PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRroyzamy
pertambahan bilangan pelajar yang tercicir dalam pelajaran amat membimbangkan pelbagai pihak. Ini berlaku kerana kurangnya minat pelajar terbabit dalam pelajaran, justeru itu Kementerian Pelajaran diminta untuk menambah dan memperkenalkan pendidikan aliran vokasional lebih awal bagi mengatasi masalah keciciran 83,000 pelajar sekolah rendah dan sekolah menengah diseluruh Negara dan secara tidak langsung dapat menjamin masa hadapan pelajar tersebut. Hal ini kerana pelajar yang kurang minat dalam bidang akademik boleh meneruskan pelajaran dalam bidang latihan vokasional. Dengan cara ini, kementerian berharap bilangan pelajar yang tercicir dapat dikurangkan. Disini PTV dilihat penting dalam merialisasikan matlamat menjadikan sistem pendidikan yang berdaya saing dengan adanya sistem latihan dan kemahiran yang tidak berfokuskan kepada peperiksaan. PTV menyediakan ruang kepada pelajar yang tercicir untuk cenderung kepada bidang vokasional dan kemahiran bagi menjamin masa hadapan mereka.
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRroyzamy
pertambahan bilangan pelajar yang tercicir dalam pelajaran amat membimbangkan pelbagai pihak. Ini berlaku kerana kurangnya minat pelajar terbabit dalam pelajaran, justeru itu Kementerian Pelajaran diminta untuk menambah dan memperkenalkan pendidikan aliran vokasional lebih awal bagi mengatasi masalah keciciran 83,000 pelajar sekolah rendah dan sekolah menengah diseluruh Negara dan secara tidak langsung dapat menjamin masa hadapan pelajar tersebut. Hal ini kerana pelajar yang kurang minat dalam bidang akademik boleh meneruskan pelajaran dalam bidang latihan vokasional. Dengan cara ini, kementerian berharap bilangan pelajar yang tercicir dapat dikurangkan. Disini PTV dilihat penting dalam merialisasikan matlamat menjadikan sistem pendidikan yang berdaya saing dengan adanya sistem latihan dan kemahiran yang tidak berfokuskan kepada peperiksaan. PTV menyediakan ruang kepada pelajar yang tercicir untuk cenderung kepada bidang vokasional dan kemahiran bagi menjamin masa hadapan mereka.
2. 78 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Perbedaan Penggunaan Media Mobil Training dan Media Mobil Real pada Kompetensi
Troubleshooting Sistem Penerangan dan Wiring Siswa SMK Negeri 1 Kota Mojokerto
Achmad Iswahyudi
Abstrak
Pendekatan mengajar yang efektif dan efisien dalam pembelajaran praktik merupakan strategi untuk
menghasilkan siswa yang kompeten. Media sebagai bagian penting dalam pembelajaran praktik sebaiknya
sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Media mobil training dapat dikatagorikan media yang
sesuai, efektif dan mudah untuk memahami pembelajaran kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan
wiring.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kompetensi troubleshooting sistem penerangan
dan wiring siswa SMKN 1 Kota Mojokerto yang diajarkan dengan menggunakan media mobil training, 2)
kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan wiring siswa SMKN 1 Kota Mojokerto yang diajarkan
dengan menggunakan media mobil real, dan 3) perbedaan yang signifikan penggunaan media mobil training
dan media mobil real pada kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan wiring.
Penelitian ini mengunakan disain quasi experimental, dengan subyek penelitian adalah kelas XI
TMO 1 yang berjumlah 38 siswa sebagai kelas yang diajakan dengan menggunakan media mobil training dan
kelas XI TMO 2 yang berjumlah 38 siswa sebagai kelas yang diajarkan dengan menggunakan media mobil
real SMKN 1 Kota Mojokerto. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan prates dan
pascates dengan menggunakan tes unjuk kerja yang telah melalui pengujian validitas dari 10 soal tes
dinyatakan valid dan pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha Cronbach > 0,60= 0,978.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa; 1) kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan
wiring yang diajarkan menggunakan media mobil training menghasilkan nilai rerata pascates 81,97; 2)
kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan wiring yang diajarkan menggunakan media mobil real
menghasilkan nilai rerata pascates 74,74; dan 3) terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan
media mobil training dan media mobil real pada kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan wiring
dengan taraf signifikansi (α)=0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru pengajar kompetensi kelistrikan untuk
mengembangkan dan menggunakan media mobil training yang memenuhi karakteristik dalam kegiatan
pembelajaran praktik kompetensi troubleshooting sistem penerangan dan wiring, sehingga siswa mampu
menguasai kompetensi troubleshooting dengan baik. Media mobil training sebagai media pembelajaran lebih
luas dapat dikembangkan secara lebih komprehensif.
Kata kunci: kompetensi troubleshooting, media mobil training, media mobil real
Kontribusi Status Industri Lama Pelaksanaan Prakerin, dan Motivasi Belajar terhadap
Sikap Kewirausahaan Siswa SMK di Kabupaten Indramayu
Akhmad Karyono
Abstrak
Kurikulum SMK tahun 2004, telah mengisyaratkan bahwa pelaksanaan Pendidikkan dan Pelatihan
di SMK bagi siswa diharuskan melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di dunia usaha dan industri
(DU/DI). Tujuan utama pelaksanaan Prakerin adalah untuk mendekatkan mutu lulusan SMK dengan
kemampuan (kompetensi) yang diminta oleh industri. Salah satu faktor penyebab lulusan SMK menganggur
adalah tidak beraninya berwirausaha. Lulusan siswa SMK Bidang Mesin di Kabupaten Indramayu yang
tertampung di industri berkisar 41% dan sisanya 59% menganggur. Tujuan SMK menurut kurikulum 2004
bahwa lulusan SMK seharusnya dapat melihat peluang kerja dengan berwirausaha. Pelaksanaan Prakerin
diharapkan juga dapat membantu peningkatan sikap kewirausahaan bagi siswa SMK, yang meliputi tiga
faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu: status industri tempat Prakerin, lama pelaksanaan Prakerin, dan
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan tiga faktor di atas maka peneliti mengajukan beberapa hipotesis mengenai sikap
kewirausahaan dilihat dari faktor: status industri tempat Prakerin, lama pelaksanaan Prakerin dan motivasi
belajar yang dilaksanakan di SMK di Kabupaten Indramayu – Jawa Barat, antara lain : (1) Status industri
333
3. Program Studi S2 PKJ 79
tempat prakerin dan lamanya pelaksanaan Prakerin berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap
motivasi belajar produktif siswa, (2) Status industri tempat Prakerin berkontribusi secara signifikan terhadap
motivasi belajar produktif siswa, (3) Lama Prakerin berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi belajar
produktif siswa, (4) Status industri tempat prakerin, lamanya pelaksanaan Prakerin, dan motivasi belajar
produktif berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa, (5) Status
industri tempat Prakerin berkontribusi secara signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa, (6) Lama
Prakerin berkontribusi secara signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa, (7) Motivasi belajar produktif
berkontribusi secara signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa.
Objek penelitian adalah siswa SMK Bidang Teknik Mesin SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten
Indramayu – Jawa Barat, dengan membagi dalam tiga wilayah: SMK di wilayah Indramayu Barat, SMK di
wilayah Indramayu Tengah, dan SMK di wilayah Indramayu Timur. Metode penelitian menggunakan
metode survey, dengan model rancangan penelitian causal corelational yang bersifat ex-post facto. Analisis
data dengan menggunakan analisis Deskriptif, interkorelasi antar variabel, dan analisis jalur (Path Analysis)
dengan menggunakan regresi linier ganda.
Hasil analisis data mengungkap: (1) Analisis deskriptif menunjukkan status industri tempat Prakerin
pada kategori sedang (51,6 %), lama pelaksanaan Prakerin pada kategori sedang (50 %), motivasi belajar
siswa pada kategori sedang (57,6 %), dan sikap kewirausahaan siswa pada kategori sedang (56,8 %); (2)
Analisis jalur (Path analysis) pada sub struktur-1 menunjukkan status industri (X1) dan lama pelaksanaan
Prakerin (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa (X3) dengan F
sebesar 171,571 pada signifikansi < 0,05, dan pada sub struktur-2 menunjukkan status industri (X1), lama
pelaksanaan Prakerin (X2) dan motivasi belajar (X3) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap
sikap kewirausahaan siswa (Y) dengan F sebesar 1248,936 pada signifikansi < 0,05. Model sub struktur-2
perlu diperbaiki dengan metode trimming, dengan mengeluarkan variabel X2 yang dianggap tidak signifikan
dari analisisnya.
