukanya.
Madu juga memiliki efek antibakteri pada konsentrasi 1.8-11% dan pada konsentrasi
1-4% bisa menghambat strain MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus),
dari efek antibakteri tersebut setelah 3-6 hari luka infeksius yang dirawat dengan
madu menjadi steril kembali. Jaringan nekrotik pada luka gangrene secara cepat
menjadi lunak dan terpisah dari jaringan epitel sehingga lebih mudah diangkat dengan
debridement minimal.
Dalam sebuah penelitian membandingkan luka yang dirawat dengan madu
dan dengan luka yang dirawat dengan silver sulfadiazine. Dari penelitian tersebut
terbukti bahwa madu memberi hasil 114% lebih baik dalam proses epitelisasi dan
69% granulasi. Dengan proses penyembuhan yang lebih cepat, dan efek samping
yang minimal dari penggunaan madu dapat disimpulkan penggunaan madu untuk
perawatan luka gangrene cukup efektif dan aman dilakukan di rumah sakit. Melalui
kadar airnya yang rendah dan sifat hygrokopisnya madu mampu menyerap cairan
dalam bakteri, jamur dan mikroorganisme lain sehingga mereka tidak dapat tumbuh.
24
Ketika madu bercampur dengan cairan tubuh, enzym glucose oxidase yang
terkandung didalamnya akan aktif dan menghasilkan Hydrogen Peroxide. Hydrogen
peroksida ini sangat efektif berperan sebagai antiseptic dan anti-inflamatory. Luka
yang diolesi dengan madu dapat menyerap air pada luka disebabkan adanya
kemampuan osmosis yang tinggi dari madu sehingga madu yang sebelumnya kental
menjadi encer, memiliki efek terhadap hidrogen perioksida, mengabsorbsi pus
(nanah) sehingga dapat mem-bersihkan luka. Karena bau pada luka tersebut
disebabkan karena adanya pus sehingga apabila pus itu terabsorbsi maka pus akan
berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang atau hilang..
Madu mempunyai komposisi yang unsur-unsur penting dan istimewa di
dalamnya sehingga, tubuh hanya perlu mensekresi kurang dari 1/200 bagian dari
madu yang dikonsumsi. Berdasarkan National Honey Board (USA) madu
mengandung air (17.1%), fruktosa (38.5%), glukosa (31%), sukrosa (1.5%), altosa
dan gula peredoksi (7.2%), trisakarida dan karbohidrat (4.2%), serta sedikit vitamin,
mineral, dan asam amino. Karena komposisi inilah madu digologkan sebagai salah
satu bahan teraman dan baik untuk kesehatan.
3.4 Implikasi dan Rekomendasi intervensi
Penggunaan madu pada luka gangrene sela perawatan luka telah menunjukkan
manfaat yang signifikan dan efek samping yang minimal. Dalam penggunaannya
madu tersebut disesuaikan konsentrasinya agar proses penyembuhan luka maksimal
dan tanpa efek samping. Penggunaan madu langsung pada luka mungkin
menimbulkan rasa lembab yang oleh sebagian orang dikhawatirkan akan membantu
perkembangbiakan bakteri dan mikroorganisme penyebab infeksi pada luka, akan
tetapi dari penelitian telah dibuktikan bahwa kandungan madu mempunyai manfaat
menekan pertumbuhan bakteri walau kondisi luka lembab oleh madu.
Perawat yang melakukan intervensi perawatan luka tetap harus
memperhatikan factor psikologis pasien agar selama perawatan, pasien merasa
25
tenang. Berikut intervensi-intervensi tambahan bagi pasien diabetes dengan luka
gangren dan mendapat intervensi perawatan luka dengan madu.
 Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko
Rasional : meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi dan
infeksi serta mengurangi kekhawatiran pasien
 Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat perawatan
luka
Rasional : mengurangi nyeri pada luka
 Jelaskan pada pasien rasional penggunaan madu dan efek sampingnya
pada kondisi luka pasien
Rasional : mengurangi ansietas pasien
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi pembalutan luka dengan madu alami pada pasien dengan luka
gangrene diabetes merupakan suatu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan
penyembuhan jaringan yang mengalami luka akibat komplikasi ulkus diabetes.
Pembalutan luka dengan menggunakan madu alami berfungsi sebagai antibakteri,
antiinflamasi, antifungi, antiseptik, dapat menurunkan nyeri, dapat mempercepat
penyembuhan pada jaringan luka. Efek samping pada penggunaan madu sangat
minimal bahkan menurut beberapa penelitian penggunaan madu dalam perawatan
luka tidak menimbulkan efek samping apapun. Selain melakukan perawatan yang
benar pada luka gangren diabetik, perlu juga pasien dianjurkan untuk mengatur diet
makanannya karena diet yang tepat akan dapat mengontrol kadar gula darah. Kadar
gula darah yang baik akan membuat sirkulasi darah menjadi lancar pula, dan luka
akan cepat sembuh.
4.2 Saran
Dalam perawatan luka gangren diabetik, perawat perlu memperhatikan
kesterilan. Karena luka gangren diabetik mudah sekali mengalami infeksi. Perawat
perlu lebih sering mempraktekkan perawatan luka dengan madu alami karena khasiat
madu tersebut sangat efektif terhadap penyembuhan luka. Perawat perlu untuk
melakukan riset perkembangan mengenai manfaat lain dari madu. Jadi, madu tidak
hanya digunakan untuk perawatan luka saja. Bagi mahasiswa perlu kiranya untuk
membuat penelitian mengenai penggunaan madu dalam perawatan luka, tidak hanya
untuk luka diabetes tetapi dapat digunkan untuk luka bakar atau luka jenis
27
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Nasrul.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :
EGC
http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-magazine-outlines-evidence.html
diakses tanggal 28 Oktober 2012
http://www.sdearthtimes.com/et0100/et0100s17.html diakses tanggal 28 Oktober
2012
Ikram, Ainal.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.Jakarta: Media
Aesculapius
Price A. S, Wilson M. Lorraine. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sjaifullah,Noer H. M,.1999.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Hall and Guyton.1997.Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare.2000.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.Jakarta : EGC
Soegondo, Sidartawan.dkk.2007.Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.Jakarta
: Balai Penerbit FKUI
Tjokronegoro,Arjatmo.2002.Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Cet.2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tomlinson, David.2002.Neurobiology of Diabetic Neuropathy.USA : Elsevier
Science
28
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot (20)

