Tantangan utama pendidikan Islam saat ini adalah kurikulum yang kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pendidikan Islam juga masih tertinggal dibanding lembaga pendidikan lain. Diperlukan paradigma baru pendidikan Islam yang mempertimbangkan perkembangan zaman serta mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Dokumen tersebut membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia. Rekonstruksi yang dibahas meliputi visi dan misi, infrastruktur, sistem kelembagaan, kurikulum, paradigma pendidikan, dan manajemen pendidikan. Tujuannya adalah membangun pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman serta dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dan masyarakat.
Manajemen lembaga pendidikan membahas tentang lingkungan pendidikan, pengertian dan fungsi lembaga pendidikan, serta klasifikasi lembaga pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lembaga pendidikan bertugas mengembangkan peserta didik secara utuh dan menjadi agen perubahan sosial. Lembaga pendidikan diklasifikasikan menjadi formal (sekolah) dan non-formal, dengan jenjang pendidikan
Makalah ini membahas tentang pendekatan dan tantangan dalam manajemen pendidikan Islam. Ada beberapa pendekatan yang dibahas seperti pendekatan kontekstual, sains, filosofis, dan religius. Tantangan yang dihadapi antara lain krisis moral-akhlak akibat pengaruh globalisasi. Untuk menghadapinya perlu strategi seperti meningkatkan kualitas pendidikan agama.
Teks tersebut membahas peranan guru pendidikan Islam dalam membentuk kemenjadian murid yang berakhlak melalui falsafah pendidikan Islam. Falsafah pendidikan Islam bertujuan untuk melahirkan insan yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia berdasarkan al-Quran dan hadis. Guru memainkan peranan penting dalam menerapkan falsafah ini dan membentuk kepribadian murid, tidak hanya dari segi akademik tetapi juga akhlak.
Dokumen tersebut membahas paradigma manajemen pendidikan Islam. Secara garis besar, dibahas mengenai prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam seperti ikhlas, jujur, adil, dan tanggung jawab. Juga dibahas mengenai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Selain itu, dibahas pula mengenai model-model pembelajaran efektif dan unggulan yang diter
Makalah ini membahas pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam. Pengertian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
menejemen mutu pendidikan islam adalah bagaimana mengolah suatu organisasi atau kualitas yang menjadikan mutu pendidikan agama islam itu menjadi lebih baik lagi, tidak hanya dalam bisnis saja yang harus dimenejemen akan tetapi dalam pendidikan pun perlu adanya menejemen yang didalamnya terdapat banyak komponen dan tahapan seperti perencanaan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (guiding) dan mengendalikan (controlling) sampai pada pencapaian tujuan. Dari proses- proses tersebut yang mempunyai tugas masing dan disusun secara sistematis maka akan tercapai tujuan yang maksimal dan didukung oleh segala sarana dan prasarana yang menunjang mutu pendidikan agama islam.
Dokumen tersebut membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia. Rekonstruksi yang dibahas meliputi visi dan misi, infrastruktur, sistem kelembagaan, kurikulum, paradigma pendidikan, dan manajemen pendidikan. Tujuannya adalah membangun pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman serta dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dan masyarakat.
Manajemen lembaga pendidikan membahas tentang lingkungan pendidikan, pengertian dan fungsi lembaga pendidikan, serta klasifikasi lembaga pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lembaga pendidikan bertugas mengembangkan peserta didik secara utuh dan menjadi agen perubahan sosial. Lembaga pendidikan diklasifikasikan menjadi formal (sekolah) dan non-formal, dengan jenjang pendidikan
Makalah ini membahas tentang pendekatan dan tantangan dalam manajemen pendidikan Islam. Ada beberapa pendekatan yang dibahas seperti pendekatan kontekstual, sains, filosofis, dan religius. Tantangan yang dihadapi antara lain krisis moral-akhlak akibat pengaruh globalisasi. Untuk menghadapinya perlu strategi seperti meningkatkan kualitas pendidikan agama.
Teks tersebut membahas peranan guru pendidikan Islam dalam membentuk kemenjadian murid yang berakhlak melalui falsafah pendidikan Islam. Falsafah pendidikan Islam bertujuan untuk melahirkan insan yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia berdasarkan al-Quran dan hadis. Guru memainkan peranan penting dalam menerapkan falsafah ini dan membentuk kepribadian murid, tidak hanya dari segi akademik tetapi juga akhlak.
Dokumen tersebut membahas paradigma manajemen pendidikan Islam. Secara garis besar, dibahas mengenai prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam seperti ikhlas, jujur, adil, dan tanggung jawab. Juga dibahas mengenai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Selain itu, dibahas pula mengenai model-model pembelajaran efektif dan unggulan yang diter
Makalah ini membahas pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam. Pengertian manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
menejemen mutu pendidikan islam adalah bagaimana mengolah suatu organisasi atau kualitas yang menjadikan mutu pendidikan agama islam itu menjadi lebih baik lagi, tidak hanya dalam bisnis saja yang harus dimenejemen akan tetapi dalam pendidikan pun perlu adanya menejemen yang didalamnya terdapat banyak komponen dan tahapan seperti perencanaan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (guiding) dan mengendalikan (controlling) sampai pada pencapaian tujuan. Dari proses- proses tersebut yang mempunyai tugas masing dan disusun secara sistematis maka akan tercapai tujuan yang maksimal dan didukung oleh segala sarana dan prasarana yang menunjang mutu pendidikan agama islam.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar ilmu pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian yang berakhlak mulia berdasarkan ajaran agama Islam. Pendidikan Islam memiliki dasar-dasar seperti dasar historis, sosiologis, ekonomi, politik, psikologi, filsafat dan agama. Fungsi pendidikan Islam adalah untuk membentuk iman dan akhlak serta mempererat solidaritas sosial.
