SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran. Namun sampai sdaat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih
lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih
langkanya dokter yang berminat pada ilmu ini.1
Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilinya,maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan.
Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami.
Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah
aadanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan.
Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir
serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami. Termasuk juga
sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi.1
Pada pasangan yang normal yang berhubungan seksual secara teratur untuk
memperoleh anak, maka persentase untuk dapat hamil dalam satu bulan adalah 20%,
57% dalam 3 bulan, 75% dalam 6 bulan, 90% dalam 1 tahun.2
1
Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin
kondisi infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan
lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah:
(1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat
sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat
dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat
perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.
Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh
pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.1
Infertilitas merupakan kondisi medis yang mempunyai efek tidak hanya secara
medis bagi penderitanya, tapi juga secara psikologi terutama pada wanita. Wanita
seringnya menjadi menderita karena beban hal ini, apalagi ada budaya-budaya
tertentu yang menganggap wanita merupakan sumber masalah bagi pasangan infertil.
Hal ini akan meningkatkan angka kekerasan yang terjadi pada wanita dan juga angka
perceraian. Bagi sang suami yang menganggap wanita sebagai sumber masalah
infertilitas, akan berubah perilaku seksualnya, mereka akan sering berganti-ganti
pasangan seksual walaupun sudah bercerai dengan istrinya yang mana akan
meningkatkan risiko terjangkit HIV/AIDS. Beberapa penelitian dalam 10 tahun
2
terakhir, walaupun etiologinya belum diketahui, mulai mengetahui bahwa infertilitas
mungkin dapat ikut menjadi faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu dan bayi.3
I.2 Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah yang
diutarakan adalah bagaimana etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari
infertilitas?
I.3 Tujuan
Penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari infertilitas.
I.4 Manfaat
Hasil dari penulisan tinjauan pustaka ini dapat memberikan informasi mengenai
etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari infertilitas. Selain itu, dapat juga
dijadikan sebagai bahan dasar pada penelitian selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Reproduksi Manusia
Setiap bayi perempuan lahir dengan rata-rata 400 ribu sel telur imatur pada
ovariumnya. Ketika perempuan sudah mencapai menarche, maka setiap bulan ketika
haid, wanita akan kehilangan 1 sel telurnya. Setiap siklus menstruasi dimulai dengan
pelepasan gonadotropin releasing hormon (GnRH), FSH, dan LH. Hormon –hormon
ini akan mempersiapkan ovarium untuk melepaskan sel telur dan memberi sinyal
untuk uterus agar endometrium mempersiapkan diri untuk sebuah implantasi.
Kemudian ketika di pertengahan siklus, adanya peningkatan hormon akan membuat
pelepasan sel telur oleh ovarium, hal ini disebut ovulasi. Sel telur itu kemudian
ditangkap oleh fimbrae dan berjalan melalui tuba fallopi menuju uterus. Apabila sel
telur ini kemudian bertemu dengan sel sperma, maka sel telur dan sel sperma akan
bertemu dan terjadi fertilisasi, hal ini paling sering terjadi di ampulla tuba fallopi. Sel
telur yang telah difertilisasi ini akan menjadi zigot, terus berjalan ke arah uterus, dan
akhirnya akan terjadi implantasi pada endometrium uterus dalam bentuk blastula.
Apabila sel telur ini tidak dibuahi maka akan hormon akan memberi sinyal agar
endometrium meluruhkan lapisan-lapisan yang tadinya dipersiapkan untuk implantasi
bayi. Hal inilah yang disebut dengan menstruasi, dan siklus ini akan berlanjut sampai
masa menopause.2
4
Gambar 1.1 Reproduksi Wanita
Pada bayi laki-laki, mereka lahir dengan 2 testis. Setiap testis mempunyai
kemampuan untuk membuat dan menyimpan sperma secara berkelanjutan. Hal ini
dimulai ketika masa pubertas, stok sperma yang baru akan dibuat setiap 72 jam,
akibat respon terhadap hormon testosteron, GnRH, LH, dan FSH. Saluran epididimis
merupakan tempat untuk pematangan sperma yang kemudian akan berjalan melalui
vas deferens dan duktus ejakulatorius. Selama dalam perjalanan ini, sperma akan
bercampur dengan sekret dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan
prostat untuk membentuk semen. Ketika sudah diejakulasikan, sperma harus
berenang melalui serviks untuk bertemu dengan sel telur.2
5
Gambar 1.2 Reproduksi Pria
II.2 Definisi
Fertilitas adalah kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.1
Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
memperoleh anak setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa
menggunakan kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan
pasangan suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara
6
teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan
ini telah mempunyai anak.1
II.3 Etiologi
1. Etiologi Infertilitas dalam Pasangan
1. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,
posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.1
2. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang
dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.1
3. Posisi
infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu
dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa
kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat
dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur
wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan
dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
7
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita
menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan
memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.1
II.4 Pemeriksaan
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan secara satu kesatuan. Itu berarti,
kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak
diperiksa. Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai
berikut:8
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini
apabila:
a. Pernah mengalami keguguran berulang
b. Diketahui mengidap kelanan endokrin
c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d. Pernah mengalami bedah ginekologik
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum punya anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertiitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
istri dan anaknya.
8
1. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menemukan bukti kelainan yang
dapat menyebabkan menyebabkan infertilitas. Pada pemeriksaan fisik pasangan
wanita, perhatian khusus harus diberikan untuk mengidentifikasi tanda-tanda
kelebihan androgen, yaitu hirsutisme, kebotakan, dan jerawat. Ukuran dan mobilitas
organ reproduksi dan adanya nodul endometriosis dapat dinilai selama pemeriksaan
bimanual. Jika ada kecurigaan infeksi PMS, spesimen serviks dapat diperiksa untuk
dikultur. Pada pemeriksaan terhadap pasangan laki-laki, defisiensi androgen harus
dicari, seperti rambut tubuh berkurang, dan ginekomastia. Pada pemeriksaan genital,
yang harus dinilai adalah OUE untuk menyingkirkan adanya epispadia atau
hipospadia, yang dapat mengganggu deposisi sperma di vagina. Oleh karena tubulus
seminiferus menyusun sekitar 80% sampai 85% dari seluruh massa testis, maka
evaluasi ukuran testis dengan orchidometer Prader dapat memberikan penilaian
global mengenai fungsi testis. Pemeriksaan pada skrotum untuk menyingkirkan
varikokel harus dilakukan dengan posisi pasien berdiri dan kemudian dilakukan
manuver Valsava. Selain itu, tanda-tanda peradangan epididimis seperti penebalan
epididimis atau nyeri tekan dapat ditemukan pada palpasi skrotum.9
2. Pemeriksaan infertilitas
Pemeriksaan fisik dari pasangan subur dapat mengidentifikasi penyebab yang
berpotensi dapat menyebabkan infertilitas yang kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan tes laboratorium khusus atau studi pencitraan. Pada
9
pasangan infertil, pendekatan diagnosa secara sistematis diperlukan untuk evaluasi
diagnostik infertilitas.9
a. Faktor Pria: Analisis Semen
Setiap laiki-laki dalam semua pasangan infertil harus menjalani analisis air mani,
terlepas dari riwayat kesuburannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
penyebab infertilitas pria banyak sekali, termasuk eksposur terhadap obat, racun,
penyalahgunaan zat, trauma testis, infeksi, dan riwayat operasi sebelumnya.
Sedikitnya 2 atau 3 spesimen yang diambil dalam interval 1-2 bulan
direkomendasikan untuk analisis semen. Jika mereka berbeda secara nyata dalam
karakteristik fisik, spesimen tambahan harus diambil lagi. Spesimen umumnya
diperoleh dengan masturbasi dan dimasukkan ke dalam wadah steril, tetapi juga dapat
diperoleh melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom khusus.
Pengumpulan spesimen dilakukan setelah berpuasa hubungan seksual (abstinensia)
selama 3-5 hari. Abstinensia yang terlalu lama sebelum pengambilan spesimen akan
menyebabkan bertambahnya volume semen namun berkurang motilitas spermanya.
Setelah diambil, spesimen harus disimpan dalam suhu ruangan dan diperiksa oleh
laboratorium maksimal dalam 1 jam kemudian.9
Pemeriksaan dasar pada analisis semen antara lain volume semen, konsentrasi
sperma, motilitas sperma, viskositas, aglutinasi dan morfologinya sesuai yang sudah
ditetapkan oleh WHO. Meskipun analisis semen adalah landasan utama dalam
pemeriksaan infertilitas, namun pemeriksaan ini adalah prediktor yang relatif buruk
untuk menilai kesuburan kecuali parameter semen sudah sangat abnormal.9
10
Tabel 1. Nilai normal analisis semen
Apabila hasil analisis semen abnormal pada pasangan laki-laki, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan penyebab infertilitasnya.9
Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakcocokan imunoligik antara suami dan
istri maka dapat dilakukan uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical
mucus contact test (SCMC test)). Uji yang dikembangkan oleh Kramer dan Jager ini
