SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB I 
PEDAHULUAN 
LATAR BELAKANG 
INDONESIA di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini 
menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good 
Governance atau tata pemerintahan yang balk, merupakan bagian dari paradigma baru yang 
berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi 
dimensi seining dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan, kondisi ini menuntut adanya 
kepemimpian nasional masa depan, yang diharapkan marnpu menjawab tantangan bangsa 
Indonesia mendatang. 
Perkembangan situasi nasional dewasa ini, dicirikan dengan tiga fenomena yang dihadapi, 
yaitu : 
1) Permasalahan yang semakin kompleks (multi-dimensi) 
2) Perubahan yang sedemikian cepat (regulasi, kebijakan, dan aksi-reaksi 
rnasyarakat) 
3) Ketidakpastian yang relatif tinggi (bencana alam yang silih berganti, situasi ekonomi 
yang takmudah diprediksi, dan perkembangan politik yang "up and down". 
Kesenjangan proses komunikasi politik yang terjadi di Indonesia antara pemerintah 
dengan rakyatnya mapun partai yang mewakili rakyat dengan konstituennya, menjadikan 
berbagai fenomena permasalahan sulit untuk dipahami dengan logika awam masyarakat. 
A.Rumusan masalah 
Makalah ini berusaha untuk menjelaskan dua masalah pokok, yakni : 
1) Bagaimanakah permasalahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.. 
2) Bagaimanakah permasalahan kinerja birokrasi dalam tata pemerintahan yang baik dan 
bersih. 
B.Tujuan 
Pada bab ini akan dibahas seputar pengertian, prinsip, dan unsur-unsur terkait dengan 
implementasi good and clean governance. Di akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa 
mampu untuk : 
1. Menganalisis pengertian good governance 
2. Menganalisis pentingnya prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan
modern 
3. Menganalisis unsur-unsur pokok dalam mewujudkan cita-cita good governance 
4. Mendemonstrasikan prinsip-prinsip good governance dalam skala kecil 
5. Mengkritisi kebijakan pemerintah atau lembaga terkait melalui paradigma good and clean 
governance 
6. Menganalisis keterkaitan clean and good governance dengan gerakan anti korupsi. 
7. Menganalisis keterkaitan clean and good governance dengan kinerja birokrasi pelayanan 
pubik. 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Dasar Good and Clean Governance 
Paling tidak ada empat kata yang harus menjadi perhatian kita kalau 
membicarakan good and clean governance, yaitu (1) good government, (2) clean 
government, (3) good governance, dan (4) clean governance. Dari empat pembagian tersebut 
dilihat bahwa yang menjadi perhatian 
adalah good (baik), clean (bersih), government (pemerintahan), 
dangovernance (penyelenggara pemerintahan). Artinya paradigma yang hendak 
dikembangkan adalah pemerintahan yang baik dan bersih yang juga didukung oleh 
penyelenggara pemerintahan yang baik dan bersih. Dengan demikian government lebih 
memberikan perhatian terhadap sistem, sedangkangovernance lebih memberikan perhatian 
terhadap sumber daya manusia yang bekerja dalam sistem tersebut. Tanpa menjaga 
keseimbangan terhadap dua hal ini akan muncul ketimpangan dalam praktek peyelenggaraan 
pemerintahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kehancuran terhadap sistem bernegara. 
Governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau pengelolaan 
(management) bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan 
pemerintah. 
Kata Governance memiliki unsur kata kerja yaitu go vernance yang berarti bahwa 
fungsi oleh pemerintah bersama instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) perlu 
seimbang/setara dan multi arah (partisipatif). Governance without government berarti bahwa 
pemerintah tidak selalu diwarnai dengan lembaga, tetapi termasuk dalam makna proses 
pemerintah.
Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan 
digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk pengembangan 
masyarakat (The way state power is used in managing economic and social resources for 
development of society). 
Good Govanance, bila kita kupas : "Good" rnaknanya adalah nilai-nilai 
yg menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan kemampuannya dalam pencapaian 
tujuan serta berdayaguna dan berhasil guna dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai 
tujuan tersebut. "Governance" maknanya pemerintahan berfungsi secara efektif dan efisien 
dalam upaya mencapai tujuan nasional yang telah digariskan, dalam Alinea IV Pembukaan 
UUD 1945. 
1. Prinsip Good Governance 
Ada sepuluh prinsip good governance, yaitu : 
a. Partisipasi : warga memiliki hak (dan mempergunakannya) untuk menyampaikan 
pendapat, bersuara dalain proses petumusan hebijakan publik, balk secara langsung maupun 
tidak langsung. 
b. Penegakan hukum: hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian, hak 
asasi manusia dilindungi, sambil tetap dipertahankannya nilai- nilai yang hidup dalam 
masyarakat. 
c.Transparans i: penyediaan inforinasi tentang pemerintali(an) bagi publik 
dan dijaminnya kemudahan di dalam memperolch informasi yang akurat clan 
memadai. 
d. Kesetaraan: adanya peluang yang lama bagi setiap anggota masyarakat untuk 
beraktivitas berusaha. 
e. Daya tanggap : pekanya para pengclola instansi publik terhadap aspirasi 
masyarakat. 
