Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas memberikan panduan tentang peran tenaga farmasi dalam pengelolaan obat dan peralatan kesehatan, pelayanan farmasi klinik, serta keterlibatan masyarakat. Standar ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan perlindungan pasien.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Aktivitas visite dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Aktivitas visite dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
1. Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Disampaikan pada :
Pelatihan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Kamis, 20 Januari 2022
2. • merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
• harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai:
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, dan
pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. 2
PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
3. Peran Tenaga Farmasi di Puskesmas
• Pengelolaan Obat dan BMHP
• Pelayanan Farmasi Klinik
• Peran serta di masyarakat dalam
upaya Promotif dan Preventif
4. Pengelolaan
Sediaan
Farmasi, Alkes,
dan BMHP
Pelayanan
Farmasi Klinis
STANDAR
PELAYANAN
KEFARMASIAN
DI PUSKESMAS
Meningkatkan mutu
Pelayanan Kefarmasian
menjamin perlindungan
dan kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya.
melindungi pasien dan
masyarakat dari
penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam
rangka keselamatan
pasien (patient safety).
Sumber Daya
Kefarmasian
SDM
Sarana, prasarana,
peralatan
Pengendalian:
Monitoring
Evaluasi
Didukung dengan:
Tujuan
Pengaturan
Pembinaan dan
Pengawasan
5. Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
1. Pemilihan dan
Perencanaan
2. Pengadaan/
Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pemusnahan dan
Penarikan
7. Pengendalian
8. Pencatatan,
Pelaporan dan
pengarsipan
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Pelayanan Informasi Obat
3. Konseling
4. Ronde/visite pasien
5. Pemantauan Terapi Obat
6. Monitoring Efek Samping
Obat(MESO)
7. Evaluasi Penggunaan Obat(EPO);
8. Pelayanan Kefarmasian di rumah
(home pharmacy care)
Pengelolaan sediaan
farmasi, alkes, &
BMHP
Pelayanan Farmasi Klinis
6. Formularium Puskesmas
merupakan daftar Obat yang
ditetapkan oleh penanggung
jawab Puskesmas.
Kriteria Obat yang masuk di Formularium, yaitu:
Obat yang memiliki NIE dari BPOM
Pemilihan Obat untuk Klinik yang bekerja sama dengan BPJS mengacu
pada Fornas;
Mengutamakan Obat generik
Memiliki benefit-risk ratio yang paling menguntungkan pasien
Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien
Memiliki benefit-cost ratio yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak langsung
Terbukti evidence based medicine, aman dan banyak dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Pemilihan
Formularium Puskesmas disusun oleh tim penyusun
Formularium yang terdiri dari Apoteker, tenaga medis dan
pemegang program.
7. Perencanaan
Puskesmas harus melakukan perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menghindari
kekosongan.
Metode
Perencanaan
Metode
Konsumsi
Metode
Morbiditas
Metode Proxy
Consumption
8. Perhatikan:
Poin Ketujuh : Selalu update
acuan/referensi di ForPus
Modifikasi Kolom ForNas
sesuai kondisi Puskesmas
11. Merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian
informasi mengenai Obat
kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau
masyarakat
Melakukan program
jaminan mutu
Menjawab
pertanyaan
(lisan/tulisan)
Membuat & menyebarkan
buletin / brosur / leaflet
Penyuluhan
Memberikan informasi dan edukasi
kepada pasien
Memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada mahasiswa
Melakukan penelitian
penggunaan Obat
Membuat atau
menyampaikan makalah
dalam forum ilmiah
Pelayanan Informasi Obat
12. Kriteria
pasien
1.pediatri, geriatri, gangguan fungsi
hati dan/atau ginjal, ibu hamil, dan
menyusui
1.Pasien dengan terapi jangka
panjang
Pasien yang menggunakan Obat
dengan instruksi khusus
Pasien yang menggunakan Obat
dengan indeks terapi sempit
Pasien dengan polifarmasi
pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah.
Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara
Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien.