Berdasarkan hasil penelitian, diajukan saran-saran sebagai berikut: (1) Melihat hasil penelitian
bahwa status industri yang dijadikan tempat Prakerin, lama pelaksanaan Prakerin, motivasi belajar produktif
siswa, dan sikap kewirausahaan dari seluruh responden siswa Bidang keahlian Mesin SMK di Kabupaten
Indramayu memiliki skor pada kategori sedang, maka diharapkan siswa dapat mengupayakan peningkatan
seluruh variabel tersebut, (2) Status industri tempat Prakerin berkontribusi secara signifikan terhadap motiva-
si belajar produktif, diharapkan siswa dapat melaksanakan Prakerin pada industri dengan kualifikasi sesuai
dengan yang telah dipersyaratkan, sehingga motivasi belajar siswa akan meningkat, (3) Lama Prakerin
berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi belajar produktif siswa, maka diharapkan siswa dapat
memilih waktu pelaksanaan Prakerin dengan durasi waktu yang lebih lama, dengan cara bekerja secara
produktif agar terjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pihak perusahaan, sehingga dapat me-
ningkatkan motivasi belajar siswa, (4) Status industri tempat Prakerin berkontribusi secara signifikan
terhadap sikap kewirausahaan siswa, maka disarankan agar siswa dapat melaksanakan Prakerin selain sesuai
dengan kualifikasi yang telah dipersyaratkan, siswa juga harus melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bi-
dang pekerjaanya, supaya siswa dapat mempersepsi pekerjaanya secara positif sehingga sikap kewirausahaan
akan tumbuh dengan baik, (5) Walaupun lama Prakerin tidak berkontribusi secara signifikan terhadap sikap
kewirausahaan siswa, namun durasi pelaksanaan Prakerin tetap diperlukan, karena hal ini dapat mendukung
tumbuhnya motivasi belajar siswa, (6) Motivasi belajar produktif berkontribusi secara signifikan terhadap
sikap kewirausahaan siswa, sehingga penting untuk siswa agar selalu mengupayakan peningkatan motivasi
belajar, disamping dengan cara melaksanakan Prakerin yang sesuai kualifikasi, juga dengan cara-cara lain
misalnya dengan menetapkan tujuan, visi, misi, cita-cita dan sebagainya. Disamping itu guru pengajar atau
pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan siswa supaya selalu memberikan motivasi kepada para
siswanya melalui apersepsi sebelum maupun sesudah pembelajaran.
Kata kunci: status industri, lama prakerin, motivasi belajar, sikap kewirausahaan
Hubungan Kemampuan Mengajar Guru, Kelengkapan Peralatan Praktik, dan Motivasi
Berprestasi dengan Pencapaian Kompetensi Siswa dalam Menginstalasi Perangkat Jaringan
Lokal (Local Area Network) di SMK Se-Kabupaten dan Kota Mojokerto
Bambang Kuswanto
Abstrak
4. 80 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Salah satu sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan di era global ini adalah SDM yang
mempunyai kompetensi di bidang informasi dan komunikasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
pemerintah mulai membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) di Bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Pertumbuhan SMK program keahlian TKJ yang pesat, diharapkan seiring dengan peningkatan
kualitas lulusannya. Namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
pencapaian kompetensi lulusan Program Keahlian TKJ yang belum optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengetahui hubungan kemampuan mengajar guru,
persepsi siswa terhadap kelengkapan peralatan praktik, dan motivasi berprestasi siswa dengan pencapaian
kompetensi menginstalasi perangkat jaringan lokal (LAN) di SMK Se-Kabupaten dan Kota Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dan dilakukan pada SMK program
keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) Se-Kabupaten dan Kota Mojokerto. Ada 6 SMK dengan 142
siswa yang dijadikan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling acak
secara proporsional, sedangkan sebagai alat pengumpulan data digunakan angket dan tes.
Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kemampuan mengajar guru dengan kompetensi siswa, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara
persepsi siswa terhadap kelengkapan peralatan praktik dengan kompetensi siswa, (3) terdapat hubungan posi-
tif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kompetensi siswa, dan (4) secara bersama-sama,
terdapat hubungan yang positif signifikan antara kemampuan mengajar guru, kelengkapan peralatan praktik,
dan motivasi berprestasi dengan kompetensi siswa.
Berdasarkan hasil temuan ini, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu: (1) agar guru
meningkatkan kemampuannya melalui diklat dan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi; (2) agar
kepala sekolah memenuhi kebutuhan peralatan praktik sesuai dengan standar kebutuhan yang telah
ditetapkan; (3) agar guru untuk selalu memberikan dorongan dan pemantauan terus-menerus pada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah dan bagi siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi, perlu
diberitahukan tujuan pembelajaran, modul atau buku referensi, dan pemberian balikan dari tugas yang
diberikan; (4) agar siswa dapat meningkatkan penguasaan kompetensinya dengan terus belajar dan berlatih,
misalkan: melaksanakan praktik kerja industri (prakerin) yang sesuai dan mengikuti lomba kompetensi siswa
(LKS); dan (5) agar pihak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Mojokerto mengambil kebijakan
yang berhubungan dengan peningkatan kualitas SMK, misalkan: pemberian diklat dan beasiswa pendidikan
lanjutan bagi guru SMK, pengalokasian dana pendidikan untuk melengkapi kebutuhan peralatan praktik,
pengadaan lomba-lomba kompetensi siswa, dan pemberian penghargaan pada siswa-siswa berprestasi.
Kata kunci: kemampuan mengajar, kelengkapan peralatan praktik, motivasi berprestasi, kompetensi meng-
instalasi perangkat jaringan lokal.
Model Pembelajaran Kolaboratif Antara Lembaga Pendidikan dengan Industri di Daerah
Terpencil (Studi Kasus di Politeknik Kotabaru)
Didik Nurhadi
Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena kemampuan kompetisi sumber daya manusia untuk mendapatkan
suatu pekerjaan di Kotabaru sangat rendah karena terletak di daerah terpencil. Kenyataan ini membuat
lembaga pendidikan dan industri merasa peduli untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran
kolaboratif. Model Pembelajaran ini berkolaborasi antara Politeknik Kotabaru dengan industri di daerah,
yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12 Tarjun. Model pembelajaran ini berupaya
memperbaiki kemampuan sumber adaya manusia daerah agar mampu berkompetisi dan lulusannya dapat
terserap oleh industri yang ada di daerah. Implementasi model pembelajaran kolaboratif sudah berjalan
selama lima tahun ini, namun peta model pembelajarannya belum jelas, sehingga penelitian dilakukan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana perencanaan pembelajaran kolaboratif antara
lembaga pendidikan dengan industri? (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lembaga
pendidikan dengan industri?, (3) bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lembaga
pendidikan dengan industri?, (4) bagaimana evaluasi hasil pembelajaran kolaboratif antara Politeknik
Kotabaru dengan lembaga pendidikan dengan industri?, dan (5) apa sajakah kendala-kendala dalam
implementasi model pembelajaran kolaboratif antara lembaga pendidikan dengan industri?. Metode
5. Program Studi S2 PKJ 81
penelitian dipilih adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik wawancara, koesioner,
dokumentasi, dan diskusi kelompok terpusat. Tujuan dari penelitian ini adalah memerikan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi pelaksanaan dan hasil pembelajaran kolaboratif antara lembaga pendidikan dengan
industri, serta memerikan kendala-kendala implementasinya.
Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pembelajaran kolaboratif antara lembaga
pendidikan dengan industri di daerah terpencil perlu ditingkatkan untuk mendapatkan perencanaan yang
lebih jelas dan tepat melalui melakukan MOU tentang: (a) paduan/manual yang rinci dan jelas, (b)
pembagian tugas dan wewenang yang merata, (c) data yang akurat tentang dunia usaha/industri, (d)
pemberdayaan kelembagaan yang ada, (e) komitmen dosen/pengajar, peserta didik, dan orang tua, (f)
komunikasi yang baik semua pihak, (g) paket-paket pembelajaran yang tepat dan operasional, dan (h) format
training plans, training agreement, serta monitoring dan evaluasi, dan didukung dengan kurikulum
terintegrasi antara kedua belah pihak; (2) Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lembaga pendidikan
dengan industri perlu ditingkatkan tentang (a) organization strategy,(b)delivery strategy, dan (c)management
strategy; (3) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lembaga pendidikan dengan industri
masih perlu ditingkatkan dengan menggunakan cara kerja PDCA (Plan-Do-Check-Action); (4) Evaluasi hasil
pembelajaran kolaboratif antara lembaga pendidikan dengan industri di daerah terpencil masih perlu
ditingkatkan dari sisi (a) keefektifan pembelajaran, (b) efisiensi pembelajaran, dan (c) daya tarik
pembelajaran; (5) Kendala dalam implementasi model pembelajaran kolaboratif terkait perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran perlu diselesaikan. Kendala pembelajaran
terjadi akibat kurang diperhatikannnya tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan pembelajaran.
Politeknik Kotabaru dan industri dalam melaksanakan pembelajaran kolaboratif yang lebih baik,
disarankan untuk membuat MOU terkait perencanaan guna meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Perbaikan perlu dilakukan untuk evaluasi hasil penyelenggaraan dan hasil pembelajaran. Uji
kompetensi peserta didik juga diperlukan untuk mengetahui hasil evaluasi. Penelitian berikutnya juga
diperlukan untuk pengembangan model pembelajaran kolaboratif ini.
Kata kunci: model pembelajaran kolaboratif, pendidikan di daerah terpencil
Pengaruh Pembelajaran Praktikum dengan Menggunakan CD Interaktif terhadap
Kompetensi Sistem Pengapian pada Siswa Kelas III Mekanik Otomotif SMK YP 17-1
Kota Malang
Eddy Sudarwanto
Abstrak
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak besar terhadap bidang pendidik-
an. Salah satunya adalah tersedianya pembelajaran yang menggunakan Compact Disc (CD) interaktif yang
terdiri dari atas tayangan teks informasi, animasi, gambar, dan soal-soal latihan untuk mencari dan
menganalisa kerusakan dan perbaikan sistem pengapian pada dunia otomotif. CD pembelajaran sistem
pengapian ini dapat dimiliki oleh semua siswa dikarenakan harga keping CD murah dan praktis, dan sangat
bermanfaat untuk mengikuti perkembangan dan menambah ilmu khususnya sistem pengapian konvensional
sampai ke sistem pengapian elektronik.
Penelitian mengenai pembelajaran yang menggunakan media CD interaktif sistem pengapian ini,
antara lain bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media CD interaktif dalam pembelajaran
praktikum sistem pengapian. Penggunaan CD interaktif pengapian merupakan salah satu prasarana bagi
terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model eksperimental, subyek penelitian ini
adalah siswa SMK YP 17-1 Malang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas III Mekanik Otomotif dengan
jumlah 30 siswa, kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol, variabel bebas yang digunakan adalah
pembelajaran dengan menggunakan CD interaktif. Variabel terikatnya adalah hasil praktikum kompetensi
sistem pengapian.
