Cerita rakyat tentang asal mula batas wilayah Wale-ale dan La Hontohe di Sulawesi Tenggara. Batas aliran darah yang ditemukan sang Raja setelah menembak seekor manusia yang mengaku bernama Ode Pana di daerah Wasulangka kemudian ditetapkan sebagai garis pemisah kedua wilayah tersebut. Anak sang Raja yang lahir setelah kejadian itu diberi nama Suginta yang berarti menunggu.
1. Batas Wale-ale Tidak seperti batas yang kita lihat sekarang ini. Mengenai Batas
wilayah wale – ale saya punya sedikit cerita mengenai ini. Cerita ini pun saya
dapat
dari
orang
tua
kampung
yang
ada
disana.
Ceritanya seperti ini : Pada zaman dulu ketika sudah diberikannya tanah oleh
Raja muna ke pada Warumbei sebagai ganti atas Panombo dan talang emas yang
di pinjam Raja muna. Maka Warumbei tinggal di daerah yang telah diberikan
kepadanya. Untuk lebih lanjutnya saya tidak tahu pasti yang jelas Warumbei
menikah dengan Raja Muna yang menurut cerita yang saya dengar Raja tersebut
Bernama Paelangkuta. Pada saat Warumbei mengandung dan mengidam pada
waktu itu dia mengidam pengen makan daging Kerbau, Maka si suami pergi
berburu untuk mendapatkan daging Kerbau. Dalam perburuannya sudah
berminggu – minggu dia belum juga mendapatkan kerbau yang akan di tangkap.
Namun Tiba – tiba dia melihat sesuatu di kali yang saat ini kali tersebut
dinamakan “Mento” dalam penglihatanya dari atas gunung itu adalah seekor
Kerbau, sehingga akhirnya dia melemparkan Tombaknya kearah yang dilihatnya
itu Kemudian dia turun dari bukit menuju mento untuk melihat tombaknya. Begitu
sampai di Mento dia tidak menemukan apa – apa selain jajak darah yang ada di
rerumputan kali Mento. Kemudian dia mengikuti jejak darah tersebut hingga tak
terasa sampailah Ia di daerah Wasulangka. Setelah sampai disana Jejak darah
itupun terhenti dan kemudian dia melihat ada seseorang yang terluka dengan
tombak tertancap di lengannya, Orang tersebut Menurut cerita yang saya dapat
bernama Ode Pana Orang ini lalu bertanya pada yang menombak, Apakah kamu
melihat jejak darah tadi? Maka iya menjawab iya. Kemudian Orang tersebut
mengatakan bahwa Garis aliran darah itu merupakan garis batas antara Waleale
dengan La Hontohe. Setelah itu pulanglah si Raja ini dengan tidak membawa
apapun karena yang di tombak ternyata bukan kerbau tapi manusia.
Sesampainya Ia di rumah Ternyata Istri beliau sudah melahirkan seorang anak
laki – laki dan anak ini di beri nama “Suginta” Karena menurut bahasa yang ada di
sana “Nta” artinya menunggu. Ia dinamakan nama tersebut karena semasa dalam
kandungan Ibunya, Ibunya menantikan sang suami yang pergi berburu sampai si
anak lahir.