SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Pertumbuhan Mutlak
Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak

Perlakuan
A
B
C

I
505,00
481,00
383,00

Kelompok (Gram)
II
III
517,00
498,00
486,00
477,00
477,00
395,00

Jumlah
(Gram)
1.520,00
1.444,00
1.255,00

Rerata
(Gram)
506,67abc
481,33abc
418,33abc

Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf
kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan
B berbeda nyata terhadap perlakuan C.
4.1.2. Pertumbuhan Spesifik

Perlakuan
A
B
C

I
5,52
5,17
4,69

Kelompok (%)
II
5,32
5,33
4,73

III
5,48
5,19
4,92

Jumlah
(%)
16,33
15,69
14,34

Rerata (%)
5,44abc
5,23abc
4,78abc

Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap laju
pertumbuhan spesifik Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf
kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf

20
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan
B berbeda nyata terhadap perlakuan C.
4.1.3.Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air selama masa penelitian disajikan
tabel 4 berikut.
Tabel 4. hasil pengukuran nilai parameter kualitas air masa penelitian
Parameter
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kecepatan arus
pH

Satuan
o

C
ppt
m
cm/detik
-

Kisaran
26 – 30
30 - 33
7–8
23 – 38
7-8

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air pada masing-masing
perlakuan menunjukkan bahwa suhu perairan pada lokasi pemeliharaan rumput laut
berkisar 25 – 30 oC, sedangkan salinitas perairan berkisar 29 – 32 ppt. nilai
kecerahan perairan perairan yang diukur pada lokasi penelitian adalah 4-6 meter
dengan kecepatan arus 23-38 cm/detik. Kisaran nilai pH yang di ukur pada lokasi
penelitian adalah 7- 8

20
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pertumbuhan Mutlak
Gambar 3. Histogram Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
selama Penelitian

600

506.67

481.33

500

418.33

400
300
200
100
0
A

B

C

Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi
ditemukan pada perlakuan A (tali rentang sejajar arus dan tegak lurus dengan arah
ombak) sebesar 506,67 gram, disusul perlakuan B (tali rentang tegak lurus arus dan
sejajar dengan arah ombak) yaitu sebesar 481,33 gram, dan kemudian perlakuan C
(tali rentang dengan arah diagonal) yaitu sebesar 418,33 gram.
Hasil Uji Beda Nyata Terkecil pertumbuhan mutlak rumput laut
memperlihatkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Diduga
hal ini terjadi karena aliran perpindahan massa air yang melewati bentangan rumput
laut berlangsung dengan baik (tidak mengalami hambatan). Pada perlakuan A, aliran
perpindahan massa air yang terbilang lancar (tanpa hambatan) adalah dari pergerakan

20
pasang surut. Sementara pada perlakuan B, aliran massa air yang bergerak lancar
dalam bentangan budidaya adalah ditimbulkan oleh pergerakan ombak dan
gelombang.

Indriani dan Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa pergerakan air

berfungsi untuk mensuplai zat hara dan juga membantu rumput laut dalam
penyerapan zat hara serta membersihkan kotoran yang menempel sehingga
pertukaran O2 dengan CO2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Sementara itu pertumbuhan mutlak rumput laut pada perlakuan C berbeda
nyata dengan pertumbuhan rumput laut pada perlakuan A danB. Hal ini diduga
karena pada perlakuan C aliran massa air yang melewati bentangan rumput laut
mengalami hambatan pada saat melewati bentangan-bentangan rumput laut tersebut
sehingga aliran pergerakan massa airnya relatif tidak lebih lancar dibandingkan
dengan pada perlakuan A dan perlakuan B.
4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
selama Masa Penelitian
8
7

6.87
6.45
5.83

6

6.02
5.74
5.33

5

5.5
5.36
5.01

4.74
4.61
4.14

4

4.09
3.99
3.59

3

A
B

2

C

1
0
9

18

27

36

20

45
Grafik di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan spesifik rumput laut
rata-rata tertinggi pada semua perlakuan ditemukan pada masa awal penelitian hingga
hari ke-9. Diduga hal ini terjadi karena bibit rumput laut pada setiap perlakuan
memiliki thallus yang masih muda sehingga sel-sel bibit rumput laut tersebut lebih
mudah untuk membelah diri dan membentuk percabangan baru. Disamping itu, bibit
rumput laut tersebut masih dapat dengan mudah memanfaatkan ketersediaan unsur
hara yang ada dalam perairan untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Bobot
pertumbuhan spesifik rumput laut hingga hari ke-9 pada perlakuan A mencapai
6,87%, perlakuan B mencapai 6,45%, dan pada perlakuan C mencapai 5,83%.
Selanjutnya pada hari ke-18 hingga berakhirnya masa penelitian (hari ke-45)
laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada setiap perlakuan terus mengalami
penurunan. Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan bobot thallus rumput laut
sehingga memungkinkan terjadinya persaingan pemanfaatan ruang dalam proses
penyerapan sinar matahari dan juga persaingan pemanfaatan unsur hara untuk proses
fotosintesis. Darmayasa (1988) dalam Nupu (2004) mengemukakan bahwa adanya
perbedan

pertambahan

bobot

karena

penambahan

biomassa

rumput

laut

menyebabkan terjadinya persaingan dalam proses pemenuhan kebutuhan zat
makanan, ruang gerak dan cahaya matahari. Selain itu penambahan bobot rumput laut
akan mempengaruhi pergerakan arus yang melewati tali bentangan pemeliharaan
rumput laut.
Laju pertumbuhan spesifik rata-rata rumput laut tertinggi selama penelitian
diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 5,44%, diikuti perlakuan B dengan nilai
5,23% dan terendah pada perlakuan C dengan nilai 4,78%.

20
4.2.3. Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung, salinitas berkisar antara 30-33 ppt. Salinitas
dapat mempengaruhi kesuburan rumput laut

dalam lingkungan budidaya.

Anggadiredja, dkk (2006) menyatakan bahwa Eucheuma akan tumbuh pada kisaran
salinitas antara 28-34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt.
Kisaran suhu selama penelitian antara 26 – 30 oC. kisaran suhu tersebut cukup
mendukung pertumbuhan rumput laut. Aslan (1991) mengemukakan kisaran suhu
dalam budidaya rumput laut yang dipelihara di pantai adalah 27- 30oC. Selanjutnya
Sadhori (1989) menyatakan kisaran suhu optimal bahwa dalam budi daya rumput laut
yaitu berkisar 25-27 oC.
Kecepatan arus yang diperoleh di lokasi selama penelitian berkisar antara 2025 cm/detik. Anggadiredja, dkk, (2006) mengemukakan bahwa pergerakan air yang
baik berkisar antara 20-40 cm/detik, dengan kondisi seperti ini akan mempermudah
pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai
merusak tanaman.
Kecerahan selama penelitian mencapai kedalaman 7 m – 8 m. Hal ini berarti
cahaya matahari dapat masuk hingga pada kedalaman tersebut. Nilai kisaran tersebut
sangat mendukung proses fotosintesis pertumbuhan rumput laut. Rumput laut
memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Puja, Y, dkk, 2001).
Kisaran derajat keasaman (pH) diperairan selama penelitian pada semua
perlakuan berkisar antara 7-8, hal ini cukup mendukung dalam usaha budidaya.
Sejalan dengan

Zatnika, A. dan I.A. Wisman (1994), mengemukakan bahwa

20
budidaya rumput laut untuk pemelihan lokasi Kappaphycus alvarezii sebaiknya berpH antara 7,3-8,2.

20
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
 Pertumbuhan mutlak rumput laut yang tertinggi di peroleh pada perlakuan A
yaitu sebesar 506,67 gram, kemudian diikuti perlakuan B yaitu sebesar 481,33
gram dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 418,33 g.
 Pertumbuhan spesifik rata-rata bibit rumput laut yang tetinggi adalah diperoleh
pada perlakuan A yaitu sebesar 5,44 %, kemudian perlakuan B yaitu sebesar
5,23% dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 4,78 %.
 Aliran perpindahan massa air sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
rumput laut Kappaphycus alvarezii selama masa penelitian
5.2. Saran
Perlu diadakan penelitian lain terkait budidaya rumput laut Eucheuma
spinosum, mengingat jenis rumput laut ini cukup banyak pula dibudidayakan di
Kabupaten Muna.

20
Lampiran 1. Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan Kelompok
I
II
III

A
Total
Rerata

I
II
III

B
Total
Rerata

I
II
III

C
Total
Rerata

Bobot Rata-rata Pada Hari Ke0
9
18
27
36
45
100
186
291
431
527
605
100
171
286
425
536
617
100
189
279
417
524
598
300
546
856
1.273 1.587 1.820
100,00 182,00 285,33 424,33 529,00 606,67
100
169
279
413
507
581
100
183
273
406
513
586
100
175
268
410
498
577
300
527
820
1.229 1.518 1.744
100,00 175,67 273,33 409,67 506,00 581,33
100
163
251
365
429
483
100
159
267
378
426
487
100
178
246
381
437
495
300
500
764
1.124 1.292 1.465
100,00 166,67 254,67 374,67 430,67 488,33

Lampiran 2. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak
SR
Kelompok
Perlakuan
Galat
Total
Keterangan :

DB
2
2
4
8

JK
2.713,56
12.413,56
2.746,44
17.873,56

KT
1.356,78
6.206,78
686,61

F hitung

F tabel 5%

9,04*

6,94

* = Berpengaruh Nyata
Lampiran 3. Uji BNT Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan
A
B
C
Keterangan :

