1. Wale – ale merupakan salah satu daerah di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara .Tepatnya di Kecamatan Tongkuno yang berbatasan dengan Kabupaten
Buton. Kampung ini merupakan salah satu kampung tertua di Kabupaten Muna,
Namun begitu masih sedikit yang tahu tentang sejarah daearh ini sebab itu saya
coba menceritakan sesuai dengan yang saya ketahui mengenai kampung ini.
Kali ini saya mulai dari sejarah warumbei karena dari beliau sehingga ada nama
wale-ale, Berikut ceritanya :
Pada zaman dahulu pulau muna dan pulau buton sebahagian besar daratanya masih
di penuhi lautan, memang waktu itu sudah ada daratan tapi daratan muna selatan
hanya sampai pada daerah yang kita namanya saat ini La Hontohe sedangkan pada
bagian mento dan sekitarnya masih lautan. Pada saat itu ada seorang wanita sakti
terdampar di sebuah batu karang yang berada sekitar kurang lebih 7 kilometer
dari daratan mengenai asal muasal wanita ini juga tujuannya mau kemana sampai
saat ini saya belum tahu dari cerita yang saya dapat wanita ini bernama
Warumbei dan batu tempat tempat beliau terdampar bentuknya seperti pulau
muna yang ada pada gambar peta yang ada sekarang. Kini batu tersebut masih
ada sampai sekarang. ( Kalau anda pengen lihat batu itu itu sobat and sobit bisa
datang di Desa Wale – ale kemudian langsung ke Sangia Warumbei ). Mengenai
nama wale –ale ini diambil dari masyarakat nelayan yang waktu itu melihat ada
seorang putri duduk diatas batu karang sambil mengayun-ayunkan kakinya di air
laut. Dari kata ale – ale yang menurut masyarakat setempat artinya mengayun –
ayun sehingga tempat putri tersebut yang saat ini sudah menjadi kampung di
namakan Kampung Wale – Ale.
Berita mengenai ada seoarang Putri yang sering duduk di atas batu karang mulai
tersebar di masyarakat sehingga hal ini terdengar juga oleh raja muna ( Maaf
mengenai Raja siapa yang menjabat saat kejadian ini saya juga belum tahu pasti )
Kemudian Raja mengirimkan utusannya untuk mengecek kebenaran cerita
tersebut. Ternyata cerita tersebut benar adanya maka pulanglah utusan
tersebut untuk menyampaikan kepada raja mengenai kejadian ini.
Proses selanjutnya saya juga tidak tahu pasti yang jelas pada waktu itu
meminjam talang emas dan panombo emas dari wanita (Warumbei) ini untuk di
gunakan raja dalam acara pingitan ( Karia ) Putri – putri istana termasuk putri
raja. Setelah Acara pingitan selesai barang yang di pinjam sudah tidak
dikembalikan lagi pada pemiliknya yakni warumbei karena barang – barang
2. tersebut sudah disukai oleh Permaisuri Raja, Maka sebagai gantinya Raja muna
memberikan tanah disebelah daerah lahontohe. Dari sinilah muncul kampung yang
namanya Wale-ale.
Mengenai Proses Terjadinya Batas Wale-ale dan La Hontohe, Batas Wale – ale
dengan Buton dll saya akan ceritakan kemudian.
Maaf Saya akui Kalau dalam cerita saya ini masih banya terdapat kekurangan tapi
cerita ini saya peroleh dari beberapa orang tua kampung yang ada disana. Cerita
ini sangat sedikit orang yang tahu. Di daerah buton dan muna pun masih Cuma
sedikt yang tahu.