Dokumen tersebut membahas tentang alam semesta dan tata surya. Ia menjelaskan pengertian alam semesta, galaksi, dan tata surya. Alam semesta mencakup objek-objek besar dan kecil di ruang angkasa. Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusatnya dan planet-planet, satelit, komet, dan debu yang mengelilinginya.
Peradaban di Lembah Sungai Indus dan Gangga dimulai oleh bangsa Dravida dan Arya. Masyarakat Lembah Sungai Indus memiliki tata kota yang terencana dengan fasilitas kesehatan dan pertanian maju, sementara sistem pemerintahan di Lembah Gangga merupakan kelanjutan dari Sungai Indus.
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademikCoral Reef
Teks tersebut membahas teori-teori kritik sastra Indonesia pada periode 1956-1988. Pada periode 1956-1975, muncul berbagai pendekatan kritik sastra dari sastrawan dan akademisi. Periode 1976-1988 ditandai dengan berkembangnya teori-teori barat seperti strukturalisme, sosiologi sastra, intertekstualitas, dan feminisme dalam kritik sastra Indonesia.
Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang berdiri dari abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Kerajaan ini berpusat di Sundapura (Bogor) di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman yang memperluas wilayahnya. Tarumanegara jatuh setelah kekuasaan diserahkan kepada menantu Raja Linggawarman.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian puisi secara etimologis dan menurut beberapa ahli, jenis-jenis puisi, serta perbedaan antara puisi dan prosa. Puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat struktur dengan mempertimbangkan unsur bunyi, yang mengekspresikan pengalaman penyair untuk menimbulkan pengalaman pada pembaca. Puisi dibedakan dari prosa berdasarkan aktivitas kejiwaan dan sifatnya yang le
Dokumen tersebut membahas tentang alam semesta dan tata surya. Ia menjelaskan pengertian alam semesta, galaksi, dan tata surya. Alam semesta mencakup objek-objek besar dan kecil di ruang angkasa. Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusatnya dan planet-planet, satelit, komet, dan debu yang mengelilinginya.
Peradaban di Lembah Sungai Indus dan Gangga dimulai oleh bangsa Dravida dan Arya. Masyarakat Lembah Sungai Indus memiliki tata kota yang terencana dengan fasilitas kesehatan dan pertanian maju, sementara sistem pemerintahan di Lembah Gangga merupakan kelanjutan dari Sungai Indus.
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademikCoral Reef
Teks tersebut membahas teori-teori kritik sastra Indonesia pada periode 1956-1988. Pada periode 1956-1975, muncul berbagai pendekatan kritik sastra dari sastrawan dan akademisi. Periode 1976-1988 ditandai dengan berkembangnya teori-teori barat seperti strukturalisme, sosiologi sastra, intertekstualitas, dan feminisme dalam kritik sastra Indonesia.
Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang berdiri dari abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Kerajaan ini berpusat di Sundapura (Bogor) di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman yang memperluas wilayahnya. Tarumanegara jatuh setelah kekuasaan diserahkan kepada menantu Raja Linggawarman.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian puisi secara etimologis dan menurut beberapa ahli, jenis-jenis puisi, serta perbedaan antara puisi dan prosa. Puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat struktur dengan mempertimbangkan unsur bunyi, yang mengekspresikan pengalaman penyair untuk menimbulkan pengalaman pada pembaca. Puisi dibedakan dari prosa berdasarkan aktivitas kejiwaan dan sifatnya yang le
Dokumen tersebut membahas masa awal perkembangan sastra Melayu Rendah dan sastra modern Indonesia. Ia menjelaskan bahwa sastra Melayu Rendah berkembang sejak abad ke-19 dan ditulis oleh peranakan Tionghoa, sedangkan sastra modern Indonesia dimulai pada tahun 1919 melalui karya Merari Siregar. Dokumen juga menyinggung peran pers dan penerbitan awal dalam memperkenalkan bentuk-bentuk sastra
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari Debby Zalina
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur, mulai dari awal berdirinya dari Kerajaan Tumapel, masa kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, raja-raja yang memerintah, keruntuhannya akibat diserang Jayakatwang dari Kediri, serta peninggalannya berupa candi, prasasti, dan arca.
Teks tersebut meringkas kisah sembilan wali yang berperan besar dalam menyebarkan agama Islam di Jawa pada abad ke-15 dan 16, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dan memainkan peran penting dalam mengenalkan berbagai aspek peradaban baru sepert
Dokumen tersebut membahas tentang program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali di IKIP PGRI Bali. Dokumen ini menjelaskan tentang awal mula kesusastraan, definisi sastra, ruang lingkup ilmu sastra, klasifikasi pendekatan teori sastra, serta hubungan antara teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra.
Makalah kerajaan kerajaan hindu-budha di indonesiaRizal Fahmi
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha pertama kali bermunculan di Indonesia pada abad ke-4 Masehi, di antaranya Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat. Pada abad-abad berikutnya berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa Timur. Kerajaan-kerajaan ini berlangsung hingga abad ke-15 ketika kerajaan-keraja
Teori kritik seni membahas pendekatan dan metodologi yang diperlukan dalam menilai karya seni. Ada dua pendekatan utama yaitu pendekatan filsafat metafisika yang menghasilkan kritik bersifat dogmatis dan pendekatan empiris modern yang menggunakan data objektif. Kritik seni bertujuan untuk mengevaluasi, mengapresiasi, dan mengembangkan kreativitas seni. Ada berbagai pendapat mengenai peran dan metode kritik sen
Dokumen tersebut membahas tentang sastra Indonesia pada berbagai angkatan, mulai dari Pujangga Lama, Angkatan 20-an, 30-an, 45, 50-an hingga 66-an. Setiap angkatan memiliki ciri khas berdasarkan kondisi sosial politik masa itu."
Pemerintahan Orde Baru berdiri setelah pemberontakan G30S/PKI pada 1965 dan berakhir pada era reformasi akibat krisis ekonomi dan politik pada 1998. Program utama Orde Baru meliputi pembubaran PKI, pelaksanaan program pembangunan ekonomi REPELITA dan PELITA, serta kembalinya Indonesia ke masyarakat internasional melalui keanggotaan PBB dan pendirian ASEAN.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bakat khusus, jenis-jenis bakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat serta cara mengidentifikasi dan mengembangkan bakat peserta didik. Bakat didefinisikan sebagai kemampuan bawaan yang perlu dilatih untuk berkembang. Ada berbagai jenis bakat seperti bakat kemahiran, verbal, numerikal, dan ruang. Faktor pengaruhnya adalah minat, motiv
Sastra Indonesia mengalami beberapa periode perkembangan yang disebut angkatan. Angkatan Pujangga Lama merupakan karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke-20 yang didominasi syair, pantun, dan hikayat. Angkatan Sastra Melayu Lama berkembang antara 1870-1942 di Sumatra dalam bentuk syair, hikayat, dan terjemahan novel Barat. Angkatan Balai Pustaka muncul pada 1920-an dengan fokus pada prosa dan puisi. Ang
Dokumen tersebut membahas masa awal perkembangan sastra Melayu Rendah dan sastra modern Indonesia. Ia menjelaskan bahwa sastra Melayu Rendah berkembang sejak abad ke-19 dan ditulis oleh peranakan Tionghoa, sedangkan sastra modern Indonesia dimulai pada tahun 1919 melalui karya Merari Siregar. Dokumen juga menyinggung peran pers dan penerbitan awal dalam memperkenalkan bentuk-bentuk sastra
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari Debby Zalina
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur, mulai dari awal berdirinya dari Kerajaan Tumapel, masa kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, raja-raja yang memerintah, keruntuhannya akibat diserang Jayakatwang dari Kediri, serta peninggalannya berupa candi, prasasti, dan arca.