A

B

25,33tn
88,33*

C

63,00*

BNT 5%
59,39

* = Berbeda Nyata
tn = Tidak Berbeda Nyata

20
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik
Perlakuan
A

Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
9
18
27
36
45
7,14
6,11
5,56
4,72
4,08
6,14
6,07
5,51
4,77
4,13
7,33
5,87
5,43
4,71
4,05
20,61
18,05
16,50
14,21
12,26
6,87
6,02
5,50
4,74
4,09
6,00
5,87
5,39
4,61
3,99
6,95
5,74
5,33
4,65
4,01
6,42
5,63
5,36
4,56
3,97
19,36
17,23
16,08
13,82
11,97
6,45
5,74
5,36
4,61
3,99
5,58
5,25
4,91
4,13
3,56
5,29
5,61
5,05
4,11
3,58
6,62
5,13
5,08
4,18
3,62
17,48
15,98
15,04
12,42
10,76
5,83
5,33
5,01
4,14
3,59

Klp
I
II
III

Total
Rerata
I
II
III

B
Total
Rerata

I
II
III

C
Total
Rerata

Lampiran 5. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Spesifik
SR
Kelompok
Perlakuan
Galat
Total
Keterangan :

DB
2
2
4
8

JK
0,010
0,689
0,061
0,759

KT
0,005
0,344
0,015

Fhitung

Ftabel (5%)

22,761*

6,94

* = Berpengaruh Nyata
Lampiran 6. Uji BNT Laju Pertumbuhan Spesifik
Perlakuan
A
B
C
Keterangan :

A

B

0,21tn
0,66*

C

0,45*

BNT (5%)
0,28

* = Berbeda Nyata
tn = Tidak Berbeda Nyata

20
Lampiran 7. Dokumentasi selama Penelitian

20
III.

METODE PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat ........................................................................
3.2.Alat dan Bahan .............................................................................

17

3.3.Prosedur penelitian .......................................................................

17

3.3.1. Penentuan Lokasi Budidaya .............................................

18

3.3.2. Pemeliharaan Bibit Rumput Laut .....................................

18

3.3.3. Persiapan Metode Penelitian ............................................

18

3.3.4. Pemeliharaan Tanaman ....................................................

20

3.3.5. Prosedur Pengamatan .......................................................

20

3.4.Variabel Yang Diamati .................................................................

20

3.4.1. Laju pertumbuhan Spesifik ..............................................

20

3.4.2. Laju Pertumbuhan Mutlak ................................................

21

3.4.3. Produksi ............................................................................

21

3.4.4. Parameter Kualitas Air .....................................................

22

3.5.Rancangan Percobaan ..................................................................

22

3.6.Analisis Data ................................................................................
IV.

17

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan .........................................................................
4.1.1. Pertumbuhan Mutlak ........................................................

24

4.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ..............................................

24

4.1.3. Kualitas Air ......................................................................

25

4.2.Pembahasan ..................................................................................

26

4.2.1. Pertumbuhan Mutlak ........................................................

26

4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ..............................................

27

4.2.3. Kualitas ai r .......................................................................
V.

24

29

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ...................................................................................

31

5.2.Saran .............................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

20
DAFTAR TABEL
No

Teks

Halaman

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan ......................................................

17

Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak .........................................................................

24

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifik ...............................................................

24

Tabel 4. Kualitas Air .......................................................................................

25

3.3.4 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman
rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan diperhatikan adalah
membersikan tanaman dari benda lain (l;umpur dan kotoran) yang menempel pada

20
tanaman, mengatasi serangan buluh babi dengan cara mengambil dan membuangnya
dan menghindari ikan dan penyu dengan cara memasang jarring di sekitar lokosi
penanaman (Mubarak dkk, 1990)
3.3.5 Prosedur Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot
rumput laut untuk mengetahui perkambangannya. Penimbangan tersebut dilakukan
dengan metode sampling terhadap setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini
dilakukan setiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan akhir
penelitian.
3.4

Variabel Yang Diamati

3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik
Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut dilakukan selama 9
hari selama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik rumput
laut digunakan rumus yang dikemukakan oleh Husman (196) dalam Muzakir (2001).

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

Gambar 1. Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................................

7

Gambar 2. Morfologi rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................

8

Gambar 3. Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ...................................

12

Gambar 4. Metode Tali Rentang .....................................................................

14

Gambar 5. Posisi Wadah Penelitian ................................................................

19

20
Gambar 6. Model Penempatan Perlakuan Secara Acak ..................................

22

Gambar 7. Histogram Pertumbuhan Mutlak ...................................................

26

Gambar 8. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................

27

I.
1.1

PENDAHULUAN

latar belakang

rumput laut termaksuk salah satu anggota alga yang merupakann tumbuhan
berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis miskroskopik dan

20
makroskopik inilah sehari-harin kita kenal sebagai rumput laut (taurinopancomulyo,2006)
pertumbuhan rumput laut di pengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal.

Faktor internalyang berpengaruh terhadappertumbuhaantara lain

spesies, bagian thallus (bibit) dan umur.perbedaan jenis/spesies rumput laut yang
dibudidayakan akan memiliki laju pertumbuhanyang berbeda pulademikian juga
dengan bagian thallus dan umur rumput laut yang di budidayakan.
Faktor eksternal yang berkaitan dengan rumput laut antara lain kecerahan dan
pergerakan arus. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan banyaknya sinar
matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari merupakan faktor utama
yang dibutuhkan oleh rumput laut pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari
sangat rendah, rumput laut tidak akan hidup, karena tidak dapat melakukan
fotosintesis (yusuf, 2004).
Sementara itu arus yang merupakan gerak suatu masa air yang dapat disebabkan oleh

hembusan angin. Pergerakan air berfungsi untuk menyuplai zat hara dan membantu
rumput laut dalm menyerap zat hara dan membersikan kotoranyang menempel
sehingga CO2 dan O2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen. Hal ini dapat terjadi
karena adanya sirkulasi yang baik, run - off dari darat dan gerakan air (arus) yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik (indriani dan
sumiarsi,2001).
tanaman rumput laut akan tumbuh lebih baikpada lokasi pergerakan arus yang
baik, karena pergerakan arus yang berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan
air dekat tanaman, sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi (doty dalam

20
yusniani dkk,2000). Tanaman yang ditananam pada kedalaman yang lebih dalam akan
lebihbanyak menerima endapan yang menutupi batang,sehingga mengganggu proses
fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.
Dalam budidaya rumput laut dengan metode tali rentang dimana tali bentang
rumput laut berada di permukaan perairanakanmembuart rumput laut tersebut secara
langsung

berinteraksi

dengan

arah

arus

yang

berbeda.

Belum

adanya

informasitentang pergerakan arus terhadap tali bentang rumput laut maka di perlukan
penelitian (PENGARUH ARAH TALI RENTANG TERHADAP PERTUMBUHAN
RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN SELAT BUTON.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dikemukakan rumus
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh posisi tali rentang
terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii)?
1.3

Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh arah tali rentang terhadap

pertumbuhan rumput laut (kappaphycus lvarezii).
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menmbah informasi tentang peharuh arah tali rentang terhadap
pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).

20
2. Menembah informasi tentangcara budidaya rumput laut bagi pihak-pihak yang
memerlukan sebagaiupaya un tuik mengingatkan produksi rumput laut
kappaphycus alvarezii.
1.4

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah “diduga arah tali rentang budidaya rumput

laut berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).”

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Klasifikasi dan Morfologi Rumput Lau
Klasifikasi rumput laut dari genus kappaphycus alvarezii sebagia berikut :

Kingdom
Divisi
Kelas

:

Plantae
:

Rhodophyta

: Rhodophyceae

20
Ordo

:

Gigartinales

Famili

: Solieracea
Genus : Eucheuma
Spesies :

Kappaphycub alvarezii

Dalam produksi tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk, reproduksinya
seksual dengan karpogania dan spermatia, pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu
sel diujung thallus) dan multiaksial (banyak sel diujung thallus), alat pelekat
(haldfast)I terdiri dari sel tunggal atau sel banyak, memiliki figmen fikobilin yang
terdiri dari fikoeretrin (warna merah), bersifat adaptasi kromatik yaitu memiliki
penyusaian antara propoersi pigmen dengan berbagai kualitas pecahanya dan dapat
menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: warna mera tua, merah muda,
pirang, abu - abu, kuning dan hijau, dan dalamj dinding selnya tersusun dua lapisan
yaitu lapisan dalam yang keras banyak mengandung selulosa dan lapisan luaryang
terdiri dari susbtansiter yang mengandung agar dan carragenan. (Aslan, 1998).
Soegiarto (1978) mengatakan agar - agar merupakan asam sulfanik yang merupakan
ester dari galakto linier dan diperoleh dengan cara mengekstrasi dan hasil produksi
yang biasa yang dikenal oleh masyarakat dalam bentuk tepung dan biasa di gunakan
untuk pembuatan pudding.
Selulosa umumnya terdapat dalm sel tumbuhan, zat ini merupakan susunankristalin
yang hidrofit, tidak larut dalam air atau zat pelarut organik, dan dalam atau basa encer
zat ini juga tidak larut. Selulosa ini sesungguhnya adalah senyawa karbohidrat

20
debngan rumus molekul (C6 H10 O5)n, merupakan unsur pokok tiap dinding sel
(sutrian, 2004).
Karagina merupakan senyawa bpolisakadria yang tersusun dari unit D-galaktosa dan
L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri
khas dari karagina adalahsetiap unit dari galaktosanya mengikat gugusan sulfat,
jumlahsulfat kurang lebih 35,1% kegunaan karagina hampirsama dengan agar - agar,
antara lain sebagai pengatur keseimbangan,pengental, pembentuk gel dan
pengemulsi. Karagina banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuat kue,
roti, makroni, jelly, sari buah, bir, es cream, dan gel pelapis praduk daging, dan selain
itu dapat juga di manfaatkan dalam industri farmasi banyak digunakan dalam pasta
gigi dan obat - obatan, dan selain itu dapat juga di manfaatkan dalam industri tekstil,
kosmetik dan cat (soegiarto,1978).

Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan danya perbedaan
antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi
yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk - bentuk tersebut sebenarnya
Hanyalah thallus belaka. Morfologi kappaphycus alvarezii adalah, permukaan licin,
cartilogeneus, thalli (kerangka tubu tumbuhan) bulat silindris atau gepeng, warnanya
merah,abu – abu, hijau kuning, dan hijau, bercabang berselangtidak teratur,
dichotomous atau trikhomous, memiliki benjolan – benjolan (blunt nodule) dan duru duri atau spnes, dan subtansi thalli “gelatinus” dan “kartilagenus” (lunak seperti

20
tulang rawan). Keadan warna tidak selalu tetap, kadang - kadang berwarna hijau,
hijau kuning abu - abu atau mera. Perubahan warna selalu terjadi hanya karena faktor
lingkungan. Kejadian ini hanya merupakan suatu prosen faktor adaptasi kromatik
yaitu penyusuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitaspecahanya (Aslan,
1998).
Penampakan thallus berfariasi mulai dari bentuksederhana sapai bentuk kopleks. Duri
- duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang - jarang dan tidak tersusun
melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang - batang utama
keluara

saling

bedekatanke

daerah

basal

(pangkal).

Tumbuhan

melekat

kesubtratdengan alat perekat berupa cakram. Cabang - cabang pertama dan
keduaumbuh dengan bentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus yang mengarah
ke arah datangnya sinar matahari (Kimball, 1983)

.
Gambar 2.1 rumput laut (kappaphycus alvarezii). (Kamlasi,2008)
Struktur anatomo thalli (rangkah tubuh tumbuhan) untuk tiap jenis rumput laut
berbeda - beda. Pada kappaphycus alvarezii denga eucheuma spinosum bentuk
thallus yang melintang mempunyai susunan selyang berbeda. Perbedaan ini
membantu dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut baik dalam mengidentifikasi
jenis, genus ataupun famili (Aslan, 1998).

20
Kappaphycus alvarezii

euceuma spinosu

Keterangan:
1. Ujung thallus
2. Cabang (thallus)

Kapapphycus alvarezii

Eucheuma spinosum

Keterangan:
1. Dinding sel
2. Plastida
3. Inti sel

20
4. Nukleolus
5. Gambar 2.2. morfologi rumput laut (kapapphycus alvarezii dan eucheuma
spinosum). (Mubarak, dkk., 1990)

2.2

Ekologi Rumput Laut

Rumput laut (kappaphycus alvarezii) umumnya terdapt di daerah tertentu dengan
persyaratan khusus. Kebanyak tumbuhan di daerah pasang surut (intertidal) atau
daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada subtrat di dasar perairan
yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping atau cangkang
molusca. Umumnya genus eucheuma tumbuh dengan baik didaerah pantai terumbu
(reef), karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak di
penuhi, diantaranya adalah faktor kedalaman perairan, subtrat dengan pergerakaan
air. Habitat khas adalahdaerah yang memperoleh aliran air alaut tetap, mereka lebih
menyukai fariasi suhuharian yang kecil dengan subtrat batu karang yang mati.
Rumput laut ini tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis rumput laut lainnya.
Pengelompokan ini tampaknya penting dan salingmenguntungkan di antaranya dalam
hal penyebaran spora (Aslan, 1998).
Berbagai faktorblingkungan seperti cahaya,suhu, kadar garam, pergerakan air, zat
hara dan faktor biologis bintang laut, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan rumput laut. Uraian di bawah ini menjelaskan betapa pentingnyafaktor

20
lingkungan bagirumput laut yang erat hubungannya dengan pertumbuhan rumput
laut kappaphycus alvarezii.
a. Cahaya
Cahaya merupakan kebutuhan primere bagi pertumbuhan rumput alut, karena
rumput laut memerlukan cahaya untuk fotosintesis, sehingga cahaya sangat di
perlukandalam kelangsungan rumput laut. Suhu perairan sangat penting dalam proses
fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut
Kappaphycus Alvarezii adalah berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus
Alvarezii mempunyai toleransi terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C
(Yusuf,2004)
Laju pertumbuhan rumput laut dapat dipengaruhi oleh unsur hara yang
terkandung di dalam air. Fosfat dan nitrat dalam kepekatan bagaimanapun selalu
dalam rasio yang tetap 15 N : 1 P. Rasio ini cenderung tetap dalam fitoplankton dan
zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air bisa berubah
(Soelistyo,1987).

b. Kecerahan
Kecerahan merupakan besar penetrasi cahaya yang menembus kedalam perairan.
Besarnya cahaya yang masuk dalam akan memperlancar proses fotosintesis pada
tanaman. Kejernihan air untuk pertumbuhan rumput laut mencapai 2,5 M
(anggadiredja dkk,2006).
c. Kedalaman

20
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Kappaphycus
Alvarezii yaitu 30-60 cm pada waktu surut terendah kondisi ini untuk mengurangi
rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari
(Aditya dkk,2001). Kedalaman perairan dilokasi budidaya meempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap kualitas produk dan kedalaman perairan berkisar pada 530 cm sedangkan dasar perairan adalah pasir berlumpur dan karang berpasir
(Anonim,2008).
d. Suhu
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii adalah
berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus Alvarezii mempunyai toleran
terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C (Yusuf,2004).
e. Arus
Arus merupakan gerak suatu massa air yang dapat disebabkan oleh hembusan
angin, perbedaan desinitas air laut atau disebabkan oleh gelombang panjang
(nontji,1987). Arus adalah gerak mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh hembusan angin. T anaman rumput laut lebih baik pada lokasi pergerakan arus
yang baik, karena pergerakan air berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan
air dekat tanaman sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi(Doty dalam
Yusnaini dkk,2000). Tanaman yang ditanam pada kedalaman lebih dalam akan lebih
banyak menerima endapan yang menutupi batang, sehingga mengganggu proses
fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.
f. Salinitas

20
Kadar garam berpengaruh terhadapb kesuburan rumput laut dapat dipengaruhi
oleh kadar garam atau salinitas, misalnya Glacilaria kebanyakan mandul pada bulanbulan bersalinitas tinggi (30-35 permil). Glacilaria yang berasal dari Atlantik dan
Pasifik Timur pertumbuhan maksimum pada saat dibudidayakan adalah dengan
salinitas 25-38 permil dengan kadar optimum 25 permil, yang ditunjang kadar
nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan
curah hujan,(Aslan,1998).

g. pH
Soelistyo (1987) mengatakan air laut mempunyai kemampuan menyangga yang
sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami
akan memberikan petunjuk terganggunya system penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut.
Aslan (1998) mengatakan bahwa hampir seluruh alga mempunyai kisaran daya
penyesuaian terhadap pH 6,8-9,6. Kebanyakan spora algae bersifat planktonis
sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi pola dan sifat gerakan air. Selain itu
kekuatan gerakan air mempengaruhi melekatnya spora dan subtratnya. Algae yang
tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus deras akan mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan algae yang berada diperairan tenang. Spora algae
yang tumbuh diperairan yang berarus deras seperti genus Kappaphycus Alvarezii dan
algae yang tumbuh diperairan tenang seperti Glacilaria (Aslan,1998)

20
Binatang laut seperti muluska, bulu babi, penyu, dan ikan dapat mempengaruhi
persporaan algae. Binatang muluska dapat memakan spora dan menghambat stadia
muda algae, sedangkan ikan herbivore memakan algae sehingga merusak thalii dan
akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan oleh algae (Aslan,1998).

Gambar 2.3. bibit rumput laut (kapapphycus alvarezii), (pancomulyo, 2006)

2.3

Laju Pertumbuhan Rumput Laut

pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat
atau panjang dalam waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitufaktor internal faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh
antara lain jenis,thallus (bibit),dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain lingkungan atau oseanografi, bibit, jarak tanam, berat bibit
awal,dan tehnik penanaman (Kamlasi, 2008).
Dalam pertumbuhan rumput laut kita mengetahui bahwa alat - alat tumbuh tumbuhan akan menjadi tambah besar, tambah panjang serta bercabang - cabang.
Terjadinya hal demikian dikarenakan terdapat perbanyakan dan pertumbuhan dari sel

20
- sel yang menyusun rumput laut tersebut. Perbanyak sel - sel dapat terjadi karena
pembelahan pada sel - sel yang menyusun pada rumput laut.
Dalam budidaya rumput laut para petani atau para nelayan kebanyak
menggunakan perkembang biakan dengan cara stek, karena dengan cara ini lebih
muda dan lebih muda dengan cara kawin. Thallus atau cabang yang di ambil adalah
cabang yang masih muda (sutrian, 2004).
Sutrian, (2004) mengatakan jaringan muda atau meristem dapat terjadi dari sel sel muda (initiating cell) yang kegiatanya selalu meristematis. Meristematis ujung
adalah jaringan muda yang terbentuk oleh sel - sel initial (muda). Letak jaringan ini
di ujung - ujung dari thallus, meristem samping adalah jaringan muda yang
terbentukoleh sel - sel initial, letak jaringan ini di tepi dari thallus, sedangkan
meristem interkalar adalah jaringan muda yang terletak antara bagian jaringa jaringan dewasa.

Pertumbuhan rumput laut di kenal dengan The Apical Cell Theory atau teori sel
ujungyaitu tumbuhan – tumbuhan yang kenyataannya banyak mengandung sel apical
dengan sifatnya yang tersendiri. Pada pucuk thallus terdapat sel initial, sel initial ini
dalam kegiatannya selalu membelah untuk membentuk sel baru (Sutrian,2004).
Pertumbuhan rumput laut dikategorikan dalam pertumbuhan somatic dan
pertumbuhan fisiologi. Pertumbuhan somatic merupakan pertumbuhan yang diukur
berdasarkan pertambahan berat atau panjang thallus, sedangkan pertumbuhan
fisiologi dilihat berdasarkan reproduksi dan kandungan koloidnya ( Kamlasi,2008 ).