dapat mempertunjukkan adanya antibodi lokal pada pria atau wanita. Menurut
Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan autoimunisasi, gerakan maju spermatozoa
akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar ditempat kalu bersinggungan dengan
lendir serviks. Perangai gemetar ditempat ini terjadi pula kalau air mani yang normal
bersinggungan dengan lendir serviks dari wanita yang serumnya mengandung
antibodi terhadap spermatozoa suami. Uji ini sangat berguna untuk menyelidiki
adanya faktor imunologik apabila ternyata uji pasca senggama (postcoital test) selalu
negatif atau kurang baik, sedangkan kualitas air mani dan lendir serviks normal.
11
Perbandingan banyaknya spermatozoa yang gemetar ditempat, yang maju pesat, dan
yang tidak bergerak mungkin menentukan prognosis fertilitas pasangan itu.8
b. Faktor Ovulasi
Gangguan ovulas terdapat pada sekitar 15% dari seluruh pasangan infertil dan
40% dari semua wanita infertil. Penyebab gangguan ovulasi ini bermacam-macam,
antara lain hipotiroidisme, hiperprolactinemia, PCOS, obesitas, faktor umur ibu.
Untuk melihat bagaimana fungsi ovulasi seorang wanita, riwayat menstruasi
merupakan tanda yang akurat. Wanita dengan siklus reguler antara 25-35 hari dan ada
gejala premenstrual ternyata lebih dari 95% bersifat ovulatoar. Untuk mngetahui
terjadinya ovulasi ada beberapa tes sederhana yang dapat dilakukan, seperti
pengukuran serum progesteron dan pembuatan grafik suhu basal tubuh.9
Tes serum progesteron merupakan tes yang murah dan banyak digunakan.
Pada tes ini memanfaatkan kenaikan serum progesteron setelah terjadi ovulasi.
Spesimen darah diambil di hari ke 21 pada siklus menstruasi reguler 28 hari. Adanya
serum progesteron lebih dari 3 ng/ml menunjukkan telah teradi ovulasi. Namun tes
ini sering terjadi negative palsu karena perlu pengambilan spesimen darah pada waktu
yang tepat.9
Pengukuran suhu basal tubuh digunakan untuk mengukur secara tidak
langsung kenaikan level hormon progesteron yang mempunyai efek termogenik.
Peningkatan hormon progesteron sete;ah terjadi ovulasi akan meningkatkan suhu
basal tubuh 0,3o
-0,6o
C yang biasanya berlangsung selama 11-14 hari setelah ovulasi.
Pengukuran suhu basal tubuh ini dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur.
12
Pengukuran pertama dilakukan pada hari pertama menstruasi. Pemeriksaan ini akurat
untuk memastikan adanya ovulasi namun kurang akurat untuk memastikan waktu
terjadinya ovulasi.9
Selain kedua tes diatas juga ada tes dengan menggunakan ovulation predictor
kit. Alat ini menggunakan enzim immunoassay untuk mendeteksi adanya peningkatan
LH yang diketahui merupakan pemacu terjadinya ovulasi. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan urin pasien untuk mendeteksi adanya LH, yang akan
menghasilkan perubahan warna pada indikator alat ini. Pemeriksaan dilakukan
pertama kali pada hari ke sepuluh setelah awal menstruasi dan diperiksa pada hari
keberapa terjadi perubahan warna indikator pada alat. Positif palsu dapat terjadi bila
urin yang dipakai adalah urin pagi karena urin pagi cenderung lebih pekat. Pada
pemeriksaan ini juga bisa didapatkan LH pada urin yang persisten selama satu bulan
penuh, ini biasanya menunjang untuk dicurigai PCOS.9
3. Faktor Cervical
Infertilitas karena faktor srviks biasanya disebabkan oleh kelainan produksi
mukus atau adanya gangguan pada interaksi antara sel sperma dan mukus serviks.
Secara tradisional, hal ini dapat dideteksi dengan melakukan postcoital test (PCT).
PCT dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum ovulasi diprediksikan terjadi, kemudian
pasangan yang dilakukan tes diminta untuk melakukan hubungan seksual antara 2-12
jam sebelum tes. Setelah itu wanita kemudian datang ke petugas medis, yang akan
mengambil mukus serviksnya. Lendir kemudian ditempatkan pada kaca slide dimana
spinnbarkheitnya (stretchability) dinilai. Jumlah sperma yang motil juga dihitung per
13
bidang high power mikroskopis. Namun PCT ini tidak direkomendasikan oleh
American Society for Reproductive Medicine, karena 3 alasan, yaitu:9
1. Tes ini tidak distandarisasikan, tidak sensitif, tidak spesifik, dan tidak prediktif.
2. Faktor serviks jarang ditemukan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan
infertilitas.
3. Pengobatan secara kontemporer untuk mengobati infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan dapat mengaburkan keterlibatan faktor serviks dalam infertilitas.
4. Faktor uterus dan tuba
Kelainan uterus seperti mioma submukosa dan polip endometrium dapat
menyebabkan infertilitas walaupun jarang terjadi. Namun untuk kelainan tuba
merupakan penyebab paling sering terjadinya infertilitas. Penyakit yang paling sering
pada kelainan tuba adalah pelvic inflammatory disease (PID) karena infeksi penyakit
menular seksual yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis atau Neisseria
gonorrhoeae. Penyakit yang melibatkan uterus dan tuba dapat dilihat dengan
menggunakan histerosalfingogram (HSG). HSG merupakan suatu studi pencitraan
yang menggunakan pewarna radioopak untuk melihat kavitas uterus dan tuba fallopi
melalui fluoroskopi. Ada pula suatu data yang menyebutkan bahwa fluoroskopi juga
dapat berefek sebagai terapeutik pada infertilitas yang tak diketahui, terutama bila
menggunakan pewarna radioopak dengan bahan dasar minyak. Prosedur pemeriksaan
harus dilakukan kira-kira 2-3 hari setelah menstruasi berhenti untuk memastikan
14
bahwa pasien tidak dalam keadaan hamil dan untuk meminimalisasikan aliran balik
darah menstruasi.9
Risiko yang paling diperhatikan pada pemakaian HSG adalah adanya infeksi
pelvis iatrogenik, terutama pada wanita yang mempunyai riwayat PID. Pada wanita
ini sebelum dilakukan pemeriksaan HSG harus diperiksa laju endap darahnya terlebih
dahulu, dan bila didapatkan peningkatan maka pemeriksaan dengan HSG harus
ditunda terlebih dahulu. Dan bila LED nya normal, pemeriksaan HSG bisa dilakukan
dengan memberikan antibiotik profilaksis terlebih dahulu dengan doksisiklin selama
5 hari dengan dosis 2x100 mg/hari.9
Selain itu ada pula cara lain untuk memeriksa patensi tuba yaitu dengan
pertubasi. Pertubasi. Atau uji Rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan
meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis
servikalis. Apabila kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubanya paten,
maka gas akan mengalir bebas ke dalam kavn peritonei. Patensi tuba akan dinilai dari
catatan tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan. Insuflator apapun yang
dipakai, kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai 200 mmHg, maka dikatakan
ada sumbatan tuba, kalau naiknya hanya 80-100, salah satu atau kedua tubanya
dianggap paten. Tanda lain yang menyokong patensi tuba adalah terdengarnya pada
auskultasi suprasimfisis tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonei seperti “bunyi
jet” atau nyeri bahusegera setelah pasien dipersilahkan duduk sehabis pemeriksaan,
akibat terjadinya pengumpulan gas di bawah difragma.8
5. Faktor peritoneum
15
Penyakit peritoneum seperti endometriosis dan adesi dapat ikut meberikan
kontribusi terhadap terjadinya infertilitas. Endometriosis ditemukan ada sekitar 25%-
40% wanita yang infertil, yang jumlahnya kira-kira 10 kali dari populasi umum.
Dalam hal ini, laparoskopi bisa dilakukan untuk mendeteksi penyebab infertilitas bila
alat diagnostik lain gagal.9
II.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Wanita
A. Pengobatan
Obat-obatan untuk menginduksi ovulasi dapat digunakan untuk mengobati
wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak teratur. Adapun jenis-
jenis pengobatan yang bisa diberikan adalah:7
1. Anti-Estrogen
Clomifen sitrat dapat membantu untuk menstimullasi terjadinya ovulasi pada
wanita dengan amenore atau menstruasi tidak teratur. Clomifen dapat digunakan
pada wanita dengan infertilitas yang tak diketahui dan PCOS. Clomifen bekerja
dengan berkompetisi dengan hormon estrogen untuk menempati reseptornya di
otak. Oleh karena jumlah estrogen yang terikat dengan reseptornya sedikit maka
tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa mereka kekurangan estrogen dan hal
ini akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH ke dalam pembuluh darah.
Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovarium untuk membentuk folikel yang
16
berisi sel telur, dan tinginya kadar LH akan menyebabkan pelepasan sel telur dari
folikel matur dalam sebuah proses yang disebut ovulasi. Pengobatan ini efektif
untuk membantu meningkatkan fertilitas pada wanita dengan PCOS, terbukti
sekitar 70%-80% penderita PCOS akan berovulasi dengan pemberian klomifen
sitrat.
2. Gonadotropin
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa 2 hormon yang dibutuhkan dalam ovulasi
adalah FSH dan LH. 2 hormon ini disebut gonadotropin. Ada beberapa jenis
sediaan gonadotropin yang bisa digunakan untuk meningkatkan fertilitas, antara
lain:
a. hMG (human menopausal gonadotropin) mengandung FSH dan LH alami yang
diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita postmenopause yang mempunyai
kadar hormon tinggi.
b. uFSH (urinary folicle stimulating hormone) mengandung FSH yang berasal dari
purifikasi urin wanita postmenopause.
c. rFSH (recombinant folicle stimulating hormon) mengandung FSH yang
diproduksi di laboratorium menggunakan teknologi DNA.
d. rLH (recombinant luteinizing hormon) mengandung LH yang diproduksi di
laboratorium menggunakan teknologi DNA.
17
Selain untuk menstimulasi ovarium, gonadotropin juga ada yang digunakan untuk
merangsang pelepasan sel telur dari folikel matur. Pemberian gonadotropin jenis
ini dilakukan ketika kita sudah mendeteksi bahwa folikel benar-benar matur dan
berisi sel telur didalamnya baik dengan menggunakan tes darah maupun USG
ovarium. Obat-obat tersebut adalah:
a. uhCG (urinary human chorionic gonadotropin) mempunyai aktivitas biologi
yang sama dengan LH, walaupun juga mengandung FSH. Hormon ini
diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita hamil.
b. rhCG (recoombinant human chorionic gonadotropin) yang dihasilkan dari
teknologi DNA dilaboratorium.
c. uLH (urinary luteinizing hormon) mengandung LH yang diekstraksi dan
dipurifikasi dari urin wanita postmenoause.
d. rLH
3. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) pulsatil
GnRH dilepaskan secara teratur dalam interval antara 60-120 menit selama fase
folikular dalam siklus haid yang normal. Sekresi GnRH secara pulsatil dari