Teks tersebut meringkas kisah sembilan wali yang berperan besar dalam menyebarkan agama Islam di Jawa pada abad ke-15 dan 16, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dan memainkan peran penting dalam mengenalkan berbagai aspek peradaban baru sepert
Dokumen tersebut membahas tentang program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali di IKIP PGRI Bali. Dokumen ini menjelaskan tentang awal mula kesusastraan, definisi sastra, ruang lingkup ilmu sastra, klasifikasi pendekatan teori sastra, serta hubungan antara teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra.
Makalah kerajaan kerajaan hindu-budha di indonesiaRizal Fahmi
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha pertama kali bermunculan di Indonesia pada abad ke-4 Masehi, di antaranya Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat. Pada abad-abad berikutnya berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa Timur. Kerajaan-kerajaan ini berlangsung hingga abad ke-15 ketika kerajaan-keraja
Teori kritik seni membahas pendekatan dan metodologi yang diperlukan dalam menilai karya seni. Ada dua pendekatan utama yaitu pendekatan filsafat metafisika yang menghasilkan kritik bersifat dogmatis dan pendekatan empiris modern yang menggunakan data objektif. Kritik seni bertujuan untuk mengevaluasi, mengapresiasi, dan mengembangkan kreativitas seni. Ada berbagai pendapat mengenai peran dan metode kritik sen
Dokumen tersebut membahas tentang sastra Indonesia pada berbagai angkatan, mulai dari Pujangga Lama, Angkatan 20-an, 30-an, 45, 50-an hingga 66-an. Setiap angkatan memiliki ciri khas berdasarkan kondisi sosial politik masa itu."
Pemerintahan Orde Baru berdiri setelah pemberontakan G30S/PKI pada 1965 dan berakhir pada era reformasi akibat krisis ekonomi dan politik pada 1998. Program utama Orde Baru meliputi pembubaran PKI, pelaksanaan program pembangunan ekonomi REPELITA dan PELITA, serta kembalinya Indonesia ke masyarakat internasional melalui keanggotaan PBB dan pendirian ASEAN.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bakat khusus, jenis-jenis bakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat serta cara mengidentifikasi dan mengembangkan bakat peserta didik. Bakat didefinisikan sebagai kemampuan bawaan yang perlu dilatih untuk berkembang. Ada berbagai jenis bakat seperti bakat kemahiran, verbal, numerikal, dan ruang. Faktor pengaruhnya adalah minat, motiv
Sastra Indonesia mengalami beberapa periode perkembangan yang disebut angkatan. Angkatan Pujangga Lama merupakan karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke-20 yang didominasi syair, pantun, dan hikayat. Angkatan Sastra Melayu Lama berkembang antara 1870-1942 di Sumatra dalam bentuk syair, hikayat, dan terjemahan novel Barat. Angkatan Balai Pustaka muncul pada 1920-an dengan fokus pada prosa dan puisi. Ang
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang kabaretisasi cerpen, pengertian cerpen dan kabaret, serta perkembangan cerpen di Indonesia. Cerpen didefinisikan sebagai prosa fiksi pendek sedangkan kabaret adalah bentuk hiburan yang menggabungkan berbagai seni seperti musik dan drama. Cerpen Indonesia mengalami masa keemasan pada tahun 1950-an didukung publikasi di media massa.
Periodisasi sastra menurut nugroho notosusantoidhaparwati
Sastra Indonesia dibagi menjadi 2 periode utama yaitu Sastra Melayu Lama dan Sastra Indonesia Modern. Sastra Modern terbagi lagi menjadi Masa Kebangkitan (1920-1945) dan Masa Perkembangan (1945-sekarang). Masa Kebangkitan terdiri atas Periode '20, '33, dan '42 yang memiliki ciri khas berbeda dalam karya sastra yang dihasilkan. Masa Perkembangan terbagi menjadi Periode '45 dan '50.
Mari belajar Apresiasi sasrta, unsur intrinsik novel&pidato,khotbah&ceramahDebby Zalina
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek sastra Indonesia mulai dari periode, jenis, bentuk, unsur intrinsik novel, serta tokoh-tokoh sastrawan dari berbagai angkatan."
Historiografi kolonial adalah tulisan sejarah yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris di Indonesia, dimulai dari abad ke-17 sampai 1942. Tulisan-tulisan ini cenderung ditulis dari sudut pandang kolonial dan Eropa serta seringkali mengidealisasikan peran kolonial. Contoh karyanya adalah buku karya Raffles tentang sejarah Jawa.
Teks tersebut membahas upaya meluruskan sejarah sastra Indonesia yang sebelumnya dianggap dimulai dari Angkatan Balai Pustaka pada awal abad ke-20. Namun, ada bukti bahwa sastra Indonesia sudah ada jauh sebelumnya, seperti karya-karya sastra dari zaman kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan-kerajaan Nusantara lainnya. Teks ini juga mengkritik pemisahan sejarah pre-Indonesia dan Indonesia
Balai Pustaka merupakan angkatan sastra Indonesia pada 1920-1942 yang dikenal dengan angkatan Siti Nurbaya. Angkatan ini memproduksi karya sastra berbahasa Melayu umum melalui penerbit Balai Pustaka dengan tema utama menentang adat istiadat seperti kawin paksa. Sastrawan terkenalnya antara lain Marah Roesli, Merari Siregar, dan Mohammad Yamin.
apresiasi prosa fiksi- angkatan 2000 sampai sekarangAjengIlla
Dokumen tersebut merangkum sejarah dan perkembangan sastra Indonesia pada masa Angkatan 2000, dimulai dari latar belakang lahirnya Angkatan 2000 pada tahun 2000, peristiwa penting yang terjadi, ciri khas karya sastra pada masa itu, jenis sastra yang berkembang seperti sastra cyber, serta ideologi feminisme yang disampaikan dalam karya sastra saat itu.
Dokumen tersebut membahas tentang sastra Indonesia pada periode tahun 1930-an yang dikenal sebagai Angkatan Pujangga Baru. Ia menjelaskan latar belakang berdirinya majalah Pujangga Baru pada tahun 1933 sebagai cikal bakal berdirinya angkatan tersebut. Selanjutnya dibahas mengenai ciri khas dan tema karya-karya sastra angkatan Pujangga Baru serta tokoh-tokoh sastrawannya seperti
Dokumen menjelaskan periode sastra Indonesia yang terbagi menjadi beberapa angkatan, yaitu pujangga lama, sastra Melayu lama, Balai Pustaka, pujangga baru, angkatan 1945, 1950-1960-an, 1966-1970-an, 1980-1990-an, reformasi dan 2000-an. Masing-masing angkatan memiliki ciri khas berdasarkan jenis karya sastra, aliran, dan kondisi sosial politik masa itu.
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modernCoral Reef
Dokumen tersebut membahas beberapa masalah khusus dalam kritik sastra Indonesia modern, termasuk masalah kriteria kritik pustaka, perbedaan pandangan kritik sastra Pujangga Baru, krisis kesusastraan 1950-an, serangan Lekra, kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Langit Makin Mendung, serta perdebatan metode kritik sastra 1960-an."
Angkatan Pujangga Baru 1930-an adalah kelompok sastrawan yang menerbitkan majalah Pujangga Baru pada tahun 1933 sebagai wadah untuk menuangkan karya sastra dan ide-ide mereka. Kelompok ini dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Mereka memperkenalkan gaya baru dalam kesusastraan Indonesia dengan pengaruh Barat namun tetap mempertahankan jati diri kebudayaan Indonesia. Ang
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
2. Periodesasi Sastra Modern dalam Kerangka Jacob Sumardjo (1992:x).
1. Sastra awal (1900-an)..................................................................................
2. Sastra Balai Pustaka (1920 – 1942)...........................................................
3. Sastra Pujangga Baru (1930 – 1942)........................................................
4. Sastra Angkatan 45 (1942 – 1955)............................................................
5. Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965)........................................................