f. Wawasan ke depan: pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan visi, misi, 
dan strategi yang jelas. 
g.Akuntabilitas: laporan para penentu kebijakan kepada para warga. 
h.Pengawasan publik: terlibatnya warga dalam mengontrol 
kegiatatnpemerintah, termasuk parlemen. 
i. Efektivitas clan efisiensi : terselenggaranya Icegiatan instansi publik dengan 
menggunakan cumber daya yang tersedia secara optimal clan bertanggnung jawab.
j. Profesionalisme :Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara 
pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang 
terjangkau. 
B. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN 
GERAKAN ANTI KKN 
1. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH 
Keinginan menjadi good and clean governance ke dalam norma hukum baru dimulai 
setelah kita mengalami krisis pada tahun 1997 yang diikuti dengan kejatuhan rezim otoriter 
Orde Baru pada bulan Mei 1998. Upaya ini dapat dilihat dengan adanya Ketetapan MPR No. 
XI/ MPR/ 1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan 
Nepotisme (KKN). Kemudian diikuti dengan pemberlakuan UU No. 28 Tahun 1999 
tentangPenyelenngaraan Negara yang Bersih dan (KKN) yang diikuti dengan empat 
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana UU No. 28 yaitu PP No. 65/ 1999 tentang Tata Cara 
Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara, PP No. 66/ 1999 tentang Persyaratan dan 
Tata Cara Pengangkatan serta Pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa, PP No. 67/ 1999 
tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi 
Pemeriksa, dan PP No. 68/ 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat 
dalam Peyelenggaraan Negara. 
2. MAKNA KORUPSI 
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, 
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku 
pejabat publik, baik politikus / politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan 
tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan 
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. 
Korupsi selalu diidentikkan dengan mencuri, mengambil hak orang lain. Korupsi 
diartikan dengan mark up dana di luar batas yang seharusnya. Korupsi dimaknai sebagai 
tindakan mengambil hak orang. Setidaknya itu sementara pemaknaan orang atas istilah 
bernama korupsi. 
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan 
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk 
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai 
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. 
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para 
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. 
Dalam bedah buku NU Melawan Korupsi Kajian Tafsir dan Fiqh, yang digelar oleh 
Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, terungkap makna baru korupsi. KH 
Mohammad Masyhuri Naim menyampaikan arti lain korupsi., korupsi memiliki beragam 
makna, diantaranya adalah suap. Antara korupsi dengan suap kan berbeda secara substansial, 
yakni suap bermakna memberi. Sementara korupsi mengandung makna mengambil.Akan 
tetapi, keduanya kini berjalan beriringan. Untuk mendapatkan sesuatu seringkali orang 
melakukan suap. 
Sementara, menurut Zainuddin Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya 
memaknai korupsi sebagai gaya hidup dan krisis. Korupsi menjadi gaya hidup yang 
disebabkan oleh krisis diantaranya mencakup moral, sosial, ekonomi, dan politik. 
Makna korupsi, sesungguhnya bergantung persepsi. Demikian halnya dengan 
penanganan korupsi. Meminjam istilah Ali Maschan, harus ada empat hal yang beriringan 
yakni substansi hukum, struktur hukum, sumber daya manusia, dan budaya hukum. 
C.ASAL MUASAL KORUPSI DI NEGARA BERKEMBANG 
Korupsi di Negara berkembang berawal dari ketidak adanya kesadaran masyarakat 
dalam melakukan suatu hal dengan transparansi yang berbeda jauh dengan masyarakat di 
Negara-Negara maju. Namun ada juga factor-faktor pendukung yang lain yang 
mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. 
1. Kondisi yang mendukung munculnya korupsi : 
• Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung 
kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik. 
• Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah 
• Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan 
politik yang normal. 
• Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. 
• Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
• Lemahnya ketertiban hukum. 
• Lemahnya profesi hukum. 
• Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. 
• Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian 
yang cukup ke pemilihan umum. 
• Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan . 
• Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. 
Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan 
kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh Bpk. 
Soedarsono yang menyatakan antara lain " Pada umumnya orang menghubung-hubungkan 
tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji 
pejabat-pejabat. " namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena 
banyaknya faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji 
bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang 
melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri 
memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, 