hipotalamus di otak ke aliran darah akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk
mensekresikan LH dan FSH. Pemberian medikasi ini melalui pompa yang
dipasang pada ikat pinggang dan dipakai sepanjang waktu. pompa ini akan
memberikan dosis kecil yang teratur kepada pasien melalui sebuah jarum yang
ditempatkan dibawah kulit atau didalam pembuluh darah. Namun hal ini bisa
menimbulkan infeksi dan alergi akibat pemasangan jarum tersebut.
18
4. Gonadotropin releasing hormone analogue (GnRH agonist)
5. Dopamin Agonist
Beberapa wanita beovulasi secara ireguler akibat dari pelepasan hormon prolactin
yang berlebihan dari kelenjar pituitari yang biasa disebut hiperprolactinemia.
Kelebihan hormon prolaktin ini akan mencegah terjadinya ovulasi pada wanita dan
hal ini akan menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur dan bahkan
hingga berhenti sama sekali. Dopamin agonist seperti bromokroptin dan
cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan menurunkan produksi
prolaktin, sehingga ovarium dapat bekerja dengan baik.
6. Aromatose Inhibitor
Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payudara pada wanita
postmenopause. Mereka bekerja dengan menurunkan kadar estradiol dalam
sirkulasi dan mengurangi umpan balik negatif yang menstimulasi peningkatan
sekresi dari kelenjar pituitari dan sebagai akibatnya akanmeningkatkan kerja
ovarium. Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan anastrozole.
B. Terapi Bedah
Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan pembedahan.
Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba,
PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas
antara lain:7
1. Ovarian Drilling
19
Wanita infertil dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam ovulasi. Ovulasi dapat
diinduksi secara pembedahan dengan prosedur yang disebut ovarian drilling atau
ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten
terhadap pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara
laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudian beberapa insisi kecil dilakukan
pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses ini akan membantu
kelainan hormon dan mmemacu terjadinya ovulasi.
Gambar 2.1 Ovarian Drilling
2. Pembedahan pada tuba fallopi
Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan berbagai macam
jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi penutupan dan jenis kerusakannnya.
a. Histerosalfingografi (HSG) merupakan sebuah prosedur yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis masalah pada uterus dan tuba fallopi. HSG menggunakan
20
sinar x dan cairan radioopak yang dimasukkan ke traktus reproduksi dari uterus
sampai ke tuba fallopi melalui kateter dari serviks.
b. Salpingolisis merupakan salah satu prosedur operasi dengan laparotomi yang
diiringi dengan penggunaan microscope untuk memperluas area. Salpingolisis
dilakukan dengan membebaskan tuba fallopi dari adhesi dengan memotong
perlengketan tersebut, biasanya menggunakan electrosurgery dengan memakai
elektrokauter.
c. Salfingotomi biasanya dilakukan untuk membentuk sebuah lubang baru pada
tuba. Prosedur ini dapat dilakukan secara laparotomy ataupun laparoskopi.
Salfingostomi dapat dilakukan pada pengobatan kehamilan ektopik dan infeksi
pada tuba fallopi.
d. Tubal anastomosis merupakan prosedur pembedahan dengan mengambil
jaringan tuba yang tertutup dan kemudian menyambung lagi ujung-ujung tuba
yang terpotong tersebut.
e. Tubal kanalisasi, prosedur ini dilakukan ketika penutupan tuba relatif terbatas.
Prosedur ini dilakukan dengan mendorong kawat atau kateter melalui
penutupan tersebut sehingga terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan dipandu
fluoroskopi.
2. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Pria
a. Air mani abnormal
Air mani disebut abnormal kalau pada 3 kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya
tetap abnormal. Pada pasien dengan air mani abnormal kita hanya bisa
21
memberikan nasihat agar melakukan senggama berencana pada saat-saat subur
istri untuk meningkatkan persentasi terjadinya pembuahan.8
b. Varikokel
Pada pria dengan varikokel, motilitas sperma terjadi penurunan. Menurut
MacLeod, penurunan motilitas sperma itu terjadi pada 90% pria dengan varikokel,
sekalipun hormon-hormonnya normal. Varikokelektomi hampir selalu dianjurkan
untuk semua varikokel dengan penurunan motolitas spermatozoa. Kira-kira 2/3
pria dengan varikokel yang dioperasiakan mengalami perbaikan dalam motilitas
spermatozoanya.8
c. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis
sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi
kronik mungkin hanya akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat
diperbaiki menjadi seperti semula. Air mani yang selalu mengandung banyak
leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri
punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik traktus genitalis.
Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis
dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.8
d. Defisiensi Gonadotropin
Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat
menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi
gonadotropin bawaan sering kali mengalami pubertas yang terlambat.
22
Pengobatannya sama seperti pada wanita, yaitu dengan pemberian preparat
hormon seperti LH dan FSH, ataupun GnRH.8
e. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia pada pria dapat mengakibatkan impotensi, testikel yang
mengecil, dan kadang-kadang galaktorea. Analisi air mani biasanya normal atau
sedikit berkurang. Pengobatan dengan menggunakan bromokriptin dilaporkan
dapat memperbaiki spermatogenesisnya.8
II.6 Assisted Reproductive Technology
1. Intrauterine Insemination (IUI)
IUI merupakan sebuah proses memasukkan sperma melalui serviks kedalam
uterus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tabung plastik yang
melewati serviks menuju uterus. Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan waktu
terjadinya ovulasi pada sang wanita. Untuk melakukan teknik ini, sang wanita
harus mempunyai uterus dan tuba fallopi yang normal. IUI ini digunakan pada
wanita yang mempunyai kelainan mukos serviks, endometriosis, atau ada faktor
infertilitas pada laki-laki.7
23
Gambar 2.2 Intrauterine Insemination
2. In Vitro Fertilisation (IVF)
IVF berarti fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh. Dalam proses IVF, pasien juga
termasuk mendapat pengobatan untuk menstimulasi ovarium untuk memproduksi
lebih banyak sel telur. Ketika sel telur sudah terbentuk, sel telur tersebut akan
diambil melalui operasi kecil. Sel telur kemudian akan dicampur dengan sperma
dilaboratorium dan diinkubasikan selama 2-3 hari. Tujuannya agar sperma dapat
membuahi sel telur dan membentuk embrio. Embrio tersebut kemudian akan
diletakkan didalam uterus wanita menggunakan sebuah tabung plastik melalui
vagina dan serviks. Kemudian setelah embrio dimasukkan diperlukan beberapa
24
tambahan hormon untuk membantu implantasi embrio, dalam hal ini progesteron
dan hCG. IVF merupakan terapi yang sangat berguna bagi wanita dengan
kerusakan tuba, infertilitas yang tak diketahui, endometriosis, dan infertilitas pada
laki-laki.7
Gambar 2.3 In Vitro Fertilization
3. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT) dan Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT)
Gamet merupakan sebuah sel telur atau sperma. Teknik pengambilan sel telur dan
sperma pada GIFT dilakukan dengan cara yang sama seperti pada IVF. Sel telur
dan sperma kemudian dicampur dan langsung dipindah tempatkan ke tuba fallopi.
Hal ini dilakukan secara laparoskopi melalui insisi kecil pada abdomen, atau
dengan menggunakan kateter kecil melalui serviks. Dengan cara ini
memungkinkan sperma secara natural membuahi sel telur di tuba fallopi. Untuk itu
tuba fallopi sang wanita haruslah sehat. Tidak berbeda jauh dengan GIFT, ZIFT
25
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi pada ZIFT yang dipindah ke tuba fallopi
adalah dalam bentuk zigot bukan sel telur dan sperma seperti pada GIFT. Kedua
teknik ini sekarang sudah tergantikan dengan IVF sehingga jarang dillakukan.
Dengan teknik ini persentase terjadinya kehamilan lebih tinggi sedikit daripada
dengan teknik IVF, namun prosedur pelaksanaannya lebih rumit dan tidak nyaman
bagi pasien.7
Gambar 2.5 Cara melakukan GIFT
Gambar 2.6 ZIFT
26
4. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
Substansi didalam sel telur disebut sitoplasma, dan ICSI merupakan suatu tekknik
reproduksi buatan dengan memasukkan sebuah sperma secara langsung ke
sitoplasma dari sel telur. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum
mikro. Sel telur yang sudah dimasuki sperma ini kemudian ditempatkan di dalam
uterus sama seperti IVF. Teknik ICSI ini berguna untuk pasangan yang tidak
berhasil dengan IVF, atau bila kualitas sperma yang baik terlalu sedikit untuk
dilakukan IVF. ICSI mempunyai angka fertilisasi yang tinggi namun angka
terjadinya kehamilan hampir sama dengan teknik IVF.7
Gambar 2.7 ICSI
II. 7 Prognosis
Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung
pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan (frekuensi hubungan seksual dan lamanya perkawinan). Fertilitas
27
maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan
sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.8
Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun.
Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu
kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama.8
Jones dan Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan
pada infertilitas selama 3 tahun, angka harapan terjadinya kehamilan adalah sebesar
50% atau bisa dikatakan prognosisnya baik, sedangkan pada pasangan yang
infertilitasnya sudah mencapai 5 tahun maka angka harapan terjadinya kehamilan
adalah 30% dan bisa dikatakan prognosisnya buruk.8
28
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
memperoleh anak setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa
menggunakan kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan
pasangan suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara
teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan
ini telah mempunyai anak.
Infertilitas bisa disebabkan oleh faktor laki-laki, faktor wanita, dan faktor
keduanya. Ada beberapa penatalaksanaa yang dapat menjadi pilihan bagi pasangan
29
infertil sesuai dengan masalah yang dialami, yaitu pemberian obat-obatan,
pembedahan, dan assisted reproductive technology.
30