6. Sastra Generasi Horison (1966 - ).............................................................
2
4. 1. SASTRA AWAL (1900 – an)
a. Pengantar
b. Sastra Embrional
c. Sastra Melayu Rendah Bukan Tionghoa
d. Sastra Melayu Rendah Tionghoa
e. Pengaruh Sastra Melayu Rendah
4
5. a. Pengantar
1) Sastra tradisional dan sastra modern (1992:1).
a) Sastra tradisional mulanya berorientasi pada istana dan kalangan bangsawan
yang banyak diungkapkan dengan puisi yang begitu taat terhadap aturan-
aturan persajakan. Masalah yang dibicarakan dalam sastra tradisional
menyangkut kehidupan istana dan para bangsawan. Bahannya diambil dari
itos dan sejarah.
b) Sastra modern lebih menekankan pada kebebasan dalam pengungkapan dan
tertarik pada masalah-masalah zamannya sendiri yang berlaku di dalam
masyarakat yang terdidik secara Barat.
5
6. 2) Permasalahan (1992:2).
a) Pada mulanya kaum bangsawan yang berkuasa namun setelah kekuasaan para raja
dan bangsawan digeser oleh Belanda maka golongan masyarakat ‘Barat’ inilah yang
berkuasa dan menentukan arah kebudayaan. Belanda menggunakan kaum terpelajar
dalam pemerintahannya, maka yang menentuk arah kebudayaan adalah kaum
terpelajar yang dididik secara Barat tersebut.
b) Abad 19, belum ada bahasa Indonesia maka ada tiga bahasa daerah penting menjadi
awal munculnya sastra Indonesia modern, yakni bahasa jawa, bahasa melayu (fokus:
Melayu-Rendah Tionghoa), dan bahasa sunda.
6
7. b. Sastra Embrional
1) Masalah ‘Embrional’: Gejala kemunculan sastra indonesia modern terlihat
jelas dalam bahasa Jawa,Sunda, dan Melayu Rendah (1992:2).
2) Penyebabnya: ketiga golongan masyarakat tersebut paling dahulu
berkenalan dengan pendidikan Barat (1992:2). Perkembangan di tiga bahasa
daerah; Jawa, Melayu, dan Sunda dapat dijabarkan sebagai berikut (1992:3-
8):
7
8. a) Sastra berbahasa Jawa (1992:3), yakni
Ditandai munculnya pertama kali penceritaan kembali kisah-kisah lama dengan bahasa yang
hidup dalam masyarakat pada waktu itu (1844-1990an).
(1) Tahun 1870-an sastra tradisional Jawa terpusat di istana tinggal memiliki pujangganya yang terakhir
yang disebut sebagai ‘Pujangga Penutup’ yakni Raden Ngabehi Ranggawarsita.
(2) Tahun 1844: Seorang ahli bahasa jawa, T. Roorda menulis buku (prosa) pertama berjudul Raja
Pirangon (197 halaman).
(3) Tahun 1853: terbit prosa kedua Angling Darma ditulis dengan penulis anonim.
(4) Tahun 1886: terbit prosa Aji Saka oleh M. Kartosoebroto.
(5) Tahun 1875: terbit prosa Purwo Cerita Bali (Cerita-cerita zaman dahulu dari pulai Bali) oleh R. Sasrawijaja.
(6) Tahun 1878 dan 1882: terbit prosa Cariyos Aneh 250 Bab dan Cariyos Lelakone Djahidin (Cerita
Pengalaman Djahidin, berdasarkan cerita dari Belanda oleh C.F. Winter.
(7) Tahun 1920: terbit sastra jawa modern berbentuk roman Serat Riyanto oleh R.M. Sulardi.
Karya-karya di atas belum dapat dikategorikan sebagai sastra modern, tetapi arahnya sudah ke sana.
Penulis Jawa yang banyak mengisahkan mengenai cerita-cerita lama memuncak pada zaman Balai Pustaka
ditandai dengan serat yang ditulis oleh R.M. Sulardi tersebut.
8
9. b) Sastra berbahasa Sunda (1992:3-4), yakni
Ditandai munculnya fenomena yang sama mengenai penceritaan kembali kisah-
kisah lama dengan bahasa sunda.
(1) Tahun 1884: muncul buku Dongeng—dongeng nu Araneh (penulis tidak disebutkan).
(2) Tahun 1907: muncul cerita Angling Darma (penulis tidak disebutkan).
(3) Tahun 1911: muncul cerita Dongeng-dongeng Tuladan ditulis oleh R. Prawirakusumah.
(4) Tahun 1914: munculnya roman Sunda yang pertama berjudul Baruang Ka Nu
Ngarora (Racun Bagi Kaum Muda) ditulis oleh D.K. Ardiwinata. Kemunculan
roman ini menandai bahwa dalam sastra Sunda telah mencapai bentuk sastra
modern mendahului sastra Jawa.
9
10. c) Sastra berbahasa Melayu, yakni
Ditandai dengan kemunculan corak sastra modern yang tidak lagi menceritakan kembali
kisah lama. Ada dua gejala, yakni kemunculan buku Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dan buku-
buku sastra berbahasa Melayu-Rendah Tionghoa.
(1) Permulaan abad 19: ditandai dengan munculnya buku-buku Abdullah bin Abdulkadir
Munsyi, seorang kawan akrab Thomas S. Raffles. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi banyak
menulis tentang zamannya sendiri melalui otobiografinya Hikayat Abdullah dan kisah-kisah
perjalanannya berlayar bersama Raffles. Akan tetapi, Abdullah bin Abdulkadir Munsyi tidak
dapat dianggap sebagai pelopor munculnya sastra modern. Hal tersebut disebabkan
munculnya sastra modern (roman) lebih disebabkan perubahan masyarakat Melayu pada
permulaan abad 20 dipengaruhi Barat. Apalagi Abdullah banyak berbicara sastra Melayu di
Malaysia daripada di Indonesia, sehingga ia masuk dalam kesusastraan Malaysia.
(2) Sastra Melayu yang berkembang pesat adalah sastra yang ditulis dengan bahasa Melayu
Rendah yang berkembang dilingkungan masyarakat Tionghoa di kota Indonesia.
Perkembangan tersebut dapat dilihat dari kemunculan karya-karya berikut ini:
10
11. (a) Tahun 1870-1910an: muncul buku yang terpengaruh sastra Indonesia tradisional yakni Sair Kedatangan Sri Maharaja
Siam di Betawi dalam bahasa melayu rendah oleh golongan Tionghoa. Syair-syair ini mula-mula ditulis dalam huruf Jawi
(Arab-Indonesia). Namun karena banyak kalangan Tionghoa tidak mengenal lagi huruf tradisional Indonesia itu maka
syair-syair tersebut kemudian ditulis dalam huruf latin sampai tahun 1910-an. Ada sekitar 40 karya syair yang
dibukukan isinya berupa penceritaan kembali kisah-kisah klasik Cina, peristiwa penting zaman itu, cerita mendidik, dan
pantun-pantun hiburan. Para penulis ini berasal dari kota di Jawa dan Sumatra, bahkan ada 4 penulis wanitanya.
Contoh-contoh karya itu adalah
(1) Buku Syair Cerita Sih Djin Koe (1891) oleh Thio Tjeng Tek, Buku Syair Yang Maha Mulia Sri Paduka Kanjeng Tuwan
Susuhunan di Solo Dateng Ka Semarang (1903), Buku Syair Buwat Kemajuan Bangsa Tionghoa Pihak Prempuan (1906) oleh
P.K. Nio, dan Roja Melati (1891) oleh Nonah Boto.