Luka kotor dan bakar (Mikroteaching)
Luka kotor dan bakar (Mikroteaching)Luka kotor dan bakar (Mikroteaching)
Luka kotor dan bakar (Mikroteaching)
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Melakukan test rumple leed
Melakukan test rumple leedMelakukan test rumple leed
Melakukan test rumple leed
 
Askep oksigenasi
Askep oksigenasiAskep oksigenasi
Askep oksigenasi
 
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
 
Resume pasien ny. j
Resume pasien ny. jResume pasien ny. j
Resume pasien ny. j
 
Askep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritisAskep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritis
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
HIPERTENSI
HIPERTENSIHIPERTENSI
HIPERTENSI
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 

Viewers also liked

Chapter iii vi
Chapter iii viChapter iii vi
Chapter iii vimalay87
 
275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetiktaufiq andrian
 
ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE Ns. Lutfi
 
Penanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotorPenanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotorSulistia Rini
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluannervaeria
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Operator Warnet Vast Raha
 
buku-saku-klinis-kardiovaskular
 buku-saku-klinis-kardiovaskular buku-saku-klinis-kardiovaskular
buku-saku-klinis-kardiovaskularLaisa Azkaparobi
 
Penanganan pasien di igd
Penanganan pasien di igdPenanganan pasien di igd
Penanganan pasien di igdJeng Hettie
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Robertus Arian Datusanantyo
 
Acute coronary syndrome
Acute coronary syndromeAcute coronary syndrome
Acute coronary syndromeDolly Jazmi
 

Viewers also liked (20)

Chapter iii vi
Chapter iii viChapter iii vi
Chapter iii vi
 
275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik275330822 polineuropati-diabetik
275330822 polineuropati-diabetik
 
Identifikasi jurnal
Identifikasi jurnalIdentifikasi jurnal
Identifikasi jurnal
 
Pengkajian perawatan anak difteri
Pengkajian  perawatan anak difteriPengkajian  perawatan anak difteri
Pengkajian perawatan anak difteri
 
Askep app n kdm
Askep app n kdmAskep app n kdm
Askep app n kdm
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 
Ca mulut
Ca mulutCa mulut
Ca mulut
 
Pjk
PjkPjk
Pjk
 
ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE
 
Penanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotorPenanganan luka bakar dan luka kotor
Penanganan luka bakar dan luka kotor
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
 
buku-saku-klinis-kardiovaskular
 buku-saku-klinis-kardiovaskular buku-saku-klinis-kardiovaskular
buku-saku-klinis-kardiovaskular
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
Penanganan pasien di igd
Penanganan pasien di igdPenanganan pasien di igd
Penanganan pasien di igd
 
Rkk22
Rkk22Rkk22
Rkk22
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
 
Acute coronary syndrome
Acute coronary syndromeAcute coronary syndrome
Acute coronary syndrome
 

Similar to 130299213 analisa-jurnal

Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmifaaa
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docxSiskaHatta1
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docxSiskaHatta1
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)tara nusa
 
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...SMAN2PANGKALPINANGHE
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptxredhabiby
 
78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangrenkhriesna
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusWarnet Raha
 
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptfdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptIdehamSaid1
 

Similar to 130299213 analisa-jurnal (20)

Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dm
 
BAB 1 - BAB 5 AENI.docx
BAB 1 - BAB 5 AENI.docxBAB 1 - BAB 5 AENI.docx
BAB 1 - BAB 5 AENI.docx
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH...
 