Instrumen penelitian terdiri atas tes kemampuan pengetahuan dan tes praktek kompetensi sistem
pengapian, tes kemampuan pengetahuan jumlahnya ada 40 butir dinyatakan valid dan 5 butir soal praktek
kompetensi sistem pengapian juga dinyatakan valid. Sebelumnya dilakukan uji coba instrumen penelitian
yaitu validitas dan reliabilitas instrumen, untuk validitas menggunakan korelasi product moment sebesar 0,40
untuk taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan menyertakan sampel yang diujicobakan apabila rhitung > rtabel
6. 82 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
maka soal yang ditanyakan valid, diambil nilai r > 0,4 ke atas dinyatakan signifikan. Untuk reliabilitas
menggunakan Kuder_Richardson (KR-20). Reliabilitas soal dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s
Alpha > dari 0,60. Selanjutnya juga dilakukan pengujian persyaratan analisis, yang meliputi uji normalitas
yang menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof test, jika nilai Dhitung < dari Dtabel maka data dianggap
normal. Selain itu juga dapat dinyatakan bahwa koefisien signifkansi (Asymp. Sig) dan alpha 5% data
dianggap normal. Selanjutnya uji homogenitas, digunakan Leavene Statistic jika nilai Fleavene statistic >
alpha 5% maka data dianggap bervarian homogen. Analisis data yang terakhir dalam penelitian ini
menggunakan uji-t, kesemuanya pengujian tersebut menggunakan program SPSS 12 for windows.
Berdasarkan kesimpulan analisa data yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut: (1) ada pengaruh yang signifikan penggunaan CD interaktif terhadap pengetahuan siswa tentang
sistem pengapian pada kelas III program keahlian mekanik otomotif (2) ada pengaruh yang signifikan
penggunaan CD interaktif terhadap kompetensi siswa tentang sistem pengapian pada kelas III program
keahlian mekanik otomotif.
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut: (1) guru harus
meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa, dengan menerapkan pembelajaran CD interaktif, (2) siswa
diwajibkan untuk memiliki media CD interaktif karena harganya murah dan praktis (3) hendaknya sarana
praktek di workshop/bengkel dilengkapi, yang mengikuti perkembangan teknologi sehingga siswa lebih
banyak mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan, (4) perlu diadakan penelitian lanjutan untuk kompetensi
yang berbeda dalam perbandingan yang sama, atau metode lain pada kompetensi yang lain.
Kata kunci: pembelajaran praktikum, CD interaktif, sistem pengapian
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perawatan dan Perbaikan Mesin Bensin 4 Tak 4
Silinder Tune Up dengan Sistem Multimedia
Gunawan Dwiyono
Abstrak
Pembelajaran di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) untuk Program Keahlian Mekanik Otomotif
diperlukan pengetahuan teoritis yang cukup, lalu disertai dengan pengetahuan praktis yang mudah dipahami.
Tidak kalah pentingnya mereka harus memiliki skill yang khusus karena karakteristik lulusan SMK adalah
memiliki kompetensi di bidangnya. Untuk itu mata diklat produktif merupakan mata diklat yang sangat
memungkinkan bisa membekali kompetensi yang diperlukan sesuai bidang keahliannya. Salah satu yang
menyulitkan dalam pembelajaran produktif yaitu Tune Up mesin adalah banyak sekali prosedur yang harus
dilakukan rawan menimbulkan kesalahan fatal. Untuk membawa siswa menjadi taat dan tidak salah maka
akan menjadi efektif bila dihadirkan seorang instruktur yang senantiasa benar dan tidak melupakan
informasi-informasi yang dibutuhkan.
Guru sebagai instruktur memiliki sifat pelupa secara manusiawi. Ketika dalam proses pembelajaran
instuktur memberi contoh ada beberapa hal yang terlupa. Kejadian semacam ini menjadikan proses belajar
harus senantiasa memberikan instuksi lagi, memberi informasi lagi karena saat memberi contoh tadi lupa
belum tersampaikan dan baru disadari saat siswa melakukan kesalahan.
Untuk mengatasi masalah tersebut siswa dapat diberi sajian dalam bentuk gambar bergerak, teks
yang jelas suara maupun urutan langkah pengerjaan yang sempurna dari rekaman yang diedit berulang-ulang
agar didapatkan tujuan pembelajaran yang baik dan sempurna. Hal ini bisa dilakukan dengan mengemban-
gkan perangkat pembelajaran dengan bantuan multimedia.
Pengembangan media pembelajaran multimedia akan menjadi lebih baik bila dirancang dengan
model pengembangan prosedural yang meliputi empat tahap yaitu: (1) Tahap pendefinisian yaitu konsultasi
dengan para ahli, guru-guru dan siswa mekanik otomotif dan pihak lain yang dianggap perlu dalam proses
pengembangan, (2) Tahap desain yang meliputi persiapan media trainer, pemilihan strategi dan tujuan
instruksional (3) Tahap pelaksanaan pengambi-lan gambar audiovisual, pengisian suara, editing, dan
selanjutnya (4) Tahap uji coba produk. Pada tahap uji coba media dianalisis dengan rancangan diskriptif
untuk memperoleh tanggapan dan penilaian dari para ahli, guru dan siswa. Yang dilibatkan dalam ujicoba ini
adalah 3 orang ahli isi, 2 orang ahli media, 5 orang guru dan 30 orang siswa.
Uji coba dilakukan dalam dua tahap. Pada ujicoba tahap pertama diperlukan untuk memperoleh
masukan dan kemudian produk direvisi. Pada tahap kedua ujicoba produk hasil revisi untuk memperoleh
masukan lagi dari para ahli, guru dan siswa.
7. Program Studi S2 PKJ 83
Dari hasil pengembangan ini: secara umum ahli isi memberikan penilaian (86,58%), ahli media
memberikan penilaian (84,37%), guru memberikan penilaian (87,22%), dan siswa memberikan penilaian
(84,29%). Hal ini berarti bahwa media ini telah memenuhi syarat dalam memenuhi kebutuhan siswa dalam
proses pembelajaran.
Guru dan siswa berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan media semacam ini dapat
terlaksana secara efektif, efisien, dan memberi motivasi kepada siswa dalam belajar. Efektifitas pembelajaran
terjadi karena siswa dapat melihat berbagai bentuk data baik gambar, teks, suara, gerak dan peragaan
mengenai prosedur pelaksaan tune up, sehingga memungkinkan siswa lebih menguasai materi pelajaran.
Kata kunci: media pembelajaran, tune up mesin, multimedia
Konstribusi Iklim Organisasi Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru dan Pengetahuan
Teknologi Informasi dengan Profesionalisme Guru Produktif SMK Negeri Kelompok
Teknologi dan Industri se Kabupaten Indramayu
Haryono Suhendro
Abstrak
Salah satu permasalahan utama dalam dunia pendidikan adalah pro-fesionalisme guru, yaitu
membentuk guru yang memiliki kompetensi standar yang memadai. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
hubungan iklim orga-nisasi sekolah, kecerdasan emosional guru dan pengetahuan teknologi informasi dengan
profesionalisme guru produktif SMK Negeri Kelompok Teknologi dan Industri se Kabupaten Indramayu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi, dimana variabel inde-penden dikorelasikan dengan
variabel dependen. Data Populasi penelitian adalah guru produktif dari 10 SMK Negeri Kelompok Teknologi
dan Industri se Kabupaten Indramayu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kue-sioner dengan
skala Likert, sedangkan teknik analisis mengunakan teknik ana-lisis regresi linear ganda dan analisis product
moment Pearson, yang dihitung menggunakan SPSS for Windows Release 10.
Hasil analisis penelitian membuktikan, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim
organisasi sekolah, kecerdasan emosional guru, dan pe-ngetahuan teknologi infomasi dengan profesionalisme
guru produktif SMK Negeri Kelompok Teknologi dan Industri se kabupaten Indramayu, yang ditun-jukkan
oleh nilai koefisien korelasi secara berurutan: X1 dan Y (0,401), X2 dan Y (0,577), X3 dan Y (0,770),
dengan probabilitas (Sign.) lebih kecil dari 0,05
Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara iklim organisasi sekolah,
kecerdasan emosional guru dan pengetahuan teknologi informasi dengan profesionalisme guru produktif
SMK Kelompok Teknologi dan Industri se Kabupaten Indramayu, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama. Saran yang disampaikan adalah perlunya keterlibatan semua pihak dalam membangun iklim
organisasi sekolah, kecerdasan emosional guru dan pengetahuan teknologi informasi untuk meningkatkan
nilai profesionalisme guru.
Kata kunci: iklim organisasi sekolah, kecerdasan emosional guru, pengetahuan teknologi informasi, profe-
sionalisme guru.
Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran Melalui Program Jardiknas oleh Guru-guru
SMK di Kabupaten Indramayu
Kamajaya
Abstrak
Pemanfaatan kemajuan teknologi internet akan semakin mendekatkan sumber informasi kepada
guru dan peserta didik sehingga akan memperoleh kemudahan dalam mengakses informasi dari berbagai
sumber, khususnya yang berkaitan dengan materi yang paling muktahir di bidang pendidikan/pembelajaran.
Fakta dilapangan masih banyak guru yang belum memanfaatkan fasilitas internet yang ada di SMK. Hal
tersebut apakah disebabkan oleh motivasi kerja guru, ataukah kebijakan kepala sekolah yang kurang
mendukung dalam pemanfaatan internet melalui program ICT Jardiknas.