(b) Tahun 1837-1910: muncul buku-buku yang mengalami masa penceritaan kembali kisah lama dari sastra Cina dan masa
terjemahan dari sastra klasik cina.
(1) Tahun 1882: muncul sebuah cerita Buku Cerita Tjloe Koan Tek anak Tjloe Boen Glok, terkarrang oleh suatu orang Cina.
Sejak saat itu muncullah terjemahan atau cerita kembali kisah cina yang terkenal seperti Sie Djin Koei, Soen Go
Kong, dan Ong Tjiau Kun.
(2) Terjemahan novel Cina, novel historis maupun percintaan. Sam Kok atau Kisaj Tiga Negara diterjemahkan oleh Tan
SiauwTjiak di Surabaya, Roman Permulaan dan Akhir Dinasti Han, Cerita Lengkap Naga Terbang, Pemberontakan
Melawan Dinasti Tang. Cerita Silat Cina: Roman Tepi Air, Pendekar-Pendekar Wagang, Perjalanan Pangeran Huagang ke
Selatan. 11
12. (c) Tahun 1876 menjadi awal mula penerjemahan yang dilakukan oleh orang Belanda. Ini menandakan bahwa
penerjemahan sastra Barat justru pertamakali dilakukan oleh orang Belanda bukan orang Tionghoa.
(1) A.F. Von de Wall bberturut-turut menerjemahkan Hikayatt Sinbad (1876), Hikayat Robinson Krusue
(1875), Kisah Pelayaran Perampuwan Mengelilingi Bumi (berdasarkan kisah pertualangan Ida Pfeifer).
(2) F. Winggers menerjemahkan Lawah-lawah Merah (1875) dan Barang Rahasia Dari Astana Konstantinopel
(1884).
(3) Penerjemah Tionghoa baru muncul sekitar tahun 1890, yakni oleh L. TH. M, dalam novel Mengelilingi
Bumi dalam 80 Hari dari Pengarang Prancis Jules Verna.
(4) Disusul Lie Kim Hok bersama F. Winggers tahun 1894 menerjemahkan novel Alexandre Dumas,
Graaf de Monte Chisto.
(5) Lie Kim Hok sejak saat itu banyak menerjemahkan novel Barat yang amat tebal seperti Flamberge dari
Paul Sauniere, Rocambole dari Ponson du Terrail, dan Genevieve de Vadans. Lie Kim Hok juga
menerjemahkan novel Cina. Pengarang Tionghoa inii besar peranannya dalam merintis sastra Melayu
Rendah gol Tionghoa di Indonesia. Hal itu disebabkan karena bahasa Lie Kim Hok sangat baik
dibanding yang lain, karena mendekati bahasa Melayu Tinggi dan banyak pengaruh dari bahasa
Belanda. 12
13. d) Kesimpulan:
(1) Masa antara tahun 1850an sampai 1900 terdapat tiga wilayah yang menghasilkan karya yang menjadi
embrio bagi kemunculan sastra modern di Indonesia.
(2) Dari ketiga golongan terseut, ciri karya berupa penceritaan kisah-kisah lama yang dimiliki golongan
tersebut masingmasing.
(3) Dari ketiga golongan tersebut yang paling pesat perkembangannya adalah sastra berbahasa Melayu-
Rendah yang ditulis oleh golongan orang Tionghoa. Hal ini disebabkan karena Jawa dan Sunda memiliki
akar budaya tradisional yang lama. Dapat dilihat dari munculnya sastra modern pertama dalam bahasa
Sunda tahun 1914, sastra modern berbahasa Jawa 1920, yakni bersamaan dengan lahirnya novel pertama
dalam bahasa Melayu Tinggi (Masa Balai Pustaka).
(4) Masyarakat Tionghoa di Indonesia tidak memiliki tradisi kebudayaan asal yang kuat. Sebabnya, mereka
adalah kaum imigran yang datang dari Cina. Keturunan mereka yang lahir dan besar di Indonesia semakin
tidak menguasai bahasa Cina dan kurang mengenal kebudayaan asal mereka. Mereka cenderung menganut
‘Kebudayaan Baru’ yakni kebudayaan Indonesia yang bercampur dengan kebudayaan Barat.
(5) Maka dapat dikatakan faktor penyebab pesatnya perkembangan sastra Melayu Rendah golongan orang
Tionghoa, yakni Ketercerabut dari akar budaya moyang, Adanya modal percetakan, dan Orientasi
budaya Barat. 13
14. c. Sastra Melayu Rendah Bukan Tionghoa
Sastra Melayu Rendah yang dimulai oleh orang Tionghoa pada tahun 1870,
pada tahun 1890an memperoleh bentuknya di tangan penulis Belanda dan
Indonesia.
1) Penulis sastra Melayu Rendah dari Belanda dimulai tahun 1900, yakni
H.Komar, F.Wiggers, dan H.F.R.Kommer.
2) Penulis sastra Melayu Rendah dari Indonesia dimulai tahun 1905 sampai
1924, yakni F.D.J. Pangemanann, Raden Mas Tirtoadisuryo, Mas
Marco Kartoadrikomo, Haji Mukti, dan Semaun.
14
15. 1) Penulis sastra Melayu Rendah dari Belanda (1992:8-10)
(a) H.Komar, merupakan sastrawan sejaman dengan Pangemanann. H. Kommer tidak
diketahui riwayat hidupnya, namun dari karyanya merupakan puncak dari sastra Melayu
Rendah pada zamannya. Karya roman pendeknya: cerita Siti Aisyah, Nyi Paina, Nyai Sarikem,
dan Nyonya Kong Ho Nio (semua terbit 1900)
(b) F.Wiggers, seorang bekas pegawai Pemerintahan Belanda di Indonesia yang kemudian
bekerja sebagai wartawan. Merupakan pemimpin surat kabar “Pembrita Betawi”, Warna Sari
(Bogor, dan Hukum Hindia. Karya-karyanya: Jembatan Berjiwa (2 jilid, 1900), Lelakon Raden
Bey Surio Retno (drama, 1901), Sair Java Bank Dirampok (1902), dan Nyai Isah (roman, 1903).
(c) H.F.R.Kommer, Roman Nona Leoni (1902) dan G. Francis, Roman Nyai Dasima (1902)
(d) Nicolina Maria Christina Sloot (Melati van Java) 1953-1927, penulis novel Belanda di
Indonesia pada abad 19. Karyanya Van Slaaf tot Vorst (Dari Budak Sampai Menjadi Raja) yang
kemudian diterjemahkan oleh F. Wingger dalam bahasa Meelayu Rendah berjudul Dari
Budak Sampe Jadi Raja (1898). Dari buku inilah Abdul Muis menulis dua roman terkenal
Suropati dan Robert Anak Suropati.
15
16. 2) Penulis sastra Melayu Rendah dari Indonesia (1992:8-10)
1) F.D.J. Pangemanann (1870-1910), pengarang Indonesia pertama dari Minahasa menulis novel dalam
bahasa Melayu Rendah. Bekerja sebagai wartawan dan redaktur surat kabar “Bitang Betawi” (surat
kabar berbahasa Melayu ke 10 terbit di Indonesia. Ia meulis cerita bersambung di majalah itu.
Karyanya; Ceritta Rosina sebuah cerita bersambung di majalah itu. Cerita Si Conat (1900). Tahun
penerbitan Rossina tahun 1903 tetapi atas nama alias dijiplak oleh H.F.R. Kommer. Pada tahun 1933
Balai Pustaka menerbitkan Syair Rossina oleh Tulis Sutan Sakti berdasarkan cerita tersebut
2) Raden Mas Tirtoadisuryo, seorang wartawan yang mendirikan surat kabar “Medan Priyayi” di
Bandung. Juga tokoh penggerak Nasional tahun 1910. Karya; kumpulan 101 cerita Dunia Percintaan
dan Seitang Kuning (1910). Roman Busono (cerita bersambung di Medan Priyayi 1910) berupa
otobiografis Busono dalam mencerdaskan bangsanya dalam organisasi Budi Utomo, Roman Nyai
Permana (1912) berupa roman bersambung di Medan Priyayi berisi kezaliman sosial Nyai Permana
anak lurah yang feodal menikahkannya dengan mantri polisi korup tanah petani. Nyai Permana
meninggalkan suaminya karena memihak petani dan kembali ke desanya.