hal ini dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The 
Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W 
Schoorl mengatakan bahwa " Di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu 
merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar 
cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian 
memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan 
dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan”. 
2. Dampak negatif Yang Ditimbulkan 
a.Demokrasi 
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, 
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan 
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif 
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem 
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik 
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena 
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan 
bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi 
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi. 
b.Ekonomi 
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi 
(kekacauan ) dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan 
ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi 
dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. 
Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan 
mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan 
sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. 
Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan 
perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai 
hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. 
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan 
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah 
tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk 
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. 
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, 
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan 
infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. 
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan 
pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang 
berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital 
investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri. 
Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu 
potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk 
pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. 
Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan 
bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat
dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di 
luar negeri. 
c. POLITIK 
Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi 
untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut 
politisi. 
Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan 
keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi 
keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan 
munculnya tuduhan korupsi politis. 
Korupsi politis ada dibanyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga 
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi 
sogok, bukannya rakyat luas. 
Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi 
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil .Politikus-politikus "pro-bisnis" 
ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan 
sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka. 
d.Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. 
Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan 
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan 
menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. 
Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. 
Akibatnya, muncul fenomena distrust society ( hilangnya kepercayaan masyarakat ), yaitu 
masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap 
institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity 
feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian 
ketakutan). 
D.UPAYA MEMBANGUN TATA KELOLA PEMERINTAHAN 
YANG BERSIH
Kesejahteraan masyarakat selama ini belum mampu terwujud dengan maksimal, 
karena terkendala prosedur tata kelola Pemerintahan yang kurang transfaran dan bersih. Tata 
kelola Pemerintahan yang transparan dan bersih merupakan dasar mewujudkan kesejahteraan 
masyarakat. Namun, kinerja Pemerintah selama ini hanya terfokus dengan urusan politik, 
sehingga kesejahteraan masyarakat belum mampu terwujud dengan maksimal. 
Pengamat Politik dan Hukum Cokorda Gede Atmaja mengatakan, kondisi tersebut 
dibuktikan dengan keberadaan masyarakat miskin akan tetap miskin, selama prosedur 
penyelesaian kemiskinan hanya sebatas bedah rumah. Menurutnya, Pemerintah harus 
memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, 
sehingga masyarakat mampu menciptakan usaha sendiri dan tidak bergantung pada peluang 
kerja yang disediakan Pemerintah. Selain itu, prosedur penegakan hukum yang merupakan 
dasar Pemerintahan yang transfaran juga belum mampu terlaksana dengan baik. 
Cokorda Gede Atmaja menambahkan, untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan 
yang bersih dan transfaran, selain memprioritaskan penegakan hukum dan kesejahteraan 
masyarakat, komitmen Pemerintah juga sangat diperlukan, terutama dalam hal perbaikan 
anggaran APBD. Sebab, selama ini anggaran dalam APBD lebih diprioritaskan pada 