20
2.4 Teknik Penanaman Rumput Laut
Nybakken (1988) mengatakan bahwa seiring kebutuhan rumput laut yang
semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri,
sekaligus memperbesar devisa Negara dari sektor nonmigas, maka perlu teknik
penanaman rumput yang sesuai dengan kondisi lingkungan untuk meningkatkan hasil
budidaya rumput laut yang banyak dan berkualitas ekspor.

Gambar: 2.4. metode tali rentan

Keuntungan metode ini antara lain:
a.

Tanaman cukup menerima sinar matahari;

b.

Tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;

c.

Terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;

d.

Pertumbuhan lebih cepat;

e.

Cara kerjanya lebih mudah;

f.

Biayanya lebjh murah;

g.

Kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.

20
Kamlasi (2008) mengatakan hasil percobaan memperlihatkan bahwa tanaman
yang ditanam dengan menggunakan metode ini memiliki angka pertumbuhan yang
lebih tinggi disbanding dengan metode lepas dasar.
Keuntungan yang diperoleh dengan metode ini adalah, tanaman bebas dari
serangan bulu babi, pertumbuhan tanaman lebih baik, bisa digunakan pada dasar
perairan yang keras, dimana sukar untuk menancapkan pancang, seperti pada metode
lepas dasar. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah perlu lebih banyak waktu
untuk pembuatan konstruksi dan disaat penanaman, biaya konstruksi lebih mahal
(Aslan, 1998).
2.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut
2.5.1

Genetik

(Genetic fingerprinting) pada hakekatnya adalah upaya identifikasi komponen
genetika pada lokus-lokus yang tepat, sehingga karakter atau blue- print kehidupan
dari tiap jenis rumput laut dapat diketahui. Pengetahuan akan informasi tersebut
sangat penting dalam mengidentifikasi pola reproduksi, pola adaptasi dan karakter
spesifik dari tiap sampel yang diamati, sehingga upaya ini mampu mengungkap
berbagai info penting bagi kepentingan strain selection, karakter pertumbuhan yang
unggul, ketahanan terhadap penyakit dan sebagainya.

2.5.2

Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi
perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung

20
terhadap mahluk hidup di perairan, misalnya suhu dan salinitas. Faktor meteorologi
adalah keadaan iklim atau cuaca yang mempengaruhi interaksi terhadap lautan secara
langsung dan akan mempengaruhi kehidupan di laut termasuk rumput laut, misalnya
jumlah curah hujan yang mempengaruhi tinggi rendahnya slinitas di laut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka parameter oseanografi dan meteorology
yang diamati adalah suhu permukaan, salinitas, pH dan kecepatan arus. Bibit yang
berupa stek dipilih dari tanaman yang masih muda, masih segar, tidak cacat dan
terhindar dari penyakit, diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dari
tanaman hasil budidaya. Bibit unggul mempunyai ciri cabang banyak. Bibit
sebaiknya di kumpulkan dari perairan pantai sekitar budidaya, bibit harus dalam
keadaan basah dan hindari dari air hujan, minyak dan kondisi kekeringan
(Afrianto,1993).

III.

3.1

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan di laksanakan selama 45 hari mulai bulan juli sampai bulan
agustus 2012 diperairan pantai Ghonebalano Kecamatan Duruka Kabupaten Muna
Propinsi Sulawesi Tenggara.
3.2

Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam table berikut :

20
Table 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
No

Nama Alat

A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat
termhometer
Refractometer
Kertas lakmus
Secci disc
Timbangan
Bola plastik
DO Meter
Perahu
Dayung

B
1
2
3
4
5

Satuan

Bahan
Rumput laut
Tali nilon
Tali raffia
Pelampung
Jangkar

3.3

o

C
Ppt
Meter
Gram
Cm/detik
Ppm
-

-

Kegunaan

Mengukur suhu
Mengukur salinitas
Mengukur Ph air
Mengukur kecepatan
Mengukur berat rumput laut
Mengukur kecepatan arus
Mengukur kandungan O2 terlarut
Wadah transportasi
-

Specimen uji
Tali ris
Mengikat bibit rumput laut
Pengapung
Pemberat

Prosedur Penelitian
Penelitian tentang pengaruh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput

laut (kappaphycus alvarezii) akan dilakukan beberapa tahap.
3.3.1

penentuan lokasi budidaya
Lokasi harus bebas dari pengaruh angintopan dan pencemaran dari industry

atau rumah tangga, tidak mengalami fluktuasisalinitas yang besar, mengandung
nustrisi untuk pertumbuhan rumput laut, memunkinkan untuk menerapkan metode
budidaya, mudah untuk di jangka.
3.3.2

pemeliharaan bibit rumput laut

20
Bibit berupa stek harus berasal dari tanaman yang bersih, segar, tidak terkena
penyakit, masih baru dan masih muda, bibit yang unggul dengan cirri memiliki
banyak cabang.
3.3.3

persiapan media percobaan
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode tali rentang

dengan 3 tali bentangtali budidaya rumput laut masing - masing sepanjang 5 meter
yang dibagi atas tiga perlakuanberdasarkan arah tali rentang budidaya.
Hasil studi pendahuluan kondisi oceonografi di perairan selat buton ditemukan bahwa
arus yang ada umumnya bergerak dengan arus utra - selatan dan selata - utara.
Sementara itu ombak/gelombangsaat ini berasal dari arah timur ke barat kare saat ini
musim timur. Berdasarkan kondisi tersebut pengelompokan perlakuandalam
penelitian ionio adalah sebagai berikut :



Pemasangan tali rentang sejajar dengan arah pergerakan arus (tali rentang di

pasang dengan arah utara - selatan)


Pemasangan tali rentang tegak lurus dngan arah pergerakan arus ( tali rentang

di pasang dengan arah barat - timur)


Pemasangan tali rentang dengan posisi diagonal (tali rentang dipasng dengan

arah tenggara - utara barat laut)
Penelitian ini menngunakan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penempatan
posisi wadah percobaan/perlakuan seperti gambar berikut.

20
Gambar : 2.5 posisi wadah penelitian

3.3.4

pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman

rumput

laut.

Selama

periode

pemeliharaan

yang

akan

di

perhatiakan

adalahmemnbersihkan tanaman dari benda lain (lumpur dan kotoran) yang menempel
pada tanaman, mengatasi serangan bulu babi dengan cara mengambil dan
membuangnyadan menghindari ikan dan penyuddengan cara memasang jarring
disekitar lokasi penanaman (Mubarak dkk, 1990)

20
3.3.5

prosedur pengamatan
Penamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot

rumput laut untuk mengetahui pertumbuhannya. Penimbangan tersebut dilakukan
dengan metode sampling di setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini di lakuakan
tiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air di lakukan
sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir penelitian.

3.4

Variabel Yang Diamati
3.4.1

Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut di lakukan selama
waktu 9 hariselama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik
rumput laut di gunakan rumus yang dikemukakan oleh : husman, (1976) dalam
muzakir, (2001).
LPS = {(Wt/Wo)1/t - 1}x100%
Dimana :
LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik
Wt = Bobot Pada Waktu (gram)
Wo = bobit pada awal penelitian (gram)
t

= jumlah hari pengamatan (hari)

20
3.4.2

laju pertumbuhan mutlak

Pertumbuhan mutlak tanaman uji menggunakan rumus yang dikemukakan olenh :
PM = Wt - Wo
Dimana :
PM = Pertumbuhan Mutlak
Wt = Bobot akhir (gram)
Wo = Bobot awal (gram)
3.4.3

parameter kualitas air
Pengukuran parameter kualitas air di lakukan sebanyak 3 kali selama

penelitian, yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir ;penelitian.

3.5

Rancangan percoban
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri

dari 3 perlakuan dan 3 ulangan menggunakan Rumus (Gaspersz, 1994)
Yij = µ + ƴ i + βj + ∑ij
Dimana :
µ

= nilai tengah populasi

ƴ i = pengaruh aditif dari perlakuan ke - j

20
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke - j
∑ij = bedah percobaan dari perlakuan ke – I pada perlakuan ke – j
I

= jumlah perlakuan

J

= jumlah ulangan dalam perlakuan atau jumlah suatupercobaan

Penempatan unit - unit dilakukan berdasarkan pengacakanmenggunakan table
angka acak (lihat pada gambar). Posisi wadah penelitianapat dilihat pada gambar
berkut :

Kelompok 1

A3

B1

Kelompok 2

C1

B2

A2

Kelompok 3

C3

B3

C2

A1

Gambar : 2.6 model pempatan perlakuan secara acak

3.6

Analisa Data
Data yang di peroleh, dianalisa menggunakan ANOVA satu jalur, jika f

hitung f table 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan, dan dilanjutkan dengan
uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui beda antar perlakuan.
Selanjutnya pengolahan data akan dianalisa dengan bantuan software SPSS
Versi 19.