3) Haji Mukti, menulis roman tebal sebagai cerita bersambung surat kabar “Medan Priyayi”. Karyanya;
Hikayat Siti Mariah dimuat selama 2 tahun. Roma ini bercerita secara kompleks kondisi sosial tahun
itu, dengan setting kehidupan haji-haji yang mendapat tempat terhormat di masyarakat waktu itu.
16
17. 4) Mas Marco Kartoadrikomo (Soemantri), seorang wartawan yang pernah menjadi utusan wartawan
Indonesia ke negeri Belanda. Ia aktif dalam pergerakan nasional dan masuk partai Komunis tahun
1920. inilah sebabya banyak karyanya bercorak sosial-komunis. Tahun 1926 ia ikut ditangkan Belanda
dibuang ke Digul dan meninggal di sana tahun 1933. Ia menulis dalam bahasa Jawa dan Melayu
Rendah. Karyanya; Mata Gelap (1914), Syair Rempah-Rempah (1919), R.A. Tien (1919), dan Rasa Mardika
(1924).
5) Semaun, tokoh politik yang menjadi pimpinan penting partai komunis tahun 1920. Karyanya, Hikayat
Kadirun (1922) yang semula berupa cerita bersambung pada surat kabar “Sinar Hindia”, kemudian
diterbitkan tahun 1922 di Semarang.
• Setelah tahun 1924 tidak ada lagi karya Melayu Rendah yang ditulis orang Indonesia. Hal ini disebabkan
Belanda menekan keras organisasi pergerakan nasional yang berhaluan ekstrim. Dari situ, karya-karya
mereka bertema sosial dan politik yang memihak rakyat akibat penjajahan Belanda. Karena karya mereka
yang menentang Belanda maka dinamai “bacaan liar” oleh Belanda. Karya ini sebelumnya muncul karena
tahun 1920 sudah memiliki modal sendiri melalui oendirian surat kabar.
• Karya yang bernilai sastra yakni Hikayat Siti Mariah, Busono dan Nyai Permana, juga karya Pangemanan
Rossina. Buku tersebut dapat dikatakan lebih murni dan merepresentasikan kehidupan zamannya karena
diterbitkan sendiri ddan berupa pengngkapan kebuddayaan yang sebenarnya berisi kehidupan dan
pemikiran sosial politik pemimpin Indonesia karena penjajahan Belanda.
• Penulis Indonesia yag menulis dengan bahasa Melayu Rendah lebih baik dari orang Tionghoa.
17
18. d. Sastra Melayu Rendah Tionghoa
1) Masa Lie Kim Hok (1884 – 1910)
2) Masa Perkembangan (1911 – 1923)
3) Masa Cerita Bulanan (1924 – 1945)
4) Masa Akhir (1945 – 1960)
18
19. • Ragam sastra ini berkembang sejak tahun 1870-an sampai tahun 1960-an di Indonesia. Jadi
usianya sudah hampir 100 tahun. Dan menurut penyelidikan sarjana Claudine Salmon, jumlah
karya yang telah dihasilkan oleh lebih dari 3000 buah berupa karya-karya drama, novel, cerita
pendek, syalr cerita dan terjemahan sastra Cina serta sastra Barat.
• Setelah melalui masa embrional dari tahun 1870 sampai tahun 1900, maka sastra Melayu
Rendah Tionghoa mulai menghasilkan karya sastra modernnya yang pertama pada tahun1905.
Jadi semasa dengan FDJ. Pangemanan, F. Wiggers, H. Kornmer, H.F.R. Kommer dalam
menulis roman-roman mereka. Karya pertama sastra modern mereka ini berupa roman yang
berdasarkan kisah nyata yang dipungut dari berita-berita surat kabar, berjudul Oey Se ditulis
oleh Thio Tjien Boen (1885-1940). Sejak itu berkembanglah sastra Melayu-Rendah Tionghoa
yang sangat subur itu meliputi karya-karya drama, fiksi dan puisi, bahkan juga esai dan kritik
sastra.
• Perkembangan sastra Melayu Rendah Tionghoa ini tidak mungkin dibahas secara menyeluruh
dalam buku ini, karena masa hidupnya yang [auh lebih tua daripada sastra lndonesia di
samping banyaknya karya yang rnereka hasllkan. Namun ringkasan perkembangan sastra ini
dan pengaruhnya terhadap sastra lndonesia akan diuraikan. Sejarah perkembangan sastra
Melayu Rendah Tionghoa ini biasanya dibuat periodisasinya sebagai berikut
19
20. 1) Masa Lie Kim Hok (1884 – 1910)
• Lie Kim Hok (1853-1912) dijuluki Bapak dari bahasa dan sastra Melayu Rendah golongan
Tionghoa. Tokob ini amat dihormati oleh para sastrawan Melayu-Tionghoa karena
kepeloporannya dalam membentuk bahasa Melayu-Tionghoa menjadi bahasa yang lebih
mendekati bahasa Melayu-tinggi dan bahasa Belanda.
• Bahasa Melayu-Rendah-Tionghoa yang sebelumnya merupakan bahasa yang sangat beragam dan
kurang teratur karena pengaruh asal pemakaiannya, oleh Lie Kim Hok diperbaiki menjadi
bahasa yang lebih teratur dan punya standard. Lie Kim Hok menulis buku Melayu Batawi
menjadi pegangan penerbitan bahasa Melayu-Rendah-Tionghoa, pada tahun 1884. Sebagai
pelopor sastra Melayu Tionghoa dia menulis bukunya yang pertama Syair Cerita Siti Akbari
(1884) yang amat populer di kalangan pembacanya dan dicetak tiga kali (1884, 1913 dan 1922).
Cerita setebal 200 halaman ini berdasarkan syair Melayu yang terkenal yakni Syair Abdul Muluk.
• Lie Kim Hok tidak pernati menulis roman asIi, ia banyak menerjemahkan novel-noveI Eropa
maupun Cina. la telah menulis sekitar 28 buku.
20
21. • Dalam masa ini pulalah muncul karya asli pertama penulis Tionghoa, yakni roman Oey
Se dari Thio Tjien Boen. Roman ini terbit tahun 1903, berisi kisah nyata yang diambil
dari pemberitaan surat kabar. Roman ini kiranya cukup menarik karena mengisahkan
percintaan dan perkawinan seorang gadis Tionghoa (putri dart Oey Se, Tionghoa miskin
yang kemudian kaya raya) dengan bupati Pekalongan yang pribumi.
• Hasil-hasil lain dari masa ini adalah: Lo Fen Koei roman oleh Gouw Peng Liang, juga
berdasarkan berita-berita surat kabar seperti umumnya roman-roman dari masa itu; Nyai
Alimah oleh Oei Soei Tiong (1904), Oey Tam Bah Sia (1906) pengarang anonim, Rebutan
Harta oleh The Teng Hoey(1909) dan lain-lain.
• Roman-roman Tionghoa itu kebanyakan bahan-bahan cerita yang diambil dari surat
kabar, sehingga penekanan tema kurang nampak, yang jelas hanya jalan ceritanya saja.
Hal ini dapat kita pahami karena maksud utamapenulisnya memang membuat
rekonstruksi kembali dari riwayat kejadian nyata dan disuguhkan secara sastra imajinatif.
Inilah sebabnya corak karya-karya mereka bersifat hiburan.