8. 84 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan internet dalam pembelajaran melalui
program ICT Jardiknas oleh guru-guru SMK di Kabupaten Indramayu, dengan menggunakan pendekatan
deskriptif korelasional, variabel penelitian ini adalah: motivasi kerja (X1), kebijakan kepala sekolah (X2) dan
pemanfaatan internet (Y). Populasi penelitian adalah seluruh guru SMK kelompok teknologi dan industri
yang sekolahnya memiliki fasilitas koneksi internet melalui program ICT center Indramayu yang berjumlah
174 orang, dan tersebar di 4 SMK. Jumlah populasi sebanyak 120 guru yang diambil secara acak.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data penelitian
berupa hasil pengukuran terhadap variabel yang dioperasikan dengan menggunakan instrumen. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Adapun teknik
analisis data memakai teknik analisis korelasi product moment Pearson, dan analisis regresi linear ganda.
Hasil penelitian membuktikan bahwa 1) terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja
dengan pemanfaatan internet. 2) terdapat hubungan yang positif antara kebijakan kepala sekolah dengan
pemanfaatan internet. 3) terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja (X1), kebijakan kepala sekolah
(X2) secara bersama-sama dengan pemanfaatan internet (Y). Sumbangan efektif masing-masing variabel
adalah 1) motivasi kerja guru SMK sebesar 13,89% dan 2) kebijakan kepala sekolah tentang pemanfaatan
internet memberikan sumbangan efektif sebesar 1,53%. Dapat dikemukakan bahwa sumbangan efektif
motivasi kerja guru SMK lebih besar dari kebijakan kepala sekolah tentang pemanfaatan internet melalui
program ICT Jardiknas.
Kata kunci: internet, motivasi kerja, guru SMK, kebijakan kepala sekolah
Pengaruh Media Pembelajaran Dua Dimensi, Tiga Dimesi dan Bakat Mekanik Terhadap
Hasil Belajar Sistem Pengapian Sistem Pengapian Motor Bensin Di SMK Negeri 1 Kota
Mojokerto
Khoirul Anwar
Abstrak
Hasil belajar adalah hal yang selalu menjadi orientasi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran.
Inti dari proses pembelajaran adalah penyampaian informasi melalui pemberian pengalaman oleh guru
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Fakta di lapangan menunjukkan
kurang optimalnya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan pemanfaatan media
pembelajaran dan pemahaman terhadap bakat atau potensi peserta didik sebagai faktor yang mempengaruhi
hasil belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Media Pembelajaran Dua Dimensi, Tiga Dimesi
dan Bakat Mekanik Terhadap Hasil Belajar Sistem Pengapian Sistem Pengapian Motor Bensin Di SMK
Negeri 1 Kota Mojokerto. Ada 3 hal yang dieksperimenkan, yaitu (1) perbedaan yang signifikan hasil belajar
sistem pengapian motor bensin, antara kelompok peserta didik yang menggunakan media pembelajaran dua
dimensi dan tiga dimensi; (2) perbedaan yang signifikan hasil belajar sistem pengapian motor bensin, antara
kelompok peserta didik yang mempunyai bakat mekanik rendah, bakat mekanik sedang dan bakat mekanik
tinggi; (3) interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan bakat mekanik yang memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar sistem pengapian motor bensin.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data penelitian
berupa hasil pengukuran terhadap variabel yang dioperasikan dengan menggunakan instrumen. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes tertulis dalam bentuk tes objektif. Data yang dimaksud
adalah hasil belajar sistem pengapian motor bensin. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen. Analisis data dilakukan dengan analisis ANOVA dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sistem
pengapian motor bensin, antara kelompok peserta didik yang menggunakan media pembelajaran dua dimensi
dan media pembelajaran tiga dimensi; (2) terdapat perbedaan hasil belajar sistem pengapian motor bensin,
antara kelompok peserta didik berbakat mekanik rendah, berbakat mekanik sedang dan berbakat mekanik
tinggi; (3) tidak ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan bakat mekanik yang berpengaruh
terhadap hasil belajar sistem pengapian motor bensin.
Berdasarkan hal tersebut, guru perlu mengusai penggunaan media pembelajaran sehingga dalam
proses pembelajaran, dapat memaksimalkan informasi yang disampaikan kepada peserta didik, SMK
9. Program Studi S2 PKJ 85
hendaknya lebih inovatif dan variatif dalam pembuatan media pembelajaran, perlunya pemenuhan kebutuhan
media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran oleh pihak terkait
Kata kunci: media pembelajaran, bakat mekanik, hasil belajar
Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Orientasi Lokus Kendali terhadap Hasil Belajar
Kompetensi Sistem Penerangan dan Wiring Otomotif Siswa SMK Program Keahlian
Mekanik Otomotif
M. M. Al Khasani
Abstrak
Sudah saatnya pertumbuhan SMK yang pesat diiringi oleh peningkatan kualitas lulusan SMK.
Namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh pencapaian kompetensi/hasil
belajar yang diperoleh lulusan SMK yang masih belum memuaskan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
variabel mutu pembelajaran dan karakteristik pebelajar.
Untuk mengungkap dan mengetahui pengaruh strategi pembelajaran dengan pemberian job
pembuatan dan aplikasi trainer, serta lokus kendali terhadap hasil belajar kompetensi sistem penerangan dan
wiring otomotif siswa Program Keahlian Mekanik Otomotif, maka penelitian ini mempunyai rumusan
masalah: (1) Adakah perbedaan hasil belajar kompetensi sistem penerangan dan wiring otomotif antara
kelompok siswa yang diajar menggunakan trainer saja dan kelompok siswa yang diajar menggunakan trainer
dengan terlebih dahulu diberi job pembuatan trainer sistem penerangan dan wiring otomotif?; (2) Adakah
perbedaan hasil belajar kompetensi trainer sistem penerangan dan wiring otomotif antara kelompok siswa
yang memiliki lokus kendali internal dan kelompok siswa yang memiliki lokus kendali eksternal?; dan (3)
Adakah interaksi antara penggunaan media trainer dan lokus kendali siswa terhadap hasil belajar kompetensi
sistem penerangan dan wiring otomotif?
Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian quasi-
experimental dengan desain faktorial prates-postes dan dilakukan pada di SMK “Roudlotun Nasyi’in”
Beratkulon Kemlagi Mojokerto. Ada dua kelas yang digunakan sebagai subjek penelitian dengan jumlah 73
siswa. Penentuan kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan teknik random assignment sampling.
Penelitian ini menggunakan tes untuk pengumpulan datanya.
Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar kompetensi
sistem penerangan dan wiring otomotif yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan trainer dengan
terlebih dahulu diberi job pembuatan trainer dan yang diajar dengan menggunakan trainer saja; (2) Terdapat
perbedaan hasil belajar kompetensi sistem penerangan dan wiring otomotif yang signifikan antara kelompok
siswa yang memiliki lokus kendali internal dan yang memiliki lokus kendali eksternal; dan (3) Terdapat
interaksi antara penggunaan dan pemberian job pembuatan media trainer, dan lokus kendali siswa terhadap
hasil belajar sistem penerangan dan wiring otomotif.
Berdasarkan hasil temuan ini, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu: (1) Agar
guru mata diklat kompetensi sistem penerangan dan wiring otomotif melakukan pembelajaran dengan
terlebih dahulu memberikan job pembuatan trainer sebelum menggunakan trainer tersebut, agar hasil belajar
siswa dapat meningkat; (2) Agar pihak sekolah meyelenggarakan kegiatan pembimbingan kepada siswa,
antara lain layanan orientasi dan informasi, konseling (baik individu maupun kelompok) untuk kasus-kasus
khusus, misalnya terhadap siswa yang beranggapan bahwa keberhasilan yang diperolehnya bersumber dan
ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya (yang memiliki kecenderungan lokus kendali eksternal); dan (3) Agar
guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengubah orientasi lokus kendali siswa dari eksternal
ke internal, misalkan dengan menumbuhkan keinginan untuk berkompetisi dalam berprestasi, kondisi
pembelajaran yang menyenangkan, dan lain-lain.