13. 13
Pembina Keluarga
Keluarga mengikuti KB
Ibu bersalin di faskes
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
Penderita TB Paru berobat sesuai standar
Penderita hipertensi berobat teratur
Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
Tidak ada anggota keluarga yang merokok
Keluarga mempunyai akses thd air bersih
Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat
Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
Peran Apoteker Agent
Of Change (AoC)
PIS-PK
Peran Apoteker Puskesmas
Pada Public Health
15. INOVASI DALAM PENINGKATAN POR DI MASYARAKAT
Pencanangan
GeMa CerMat
oleh Menkes RI
Jakarta, 13 November 2015
SK Menkes No.
HK.02.02/Menkes/427/2015
GeMa CerMat
Adalah upaya bersama pemerintah dan
masyarakat
melalui rangkaian kegiatan dalam rangka
mewujudkan kepedulian, kesadaran,
pemahaman dan keterampilan masyarakat
dalam menggunakan obat secara tepat dan
benar
Meningkatnya pemahaman
dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya
penggunaan obat secara
benar
Meningkatnya kemandirian
dan perubahan perilaku
masyarakat dalam
penggunaan obat secara
benar
Meningkatnya
penggunaan obat
rasional
Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat
T
U
J
U
A
N
16. 16
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui telemedicine dapat
dilakukan selama Kedaruratan Kesehatan Masyarakat atau di masa
pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dalam rangka
pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Apoteker melaksanakan pelayanan obat dalam telemedicine sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi klinik
(contohnya PIO, konseling, MESO) dapat dilaksanakan secara daring
untuk meningkatkan keselamatan pasien.Penyerahan obat dapat
dilakukan melalui jasa pengantaran dengan memenuhi ketentuan.
Penerapan Standar
dalam Kondisi Pandemi
17. 17
Sumber Daya Kefarmasian
Sumber Daya Manusia
- Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan
oleh 1 (satu) orang Apoteker penanggungjawab, dibantu
oleh Apoteker lain dan/atau TTK sesuai kebutuhan
- Jumlah kebutuhan Apoteker dan tenaga kefarmasian
lain dihitung berdasarkan analisis beban kerja
- Apoteker dan TTK harus Memenuhi syarat adminstratif
berupa STR dan SIP
18. 18
Sarana dan Prasarana
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian diPuskesmas
dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi
Ruang farmasi harus memenuhi fungsi:
- Ruang penerimaan resep
- Ruang Pelayanan resep
- Ruang Penyerahan obat
- Ruang Konseling
- Ruang Penyimpanan Obat dan BMHP
- Ruang Arsip
19. 19
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan
untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah
terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk
keselamatan pasien (patient safety).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan
program pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Pengendalian Mutu
Pelayanan Kefarmasian
21. Kewajiban Pelaporan Yanfar
di Puskesmas
Puskesmas wajib mengirimkan laporan Pelayanan
Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi,
dan Kementerian Kesehatan
Pelaporan pelayanan kefarmasian meliputi:
• Pelaporan bulanan
• Pelaporan tahunan (self assessment)
22. Pembinaan
• Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
dan Pemberdayaan Masyarakat
• Monitoring dan Evaluasi
• Advokasi dan Sosialisasi
Pengawasan
• Menjamin kesesuaian regulasi dengan
penyelenggaraan kegiatan kefarmasian
di klinik
• Pengawasan terhadap pelaksanaan
standar pelayanan kefarmasian
Peran Binwas
Binwas dilakukan oleh
Kementerian, Dinkes Prov, Dinkes
Kab/Kota sesuai dengan tusi
masing-masing
Dapat melibatkan Organisasi
Profesi
Khusus terkait dengan
pengawasan Sediaan Farmasi
dalam pengelolaan Sediaan
Farmasi dilakukan juga oleh BPOM
Pembinaan dan Pengawasan
24. Implementasi Pelayanan Kefarmasian untuk
memastikan akses masyarakat terhadap obat dan
pelayanan kesehatan yang paripurna
•Jumlah fasyankes yang
melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
RPJMN
Perpres 18/2020
•Persentase Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
RENSTRA
Kemenkes
3.000 4.000 5.000 6.000 7.000
50% 55% 60% 70% 85%
Tahun 2020 2021 2022 2023 2024
Dengan mengimplementasikan standar pelayanan kefarmasian,
Apoteker dan TTK pun akan lebih dihargai dan dipandang oleh masyarakat
26. KESIMPULAN
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
merupakan salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi oleh Puskesmas
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
perlu diterapkan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian dalam rangka
patient safety