anggaran rutin, sedangkan anggaran pembangunan hanya memperoleh porsi 25% dari APBD. 
Padahal, porsi dari anggaran rutin dan anggaran pembangunan seharusnya seimbang, agar 
tata kelola Pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, masyarakat turut andil 
mengawasi kinerja Pemerintah, agar tidak terjadi ketimpangan dalam pengambilan kebijakan. 
D.TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN KINERJA 
BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK 
A. PENGERTIAN BIROKRASI
Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama, menunjuk pada 
kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini menyamakan birokrasi dengan biro. 
Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk pengalokasian sumberdaya dalam suatu 
organisasi besar. Pengertian ini berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. 
Ketiga, menunjuk pada “kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan 
jenis-jenis organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi 
(Downs, 1967 dalam Thoha, 2003). Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang 
yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle, Suyatno, dan Nurhadiantomo, 1983). 
Pandangan Masyarakat terhadap Birokrasi 
— Kualitas kerja rendah 
— Biaya mahal dan boros 
— Miskin informasi dan lebih mementingkan diri sendiri 
— Banyak melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang 
berlaku àPenyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, KKN 
— Sewenang-wenang 
— Arogan 
Permasalahan Utama 
— Kelembagaan dan tatalaksana: struktur organisasi, inkonsistensi dan instabilitas peraturan 
perundang-undangan, penggunaan TI 
— Sumberdaya manusia: kualitas, sistem penggajian 
— Pengawasan: akuntabilitas, etika dan moral 
— Pelayanan Publik: standar pelayanan Organisasi: struktur besar, tidak sesuai dengan 
kebutuhan, bentuk organisasi yang tidak tepat 
— Personil: kepangkatan, isu lokalisme, mutasi, peningkatan jumlah pegawai honorer 
— Keuangan: anggaran berbasis kinerja, sistem perencanaan yang rumit dan hirarkhis, masalah 
SPM dan Standar Analisis Biaya (SAB), politisasi anggaran, transparansi 
— Perencanaan: sistem perencanaan, keterlibatan masyarakat 
Permasalahan Internal dalam Birokrasi 
— (1) sistem perekrutan; 
— (2) sistem penggajian dan pemberian penghargaan;
— (3) sistem pengukuran kinerja; 
— (4) sistem promosi dan pengembangan karir; serta 
— (5) sistem pengawasan 
Situasi Problematis Birokrasi 
— Struktur, norma, nilai dan regulasi yang ada masih berorientasi pada kepentingan 
penguasa/birokrat (power culture) 
— Masih belum terbentuk budaya Birokrasi (service delivery culture) 
— Masih tingginya ketidakpastian dalam Birokrasi (cost of uncertainty) 
— Budaya patron-client dan budaya afiliasi yang mengarah kepada moral hazard 
— Rendahnya kompetensi para birokrat 
Strategi Utama Reformasi yang dilakukan 
(1) merevitalisasi kedudukan, peran dan fungsi kelembagaan yang menjadi motor penggerak 
reformasi administrasi, dan 
(2) menata kembali sistem administrasi negara baik dalam hal struktur, proses, sumber daya 
manusia (PNS) serta relasi antara negara dan masyarakat 
Upaya-Upaya reformasi Birokrasi 
1.Pada level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong Birokrasi yang 
berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian hukum, batas waktu, prosedur, 
partisipasi, pengaduan, gugatan) 
2.Pada level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis 
kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap kepentingan masyarakat, 
penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi 
Pemerintah 
3.Pada level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi 
dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. 
4.Instansi Pemerintah, secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan 
melakukan perbaikan . 
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KIERJA BIROKRASI 
— Faktor Budaya
1. Budaya dan perilaku koruptif yang sudah terlembaga (“uang administrasi” atau uang 
“pelicin”) 
2. Budaya “sungkan dan tidak enak” dari sisi masyarakat 
3. Masyarakat harus menanggung biaya ganda karena zero sum game 
4. Internalisasi budaya dalam mekanisme informal yang profesional 
— Faktor Individu 
1. Perilaku individu sangat bersifat unik dan tergantung pada mentalitas dan moralitas 
2. Perilaku individu juga terkait dengan kesempatan yang dimiliki seseorang yang memiliki 
jabatan dan otoritas 
3. Perilaku opportunistik hidup subur dalam sebuah sistem yang korup 
4. Individu yang jujur seringkali dianggap menyimpang dan tidak mendapat tempat 
— Faktor Organisasi dan Manajemen 
1. Meliputi struktur, proses, leadership, kepegawaian dan hubungan 
antara pemerintah dan masyarakat 
2. Struktur birokrasi masih bersifat hirarkis sentralistis dan tidak terdesentralisasi 
3. Proses Birokrasi seringkali belum memiliki dan tidak melaksanakan prinsip-prinsip 
efisiensi, transparansi, efektivitas dan keadilan 
4. Birokrasi juga sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan yang kredibel. 
5. Dalam aspek kepegawaian, Birokrasi dipengaruhi oleh rendahnya gaji, 
proses rekrutmen yang belum memadai, dan kompetensi yang rendah. 
6. Hubungan masyarakat dan pemerintah dalam Birokrasi belum setara; 
pengaduan dan partisipasi masyarakat masih belum memiliki te