Kata kunci: pengaruh strategi pembelajaran, lokus kendali, hasil belajar, sistem penerangan dan wiring
otomotif
10. 86 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Penerapan E-Learning untuk Pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi (KKPI) pada Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMK
di Kota Malang
Muhammad Rafie Pawellangi
Abstrak
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) sebagai salah satu mata pelajaran di
SMK perlu diperkenalkan, dipraktikkan, dan dikuasai siswa sedini mungkin sehingga siswa dapat beradaptasi
dengan dunia kerja, perkembangan global, dan jenjang pendidikan lebih tinggi. E-Learning merupakan salah
satu media pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengakses materi setiap waktu. Perubahan
paradigma pembelajaran dari teacher center ke student center memberikan kesempatan lebih bagi interaksi
antara guru dan siswa, dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang disediakan. Evaluasi hasil belajar
melalui ujian tertulis terkadang dipengaruhi faktor judgement atau pertimbangan subyektivitas guru sehingga
diperlukan sistem ujian berbantuan komputer (ujian online) untuk meningkatkan proses evaluasi menjadi
lebih efektif .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap penerapan E-Learning dalam pembelajaran KKPI,
faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya interaksi antara siswa dengan guru, efektifitas pelaksanaan
evaluasi melalui ujian online, dan sumber pembelajaran KKPI menggunakan aplikasi E-Learning pada
Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian TIK se Kota Malang. Populasi siswa sebanyak 2925 orang
dan guru sebanyak 31 orang. Dengan menggunakan teknik probability sampling dengan simple random
sampling diperoleh sampel siswa sebanyak 341 orang. Analisa data menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan E-Learning untuk pembelajaran KKPI secara
umum siap menggunakan aplikasi E-Learning KKPI, yang dibangun dari Moodle; (2) interaksi guru dan
siswa dalam penerapan E-Learning bersifat positif dan edukatif, dimana guru memposisikan diri sebagai
fasilitator dan siswa sebagai partisipan yang aktif, sehingga antar siswa dapat saling berbagi pengalaman dan
bekerja sama dalam pembelajaran; (3) pelaksanaan evaluasi melalui ujian online efektif, konsumsi kertas
minimum, penghematan waktu tanpa mengorbankan kualitas dan integritas ujian, hasil evaluasi dapat
langsung dapat diketahui, kesalahan penghitungan kecil karena dikoreksi otomatis, dan keseluruhan proses
evaluasi dapat dijadikan umpan balik bagi perbaikan pembelajaran; (4) sumber materi pembelajaran KKPI
pada aplikasi E-Learning memiliki daya tarik, dapat membantu penggunanya untuk terampil mengoperasikan
komputer dan mengelola informasi.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) untuk kesinambungan penerapan E-Learning
diperlukan komitmen yang tinggi dari sekolah dan Dinas Pendidikan. Setiap sekolah yang menerapkan E-
Learning sebaiknya; (a) menjaga kestabilan koneksi intranet dan internet, sehingga guru dan siswa dapat
mengakses server E-Learning tanpa ada batasan waktu; dan (b) menyediakan server permanen dan teknisi
yang selalu memantau dan merawat server E-Learning, dan Dinas Pendidikan membuat kebijakan dan
memantau secara berkala terhadap penerapan E-Learning khususnya SMK yang membuka Bidang Keahlian
TIK, (2) perlu diusahakan setiap sekolah memiliki perangkat keras khusus yang mendukung video
conference dan memaksimalkan pemanfaatan jaringan VPN Jardiknas yang sudah ada sehingga interaksi
yang terjadi tidak terbatas pada chatting, forum, dan email, (3) untuk menghindari kebocoran soal ujian
diperlukan sistem ujian yang handal dan memperbanyak bank soal sistem ujian. Selain itu diperlukan usaha
yang besar untuk membudayakan penggunaan sistem ujian online sebagai alat evaluasi oleh guru dan siswa
sehingga terbiasa menggunakannya, dan (4) materi pembelajaran sebaiknya juga dipersiapkan materi dalam
bentuk live CD, sehingga guru dan siswa tetap dapat mempelajari materi dimana saja, misalnya di rumah
walaupun tanpa koneksi internet ataupun intranet.
Kata kunci: e-learning , interaksi, ujian online, KKPI
11. Program Studi S2 PKJ 87
Korelasi Bakat Mekanik, Prestasi Praktikum Otomotif dan Praktik Industri dengan Hasil
Uji Kompetensi Servis berkala Otomotif Roda Empat Sesuai Standar Industri Otomotif,
Studi Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif FT UM
Mustaman
Abstrak
Pesatnya perkembangan produksi Industri Otomotif sebagai dampak dari persaingan secara
kompetitif antara industri otomotif dengan industri otomotif lainnya. Produksi industri otomotif agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka diperlukan pengembangan lokasi dengan mendirikannya
maindealer dan bengkel resmi di seluruh kawasan Indonesia, dengan tujuannya untuk melakukan pelayanan
jasa yang antara lain: a) melakukan pemasaran produk otomotif kepada masyarakat yang meminatinya. b)
melakukan servis berkala bagi masyarakat pengguna kendaraan atau otomotif roda empat. Upaya
pengembangan lokasi tersebut merupakan model kebijakan untuk mengimbangi kuantitas dan kualitas
produksi otomotif PT ISI. Maindealer dan bengkel resmi agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, maka
perlu ditunjang tenaga mekanik dan instruktur yang memiliki kompetensi dibidang otomotif yang memadai.
Setiap diadakan perekrutan tenaga instruktur dan tenaga mekanik, dilakukan psikotes atau tes bakat mekanik
dan tes kompetensi sesuai dengan standar industri otomotif, dengan diperolehnya tenaga kerja yang memiliki
kompetensi yang sesuai harapan industri otomotif. Setelah terekrut tenaga mekanik dan tenaga intruktur
diklat dilingkungan produk industri otomotif PT Indomobil Suzuki Internasional (PT. ISI), sebelum
melakukan job pekerjaan servis berkala di Industri Otomotif, terlebih dahulu menjalani diklat yang dibina
oleh instruktur diklat di Trainning Centre, yang berasal dari lulusan S1 bidang keahlian Pendidikan Teknik
Otomotif
Untuk menjembatani hal tersebut, di dalam Pengembangan Jangka Panjang Perguruan Tinggi
(PJPT) atau Helts 2003–2010 amanah dari Dirjen Dikti, maka Universitas Negeri Malang (UM) menetapkan
visi, misi dan tujuan pengembangan pendidikan yang tertuang dalam Statuta. Perguruan Tinggi yang unggul
dan menjadi rujukan, yaitu salah satunya adalah menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan tujuan untuk
memproduksi atau menghasilkan tenaga kependidikan dan tenaga profesional yang siap pakai yang
diperuntukan di lembaga-lembaga pendidikan maupun siap pakai di industri/perusahaan. Sedangkan tujuan
Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif, adalah menghasilkan lulusan sarjana (S1) yang memiliki
kompetensi dan kewenangan sebagai guru pemula pada sekolah menengah kejuruan otomotif dan instruktur
pada lembaga pelatihan kejuruan teknik otomotif lainnya.Upaya meningkatkan kompetensi lulusan
mahasiswa tersebut, diwajibkan pula untuk menempuh mata kuliah praktik industri bidang keahlian otomotif
dengan harapan, agar kompetensi lulusan yang dimiliki mahasiswa sesuai harapan industri. Permasalahan
yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana bakat mekanik (BK) mahasiswa Program
Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif FT UM?, 2) Bagaimana prestasi belajar Praktikum Otomotif (PO)
yang mencakup (PL, PM, CH) mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif FT UM?, 3)
Bagaimana prestasi Praktik Industri (PI) mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif FT UM?,
4) Bagaimana Hasil uji Kompetensi Servis berkala Otomotif roda empat sesuai Standart Industri Otomotif
(SB), 5)Apakah ada hubungan dan variabel mana yang paling dominan antara Bakat Mekanik (BK), prestasi
Praktikum Otomotif (PO) dengan cakupan ( PL, PM, CH,) (dan Praktik Industri (PI)dengan Hasil uji
Kompetensi Servis berkala Otomotif roda empat sesuai Standar Industri Otomotif (SB) mahasiswa S1
Pendidikan Teknik Otomotif FT UM?.
Subyek penelitian seluruh mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Otomotif berjumlah 41 mahasiswa, dan
data penelitian mahasiswa diperoleh antara lain: Skor nilai Bakat mekanik diperoleh melalui tes, skor nilai
Prestasi Praktikum Otomotif, Prestasi Praktik Industri diperoleh melalui data dokumen, skor hasil uji
kompetensi servis berkala diperoleh melalui tes visual. Kemudian skor nilai dianalisis menggunakan statistik
deskriptif untuk memperoleh gambaran dari variabel (BK, PL, PO, CH) dan variabel PI, variabel SB.
Kemudian dilanjutkan skor nilai dari 6(enam), variabel dianalisis menggunakan path analisys dengan metode
LISREL untuk memprediksi dan menelaah keeratan hubungan variabel eksogen dengan endogen, dan untuk
memprediksi dan menelaah keeratan hubungan variabel edogen dengan endogen.
Berdasarkan dari hasil analisis data penelitian, maka dapat diintepretasikan sebagai berikut: Skor
nilai Bakat Mekanik dari hasil tes psikologi, dan Prestasi Praktikum Otomotif, serta Prestasi Praktik Industri
maupun Hasil uji kompetensi Servis Berkala Otmotif roda empat mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan
Teknik Otomotif angkatan 2005, jika dikaitkan dengan patokan standar nilai Industri Otomotif, diperoleh
wacana bahwa perekrutan tenaga instruktur Industri Otomotif roda empat yang dipersyaratkan masih belum
memuaskan atau belum memenuhi harapan bagi Industri otomotif. Hal ini disebabkan masih ada sebagian
mahasiswa skor nilai yang dimiliki dibawah patokan setandar nilai yang ditentukan PT. Indomobil Suzuki
12. 88 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Internasional. Hubungan antara Bakat Mekanik, Prestasi Praktikum Otomotif dan Prestasi Praktik Industri
yang mencakup antara lain : Faktor-faktor diantara variabel yang memiliki hubungan yang paling dominan di
antara variabel eksogen dan variabel endogen dengan hasil uji kompetensi servis berkala otomotif roda
empat, baik secara langsung maupun tidak langsung di jabarkan sebagai berikut: (a) Terdapat hubungan
efektif antara Bakat Mekanik dengan Hasil Uji Kompetensi Servis Berkala Otomotif. (b) Terdapat hubungan
efektif antara Prestasi Praktikum Mesin Otomotif dengan Hasil Uji Kompetensi Servis Berkala Otomotif. (c)
Terdapat hubungan efektif antara Prestasi Praktik Industri dengan Hasil Uji Kompetensi Servis Berkala
Otomotif. Disarankan: (a) Penerimaan mahasiswa baru sebagai persyaratan lulus di Jurusan teknik Mesin,
Program Studi S1 Pendidikan Otomotif, diperlukan tes kompetensi dan tes khusus yaitu tes psikologi berupa
bakat mekanik. (b) Perlunya peningkatan kompetensi para instruktur atau dosen sesuai dengan bidang
keahlian otomotif, melalui diklat di Lembaga Diklat taraf nasional maupun internasional. (c) Perlunya
pembenahan diskripsi kurikulum agar relevan dengan dunia produksi industri otomotif. (d) Perlunya
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana praktikum otomotif di Bengkel/Laboraturium
Otomotif, agar lulusan dapat mengikuti perkembangan di era global. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti
karena masih terdapat sebagian permasalahan di bidang otomotif belum tergali.