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
DM.pptx
DM.pptxDM.pptx
DM.pptx
 
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes MellitusKonsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
 
78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren
 
Makalah puskesmas
Makalah puskesmasMakalah puskesmas
Makalah puskesmas
 
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Diabetes
DiabetesDiabetes
Diabetes
 
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptfdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
 

130299213 analisa-jurnal

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (ADA, 2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikro- vaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan membrane electron (Nasrul Effendi,1998). Diabetes mellitus seperti juga penyakit degeneratif lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui komplikasi-komplikasi (Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1987). Gangguan kesehatan akibat komplikasi Diabetes Mellitus dapat berupa gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering muncul adalah perubahan patologis pada anggota gerak (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka yang tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono, 2004). Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Luka gangrene yang telah meluas akan dilakukan amputasi (pemotongan jari kaki) untuk mencegah infeksi luka menyebar ke bagian yang lain.
  • 2. 2 Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah, debridemen (membuang jaringan yang rusak), pemberian antibiotik, dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan Inggris (Yunizone, 2008). Kejadian kaki diabetik disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah dari pasien diabetes. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan masalah pada kaki pasien diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah membuat pasien diabetes akan kehilangan sensasi sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki. Luka pada kaki dapat berkembang menjadi buruk karena pasien diabetes tidak menyadari adanya luka tersebut. Kehilangan sensasi rasa pada pasien diabetes disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry, 2007). Neuropati diabetik terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Gejala yang umum terjadi adalah rasa kebas dan kelemahan pada kaki dan tangan. Masalah kedua adalah adanya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan ketidakadekuatan sirkulasi darah ke kaki dan tangan. Sirkulasi darah perifer yang buruk akan menyebabkan luka dan infeksi sulit untuk sembuh. Pasien diabetes yang merokok akan semakin memperparah sirkulasi darah karena viskositas darah meningkat sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka akan sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry, 2007).
  • 3. 3 Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka diabetes mellitus (Suriadi, 2004). Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman (Dixon, 2003). Madu memiliki sifat anti bakteri yang membantu mengatasi infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan (Hamad, 2008). Pembalutan luka gangrene diabetic dengan madu alami akan mengurangi infeksi, antibakteri, antiinflamasi, merangsang repon imun terhadap luka diabetes. Pada pasien dengan DFU (Diabetic Foot Ulcus) perlu dilakukan 2 kali dressing, dressing yang pertama dilakukan dengan normal saline, hidrogen peroksida dan solusi pyodine dengan mengangkat jaringan nekrotik. Sedangkan pada dressing kedua dilakukan pembalutan steril dengan madu alami yang ditempatkan di atas luka. Kemudian seluruh kaki itu dibalut dengan kassa steril dan perban untuk mencegah luka terkontaminasi. Penggantian balutan dilakukan setiap 24 jam, 48 jam dan 2 kali dalam seminggu tergantung pada perkembangan luka. Pada beberapa penelitian, penggunaan pembalutan madu alami terbukti dapat meningkatkan status vaskuler, kebersihan luka, mengurangi bau dan nyeri, serta meningkatkan perubahan warna dasar luka yang mengarah pada kesembuhan. Diharapkan penggunaan pembalutan madu alami dapat menjadi salah satu pilihan dalam pengobatan pada pasien yang mengalami luka kaki diabetes karena bahan yang digunakan merupakan bahan alami sehingga efek samping dapat diminimalisir. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa penyakit diabetes, komplikasi luka gangren diabetik dan terapi yang digunakan dalam menangani luka gangren diabetik
  • 4. 4 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien diabetes dengan komplikasi luka gangren diabetik 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus 2. Mengetahui komplikasi luka gangren diabetik 3. Mengetahui dan menganalisa terapi perawatan luka gangren diabetik 4. Mengetahui penggunaan pembalutan madu alami sebagai salah satu alternative terapi perawatan luka gangren diabetik