More Related Content

What's hot

Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseKehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseRifka Marwani
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
Hilda Aswar
 
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
syarifah irmadani
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Operator Warnet Vast Raha
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
pjj_kemenkes
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
Hasniar Hasdani
 
Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan
pjj_kemenkes
 
infertilitas laki-laki
infertilitas laki-lakiinfertilitas laki-laki
infertilitas laki-laki
Nurul Khotimah
 
Jurnal Aborsi
Jurnal AborsiJurnal Aborsi
Jurnal Aborsi
bagussanjaya38
 
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
nor rahmah
 
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Aftina Eka R
 
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)Juwita Wulandari
 
Penanganan Pasangan Infertilitas
Penanganan Pasangan InfertilitasPenanganan Pasangan Infertilitas
Penanganan Pasangan Infertilitas
Jimmy yanuar annas
 
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikahTugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
Maya Nurhayati
 

What's hot (18)

Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseKehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
31923528 bab-1-6
31923528 bab-1-631923528 bab-1-6
31923528 bab-1-6
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
 
Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan
 
tumbuh kembang wanita
tumbuh kembang wanitatumbuh kembang wanita
tumbuh kembang wanita
 
infertilitas laki-laki
infertilitas laki-lakiinfertilitas laki-laki
infertilitas laki-laki
 
Bab i aborsi
Bab i aborsiBab i aborsi
Bab i aborsi
 
Jurnal Aborsi
Jurnal AborsiJurnal Aborsi
Jurnal Aborsi
 
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
SIKLUS KESEHATAN WANITA, KONSEPSI, BAYI DAN ANAK, REMAJA, DEWASA DAN USIA LA...
 