20
20

More Related Content

Viewers also liked

Air supply all out of love - saxofone alto
Air supply   all out of love - saxofone altoAir supply   all out of love - saxofone alto
Air supply all out of love - saxofone altoGuto Costa
 
Concurrency scalability
Concurrency scalabilityConcurrency scalability
Concurrency scalabilityMårten Rånge
 
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundation
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundationIntroducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundation
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundationLakmal Warusawithana
 
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編elephancube
 
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtk
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtkTutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtk
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtkMTK ry
 
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥ
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥΗ ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥ
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥapostolisn
 
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguer
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguerSeis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguer
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguerdionilson lemos
 
МУНИ ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...
МУНИ  ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...МУНИ  ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...
МУНИ ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...ibiblrad
 

Viewers also liked (15)

Air ketuban.docxtia06
Air ketuban.docxtia06Air ketuban.docxtia06
Air ketuban.docxtia06
 
Air supply all out of love - saxofone alto
Air supply   all out of love - saxofone altoAir supply   all out of love - saxofone alto
Air supply all out of love - saxofone alto
 
Concurrency scalability
Concurrency scalabilityConcurrency scalability
Concurrency scalability
 
Caput susedeneum
Caput  susedeneumCaput  susedeneum
Caput susedeneum
 
Academic Writing and Feedback by Olga Dysthe
Academic Writing and Feedback by Olga DystheAcademic Writing and Feedback by Olga Dysthe
Academic Writing and Feedback by Olga Dysthe
 
1. konsep asuhan kebidanan 07
1. konsep asuhan kebidanan 071. konsep asuhan kebidanan 07
1. konsep asuhan kebidanan 07
 
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundation
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundationIntroducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundation
Introducing apache stratos (incubating) & wso2 paa s foundation
 
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編
eラーニング教材制作のツボ 企業内研修編
 
Egt 1 what are sentences
Egt 1 what are sentencesEgt 1 what are sentences
Egt 1 what are sentences
 
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtk
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtkTutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtk
Tutkintotoimikuntien yhteistyöseminaari tauriainen_mtk
 
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥ
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥΗ ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥ
Η ΙΣΤΟΡΙΑ ΤΟΥ ΕΛΛΗΝΙΚΟΥ ΠΟΔΟΣΦΑΙΡΟΥ
 
Alat genetalia wanita
Alat genetalia wanitaAlat genetalia wanita
Alat genetalia wanita
 
Eig
EigEig
Eig
 
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguer
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguerSeis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguer
Seis Sigma Seminario quem comeu meu hamburguer
 
МУНИ ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...
МУНИ  ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...МУНИ  ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...
МУНИ ВИТЧЕР «Приключения Нины», автор презентации: Филимонова А.В., библиоте...
 

Similar to 5 bab iv karim

PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...Repository Ipb
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalSaniati Goa
 
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilappt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilaIpenII
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciBBPP_Batu
 
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptx
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptxTugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptx
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptxDennyIndraYudhistira
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
Andrew hidayat 210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t
 Andrew hidayat   210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t Andrew hidayat   210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t
Andrew hidayat 210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-tAndrew Hidayat
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfAlyaRizqiNabilah
 
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...Repository Ipb
 
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptxPOWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptxAndryAdmajaTarigan
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 

Similar to 5 bab iv karim (20)

PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilappt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinci
 
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptx
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptxTugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptx
Tugas kelompok Bioremediasi 2024 aa .pptx
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di chinaDampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
 
Andrew hidayat 210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t
 Andrew hidayat   210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t Andrew hidayat   210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t
Andrew hidayat 210690-respon-perkecambahan-beberapa-varietas-t
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
 
Pengaruh taurin
Pengaruh taurinPengaruh taurin
Pengaruh taurin
 
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
RESPON TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens L.)TERHADAP PAPARAN RADIASI U...
 
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptxPOWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Siti maryam
Siti maryamSiti maryam
Siti maryam
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