More Related Content

What's hot

pemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinapemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinaReza Yudhalaksana
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaEry Arifullah
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralmonalisaibrahim
 
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiHubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiRia Monika Madjing
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfIntan Wachyuni
 
Monev Tata Laksana Pemerintahan
Monev Tata Laksana PemerintahanMonev Tata Laksana Pemerintahan
Monev Tata Laksana Pemerintahanmonalisaibrahim
 
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantenAnalisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantennurfitriyah1712
 

What's hot (15)

pemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinapemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cina
 
Materi 7
Materi  7Materi  7
Materi 7
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
Pkn 1
Pkn 1Pkn 1
Pkn 1
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiHubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Monev Tata Laksana Pemerintahan
Monev Tata Laksana PemerintahanMonev Tata Laksana Pemerintahan
Monev Tata Laksana Pemerintahan
 
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantenAnalisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
 

Similar to BAB I PEDAHULUAN

Makalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikMakalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikWarnet Raha
 
B g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraB g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraIsantiMM90
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiEly Goro Leba
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance hanDian Oktavia
 
Makalah good governance
Makalah good governanceMakalah good governance
Makalah good governanceKhuzain Achmed
 
Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Ardi88
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...murianda
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Pengetahuan good governance
Pengetahuan good governancePengetahuan good governance
Pengetahuan good governancenovychalimi
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Hanifmaruf19
 
Konsep good governance
Konsep good governanceKonsep good governance
Konsep good governanceNaniisrina A
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiSeptian Muna Barakati
 
Keterbukaan dan Keadilan PKn
Keterbukaan dan Keadilan PKnKeterbukaan dan Keadilan PKn
Keterbukaan dan Keadilan PKnTeuku Ichsan
 
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.ppt
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.pptMateri Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.ppt
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.pptNovySetiaYunas
 

Similar to BAB I PEDAHULUAN (20)

Makalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikMakalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baik
 
Makalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikMakalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baik
 
B g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraB g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti Chandra
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasi
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance han
 
Makalah good governance
Makalah good governanceMakalah good governance
Makalah good governance
 
Good clean governance-libre
Good clean governance-libreGood clean governance-libre
Good clean governance-libre
 
Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Pengetahuan good governance
Pengetahuan good governancePengetahuan good governance
Pengetahuan good governance
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 
Konsep good governance
Konsep good governanceKonsep good governance
Konsep good governance
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Keterbukaan dan Keadilan PKn
Keterbukaan dan Keadilan PKnKeterbukaan dan Keadilan PKn
Keterbukaan dan Keadilan PKn
 
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.ppt
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.pptMateri Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.ppt
Materi Good Governance dan Welfare State- FISIP UINSA 230922.ppt
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