Kata kunci: bakat mekanik, prestasi praktikum otomotif, prestasi praktik industri, hasil uji servis berkala
Hubungan antara Kualitas Layanan Bursa Kerja Khusus dan Persepsi Alumni terhadap
Layanan di SMK se-Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Setyo Raharjo
Abstrak
Keberadaan BKK di sekolah kejuruan akan bertugas membantu sekolah dalam menginformasikan
dan mempromosikan profil kemampuan yang dimiliki tamatan. Selain tu juga mencatat, mendata para alumni
untuk selanjutnya memasarkan/menawarkan kepada industri untuk bisa mengisi pekerjaan sesuai dengan
kesempatan yang ada. Keberhasilan sekolah kejuruan sering dikaitkan atau diukur dengan besarnya jumlah
tamatan yang telah bekerja atau berwiraswasta. Maka kualitas BKK sangat menentukan untuk bisa
menjalankan salah satu program sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kualitas layanan BKK di SMK se-Kabupaten
Kendal, mengungkap ada tidaknya hubungan antara bimbingan kepada alumni dan persepsi alumni terhadap
layanan, mengungkap ada tidaknya hubungan antara penawaran kepada pengguna tenaga kerja dan persepsi
alumni terhadap layanan, mengungkap ada tidaknya hubungan antara administrasi pencari kerja/alumni dan
persepsi alumni terhadap layanan, mengungkap ada tidaknya hubungan antara informasi lowongan kerja dan
persepsi alumni terhadap layanan, mengungkap ada tidaknya hubungan antara kerjasama dengan pegguna
tenaga kerja dan persepsi alumni terhadap layanan, mengungkap ada tidaknya hubungan antara bimbingan
kepada alumni, penawaran kepada pengguna tenaga kerja, administrasi dan mendata pencari kerja/alumni,
informasi/mencari lowongan kerja, kerjasama pegguna tenaga kerja, dan persepsi alumni terhadap layanan.
Subyek penelitian diambil alumni tahun 2006/2007 pada SMK Teknologi dan Industri yang
mempunyai BKK. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dengan teknik
survey. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan mengacu pada skala Lickert. Tersedia jawaban
sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan dan sangat kurang. Penentuan sampel dalam penelitian
ini ada dua yaitu: sampel secara proporsi (Proporsional Sample) dan sampel purposive. Populasi dari
penelitian ini sebesar 1.188 dan responden yang diambil adalah 181 alumni SMK se-Kabupaten Kendal. Data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier ganda dengan bantuan SPSS 15 for window.
Hasil analisis data dapat mengungkap: 1) sumbangan pengaruh variabel bimbingan (X1), penawaran
ke industri (X2), administrasi dan mendaftar/data (X3), informasi lowongan (X4) dan kerjasama industri
(X5), terhadap variabel persepsi alumni (Y) sebesar 38.3%. 2) analisis regresi linier ganda menunjukan
hubungan positif dan signifikan antara (X1, X2, X3, X4, X5,) secara bersama-sama dengan (Y) yaitu: nilai F
hitung > F tabel (21.719 > 2.151). Hasil penelitian terungkap bahwa bimbingan p=0.043, penawaran
p=0.034, administrasi dan mendata p=0.006, signifikansi informasi p=0.000, signifikansi kerjasama industri
p=0.007.
Berdasarkan hasil penelitian; 1) Pengelola BKK di SMK se-Kabupaten Kendal hendaknya selalu
meningkatkan kualitas bimbingan kepada alumni ataupun calon alumni. 2) Pengelola BKK di SMK se-
Kabupaten Kendal hendaknya selalu meningkatkan kuantitas dan kualitas penawaran kepada pengguna
13. Program Studi S2 PKJ 89
tenaga kerja khususnya dunia industri, 3) Pengelola BKK di SMK se-Kabupaten Kendal hendaknya selalu
meningkatkan administrasi sebagai pendukung kegiatan antar kerja, 4) Pengelola BKK di SMK se-
Kabupaten Kendal hendaknya selalu meningkatkan kegiatan untuk mendapatkan informasi lowongan kerja
dan menjalin kerja sama dengan industri maupun dengan pengelola tenaga kerja lainya, 5) Kualitas layanan
bimbingan kepada alumni, penawaran kepada pengguna tenaga kerja, administrasi dan mendaftar/mendata
pencari kerja/alumni, informasi dan mendata lowongan kesempatan kerja, kerjasama dengan penguna tenaga
kerja, di BKK SMK se-Kabupaten Kendal, hendaknya menjadi perhatian bagi kepala sekolah dan Kantor
Dinas terkait dalam penyelenggaraan kegiatan antar kerja.
Kata kunci: kualitas layanan, BKK, persepsi alumni
Peningkatan Kecermatan Bekerja dalam Kompetensi Menggunakan Perkakas Tangan
dengan Modul CD Pembelajaran pada Siswa Kelas X Mekanik Industri SMK Negeri I
Singosari
Shanty Sri Isnainingsih
Abstrak
Penelitian ini bertujuan memperbaiki proses pembelajaran, yang dilaksanakan dengan menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research atau CAR), pelaksanaannya
dilakukan pada 3 sub kompetensi antara lain sub kompetensi penandaan, sub kompetensi penggergajian dan
sub kompetensi pengikiran dan masing-masing terdiri dari tiga ranah yang diteliti yaitu ranah afektif, ranah
kognitif dan ranah psikomotorik. Pada penilaian hasil akhir dikatakan siswa sudah lulus atau kompeten
apabila siswa mempunyai nilai ≥ 7,00
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, tiap siklus menggunakan benda kerja yang berbeda,
siklus pertama menggunakan benda kerja balok segi empat, sedang siklus kedua dan ketiga menggunakan
benda kerja profil U, tetapi berbeda bidang yang dikerjakan. Metode pembelajaran menggunakan modul CD
pembelajaran yang dilengkapi dengan modul pendamping, jobsheet, dan instrumen penilaian, dengan
perencanaan pembelajaran diawali pembuatan skenario pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran,
menyiapkan perangkat observasi siswa dan guru, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian.
Siklus pertama masing-masing sub kompetensi, diawali dengan tahap penjelasan (secara umum dan
pre tes), berikutnya tahap peragaaan (tayangan durasi penuh untuk sub kompetensi penandaan, penggergajian
dan pengikiran), tahap komunikasi terjadi interaksi, dan tahap mencoba mengerjakan soal pos tes yang
terdapat pada modul pendamping. Tahap bekerja, siswa yang kompeten pada kompetensi penandaan yaitu
9,09 %, kompetensi penggergajian yang kompeten 9,09%, dan kompetensi pengikiran yang kompeten pada
bidang satu 9,09% dan pada bidang dua 3,03%. Hasil refleksi siklus pertama, kurang baik maka siklus yang
berikutnya ditayangkan modul CD pembelajaran dengan bentuk potongan per sub kompetensi yang
ditayangkan satu kali yaitu pada awal pembelajaran.
Hasil pembelajaran pada siklus II yang kompeten adalah 93,94% pada sub kompetensi penandaan,
sedang sub kompetensi penggergajian adalah 96,96%, dan sub kompetensi pengikiran sebesar 81,82% pada
bidang satu, serta pada bidang dua sebesar18,18%
Dilakukan pengamatan serta penilaian dengan perolehan hasil bahwa ditemukan nilai yang kurang
kompeten, hasil refleksi pada siklus kedua ini masih rendah. Sehingga pada siklus ketiga tahap peragaan
modul CD pembelajaran yang ditayangkan dengan modul potongan pada masing-masing sub kompetensi
diperoleh hasil siswa yang kompeten pada sub kompetensi penandaan, penggergajian dan pengikiran bidang
satu sudah 100%, sedangkan pada sub kompetensi pengikiran untuk bidang dua yang kompeten masih
96,97%.
Bertitik tolak pada temuan ini, beberapa kesimpulan yang didapatkan yaitu: (1) adanya peningkatan
nilai postes yang signifikan dibandingkan dengan nilai pretes, (2) peningkatan kecermatan dalam pemilihan
dan penggunaan alat perkakas tangan, (3) peningkatan kecermatan dalam pemilihan dan penggunaan alat
ukur, (4) peningkatan kecermatan dalam pelaksanaan K3, (5) peningkatan nilai pada semua sub kompetensi.
Kata kunci: kecermatan bekerja, kompetensi menggunakan perkakas tangan, modul CD pembelajaran,
Sekolah Menengah Kejuruan
14. 90 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Pencitraan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Trenggalek
Sunarko
Abstrak
Setiap akhir tahun ajaran para orang tua disibukkan oleh urusan persekolahan anak-anak mereka,
yaitu masalah peralihan jenjang dari SD ke SLTP dan seterusnya ke SLTA. Sebuah keputusan yang harus
ditentukan saat itu menyangkut masa depan anak. Secara umum harapan orang tua, bagaimana si anak dapat
melanjutkan sekolah berstatus negeri yang bagus dengan tetap berpihak pada karir dan masa depan anak-
anak.
Peralihan dari jenjang khususnya dari SLTP ke SLTA yang sudah mulai erat kaitannya dengan karir
masa depan anak perlu penanganan secara serius, bukan hanya oleh orang tua, tetapi juga oleh seluruh
masyarakat yang terlibat dengan masalah pendidikan lanjutan ini.