5 bab iv karim

  • 1. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1. Pertumbuhan Mutlak Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak Perlakuan A B C I 505,00 481,00 383,00 Kelompok (Gram) II III 517,00 498,00 486,00 477,00 477,00 395,00 Jumlah (Gram) 1.520,00 1.444,00 1.255,00 Rerata (Gram) 506,67abc 481,33abc 418,33abc Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan B berbeda nyata terhadap perlakuan C. 4.1.2. Pertumbuhan Spesifik Perlakuan A B C I 5,52 5,17 4,69 Kelompok (%) II 5,32 5,33 4,73 III 5,48 5,19 4,92 Jumlah (%) 16,33 15,69 14,34 Rerata (%) 5,44abc 5,23abc 4,78abc Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 20
  • 2. kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan B berbeda nyata terhadap perlakuan C. 4.1.3.Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air selama masa penelitian disajikan tabel 4 berikut. Tabel 4. hasil pengukuran nilai parameter kualitas air masa penelitian Parameter Suhu Salinitas Kecerahan Kecepatan arus pH Satuan o C ppt m cm/detik - Kisaran 26 – 30 30 - 33 7–8 23 – 38 7-8 Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa suhu perairan pada lokasi pemeliharaan rumput laut berkisar 25 – 30 oC, sedangkan salinitas perairan berkisar 29 – 32 ppt. nilai kecerahan perairan perairan yang diukur pada lokasi penelitian adalah 4-6 meter dengan kecepatan arus 23-38 cm/detik. Kisaran nilai pH yang di ukur pada lokasi penelitian adalah 7- 8 20
  • 3. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Pertumbuhan Mutlak Gambar 3. Histogram Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Penelitian 600 506.67 481.33 500 418.33 400 300 200 100 0 A B C Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi ditemukan pada perlakuan A (tali rentang sejajar arus dan tegak lurus dengan arah ombak) sebesar 506,67 gram, disusul perlakuan B (tali rentang tegak lurus arus dan sejajar dengan arah ombak) yaitu sebesar 481,33 gram, dan kemudian perlakuan C (tali rentang dengan arah diagonal) yaitu sebesar 418,33 gram. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil pertumbuhan mutlak rumput laut memperlihatkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Diduga hal ini terjadi karena aliran perpindahan massa air yang melewati bentangan rumput laut berlangsung dengan baik (tidak mengalami hambatan). Pada perlakuan A, aliran perpindahan massa air yang terbilang lancar (tanpa hambatan) adalah dari pergerakan 20
  • 4. pasang surut. Sementara pada perlakuan B, aliran massa air yang bergerak lancar dalam bentangan budidaya adalah ditimbulkan oleh pergerakan ombak dan gelombang. Indriani dan Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa pergerakan air berfungsi untuk mensuplai zat hara dan juga membantu rumput laut dalam penyerapan zat hara serta membersihkan kotoran yang menempel sehingga pertukaran O2 dengan CO2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen. Sementara itu pertumbuhan mutlak rumput laut pada perlakuan C berbeda nyata dengan pertumbuhan rumput laut pada perlakuan A danB. Hal ini diduga karena pada perlakuan C aliran massa air yang melewati bentangan rumput laut mengalami hambatan pada saat melewati bentangan-bentangan rumput laut tersebut sehingga aliran pergerakan massa airnya relatif tidak lebih lancar dibandingkan dengan pada perlakuan A dan perlakuan B. 4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Masa Penelitian 8 7 6.87 6.45 5.83 6 6.02 5.74 5.33 5 5.5 5.36 5.01 4.74 4.61 4.14 4 4.09 3.99 3.59 3 A B 2 C 1 0 9 18 27 36 20 45
  • 5. Grafik di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan spesifik rumput laut rata-rata tertinggi pada semua perlakuan ditemukan pada masa awal penelitian hingga hari ke-9. Diduga hal ini terjadi karena bibit rumput laut pada setiap perlakuan memiliki thallus yang masih muda sehingga sel-sel bibit rumput laut tersebut lebih mudah untuk membelah diri dan membentuk percabangan baru. Disamping itu, bibit rumput laut tersebut masih dapat dengan mudah memanfaatkan ketersediaan unsur hara yang ada dalam perairan untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Bobot pertumbuhan spesifik rumput laut hingga hari ke-9 pada perlakuan A mencapai 6,87%, perlakuan B mencapai 6,45%, dan pada perlakuan C mencapai 5,83%. Selanjutnya pada hari ke-18 hingga berakhirnya masa penelitian (hari ke-45) laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada setiap perlakuan terus mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan bobot thallus rumput laut sehingga memungkinkan terjadinya persaingan pemanfaatan ruang dalam proses penyerapan sinar matahari dan juga persaingan pemanfaatan unsur hara untuk proses fotosintesis. Darmayasa (1988) dalam Nupu (2004) mengemukakan bahwa adanya perbedan pertambahan bobot karena penambahan biomassa rumput laut menyebabkan terjadinya persaingan dalam proses pemenuhan kebutuhan zat makanan, ruang gerak dan cahaya matahari. Selain itu penambahan bobot rumput laut akan mempengaruhi pergerakan arus yang melewati tali bentangan pemeliharaan rumput laut. Laju pertumbuhan spesifik rata-rata rumput laut tertinggi selama penelitian diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 5,44%, diikuti perlakuan B dengan nilai 5,23% dan terendah pada perlakuan C dengan nilai 4,78%. 20
  • 6. 4.2.3. Kualitas Air Selama penelitian berlangsung, salinitas berkisar antara 30-33 ppt. Salinitas dapat mempengaruhi kesuburan rumput laut dalam lingkungan budidaya. Anggadiredja, dkk (2006) menyatakan bahwa Eucheuma akan tumbuh pada kisaran salinitas antara 28-34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt. Kisaran suhu selama penelitian antara 26 – 30 oC. kisaran suhu tersebut cukup mendukung pertumbuhan rumput laut. Aslan (1991) mengemukakan kisaran suhu dalam budidaya rumput laut yang dipelihara di pantai adalah 27- 30oC. Selanjutnya Sadhori (1989) menyatakan kisaran suhu optimal bahwa dalam budi daya rumput laut yaitu berkisar 25-27 oC. Kecepatan arus yang diperoleh di lokasi selama penelitian berkisar antara 2025 cm/detik. Anggadiredja, dkk, (2006) mengemukakan bahwa pergerakan air yang baik berkisar antara 20-40 cm/detik, dengan kondisi seperti ini akan mempermudah pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai merusak tanaman. Kecerahan selama penelitian mencapai kedalaman 7 m – 8 m. Hal ini berarti cahaya matahari dapat masuk hingga pada kedalaman tersebut. Nilai kisaran tersebut sangat mendukung proses fotosintesis pertumbuhan rumput laut. Rumput laut memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Puja, Y, dkk, 2001). Kisaran derajat keasaman (pH) diperairan selama penelitian pada semua perlakuan berkisar antara 7-8, hal ini cukup mendukung dalam usaha budidaya. Sejalan dengan Zatnika, A. dan I.A. Wisman (1994), mengemukakan bahwa 20
  • 7. budidaya rumput laut untuk pemelihan lokasi Kappaphycus alvarezii sebaiknya berpH antara 7,3-8,2. 20
  • 8. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :  Pertumbuhan mutlak rumput laut yang tertinggi di peroleh pada perlakuan A yaitu sebesar 506,67 gram, kemudian diikuti perlakuan B yaitu sebesar 481,33 gram dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 418,33 g.  Pertumbuhan spesifik rata-rata bibit rumput laut yang tetinggi adalah diperoleh pada perlakuan A yaitu sebesar 5,44 %, kemudian perlakuan B yaitu sebesar 5,23% dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 4,78 %.  Aliran perpindahan massa air sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii selama masa penelitian 5.2. Saran Perlu diadakan penelitian lain terkait budidaya rumput laut Eucheuma spinosum, mengingat jenis rumput laut ini cukup banyak pula dibudidayakan di Kabupaten Muna. 20
  • 9. Lampiran 1. Pertumbuhan Mutlak Perlakuan Kelompok I II III A Total Rerata I II III B Total Rerata I II III C Total Rerata Bobot Rata-rata Pada Hari Ke0 9 18 27 36 45 100 186 291 431 527 605 100 171 286 425 536 617 100 189 279 417 524 598 300 546 856 1.273 1.587 1.820 100,00 182,00 285,33 424,33 529,00 606,67 100 169 279 413 507 581 100 183 273 406 513 586 100 175 268 410 498 577 300 527 820 1.229 1.518 1.744 100,00 175,67 273,33 409,67 506,00 581,33 100 163 251 365 429 483 100 159 267 378 426 487 100 178 246 381 437 495 300 500 764 1.124 1.292 1.465 100,00 166,67 254,67 374,67 430,67 488,33 Lampiran 2. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak SR Kelompok Perlakuan Galat Total Keterangan : DB 2 2 4 8 JK 2.713,56 12.413,56 2.746,44 17.873,56 KT 1.356,78 6.206,78 686,61 F hitung F tabel 5% 9,04* 6,94 * = Berpengaruh Nyata Lampiran 3. Uji BNT Pertumbuhan Mutlak Perlakuan A B C Keterangan : A B 25,33tn 88,33* C 63,00* BNT 5% 59,39 * = Berbeda Nyata tn = Tidak Berbeda Nyata 20
  • 10. Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Perlakuan A Laju Pertumbuhan Spesifik (%) 9 18 27 36 45 7,14 6,11 5,56 4,72 4,08 6,14 6,07 5,51 4,77 4,13 7,33 5,87 5,43 4,71 4,05 20,61 18,05 16,50 14,21 12,26 6,87 6,02 5,50 4,74 4,09 6,00 5,87 5,39 4,61 3,99 6,95 5,74 5,33 4,65 4,01 6,42 5,63 5,36 4,56 3,97 19,36 17,23 16,08 13,82 11,97 6,45 5,74 5,36 4,61 3,99 5,58 5,25 4,91 4,13 3,56 5,29 5,61 5,05 4,11 3,58 6,62 5,13 5,08 4,18 3,62 17,48 15,98 15,04 12,42 10,76 5,83 5,33 5,01 4,14 3,59 Klp I II III Total Rerata I II III B Total Rerata I II III C Total Rerata Lampiran 5. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Spesifik SR Kelompok Perlakuan Galat Total Keterangan : DB 2 2 4 8 JK 0,010 0,689 0,061 0,759 KT 0,005 0,344 0,015 Fhitung Ftabel (5%) 22,761* 6,94 * = Berpengaruh Nyata Lampiran 6. Uji BNT Laju Pertumbuhan Spesifik Perlakuan A B C Keterangan : A B 0,21tn 0,66* C 0,45* BNT (5%) 0,28 * = Berbeda Nyata tn = Tidak Berbeda Nyata 20
  • 11. Lampiran 7. Dokumentasi selama Penelitian 20
  • 12. III. METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat ........................................................................ 3.2.Alat dan Bahan ............................................................................. 17 3.3.Prosedur penelitian ....................................................................... 17 3.3.1. Penentuan Lokasi Budidaya ............................................. 18 3.3.2. Pemeliharaan Bibit Rumput Laut ..................................... 18 3.3.3. Persiapan Metode Penelitian ............................................ 18 3.3.4. Pemeliharaan Tanaman .................................................... 20 3.3.5. Prosedur Pengamatan ....................................................... 20 3.4.Variabel Yang Diamati ................................................................. 20 3.4.1. Laju pertumbuhan Spesifik .............................................. 20 3.4.2. Laju Pertumbuhan Mutlak ................................................ 21 3.4.3. Produksi ............................................................................ 21 3.4.4. Parameter Kualitas Air ..................................................... 22 3.5.Rancangan Percobaan .................................................................. 22 3.6.Analisis Data ................................................................................ IV. 17 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Pengamatan ......................................................................... 4.1.1. Pertumbuhan Mutlak ........................................................ 24 4.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik .............................................. 24 4.1.3. Kualitas Air ...................................................................... 25 4.2.Pembahasan .................................................................................. 26 4.2.1. Pertumbuhan Mutlak ........................................................ 26 4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik .............................................. 27 4.2.3. Kualitas ai r ....................................................................... V. 24 29 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ................................................................................... 31 5.2.Saran ............................................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 20
  • 13. DAFTAR TABEL No Teks Halaman Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan ...................................................... 17 Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak ......................................................................... 24 Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................................... 24 Tabel 4. Kualitas Air ....................................................................................... 25 3.3.4 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan diperhatikan adalah membersikan tanaman dari benda lain (l;umpur dan kotoran) yang menempel pada 20