BAB I PEDAHULUAN

  • 1. BAB I PEDAHULUAN LATAR BELAKANG INDONESIA di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good Governance atau tata pemerintahan yang balk, merupakan bagian dari paradigma baru yang berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi dimensi seining dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan, kondisi ini menuntut adanya kepemimpian nasional masa depan, yang diharapkan marnpu menjawab tantangan bangsa Indonesia mendatang. Perkembangan situasi nasional dewasa ini, dicirikan dengan tiga fenomena yang dihadapi, yaitu : 1) Permasalahan yang semakin kompleks (multi-dimensi) 2) Perubahan yang sedemikian cepat (regulasi, kebijakan, dan aksi-reaksi rnasyarakat) 3) Ketidakpastian yang relatif tinggi (bencana alam yang silih berganti, situasi ekonomi yang takmudah diprediksi, dan perkembangan politik yang "up and down". Kesenjangan proses komunikasi politik yang terjadi di Indonesia antara pemerintah dengan rakyatnya mapun partai yang mewakili rakyat dengan konstituennya, menjadikan berbagai fenomena permasalahan sulit untuk dipahami dengan logika awam masyarakat. A.Rumusan masalah Makalah ini berusaha untuk menjelaskan dua masalah pokok, yakni : 1) Bagaimanakah permasalahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.. 2) Bagaimanakah permasalahan kinerja birokrasi dalam tata pemerintahan yang baik dan bersih. B.Tujuan Pada bab ini akan dibahas seputar pengertian, prinsip, dan unsur-unsur terkait dengan implementasi good and clean governance. Di akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu untuk : 1. Menganalisis pengertian good governance 2. Menganalisis pentingnya prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan
  • 2. modern 3. Menganalisis unsur-unsur pokok dalam mewujudkan cita-cita good governance 4. Mendemonstrasikan prinsip-prinsip good governance dalam skala kecil 5. Mengkritisi kebijakan pemerintah atau lembaga terkait melalui paradigma good and clean governance 6. Menganalisis keterkaitan clean and good governance dengan gerakan anti korupsi. 7. Menganalisis keterkaitan clean and good governance dengan kinerja birokrasi pelayanan pubik. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Dasar Good and Clean Governance Paling tidak ada empat kata yang harus menjadi perhatian kita kalau membicarakan good and clean governance, yaitu (1) good government, (2) clean government, (3) good governance, dan (4) clean governance. Dari empat pembagian tersebut dilihat bahwa yang menjadi perhatian adalah good (baik), clean (bersih), government (pemerintahan), dangovernance (penyelenggara pemerintahan). Artinya paradigma yang hendak dikembangkan adalah pemerintahan yang baik dan bersih yang juga didukung oleh penyelenggara pemerintahan yang baik dan bersih. Dengan demikian government lebih memberikan perhatian terhadap sistem, sedangkangovernance lebih memberikan perhatian terhadap sumber daya manusia yang bekerja dalam sistem tersebut. Tanpa menjaga keseimbangan terhadap dua hal ini akan muncul ketimpangan dalam praktek peyelenggaraan pemerintahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kehancuran terhadap sistem bernegara. Governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau pengelolaan (management) bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Kata Governance memiliki unsur kata kerja yaitu go vernance yang berarti bahwa fungsi oleh pemerintah bersama instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) perlu seimbang/setara dan multi arah (partisipatif). Governance without government berarti bahwa pemerintah tidak selalu diwarnai dengan lembaga, tetapi termasuk dalam makna proses pemerintah.
  • 3. Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic and social resources for development of society). Good Govanance, bila kita kupas : "Good" rnaknanya adalah nilai-nilai yg menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan kemampuannya dalam pencapaian tujuan serta berdayaguna dan berhasil guna dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. "Governance" maknanya pemerintahan berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan nasional yang telah digariskan, dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. 1. Prinsip Good Governance Ada sepuluh prinsip good governance, yaitu : a. Partisipasi : warga memiliki hak (dan mempergunakannya) untuk menyampaikan pendapat, bersuara dalain proses petumusan hebijakan publik, balk secara langsung maupun tidak langsung. b. Penegakan hukum: hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa pengecualian, hak asasi manusia dilindungi, sambil tetap dipertahankannya nilai- nilai yang hidup dalam masyarakat. c.Transparans i: penyediaan inforinasi tentang pemerintali(an) bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperolch informasi yang akurat clan memadai. d. Kesetaraan: adanya peluang yang lama bagi setiap anggota masyarakat untuk beraktivitas berusaha. e. Daya tanggap : pekanya para pengclola instansi publik terhadap aspirasi masyarakat. f. Wawasan ke depan: pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan visi, misi, dan strategi yang jelas. g.Akuntabilitas: laporan para penentu kebijakan kepada para warga. h.Pengawasan publik: terlibatnya warga dalam mengontrol kegiatatnpemerintah, termasuk parlemen. i. Efektivitas clan efisiensi : terselenggaranya Icegiatan instansi publik dengan menggunakan cumber daya yang tersedia secara optimal clan bertanggnung jawab.