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
 
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
kehamilan tidak diinginkan (aborsi)
 
Penanganan Pasangan Infertilitas
Penanganan Pasangan InfertilitasPenanganan Pasangan Infertilitas
Penanganan Pasangan Infertilitas
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikahTugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
 

Viewers also liked

นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
eaktcfl
 
Mi primer trabajo
Mi primer trabajoMi primer trabajo
Mi primer trabajo
daroal1
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
Karya Tulis Ilmiah
 
San jordí
San jordíSan jordí
San jordí
daroal1
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
Karya Tulis Ilmiah
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
Karya Tulis Ilmiah
 
Medios publicitarios tradicionales.
Medios publicitarios tradicionales.Medios publicitarios tradicionales.
Medios publicitarios tradicionales.
Kristian Alexander Maduro
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
Karya Tulis Ilmiah
 
Teisseire Mobile App
Teisseire Mobile AppTeisseire Mobile App
Teisseire Mobile App
Nathanaël Le Scouarnec
 

Viewers also liked (10)

นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
นวัตกรรมและเทคโนโลยีสารสนเทศเพื่อการเรียนรู้
 
Mi primer trabajo
Mi primer trabajoMi primer trabajo
Mi primer trabajo
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
GPM
GPMGPM
GPM
 
San jordí
San jordíSan jordí
San jordí
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Medios publicitarios tradicionales.
Medios publicitarios tradicionales.Medios publicitarios tradicionales.
Medios publicitarios tradicionales.
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Teisseire Mobile App
Teisseire Mobile AppTeisseire Mobile App
Teisseire Mobile App
 

Similar to 123479073 referat-infertilitas

Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Septian Muna Barakati
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil
pjj_kemenkes
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulOperator Warnet Vast Raha
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
igaditaadindaputri
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulSeptian Muna Barakati
 
Makalah bayi-tabung
Makalah bayi-tabungMakalah bayi-tabung
Makalah bayi-tabung
Zharfa Setiawan
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
fhradillah
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Eka Safitri
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburanAya Ndutt
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
martaagustinasirait
 

Similar to 123479073 referat-infertilitas (20)

Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
31923528 bab-1-6
31923528 bab-1-631923528 bab-1-6
31923528 bab-1-6
 
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
Hubungan antara infertilitas dengan tingkat depresi pada wanita infertilitas ...
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil Masa Subur dan Masa Hamil
Masa Subur dan Masa Hamil
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptxKELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
KELOMPOK 5_INFERTILITAS.pptx
 
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandulMakalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
Makalah pandangan islam terhadap menopouse dan wanita mandul
 
Coba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposalCoba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposal
 
Makalah bayi-tabung
Makalah bayi-tabungMakalah bayi-tabung
Makalah bayi-tabung
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburan
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 

Recently uploaded

Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 

Recently uploaded (20)

Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 

123479073 referat-infertilitas

  • 1. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran. Namun sampai sdaat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih langkanya dokter yang berminat pada ilmu ini.1 Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya,maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah aadanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami. Termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi.1 Pada pasangan yang normal yang berhubungan seksual secara teratur untuk memperoleh anak, maka persentase untuk dapat hamil dalam satu bulan adalah 20%, 57% dalam 3 bulan, 75% dalam 6 bulan, 90% dalam 1 tahun.2 1
  • 2. Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.1 Infertilitas merupakan kondisi medis yang mempunyai efek tidak hanya secara medis bagi penderitanya, tapi juga secara psikologi terutama pada wanita. Wanita seringnya menjadi menderita karena beban hal ini, apalagi ada budaya-budaya tertentu yang menganggap wanita merupakan sumber masalah bagi pasangan infertil. Hal ini akan meningkatkan angka kekerasan yang terjadi pada wanita dan juga angka perceraian. Bagi sang suami yang menganggap wanita sebagai sumber masalah infertilitas, akan berubah perilaku seksualnya, mereka akan sering berganti-ganti pasangan seksual walaupun sudah bercerai dengan istrinya yang mana akan meningkatkan risiko terjangkit HIV/AIDS. Beberapa penelitian dalam 10 tahun 2
  • 3. terakhir, walaupun etiologinya belum diketahui, mulai mengetahui bahwa infertilitas mungkin dapat ikut menjadi faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.3 I.2 Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah yang diutarakan adalah bagaimana etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari infertilitas? I.3 Tujuan Penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari infertilitas. I.4 Manfaat Hasil dari penulisan tinjauan pustaka ini dapat memberikan informasi mengenai etiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan dari infertilitas. Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai bahan dasar pada penelitian selanjutnya. 3
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sistem Reproduksi Manusia Setiap bayi perempuan lahir dengan rata-rata 400 ribu sel telur imatur pada ovariumnya. Ketika perempuan sudah mencapai menarche, maka setiap bulan ketika haid, wanita akan kehilangan 1 sel telurnya. Setiap siklus menstruasi dimulai dengan pelepasan gonadotropin releasing hormon (GnRH), FSH, dan LH. Hormon –hormon ini akan mempersiapkan ovarium untuk melepaskan sel telur dan memberi sinyal untuk uterus agar endometrium mempersiapkan diri untuk sebuah implantasi. Kemudian ketika di pertengahan siklus, adanya peningkatan hormon akan membuat pelepasan sel telur oleh ovarium, hal ini disebut ovulasi. Sel telur itu kemudian ditangkap oleh fimbrae dan berjalan melalui tuba fallopi menuju uterus. Apabila sel telur ini kemudian bertemu dengan sel sperma, maka sel telur dan sel sperma akan bertemu dan terjadi fertilisasi, hal ini paling sering terjadi di ampulla tuba fallopi. Sel telur yang telah difertilisasi ini akan menjadi zigot, terus berjalan ke arah uterus, dan akhirnya akan terjadi implantasi pada endometrium uterus dalam bentuk blastula. Apabila sel telur ini tidak dibuahi maka akan hormon akan memberi sinyal agar endometrium meluruhkan lapisan-lapisan yang tadinya dipersiapkan untuk implantasi bayi. Hal inilah yang disebut dengan menstruasi, dan siklus ini akan berlanjut sampai masa menopause.2 4
  • 5. Gambar 1.1 Reproduksi Wanita Pada bayi laki-laki, mereka lahir dengan 2 testis. Setiap testis mempunyai kemampuan untuk membuat dan menyimpan sperma secara berkelanjutan. Hal ini dimulai ketika masa pubertas, stok sperma yang baru akan dibuat setiap 72 jam, akibat respon terhadap hormon testosteron, GnRH, LH, dan FSH. Saluran epididimis merupakan tempat untuk pematangan sperma yang kemudian akan berjalan melalui vas deferens dan duktus ejakulatorius. Selama dalam perjalanan ini, sperma akan bercampur dengan sekret dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan prostat untuk membentuk semen. Ketika sudah diejakulasikan, sperma harus berenang melalui serviks untuk bertemu dengan sel telur.2 5
  • 6. Gambar 1.2 Reproduksi Pria II.2 Definisi Fertilitas adalah kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.1 Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa menggunakan kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara 6
  • 7. teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan ini telah mempunyai anak.1 II.3 Etiologi 1. Etiologi Infertilitas dalam Pasangan 1. Hubungan Seksual Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.1 2. Frekuensi Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.1 3. Posisi infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat 7
  • 8. wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.1 II.4 Pemeriksaan Setiap pasangan infertil harus diperlakukan secara satu kesatuan. Itu berarti, kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa. Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut:8 1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila: a. Pernah mengalami keguguran berulang b. Diketahui mengidap kelanan endokrin c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut d. Pernah mengalami bedah ginekologik 2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter. 3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum punya anak dari perkawinan ini. 4. Pemeriksaan infertiitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri dan anaknya. 8
  • 9. 1. Pemeriksaan Fisik Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menemukan bukti kelainan yang dapat menyebabkan menyebabkan infertilitas. Pada pemeriksaan fisik pasangan wanita, perhatian khusus harus diberikan untuk mengidentifikasi tanda-tanda kelebihan androgen, yaitu hirsutisme, kebotakan, dan jerawat. Ukuran dan mobilitas organ reproduksi dan adanya nodul endometriosis dapat dinilai selama pemeriksaan bimanual. Jika ada kecurigaan infeksi PMS, spesimen serviks dapat diperiksa untuk dikultur. Pada pemeriksaan terhadap pasangan laki-laki, defisiensi androgen harus dicari, seperti rambut tubuh berkurang, dan ginekomastia. Pada pemeriksaan genital, yang harus dinilai adalah OUE untuk menyingkirkan adanya epispadia atau hipospadia, yang dapat mengganggu deposisi sperma di vagina. Oleh karena tubulus seminiferus menyusun sekitar 80% sampai 85% dari seluruh massa testis, maka evaluasi ukuran testis dengan orchidometer Prader dapat memberikan penilaian global mengenai fungsi testis. Pemeriksaan pada skrotum untuk menyingkirkan varikokel harus dilakukan dengan posisi pasien berdiri dan kemudian dilakukan manuver Valsava. Selain itu, tanda-tanda peradangan epididimis seperti penebalan epididimis atau nyeri tekan dapat ditemukan pada palpasi skrotum.9 2. Pemeriksaan infertilitas Pemeriksaan fisik dari pasangan subur dapat mengidentifikasi penyebab yang berpotensi dapat menyebabkan infertilitas yang kemudian dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan tes laboratorium khusus atau studi pencitraan. Pada 9
  • 10. pasangan infertil, pendekatan diagnosa secara sistematis diperlukan untuk evaluasi diagnostik infertilitas.9 a. Faktor Pria: Analisis Semen Setiap laiki-laki dalam semua pasangan infertil harus menjalani analisis air mani, terlepas dari riwayat kesuburannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyebab infertilitas pria banyak sekali, termasuk eksposur terhadap obat, racun, penyalahgunaan zat, trauma testis, infeksi, dan riwayat operasi sebelumnya. Sedikitnya 2 atau 3 spesimen yang diambil dalam interval 1-2 bulan direkomendasikan untuk analisis semen. Jika mereka berbeda secara nyata dalam karakteristik fisik, spesimen tambahan harus diambil lagi. Spesimen umumnya diperoleh dengan masturbasi dan dimasukkan ke dalam wadah steril, tetapi juga dapat diperoleh melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom khusus. Pengumpulan spesimen dilakukan setelah berpuasa hubungan seksual (abstinensia) selama 3-5 hari. Abstinensia yang terlalu lama sebelum pengambilan spesimen akan menyebabkan bertambahnya volume semen namun berkurang motilitas spermanya. Setelah diambil, spesimen harus disimpan dalam suhu ruangan dan diperiksa oleh laboratorium maksimal dalam 1 jam kemudian.9 Pemeriksaan dasar pada analisis semen antara lain volume semen, konsentrasi sperma, motilitas sperma, viskositas, aglutinasi dan morfologinya sesuai yang sudah ditetapkan oleh WHO. Meskipun analisis semen adalah landasan utama dalam pemeriksaan infertilitas, namun pemeriksaan ini adalah prediktor yang relatif buruk untuk menilai kesuburan kecuali parameter semen sudah sangat abnormal.9 10
  • 11. Tabel 1. Nilai normal analisis semen Apabila hasil analisis semen abnormal pada pasangan laki-laki, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan penyebab infertilitasnya.9 Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakcocokan imunoligik antara suami dan istri maka dapat dilakukan uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical mucus contact test (SCMC test)). Uji yang dikembangkan oleh Kramer dan Jager ini dapat mempertunjukkan adanya antibodi lokal pada pria atau wanita. Menurut Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan autoimunisasi, gerakan maju spermatozoa akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar ditempat kalu bersinggungan dengan lendir serviks. Perangai gemetar ditempat ini terjadi pula kalau air mani yang normal bersinggungan dengan lendir serviks dari wanita yang serumnya mengandung antibodi terhadap spermatozoa suami. Uji ini sangat berguna untuk menyelidiki adanya faktor imunologik apabila ternyata uji pasca senggama (postcoital test) selalu negatif atau kurang baik, sedangkan kualitas air mani dan lendir serviks normal. 11