Tesis ini membahas manajemen pendidikan berbasis Islam dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Tujuannya adalah mendeskripsikan konsep perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan pendidikan menurut ajaran Islam. Metode penelitiannya adalah studi pustaka kualitatif dengan sumber data primer Al-Quran, hadis, dan tafsir. Hasilnya diharapkan dapat menghasilkan konsep manajemen pendidikan berdas
Makalah ini membahas tentang pendekatan dan tantangan dalam manajemen pendidikan Islam. Ada beberapa pendekatan yang dibahas yaitu pendekatan kontekstual, sains, filosofis, dan religius. Tantangan yang dihadapi antara lain krisis moral-akhlak akibat pengaruh globalisasi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan Islam perlu berperan dinamis dengan memanfaatkan nilai-nilai keagamaan sebagai kekuatan pembebas dari berbagai
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya nilai-nilai seperti integriti, profesionalisme, kreativitas, dan inovasi bagi guru dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik murid-murid secara efektif dan mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum pendidikan Islam merupakan seperangkat komponen yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menerapkan pendidikan kepada peserta didik, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kurikulum pendidikan Islam memiliki dasar-dasar seperti Al-Quran dan Sunnah, serta tujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai ajaran agama Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan pendidikan Islam, termasuk definisi pendidikan menurut etimologi, terminologi, dan Islam. Juga membahas sumber pendidikan Islam seperti Al-Quran dan Sunnah, serta dasar-dasar pendidikan Islam seperti historis, sosiologis, ekonomi, politik, psikologi, filosofis, dan religius.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk siswa menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa. Metode pengajaran yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan ini namun guru seringkali hanya menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa. Guru perlu memahami berbagai metode guna menciptakan situasi pembel
Dokumen tersebut membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia. Rekonstruksi yang dibahas meliputi visi dan misi, infrastruktur, sistem kelembagaan, kurikulum, paradigma pendidikan, dan manajemen pendidikan. Rekonstruksi ini bertujuan membuat pendidikan Islam lebih terbuka, desentralistik, dan holistik sesuai tuntutan zaman.
Makalah ini membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia dengan paradigma baru yang sesuai dengan era modern. Persoalan utama yang diangkat adalah perlunya mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini terpisah, serta mengembangkan pendidikan Islam yang mampu menghasilkan lulusan yang unggul dalam ilmu pengetahuan modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar ilmu pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian yang berakhlak mulia berdasarkan ajaran agama Islam. Pendidikan Islam memiliki dasar-dasar seperti dasar historis, sosiologis, ekonomi, politik, psikologi, filsafat dan agama. Fungsi pendidikan Islam adalah untuk membentuk iman dan akhlak serta mempererat solidaritas sosial.
Tesis ini membahas manajemen pendidikan berbasis Islam dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Tujuannya adalah mendeskripsikan konsep perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan pendidikan menurut ajaran Islam. Metode penelitiannya adalah studi pustaka kualitatif dengan sumber data primer Al-Quran, hadis, dan tafsir. Hasilnya diharapkan dapat menghasilkan konsep manajemen pendidikan berdas
Makalah ini membahas tentang pendekatan dan tantangan dalam manajemen pendidikan Islam. Ada beberapa pendekatan yang dibahas yaitu pendekatan kontekstual, sains, filosofis, dan religius. Tantangan yang dihadapi antara lain krisis moral-akhlak akibat pengaruh globalisasi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan Islam perlu berperan dinamis dengan memanfaatkan nilai-nilai keagamaan sebagai kekuatan pembebas dari berbagai
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya nilai-nilai seperti integriti, profesionalisme, kreativitas, dan inovasi bagi guru dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik murid-murid secara efektif dan mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum pendidikan Islam merupakan seperangkat komponen yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menerapkan pendidikan kepada peserta didik, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kurikulum pendidikan Islam memiliki dasar-dasar seperti Al-Quran dan Sunnah, serta tujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai ajaran agama Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang pendahuluan pendidikan Islam, termasuk definisi pendidikan menurut etimologi, terminologi, dan Islam. Juga membahas sumber pendidikan Islam seperti Al-Quran dan Sunnah, serta dasar-dasar pendidikan Islam seperti historis, sosiologis, ekonomi, politik, psikologi, filosofis, dan religius.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk siswa menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa. Metode pengajaran yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan ini namun guru seringkali hanya menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa. Guru perlu memahami berbagai metode guna menciptakan situasi pembel
Dokumen tersebut membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia. Rekonstruksi yang dibahas meliputi visi dan misi, infrastruktur, sistem kelembagaan, kurikulum, paradigma pendidikan, dan manajemen pendidikan. Rekonstruksi ini bertujuan membuat pendidikan Islam lebih terbuka, desentralistik, dan holistik sesuai tuntutan zaman.
Makalah ini membahas tentang rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia dengan paradigma baru yang sesuai dengan era modern. Persoalan utama yang diangkat adalah perlunya mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini terpisah, serta mengembangkan pendidikan Islam yang mampu menghasilkan lulusan yang unggul dalam ilmu pengetahuan modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman.
Makalah ini membahas tentang isu-isu kritis dalam pendidikan Islam di Indonesia. Beberapa isu yang diangkat antara lain orientasi pendidikan Islam yang kabur, kurikulum yang terpusat, metode pembelajaran yang konservatif, serta kualitas sumber daya manusia yang belum memadai. Makalah ini juga membahas solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut dan orientasi pendidikan Islam di Indonesia saat ini.
Tugas akhir ini membahas tentang manajemen mutu pendidikan agama Islam dengan fokus pada: (1) pengertian dan ruang lingkup pendidikan Islam, (2) kondisi pendidikan Islam saat ini, dan (3) manajemen mutu pendidikan Islam. Dokumen ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan pembahasan mengenai topik tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kelebihan dan kelemahan sistem pendidikan Islam. Kelebihan sistem pendidikan Islam meliputi dasar akidah Islam, mencetak kepribadian Islam dan memberikan keterampilan kehidupan, serta penilaian tidak hanya berdasarkan nilai. Sedangkan kelemahan sistem pendidikan Islam adalah aspek kurikulum dan kualitas tenaga pendidik yang masih rendah, serta kurangnya dukungan dan kerjasama dari orang t
Teks ini membahas hubungan antara tujuan pendidikan nasional Indonesia dan IPS. Tujuan pendidikan nasional Indonesia mencakup aspek spiritual dan intelektual namun prakteknya lebih menekankan penguasaan materi. IPS seharusnya dapat mendidik karakter siswa untuk menjadi warga negara yang baik melalui pengembangan keterampilan berpikir kritis dan komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan Islam dan tuntutan link and match dengan dunia kerja membahas pentingnya relevansi antara pendidikan Islam dengan dunia kerja. Konsep link and match dalam pendidikan Islam telah ada sejak dahulu yang menekankan keterkaitan pendidikan dengan pembangunan. Dinamika dunia kerja yang terus berubah menuntut pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan agama Islam di sekolah umum dari perspektif sosial, politik, dan sejarah. Dokumen tersebut juga membahas mengenai peran guru dalam memperbaiki mutu pendidikan agama Islam di sekolah serta rekomendasi untuk membuat proses pembelajaran agama Islam menjadi lebih interaktif.
Pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal meliputi orientasi pendidikan yang kabur, kurikulum
yang sentralistik, pendekatan pembelajaran konvensional, serta kualitas sumber daya
manusia yang kurang memadai. Sementara faktor eksternal yaitu adanya dikotomi ilmu
agama dan umum, serta karakter ilmu pengetahuan Islam yang masih terlalu um
Paragraf pertama membahas pengertian pendidikan dan kemajuan, di mana pendidikan adalah usaha untuk mempengaruhi manusia menuju yang lebih baik dan kemajuan terjadi karena adanya pendidikan. Paragraf berikutnya membahas peranan pendidikan terbuka dalam mempersiapkan SDM berkualitas di tengah perkembangan teknologi. Paragraf terakhir membahas tantangan pengembangan SDM di Indonesia yaitu jumlah penduduk besar, lu
Paragraf tersebut membahas tentang peranan pendidikan dalam memotong rantai kemiskinan dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga miskin agar mereka tidak terperangkap dalam lingkaran kemiskinan secara turun-temurun. Pendidikan dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan mobilitas sosial dan mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh yang meliputi seluruh anggota keluarga.
Paragraf tersebut membahas tentang peranan pendidikan dalam memotong rantai kemiskinan dengan memberdayakan sumber daya manusia, khususnya anak-anak dari keluarga miskin, agar tidak terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan akses mereka ke lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup.
Buku ini membahas manajemen mutu pendidikan Islam dengan memberikan teori dan aspek mutu pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Buku ini juga menjelaskan tantangan pendidikan Islam saat ini dan manfaat penerapan manajemen mutu untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam. Saat ini diperlukan pengelolaan pendidikan Islam yang bermutu dengan mengembangkan lembaga pendidikan Islam secara profesional.
Dokumen ini merupakan resensi artikel jurnal tentang demokratisasi pendidikan Islam dalam pandangan KH Abdul Wahid Hasyim. Dokumen ini menjelaskan konsep pendidikan Islam yang demokratis menurut pandangan KH Abdul Wahid Hasyim yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam mengembangkan kemampuannya sehingga menjadi manusia yang kritis dan kreatif. Dokumen ini juga membahas upaya KH Abdul Wahid Hasy
Presentasi problematika pendidikan islam.pptxDiyahSiti
Problematika pendidikan Islam meliputi faktor internal seperti relasi kekuasaan dan orientasi pendidikan Islam, masalah kurikulum, pendekatan pembelajaran, serta kualitas sumber daya manusia. Faktor eksternal seperti bersifat umum dan kurangnya semangat penelitian. Solusinya adalah mengembalikan pendidikan Islam kepada fitrahnya sebagai pembentukan akhlak mulia serta menyesuaikan dengan era global dengan tetap memperhatikan pot
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
paradigma baru pendidikan islam
1. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 173
PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA
MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL
Oleh: Muh. Sain Hanafy∗
ABSTRACT: The problems faced by education nowadays in imple-
mentation teaching and learning prosess is the failure of Islamic edu-
cation occuring in Islamic instution. This is because of the application
of education which is merely concentrating on cognitive aspect
including the willingness to apply the value of Islamic teaching. The
development of Islamic education must rely on new paradigms that
education has appreciation to democracy, individual differences,
equality, diversity and involving society in decision making toward
policy of education.
KEYWORDS: Paradigma baru, pendidikan Islam, tantangan global
KETIKA wajah pendidikan di Indonesia dewasa ini ditatap, tampak wajah
yang pucat-pasih dan suram, karena berbagai tragedi mewarnai rona
hidup dan kehidupannya. Mulai perilaku dari siswa, mahasiswa sampai
demonstrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut tunjangan
mereka dinaikkan. Hal ini merupakan kenyataan dan fenomena sosial yang
tidak dapat dibantah lagi, betapa rapuhnya dunia pendidikan di negara ini
yang nyaris kehilangan rohnya. Ini semua merupakan representasi dari
keadaan sistem pendidikan yang sekularistik-materialistik.
Dampak terhadap kondisi itu tampak ketika masyarakat Indonesia
mengalami krisis multidimensional dalam aspek kehidupan. Fenomena
kemiskinan, kebodohan, kezaliman, penindasan, ketidakadilan di segala
bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal, dan berbagai
bentuk patalogi sosial lainnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan,
puluhan juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan belasan juta
orang kehilangan pekerjaan. Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus
sekolah. Hidup semakin tidak mudah dijalani, sekalipun sekedar untuk
mencari sesuap nasi.1
∗
Kandidat doktor pada Program Pascasarjana UIN Alauddin ini adalah dosen
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Ia meraih Magister Pendidikan
dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
2. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187174
Keyakinan umat Islam bahwa berbagai krisis tersebut merupakan
fasad (kerusakan) yang ditimbulkan karena perilaku manusia sendiri. Allah
swt. berfirman dalam: Q.S. al-Rūm (30): 41 sebagai berikut:
ﺮﻬﹶﻇﺩﺎﺴﹶﻔﹾﻟﺍِﻲﻓﺮﺒﹾﻟﺍِﺮﺤﺒﹾﻟﺍﻭﺎﻤِﺑﺖﺒﺴﹶﻛِﻱﺪﻳﹶﺃِﺱﺎﻨﺍﻟﻢﻬﹶﻘِﻳﺬﻴِﻟﺾﻌﺑِﻱﺬﱠﻟﺍﹸﻮﺍﻠِﻤﻋﻢﻬﱠﻠﻌﹶﻟ
ﹶﻥﻮﻌِﺟﺮﻳ)٤١(
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).2
Ayat lain pada Q.S. al-Nahl (16): 112 mengatakan:
ﺏﺮﺿﻭﻪﱠﻠﺍﻟﹰﺎﻠﹶﺜﻣﹰﺔﻳﺮﹶﻗﺖﻧﹶﺎﻛﹰﺔﻨِﻣَﺍﺀﹰﺔﻨِﺌﻤﹾﻄﻣﺎﻬِﻴﺗﹾﺄﻳﺎﻬﹸﻗﺯِﺭﺍﺪﹶﻏﺭﻦِﻣﱢﻞﹸﻛٍﻥﹶﺎﻜﻣﺕﺮﹶﻔﹶﻜﹶﻓ
ِﻢﻌﻧﹶﺄِﺑِﻪﱠﻠﺍﻟﺎﻬﹶﻗﹶﺍﺫﹶﺄﹶﻓﻪﱠﻠﺍﻟﺱﺎﺒِﻟِﻉﻮﺠﹾﻟﺍِﻑﻮﺨﹾﻟﺍﻭﺎﻤِﺑﻮﺍﻧﹶﺎﻛﹶﻥﻮﻌﻨﺼﻳ)١١٢(
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah
dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah, oleh karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.3
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, pendidikan
Islam mempunyai peran yang sangat signifikan di Indonesia dalam pe-
ngembangan sumber daya manusia dan pembangunan karakter, sehingga
masyarakat yang tercipta merupakan cerminan masyarakat Islam. Dengan
demikian, Islam benar-benar menjadi rahmatan lil’alamin (rahmat bagi selu-
ruh alam).