  • 14. tanaman, mengatasi serangan buluh babi dengan cara mengambil dan membuangnya dan menghindari ikan dan penyu dengan cara memasang jarring di sekitar lokosi penanaman (Mubarak dkk, 1990) 3.3.5 Prosedur Pengamatan Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot rumput laut untuk mengetahui perkambangannya. Penimbangan tersebut dilakukan dengan metode sampling terhadap setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini dilakukan setiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan akhir penelitian. 3.4 Variabel Yang Diamati 3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut dilakukan selama 9 hari selama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik rumput laut digunakan rumus yang dikemukakan oleh Husman (196) dalam Muzakir (2001). DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman Gambar 1. Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................................ 7 Gambar 2. Morfologi rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................ 8 Gambar 3. Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ................................... 12 Gambar 4. Metode Tali Rentang ..................................................................... 14 Gambar 5. Posisi Wadah Penelitian ................................................................ 19 20
  • 15. Gambar 6. Model Penempatan Perlakuan Secara Acak .................................. 22 Gambar 7. Histogram Pertumbuhan Mutlak ................................................... 26 Gambar 8. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................ 27 I. 1.1 PENDAHULUAN latar belakang rumput laut termaksuk salah satu anggota alga yang merupakann tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis miskroskopik dan 20
  • 16. makroskopik inilah sehari-harin kita kenal sebagai rumput laut (taurinopancomulyo,2006) pertumbuhan rumput laut di pengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Faktor internalyang berpengaruh terhadappertumbuhaantara lain spesies, bagian thallus (bibit) dan umur.perbedaan jenis/spesies rumput laut yang dibudidayakan akan memiliki laju pertumbuhanyang berbeda pulademikian juga dengan bagian thallus dan umur rumput laut yang di budidayakan. Faktor eksternal yang berkaitan dengan rumput laut antara lain kecerahan dan pergerakan arus. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan banyaknya sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari merupakan faktor utama yang dibutuhkan oleh rumput laut pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari sangat rendah, rumput laut tidak akan hidup, karena tidak dapat melakukan fotosintesis (yusuf, 2004). Sementara itu arus yang merupakan gerak suatu masa air yang dapat disebabkan oleh hembusan angin. Pergerakan air berfungsi untuk menyuplai zat hara dan membantu rumput laut dalm menyerap zat hara dan membersikan kotoranyang menempel sehingga CO2 dan O2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena adanya sirkulasi yang baik, run - off dari darat dan gerakan air (arus) yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik (indriani dan sumiarsi,2001). tanaman rumput laut akan tumbuh lebih baikpada lokasi pergerakan arus yang baik, karena pergerakan arus yang berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan air dekat tanaman, sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi (doty dalam 20
  • 17. yusniani dkk,2000). Tanaman yang ditananam pada kedalaman yang lebih dalam akan lebihbanyak menerima endapan yang menutupi batang,sehingga mengganggu proses fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan. Dalam budidaya rumput laut dengan metode tali rentang dimana tali bentang rumput laut berada di permukaan perairanakanmembuart rumput laut tersebut secara langsung berinteraksi dengan arah arus yang berbeda. Belum adanya informasitentang pergerakan arus terhadap tali bentang rumput laut maka di perlukan penelitian (PENGARUH ARAH TALI RENTANG TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN SELAT BUTON. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dikemukakan rumus masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh posisi tali rentang terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii)? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus lvarezii). Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menmbah informasi tentang peharuh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii). 20
  • 18. 2. Menembah informasi tentangcara budidaya rumput laut bagi pihak-pihak yang memerlukan sebagaiupaya un tuik mengingatkan produksi rumput laut kappaphycus alvarezii. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah “diduga arah tali rentang budidaya rumput laut berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).” II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Rumput Lau Klasifikasi rumput laut dari genus kappaphycus alvarezii sebagia berikut : Kingdom Divisi Kelas : Plantae : Rhodophyta : Rhodophyceae 20
  • 19. Ordo : Gigartinales Famili : Solieracea Genus : Eucheuma Spesies : Kappaphycub alvarezii Dalam produksi tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk, reproduksinya seksual dengan karpogania dan spermatia, pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel diujung thallus) dan multiaksial (banyak sel diujung thallus), alat pelekat (haldfast)I terdiri dari sel tunggal atau sel banyak, memiliki figmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (warna merah), bersifat adaptasi kromatik yaitu memiliki penyusaian antara propoersi pigmen dengan berbagai kualitas pecahanya dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: warna mera tua, merah muda, pirang, abu - abu, kuning dan hijau, dan dalamj dinding selnya tersusun dua lapisan yaitu lapisan dalam yang keras banyak mengandung selulosa dan lapisan luaryang terdiri dari susbtansiter yang mengandung agar dan carragenan. (Aslan, 1998). Soegiarto (1978) mengatakan agar - agar merupakan asam sulfanik yang merupakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan cara mengekstrasi dan hasil produksi yang biasa yang dikenal oleh masyarakat dalam bentuk tepung dan biasa di gunakan untuk pembuatan pudding. Selulosa umumnya terdapat dalm sel tumbuhan, zat ini merupakan susunankristalin yang hidrofit, tidak larut dalam air atau zat pelarut organik, dan dalam atau basa encer zat ini juga tidak larut. Selulosa ini sesungguhnya adalah senyawa karbohidrat 20
  • 20. debngan rumus molekul (C6 H10 O5)n, merupakan unsur pokok tiap dinding sel (sutrian, 2004). Karagina merupakan senyawa bpolisakadria yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri khas dari karagina adalahsetiap unit dari galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlahsulfat kurang lebih 35,1% kegunaan karagina hampirsama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan,pengental, pembentuk gel dan pengemulsi. Karagina banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuat kue, roti, makroni, jelly, sari buah, bir, es cream, dan gel pelapis praduk daging, dan selain itu dapat juga di manfaatkan dalam industri farmasi banyak digunakan dalam pasta gigi dan obat - obatan, dan selain itu dapat juga di manfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat (soegiarto,1978). Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan danya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk - bentuk tersebut sebenarnya Hanyalah thallus belaka. Morfologi kappaphycus alvarezii adalah, permukaan licin, cartilogeneus, thalli (kerangka tubu tumbuhan) bulat silindris atau gepeng, warnanya merah,abu – abu, hijau kuning, dan hijau, bercabang berselangtidak teratur, dichotomous atau trikhomous, memiliki benjolan – benjolan (blunt nodule) dan duru duri atau spnes, dan subtansi thalli “gelatinus” dan “kartilagenus” (lunak seperti 20
  • 21. tulang rawan). Keadan warna tidak selalu tetap, kadang - kadang berwarna hijau, hijau kuning abu - abu atau mera. Perubahan warna selalu terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini hanya merupakan suatu prosen faktor adaptasi kromatik yaitu penyusuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitaspecahanya (Aslan, 1998). Penampakan thallus berfariasi mulai dari bentuksederhana sapai bentuk kopleks. Duri - duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang - jarang dan tidak tersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang - batang utama keluara saling bedekatanke daerah basal (pangkal). Tumbuhan melekat kesubtratdengan alat perekat berupa cakram. Cabang - cabang pertama dan keduaumbuh dengan bentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus yang mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Kimball, 1983) . Gambar 2.1 rumput laut (kappaphycus alvarezii). (Kamlasi,2008) Struktur anatomo thalli (rangkah tubuh tumbuhan) untuk tiap jenis rumput laut berbeda - beda. Pada kappaphycus alvarezii denga eucheuma spinosum bentuk thallus yang melintang mempunyai susunan selyang berbeda. Perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut baik dalam mengidentifikasi jenis, genus ataupun famili (Aslan, 1998). 20
  • 22. Kappaphycus alvarezii euceuma spinosu Keterangan: 1. Ujung thallus 2. Cabang (thallus) Kapapphycus alvarezii Eucheuma spinosum Keterangan: 1. Dinding sel 2. Plastida 3. Inti sel 20
  • 23. 4. Nukleolus 5. Gambar 2.2. morfologi rumput laut (kapapphycus alvarezii dan eucheuma spinosum). (Mubarak, dkk., 1990) 2.2 Ekologi Rumput Laut Rumput laut (kappaphycus alvarezii) umumnya terdapt di daerah tertentu dengan persyaratan khusus. Kebanyak tumbuhan di daerah pasang surut (intertidal) atau daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada subtrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping atau cangkang molusca. Umumnya genus eucheuma tumbuh dengan baik didaerah pantai terumbu (reef), karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak di penuhi, diantaranya adalah faktor kedalaman perairan, subtrat dengan pergerakaan air. Habitat khas adalahdaerah yang memperoleh aliran air alaut tetap, mereka lebih menyukai fariasi suhuharian yang kecil dengan subtrat batu karang yang mati. Rumput laut ini tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis rumput laut lainnya. Pengelompokan ini tampaknya penting dan salingmenguntungkan di antaranya dalam hal penyebaran spora (Aslan, 1998). Berbagai faktorblingkungan seperti cahaya,suhu, kadar garam, pergerakan air, zat hara dan faktor biologis bintang laut, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan kelangsungan rumput laut. Uraian di bawah ini menjelaskan betapa pentingnyafaktor 20
  • 24. lingkungan bagirumput laut yang erat hubungannya dengan pertumbuhan rumput laut kappaphycus alvarezii. a. Cahaya Cahaya merupakan kebutuhan primere bagi pertumbuhan rumput alut, karena rumput laut memerlukan cahaya untuk fotosintesis, sehingga cahaya sangat di perlukandalam kelangsungan rumput laut. Suhu perairan sangat penting dalam proses fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii adalah berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus Alvarezii mempunyai toleransi terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C (Yusuf,2004) Laju pertumbuhan rumput laut dapat dipengaruhi oleh unsur hara yang terkandung di dalam air. Fosfat dan nitrat dalam kepekatan bagaimanapun selalu dalam rasio yang tetap 15 N : 1 P. Rasio ini cenderung tetap dalam fitoplankton dan zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air bisa berubah (Soelistyo,1987). b. Kecerahan Kecerahan merupakan besar penetrasi cahaya yang menembus kedalam perairan. Besarnya cahaya yang masuk dalam akan memperlancar proses fotosintesis pada tanaman. Kejernihan air untuk pertumbuhan rumput laut mencapai 2,5 M (anggadiredja dkk,2006). c. Kedalaman 20
  • 25. Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Kappaphycus Alvarezii yaitu 30-60 cm pada waktu surut terendah kondisi ini untuk mengurangi rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari (Aditya dkk,2001). Kedalaman perairan dilokasi budidaya meempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas produk dan kedalaman perairan berkisar pada 530 cm sedangkan dasar perairan adalah pasir berlumpur dan karang berpasir (Anonim,2008). d. Suhu Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii adalah berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus Alvarezii mempunyai toleran terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C (Yusuf,2004). e. Arus Arus merupakan gerak suatu massa air yang dapat disebabkan oleh hembusan angin, perbedaan desinitas air laut atau disebabkan oleh gelombang panjang (nontji,1987). Arus adalah gerak mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh hembusan angin. T anaman rumput laut lebih baik pada lokasi pergerakan arus yang baik, karena pergerakan air berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan air dekat tanaman sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi(Doty dalam Yusnaini dkk,2000). Tanaman yang ditanam pada kedalaman lebih dalam akan lebih banyak menerima endapan yang menutupi batang, sehingga mengganggu proses fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan. f. Salinitas 20