21
22. 2) Masa Perkembangan (1911 – 1923)
• Dalam masa ini pengaruh sastra Barat terhadap sastra Melayu Tionghoa makin besar. Ini disebabkan oleh
adanya pendidikan Belanda yang diberikan pada golongan Tionghoa pada tahun 1908.
• Pemerintah Belanda yang mengkhawatirkan terhadap gerakan-gerakan anti-penjajahan di kalangan
Tionghoa akibat pengaruh Nasionalisme Sun Yat Sen, mulai mendirikan Sekolah Belanda-Tionghoa
(H.C.S:). Pendidikan ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan mengontrol cita-cita politik dan budaya
golongan Tionghoa. Akibatnya pengaruh· bahasa Belanda, Inggris, dan sastranya amat besar terhadap
kaum terpelajar Tionghoa.
• Dalam masa ini jenis karya sastra yang dihasilkan tidak terbatas pada roman saja, tetapi juga meliputi
karya-karya drama, syair dan terjemahan. Dalam bidang terjemahan sastra Barat, sastra Melayu-Tionghoa
'ni telah mendahului sastra bangsa Indonesia dengan 30 buku terjemahan yang mula-mula disiarkan
sebagai eerita bersambung dalam surat kabar, kemudian baru dibukukan, seperti umumnya penerbitan
roman roman pada masa itu.
• Roman-roman Barat yang diterjernahkan dalam masa ini antara lain karya-karya Charles Dickens, Arthur
Conan Doyle, Alexandre Dumas, Victor Hugo, Charles Lamb dan Jules Verne. Jadi kebanyakan
merupakan karya-karya sastra Prancis dan Inggris, tidak ada yang berasal dari sastra Belanda.
22
23. • Dalam masa perkembangan ini telah dihasilkan 100 novel yang rata-rata bersitat realistik. Baik pengarang
maupun setting ceritanya terjadi di Jawa dan Sumatra, di kalangan penduduk Tionghoa, Indonesia dan Eropa.
Tema yang digarap meliputi masalah pertentangan adat Tionghoa dengan pengaruh pendidikan Barat, masalah
prostitusi, masalah pendidikan, sosial-politik dan kehidupan kaum pribumi atau golongan lain di Indonesia
(Arab, Belanda, suku tertentu).
• Masalah pertentangan adat cukup rnenarik. Meskipun masyarakat Tionghoa di Indonesia yang kebanyakan
tinggal di kota-kota sangat besar orientasinya pada kebudayaan Barat, namun penghormatan mereka terhadap
nilai-nilai tradisi masih amat tebal.
• Tetapi dalam banyak novel pengarang masih menjunjung tinggi sikap para gadis yang mematuhi orang tua
dalam mencarikan jodohnya. Sikap ke Barat-Baratan para gadis yang mencari sendlri jodohnya secara bebas
digambarkan berakibat negatif (Probitas, Tuju Belas Tahun dalam Resia; Tjermin, Rasianya Satu Gadis Hartawan;
Tio le Soei, Nona Tjoe Joe; Quo Vadis, Kemerdikahan yang membawa binasa , yang kebanyakan dipungut dari kisah
nyata yang telah amat populer dalam pemberitaan surat kabar).
• Sebaliknya kehidupan kaum lelaki Eropa dan Tlonqhoa dalam memelihara gundik rnasih dibenarkan oleh kaum
penu1isnya (Nyai Sumirah oleh Thio Tjin Boen/1917, Nyai Marsina oleh Numa/1923, Nyai Aisah oleh Tan Boen
Kim/1915, Peniti Dasi Berlian olehTan Tjing Kang/1922.
• Sedangkan tema sosial-politik nampak dalam novel Setan Item, dari Phoa Tjoen Hoat (1912) yang mengisahkan
tentang gerakan Serikat Islam, Cerita Han King Boe oleh Tjoa Boe Sing yang menceritakan pertentangan petani-
petani Tionghoa melawan penyelundup candu orang-orang Jawa.
23
24. • Karya drama pertama yang ditulis adalah Cerita Harta yang Berbahaya (1911), sejak itu
banyak ditulis naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu-Rendah, juga oleh pengarang
Melayu-Redah Indonesia, seperti Mas Marco Kartodikromo, Tio le Soei pada tahun
1919 menulis drama Allah Yang Palsu.
• Berkembangnya buku-buku drama di kalangan masyarakat Tionghoa ini disebabkan
karena sejak tahun 1895 berkembang rombongan-rombongan drama bercorak Barat
yang dikelola oleh orang-orang Barat dan Tionghoa. Rombongan drama ini dengan
sendirinya memerlukan naskah-naskah untuk dimainkan, sehingga beberapa penulis
Melayu-Rendah menyediakann diri menulis naskah-naskah drama yang asli.
• Satu bentuk karya sastra yang paling tua dan amat, digemari masyarakat Tionghoa adalah
syair yang berisi cerita cerita panjang. Syair itu sebenarnya semacam roman juga, hanya
dituturkan dalam bentuk syair. Syair-syair cerita ini terus ditulis oleh golongan Tionghoa
sampai tahun 1940-an.
24
25. • Tokoh sastrawan yang terkenal dari masa perkembangan ini adalah:
• 1. Tio Ie Soei (1894 – 1974).la telah menulis karya-karya asli berupa roman, drama dan telaah, juga
terjemahan novel Barat. Seluruhnya ada 25 karya berupa buku, antara lain: Cerita $io Po Giok (1911'), Pieter
Efberlelt (1924), Nona Siok Lie (1922), Riwayat Pembunuhan Doorman (1925), Riwayat salu Boxer Tionghoa
(1928).
• 2. Gouw Peng Liang (1869-1928), menulis roman-roman asli berdasarkan surat kabar dan menerjemahkan
sastra Barat. Karya-karyanya antara lain : Nona Clara Wildenau (19911), Nona Diana (t.th), Babu Delima
(t.th), Nona AJice (t.th) dan sebagainya.
• 3. Thio Tjin B0en (1885 - 1940), menerjemahkan sastra Barat dan menulis karya asli, antara lain: Cerita Oey
Se (1903), Cerita Nyai Sumirah (1917), Nona Kim (1917), Dengan Dua Ceni Jadi Kaya (1920), Bardjo (t930),
Nyai Warsih (t.th) dan sebagainya.
• 4. Tan Boen Kim (1887-1959) pengarang ini amat produktif dan menghasilkan 20 novel Cerita Resianya
Gula-Gula (1912), Nona Gian Yan Nia, (1914), Nona Fientje de Feniks (1915), Nyai Aisah (1915), G.
Brinkman (1915), Cerita Si Ribut (1917), Rampok di Grssee (1915), dll.
• 5. Tjos Bou 8an(1892 - 1925), menulis novel-novel asli dan terjemahan sastra Barat, antara fatn: Satu Jodo
yang Terhalang (1917), Testament. yang Teramat Aneh (1921), Binasa Lantaran Harta (1918), Bajingan Besar
(1918),The Loan Eng (1922), Lima Tahun Kemudian (1922), Dua Gadis yang Tertukar (1925), Salah Mengerti
(1926), Pembalesan Kaji (t.th) dan sebagainya
25
26. 3) Masa Cerita Bulanan (1924 – 1945)
• Masa ini adalah masa yang amat subur dalam kurun sejarah sastra Melayu-Rendah-Tionghoa, dan justru
merupakan masa tamatnya sastra yang lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik daripada Sastra.
• Masa suburnya sastra Melayu ini (1924-1942) tidak sendirian. Nanti akan terlihat bahwa dalam jalur sastra
resmi yakni sastra Balai Pustaka, masa ini adalah masa paling subur, terutama dalam dasawarsa 1930an.
Gejala dari suburnya sastra Melayu Tionghoa ini adalah munculnya cerita bulanan. Pada tahun 1924
mulailah muncul cerita bulanan.