Namun, hingga kini pendidikan Islam masih saja menghadapi per-
masalahan yang kompleks, dari permasalahan konseptual-teoritis hingga
persoalan operasional–praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini menja-
dikan pendidikan Islam tertinggal dari lembaga pendidikan lainnya, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan
sebagai pendidikan “kelas dua”. Tidak heran jika kemudian banyak dari
generasi muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendi-
dikan non Islam.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dalam artikel ini akan
dibahas seputar tantangan pendidikan Islam kini dan di sini serta para-
digma baru menjawab tantangan pendidikan Islam di era globalisasi.
TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM KINI DAN DI SINI
Melihat judul tersebut di atas tentu saja wilayahnya sangat luas. Oleh
sebab itu, penulis membatasi “diri” dalam membahasnya secara holistik
3. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 175
dan komprehensif, tidak dengan secara parsial. Artinya, penulis tentu saja
tidak akan menyorot secara rinci problematika interen an sich lembaga
pendidikannya, tetapi lebih kepada menyeluruh dengan berkaca pada
kondisi fenomenal di Indonesia.
Salah satu cara untuk mengetahui problematika pendidikan Islam di
Indonesia sebagai bagian dari seluruh jenis pendidikan yang ada adalah
dengan mengkaji persoalan yang terdapat dalam dunia pendidikan Islam.
Problematika dunia pendidikan di Indonesia seakan tiada habisnya. Ibarat
benang kusut yang sulit diurai kembali, sejumlah permasalahan klasik
masih saja melingkupi dunia pendidikan Indonesia, tidak hanya masalah
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas dan fasilitas,
namun juga rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan
dunia kerja.
Yaumi C.A. Achir mengatakan bahwa bergesernya struktur masya-
rakat dari yang tradisional ke yang modern, dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri, maka terbuka pula berbagai job baru yang memer-
lukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian. Untuk menghadapi semua
ini, tentu saja kurikulum di setiap lembaga pendidikan harus disesuaikan
dengan perkembangan zaman. 4
Dalam hal tersebut di atas, Yaumi lebih lanjut mengatakan bahwa
untuk menghadapi tuntutan masa depan diperlukan curriculum reform un-
tuk jenjang pendidikan menengah umum maupun kejuruan. Perlu diingat
bahwa perubahan-perubahan yang akan terjadi di dunia kerja harus diper-
hitungkan oleh para perencana pendidikan, bukan hanya diarahkan kepa-
da segi bobot materi, tetapi juga dari segi moral.5
Problematika kurikulum pendidikan di Indonesia misalnya diarah-
kan kepada kurikulum yang memberikan bekal kepada peserta didik un-
tuk mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang
lebih besar. Kurikulum tersebut menurut hemat penulis dibuat sedemikian
rupa dan untuk mengikutinya harus membutuhkan dana yang sangat
besar. Jika dalam proses memperolehnya harus mengeluarkan dana yang
besar, dapat dibayangkan efek setelah memperoleh pengetahuan tersebut.
Peserta didik yang telah selesai akan menggunakan pengetahuan tersebut
paling tidak untuk mengembalikan modal dan tentu berupaya untuk men-
dapatkan untung sebesar-besarnya. Karena memang teori modern menga-
takan bahwa pendidikan adalah investasi masa depan. Prinsip ini bukanlah
hal yang baru terdengar, bahkan prinsip ekonomi yang diajarkan di seko-
lah menengah mengatakan “keluarkan modal sesedikit mungkin dan
hasilkan keuntungan sebesar-besarnya”. Hal tersebut memang tidak semua
salah, tetapi ketika moral spiritual dimarginalkan maka pendidikan itu
4. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187176
sendiri akan menghasilkan generasi terpelajar yang beridiologi mate-
rialisme-kapitalisme, bahkan sekularisme.
Uraian tersebut di atas senada dengan ungkapan Ainurrafiq Dawam
bahwa pendidikan Indonesia saat ini merupakan hasil kebijakan politik
pemerintah Indonesia selama ini. Mulai dari pemerintahan Orde Lama,
Orde Baru, dan Orde Reformasi saat ini. Pendidikan Indonesia masih lebih
mementingkan pendidikan yang bersifat dan beridiologi materialisme-
kapitalisme bahkan sekularisme. Idiologi pendidikan yang demikian ini
memang secara teoritis tidak tampak, akan tetapi secara praktis merupakan
realitas yang tak dapat dibantah lagi. Materialisasi atau proses menjadikan
semua bernilai materi telah merusak segala sendi sistem pendidikan
Indonesia, termasuk pendidikan Islam. Sendi-sendi yang dimasuki bukan
hanya dalam materi pelajaran, pendidik, peserta didik, manajemen, dan
lingkungan, akan tetapi tujuan pendidikan itu sendiri. Jika tujuan pendi-
dikan telah terfokus ke hal-hal yang bersifat materi maka apa yang diha-
rapkan dari proses pendidikan tersebut. 6
Analisis tersebut di atas tentu saja mengundang kontroversi, bahkan
menuding bahwa teori tersebut terlalu tendensius, karena jarang memang
orang mengakui dengan jujur bahwa sistem pendidikan di Indonesia
sistem yang sekuler, materialistik dan kapitalistik. Biasanya yang dijadikan
argumentasi adalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 1 yang
berbunyi, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang ber-
iman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak dan berbudi
mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.7
Akan tetapi, menurut penulis yang perlu diingat bahwa sekularisme
bukan berarti otomatis anti agama. Tidak selalu anti “iman” dan anti
“takwa”. Sekularisme itu hanya menolak peran agama untuk mengatur
kehidupan publik, termasuk aspek pendidikan. Jadi, selama agama hanya
“pelengkap penderita” atau tidak dijadikan asas untuk menata kehidupan
publik seperti sebuah sistem pendidikan maka sistem pendidikan itu tetap
sistem pendidikan sekular, walaupun tentu saja para individu pelaksana
sistem itu beriman dan bertakwa.
Sebuah analisis yang mendukung pernyataan tersebut di atas dike-
mukakan oleh Briyan S. Turner yang mengatakan bahwa pengawasan
sekuler terhadap pendidikan agama bukan ditujukan untuk menghilang-
kan Islam, melainkan untuk menghilangkan hubungan agama dan pendi-
dikan agama dari nilai-nilai lembaga pendidikan tradisional. 8
Sesungguhnya diakui atau tidak, sistem pendidikan di Indonesia kini
adalah sistem sekuler materialistik. Hal ini dapat dibuktikan antara lain
5. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 177
pada UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang dan
jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi, “Jenis pen-
didikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advo-
kasi, keagamaan, dan khusus.”9
Pada pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pen-
didikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis se-
macam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang berkepribadian
luhur dan saleh, sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan
melalui penguasaan sains dan teknologi di era globalisasi saat ini.