Terkait dengan karir masa depan anak, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga
yang menyiapkan tamatan yang siap bekerja dan berkarir adalah solusinya. Peraturan Pemerintah Nomor 29
tahun 1990 yang merumuskan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan peserta didik
untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Peran SMK dalam mempersiapkan tenaga kerja yang terampil, mendidik anak-anak untuk mandiri,
menurunkan angka pengangguran, mengurangi angka kejahatan dan meningkatkan pemasukan pajak untuk
negara, maka perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab. Seperti kinerja
sekolah, keprofesionalan tenaga pendidik, program kahlian, sistem pendidikan dan pelatihan, serta kualitas
produk. Pada gilirannya dapat dirancang program-program apakah yang perlu dilakukan untuk menata masa
depan pendidikan kejuruan di Indonesia, program kerja yang realistis, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Dalam pemecahan masalah-masalah seperti ini diperlukan program terpadu yang didahului dengan
pemulihan citra Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan diikuti program-program yang diarahkan untuk
evaluasi diri secara menyeluruh, yang terkait dengan kelembagaan, keprofesionalan guru, program keahlian,
sistem pendidikan dan pelatihan, serta produk dan jasa peserta didik (student project), sehingga diharapkan
penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan bersama.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah peserta didik SMK kelas
3 di Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2007/2008 sebanyak 1332 dan sampel sejumlah 267. Kegiatan
penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah: (1) penyusunan instrumen berupa angket yang melalui
tahap pengukuran validasi secara statistik sesuai jenis data yang digali, (2) menggali data dari sumber, yaitu
populasi peserta didik dengan menggunakan angket yang telah disusun, (3) melakukan tabulasi, analisa data
dan pemaknaan hasil analisa data.
Hasil penelitian mengungkap fakta: (1) sebagian besar program responden (70,60%) berpersepsi
bahwa struktur, visi misi, dan tujuan SMK sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta didik, mean
(116,40), (2) sebagian besar responden (78,195%) berpersepsi bahwa keprofesionalan guru-guru di SMK
sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta didik, mean (121,21), (3) sebagian besar responden (62,02%)
berpersepsi bahwa tujuan program keahlian sesuai dengan kebutuhan peserta didik, mean (21,54), (4) pada
umumnya responden (86,90%) berpersepsi bahwa sistem pendidikan dan pelatihan di SMK sesuai dengan
harapan peserta didik, mean (41,29), (5) sebagian besar responden (72,04%) berpersepsi bahwa produk dan
jasa di SMK sesuai dengan kebutuhan peserta didik, mean (36,02).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) dalam dunia pendidikan (persekolahan)
yang berposisi sebagai produsen adalah pihak sekolah, yakni pihak yang memproduksi jasa layanan
pendidikan yang diperlukan oleh konsumennya yaitu peserta didik, (2) penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas/bermutu tidak lepas dari bagaimana program sekolah direncanakan seefektif mungkin untuk
diarahkan bagi usaha membuat seluruh peserta didik belajar, (3) efektifitas belajar bukan hanya menilai hasil
belajar peserta didik, tetapi semua upaya yang menyebabkan anak belajar. Artinya, kualifikasi dan kinerja
guru, staf sekolah, dan personil lainnya adalah indikator yang turut menentukan efektifitas belajar, (4)
sebagian besar gugu-guru SMK di Kabupaten Trenggalek sudah memenuhi syarat kualifikasi pendidik
ditinjau dari: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesi, (5)
bidang kejuruan yang diberikan di SMK di Kabupaten Trenggalek masih belum memberikan kesesuaian
dengan harapan peserta didik, ini berarti tujuan yang ingin dicapai program keahlian dapat dikatakan belum
dicapai secara maksimal atau belum bisa memberikan kepuasan kepada peserta didik. Penyebab kegagalan
ini terutama terletak pada layanan pembelajaran yang belum diterapkan secara maksimal dan sarana/
prasarana yang kurang memadai, (6) SMK di Kabupaten Trenggalek sudah menjalin kerjasama dengan DU/
DI dengan baik, terbukti dengan adanya kesepakatan bersama dalam merencanakan program pembelajaran
dasar kejuruan dan produktif untuk meningkatkan mutu tamatan. Tetapi pelaksanaan proses pembelajaran
15. Program Studi S2 PKJ 91
dasar kejuruan di SMK belum memenuhi harapan DU/DI, sehingga pada pelaksanaan praktik produktif di
DU/DI, peserta didik tidak ditempatkan pada bidang-bidang kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Terkait dengan layanan pembelajaran, maka beberapa saran kepada guru-guru di SMK adalah: (1)
senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui lembaga pelatihan maupun organisasi-organisasi pembela-
jar seperti MGPD atau organisasi lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelarannya, (2) senantiasa
mengembangkan kurikulum dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (3) senantiasa menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai metode pembelajaran mutakhir yang senantiasa diarahkan
supaya peserta didik gemar dan betah belajar, pada akhirnya tercapai tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan, (4) senantiasa mengembangkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
bidang keahlian dan peserta didik, (5) senantiasa berupaya untuk berpihak bagi masa depan peserta didik.
Kata kunci: SMK, profesionalitas guru, program keahlian, sistem pendidikan dan pelatihan
Hubungan Pengalaman Diklat/Penataran, Pengalaman Kerja, dan Kemampuan Profesional
dengan Kinerja Guru SMK di Kota Blitar
Suryanto
Abstrak
Diklat/penataran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana sebagai usaha
untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan (guru). Semakin sering seorang guru mengikuti diklat/
penataran, maka cenderung akan semakin meningkat kemampuannya. Pengalaman kerja berhubungan erat
dengan tugas-tugas guru sebagai pendidik, pembimbing, pembina peserta didik, dan lamanya bekerja/masa
kerja. Semakin sering guru mengikuti program diklat/penataran dan semakin berpengalaman dalam
melaksanakan tugas sehari-hari, maka akan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Kinerja akan tercapai
dengan baik apabila aktivitas guru mencakup tiga aspek, yaitu: perilaku, efektivitas, dan hasil. Perilaku
menunjukkan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan, efektivitas merupakan langkah-langkah dalam
pertimbangan, dan hasil yang merupakan prestasi kerja organisasi yang menekankan proses pekerjaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan pengalaman diklat/penataran, pengalaman
kerja, dan kemampuan profesional dengan kinerja guru SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Kota Blitar.
Populasi sebanyak 341 orang. Sampel penelitian sebanyak 172 orang yang ditetapkan secara purposif
proporsional random. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) variabel pengalaman diklat/penataran termasuk
kategori baik. Pengalaman diklat/penataran memberikan pengaruh yang tinggi terhadap tugas-tugas guru, dan
mampu mengubah perilaku guru dalam proses pembelajaran, (2) variabel pengalaman kerja pada umumnya
cenderung baik. Pengalaman kerja memberikan pengaruh yang cukup tinggi terhadap tugas pokok guru
sebagai pendidik, pembimbing, pembina, serta mampu meningkatkan kesungguhan dalam bekerja, (3)
variabel kemampuan profesional pada umumnya termasuk kategori baik. Kemampuan profesional
memberikan pengaruh yang tinggi terhadap kecakapan guru dalam melaksanakan tugas profesinya, (4)
kinerja guru pada umumnya termasuk kategori baik. Kinerja guru memberikan pengaruh yang tinggi
terhadap prestasi kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja, penampilan kerja, dan hasil kerja yang berhubungan
dengan tugas-tugas guru di sekolah, (5) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman
diklat/penataran dengan pengalaman kerja sebesar 0,160; dengan kekuatan hubungan yang lemah sekali, (6)
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman diklat/penataran dengan kemampuan
profesional sebesar 0,404; dengan kekuatan hubungan yang sedang, (7) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara pengalaman kerja dengan kemampuan profesional sebesar 0,367; dengan kekuatan
hubungan yang lemah, (8) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman diklat/penataran
dengan kinerja guru sebesar 0,485; dengan kekuatan hubungan yang sedang, (9) terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara pengalaman kerja dengan kinerja guru sebesar 0,260; dengan kekuatan
hubungan yang lemah, dan (10) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan profesional
dengan kinerja guru sebesar 0,726; dengan kekuatan hubungan yang kuat.
Saran yang diajukan dari penelitian ini adalah: (1) agar tetap diadakan kegiatan diklat/penataran
yang dirancang dan diorganisir dengan baik sehingga mampu mengubah perilaku guru dalam proses
pembelajaran, (2) agar guru SMK menambah pengalaman kerja dalam melaksanakan tugas kesehariannya
dengan cara memberikan tugas tambahan seperti bimbingan penyuluhan, guru piket, jabatan pada struktur
organisasi sekolah, bahkan perlu membangun hubungan dengan orang tua siswa dan masyarakat, (3) agar
16. 92 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
guru SMK berupaya lebih maksimal meningkatkan kemampuan profesionalnya, dengan cara memberikan
pengaruh yang tinggi terhadap kecakapan yang dikuasai dalam melaksanakan tugas profesinya, (4)
hendaknya guru SMK meningkatkan pengaruh yang tinggi terhadap prestasi kerja, pencapaian kerja, unjuk
kerja, penampilan kerja, dan hasil kerja yang berhubungan dengan tugas-tugas guru di sekolah, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja guru, dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: pengalaman diklat/penataran, pengalaman kerja, kemampuan profesional, kinerja guru
Pengaruh Penggunaan Media CD Interaktif Microsoft Access terhadap Hasil Belajar
Kompetensi Mengoperasikan Perangkat Lunak Basis Data di SMK Negeri 4 Malang
Taufik Priolaksono
Abstrak
Pendekatan mengajar yang efektif dan efisien dalam pembelajaran praktik merupakan strategi untuk
menghasilkan siswa yang kompeten. Media sebagai bagian penting dalam pembelajaran praktik sebaiknya
sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Media CD interaktif Microsoft Access dapat dikategorikan
media yang sesuai, efektif dan mudah untuk memahami pembelajaran kompetensi mengoperasikan perangkat
lunak basis data.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hasil belajar siswa pada kompetensi mengoperasi-
kan perangkat lunak basis data yang diajarkan dengan menggunakan CD interaktif Microsoft Access, 2) hasil
belajar siswa pada kompetensi mengoperasikan perangkat lunak basis data yang diajarkan dengan metode
konvensional, 3) pengaruh penggunaan media CD interaktif Microsoft Access dan metode konvensional
terhadap hasil belajar siswa pada kompetensi mengoperasikan perangkat lunak basis data.