  • 4. j. Profesionalisme :Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau. B. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN GERAKAN ANTI KKN 1. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH Keinginan menjadi good and clean governance ke dalam norma hukum baru dimulai setelah kita mengalami krisis pada tahun 1997 yang diikuti dengan kejatuhan rezim otoriter Orde Baru pada bulan Mei 1998. Upaya ini dapat dilihat dengan adanya Ketetapan MPR No. XI/ MPR/ 1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kemudian diikuti dengan pemberlakuan UU No. 28 Tahun 1999 tentangPenyelenngaraan Negara yang Bersih dan (KKN) yang diikuti dengan empat Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana UU No. 28 yaitu PP No. 65/ 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara, PP No. 66/ 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan serta Pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa, PP No. 67/ 1999 tentang Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi Pemeriksa, dan PP No. 68/ 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Peyelenggaraan Negara. 2. MAKNA KORUPSI Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus / politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi selalu diidentikkan dengan mencuri, mengambil hak orang lain. Korupsi diartikan dengan mark up dana di luar batas yang seharusnya. Korupsi dimaknai sebagai tindakan mengambil hak orang. Setidaknya itu sementara pemaknaan orang atas istilah bernama korupsi. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi
  • 5. dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Dalam bedah buku NU Melawan Korupsi Kajian Tafsir dan Fiqh, yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, terungkap makna baru korupsi. KH Mohammad Masyhuri Naim menyampaikan arti lain korupsi., korupsi memiliki beragam makna, diantaranya adalah suap. Antara korupsi dengan suap kan berbeda secara substansial, yakni suap bermakna memberi. Sementara korupsi mengandung makna mengambil.Akan tetapi, keduanya kini berjalan beriringan. Untuk mendapatkan sesuatu seringkali orang melakukan suap. Sementara, menurut Zainuddin Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya memaknai korupsi sebagai gaya hidup dan krisis. Korupsi menjadi gaya hidup yang disebabkan oleh krisis diantaranya mencakup moral, sosial, ekonomi, dan politik. Makna korupsi, sesungguhnya bergantung persepsi. Demikian halnya dengan penanganan korupsi. Meminjam istilah Ali Maschan, harus ada empat hal yang beriringan yakni substansi hukum, struktur hukum, sumber daya manusia, dan budaya hukum. C.ASAL MUASAL KORUPSI DI NEGARA BERKEMBANG Korupsi di Negara berkembang berawal dari ketidak adanya kesadaran masyarakat dalam melakukan suatu hal dengan transparansi yang berbeda jauh dengan masyarakat di Negara-Negara maju. Namun ada juga factor-faktor pendukung yang lain yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. 1. Kondisi yang mendukung munculnya korupsi : • Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik. • Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah • Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. • Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. • Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
  • 6. • Lemahnya ketertiban hukum. • Lemahnya profesi hukum. • Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. • Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum. • Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan . • Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh Bpk. Soedarsono yang menyatakan antara lain " Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat. " namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " Di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan”. 2. Dampak negatif Yang Ditimbulkan a.Demokrasi Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
  • 7. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi. b.Ekonomi Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi (kekacauan ) dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri. Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat
  • 8. dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri. c. POLITIK Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis. Korupsi politis ada dibanyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil .Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka. d.Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya, muncul fenomena distrust society ( hilangnya kepercayaan masyarakat ), yaitu masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai libaasul khauf (pakaian ketakutan). D.UPAYA MEMBANGUN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH
  • 9. Kesejahteraan masyarakat selama ini belum mampu terwujud dengan maksimal, karena terkendala prosedur tata kelola Pemerintahan yang kurang transfaran dan bersih. Tata kelola Pemerintahan yang transparan dan bersih merupakan dasar mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun, kinerja Pemerintah selama ini hanya terfokus dengan urusan politik, sehingga kesejahteraan masyarakat belum mampu terwujud dengan maksimal. Pengamat Politik dan Hukum Cokorda Gede Atmaja mengatakan, kondisi tersebut dibuktikan dengan keberadaan masyarakat miskin akan tetap miskin, selama prosedur penyelesaian kemiskinan hanya sebatas bedah rumah. Menurutnya, Pemerintah harus memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga masyarakat mampu menciptakan usaha sendiri dan tidak bergantung pada peluang kerja yang disediakan Pemerintah. Selain itu, prosedur penegakan hukum yang merupakan dasar Pemerintahan yang transfaran juga belum mampu terlaksana dengan baik. Cokorda Gede Atmaja menambahkan, untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan yang bersih dan transfaran, selain memprioritaskan penegakan hukum dan kesejahteraan masyarakat, komitmen Pemerintah juga sangat diperlukan, terutama dalam hal perbaikan anggaran APBD. Sebab, selama ini anggaran dalam APBD lebih diprioritaskan pada anggaran rutin, sedangkan anggaran pembangunan hanya memperoleh porsi 25% dari APBD. Padahal, porsi dari anggaran rutin dan anggaran pembangunan seharusnya seimbang, agar tata kelola Pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, masyarakat turut andil mengawasi kinerja Pemerintah, agar tidak terjadi ketimpangan dalam pengambilan kebijakan. D.TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN KINERJA BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK A. PENGERTIAN BIROKRASI
  • 10. Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama, menunjuk pada kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar. Pengertian ini berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk pada “kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis-jenis organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi (Downs, 1967 dalam Thoha, 2003). Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle, Suyatno, dan Nurhadiantomo, 1983). Pandangan Masyarakat terhadap Birokrasi — Kualitas kerja rendah — Biaya mahal dan boros — Miskin informasi dan lebih mementingkan diri sendiri — Banyak melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku àPenyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, KKN — Sewenang-wenang — Arogan Permasalahan Utama — Kelembagaan dan tatalaksana: struktur organisasi, inkonsistensi dan instabilitas peraturan perundang-undangan, penggunaan TI — Sumberdaya manusia: kualitas, sistem penggajian — Pengawasan: akuntabilitas, etika dan moral — Pelayanan Publik: standar pelayanan Organisasi: struktur besar, tidak sesuai dengan kebutuhan, bentuk organisasi yang tidak tepat — Personil: kepangkatan, isu lokalisme, mutasi, peningkatan jumlah pegawai honorer — Keuangan: anggaran berbasis kinerja, sistem perencanaan yang rumit dan hirarkhis, masalah SPM dan Standar Analisis Biaya (SAB), politisasi anggaran, transparansi — Perencanaan: sistem perencanaan, keterlibatan masyarakat Permasalahan Internal dalam Birokrasi — (1) sistem perekrutan; — (2) sistem penggajian dan pemberian penghargaan;
  • 11. — (3) sistem pengukuran kinerja; — (4) sistem promosi dan pengembangan karir; serta — (5) sistem pengawasan Situasi Problematis Birokrasi — Struktur, norma, nilai dan regulasi yang ada masih berorientasi pada kepentingan penguasa/birokrat (power culture) — Masih belum terbentuk budaya Birokrasi (service delivery culture) — Masih tingginya ketidakpastian dalam Birokrasi (cost of uncertainty) — Budaya patron-client dan budaya afiliasi yang mengarah kepada moral hazard — Rendahnya kompetensi para birokrat Strategi Utama Reformasi yang dilakukan (1) merevitalisasi kedudukan, peran dan fungsi kelembagaan yang menjadi motor penggerak reformasi administrasi, dan (2) menata kembali sistem administrasi negara baik dalam hal struktur, proses, sumber daya manusia (PNS) serta relasi antara negara dan masyarakat Upaya-Upaya reformasi Birokrasi 1.Pada level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong Birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi, pengaduan, gugatan) 2.Pada level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah 3.Pada level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. 4.Instansi Pemerintah, secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan melakukan perbaikan . B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KIERJA BIROKRASI — Faktor Budaya
  • 12. 1. Budaya dan perilaku koruptif yang sudah terlembaga (“uang administrasi” atau uang “pelicin”) 2. Budaya “sungkan dan tidak enak” dari sisi masyarakat 3. Masyarakat harus menanggung biaya ganda karena zero sum game 4. Internalisasi budaya dalam mekanisme informal yang profesional — Faktor Individu 1. Perilaku individu sangat bersifat unik dan tergantung pada mentalitas dan moralitas 2. Perilaku individu juga terkait dengan kesempatan yang dimiliki seseorang yang memiliki jabatan dan otoritas 3. Perilaku opportunistik hidup subur dalam sebuah sistem yang korup 4. Individu yang jujur seringkali dianggap menyimpang dan tidak mendapat tempat — Faktor Organisasi dan Manajemen 1. Meliputi struktur, proses, leadership, kepegawaian dan hubungan antara pemerintah dan masyarakat 2. Struktur birokrasi masih bersifat hirarkis sentralistis dan tidak terdesentralisasi 3. Proses Birokrasi seringkali belum memiliki dan tidak melaksanakan prinsip-prinsip efisiensi, transparansi, efektivitas dan keadilan 4. Birokrasi juga sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan yang kredibel. 5. Dalam aspek kepegawaian, Birokrasi dipengaruhi oleh rendahnya gaji, proses rekrutmen yang belum memadai, dan kompetensi yang rendah. 6. Hubungan masyarakat dan pemerintah dalam Birokrasi belum setara; pengaduan dan partisipasi masyarakat masih belum memiliki te