Selanjutnya, lebih tampak lagi pada Bab X pasal 37 UU Sisdiknas
tentang ketentuan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang
mewajibkan memuat sepuluh bidang mata pelajaran dengan pendidikan
agama yang tidak proporsional dan tidak dijadikan landasan bagi bidang
pelajaran yang lainnya.
Hal ini jelas tidak akan mampu melahirkan anak didik yang sesuai
dengan tujuan dari pendidikan nasional sendiri, yaitu mewujudkan sua-
sana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kete-
rampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Kacau balaunya kurikulum ini tentu saja berawal dari asasnya yang seku-
ler yang kemudian mempengaruhi penyusunan struktur kurikulum yang
tidak memberikan ruang yang semestinya bagi proses penguasaan tsaqāfah
Islam dan pembentukan kepribadian muslim.
Dampak yang ditimbulkan sistem pendidikan sekuler-materialistik
ini memang bisa melahirkan orang pandai yang menguasai sains-teknologi
melalui pendidikan umum yang diikutinya, akan tetapi terbukti gagal
dalam membentuk kepribadian muslim dan tidak sedikit menjadi koruptor
kelas kakap. Demikian halnya mereka yang belajar di lingkungan agama
memang menguasai tsaqāfah Islam dan secara relatif sisi kepribadiannya
tergarap baik, akan tetapi di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains
dan teknologi.
Selanjutnya, khusus lembaga pendidikan Islam pada kondisi seka-
rang sangat ketinggalan dengan lembaga pendidikan lainnya sebagaimana
dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa paling tidak ada lima penye-
bab utamanya: Pertama pendidikan Islam sering terlambat merumuskan
diri untuk merespons perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang
dan akan datang. Kedua Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih
cenderung mengorientasikan diri di bidang-bidang humaniora dan ilmu-
ilmu sosial. Ketiga usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat
sepotong-sepotong dan tidak komprehensif sehingga tidak terjadi peru-
6. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187178
bahan yang esensial. Keempat pendidikan Islam tetap berorientasi pada
masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang ver-
sifat future oriented. Kelima sebagian pendidikan Islam belum dikelola
secara professional, baik dalam tenaga pengajar, kurikulum maupun pelak-
sanaan pendidikannya.10
Analisis dari fenomena permasalahan pendidikan Islam tersebut di
atas adalah sebuah realiatas kini dan disini (zaman sekarang di Indonesia).
Ketika lembaran sejarah Islam dibuka sebagai laboratorium untuk mem-
buktikan sebuah realitas kebenaran masa silam, mereka bangga bahwa
ternyata pernah memiliki para pemikir dan ilmuan-ilmuan besar dan
mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan peradaban dan
ilmu pengetahuan dunia. Namun, di sisi lain, kini diperhadapkan kepada
sebuah kenyataan bahwa pendidikan Islam tidak berdaya dalam realitas
masyarakat industri dan teknologi modern. Kenyataan itu didukung oleh
pandangan ekstrim dari sebagian umat Islam yang kurang meminati ilmu-
ilmu umum dan bahkan sampai ke tingkat “diharam-kannya”. Hal ini
tentu saja berdampak pada pembelajaran dalam sistem pendidikan Islam
yang masih berkutat pada teks. Pendidikan hanya bergelut dengan setum-
puk teks-teks keagamaan yang sebagaian besar berbicara seputar hukum-
hukum Islam (fiqh) semata.
Hal ini seirama dengan pernyataan Muhaimin bahwa tantangan
umat Islam pada prinsipnya ada dua faktor, yaitu: pertama, dha‘fu al-īmān
wa al-akhlāq (lemahnya iman dan akhlak umat). Indikatornya adalah di
antaranya umat Islam banyak yang bersikap diam dalam menghadapi
kenyataan-kenyataan sosial yang membawa kerusakan iman dan moral,
atau bahkan bersifat permissive (serba membolehkan). Kedua, dha‘fu al-‘ilmi
(lemahnya ilmu pengetahuan). Indikatornya adalah: (a) terdapat lebih
kurang 500 ayat berbicara tentang hukum (fikih) yang sudah dikaji oleh
para ulama, tetapi ada sekitar 750 ayat yang berbicara tentang sains dan
teknologi, tetapi belum berhasil dibedah dan dikaji secara intens oleh ulama
dan ilmuan Islam masa kini; (b) referensi sebagai bahan rujukan dari karya
ilmiah para ilmuan kebanyakan dikutip dari buku-buku non Islam dari
para ulama sebagai indikator sebuah tulisan ilmiah.11
Terkait dengan ketertinggalan pendidikan Islam, dalam buku Pemi-
kiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya,
Muhaimin dan Abd. Mujib mengatakan bahwa terjadinya krisis pendi-
dikan Islam di Indonesia dikarenakan penyempitan terhadap pemahaman
pendidikan Islam. Pendidikan Islam dimaknai hanya berkisar pada aspek
kehidupan ukhrawi yang terpisah dari kehidupan duniawi, atau aspek
kehidupan rohani yang terpisah dari kehidupan jasmani.12
7. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 179
Dari pendapat Muhaimin ini, tampak adanya perbedaan dan pemi-
sahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dan
yang profan, antara dunia dan akherat. Cara pandang yang memisahkan
antara satu dengan yang lain ini disebut sebagai cara pandang dikotomik .