  • 5. 5 BAB 2 TINJAUAN TEORI PENYAKIT 2.1 Definisi Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pasien diabetes mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap insulin atau penurunan produksi insulin oleh pankreas. Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Penyakit diabetes menyebabkan juga penyakit makrovaskuler (penyakit ginjal dan mata) dan mikrovaskuler yang mencakup infark miokard dan stroke (Smeltzer, 2000). 2.2 Epidemiologi Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta orang tersebut telah terdiagnosis, selebihnya belum terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (Healthy People 2000, 1990). Sebagian besar penderita diabetes berusia lebih dari 65 tahun, dengan proporsi diabetes tipe II sebanyak 8,6%. Di Amerika Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki angka insidens diabetes yang lebih tinggi daripada penduduk kulit putih. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan dan amputasi.
  • 6. 6 Penyakit diabetes merupakan penyakit yang menyebabkan komplikasi yang cukup serius dan berakibat pada kematian. Komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes berkontribusi terhadap angka rawat inap sehingga biaya medis yang dikeluarkan akan meningkat pula. (Smeltzer, 2000). Pada pasien diabetes, salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah neuropati diabetic yang terjadi pada lebih dari 50% pasien diabetes. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15- 30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik (Monalisa, 2004). Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh gangren diseluruh dunia. 2.3 Etiologi Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi, diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes gestasional dan diabetes dengan tipe spesifik lain. Diabetes tipe I adalah disebabkan sel beta pankreas yang dirosakkan secara permanen akibat proses autoimun. Diabetes mellitus tipe II mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dan merupakan akibat dari resistensi insulin. Diabetes gestasional pula merupakan diabetes yang didapat sewaktu hamil dan yang terakhir adalah diabetes dengan tipe spesifik yang lain. Diabetes ini terjadi akibat sekunder dari penyakit-penyakit lain, contohnya sindrom Cushing’s, pankreatitis dan akromegali (NIH, 2008). Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
  • 7. 7 reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: 1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) 2) Obesitas 3) Riwayat keluarga 4) Kelompok etnik 2.4 Tanda dan gejala Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu a. Keluhan TRIAS yaitu banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan. b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, dan dapat timbul luka
  • 8. 8 2.5 Patofisiologi Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999). Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
  • 9. 9 dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995). Pada pasien diabetes, terjadi suatu kondisi hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa. Akibat dari hiperglikemia akan menimbulkan peningkatan viskositas darah. Pada saat pasien diabetes mengalami luka, maka luka tidak akan cepat sembuh karena sirkulasi darah tidak lancar akibat peningkatan viskositas darah. Selain itu, resistensi vaskuler yang meningkat akibat aterosklerosis yang berasal dari gangguan metabolisme pada pasien diabetes juga akan memberikan dampak pada kesembuhan luka. Ditambah pula dengan komplikasi neuropati atau kerusakan saraf perifer akan membuat pasien menjadi lebih rentan untuk mengalami luka karena pasien kehilangan sensasi panas, dingin dan sebagainya. Pada pasien diabetes yang mengalami luka, bila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi gangrene dan berakibat pada kejadian amputasi. Bagian tubuh yang paling sering mengalami luka adalah kaki dan tangan. DM Tipe I DM Tipe II Idiopatik, usia, genetik, dllReaksi Autoimun sel β pancreas hancur Jmh sel β pancreas menurun Defisiensi insulin
  • 10. 10 2.6 Komplikasi dan Prognosis Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah a) Akut 1) Hipoglikemia dan hiperglikemia 2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). 3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. 4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990). Hiperglikemia Lipolisis meningkatKatabolisme protein meningkat Penurunan BB polipagi Glukoneogenesis meningkat Gliserol asam lemak bebas meningkat Glukosuria KetogenesisKehilangan elektrolit urineDiuresis Osmotik Kehilangan cairan hipotonik ketoasidosisHiperosmolaritasPolidipsi ketonuria coma
  • 11. 11 b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus 1) Neuropati diabetik 2) Retinopati diabetik 3) Nefropati diabetik 4) Proteinuria 5) Kelainan koroner 6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377) Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain: a. Grade 0 : tidak ada luka b. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit c. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang d. Grade III : terjadi abses e. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal f. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal Sekitar 60 % pasien DMTI yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan untuk meninggal lebih cepat (Mansjoer, 2000) 2.7 Pengobatan Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut : a. Obat Hipoglikemik Oral 1. Golongan sulfonilurea/ sulfonyl ureas Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel – sel beta pankreas.