  • 26. Kadar garam berpengaruh terhadapb kesuburan rumput laut dapat dipengaruhi oleh kadar garam atau salinitas, misalnya Glacilaria kebanyakan mandul pada bulanbulan bersalinitas tinggi (30-35 permil). Glacilaria yang berasal dari Atlantik dan Pasifik Timur pertumbuhan maksimum pada saat dibudidayakan adalah dengan salinitas 25-38 permil dengan kadar optimum 25 permil, yang ditunjang kadar nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan curah hujan,(Aslan,1998). g. pH Soelistyo (1987) mengatakan air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya system penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. Aslan (1998) mengatakan bahwa hampir seluruh alga mempunyai kisaran daya penyesuaian terhadap pH 6,8-9,6. Kebanyakan spora algae bersifat planktonis sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi pola dan sifat gerakan air. Selain itu kekuatan gerakan air mempengaruhi melekatnya spora dan subtratnya. Algae yang tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus deras akan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan algae yang berada diperairan tenang. Spora algae yang tumbuh diperairan yang berarus deras seperti genus Kappaphycus Alvarezii dan algae yang tumbuh diperairan tenang seperti Glacilaria (Aslan,1998) 20
  • 27. Binatang laut seperti muluska, bulu babi, penyu, dan ikan dapat mempengaruhi persporaan algae. Binatang muluska dapat memakan spora dan menghambat stadia muda algae, sedangkan ikan herbivore memakan algae sehingga merusak thalii dan akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan oleh algae (Aslan,1998). Gambar 2.3. bibit rumput laut (kapapphycus alvarezii), (pancomulyo, 2006) 2.3 Laju Pertumbuhan Rumput Laut pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat atau panjang dalam waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitufaktor internal faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain jenis,thallus (bibit),dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain lingkungan atau oseanografi, bibit, jarak tanam, berat bibit awal,dan tehnik penanaman (Kamlasi, 2008). Dalam pertumbuhan rumput laut kita mengetahui bahwa alat - alat tumbuh tumbuhan akan menjadi tambah besar, tambah panjang serta bercabang - cabang. Terjadinya hal demikian dikarenakan terdapat perbanyakan dan pertumbuhan dari sel 20
  • 28. - sel yang menyusun rumput laut tersebut. Perbanyak sel - sel dapat terjadi karena pembelahan pada sel - sel yang menyusun pada rumput laut. Dalam budidaya rumput laut para petani atau para nelayan kebanyak menggunakan perkembang biakan dengan cara stek, karena dengan cara ini lebih muda dan lebih muda dengan cara kawin. Thallus atau cabang yang di ambil adalah cabang yang masih muda (sutrian, 2004). Sutrian, (2004) mengatakan jaringan muda atau meristem dapat terjadi dari sel sel muda (initiating cell) yang kegiatanya selalu meristematis. Meristematis ujung adalah jaringan muda yang terbentuk oleh sel - sel initial (muda). Letak jaringan ini di ujung - ujung dari thallus, meristem samping adalah jaringan muda yang terbentukoleh sel - sel initial, letak jaringan ini di tepi dari thallus, sedangkan meristem interkalar adalah jaringan muda yang terletak antara bagian jaringa jaringan dewasa. Pertumbuhan rumput laut di kenal dengan The Apical Cell Theory atau teori sel ujungyaitu tumbuhan – tumbuhan yang kenyataannya banyak mengandung sel apical dengan sifatnya yang tersendiri. Pada pucuk thallus terdapat sel initial, sel initial ini dalam kegiatannya selalu membelah untuk membentuk sel baru (Sutrian,2004). Pertumbuhan rumput laut dikategorikan dalam pertumbuhan somatic dan pertumbuhan fisiologi. Pertumbuhan somatic merupakan pertumbuhan yang diukur berdasarkan pertambahan berat atau panjang thallus, sedangkan pertumbuhan fisiologi dilihat berdasarkan reproduksi dan kandungan koloidnya ( Kamlasi,2008 ). 20
  • 29. 2.4 Teknik Penanaman Rumput Laut Nybakken (1988) mengatakan bahwa seiring kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri, sekaligus memperbesar devisa Negara dari sektor nonmigas, maka perlu teknik penanaman rumput yang sesuai dengan kondisi lingkungan untuk meningkatkan hasil budidaya rumput laut yang banyak dan berkualitas ekspor. Gambar: 2.4. metode tali rentan Keuntungan metode ini antara lain: a. Tanaman cukup menerima sinar matahari; b. Tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air; c. Terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan; d. Pertumbuhan lebih cepat; e. Cara kerjanya lebih mudah; f. Biayanya lebjh murah; g. Kualitas rumput laut yang dihasilkan baik. 20
  • 30. Kamlasi (2008) mengatakan hasil percobaan memperlihatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan menggunakan metode ini memiliki angka pertumbuhan yang lebih tinggi disbanding dengan metode lepas dasar. Keuntungan yang diperoleh dengan metode ini adalah, tanaman bebas dari serangan bulu babi, pertumbuhan tanaman lebih baik, bisa digunakan pada dasar perairan yang keras, dimana sukar untuk menancapkan pancang, seperti pada metode lepas dasar. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah perlu lebih banyak waktu untuk pembuatan konstruksi dan disaat penanaman, biaya konstruksi lebih mahal (Aslan, 1998). 2.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut 2.5.1 Genetik (Genetic fingerprinting) pada hakekatnya adalah upaya identifikasi komponen genetika pada lokus-lokus yang tepat, sehingga karakter atau blue- print kehidupan dari tiap jenis rumput laut dapat diketahui. Pengetahuan akan informasi tersebut sangat penting dalam mengidentifikasi pola reproduksi, pola adaptasi dan karakter spesifik dari tiap sampel yang diamati, sehingga upaya ini mampu mengungkap berbagai info penting bagi kepentingan strain selection, karakter pertumbuhan yang unggul, ketahanan terhadap penyakit dan sebagainya. 2.5.2 Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung 20
  • 31. terhadap mahluk hidup di perairan, misalnya suhu dan salinitas. Faktor meteorologi adalah keadaan iklim atau cuaca yang mempengaruhi interaksi terhadap lautan secara langsung dan akan mempengaruhi kehidupan di laut termasuk rumput laut, misalnya jumlah curah hujan yang mempengaruhi tinggi rendahnya slinitas di laut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka parameter oseanografi dan meteorology yang diamati adalah suhu permukaan, salinitas, pH dan kecepatan arus. Bibit yang berupa stek dipilih dari tanaman yang masih muda, masih segar, tidak cacat dan terhindar dari penyakit, diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dari tanaman hasil budidaya. Bibit unggul mempunyai ciri cabang banyak. Bibit sebaiknya di kumpulkan dari perairan pantai sekitar budidaya, bibit harus dalam keadaan basah dan hindari dari air hujan, minyak dan kondisi kekeringan (Afrianto,1993). III. 3.1 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini akan di laksanakan selama 45 hari mulai bulan juli sampai bulan agustus 2012 diperairan pantai Ghonebalano Kecamatan Duruka Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam table berikut : 20
  • 32. Table 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian No Nama Alat A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Alat termhometer Refractometer Kertas lakmus Secci disc Timbangan Bola plastik DO Meter Perahu Dayung B 1 2 3 4 5 Satuan Bahan Rumput laut Tali nilon Tali raffia Pelampung Jangkar 3.3 o C Ppt Meter Gram Cm/detik Ppm - - Kegunaan Mengukur suhu Mengukur salinitas Mengukur Ph air Mengukur kecepatan Mengukur berat rumput laut Mengukur kecepatan arus Mengukur kandungan O2 terlarut Wadah transportasi - Specimen uji Tali ris Mengikat bibit rumput laut Pengapung Pemberat Prosedur Penelitian Penelitian tentang pengaruh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii) akan dilakukan beberapa tahap. 3.3.1 penentuan lokasi budidaya Lokasi harus bebas dari pengaruh angintopan dan pencemaran dari industry atau rumah tangga, tidak mengalami fluktuasisalinitas yang besar, mengandung nustrisi untuk pertumbuhan rumput laut, memunkinkan untuk menerapkan metode budidaya, mudah untuk di jangka. 3.3.2 pemeliharaan bibit rumput laut 20
  • 33. Bibit berupa stek harus berasal dari tanaman yang bersih, segar, tidak terkena penyakit, masih baru dan masih muda, bibit yang unggul dengan cirri memiliki banyak cabang. 3.3.3 persiapan media percobaan Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode tali rentang dengan 3 tali bentangtali budidaya rumput laut masing - masing sepanjang 5 meter yang dibagi atas tiga perlakuanberdasarkan arah tali rentang budidaya. Hasil studi pendahuluan kondisi oceonografi di perairan selat buton ditemukan bahwa arus yang ada umumnya bergerak dengan arus utra - selatan dan selata - utara. Sementara itu ombak/gelombangsaat ini berasal dari arah timur ke barat kare saat ini musim timur. Berdasarkan kondisi tersebut pengelompokan perlakuandalam penelitian ionio adalah sebagai berikut :  Pemasangan tali rentang sejajar dengan arah pergerakan arus (tali rentang di pasang dengan arah utara - selatan)  Pemasangan tali rentang tegak lurus dngan arah pergerakan arus ( tali rentang di pasang dengan arah barat - timur)  Pemasangan tali rentang dengan posisi diagonal (tali rentang dipasng dengan arah tenggara - utara barat laut) Penelitian ini menngunakan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penempatan posisi wadah percobaan/perlakuan seperti gambar berikut. 20
  • 34. Gambar : 2.5 posisi wadah penelitian 3.3.4 pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan di perhatiakan adalahmemnbersihkan tanaman dari benda lain (lumpur dan kotoran) yang menempel pada tanaman, mengatasi serangan bulu babi dengan cara mengambil dan membuangnyadan menghindari ikan dan penyuddengan cara memasang jarring disekitar lokasi penanaman (Mubarak dkk, 1990) 20
  • 35. 3.3.5 prosedur pengamatan Penamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot rumput laut untuk mengetahui pertumbuhannya. Penimbangan tersebut dilakukan dengan metode sampling di setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini di lakuakan tiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air di lakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir penelitian. 3.4 Variabel Yang Diamati 3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut di lakukan selama waktu 9 hariselama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik rumput laut di gunakan rumus yang dikemukakan oleh : husman, (1976) dalam muzakir, (2001). LPS = {(Wt/Wo)1/t - 1}x100% Dimana : LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik Wt = Bobot Pada Waktu (gram) Wo = bobit pada awal penelitian (gram) t = jumlah hari pengamatan (hari) 20
  • 36. 3.4.2 laju pertumbuhan mutlak Pertumbuhan mutlak tanaman uji menggunakan rumus yang dikemukakan olenh : PM = Wt - Wo Dimana : PM = Pertumbuhan Mutlak Wt = Bobot akhir (gram) Wo = Bobot awal (gram) 3.4.3 parameter kualitas air Pengukuran parameter kualitas air di lakukan sebanyak 3 kali selama penelitian, yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir ;penelitian. 3.5 Rancangan percoban Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan menggunakan Rumus (Gaspersz, 1994) Yij = µ + ƴ i + βj + ∑ij Dimana : µ = nilai tengah populasi ƴ i = pengaruh aditif dari perlakuan ke - j 20
  • 37. βj = pengaruh aditif dari kelompok ke - j ∑ij = bedah percobaan dari perlakuan ke – I pada perlakuan ke – j I = jumlah perlakuan J = jumlah ulangan dalam perlakuan atau jumlah suatupercobaan Penempatan unit - unit dilakukan berdasarkan pengacakanmenggunakan table angka acak (lihat pada gambar). Posisi wadah penelitianapat dilihat pada gambar berkut : Kelompok 1 A3 B1 Kelompok 2 C1 B2 A2 Kelompok 3 C3 B3 C2 A1 Gambar : 2.6 model pempatan perlakuan secara acak 3.6 Analisa Data Data yang di peroleh, dianalisa menggunakan ANOVA satu jalur, jika f hitung f table 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan, dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui beda antar perlakuan. Selanjutnya pengolahan data akan dianalisa dengan bantuan software SPSS Versi 19. 20
  • 38. 20