Problematika pendidikan dewasa ini ketika ditilik dari operasionali-
sasi proses pembelajarannya, Muchtar Buchori berpendapat bahwa terjadi-
nya kegagalan pendidikan agama di lembaga pendidikan Islam disebabkan
oleh praktek pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata
dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama). Ia mengabaikan aspek
afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan
nilai-nilai ajaran agama.13 Dalam pada itu, Kamaruddin Hidayat berpen-
dapat bahwa pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang
agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama
dengan baik dan benar.14
Analisis tersebut di atas senada dengan pernyataan Harun Nasution
bahwa pendidikan agama (Islam) banyak dipengaruhi oleh trend Barat,
yang lebih mengutamakan pengajaran daripada pendidikan moral, pada-
hal intisari pendidikan agama adalah pendidikan moral. 15
Dalam membincangkan seputar kualitas guru (pendidik), keadaan
guru di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalitas yang memadai untuk menjalankan tugasnya seba-
gaimana disebutkan dalam pasal 39 UU Nomor 20/2003. Undang-undang
tersebut pada intinya merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembe-
lajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak
layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar di berbagai
satuan pendidikan sebagai berikut: Untuk SD yang layak mengajar hanya
21,07 % (negeri) dan 28,94 % (swasta), untuk SMP (sederajat) 54,12%
(negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA (sederajat) 65,29% (negeri) dan
64,73 (swasta), serta SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26
(swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendi-
dikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari
sekitar 1,2 juta guru SD/MI, hanya 13,8% yang berpendidikan D-2
Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru
38,8% yang berpendidikan D-3 Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah
menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S-1 ke
atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang
berpendidikan S-2 ke atas dan (3,48%) berpendidikan S-3.16
8. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187180
Walaupun guru atau pendidik bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan, tetapi pembelajaran merupakan titik sentral pen-
didikan dan kualifikasi sebagai cermin kualitas. Tenaga pengajar membe-
rikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya. Kualitas guru atau pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh
masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Berbagai kritik dan analisis tersebut di atas mendeskripsikan kondisi
pendidikan Islam yang selama ini berjalan di lapangan. Hal itu perlu
segera dicarikan problem solving-nya, baik oleh guru pendidikan Islam itu
sendiri, maupun para pemerhati dan pengembang pendidikan Islam.
PARADIGMA BARU DALAM MENJAWAB TANTANGAN
PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI
Masyarakat Indonesia sekarang ini sedang dalam tahap belajar untuk
hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya, sehingga memerlukan
proses belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu seperti demokrasi, taat
hukum, toleransi, akhlak dan moral yang anggun dan tanggung jawab
sosial. Pembentukan masyarakat Indonesia yang demokratis, taat kepada
hukum, beradab, bertanggung jawab dan berakhlak mulia memang perlu
kerja keras, apalagi menghadapi tantangan-tantangan eksternal dalam era
globalisasi dan era informasi. Dengan demikian, pendidikan yang memiliki
peran sentral dalam upaya membangun dan mewujudkan masyarakat
tersebut haruslah didasarkan pada paradigma-paradigma baru. Demikian
halnya pengembangan pendidikan Islam haruslah didasarkan pada berba-
gai paradigma baru yang bertolak dari pengembangan manusia yang
merdeka dan demokratis, yaitu manusia yang bertaqwa, berilmu pengeta-
huan, keterampilan, berakhlak dan bermoral tinggi, sehingga dapat ver-
karya dalam kehidupan masyarakat yang berjiwa kompetetif.
H.A.R. Tilaar mengatakan bahwa saat ini diperlukan suatu peru-
bahan paradigma (paradigma shift) dari pendidikan untuk menghadapi
proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat Indonesia.
Cita-cita era reformasi tidak lain ialah membangun suatu masyarakat
madani.17 Oleh karena itu, arah perubahan paradigma baru pendidikan
Islam diarahkan untuk terbentuknya masyarakat madani Indonesia.
Pada arah paradigma pendidikan dari paradigma lama ke paradigma
baru, terdapat berbagai aspek mendasar dari upaya perubahan tersebut
yaitu: pertama: arah paradigma lama terlihat lebih cenderung kepada:
sentralistik, kebijakan lebih bersifat top down, orientasi pengembangan
pendidikan lebih bersifat parsial, karena pendidikan didesain untuk sektor
pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan, serta teknologi
9. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 181
perakitan. Peran pemerintah sangat dominan dalam kebijakan pendidikan
dan lemahnya peran institusi pendidikan dan institusi non sekolah. Kedua,
paradigma baru berorientasi pada pengembangan dengan ciri desentra-
listis, kebijakan pendidikan bersifat bottom up, orientasi pengembangan
pendidikan lebih bersifat holistik. Artinya, pendidikan ditekankan pada
pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya,
kemajemukan berpikir, menjunjung tinggi nilai moral kemanusiaan dan
agama, kesadaran kreatif, produktif, dan kesadaran hukum. Demikian pula
dengan meningkatnya peran serta masyarakat secara kualitatif dan kuanti-
tatif dalam upaya pengembangan pendidikan, pemberdayaan institusi
masyarakat, seperti keluarga, LSM, pesantren, dan dunia usaha.18
Pandangan ini relevan dengan pendapat Winarno Surahmat bahwa
pendidikan Islam sudah harus diupayakan untuk mengalihkan paradigma
yang berorientasi ke masa lalu ke paradigma yang berorientasi ke masa
depan. Orientasi tersebut mengalihkan paradigma pendidikan dan hanya
mengawetkan kemajuan, ke paradigma yang merintis pendidikan. Penga-
lihan paradigma dari yang berwatak feodal ke paradigma yang berjiwa
demokratis.19 Demikian pula mengalihkan paradigma dari pendidikan sen-
tralisasi ke paradigma pendidikan desentralisasi, sehingga menjadi pendi-
dikan Islam yang kaya dalam keberagamaan, dengan titik berat pada peran
masyarakat dan peserta didik.
Fasli Jalal mengemukakan bahwa dalam proses pendidikan perlu
dilakukan kesetaraan perlakuan sektor pendidikan dengan sektor lain,
pendidikan berorientasi rekonstruksi sosial, pendidikan dalam rangka
pemberdayaan umat dan bangsa, pemberdayaan infrastruktur sosial untuk
kemajuan pendidikan Islam. Pembentukan kemandirian dan keberdayaan
untuk mencapai keunggulan, penciptaan iklim yang kondusif untuk tum-
buhnya toleransi dan konsensus dalam kemajemukan. Pandangan ini
berarti diperlukan perencanaan terpadu secara horizontal (antarsektor) dan
vertikal (antarjenjang-bottom up dan top down planning), pendidikan harus
berorientasi pada peserta didik dan pendidikan harus bersifat multikul-
tural serta pendidikan dengan perspektif global. 20
Rumusan paradigma pendidikan tersebut, paling tidak memberikan
arah sesuai dengan arah pendidikan, yang secara umum dituntut mengan-
tarkan masyarakat menuju masyarakat madani Indonesia sesuai agenda
reformasi di bidang pendidikan. Agenda dimaksud adalah masyarakat
yang religius, demokratis, dan tangguh menghadapi lingkungan global.