  • 12. 12 2. Golongan biguanad/metformin Obat ini mempunyai efek memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ) 3. Golongan inhibitor alfa glikosidase Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal. b. Pemberian insulin 1. Indikasi insulin Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100 UI/ml injeksi) Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara dratis. 2. Jenis insulin a. insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin cristalin zink, dan semilente b. insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon) c. insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) 2.8 Pencegahan Pencegahan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut : 1. Diet Mengurangi makanan yang berlemak, menghindari makanan manis dan perbanyak konsumsi serat. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan. Syarat diet DM hendaknya dapat: 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
  • 13. 13 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda 4) Mempertahankan kadar KGD normal 5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. 7) Menarik dan mudah diberikan Prinsip diet DM, adalah: 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis: boleh dimakan/tidak Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya. 1) Diit DM I : 1100 kalori 2) Diit DM II : 1300 kalori 3) Diit DM III : 1500 kalori 4) Diit DM IV : 1700 kalori 5) Diit DM V : 1900 kalori 6) Diit DM VI : 2100 kalori 7) Diit DM VII : 2300 kalori 8) Diit DM VIII : 2500 kalori Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi, Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya.
  • 14. 14 J III : jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori diet Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus: BB (Kg) BBR = X 100 % TB (cm) – 100 1) Kurus (underweight) : BBR < 90 % 2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 % 3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 % 4) Obesitas, apabila : BBR > 120 % - Obesitas ringan : BBR 120 – 130 % - Obesitas sedang : BBR 130 – 140 % - Obesitas berat : BBR 140 – 200 % - Morbid : BBR > 200 % Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah: 1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari 2) Normal : BB X 30 kalori sehari 3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari 4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari 2. Olahraga Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan. Bagi penderita DM melakukan ohlaraga dengan teratur tetapi jangan melakukan olahraga yang terlalu berat. Latihan Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah: a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
  • 15. 15 pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya. b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik. 3. Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam- macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
  • 16. 16 2.9 Pathway Rasa Haus meningkatGangguan Pola Eliminasi Osmotik diuresisPoliuri Kerusakan integritas kulit Diuresis Luka tidak sembuh Volume urine meningkat Terdapat lukaOsmolaritas urine meningkat Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Suplai O2 kejaringan menurun Glukosuria Nutrisi Tidak masuk ke sel Peningkatan kadar gula darah Polifagi Hiperglikemia Transport glukosa ke sel menurun Peningkatan Glukogenesis Diabetes Melitus DEFISIENSI INSULIN Viskositas darah >>>
  • 17. 17 BAB 3 INTERVENSI YANG DISARANKAN 3.1 PICOT FRAME WORK Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Berbagai macam komplikasi akibat penyakit Diabetes mellitus antara lain ulkus, gangren. Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. Pada pasien Diabetes Mellitus, luka atau jaringan tubuh yang rusak akan lebih sulit sembuh karena ketidakseimbangan fungsi organ tubuhnya, yaitu vaskularisasi (gangguan saraf tepi) dan sistem peredaran darah. Luka di tubuh pasien menjadi membusuk karena tidak mendapatkan asupan darah yang cukup. Tekhnik perawatan luka diabetik dengan menggunakan madu telah banyak digunakan diberbagai Negara. Penggunaan madu dalam dunia medis adalah sebagai antibakteri karena dengan madu memiliki tekanan osmotik yang tinggi, madu memiliki effect terhadap Hydrogen Peroxide, dan madu memiliki Ph antara 3.2-4.5 yang dapat mencegah per-tumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan infeksi. Selain itu madu memiliki osmolaritas yang tinggi, kadar glukosa yang tinggi dan beberapa komponen organik lain, kandungan madu juga memiliki komposisi yang sesuai dengan zat yang dibutuhkan oleh manusia sehingga madu tidak dianggap sebagai benda asing. Dengan kandungan tersebut madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, menyerap cairan edema, memicu granulasi jaringan, epitelialisasi dan peningkatan nutrisi. Oleh karena itu