• J:umJah judul kary.a sastra mencapai 900 baik berupa cerpen, novel, drama maupun syair. Sedangkan jenis
cerita yang populer adalah cerita silat yang sebenarnya sudah ada sejak munculnya sastra Melayu Tionghoa
tahun 1880-an yang merupakan cerita silat dari Cina.
• Sedangkan karya terjemahan tidak banyak lagi disebabkan karena orang Tionghoa sudah dapat mencerna
sendiri karya baik berbahasa Belanda maupun Inggris. .
• Setting atau daerah cerita masyarakat Indonesia makin banyak ditulis. Ini menunjukkan bahwa golongan
masyarakat Tionghoa mempunyai kaitan yang kuat dengan daerah tempat tinggal mereka dan masyarakat
serta kebudayaannya. Tetapi ada kemungkinan juga bahwa para penulis sastra Melayu Tionghoa ini
menyadari bahwa pembacanya bukan hanya masyarakat Tionghoa tetapi juga pribumi.
26
27. • Tema dalam setting ini menggarap perkawinan dan percintaan antara lelaki Tionghoa dan wanlta
indonesia, yang biasanya mendapat tentangan baik dari orangtua Tionghoa maupun orang tua
Indonesia.
• Tetapi banyak pula yang sama sekali menceritakan peristiwa antara penduduk pribumi tanpa
tokoh Tionghoa.
• Sedangkan .yang bertema politik yang terjadi di kalangan pribumi adalahAntataHidupdan Mati
oleh Wiranta (1931), Darah Dan Air Mata di Boven Digul oleh Oen BaTik (1931), Merah oleh Liem
Khing Hoo (1937), Drama di Boven Digul oleh Kwee Tek Hoay (1932) yang semua itu berupa kisah
tahanan kaum komunis lndonesia di Boven Digul setelah pemberontakan mereka yang gagal
pada tahun 1926.
• Perhatian kaum penulis Tiongboa terhadap kebudayaan Indonesia pada dasawarsa 1930-an ini
nampak pula. Dalam pemilihan tema mereka tentang kejadian-kejadian sejarah Indonesia lama
dan kehidupan kaum bangsawan lndonesia seperti terlihat dalam karya-karya Drama dari Merapi
Kwee Tak Hoay (l932), Kembang .WQ~ya Kusumaoleh Liem Khing Hoo (1930). Tolan oleh
Nyoo Cheong Seng (1939) dan sebagainya.
• Juga kehidupan kaum primitif Indonesia seperti masyarakat Tengger dan Badui dijadikan tema
karya-karya mereka, bahkan juga peristiwa yang terjadi di .Irian Barat mereka garap dalam fiksi.
27
28. • Novel-novel yang mengambil setting kehidupan masyarakat Tionghoa sendiri sebagian
besar menggarap tema drama keluarga Tionghoa. Masalah yang mereka garap tidak jauh
berbeda dengan-dasawarsa sebelumnya yakni partentangan antara pengaruh Barat
dengan kuatnya budaya Cina.
• Setting Tionghoa yang bersifat politik dan mencerminkan sikap politik mereka di
Indonesia juga narnpak dalam beberapa novel. Nasionalisme Tionghoa yang digarap
dalam novel-novel mereka bukanlah nasionalisme untuk persatuan lndonesia, tetapi
nasionalisme Cina. Penulis Melayu-Tionghoa kebanyakan anti komunism, dan sangat
menyokong perjuangan kaum nasionalis Cina.
• Sementara itu cerita-cerita tentang kejahatan yang mengambil bahannya dari kejadian
sebenarnya di surat-surat kabar, seperti menjadi kelaziman di sekitar tahun 1900-an,
masih muncul pula dalam sastra Tionghoa ini. Misalnya Penjahat DalemPasarMalem
Surakarta oleh Oei Khing Hong, dll.
28
29. • Hubungan percintaan antara golongan Tionghoa dan Belanda ada yang menolak, tetapi
ada juga yang menerima, hal ini nampak dalam beberapa novel yang berrnain dalam
masyarakat Belanda di lndonesia seperti None Olanda Sebagai; Istri Tionghoa oleh Njoo
Cheong Seng(1925), Dr. Lie oleh Oen Hong Sang (1932), Kesopanan Timur oleh Dahlia
(1932), Sara .Specx oleh Thio Ie Soei (1926) lebih bersltat kesejarahan sepertl halnya
Batavia 1619 oleh Njoo Cheong Sang (1932).
• Cerita detektif yang sudah sangat digemari masyarakat Tionghoa sejak munculnya jenis
sastra ini, masih tetap digemari. Hanya sejak tahun 1930an mereka mulai membuat cerita
detektif sendiri-dan tidak menerjemahkan lagi. Njoo Cheong Seng .menciptakan tokoh
detektit Gagaklodra tahun 1930; detektif ini hidup terus sampai setelah kemerdekaan
dalam majalah Liberty, Surabaya.
• Di bidang terjemahan, giat dilakukan .terjemahan cerita-centa Cina yang bersifat sejarah
dan cerita silat. Jenis cerita silat ini akan berkembang terus jauh setelah zaman
kemerdekaan. Sedangkan terjemahan sastra Barat menitikberatkan pada janis fiksi
hiburan seperti novel delektif.
29
30. • 1. Kwee Tek Hoay (1880-1951),seorang pengarang amat produk1if dan 1elah menulis 123 karya
berupa telaah, agama, novel, drama dan kritik.
• 2. Njo Cheong Seng (1902-1962), pengarang yang juga sangat produktif terkenal dalam dunia
sandiwara, la telah menulis sekitar 120 karya berupadrama, novel, novelet, cerita detektif serial
Gagaklodra dan sebagainya.
• 3. Liem King Hoo alias Romano .(1900-1942) telah menghasllkan sekitar 63 novelet dan cerita
pengolahan kembali. sastra Jawa Lama.
• 4. Chen Wen Soan (1903-1948), rnenghasilkan 27 karya berupa terjemahan, novel dan drama.
• 5. Pouw Kios An atau Sastradjaja, Romo, lahir1906. Telah menghasilkan 40 karya berupa
terjemahan, novel dan drama.
• 6. Tan Hong Boen (1925-1950) penulis cerpen dan serie bulanan.
• 7. Ong Ping Lok atau Monsieur Novel (1903-1978). Menulis novel.
• Kritik sastra mulai ditulisnya sekitar tahun 1925, berupa ulasan dalam majalah. Penulisnya antara
lain Tio Ie Soei, KweeTek Hoay, Nio Joe Lan dan sebagainya.
30
31. 4) Masa Akhir (1945 – 1960)
• Setelah kemerdekaan, tidak ada lagi pembedaan antara golongan pribumi dan golongan Timur Asing yang
di dalamnya termasuk golongan Tionghoa. Meskipun golongan Tionghoa telah menjadi satu sebagai
bagian dari bangsa Indonesia yang baru lahir, tetapi secara kultural mereka masih tetap hidup sebagai
golongan masyarakat seperti dalarn zaman penjajahan.
• Perubahan sosial dan kultural tidak dapat berlangsung begitu cepat. Dalam hukum memang sudah tidak
ada perbedaan lagi, tetapi kehidupan budaya mereka masih memakan waktu untuk dapat menjadi satu
sama sekali dengan golongan pribumi. Dengan demikian juga kehidupan sastranya tidak otomatis berubah
menjadi sastra Indonesia. Sastra golongan Tionghoa ini masih tetap terus hidup kira-kira 20 tahun
kemudian.