  • 12. Perbandingan banyaknya spermatozoa yang gemetar ditempat, yang maju pesat, dan yang tidak bergerak mungkin menentukan prognosis fertilitas pasangan itu.8 b. Faktor Ovulasi Gangguan ovulas terdapat pada sekitar 15% dari seluruh pasangan infertil dan 40% dari semua wanita infertil. Penyebab gangguan ovulasi ini bermacam-macam, antara lain hipotiroidisme, hiperprolactinemia, PCOS, obesitas, faktor umur ibu. Untuk melihat bagaimana fungsi ovulasi seorang wanita, riwayat menstruasi merupakan tanda yang akurat. Wanita dengan siklus reguler antara 25-35 hari dan ada gejala premenstrual ternyata lebih dari 95% bersifat ovulatoar. Untuk mngetahui terjadinya ovulasi ada beberapa tes sederhana yang dapat dilakukan, seperti pengukuran serum progesteron dan pembuatan grafik suhu basal tubuh.9 Tes serum progesteron merupakan tes yang murah dan banyak digunakan. Pada tes ini memanfaatkan kenaikan serum progesteron setelah terjadi ovulasi. Spesimen darah diambil di hari ke 21 pada siklus menstruasi reguler 28 hari. Adanya serum progesteron lebih dari 3 ng/ml menunjukkan telah teradi ovulasi. Namun tes ini sering terjadi negative palsu karena perlu pengambilan spesimen darah pada waktu yang tepat.9 Pengukuran suhu basal tubuh digunakan untuk mengukur secara tidak langsung kenaikan level hormon progesteron yang mempunyai efek termogenik. Peningkatan hormon progesteron sete;ah terjadi ovulasi akan meningkatkan suhu basal tubuh 0,3o -0,6o C yang biasanya berlangsung selama 11-14 hari setelah ovulasi. Pengukuran suhu basal tubuh ini dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur. 12
  • 13. Pengukuran pertama dilakukan pada hari pertama menstruasi. Pemeriksaan ini akurat untuk memastikan adanya ovulasi namun kurang akurat untuk memastikan waktu terjadinya ovulasi.9 Selain kedua tes diatas juga ada tes dengan menggunakan ovulation predictor kit. Alat ini menggunakan enzim immunoassay untuk mendeteksi adanya peningkatan LH yang diketahui merupakan pemacu terjadinya ovulasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan urin pasien untuk mendeteksi adanya LH, yang akan menghasilkan perubahan warna pada indikator alat ini. Pemeriksaan dilakukan pertama kali pada hari ke sepuluh setelah awal menstruasi dan diperiksa pada hari keberapa terjadi perubahan warna indikator pada alat. Positif palsu dapat terjadi bila urin yang dipakai adalah urin pagi karena urin pagi cenderung lebih pekat. Pada pemeriksaan ini juga bisa didapatkan LH pada urin yang persisten selama satu bulan penuh, ini biasanya menunjang untuk dicurigai PCOS.9 3. Faktor Cervical Infertilitas karena faktor srviks biasanya disebabkan oleh kelainan produksi mukus atau adanya gangguan pada interaksi antara sel sperma dan mukus serviks. Secara tradisional, hal ini dapat dideteksi dengan melakukan postcoital test (PCT). PCT dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum ovulasi diprediksikan terjadi, kemudian pasangan yang dilakukan tes diminta untuk melakukan hubungan seksual antara 2-12 jam sebelum tes. Setelah itu wanita kemudian datang ke petugas medis, yang akan mengambil mukus serviksnya. Lendir kemudian ditempatkan pada kaca slide dimana spinnbarkheitnya (stretchability) dinilai. Jumlah sperma yang motil juga dihitung per 13
  • 14. bidang high power mikroskopis. Namun PCT ini tidak direkomendasikan oleh American Society for Reproductive Medicine, karena 3 alasan, yaitu:9 1. Tes ini tidak distandarisasikan, tidak sensitif, tidak spesifik, dan tidak prediktif. 2. Faktor serviks jarang ditemukan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan infertilitas. 3. Pengobatan secara kontemporer untuk mengobati infertilitas yang tidak dapat dijelaskan dapat mengaburkan keterlibatan faktor serviks dalam infertilitas. 4. Faktor uterus dan tuba Kelainan uterus seperti mioma submukosa dan polip endometrium dapat menyebabkan infertilitas walaupun jarang terjadi. Namun untuk kelainan tuba merupakan penyebab paling sering terjadinya infertilitas. Penyakit yang paling sering pada kelainan tuba adalah pelvic inflammatory disease (PID) karena infeksi penyakit menular seksual yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae. Penyakit yang melibatkan uterus dan tuba dapat dilihat dengan menggunakan histerosalfingogram (HSG). HSG merupakan suatu studi pencitraan yang menggunakan pewarna radioopak untuk melihat kavitas uterus dan tuba fallopi melalui fluoroskopi. Ada pula suatu data yang menyebutkan bahwa fluoroskopi juga dapat berefek sebagai terapeutik pada infertilitas yang tak diketahui, terutama bila menggunakan pewarna radioopak dengan bahan dasar minyak. Prosedur pemeriksaan harus dilakukan kira-kira 2-3 hari setelah menstruasi berhenti untuk memastikan 14
  • 15. bahwa pasien tidak dalam keadaan hamil dan untuk meminimalisasikan aliran balik darah menstruasi.9 Risiko yang paling diperhatikan pada pemakaian HSG adalah adanya infeksi pelvis iatrogenik, terutama pada wanita yang mempunyai riwayat PID. Pada wanita ini sebelum dilakukan pemeriksaan HSG harus diperiksa laju endap darahnya terlebih dahulu, dan bila didapatkan peningkatan maka pemeriksaan dengan HSG harus ditunda terlebih dahulu. Dan bila LED nya normal, pemeriksaan HSG bisa dilakukan dengan memberikan antibiotik profilaksis terlebih dahulu dengan doksisiklin selama 5 hari dengan dosis 2x100 mg/hari.9 Selain itu ada pula cara lain untuk memeriksa patensi tuba yaitu dengan pertubasi. Pertubasi. Atau uji Rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis servikalis. Apabila kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubanya paten, maka gas akan mengalir bebas ke dalam kavn peritonei. Patensi tuba akan dinilai dari catatan tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan. Insuflator apapun yang dipakai, kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai 200 mmHg, maka dikatakan ada sumbatan tuba, kalau naiknya hanya 80-100, salah satu atau kedua tubanya dianggap paten. Tanda lain yang menyokong patensi tuba adalah terdengarnya pada auskultasi suprasimfisis tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonei seperti “bunyi jet” atau nyeri bahusegera setelah pasien dipersilahkan duduk sehabis pemeriksaan, akibat terjadinya pengumpulan gas di bawah difragma.8 5. Faktor peritoneum 15
  • 16. Penyakit peritoneum seperti endometriosis dan adesi dapat ikut meberikan kontribusi terhadap terjadinya infertilitas. Endometriosis ditemukan ada sekitar 25%- 40% wanita yang infertil, yang jumlahnya kira-kira 10 kali dari populasi umum. Dalam hal ini, laparoskopi bisa dilakukan untuk mendeteksi penyebab infertilitas bila alat diagnostik lain gagal.9 II.5 Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Wanita A. Pengobatan Obat-obatan untuk menginduksi ovulasi dapat digunakan untuk mengobati wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak teratur. Adapun jenis- jenis pengobatan yang bisa diberikan adalah:7 1. Anti-Estrogen Clomifen sitrat dapat membantu untuk menstimullasi terjadinya ovulasi pada wanita dengan amenore atau menstruasi tidak teratur. Clomifen dapat digunakan pada wanita dengan infertilitas yang tak diketahui dan PCOS. Clomifen bekerja dengan berkompetisi dengan hormon estrogen untuk menempati reseptornya di otak. Oleh karena jumlah estrogen yang terikat dengan reseptornya sedikit maka tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa mereka kekurangan estrogen dan hal ini akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH ke dalam pembuluh darah. Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovarium untuk membentuk folikel yang 16
  • 17. berisi sel telur, dan tinginya kadar LH akan menyebabkan pelepasan sel telur dari folikel matur dalam sebuah proses yang disebut ovulasi. Pengobatan ini efektif untuk membantu meningkatkan fertilitas pada wanita dengan PCOS, terbukti sekitar 70%-80% penderita PCOS akan berovulasi dengan pemberian klomifen sitrat. 2. Gonadotropin Seperti dikatakan sebelumnya bahwa 2 hormon yang dibutuhkan dalam ovulasi adalah FSH dan LH. 2 hormon ini disebut gonadotropin. Ada beberapa jenis sediaan gonadotropin yang bisa digunakan untuk meningkatkan fertilitas, antara lain: a. hMG (human menopausal gonadotropin) mengandung FSH dan LH alami yang diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita postmenopause yang mempunyai kadar hormon tinggi. b. uFSH (urinary folicle stimulating hormone) mengandung FSH yang berasal dari purifikasi urin wanita postmenopause. c. rFSH (recombinant folicle stimulating hormon) mengandung FSH yang diproduksi di laboratorium menggunakan teknologi DNA. d. rLH (recombinant luteinizing hormon) mengandung LH yang diproduksi di laboratorium menggunakan teknologi DNA. 17
  • 18. Selain untuk menstimulasi ovarium, gonadotropin juga ada yang digunakan untuk merangsang pelepasan sel telur dari folikel matur. Pemberian gonadotropin jenis ini dilakukan ketika kita sudah mendeteksi bahwa folikel benar-benar matur dan berisi sel telur didalamnya baik dengan menggunakan tes darah maupun USG ovarium. Obat-obat tersebut adalah: a. uhCG (urinary human chorionic gonadotropin) mempunyai aktivitas biologi yang sama dengan LH, walaupun juga mengandung FSH. Hormon ini diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita hamil. b. rhCG (recoombinant human chorionic gonadotropin) yang dihasilkan dari teknologi DNA dilaboratorium. c. uLH (urinary luteinizing hormon) mengandung LH yang diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita postmenoause. d. rLH 3. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) pulsatil GnRH dilepaskan secara teratur dalam interval antara 60-120 menit selama fase folikular dalam siklus haid yang normal. Sekresi GnRH secara pulsatil dari hipotalamus di otak ke aliran darah akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk mensekresikan LH dan FSH. Pemberian medikasi ini melalui pompa yang dipasang pada ikat pinggang dan dipakai sepanjang waktu. pompa ini akan memberikan dosis kecil yang teratur kepada pasien melalui sebuah jarum yang ditempatkan dibawah kulit atau didalam pembuluh darah. Namun hal ini bisa menimbulkan infeksi dan alergi akibat pemasangan jarum tersebut. 18