  • 18. 18 kelompok bermaksud untuk melakukan literatur view terhadap penggunaan madu apakah terdapat pengaruh perawatan luka dengan penggunaan madu terhadap penyembuhan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus. 3.2 Sumber Literatur Kami mendapatkan literatur dari web yang berjudul Pengaruh Perawatan Luka dengan Penggunaan Madu Terhadap Penyembuhan Luka Diabetik pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Ulin Banjarmasin oleh penulis jurnal Hammad. Dan jurnal pendukung lain yang berjudul Efek Hepatoprotektif Dan Hepatoregeneratif Madu Sari Paliasa Yang Dihasilkan Oleh Apis Mellifera L. Terhadap Kerusakan Hati Tikus Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida Kajian Mekanisme Kerja Madu Sari Paliasa Terhadap Perbaikan Fungsi Hati oleh Aliyah , Using honey in wound care oleh P. C. Molan, A brief review of the use of honey as a clinical dressing oleh P. C. Molan, Pengaruh Frekuensi Perawatan Luka Bakar Derajat II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama Penyembuhan Luka oleh Dina Dewi SLI, Sanarto, Barotut taqiyah, Management Of Diabetic Foot By Natural Honey oleh J Ayub Med Coll Abbottabad, The Effect of Honey on Granulating Tissue of The Mandibular Bone oleh Anastasia Dessy Harsono dan Gentur Sudjatmiko Literature didapat dengan cara melakukan searching di internet menggunakan kata kunci luka diabetes, perawatan luka dengan madu, lama penyembuhan luka, dan frekuensi penyembuhan luka. Dari beberapa kata kunci tersebut kemudian dilakukan akses ke beberapa situs terkait sehingga diperoleh beberapa penelitian terkait penggunaan terapi tersebut. Beberapa alamat dari literature yang kami temukan adalah sebagai berikut : a. http://ajcn.nutrition.org/content/20/11/1158.full.pdf+html, b. http://www.aann.org/pdf/cpg/aannaneurysmalsah.pdf, c. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/171092130_0854-1159.pdf,
  • 19. 19 d. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21171/1/ruf-nov2007- 2%20(2).pdf, e. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/628/648 _umm_scientific_journal.pdf, f. http://alulum.baak.web.id/files/1.%20hamad%20juli%202009.pdf, g. ftp://www.hitl.washington.edu/pub/publications/r-2006-39/r-2006-39.pdf, h. http://phytopharmacology.inforesights.com/files/pp3v1i17.pdf, i. http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/handle/10289/2030/Mola n%20%20sing%20honey%20in%20wound%20care.pdf?sequence=1, j. http://www.aiuc.it/upload/documenti/7/47/POG_FINAL_JWCpubl.pdf, k. http://www.woundsinternational.com/pdf/content_87.pdf, l. http://www.klinion.nl/files/files/Brief%20review%20of%20the%20use%2 0&%20evidene%20for%20honey%20promoting%20wound%20healing.p df?phpMyAdmin=e45916cab4b966193627d0ad8837577, m. http://www.bioline.org.br/pdf?sr06036, n. http://www.ahrq.gov/about/nursing/palliative.pdf, o. http://www.acadjourn.org/JMPR/PDF/pdf2008/Jan/Odimegwu%20et%20 al.pdf, http://www.wounds-uk.com/pdf/content_9537.pdf,,,, p. http://www.formatex.info/microbiology3/book/14-22.pdf, q. http://www.woundsuk.com/pdf/content_9192.pdf, r. http://www.jbclinpharm.com/Volume2Issue4Articles/PDF/JBCP_V2_I4_ Pr_61.pdf, s. http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file/CD003861_revise d.pdf, t. http://www.myrenasys.com/downloads/NPWT_Clinical_Evidence_Chart. pdf, u. http://www.mylightwave.com/docs/HighBeam%20Research%20Lowlevel %20laser%20therapy%20for%20diabetic%20foot%20wound%20healing. _Wound%20care_.pdf,
  • 20. 20 v. http://ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/21-1/Makhdoom.pdf, http://63.241.4.68/files/pdfs/publications/JWC_15_8_Teot.pdf, https://www.walsallhealthcare.nhs.uk/media/91855/enc%2011%20%20wo und%20management%20policy%20final.pdf Literature yang diperoleh merupakan hasil penelitian terkini (5 tahun terakhir) dan beberapa penelitian juga membahas terkait keefektifan perawatan luka diabetes dengan terapi lain. Sehingga dapat dibuat perbandingan tingkat keefektifan terapi madu dengan terapi komplementer lainnya terhadap penyembuhan luka diabetes. 3.3 Teori dan Konsep Intervensi 3.3.1 Definisi Pengaruh terapi madu untuk kesembuhan luka diabetes merupakan terapi terapi komplementer dalam keperawatan luka. Di Indonesia, terdapat peraturan terapi koplementer yang berlaku seperti pengobatan komplementer alternative berdasarkan Permenkes RI, nomor: 1109/menkes/per/2007 sebagai berikut: 1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga. 2. System pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, dan ayurveda. Madu telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan India) mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan merekomendasikan penggunaannya sebagai pengobatan. Papyrus bahasa dari mesir kuno menyebutkan pengobatan luka bakar menggunakan madu. Tentara Rusia dan tentara Cina juga menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu telah digunakan untuk Mengobati luka bakar dan ulkus untuk mengurangi dan mempercepat penyembuhan luka. Dalam sebuah penelitian di India disebutkan bahwa madu memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka bakar derajat II dibandingkan cara konvensional atau terapi lainnya.