Pandangan tersebut di atas sesuai dengan pandangan Mansour Fakih
yang berpendapat bahwa mau tidak mau pendidikan Islam harus mening-
galkan paradigma lama menuju ke paradigma baru, berorientasi pada
10. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187182
masa depan, merintis kemajuan, berjiwa demokratis, bersifat desentralistis,
berorientasi pada peserta didik, bersifat kultural dan berorientasi pada
perspektif global. Dengan demikian, akan terbentuk pendidikan yang ber-
kualitas dalam menghadapi tantangan perubahan global menuju terben-
tuknya masyarakat madani Indonesia. Pada tataran konsep, pendidikan
baik formal maupun non formal pada dasarnya memiliki peran penting
melegitimasi bahkan melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada
dan sebaliknya pendidikan merupakan proses perubahan sosial. Tetapi,
peran pendidikan terhadap sistem dan struktur sosial tersebut, sangat
bergantung pada paradigma pendidikan yang mendasarinya.21
Berdasarkan pandangan di atas, maka peran pendidikan Islam mesti-
nya bukan hanya dipahami dalam konteks kepentingan anak dilayani me-
lalui interaksi pendidikan, tetapi juga dalam konteks kepentingan masya-
rakat. Dalam hal ini, termasuk masyarakat bangsa, negara, dan bahkan
juga kemanusiaan pada umumnya, sehingga pendidikan Islam integratif
antara proses pembelajaran di sekolah dengan belajar di masyarakat.
Upaya membangun pendidikan Islam berwawasan global tentu saja
bukan persoalan mudah, karena pada waktu bersamaan pendidikan Islam
harus memiliki kewajiban untuk melestarikan, menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam dan di pihak lain berusaha menanamkan karakter budaya
nasional Indonesia dan budaya global. Akan tetapi, upaya membangun
pendidikan Islam yang berwawasan global dapat dilaksanakan dengan
langkah-langkah yang terencana dan strategis. Misalnya, bangsa Jepang
diketahui bahwa mereka tetap merupakan bangsa yang mengglobal dan
tanpa kehilangan karakternya sebagai suatu bangsa yang maju dan tetap
kental dengan nilai-nilai tradisi dan nilai-nilai religius. Dengan contoh
bangsa Jepang, maka pembinaan dan pembentukan nilai-nilai Islam tetap
relevan, bahkan tetap dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia dalam meng-
hadapi tantangan global menuju masyarakat madani Indonesia. Hal ini
senada dengan pendapat Fasli Jalal bahwa peran pendidikan sangatlah
sentral dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami pergeser-
an, sementara sistem sosial, politik dan ekonomi bangsa selalu menjadi
penentu dalam penetapan dan pengembangan peran pendidikan. 22
Secara filosofis, dari pendapat tersebut di atas, pendidikan harus di-
kembangkan berdasarkan tuntutan acuan perubahan tersebut dan berda-
sarkan karakteristik masyarakat yang demokratis. Sedangkan untuk meng-
hadapi kehidupan global, proses pendidikan Islam yang diperlukan adalah
mampu mengembangkan sikap inovatif yang berkualitas.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pendidikan harus mulai berbe-
nah diri dengan menyusun strategi untuk dapat menyongsong dan dapat
11. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 183
menjawab tantangan perubahan tersebut. Apabila tidak, pendidikan Islam
akan tertinggal dalam persaingan global.
Untuk menyusun strategi dalam menjawab tantangan perubahan ter-
sebut, paling tidak harus memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut:
• Pendidikan Islam diupayakan lebih diorientasikan atau lebih menekan-
kan pada upaya proses pembelajaran (learning) dari pada mengajar
(teaching).
• Pendidikan Islam lebih diorganisasi dalam suatu struktur yang lebih
fleksibel.
• Pendidikan Islam dapat memperlakukan peserta didik sebagai individu
yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri, dan
• Pendidikan Islam merupakan proses yang berkesinambungan dan
senantiasa berinteraksi dengan lingkungan. 23
Menurut analisis penulis, keempat ciri di atas dapat disebut para-
digma pendidikan yang sistematis, yang menuntut pendidikan sebagai
suatu proses yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan dina-
mika masyarakat. Pendidikan dalam pelaksanaannya, senantiasa mengait-
kan proses pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dan
dunia kerja pada khususnya. Keterkaitan ini memiliki arti bahwa peserta
didik tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di lingkungan
sekolah, melainkan peserta didik juga ditentukan oleh apa yang mereka
kerjakan di dunia kerja dan di masyarakat pada umumnya. 24
Pernyataan ini dapat dipahami bahwa dalam pengembangan pendi-
dikan lebih ditekankan melalui kombinasi terpadu antara tuntutan kebu-
tuhan masyarakat, dunia kerja, pelatihan, dan pendidikan formal perseko-
lahan. Dengan demikian, sistim pendidikan akan mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan yang memiliki fleksibilitas tinggi un-
tuk menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat yang senantiasa berubah
dengan cepat. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari pembenahan kuri-
kulum.
Terkait dengan pandangan tersebut di atas, Mastuhu lebih memper-
tegas bahwa paradigma baru pendidikan Islam yang dimaksud di sini ada-
lah pemikiran yang terus-menerus harus dikembangkan melalui pendi-
dikan untuk merebut kembali kepemimpinan iptek, sebagaimana zaman
dulu. Pencarian paradigma baru dalam pendidikan Islam dimulai dari kon-
sep manusia menurut Islam, pandangan Islam terhadap iptek, dan setelah
itu baru merumuskan konsep atau sistem pendidikan Islam secara utuh.25
Sementara itu, Hujair berpandangan bahwa pendidikan Islam harus
diarahkan kepada dua dimensi: dimensi dialektika (horizontal), yaitu pendi-
dikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan
12. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187184
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya dan manusia
harus mampu mengatasi tantangan dunia sekitarnya melalui pengem-
bangan iptek; dan dimensi ketundukan vertikal, yaitu pendidikan selain
sarana untuk memantapkan, memelihara sumber daya alam dan ling-
kungannya, juga memahami hubungannya dengan Sang Maha Pencipta,
yaitu Allah swt. 26
Dari beberapa analisis di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan
Islam yang diinginkan untuk dikembangkan adalah pendidikan yang
menghilangkan atau tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama, serta ilmu
tidak bebas nilai tetapi bebas dinilai. Selain itu, agama diajarkan dengan
bahasa ilmu pengetahuan.