  • 19. 4. Gonadotropin releasing hormone analogue (GnRH agonist) 5. Dopamin Agonist Beberapa wanita beovulasi secara ireguler akibat dari pelepasan hormon prolactin yang berlebihan dari kelenjar pituitari yang biasa disebut hiperprolactinemia. Kelebihan hormon prolaktin ini akan mencegah terjadinya ovulasi pada wanita dan hal ini akan menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur dan bahkan hingga berhenti sama sekali. Dopamin agonist seperti bromokroptin dan cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan menurunkan produksi prolaktin, sehingga ovarium dapat bekerja dengan baik. 6. Aromatose Inhibitor Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payudara pada wanita postmenopause. Mereka bekerja dengan menurunkan kadar estradiol dalam sirkulasi dan mengurangi umpan balik negatif yang menstimulasi peningkatan sekresi dari kelenjar pituitari dan sebagai akibatnya akanmeningkatkan kerja ovarium. Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan anastrozole. B. Terapi Bedah Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan pembedahan. Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba, PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas antara lain:7 1. Ovarian Drilling 19
  • 20. Wanita infertil dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam ovulasi. Ovulasi dapat diinduksi secara pembedahan dengan prosedur yang disebut ovarian drilling atau ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten terhadap pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudian beberapa insisi kecil dilakukan pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses ini akan membantu kelainan hormon dan mmemacu terjadinya ovulasi. Gambar 2.1 Ovarian Drilling 2. Pembedahan pada tuba fallopi Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan berbagai macam jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi penutupan dan jenis kerusakannnya. a. Histerosalfingografi (HSG) merupakan sebuah prosedur yang dapat digunakan untuk mendiagnosis masalah pada uterus dan tuba fallopi. HSG menggunakan 20
  • 21. sinar x dan cairan radioopak yang dimasukkan ke traktus reproduksi dari uterus sampai ke tuba fallopi melalui kateter dari serviks. b. Salpingolisis merupakan salah satu prosedur operasi dengan laparotomi yang diiringi dengan penggunaan microscope untuk memperluas area. Salpingolisis dilakukan dengan membebaskan tuba fallopi dari adhesi dengan memotong perlengketan tersebut, biasanya menggunakan electrosurgery dengan memakai elektrokauter. c. Salfingotomi biasanya dilakukan untuk membentuk sebuah lubang baru pada tuba. Prosedur ini dapat dilakukan secara laparotomy ataupun laparoskopi. Salfingostomi dapat dilakukan pada pengobatan kehamilan ektopik dan infeksi pada tuba fallopi. d. Tubal anastomosis merupakan prosedur pembedahan dengan mengambil jaringan tuba yang tertutup dan kemudian menyambung lagi ujung-ujung tuba yang terpotong tersebut. e. Tubal kanalisasi, prosedur ini dilakukan ketika penutupan tuba relatif terbatas. Prosedur ini dilakukan dengan mendorong kawat atau kateter melalui penutupan tersebut sehingga terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan dipandu fluoroskopi. 2. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Pria a. Air mani abnormal Air mani disebut abnormal kalau pada 3 kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya tetap abnormal. Pada pasien dengan air mani abnormal kita hanya bisa 21
  • 22. memberikan nasihat agar melakukan senggama berencana pada saat-saat subur istri untuk meningkatkan persentasi terjadinya pembuahan.8 b. Varikokel Pada pria dengan varikokel, motilitas sperma terjadi penurunan. Menurut MacLeod, penurunan motilitas sperma itu terjadi pada 90% pria dengan varikokel, sekalipun hormon-hormonnya normal. Varikokelektomi hampir selalu dianjurkan untuk semua varikokel dengan penurunan motolitas spermatozoa. Kira-kira 2/3 pria dengan varikokel yang dioperasiakan mengalami perbaikan dalam motilitas spermatozoanya.8 c. Infeksi Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi kronik mungkin hanya akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula. Air mani yang selalu mengandung banyak leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik traktus genitalis. Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.8 d. Defisiensi Gonadotropin Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi gonadotropin bawaan sering kali mengalami pubertas yang terlambat. 22
  • 23. Pengobatannya sama seperti pada wanita, yaitu dengan pemberian preparat hormon seperti LH dan FSH, ataupun GnRH.8 e. Hiperprolaktinemia Hiperprolaktinemia pada pria dapat mengakibatkan impotensi, testikel yang mengecil, dan kadang-kadang galaktorea. Analisi air mani biasanya normal atau sedikit berkurang. Pengobatan dengan menggunakan bromokriptin dilaporkan dapat memperbaiki spermatogenesisnya.8 II.6 Assisted Reproductive Technology 1. Intrauterine Insemination (IUI) IUI merupakan sebuah proses memasukkan sperma melalui serviks kedalam uterus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tabung plastik yang melewati serviks menuju uterus. Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan waktu terjadinya ovulasi pada sang wanita. Untuk melakukan teknik ini, sang wanita harus mempunyai uterus dan tuba fallopi yang normal. IUI ini digunakan pada wanita yang mempunyai kelainan mukos serviks, endometriosis, atau ada faktor infertilitas pada laki-laki.7 23
  • 24. Gambar 2.2 Intrauterine Insemination 2. In Vitro Fertilisation (IVF) IVF berarti fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh. Dalam proses IVF, pasien juga termasuk mendapat pengobatan untuk menstimulasi ovarium untuk memproduksi lebih banyak sel telur. Ketika sel telur sudah terbentuk, sel telur tersebut akan diambil melalui operasi kecil. Sel telur kemudian akan dicampur dengan sperma dilaboratorium dan diinkubasikan selama 2-3 hari. Tujuannya agar sperma dapat membuahi sel telur dan membentuk embrio. Embrio tersebut kemudian akan diletakkan didalam uterus wanita menggunakan sebuah tabung plastik melalui vagina dan serviks. Kemudian setelah embrio dimasukkan diperlukan beberapa 24
  • 25. tambahan hormon untuk membantu implantasi embrio, dalam hal ini progesteron dan hCG. IVF merupakan terapi yang sangat berguna bagi wanita dengan kerusakan tuba, infertilitas yang tak diketahui, endometriosis, dan infertilitas pada laki-laki.7 Gambar 2.3 In Vitro Fertilization 3. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT) dan Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT) Gamet merupakan sebuah sel telur atau sperma. Teknik pengambilan sel telur dan sperma pada GIFT dilakukan dengan cara yang sama seperti pada IVF. Sel telur dan sperma kemudian dicampur dan langsung dipindah tempatkan ke tuba fallopi. Hal ini dilakukan secara laparoskopi melalui insisi kecil pada abdomen, atau dengan menggunakan kateter kecil melalui serviks. Dengan cara ini memungkinkan sperma secara natural membuahi sel telur di tuba fallopi. Untuk itu tuba fallopi sang wanita haruslah sehat. Tidak berbeda jauh dengan GIFT, ZIFT 25
  • 26. dilakukan dengan cara yang sama, tetapi pada ZIFT yang dipindah ke tuba fallopi adalah dalam bentuk zigot bukan sel telur dan sperma seperti pada GIFT. Kedua teknik ini sekarang sudah tergantikan dengan IVF sehingga jarang dillakukan. Dengan teknik ini persentase terjadinya kehamilan lebih tinggi sedikit daripada dengan teknik IVF, namun prosedur pelaksanaannya lebih rumit dan tidak nyaman bagi pasien.7 Gambar 2.5 Cara melakukan GIFT Gambar 2.6 ZIFT 26
  • 27. 4. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) Substansi didalam sel telur disebut sitoplasma, dan ICSI merupakan suatu tekknik reproduksi buatan dengan memasukkan sebuah sperma secara langsung ke sitoplasma dari sel telur. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum mikro. Sel telur yang sudah dimasuki sperma ini kemudian ditempatkan di dalam uterus sama seperti IVF. Teknik ICSI ini berguna untuk pasangan yang tidak berhasil dengan IVF, atau bila kualitas sperma yang baik terlalu sedikit untuk dilakukan IVF. ICSI mempunyai angka fertilisasi yang tinggi namun angka terjadinya kehamilan hampir sama dengan teknik IVF.7 Gambar 2.7 ICSI II. 7 Prognosis Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi hubungan seksual dan lamanya perkawinan). Fertilitas 27
  • 28. maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.8 Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama.8 Jones dan Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan pada infertilitas selama 3 tahun, angka harapan terjadinya kehamilan adalah sebesar 50% atau bisa dikatakan prognosisnya baik, sedangkan pada pasangan yang infertilitasnya sudah mencapai 5 tahun maka angka harapan terjadinya kehamilan adalah 30% dan bisa dikatakan prognosisnya buruk.8 28
  • 29. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak setelah berhubungan seksual secaa teratur selama 1 tahun dan tanpa menggunakan kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan ini telah mempunyai anak. Infertilitas bisa disebabkan oleh faktor laki-laki, faktor wanita, dan faktor keduanya. Ada beberapa penatalaksanaa yang dapat menjadi pilihan bagi pasangan 29
  • 30. infertil sesuai dengan masalah yang dialami, yaitu pemberian obat-obatan, pembedahan, dan assisted reproductive technology. 30