  • 21. 21 3.3.2 Mekanisme Madu banyak mengandung glukosa, fruktosa, air, asam amino, vitamin biotin, asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik, proksidin, tiamin, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, dan kalium. Madu juga mangandung zat antioksidan dan H2O2. Madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topical pada luka melalui peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan (Aljady et al., 2000). Selain itu menurut Lusby (2006) madu juga dapat meningkatkan waktu kontraksi pada luka. Madu juga merangsang pertumbuhan jaringan baru sehinga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit. Madu memiliki efek osmotic dengan tingginya kadar gula dalam madu terutama fruktosa, dan kadar air yang sangat sedikit menyebabkan madu memiliki efek osmotik yang tinggi. Dengan adanya efek tersebut memungkinkan mikroorganisme yang ada dalam tubuh sukar tumbuh dan berkembang. Madu memiliki kadar asam yang tingi dengan pH sekita antara 3.2-4.5 (sangat asam). Dengan adanya kadar asam yang tingi inilah mikroorganisme yang tidak tahan asam (seperti kuman TBC) akan mati. Madu mampu mengabsorbsi pus atau nanah atau luka, sehingga secara tidak langsung madu akan membersihkan luka tersebut. Madu menimbulkan efek analgetik (penghilang nyeri), mengurangi iritasi, dan dapat mengeliminasi bau yang menyengat pada luka. Madu juga berfungsi sebagai antioksidan karena adanya vitamin C yang banyak terkandung pada madu. Secara tidak langsung madu mengeliminasi zat radikal bebas yang ada pada tubuh kita (Abdillah, 2008). 3.3.3 Indikasi dan kontraindikasi 3.3.3.1 Indikasi Menurut hasil penelitian beberapa jurnal indikasi penggunaan terapi madu yaitu pada luka diabetes (gangren), luka yang mengalami nekrosis, luka dengan kondisi kering yang membutuhkan kelembapan dalam proses penyembuhannya, luka
  • 22. 22 yang belum mendapat terapi pengobatan misalnya antibiotic, dan luka dengan bau tidak sedap. 3.3.3.2 Kontraindikasi Kontraindikasi dari terapi madu pada luka yaitu jenis luka yang telah mengalami kerusakan sampai pada saraf sehingga berpotensi untuk di amputasi. Selain itu, kontraindikasi dari terapi madu adalah pasien yang mengalami inflamasi dan nyeri akut, pada luka dengan kondisi balutan tidak dapat diganti dalam waktu tertentu (Anonim, 2006). 3.3.4 Efek samping Madu dengan cepat dapat membersihkan infeksi dari luka. Kemampuan madu sangat efektif bahkan untuk strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu tidak memiliki sifat seperti antiseptik atau antibiotik, sehingga madu tidak menyebabkan kerusakan pada proses penyembuhan luka melalui efek samping (Johnson, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu dalam perawatan luka tidak memiliki efek samping apapun. 3.3.5 Efektivitas dan kemanan penggunaan Pengkajian luka gangren meliputi beberapa factor yaitu warna dasar luka, kebersihan luka, ada tidaknya nyeri pada luka, bau luka (pus di luka) dan keadaan vaskulerisasi. Keefektifan penggunaan madu pada perawatan luka gangrene telah banyak dibuktikan melalui beberapa penelitian baik di dalam maupun luar negeri. Dari berbagai penelitian rata-rata penggunaan madu untuk perawatan luka gangren memberikan hasil yang lebih baik pada semua faktor pengkajian tersebut daripada dressing luka yang sudah umum dipakai. Begitu juga pada proses granulasi, epitelisasi dan pencegahan infeksinya.
  • 23. 23 Beberapa pasien dengan gangrene berwarna dasar merah dan kuning dirawat dengan madu menunjukkan peningkatan yang baik. Setelah dilakukan perawatan luka gangrene dengan penggunaan madu ditemukan peningkatan dari warna dasar luka merah menjadi 66.67% dari angka awal hanya 20%, warna dasar kuning berkurang yaitu menjadi 26.66% dari angka awal 73.33%. Dari segi ada tidaknya pus pada luka, luka gangrene yang dirawat dengan madu, 53.33% dari pasien tersebut lukanya bersih dari pus, dan 33.33% pasien berkurang pusnya. Ada tidaknya pus ini juga menentukan timbulnya bau pada luka gangrene, luka tanpa pus tidak berbau atau baunya berkurang. Nyeri yang timbul pada luka gangrene turut menjadi factor pengkajian kondisi luka pada pasien diabetes, 60% dari pasien yang lukanya diobati dengan madu menunjukkan hilangnya tanda-tanda nyeri. 80% pasien yang belum mendapat intervensi perawatan luka dengan madu tidak ada ditemukan status vaskulernya, hal ini menurun menjadi 50% setelah dilakukan perawatan dengna madu pada lukanya. Madu juga memiliki efek antibakteri pada konsentrasi 1.8-11% dan pada konsentrasi 1-4% bisa menghambat strain MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus), dari efek antibakteri tersebut setelah 3-6 hari luka infeksius yang dirawat dengan madu menjadi steril kembali. Jaringan nekrotik pada luka gangrene secara cepat menjadi lunak dan terpisah dari jaringan epitel sehingga lebih mudah diangkat dengan debridement minimal. Dalam sebuah penelitian membandingkan luka yang dirawat dengan madu dan dengan luka yang dirawat dengan silver sulfadiazine. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa madu memberi hasil 114% lebih baik dalam proses epitelisasi dan 69% granulasi. Dengan proses penyembuhan yang lebih cepat, dan efek samping yang minimal dari penggunaan madu dapat disimpulkan penggunaan madu untuk perawatan luka gangrene cukup efektif dan aman dilakukan di rumah sakit. Melalui kadar airnya yang rendah dan sifat hygrokopisnya madu mampu menyerap cairan dalam bakteri, jamur dan mikroorganisme lain sehingga mereka tidak dapat tumbuh.