Lodge dalam Muhaimin mengemukakan bahwa pendidikan meru-
pakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia adalah proses pendidikan. Karenanya, pendidikan
Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup islami,
yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup
orang Islam. 27
Mencermati beberapa pandangan tentang paradigma pendidikan
Islam kini dan di sini (sekarang di Indonesia), maka mau tidak mau per-
soalan konsep dualisme dikotomi pendidikan harus segera ditumbangkan
dan dituntaskan, baik pada tataran filosofis–paradigmatik maupun teknis
departemental. Persoalan integrasi ilmu dan agama dalam satu sistem pen-
didikan ini memang tidak mudah, melainkan harus atas dasar pemikiran
filosofis yang kuat, sehingga tidak terkesan hanya sekedar tambal sulam
saja. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengadakan upaya
perubahan sistem pendidikan yang dirumuskan dalam kerangka dasar
filosofis pendidikan, tentu saja dengan melalui pembenahan kurikulum
yang kuat dan matang sehingga tidak terjadi kurikulum pendidikan yang
mati suri kalau tak hendak dikatakan “lā yamūtu wa lā yahyā” (mati segan
hidup tidak mau).
PENUTUP
Bertolak dari berbagai pandangan tentang beberapa problematika
pendidikan Islam kini dan di sini maka dapat ditarik “benang merahnya”
yaitu: Pertama, masih adanya problem konseptual-teoritis atau filosofis
yang kemudian berdampak kepada persoalan operasional praktis. Kedua,
persoalan konseptual-teoritis ini ditandai dengan adanya paradigma diko-
tomi dalam dunia pendidikan Islam, antara agama dan bukan agama,
wahyu dan akal, serta dunia dan akherat. Ketiga, kurangnya respons
pendidikan Islam terhadap realitas sosial. Keempat, penanganan terhadap
13. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 185
masalah ini hanya secara parsial, tidak dengan secara holastik, integral,
dan komprehensif.
Pada arah paradigma pendidikan dari paradigma lama ke paradigma
baru, terdapat berbagai aspek mendasar dari upaya perubahan tersebut
yaitu: Pertama, pada paradigma lama terlihat upaya pendidikan lebih cen-
derung kepada sentralistis, kebijakan lebih bersifat top down, orientasi pe-
ngembangan pendidikan lebih bersifat parsial, karena pendidikan didesain
untuk sektor pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan, serta
teknologi perakitan non sekolah. Kedua, paradigma baru, berorientasi pe-
ngembangan pada desentralistis, kebijakan pendidikan bersifat bottom up,
orientasi pengembangan pendidikan lebih bersifat holistis.
CATATAN AKHIR:
1. Fahmi Lukman, http://www.icmimuda.org/indeks.php?opsion=comcontent
&task=view&id=19&Item, diakses tanggal 16 April 2008.
2. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-Syifa,
1998, h. 326.
3. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 223.
4. Yaumi C.A. Achir, Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil
Pendidikan. dalam Dawam Rahardjo (ed), Keluar dari Kemelut Pendidikan
Nasional, cet. I; Jakarta: PT. Intermasa, 1997 , h. 120.
5. Yaumi C.A. Achir, Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil
Pendidikan , h. 121
6. Ainurrafiq Dawam, “Pendidikan Islam Indoenesia Kini”, Makalah, disampai-
kan dalam Seminar Nasional Pendidikan di UIN Yogyakarta, tgl. 12 April 2006.
h. 7.
7. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, cet. III;
Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 8.
8. Briyan S. Turner, Weber and Islam, dialih bahasakan oleh G.A. Ticoalu dengan
judul Sosiologi Islam, suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber, Jakarta: CV.
Rajawali, 1984, h. 314.
9. Briyan S. Turner, Weber and Islam, h. 316.
10 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos, 1999, h. 85.
11. Muhaimin, Dakwah Islam di Tengah Transformasi Sosial, Surabaya: Karya
Abditama, t.t., h. 149-151.
12. Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 83.
13. Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di sekolah, cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, h. 106.
14. Komaruddin Hidayat, Memetakan Kembali Struktur Keilmuan Islam. Dalam
Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri (ed.), Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan
Tinggi: Wacana tentang Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Logos, 1999, h. 63.
14. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 12 NO. 2 DESEMBER 2009: 173-187186
15. Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, 1995,
h. 428.
16. Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya http://www.mi.fmipa.ugm.
ac.id/new/?p=121 diakses tanggal, 9 Mei 2008.
17. H.A.R. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, h. 168.
18. Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta:
Adicita, 2001, h. 5.
19. Winarno Surahmat, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masa Depan Bangsa,
Jurnal Kajian Ma’rifah, Volume 4/tahun 1997, h.15.
20. Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, h. 7.
21. Mansour Fakih, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000, h. 18.
22. Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, h. 6.
23. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing,
2000, h. 9.
24. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan , h. 10.
25. Mastuhu, Pemberdayaan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, h. 15.
26. Hujair A.H. Sanaky, Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern, Jurnal Pendidikan
Islam, Konsep dan Implementasi, Volume V Th. IV, ISSN: 0853-7437, Yogya-
karta: FIAI UII, 1999, h. 11.
27. Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam, h. 39.
DAFTAR PUSTAKA:
Achir, Yaumi C.A.. Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil Pen-
didikan dalam Dawam Rahardjo (ed). Keluar dari Kemelut Pendidikan nasional.
Cet. I; Jakarta: PT. Intermasa, 1997.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Jakarta: Logos, 1999.
Dawam, Ainurrafiq. Pendidikan Islam Indoenesia Kini (Makalah) disampaikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan di UIN Yogyakarta , tgl. 12 April 2006.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya. Semarang: CV. Asy-Syifa, 1998.
Fakih, Mansour. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta: Pus-
taka Pelajar, 2000.
H.A.R. Tilaar. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Hidayat, Komaruddin. Memetakan Kembali Struktur Keilmuan Islam dalam
Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri (ed.) Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan
Tingg: Wacana tentang Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Jalal, Fasli. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita,
2001.
Lukman, H. Fahmi. http://www.icmimuda.org/indeks.php?opsion=com-content
&task=view&id=19&Item, disadur tanggal 16 April 2008
Mastuhu. Pemberdayaan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
15. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM (MUH. SAIN HANAFY) 187
Muhaimin dan Abd. Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya, 1993.
--------, Dakwah Islam di tengah Transformasi Sosial. Surabaya: Karya Abditama, t.t.
--------, dkk. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di sekolah. cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Nasution, Harun. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung : Mizan, 1995.
Pendidikan di Indonesia: Masalah dan solusinya http://www.mi.fmipa.ugm.ac.id/
new/?p=121
Sanaky, Hujair A.H. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern; Jurnal Pendidikan
Islam, Konsep dan Implementasi, Volume V Th. IV, ISSN: 0853-7437.
Yogyakarta : FIAI UII, 1999.
Surahmat, Winarno. Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masa Depan Bangsa, Jurnal
Kajian Ma’rifah, Volume 4/tahun 1997.
Turner, Briyan S. Weber and Islam, dialih bahasakan oleh G.A. Ticoalu dengan judul
Sosiologi Islam, suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber. Jakarta: CV.
Rajawali, 1984.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Cet. III; Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000.