Penelitian ini menggunakan disain quasi experimental, dengan subyek penelitian pada Program
Keahlian Persiapan Grafika (PsG) yaitu kelas X PsG-4 yang berjumlah 42 siswa sebagai kelas eksperimen
yang diajarkan dengan media CD interaktif Microsoft Access dan kelas X PsG-5 yang berjumlah 42 siswa
sebagai kelas kontrol yang diajarkan menggunakan metode konvensional. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan prates dan pascates pada tes pengetahuan dan tes keterampilan yang telah
melalui pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa; 1) kompetensi mengoperasikan perang-kat lunak basis data
yang diajarkan menggunakan media CD interaktif Microsoft Access menghasilkan nilai rerata pascates
pengetahuan 75,18 dan untuk pascates keterampilan 77,29; 2) kompetensi mengoperasikan perangkat lunak
basis data yang diajarkan menggunakan metode konvensional menghasilkan nilai rerata pascates
pengetahuan 71,97 dan untuk pascates keterampilan 72,57; dan 3) terdapat pengaruh yang signifikan antara
penggunaan media CD interaktif Microsoft Access pada kompetensi mengoperasikan perangkat lunak basis
data dengan taraf signifikansi (α)=0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru pengajar kompetensi mengoperasikan
perangkat lunak basis data untuk mengembangkan dan menggunakan media CD interaktif Microsoft Access
yang memenuhi karakteristik dalam kegiatan pembelajaran kompetensi mengoperasikan perangkat lunak
basis data, sehingga siswa mampu menguasai kompetensi tersebut dengan baik. Media CD interaktif
Microsoft Access sebagai media pembelajaran dapat dikembangkan secara lebih luas komprehensif.
Kata kunci: kompetensi, media CD interaktif, hasil belajar
Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana Praktik Program Keahlian Teknik Komputer
dan Jaringan (TKJ) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Malang Raya
Wahyu Andreas
Abstrak
Peranan pemenuhan sarana dan prasarana turut menentukan kualitas dari proses belajar mengajar
disekolah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Cahyono (2005) yang
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa. Dengan
17. Program Studi S2 PKJ 93
demikian pembinaan kemampuan guru dalam mengelola sarana dan prasarana memang diperlukan dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, namun dalam rangka itu pula di sekolah perlu adanya
layanan profesional di bidang sarana dan prasarana (Gorton dalam Bafadal, 2004)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pemenuhan standar kuantitas sarana
praktik program keahlian TKJ, (2) mendeskripsikan pemenuhan standar kuantitas prasarana praktik program
keahlian TKJ, (3) mendeskripsikan pemenuhan standar kualitas prasarana praktik program keahlian TKJ di
SMK se-Malang Raya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Subyek dalam penelitian ini
adalah 19 SMK yang mempunyai program keahlian TKJ se-Malang Raya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ada tiga jenis, yaitu kuesioner pemenuhan pemenuhan standar kuantitas sarana, kuesioner
pemenuhan standar kuantitas prasarana dan angket pemenuhan standar kualitas prasarana praktik program
keahlian TKJ.
Hasil penelitian ini adalah : 1) secara umum, program keahlian TKJ kurang memenuhi standar
kuantitas sarana praktik program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. 2) secara umum, program keahlian
TKJ kurang memenuhi standar kuantitas prasarana praktik program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.
3) secara umum, program keahlian TKJ memenuhi standar kualitas prasarana praktik program keahlian
Teknik Komputer dan Jaringan.
Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan agar: 1) dapat menjadi pertimbangan bagi kepala
dinas pendidikan se- Malang Raya dalam penentuan kebijakan pada penambahan sarana dan prasarana
praktik. 2) pihak sekolah melakukan usaha untuk meningkatkan pemenuhan standar sarana dan prasarana
praktik program keahlian TKJ. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan cara melakukan
kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. Pihak sekolah perlu membuka kesempatan kepada pihak
orang tua siswa yang berkeinginan untuk mengambil peranan dalam rangka pemenuhan standar sarana dan
prasarana praktik ini. Selain itu pihak sekolah juga perlu mengefektifkan peranan manajemen sekolah untuk
peningkatan fasilitas melalui efisiensi pembiayaan. 3) dilakukan penelitian lanjut yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemenuhan standar sarana dan prasarana praktik terhadap pencampaian kompetensi
siswa.
Kata kunci: sarana dan prasarana praktik, pemenuhan
Pemanfaatan EFI (Electronic Fuel Injection) Trainer dan Scan Tool dalam Pembelajaran
Sistem Injeksi Bensin Pada SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Se–Ex
Karesidenan Besuki
Yon Ansori
Abstrak
Sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai lembaga yang bertujuan men-cetak tenaga kerja tingkat
menengah lebih banyak mentransfer keterampilan kepa-da siswa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain: 1) mutu lulusan SMK yang sesuai dengan kompetensi yang dituntut
oleh pasar kerja (DU/DI), 2) Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKNI), ser-ta 3) kebutuhan pembe-
kalan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan IPTEK. Perkembangan teknologi, khususnya
bidang otomotif yang akhir-akhir ini begitu pesat adalah berkembangnya teknologi sistem injeksi motor
bensin dengan kontrol elektronik atau yang dikenal dengan istilah EFI System. Perkembangan teknologi EFI
ini bagi siswa SMK harus diketahui, dipahami, dan dikuasai. Agar siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung, untuk itu diperlukan media pembelajaran yang dapat mewakili benda sebenarnya, yaitu EFI trainer
dan scan tool.
Untuk mengungkap dan mendeskripsikan EFI Trainer dan Scan Tool (ditinjau dari ketersediaan,
penggunaan, dan kendalanya) dalam pembelajaran Sistem Injeksi Bensin pada SMK program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif Se-Ex Karesidenan Besuki, maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah
sebagai berikut: 1) Bagaimanakah ketersediaan EFI Trainer pada SMK program keahlian Teknik Mekanik
Otomotif?, 2) Bagaimanakah ketersediaan Scan Tool pada SMK program keahlian Teknik Mekanik
Otomotif?, 3) Bagaimanakah penggunaan EFI Trainer dalam pembelajaran Sistem Injeksi Bensin pada SMK
program keahlian Teknik Mekanik Otomotif?, 4) Bagaimanakah penggunaan Scan Tool dalam pembelajaran
Sistem Injeksi Bensin pada SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif?, dan 5) Apa sajakah kendala
yang ada dalam penggunaan EFI Trainer dan Scan Tool dalam pembelajaran Sistem Injeksi Bensin pada
SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif?
18. 94 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian
deskriptif dan dilakukan pada SMK program keahlian Tek-nik Mekanik Otomotif Se-Ex Karesidenan Besuki.
Ada 16 SMK dengan 16 guru dan 468 siswa yang dijadikan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah sampling acak secara proporsional (proportional random sampling). Penelitian ini
menggunakan lembar observasi dan angket untuk pe-ngumpulan datanya.
Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa: 1) Ketersediaan EFI trai-ner di SMK Se-Ex
Karesidenan Besuki masih kurang memadahi, 2) Ketersediaan scan tool di SMK Se-Ex Karesidenan Besuki
masih sangat kurang memadahi, 3) Sebagian besar guru hanya menggunakannya sebagai alat bantu/peraga,
4) Pada umumnya guru maupun siswa menggunakan scan tool sebagai alat untuk mendi-agnosis kerusakan
(trouble shooting) yang terjadi pada EFI system, dan 5) Pada umumnya, kendala penggunaan EFI trainer dan
scan tool dalam pembelajaran Sistem Injeksi Bensin adalah dikarenakan keterbatasan atau jumlah alat yang
tidak memadahi.
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang da-pat disampaikan, yaitu:
1) Bagi Pimpinan Direktorat Pembinaan SMK Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan penentuan
kebijakan dalam program pengembangan SMK khususnya di ex karesidenan Besuki ditekankan pada pe-
nambahan sarana praktek khususnya Scan tool dan EFI trainer. 2) Bagi Peme-rintah Daerah Tingkat II di
Wilayah Ex-Karesidenan dari hasil penelitian dida-patkan kekurangan alat dan terlalu tinggi perbandingan
jumlah alat dengan jumlah siswa pada program keahlian Mekanik Otomotif. Dengan demikian perlu duku-
ngan Pemerintan Daerah dalam rangka pengadaan sendiri ataupun saring dengan Pemerintah Pusat. 3) Bagi
Kepala Sekolah, diharapkan ada langkah-langkah kongkrit mencukupi kebutuhan media khususnya untuk
pengadaan EFI trainer dan scan tool. Hal ini dilakukan agar ketersediaan EFI trainer dan scan tool dalam
pembelajaran. 4) Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan EFI trainer dan scan tool dan kemampuan awal siswa terhadap pencapaian kompetensi mata
diklat Sistem Injeksi Bensin. 5) Bagi peneliti hasil penelitian ini merupakan bahan inspirasi untuk lebih
meningkatkan inovasi model pembelajaran sebagai pengganti keter-batasan peralatan, sehingga tujuan
pencapaian kompetensi sistem injeksi bahan bakar bensin tetap tercapai.
Kata kunci: pemanfaatan, EFI trainer dan scan tool, pembelajaran sistem injeksi bensin, teknik mekanik
otomotif