  • 24. 24 Ketika madu bercampur dengan cairan tubuh, enzym glucose oxidase yang terkandung didalamnya akan aktif dan menghasilkan Hydrogen Peroxide. Hydrogen peroksida ini sangat efektif berperan sebagai antiseptic dan anti-inflamatory. Luka yang diolesi dengan madu dapat menyerap air pada luka disebabkan adanya kemampuan osmosis yang tinggi dari madu sehingga madu yang sebelumnya kental menjadi encer, memiliki efek terhadap hidrogen perioksida, mengabsorbsi pus (nanah) sehingga dapat mem-bersihkan luka. Karena bau pada luka tersebut disebabkan karena adanya pus sehingga apabila pus itu terabsorbsi maka pus akan berkurang atau hilang dan bau juga akan berkurang atau hilang.. Madu mempunyai komposisi yang unsur-unsur penting dan istimewa di dalamnya sehingga, tubuh hanya perlu mensekresi kurang dari 1/200 bagian dari madu yang dikonsumsi. Berdasarkan National Honey Board (USA) madu mengandung air (17.1%), fruktosa (38.5%), glukosa (31%), sukrosa (1.5%), altosa dan gula peredoksi (7.2%), trisakarida dan karbohidrat (4.2%), serta sedikit vitamin, mineral, dan asam amino. Karena komposisi inilah madu digologkan sebagai salah satu bahan teraman dan baik untuk kesehatan. 3.4 Implikasi dan Rekomendasi intervensi Penggunaan madu pada luka gangrene sela perawatan luka telah menunjukkan manfaat yang signifikan dan efek samping yang minimal. Dalam penggunaannya madu tersebut disesuaikan konsentrasinya agar proses penyembuhan luka maksimal dan tanpa efek samping. Penggunaan madu langsung pada luka mungkin menimbulkan rasa lembab yang oleh sebagian orang dikhawatirkan akan membantu perkembangbiakan bakteri dan mikroorganisme penyebab infeksi pada luka, akan tetapi dari penelitian telah dibuktikan bahwa kandungan madu mempunyai manfaat menekan pertumbuhan bakteri walau kondisi luka lembab oleh madu. Perawat yang melakukan intervensi perawatan luka tetap harus memperhatikan factor psikologis pasien agar selama perawatan, pasien merasa
  • 25. 25 tenang. Berikut intervensi-intervensi tambahan bagi pasien diabetes dengan luka gangren dan mendapat intervensi perawatan luka dengan madu.  Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko Rasional : meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi dan infeksi serta mengurangi kekhawatiran pasien  Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat perawatan luka Rasional : mengurangi nyeri pada luka  Jelaskan pada pasien rasional penggunaan madu dan efek sampingnya pada kondisi luka pasien Rasional : mengurangi ansietas pasien
  • 26. 26 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Terapi pembalutan luka dengan madu alami pada pasien dengan luka gangrene diabetes merupakan suatu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan penyembuhan jaringan yang mengalami luka akibat komplikasi ulkus diabetes. Pembalutan luka dengan menggunakan madu alami berfungsi sebagai antibakteri, antiinflamasi, antifungi, antiseptik, dapat menurunkan nyeri, dapat mempercepat penyembuhan pada jaringan luka. Efek samping pada penggunaan madu sangat minimal bahkan menurut beberapa penelitian penggunaan madu dalam perawatan luka tidak menimbulkan efek samping apapun. Selain melakukan perawatan yang benar pada luka gangren diabetik, perlu juga pasien dianjurkan untuk mengatur diet makanannya karena diet yang tepat akan dapat mengontrol kadar gula darah. Kadar gula darah yang baik akan membuat sirkulasi darah menjadi lancar pula, dan luka akan cepat sembuh. 4.2 Saran Dalam perawatan luka gangren diabetik, perawat perlu memperhatikan kesterilan. Karena luka gangren diabetik mudah sekali mengalami infeksi. Perawat perlu lebih sering mempraktekkan perawatan luka dengan madu alami karena khasiat madu tersebut sangat efektif terhadap penyembuhan luka. Perawat perlu untuk melakukan riset perkembangan mengenai manfaat lain dari madu. Jadi, madu tidak hanya digunakan untuk perawatan luka saja. Bagi mahasiswa perlu kiranya untuk membuat penelitian mengenai penggunaan madu dalam perawatan luka, tidak hanya untuk luka diabetes tetapi dapat digunkan untuk luka bakar atau luka jenis
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Effendy, Nasrul.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-magazine-outlines-evidence.html diakses tanggal 28 Oktober 2012 http://www.sdearthtimes.com/et0100/et0100s17.html diakses tanggal 28 Oktober 2012 Ikram, Ainal.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.Jakarta: Media Aesculapius Price A. S, Wilson M. Lorraine. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC Sjaifullah,Noer H. M,.1999.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hall and Guyton.1997.Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare.2000.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.Jakarta : EGC Soegondo, Sidartawan.dkk.2007.Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.Jakarta : Balai Penerbit FKUI Tjokronegoro,Arjatmo.2002.Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Cet.2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Tomlinson, David.2002.Neurobiology of Diabetic Neuropathy.USA : Elsevier Science