• Akibat status hukum yang sudah berubah, yakni menjadi bagian dari bangsa Indonesia; lambat laun akan
mengubah pula tata budaya mereka. Hal ini nampak dalarn pemakaian bahasa Melayu-Rendah golongan
Tionghoa yang makin mendekati bahasa persatuan Indonesia, meskipun memang masih dengan mudah
dapat dikenali langgam Melayu-Rendah mereka dalam karya-karya sastranya. Bahasa Melayu-Rendah ini
baru benar-benar lenyap dalam dasawarsa 1970-an, artinya pemersatuan golongan Tionghoa, setidak-
tidaknya dalam bahasa, dengan bangsa lndonesia umumnya telah tercapai.
31
32. • Bahasa yang dipakai oJeh para novelis Tionghoa dalam tahun 1970-an tidak dapat dibedakan lagi dengan
pemakaian bahasa Indonesia golongan masyarakat lainnya.
• Juga persoalan yang digarap dalam novel-novel Tionghoa itu(dari Marga T dan Mira –WlJaya misalnya)
tidak ada bedanya dengan persoalan golongan masyarakat lainnya.
• Masyarakat Tionghoa sudah bukan merupakan kelompok masyarakat lain lagi bagi golongan masyarakat-
masyarakat lain di Indonesia. Seperti halnya pada zaman penjajahan dahulu. Proklamasi kemerdekaan
dalam waktu cepat, yakni sekitar 20 tahun, telah mampu meleburkan kelompok masyarakat Tionghoa yang
hampir selama 70 tahun berdiri sendiri dengan kesusastraannya.
• Penerbitan cerita bulanan yang berkembang subur dalam masa sebelumnya kini mulai surut. Karya karya
sastra golongan Tionghoa mulai memusatkan diri ke dalam majalah majalah mingguan seperti Star Weekly,
Tjantik dan Pantja Warna. Majalah-majalah itu meskipun dikelola oleh golongan Tionghoa, tetapi dibaca
oleh masyarakat lndonesia umumnya sejak tahun 1950-an. Dalam majalah-majalah itulah diumumkan
karya-karya terjemahan (kebanyakan detektif Barat), cerita silat dan centa-cerita pendek Tionghoa, yang
kini sudah bercampur dengan penulis-penulis Indonesia sendiri.
• Jenis cerita silat justru makin berkembang. Beberapa cerita bulanan yang mencoba masih menerbitkan
jenis cerita silat ini pula. Penggemar cerita silat bukan hanya golongan Tionghoa, tetapi juga pembaca
Indonesia umumnya.
32
33. • Jumlah penulis turun dengan drastis. Claudine Salmon mencatat hanya ada 30 penulis, yang
setengah dari jumtah itu sebenarnya merupakan "sisa-sisa" dari periode sebelumnya. Rupanya
makin sedikit jumlah orang Tionghoa yang bergerak di lapangan kewartawanan setelah
kemerdekaan. Profesi inilah yang dahulu sebelum kemerdekaan melahirkan banyak sastrawan.
• Drama dalam keluarga masih merupakan pokok yang digemari untuk dibicarakan dalam
roman. Kedudukan wanita Tionghoa masih tetap lemah. Para penulis Tionghoa masih tetap
"berpandangan konservatif terhadap wanita-wanitanya.
• Karya-karya drama rnasih juga ditulis terutama untuk konsumsi rombongan-rombongan
sandiwara Indonesia dan Tionghoa yang berkembang seJak zaman pendudukan Jepang.
• Warisan sastra Melayu-Tionghoa yang masih terus hidup sampai sekitar tahuri 1965 adalah
cerita silat. Banyak cerita silat yang merupakan terjemahan dari cerlta silat Cina dan amat
digemari pembaca Indonesia umumnya. Begitu populernya cerita silat ini, hingga beberapa
penulisnya mencoba untuk "mengadaptasi" cerita silat dalam setting "Indonesia di masa
lampau. Dan sekitar tahun 1970-an bahkan banyak penulis Indonesla yang menqambil alih
jenis cerita silat ini dan menulis fiksi yang sama sekali berdasarkan kejadian sejarah Indonesia
seperti zarnan Demak, Majapahit, Singasari dan sebagainya.
33
34. • Penulis cerita sllat indonesia yang terkenal adalah Singgih Hadi Mintardjo. Cerita silat berhasil
merebut hati pembaca Indonesia karena tema yang digarapnya bersifat universal, yakni
"tentang kepahlawanan, kesetiaan, ketaatan dan keJujuran. Tema sernacam ini banyak
dijumpai dalam kisah tradisional, seperti wayang, hikayat dan sebagaiya.
• Cerita silat pada umumnya memiliki nilai pendidikan moral yang cukup baik, bahkan banyak
pandangan hidup penting terselip di dalamnya. Judulny pun juga menarik dan mengundang
minat untuk membacanya. Namun plot ceritanya yang bertimbun dan sangat longgar
mengaburkan unsur kesatuannya,
• Begitulah sastra Melayu-Tionghoa ini yang harnpir satu abad usianya. Akhirnya lenyap
bersama lenyapnya batas penggolongan sosial yang sengaja dihidup-hidupkan oleh penjajah
Belanda.
• Sejak tahun 1910-an para penulis Tionghoa (kebanyakan wanita), seperti Marga T. Mira W,
Veronika H, akhirnya menulis dengan bahasa dan persoalan yang tidak berbeda dengan para
penulls wanita lainnya dalam dasawarsa itu.
34
35. e. Pengaruh Sastra Melayu Rendah
1) Roman Balai Pustaka pertama 1920 yakni, Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dalam struktur ceritanya masih sangat
rendah. Roman ini masih kalah kuat dengan roman saduran dari pengarang yang sama berjudul Si Jamin dan Si Johan. Tapi
dua tahun kemudian lahir roman yang kuat strktur ceritanya, yakni Siti Nurbaya oleh Marah Rusli. Seorang peneliti C.W.
Watson menunjukan bahwa roman Siti Nurbaya dipengaruhi oleh roman Melayu Rendah, yakni Cerita Nyonya Kong Hong Nio
mempengaruhi peristiwa peracunan Siti Nurbaya, sedangkan Nyi Paina mempengaruhi peristiwa ‘penjualan diri’ Siti
Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk melunasi hutang ayahnya, juga peristiwa kematian Syamsulbachri yang tiba-tiba
muncul sebagai Letnan Mas diakhir cerita adalah khas cerita silat Tionghoa.
2) Peniruan yang hampir persis oleh pengarang Abdul Moeis berjudul Surapati dan Robert Anak Surapati (1950) dengan hasil
roman Melayu Rendah Dari Budak Sampe Jadi Raja yang diterjemahkan oleh F.Wingger dari roman bahasa Belanda karangan
Melati van Java (Nicolina Maria Christina Sloot). Sesungguhnya karya Abdul Moeis yang ditulis tahun 1950 telah selesai
sejak 1914, ini menandakan bahwa karya Melayu Rendah dijadikan model penulisan.
3) Cerita-cerita Melayu Rendah banyak yang hidup sesudah tahun 1900-an sebagai legenda yang tidak tahu penulisnya.
Misalnya, Nyai Dasima, Rossina, Si Conat, Bunga roos dari Cikembang, dst. Bahkan Tulis Sutan Sati menceritakan kembali tahun
1933 dengan judul Syair Rosina.
4) Beberapa novel terjemahan terpengaruhi oleh karya Melayu Tionghoa. Hal itu terlihat pada terjemahan novel Dumas di
Balai Pustaka oleh Nur Sutan Iskandar tahun 1920-an memakai judul-judul yang sudah amat populer dalam bahasa Melayu
Rendah. Terjemahan ‘Musketeer’ yang diterjemahkan menjadi ‘panglima perang’ kiranya khas bahasa Melayu Rendah.
Sebenarnya bahasa itu bisa diperbaiki dalam bahasa Melayu Tinggi di Balai Pustaka, namun karena kepopuleran terjemahan
Melayu Rendah menjadi daya tarik pasar.
35